BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2005:164). Secara sederhana R&D dapat didefinisikan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna (Putra, 2011:67). R&D memang diarahkan untuk mencaritemukan kebaruan dan keunggulan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. Oleh karena itu, R&D selalu dengan tegas dibedakan dari penelitian murni/dasar walaupun tentu saja tidak dapat dipisahkan dari penelitian murni/dasar. Bahkan sering kali R&D didasarkan pada penelitian murni/dasar (Putra, 2011:67). Sehingga dapat diartikan penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan suatu produk baru berupa bahan ajar dan dapat dipertanggungjawabkan. 9

2 Bahan Ajar Dalam dunia pendidikan, bahan ajar sangatlah dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar juga dapat mengkomunikasikan informasi, konsep, pengetahuan yang mudah dimengerti oleh pendidik maupun peserta didik. Berikut akan dijelaskan pengertian bahan ajar Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis (Prastowo, 2011:16). Pandangan ahli lain mengemukakan bahwa bahan ajar adalah bahanbahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran Pannen (dalam Prastowo, 2011:17). Dari pengertian tersebut, bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam malakukan proses pembelajaran sehingga tercipta lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Penyusunan bahan ajar disesuaikan dengan kompetensi yang akan dikuasai siswa melalui proses pembelajaran yang mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan menyenangkan (Prastowo, 2011:373). Sejalan dengan hal tersebut, bahan ajar disusun sesuai dengan kompetensi siswa dan cara penyajiannya harus menarik sehingga bahan ajar tersebut dapat membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri dan optimal.

3 Fungsi Bahan Ajar Ada dua fungsi utama pembagian fungsi bahan ajar, klasifikasinya yaitu menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar dan menurut strategi pembelajarn yang digunakan (Prastowo, 2012:299). Menurut Depdiknas (2008:6-7) tentang Panduan Pengembangan Bahan Ajar menyebutkan bahwa fungsi bahan ajar berdasarkan pihak yang memanfaatkan bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi guru dan siswa. 1) Fungsi bahan ajar bagi guru adalah : a) Menghemat waktu guru dalam mengajar karena dapat mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator. b) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif c) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada siswa, dan d) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. 2) Fungsi bahan ajar bagi siswa adalah : a) Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain kemudian dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki. b) Siswa dapat belajar berdasarkan urutan yang dipilihnya sendiri sesuai dengan kecepatannya masing-masing. c) Membantu potensi siswa untuk membantu pelajar/mahasiswa yang mandiri

4 12 d) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. Menurut Prastowo (2013:300) fungsi bahan ajar berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pembelajaran klasikal, individual, dan kelompok. 1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal : a) Sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengawas, serta pengendali proses pembelajaran, siswa pasif dan belajar sesuai dengan kecepatan guru dalam mengajar, dan b) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan. 2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual : a) Media utama dalam proses pembelajaran b) Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi, dan c) Penunjang media pembelajaran individual lainnya. 3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok : a) Bersifat sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri, dan b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama yang jika dirancang sedemikian rupa dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

5 13 Dari fungsi-fungsi bahan ajar tersebut, dapat dikatakan bahwa bahan ajar sangat penting dalam proses pembelajaran, bukan hanya sebagai acuan guru untuk mengajar melainkan dapat digunakan untuk menggantikan peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator dan mendukung pembelajaran individual dan kelompok Manfaat Dikembangkannya Bahan Ajar Dalam Panduan Pengembangan Bahan Ajar menyebutkan bahwa manfaat atau kegunaaan mengembangkan bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan siswa (Depdiknas 2008:9). 1) Manfaat bagi guru : Manfaat yang diperoleh oleh guru ialah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman guru dalam mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi sehingga tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh. Terciptanya bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan siswa karena siswa merasa lebih percaya kepada gurunya sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. 2) Manfaat bagi siswa : Manfaat yang diperoleh oleh siswa dalam pengembangan bahan ajar ialah kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik karena siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan guru,

