GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG"

Transkripsi

1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Murtini) GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KINERJA PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG Umi Murtini Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana ABSTRACT This research aimed to examine the effect of good corporate governance and financial performance on debt policy. The sample used in this research is the tobaco company that listed in Indonesian Capital Market in This research used multiple regressions analysis. Based on the result of this analysis, good corporate governance have negative effect to debt policy. Financial performance variable has positive effect to deby policy. Keyword: good corporate governance, financial performance, Debt Policy ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh tata kelola dan kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tembakau yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan Pengujian dilakukan menggunakan regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang sedangkan kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Kata kunci: Tata kelola perusahaan, Kinerja Keuangan dan Kebijakan Hutang PENDAHULUAN Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang dan modal sendiri. Penentuan struktur modal dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan pertimbangan pemilik perusahaan dalam rapat umum pemegang saham. Investor pada umumnya kurang menyukai jumlah hutang yang cukup besar. Bagi investor, semakin besar proporsi hutang yang digunakan dalam modal perusahaan, maka perusahaan tersebut semakin beresiko. Semakin besar proporsi hutang maka perusahaan harus membayar bunga beserta angsuran hutang yang semakin besar. Hal ini dapat mengganggu cash flow perusahaan dan akhirnya menjadikan perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan bangkrut. Demikian pula dengan manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan lebih senang kalau dia bekerja menggunakan modal sendiri dan tidak menggunakan hutang. Dengan modal yang berasal dari hutang, maka manajemen lebih ketat diawasi oleh pihak kreditor. Pihak kreditor menuntut manajemen bekerja lebih baik lagi supaya menghasilkan dana lebih banyak sehingga dapat melunasi hutang yang jatuh tempo beserta dengan bunganya tepat waktu. Karena manajemen diawasi kinerjanya oleh pihak kreditor, maka manajemen tidak dapat leluasa dalam mengambil kebijakan dan dalam menentukan strategi perusahaan serta dalam bekerja. Dengan demikian manajemen bekerja dengan tekanan dan target yang lebih besar. Manajemen tidak lagi dapat bekerja dengan 145

2 JRAK, Volume 13, No 2 Agustus 2017 santai. Manajemen lebih senang apabila dia bekerja tanpa pengawasan dari pihak kreditor secara langsung. Tanpa pengawasan yang ketat maka manajemen dapat bekerja dengan lebih santai dan leluasa serta tanpa target yang ketat. Investor memiliki kelemahan dalam mengawasi kinerja manajemen. Investor tidak dapat mengawasi kerja manajemen secara langsung. Oleh karena itu investor membentuk dewan direksi sebagai wakil investor utuk mengawasi kinerja manajemen. Dewan direksi ini yang mengawasi setiap kebijakan yang dibuat oleh pihak manajemen. Dewan direksi yang professional bekerja sesuai mandate yang diberikan oleh investor. Kelemahan sebagian besar perusahaan yang telah go public di Indonesia adalah dewan direksi juga merangkap sebagai manajer. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan go public di Indonesia sebagian besar berawal dari perusahaan keluarga. Di Indonesia pada umumnya direksi juga sebagai investor, bahkan beberapa perusahaan direksi menjabat juga sebagai manajer. Apabila direksi juga manajer, maka fungsi pengawasan direksi menjadi kurang optimal. Olehkarena itu pemerintah menetapkan bahwa dalam satu perusahaan harus memiliki minimal 1 direksi independen. Direksi independen yang dimaksud adalah direksi yang juga bukan sebagai investor juga tidak merangkap sebagai manajer. Fungsi direksi independen tersebut, benar-benar sebagai pengawas manajer dalam bekerja, sehingga manajer dapat berkinerja sebagaimana seharusnya. Direksi yang berasal dari investor berpengaruh terhadap penentuan proporsi hutang dalam struktur modal. Semakin besar kepemilikan saham oleh direksi maka direksi cenderung mendorong perusahaan untuk tidak menambah hutang. Direksi yang juga saebagai investor kurang menyukai hutang karena semakin besar proporsi hutang dalam struktur modalnya menjadikan perusahaan tersebut semakin beresiko. Resiko perusahaan harus ditanggung oleh investor yang secara tidak langsung juga ditanggung oleh direksi yang bersangkutan. Manajer yang juga sebagai investor juga kurang menyukai resiko yang ditimbulakan dari besarnya hutang. Semakin besar saham yang dimiliki oleh manajer, maka manajer tersebut semakin kurang menyukai proporsi modal yang berasal dari hutang. Pilihan struktur modal perusahaan pada umumnya ditentukan oleh pemilik perusahaan. Dalam penelitian ini kepemilikan perusahaan digunakan istilah struktur kepemilikan yang menunjukkan pihak-pihak yang menjadi pemilik perusahaan (institusi, individu, manager dan publik) serta prosentase kepemilikan saham perusahaan oleh setiap pihak. Semakin besar prosentase kepemilikan (mayoritas) saham oleh satu pihak maka keputusan perusahaan semakin dipengaruhi oleh pihak tersebut. Peningkatan persentase kepemilikan saham oleh manajer, maka keputusan sumber dana akan lebih banyak dipengarui oleh manajer. Dengan demikian diharapkan manajer dapat merasakan secara langsung manfaat dari setiap keputusan yang ditetapkannya. Kepemilikan perusahaan juga bisa dimiliki oleh institusi lain. Hal ini sering disebut denga kepemilikan insitusi. Institusi yang memiliki saham memiliki perilaku yang berbeda dengan perseorangan. Institusi bila memiliki saham suatu perusahaan biasanya juga ikut mengontrol jalannya perusahaan tersebut. Sehingga semakin besar kepemilikan saham oleh suatu institusi, biasanya institusi tersebut juga mengawasi semakin ketat kerja manajemen. Intitusi tidak mau dirugikan dengan investasi pada perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rizka dan Ratih (2009) menyatakan bahwa kehadiran kepemilikan institusional dapat mengurangi penggunaan hutang perusahaan dalam rangka meminimalkan agency cost of debt. Hal ini didukung oleh Hidayat (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan untuk mengurangi agency cost. Teori struktur modal Trade of Theory (Brigham, 2016), menyatakan bahwa, perusahaan lebih menyukai pendanaan menggunakan sumber dari hutang. Apabila 146