6 14 sehingga siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang dikuasai. Berdasarkan hasil analisa dari beberapa manfaat tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan bahan ajar bukan hanya sebagai pendamping dalam proses belajar tapi juga memperkaya referensi bahan ajar sehingga dapat menambah pengetahuan siswa dan memberikan kemudahan pada siswa untuk dapat belajar secara mandiri Klasifikasi Bahan Ajar Macam-macam bahan ajar jika dikelompokkan dapat ditemukan beberapa klasifikasi diantaranya adalah bahan ajar berdasarkan bentuk, cara kerja, dan sifat. 1) Bahan Ajar Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif (Prastowo, 2013:306). Bahan cetak (printed), merupakan sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas. Contohnya, handout, buku, lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar. Contohnya, kaset dan radio. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni sesuatu yang dapat dikombinasikan dengan audio dan gambar bergerak. Contohnya, video compact disk, televisi, dan film. Sedangkan bahan ajar interaktif (interactive

7 15 teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah. Contohnya, compact disk interactive. 2) Bahan Ajar Menurut Cara Kerjanya Menurut cara kerjanya, bahan ajar dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer (Prastowo, 2013:307). Bahan ajar yang tidak diproyeksikan yaitu bahan ajar yang tidak memerlukan alat bantu untuk menampilkan isi di dalamnya, dan peserta didik dapat langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya. Sedangkan bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan alat bantu agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari peserta didik. Contohnya, slide, filmstrip, overhead transparencies, dan proyeksi komputer. Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, memerlukan alat seperti tape compo, CD player, VCD player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset, CD, flash disk, dan lain lain. Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang berupa audio dan dilengkapi dengan gambar. Untuk mempergunakannya memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya.

8 16 Contohnya, video, film, dan lain sebagainya. Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated instruction dan computer based multimedia atau hypermedia. 3) Bahan Ajar Menurut Sifatnya Berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat macam, sebagaimana disebutkan berikut (Prastowo, 2013:308). Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio casette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video casettes, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, handphone, video conferencing, dan lain sebagainya. Bahan ajar dapat dibedakan berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya yang saling terkait agar dapat meningkatkan pengetahuan siswa sehingga proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Dalam hal ini, menurut peneliti jenis bahan ajar yang berbasis cetak sangat menguntungkan karena pemakaiannya mudah, dapat dibawa kemana saja dan dibaca kapan saja.

9 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Berikut akan dijelaskan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan istilah sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013:165). Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu tentang alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ilmu pengetahuan alam sebagai sikap. Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya (Susanto, 2013:167). Menurut Sulistyorini (dalam Susanto, 2013:169) ada sembilan aspek yang

10 18 dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan. Menurut piaget, anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase operasioal konkret. Fase yang menunjukkan adanya sikap keingintahuannya cukup tinggi untuk mengenali lingkungannya. Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan sains, maka pada anak sekolah dasar siswa harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia gejala-gejala alam. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengentahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang

11 19 masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika (Susanto, 2013:171). Adapun tujuan pembelajaran IPA pada KTSP untuk SD atau MI, dimaksudkan untuk: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalamkehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. 2.4 Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin Suplemen bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin dikembangkan agar dapat menarik minat belajar siswa dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam. Suplemen bahan ajar ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

12 20 pengembangan bahan ajar yang kreatif dan inovatif. Berikut akan dijelaskan pengertian buku cerita kincir angin Pengertian Buku Cerita Kincir Angin Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin merupakan jenis bahan ajar cetak buku teks pelengkap yaitu buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama serta digunakan oleh pendidik dan peserta didik Mohammad (dalam Prastowo, 2011:168). Memiliki ukuran panjang 29,7 cm dan lebar 210 cm, cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri, bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca (Majid, 2005:8). Buku Cerita Kincir Angin adalah sebuah buku yang berisi penjelasan mengenai pemanfaatan kincir angin bagi kehidupan sehari-hari. Buku ini memuat informasi tentang energi yang dapat dimanfaatkan dengan penggunaan kincir angin dikemas dalam bentuk cerita dan dilengkapi dengan gambar untuk mempermudah siswa dalam memahami alur cerita. Dalam bahan ajar ini, konsep cerita yang disajikan disesuikan dengan materi pembelajaran yang ada pada bab 4, bahan ajar ini ditujukan khusus untuk Sekolah Dasar kelas II. Cerita yang disajikan disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang ada pada bab 4 :

13 21 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 4. Mengenal berbagai sumber energi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan kegunaannya 4.1 Mengidentifikasi sumber-sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) yang ada di lingkungan sekitar 4.2 Mengidentifikasi jenis energi yang paling sering digunakan dilingkungan sekitar dan cara menghematnya Materi IPA Sumber Energi dan Energi yang Sering digunakan Materi yang digunakan dalam pengembangan suplemen bahan ajar buku cerita kincir angin disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ada pada bab 4 yaitu mengidentifikasi sumber-sumber energi. Sumber energi yang dijabarkan dalam buku cerita ini adalah energi listrik, karena buku cerita kincir angin memuat tentang pemanfaatan kincir angin sebagai salah satu sumber energi penghasil listrik. Materi yang disajikan dalam pengembangan suplemen bahan ajar buku cerita kincir angin adalah sebagai berikut: 1) Sumber energi Kincir angin termasuk salah satu sumber energi yang dapat menghasilkan energi listrik. Kincir angin adalah roda besar yang dijalankan dengan pertolongan angin. Kincir angin berfungsi merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik berupa putaran poros. Putaran poros tersebut kemudian

14 22 digunakan untuk beberapa hal sesuai kebutuhan seperti memutar dinamo atau generator untuk menghasilkan listrik (Ismail, 2015:60). 2) Energi yang sering digunakan Energi yang banyak digunakan adalah energi listrik, energi listrik dapat mempermudah kegiatan manusia. Energi listrik yang digunakan berasal dari pembangkit listrik tenaga angin yaitu dalam bentuk kincir angin. Kincir angin memanfaatkan energi angin untuk menggerakkan roda, roda yang bergerak digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Penggunaan energi listrik untuk benda-benda di rumahmu, seperti: a) Lampu, dapat digunakan untuk menerangi kita ketika malam hari. Lampu menggunakan energi listrik untuk mendapatkan cahaya. b) Televisi bisa menyala karena ada energi listrik, televisi akan menampilkan gambar dan suara. c) Blender dapat bekerja karena ada energi listrik, blender digunakan untuk membuat jus. d) Kulkas dapat mendinginkan makanan karena ada energi listrik. e) Kipas angin dapat berputar dan mengeluarkan angin karena ada energi listrik. Cara menghemat energi listrik yaitu : a) Matikan lampu ketika siang hari b) Matikan televisi apabila tidak ditonton lagi c) Mematikan kipas angin apabila selesai menggunakannya d) Mematikan kran air jika bak mandi sudah penuh e) Mematikan alat listrik yang tidak dipakai

15 23 Penghematan energi itu sangat penting agar energi yang ada di bumi tidak cepat habis Manfaat Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin Suplemen bahan ajar buku cerita kincir angin memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Siswa dapat memahami tentang pemanfaatan kincir angin sebagai sumber energi alternatif. 2) Isi buku dirangkai menjadi sebuah cerita dengan bahasa yang interaktif dan mudah dipahami dengan karakteristik siswa kelas II. 3) Buku ini dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menambah pengetahuan siswa tentang penerapan energi dalam pembelajaran. 4) Di dalam buku ini tidak hanya berisi materi pembelajaran melainkan terdapat beberapa pertanyaan yang memperkuat pemahaman siswa tentang energi yang sering digunakan di lingkungan sekitar Desain Pengembangan Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin 1) Cover Buku Gambar. 2.1 Cover Buku

16 24 2) Isi Materi pada Buku Gambar 2.2 Isi Materi pada Buku Kelebihan dan Kekurangan Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin Bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin ini merupakan bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA kelas II Sekolah Dasar pada materi Energi dan Perubahannya. Adapun kelebihan-kelebihan dalam menggunakan bahan ajar cerita berbasis kincir angin sebagai berikut : 1) Dapat digunakan secara individual maupun kelompok 2) Buku didesain dengan berbagai warna yang beragam sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk mempelajari pemanfaatan kincir angin sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari. 3) Pada halaman terakhir buku ada beberapa pertanyaan yang didesain seperti permainan ular tangga, siswa dapat memainkannya dengan berkelompok. Kekurangan atau kelemahan dalam penggunaan bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin ini hanya memuat satu materi pelajaran IPA kelas 2 yaitu tentang Energi dan Perubahannya, materi yang ada dalam buku cerita dijelaskan secara singkat yaitu pengetahuan umum tentang pemanfaatan kincir angin.