3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Murtini) diperlukan adanya tambahan pendanaan maka perusahaan memilih menggunakan hutang tersebih dahulu, baru kekurangannya diambilkan dari laba yang ditahan. Alasan perusahaan menggunakan hutnag adalah untuk mengurangi pajak yang dibayarkan ke pemerintah. Dengan semakin besar hutang yang dimiliki, maka perusahaan dapat menikmati tax shield semakin besar. Sehingga apabila perusahaan mendapatkan keuntungan cenderung dibagikan ke pemegang saham untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham terlebih dahulu. Dengan demikian semakin besar keuntungan perusahaan juga semakin besar hutang yang digunakan dalam struktur modalnya. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang telah banyak dilakukan. Andriana (2007) serta Rizka, Ratih, Nina, dan Nur (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kepemilikan saham oleh insider dibandingkan kelompok lainnya dalam perusahaan. Selain itu, juga disebabkan kebijakan pendanaan yang terjadi pada perusahaan di Indonesia tidak terpengaruh oleh adanya pemilik saham yang memiliki kedudukan di manajemen perusahaan. Hasil yang berbeda diungkapkan dalam penelitian Yuli (2008) mengungkapkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu digunakan untuk mengendalikan biaya keagenan penggunaan hutang serta mampu mewarnai dalam pengambilan keputusan manajemen mengenai keputusan penggunaan hutang. Penelitian Andriana (2007) serta Rizka dan Ratih (2009) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin kuat kontrol internal perusahaan guna mengurangi biaya keagenan.namun hasil yang berbeda ditemukan oleh Ari (2009) dan Yuli (2008) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian dilakukan Yuli (2008) serta Rizka dan Ratih (2009) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.hal ini membuktikan bahwa profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang rendah. Selain itu, setiap penambahan profitability mengakibatkan komposisi hutang dalam struktur modal berkurang. Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis melakukan pengujian pengaruh tata kelola perusahaan (good corporate governance/gcg) yang diukur melalui kepemilikan institusional, kepemilikan direksi dan manajemen serta profitabilitas (diukur dengan ROE) terhadap kebijakan hutang perusahaan (diukur menggunakan DER). KAJIAN LITERATUR Kebijakan Hutang Brigham (2016) mengungkapkan bahwa terjadinya masalah keagenan berkaitan dengan sumber pendanaan perusahaan yakni keputusan menggunakan free cash flow yang ada atau menggunakan hutang. Salah satu sebab timbulnya konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham disebabkan oleh keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan secara sederhana dapat diartikan sebagai keputusan manajemen dalam menentukan sumber-sumber pendanaan dari modal internal yakni modal ditahan atau dari modal eksternal melalui hutang. Keputusan pendanaan melalui hutang memiliki keunggulan. Keunggulan dari penggunaan hutang tersebut yakni pertama, bunga yang dibayarkan dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya menurunkan biaya efektif hutang tersebut. Hutang juga memiliki kelemahan. Pertama, semakin tinggi rasio hutang, maka perusahaan tersebut semakin berisiko sehingga semakin tinggi pula biaya baik dari hutang maupun ekuitasnya. Kedua, jika perusahaan mengalami masa-masa sulit dan laba operasi tidak cukup untuk menutupi beban bunga, para pemegang saham harus menutupi kekurangan 147

4 JRAK, Volume 13, No 2 Agustus 2017 tersebut dan jika mereka tidak dapat melakukannya, maka terjadi kebangkrutan. Pada umumnya, pendanaan melalui hutang meningkatkan pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi hutang juga meningkatkan tingkat risiko dari investasi tersebut bagi pemilik perusahaan, yaitu para pemegang saham. Perusahaan dengan keuntungan dan arus kas operasi yang tidak stabil membatasi penggunaan hutangnya. Di lain pihak, perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang lebih kecil dan arus kas yang lebih stabil dapat menanggung lebih banyak hutang. Perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar memiliki DER (Debt Equity Ratio) yang lebih rendah dalam struktur modalnya (Sigit dan Roland, 2008). Hal ini disebabkan manajemen cenderung memilih pendanaan modal sendiri untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dengan maksud untuk mengurangi masalahmasalah agensi yang memiliki potensial berasosiasi dengan keberadaan hutang yang berisiko dalam struktur modalnya. Teori struktur modal (Brigham, 2016), menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang. Hal ini muncul karena melalui penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Namun, manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa hutang mengandung risiko yang tinggi. Manajemen perusahaanmempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya dengan biaya pihak lain. Perilaku inidisebut sebagai keterbatasan rasional (bounded rationality). Dengan diadakannya pendanaan eksternal yang berupa hutang, diharapkan biaya yang dikeluarkan oleh pihak pemegang saham sehubungan dengan pengawasan manajemen dapat berkurang, karena pihak kreditur yang memberikan pinjaman kepada perusahaan akan melakukan pengawasan guna mendapatkan keyakinan tentang kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Dengan kata lain, hutang mampu memperkecil biaya agensi. Penggunaan hutang juga mendisplinkan manajer untuk tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena pengawasan oleh kreditur biasanya jauh lebih ketat dan efektif daripada pengawasan oleh pemegang saham di luar perusahaan dengan informasi yang relatif terbatas (Joni dan Lina, 2010). Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Untung dan Hartini (2006) menyatakan bahwa penggunaan utang mengurangi kebutuhan ekuitas eksternal dan meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial. Penggunaan utang yang berlebihan meningkatkan bankruptcy cost sehingga mengurangi minat manajer untuk menambah kepemilikan. Oleh karena itu, kepemilikan manajerial dengan hutang memiliki hubungan timbal balik. Peningkatan proporsi kepemilikan manajerial mengurangi penggunaan hutang. Sebaliknya, penurunan proporsi kepemilikan manajerial meningkatkan penggunaan hutang. Penggunaan hutang yang tinggi menyebabkan beban perusahaan semakin meningkat. Hal ini berarti risiko perusahaan semakin tinggi sehingga manajer cenderung mengurangi kepemilikan saham untuk memperkecil risiko (Nina, 2009). Yuli (2008) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mampu digunakan untuk mengendalikan biaya keagenan penggunaan hutang serta mampu mewarnai dalam pengambilan keputusan manajemen mengenai kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber dana yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Pihak institusional diharapkan mampu melakukan pengawasan yang lebih baik 148