17 Petunjuk Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Buku Cerita Kincir Angin 1) Guru membagikan bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin. 2) Guru meminta siswa untuk membaca buku cerita berbasis kincir angin. 3) Guru membahas bersama siswa mengenai isi materi pada buku cerita berbasis kincir angin. 4) Siswa mengerjakan mini kuis yang terdapat dalam buku cerita berbasis kincir angin. 5) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdapat 4 orang. 6) Siswa bermain fun game yang ada didalam bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin bersama teman kelompok. 2.5 Kerangka pikir Minat baca siswa kelas II MI Muhammadiyah 1 Godog dan SDN Bluri Solokuro masih tergolong rendah, sehingga pembelajaran di kelas kurang efektif, siswa masih harus bergiliran untuk membaca materi yang akan dipelajari satu per satu ke depan kelas sehingga guru merasa kurang maksimal dalam menjelaskan materi karena jam yang seharusnya digunakan untuk menjelaskan materi lebih banyak digunakan untuk bergiliran membaca ke depan kelas. Kerangka pikir dalam pengembangan bahan ajar buku cerita berbasis kincir angin materi IPA di Sekolah Dasar sebagai berikut.

18 26 Kondisi Lapangan : Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di MI Muhammadiyah 1 Godog menunjukkan minat baca siswa kelas II tergolong rendah karena kurang adanya kreatifitas dalam mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa, terlihat dari kurangnya minat siswa dalam belajar mandiri. Kondisi Ideal: Dalam meningkatkan proses pembelajaran siswa, maka diperlukan sebuah bahan ajar yang menarik untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar mandiri Bahan ajar yang diberikan buku cerita berbasis kincir angin Pembuatan bahan ajar Validasi bahan ajar Uji coba bahan ajar Ahli bahan ajar, ahli materi, dan ahli pembelajaran Respon siswa Analisis keefektifan dari angket respon, hasil validasi, hasil uji coba produk Hasil Produk : Bahan ajar yang menarik berbentuk buku cerita berbasis kincir angin Gambar 2.3 Kerangka Pikir Pengembangan Bahan Ajar Buku Cerita Berbasis Kincir Angin Materi IPA di Sekolah Dasar

19 Penelitian terdahulu Pada kajian penelitian yang relevan pertama yaitu jurnal yang ditulis oleh Nurhajati (2015) yang berjudul Pengembangan Suplemen Bahan Ajar Bahasa Inggris untuk Siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya kegiatan pembelajaran dan memberikan variasi aktivitas pembelajaran di kelas. Persamaan skripsi ini dengan jurnal tersebut yaitu sama-sama melakukan penelitian tentang pengembangan suplemen bahan ajar. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian dari saudari Nurhajati ialah langkah-langkah prosedur penelitian. Prosedur penelitian yang digunakan oleh saudari Nurhajati ialah R2D2. Pada kajian penelitian yang relevan kedua yaitu skripsi yang ditulis oleh Lestari (2014) yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Cerita Berbasis Konservasi Budaya bagi Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Persamaan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya yaitu sama-sama mengembangkan bahan ajar. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian dari saudari Lestari ialah peneliti menggunakan mata pelajaran IPA, sedangkan saudari Lestari menggunakan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nor dan Sudrajat (2015) dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Buku Cerita Bergambar Untuk Pembelajaran IPS Siswa SMP Kelas VIII. Penelitian tersebut menghasilkan produk berupa buku CERGAM (Cerita Bergambar) pembelajaran IPS untuk siswa kelas VIII SMP. Hasil pengembangannya menyebutkan bahwa buku ini dapat digunakan untuk proses pembelajaran pada kelas VIII SMP.

20 28 Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan yang dilakukan oleh Nor dan Sudrajat (2015), yaitu (1) subjek sasaran pada penelitian ini adalah anak kelas II MI, sedangkan subjek sasaran penelitian yang dilakukan oleh Nor dan Sudrajat (2015) adalah anak kelas VIII SMP, (2) materi pembelajaran pada penelitian ini adalah materi IPA, sedangkan materi pembelajaran yang digunakan oleh Nor dan Sudrajat (2015) adalah materi IPS, (3) produk yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu berupa buku cerita berbasis kincir angin, sedangkan dalam penelitian Nor dan Sudrajat (2015) produk yang dihasilkan berupa buku cerita bergambar. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan yang dilakukan oleh Nor dan Sudrajat (2015), yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian pengembangan atau Researchand Development (R&D)

BAB II LANDASAN PUSTAKA. 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan

BAB II LANDASAN PUSTAKA. 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan Pengertian penelitian dan pengembangan yang diungkapkan oleh Borg and Gall (Sugiyono,