5 GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Murtini) terhadap kebijakan manajer. Kepemilikan institusional dapat melakukan pengawasan yang lebih baik.hal ini dikarenakan dari segi skala ekonomi, pihak institusional memiliki keuntungan lebih untuk memperoleh informasi dan menganalisis segala hal yang berkaitan dengan kebijakan manajer. Selain itu, pihak institusional lebih mementingkan adanya stabilitas pendapatan atau keuntungan jangka panjang, sehingga aset penting perusahaan mendapatkan pengawasan yang lebih baik (Untung dan Hartini, 2006). Dengan demikian, kehadiran kepemilikan institusional berperan penting dalam rangka meminimalkan biaya keagenan hutang (agency cost of debt). Dalam hal ini, kepemilikan institusional memiliki hubungan negatif dengan kebijakan hutang.semakin tinggi kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin kecil penggunaan hutang oleh perusahaan.hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan adanya kepemilikan institusional, maka penggunaan hutang perusahaan untuk pendanaan dapat menurun guna mengurangi biaya keagenan. Yuli (2008) dan Ari (2010) menemukan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Kedua hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa keberadaan institusi dapat memonitor perilaku manajemen perusahaan secara efektif sehingga pihak manajemen bekerja demi kepentingan pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Direksi yang juga sebagai investor atau pemilik perusahaan juga ikut mengendalikan perusahaan. Dalam penentuan proporsi modal yang berasal dari hutang, direksi memiliki kecenderungan lebih menyukai proporsi hutang yang lebih rendah. Hal ini dilakukan untuk menghindari risiko. Semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh direksi maka semakin memiliki kecenderungan untuk menentukan sumber pendanaan dari modal sendiri. Berdasar argumentasi tersebut, maka disusun hipotesis penelitian ini: H 3 : Kepemilikan direksi berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Trade of theory (Brigham 2016) menjelaskan bahwa apabila perusahaan memerlukan tambahan dana, maka peratama kali yang digunakan adalah dana dari hutang, bila masih kurang baru dipenuhi dari laba yang ditahan dan terakhir dengan emisi saham baru. Perusahaan cenderung menggunakan hutang karena hutang dapat digunakan sebagai pengurang pajak. Semakin besar hutang, maka perusahaan mendapatkan tax shield senakin besar. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. METODA PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010 sampai Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listed di BEI. Teknik pengambilan sampel digunakan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria yang digunakan sebagai berikut: 1) Perusahaan masuk dalam industry Tobaco, tercatat atau listing selama tahun 2010 sampai dengan ) Tersedianya laporan keuangan saham emiten setiap tahun selama periode penelitian. 3) Memiliki kepemilidireksi, manajerial dan institusional selama, dan 4) Memiliki earnings after tax bernilai positif. Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dan didefinisikan secara operasional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang. Kebijakan hutang diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menggambarkan kemampuan modal sendiri (ekuitas) dapat menutupi atau membayar hutang jangka panjangnya kepada pihak luar. Penggunaan rasio ini dikarenakan dalam penelitian ini akan melihat perbandingan hutang dengan ekuitas dalam mengambil 149

6 JRAK, Volume 13, No 2 Agustus 2017 keputusan pendanaan. Variabel DER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Total Hutag DER Total Ekuitas Variabel independen yang digunakan terdiri dari: 1) Kepemilikan Manajerial, variabel ini diukur dengan proporsi kepemilikan saham oleh manajer. 2) Kepemilikan Insitusional, variabel ini diukur dengan proporsi kepemilikan saham oleh institusi. 3) Kepemilikan direksi diukur dengan prosentase saham yang dimilikimoleh dewan direksi atau dewan komisaris dan 4) Profitabilitas, variabel ini diukur menggunakan Return on Equity (ROE). ROE dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih ROE Ekuitas Untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, institusional, komisaris dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang, digunakan model regresi berganda dengan persamaan dasar sebagai berikut: Y 1X1 2X 2 3X 3 4X 4 Keterangan: Y = Debt to Equity Ratio (DER) α = Konstanta β 1 -β 4 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen X 1 = Kepemilikan manajerial X 2 = Kepemilikan institusional X 3 = Kepemilikan Komisaris (direksi) X 4 = ROE ε = Error term Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, perlu digunakan analisis regresi, dengan pengujian secara parsial menggunakan uji signifikansi dengan student-t. Di dalam penelitian ini signifikansi dilakukan dengan melihat nilai probabilitassignifikansi dari hasil olah data menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran data memperlihatkan data dari setiap variable yang digunakan dalam penelitian. Adapun gambaran data dari setiap variable yang digunakan dapat dilihat dalam table 1 di bawah ini: Tabel 1 Gambaran Data Variabel Minimum Maximum Mean DER Manajerial Institusional Komisaris ROE Pada Tabel 1 menunjukkan variabel dependen (DER) mempunyai nilai minimum sebesar yang berarti nilai hutang hanya berkisar 15,76% dari total ekuitasnya. Perusahaan ini hampir seluruhnya dibiayai menggunakan modal sendiri. DER terbesar 2,9036 berarti ada perusahaan yang memiliki hutang sampai dengan hampir 3 kali ekuitas perusahaan, tetapi rata-rata sampel penelitian memiliki hutang sekitar 1,0210 kali ekuitasnya. Hal ini menunjukkan rata-rata perusahaan yang menjadi sampel penelitian memiliki hutang berimbang dengan ekuitasnya. Kepemilikan manajerial terendah pada periode adalah sebesar yang berarti kepemilikan manajerial terendah sebesar 0,011%. Kepemilikan manajerial tertinggi sebesar 0,5766 atau sebesar 57,66%, berarti bahwa paling besar manajemen memiliki saham perusahaan sebesar 57,66% dari semua saham yang dimiliki perusahaan. 150

7 GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Murtini) Nilai rata-rata kepemilikan manajerial selama sebesar atau sebesar 25,95%. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan tobacco di Indonesia cukup tinggi. Nilai terendah untuk variabel kepemilikan institusional adalah sebesar Nilai ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional terendah adalah 8,68%. Nilai tertinggi selama periode sebesar atau sebesar 83,04%. Hal ini menunjukkan bahwa ada perusahaan yang hampir seluruh sahamnya dimiliki oleh institusi sedang manajemen dan public hanya memiliki sedikit sekali. Kepemilikan institusi yang cukup besar ada kemungkinan adalah induk perusahaan tersebut. Rata-rata kepemilikan institusional sebesar atau 66,49%. Hasil ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional di Indonesia tergolong tinggi di mana sebagian besar perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi. Kepemilikan saham oleh komisaris terendah sebesar atau 0.05%. Komisaris memiliki saham yang sangat kecil, menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak dimiliki oleh manajemen dibanding komisaris. Hal ini memungkinkan pengawasan komisaris menjadi kurang efektif. Rata-rata kepemilikan komisaris sebesar atau 8,98%. Hal ini menunjukkan rata-rata komisaris memiliki saham tidak besar. Akan tetapi ada komisaris yang memiliki saham cukup besar yaitu sebesar 76,55%. Kepemilikan saham lebih dari 76% kemungkinan dimiliki oleh pendiri. Dalam hal ini ada kemungkinan pendiri masih ingin mengawaasi jalannya perusahaan sehingga dia sebagai komisaris perusahaan. Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diukur menggunakan ROE. Nilai terendah untuk variabel tersebut adalah sebesar atau 0,87% Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian memiliki ROE paling rendah 0.87% dan tertinggi memiliki ROE atau 18,76%. Berdasarkan output SPSS, secara parsial pengaruh variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, institusional, komisaris dan ROE terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang (DER) ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Perhitungan Regresi Parsial Variabel Koefisien Regresi p-value Keputusan Manajerial *** Hipotesis terdukung Institusional *** Hipotesis terdukung Komisaris * Hipotesis terdukung ROE ** Hipotesis terdukung Keterangan: *** signifikan pada alfa (α) 1% ** signifikan pada alfa (α) 5% * signifikan pada alfa (α) 10% Dari table 2 di atas terlihat bahwa semua variable independen berpengaruh terhadap variable dependen. Kepemilikan manajerial berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang. Semakin besar saham yang dimiliki oleh manajer, maka semakin kecil proporsi hutang yang digunakan dalam struktur modal perusahaan. Manajer lebih menyukai perusahaan menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri dibandingkan dari hutang. Semakin kecil proporsi modal dari hutang maka manajer lebih leluasa dan bebas dalam menentukan kebijakan perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena manajer tidak ketat diawasi oleh kreditor dan kebijakannya kurang dibatasi oleh kreditor. Hasil penelitian ini 151