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukanuntukmemenuhisebagianpersyaratangunamencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyaknya faktor. Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bukan hanya kegiatan guru dalam menyampaikan materi dan tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, siswa dan sumber

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR Pengertian Bahan Ajar 1. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Mengapa guru perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2015

SEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2015 Brosur IPA Terpadu sebagai Bahan Ajar di SMP ditinjau dari Aspek Keterbacaannya MYCO HERSANDI Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Jember. Jl. Kalimantan 37 Tegal Boto E-mail: myco.hersandi41@gmail.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Octario Sakti Susilo 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, Susilaningsih 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sedang mengalami perubahan yang cukup mendasar, terutama berkaitan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional (Undangundang sisdiknas),

Lebih terperinci

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis 1 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis Ari Safitri Dani Sukma, Sulur, Widjianto Universitas Negeri Malang E-mail: arry.omoryy@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu perangkat materi atau substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, serta menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diamati oleh panca indera maupun yang tidak dapat diamati oleh panca indera. Karena IPA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik

Lebih terperinci

Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia

Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia PENGEMBANGAN INTEGRATED CONTEXTUAL MODULE (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PADA POKOK BAHASAN SIFAT MEKANIK BAHAN (Pembelajaran Fisika di SMK Veteran 1 Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada siswa kelas IV SDN 2 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat yang merupakan tempat penelitian, sebagian besar siswa belum mampu menguasai atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan formal yang boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih tinggi. Di sekolah dasar inilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

Hakikat Bahan Ajar. Modul 1

Hakikat Bahan Ajar. Modul 1 Modul 1 Hakikat Bahan Ajar drh. Ida Malati Sadjati, M. Ed. B ahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran apabila dikembangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa serta dimanfaatkan secara benar akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang dan dapat membantu guru maupun siswa dalam proses pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan pendahuluan penelitian, adapun yang disampaikan pada Bab ini diantaranya, (A) Latar Belakang, (B) Perumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, (D) Manfaat Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki prinsip kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan siswa diharapkan mampu untuk belajar mandiri. Tetapi

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN Tolong silangi jawaban yang menurut Anda paling tepat ATAU sesuai petunjuk pada soal.

KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN Tolong silangi jawaban yang menurut Anda paling tepat ATAU sesuai petunjuk pada soal. L1 KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN Tolong silangi jawaban yang menurut Anda paling tepat ATAU sesuai petunjuk pada soal. 1. Apakah Anda memiliki komputer atau laptop? a. Ya b. Tidak 2. Seberapa sering Anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam proses pembelajaran (Hayati, 2016). sebagai pesan, sumber belajar sebagai sumber pesan, media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam proses pembelajaran (Hayati, 2016). sebagai pesan, sumber belajar sebagai sumber pesan, media pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi ini telah membawa perubahan yang signifikan bagi perkembangan dunia pendidikan. Seorang pendidik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa

Lebih terperinci

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH

Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA

SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA Vinaya Suci Wiharany Susanti PENDIDIKAN AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI, UNESA ABSTRAK The

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VIDEO MULTIMEDIA UNTUK MENDUKUNG REMIDIAL MAHASISWA MATA KULIAH CAD

PENGEMBANGAN VIDEO MULTIMEDIA UNTUK MENDUKUNG REMIDIAL MAHASISWA MATA KULIAH CAD PENGEMBANGAN VIDEO MULTIMEDIA UNTUK MENDUKUNG REMIDIAL MAHASISWA MATA KULIAH CAD Heri Wibowo dan Yatin Ngadiyono (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan : 1) mengembangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal

TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada pengembangan dan validasi produk. Penelitian pengembangan sering dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup pembelajarannya

Lebih terperinci

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe IV. HASIL PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian pengembangan ini adalah multimedia pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe Flash. Materi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan yang disampaikan oleh Borg and Gall dalam (Setyosari,

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan yang disampaikan oleh Borg and Gall dalam (Setyosari, BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 3.1 Model Penelitian dan Pengembangan Model yang dikembangkan pada penelitian ini adalah menggunakan model pengembangan yang disampaikan oleh Borg and Gall dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan keseluruhan komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Potret pembelajaran sastra di berbagai sekolah (di Indonesia) selama ini terlihat buram dan sedih. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Alwasilah (dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 2 Ruang Lingkup Bahan AJar Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember Coba Jelaskan A. Pengertian Bahan Ajar B. Karakteristik Bahan Ajar C. Tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dewasa ini sangat penting untuk dicari, karena pendidikan sangat menentukan kehidupan dimasa yang akan datang bagi setiap orang dan kemajuan negaranya. Sistem