8 JRAK, Volume 13, No 2 Agustus 2017 mendukung penelitian Devi dan Gugus (2008) dan Yuli (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Hasil ini konsisten dengan teori bahwa kepemilikan manajerial yang semakin meningkat membuat kekayaan pribadi manajemen semakin terikat erat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi resiko kehilangan kekayaannya. Hal ini ditempuh dengan mengurangi financial risk (resiko keuangan) perusahaan melalui penurunan tingkat hutang.di samping itu, dengan meningkatnya kepemilikan manajerial dapat mensejajarkan kepentingan para manajer dengan kepentingan outside shareholders dan mengurangi penggunaan hutang secara optimal sehingga dapat meminimumkan biaya keagenan (Devi dan Gugus, 2008). Kepemilikan institusi berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang. Semakin besar saham yang dimiliki oleh institusi, mak perusahaan semakin kecil menggunakan modal yang berasal dari hutang. Institusi lebih menyukai sumber pendanaan yang berasal dari modal sendiri, karena dianggap resiko perusahaan semakin kecil. Semakin besar kebijakan pendanaan yang berasal dari hutang, maka reisiko perusahaan untuk mendapatkan kesulitan keuangan juga semakin besar. Olehkarena itu institusi lebih menyukai apabila perusahaan menggunakan sedikit hutang dalam kebijakan hutangnya. Hal ini dimungkinkan karena biasanya investor institusi lebih menyukai investasi pada perusahaan yang aman dalam arti tidak menanggung risiko besar karena hutang yang dimiliki semakin besar. Hutang yang semakin besar menunjukkan bahwa risiko perusahaan tersebut juga semakin besar. Dalam hal ini adalah risiko kebangkrutan. Semakin besar hutang, maka kemampuan membayar hutang perusahaan semakin kecil, maka kemungkinan perusahaan ini bangkrut semakin besar. Penelitian ini mendukung penelitian Yuli (2008) dan Ari (2010) yang membuktikan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang Kepemilikan saham oleh komisaris berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Semakin besar saham yang dimiliki oleh komisaris, maka semakin kecil hutang yang digunakan oleh perusahaan sebagai sumber pendanaan. Tugas komisaris adalah mengawasi kinerja manajemen. Semakin besar saham yang dimiliki komisaris, maka komisaris semakin ketat mengawasi kinerja manajemen. Sebenarnya komisaris dapat menggunakan pihak ke tiga yaitu kreditor untuk membantu pengawasan kinerja manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komisaaris yang memiliki saham semakin besar lebih menyukai mengawasi kerja manajemen secara langsung. Komisaris harus bekerja lebih keras, tetapi dengan pengawaasan langsung, komisaris bias ikut campurtangan dalam pelaksanaan operasi perusahaan. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Semakin besar keuntungan perusahaan (ROE), maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang lebih banyak dalam pendanaan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan tobacco yang go public di Indonesia menerapkan teori struktur modal trade of teory. Apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana, maka perusahaan cenderung untuk meningkatkan hutang. Alasan perusahaan meningkatkan hutang untuk mendapatkan tax shield, sehingga akan mendapatkan pengurangan pembayaran hutang. Keuntungan yang telah didapatkan akan dibagikan menjadi deviden kepada pemegang saham. Dengan demikian kemakmuran pemegang saham akan meningkat. Dengan membagi deviden yang lebih besar diharapkan nilai perusahaan juga akan meningkat, sehingga kinerja manajemen akan dinilai baik oleh investor. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Riyanto (1992) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang. Jika perusahaan semakin meningkatkan profitabilitas, maka penggunaan hutang akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan penggunaan hutang akan menyebabkan adanya pembayaran bunga hutang. Bunga tersebut akan mengurangi pembayran pajak atau yang disebut dengan tax shield. Dengan adanya tax 152

9 GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Murtini) shield tersebut, maka perusahaan akan mendapatkan manfaat atas tax shield tersebut di mana menjadi tambahan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan profitabilitas perusahaan semakin meningkat pula. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan: kepemilikan manajerial, institusi dan komisaris berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial, komisaris dan institusi sebagai proksi good corporate governance. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan tobacco yang go public di Indonesia berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang. Keuntungan perusahaan (ROE) berpengaruh positif DAFTAR REFERENSI Andriana, Pengaruh Insider Ownership, Institusional Investor Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Skripsi. Diana, Devi Nurvida Arvi dan Gugus Irianto, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau Dari Teori Keagenan. Jurnal Emisi, 1, Damayanti, Isrina, 2006, Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Yogyakarta, Skripsi. Hutomo, Y.B. Sigit dan Mochammad Roland Perdana, Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Debt Equity Ratio Dengan Kepemilikan Institusional terhadap kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tobacco yang go public di Indonesia menerapkan struktur modal trade of theory. Keterbatasan Penelitian dan saran Keterbatasan penelitian ini menggunakan pengukuran variabel profitabilitas dengan ROE, sehingga tidak dapat memberikan gambaran keuntungan sesungguhnya dari perusahaan tersebut dalam satu tahun. Agar hasil penelitian selanjutnya dapat lebih sempurna, maka dapat dilakukan dengan menambahkan proksi free cash flow sebagai variabel independen dengan mengelompokkan free cash flow yang besar dan kecil. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa agency conflict terjadi akibat free cash flow yang dihasilkan perusahaan dapat dalam jumlah yang besar maupun kecil sehingga dapat berdampak pula pada pengambilan kebijakan hutang. Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Eksekutif, 5, Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 11, Joni dan Lina, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12, Purba, Lenra Juni Remember, Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Non-Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ). Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang. 153

10 JRAK, Volume 13, No 2 Agustus 2017 Soesetio, Yuli, Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 12, Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri, Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening, Makalah, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Yulianto, Ari Hidayat, Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan. Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 154

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi terjadinya konflik keagenan. Penyebab terjadinya konflik keagenan dikarenakan manajer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Free Cash Flow (Aliran kas Bebas) Arti sederhana dari free cash flow atau arus kas bebas adalah sisa perhitungan arus kas yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : 2.1.1 Rizka Putri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal a. Agency Theory Pearce dan Robinson (2009), mendefinisikan bahwa teori keagenan merupakan sekelompok gagasan mengenai pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia usaha berkembang dengan pesat dan persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

Nurlaila

Nurlaila PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN BIAYA KEAGENAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Nurlaila Email: nurlailae71@gmail.com Dwi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kebijakan Hutang Pada dasarnya kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh:

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh: PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN HUTANG DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2015) Disusun sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang sering kali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring bertumbuhnya perekonomian di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini, secara tidak langsung kegiatan investasi di pasar modal Indonesia pun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh aliran kas bebas, kepemilikan manajerial dan struktur aset terhadap kebijakan hutang membutuhkan beberapa kajian teori : 1. Agency

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari

BAB I PENDAHULUAN. telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam (internal) ataupun dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan berkembang ditengah-tengah persaingan yang sangat ketat di era globalisasi saat ini. Dana tersebut

Lebih terperinci

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI

Shella Febri Priatama ABSTRAKSI ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, PROFIBILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Shella Febri Priatama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan dari sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Kartika Nuringsih (2005) menyatakan manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas, membahas masalah yang sama, namun berbeda. Penelitian yang menjadi acuan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal hasil pemegang saham. Peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% perusahaan yang listed di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Banyak berbagai penelitian yang diharapkan oleh peneliti tidak lepas dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Brigham Gapensi menyatakan bahwa, tujuan utama. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Brigham Gapensi menyatakan bahwa, tujuan utama. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Brigham Gapensi menyatakan bahwa, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan bisnis saat ini, perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran para pemilik modal atau para pemegang saham dengan mempercayakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan sifat dari hubungan antar variabel, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Pengklasifikasian Utang Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia memiliki peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya perlu mengetahui perkembangan sejauh mana perusahaan itu mencapai tujuan perusahaannya. Setiap perusahaan mempunyai sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan dan kebijakan yang tercermin dalam harga saham dipasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keagenan antara principal dengan agent. Menurut Jensen dan Meckling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keagenan antara principal dengan agent. Menurut Jensen dan Meckling 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) membahas adanya hubungan keagenan antara principal dengan agent. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Haryono (2005) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan, maka semakin ketat persaingan antar perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditur maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Hutang juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Kebijakan Hutang a. Pengertian Hutang Hutang Menurut Djarwanto (2004:34) merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dijelaskan di bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dijelaskan di bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Rasio free cash flow to total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi indonesia yang tidak stabil, menyebabkan perusahaan kesulitan untuk tetap eksis dalam mempertahankan persaingan yang sangat ketat. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Tujuan perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusaan pendanaan atau keputusan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan yang lain, sehingga perusahaan akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut perusahaan tidak bisa terus stagnan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut perusahaan tidak bisa terus stagnan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar melakukan pengembangan usahanya untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi