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP Rustanti Hari Wismadi Guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN I Piyungan Kab. Bantul DIY ABSTRAK Salah satu unsur penting dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN GURU KELAS TK BAB V PEMANFAATAN DAN PEMILIHAN MEDIA HERMAN RUSMAYADI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikatakan bahwa pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung

MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA. Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung MEDIA AUDIO, VISUAL, AUDIO-VISUAL, DAN MULTIMEDIA 2013 Beni Asyhar Program Studi Tadris Matematika STAIN Tulungagung Mendengarkan merupakan suatu proses rumit yang melibatkan 4 unsur, yaitu: - Mendengar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring perkembangan hardware dan software komputer. Saat ini, multimedia

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring perkembangan hardware dan software komputer. Saat ini, multimedia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam hal multimedia berkembang dengan pesat seiring perkembangan hardware dan software komputer. Saat ini, multimedia banyak digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting, karena menyangkut banyak aspek yang ada didalamnya. Kemajuan itu terjadi pada

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA 1) Tri Wahyuni, 1) Sri Wahyuni, 1) Yushardi 1) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran yang diajarkan di MI pun bermacam-macam salah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran yang diajarkan di MI pun bermacam-macam salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran yang diajarkan di MI pun bermacam-macam salah satunya adalah mata pelajaran IPA yang dikenal sebagai mata pelajaran yang banyak teori-teori dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD

INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD INISIASI UNIT 3 PENGERTIAN STRATEGI, METODE, DAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAH SD Saudara mahasiswa PGSD yang kami cintai, selamat berjumpa lagi dalam pembahasan matero PKn. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat, karena dengan pendidikan akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kecakapan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi riil di kalangan siswa SMP, pelajaran Fisika merupakan pelajaran yang sulit dipahami. Untuk menyampaikan materi pada umumnya guru menggunakan buku buku

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : Endah Puji Astuti A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan oleh : Endah Puji Astuti A IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MEDIA COMPACT DISC (CD) INTERAKTIF DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA (Pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Penawangan)

Lebih terperinci

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus mengikuti perkembangan teknologi informasi. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan. pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan. pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki seni dan budaya tradisional masing-masing yang kemudian secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap orang dimanapun dan kapan pun orang itu berada. Pendidikan sangat penting, karena tanpa adanya pendidikan manusia akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan termasuk bidang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK KOMIK PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (IBG) KELAS X SMK NEGERI 5 PADANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK KOMIK PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (IBG) KELAS X SMK NEGERI 5 PADANG 211 * PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK KOMIK PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (IBG) KELAS X SMK NEGERI 5 PADANG Ifdhal*,Indrati Kusumaningrum**,An Arizal*** Email: if.dhal@yahoo.com ABSTRACT The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses pembelajaran banyak guru menggunakan media interaktif ketika menjelaskan materi pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika guru menghadapai peralatan atau media praktek yang kurang memadai

BAB I PENDAHULUAN. ketika guru menghadapai peralatan atau media praktek yang kurang memadai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar adalah ketika guru menghadapai peralatan atau media praktek yang kurang memadai untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu keterampilan berpikir yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran di kelas.

BAB I PENDAHULUAN. ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran di kelas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran apabila dikembangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa serta dimanfaatkan secara benar akan merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan komputer telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, dan dalam berbagai penyelesaian pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berbagai macam persoalan yang ada di dunia pendidikan khususnya di Indonesia ini menjadikan landasan yang mendasari pada penelitian ini. Dalam bab pendahuluan ini akan dipaparkan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan primer bagi setiap individu, karena dengan arus globalisasi yang semakin pesat manusia harus dapat mengikuti perkembangan zaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BIOLOGI DAN RUANG LINGKUP STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Yang Dibimbing Oleh Drs. Masjhudi, M.Pd. Oleh Kelompok

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PEMBELAJARAN FISIKA

DASAR-DASAR PEMBELAJARAN FISIKA DASAR-DASAR PEMBELAJARAN FISIKA Agus Setiawan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jl. Dr. Setiabudhi 229 Bandung 40154 Email: agus_setiawan@upi.edu Karakteristik

Lebih terperinci