BAB II LANDASAN TEORITIS. pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini telah menciptakan suatu kondisi persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini. Keputusan pendanaan akan berkaitan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebijakan Dividen Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : 1. Teori Dividen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Daftar Efek Syariah (DES) tahun

BAB I PENDAHULUAN. sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Daftar Efek Syariah (DES) tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang sangat penting bagi perusahaan. Manajer selaku pengelola perusahaan harus memilih kombinasi sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin

BAB I PENDAHULUAN. harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan sebaliknya semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang tercermin pada harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis, adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hutang perusahaan sangat berkaitan erat dengan struktur modal suatu perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR ISSN : 2302 8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.3 (2014) : 709-716 PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR Ni Putu Yunita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sugiarto 2009). Wild et al (2005) mengatakan perbandingan antara hutang dan modal

BAB I PENDAHULUAN. Sugiarto 2009). Wild et al (2005) mengatakan perbandingan antara hutang dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sugiarto (2009) mengatakan bahwa struktur modal perusahaan merupakan bagian dari struktur keuangan perusahaan yang mengulas tentang cara perusahaan mendanai aktivanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan, meningkatnya nilai perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan (Prihadi, 2013:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari keputusan pendanaan, investasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal (DER) adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menghadapi persaingan global dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Utang Menurut Munawir (2004) dalam Pitaloka (2009) utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan sering mengalami perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, perbedaan ini akan menimbulkan suatu masalah. Salah satu contoh bentuk perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep manajerial pada perusahaan publik memiliki tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham dan Gapenski, 1996, dalam Wahidahwati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah disajikan, karena di dalam Laporan Keuangan tersebut terdapat informasiinformasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2010 Semuel Edwin Allein Mandagi Business School UPH Surabaya Surabaya, Indonesia Sea_mandagi@yahoo.com

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF TEORI AGENSI DAN TEORI SIGNALING AMANDA WONGSO E-mail: amanda_wongso@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan kegiatan operasionalnya Astuti (2014). sendiri. Banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah suatu hal yang ingin dicapai setiap individu, terutama kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Pada bagian ini dijelaskan beberapa kajian literatur yang mendukung pembahasan penelitian mengenai pengaruh struktur modal, profitabilitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kondisi perekonomian yang sangat ketat saat ini menyebabkan persaingan yang semakin kompetitif menjadikan tugas manajer keuangan semakin berat yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan aktivitas pendanaan merupakan bagian paling penting untuk kelangsungan tujuan perusahaan. Kegiatan pendanaan berhubungan penting dengan banyak pihak,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan sesuai dengan tujuan hipotesis yang dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat seperti sekarang ini dan dengan semakin maraknya krisis perekonomian dunia membuat banyak perusahaan harus berusaha semaksimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang manajer yang diberikan kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaan merupakan inti dari keberhasilan suatu perusahaan. Manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore,

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Referensi Yang Relevan Dengan Penelitian. 2.1.1. Insider Ownership Kepemilikan Manajerial (insider ownership) adalah sebuah ukuran persentase saham yang dimiliki oleh direksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama. Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA NILAI PERUSAHAAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA NILAI PERUSAHAAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015) Dedy Karmawan Program Studi Akuntansi-S1, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini ingin melihat pengaruh elemen corporate governance yang dalam hal ini dilihat dari karakteristik dewan komisaris terhadap cost of debt.

Lebih terperinci