PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN.

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN Nuraina 1) dan Darajat Rangkuti 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen FKIP UMN Al Washliyah Abstrak Penelitian ini untuk meningkatkan pengenalan konsep bilangan dengan penerapan model pembelajaran kontekstual pada anak. Konsep bilangan 1-10 merupakan kemapuan dasar yang harus dimiliki setiap anak untuk mempersiapkan diri melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan model pembelajaran kontekstual dengan bermain bowling dan kartu bergambar melibatkan anak dalam kehidupan nyata dengan langsung menghitung benda-benda yang nyata. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah anak kelompok A TK Al Quba Medan yang berjumlah 15 orang, terdiri dari 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan pada tahun ajaran 2014/2015 disemester I. Objek penelitian adalah pengenalan konsep bilangan Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan statistik sederhana berupa persentase. Hasil penelitian pengenalan konsep bilangan dengan model pembelajaran konekstual adalah: Anak dapat membilang 1-10 pada siklus I sebesar 45% menjadi 91,7% disiklus II, Anak dapat menunjuk urutan benda untuk bilangan 1-10 disiklus I sebesar 36,7% menjadi 88,3% disiklus II sedangkan Anak dapat mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda pada siklus I sebesar 35% menjadi 86,6% disiklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pengenalan konsep bilangan 1-10 melalui model pembelajaran konekstual pada anak kelompok A TK Al Quba Medan. Kata Kunci: Pengenalan Konsep Bilangan, Model Pembelajaran Konekstual Pendahuluan Pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan aspek kognitif anak usia dini salah satunya adalah melalui pengenalan konsep bilangan. Karena pengembangan aspek kognitif ini sangat bermanfaat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki jenjang pendidikan berikutnya yaitu pendidikan di sekolah dasar. 144

2 Dalam kaitannya dengan pengenalan konsep bilangan, pembelajaran pada anak-anak di TK merupakan awal dari pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa dalam tugas perkembangan anak usia 4 5 tahun terdapat kemampuan kognitif yang harus dikembangkan, meliputi kemampuan pengetahuan umum dan sains ; konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Dari pernyataan di atas, menunjukkan bahwa kemampuan tentang konsep bilangan sudah dapat diperkenalkan pada anak usia 4-5 tahun. Dalam kenyataannya masih banyak terdapat pembelajaran yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan anak atau terkesan memaksa anak untuk cepat bisa, seperti anak dipaksa untuk menulis angka sebanyak-banyaknya dalam buku, akibatnya anak merasa cepat bosan, anakpun tidak tahu kaitan antara angka 1 dengan satu. Memahami konsep bilangan bagi anak usia dini bukan suatu hal yang mudah karena anak-anak pada usia ini masih berpikir secara konkret. Pembelajaran konsep bilangan dengan menggunakan benda-benda atau objek-objek dalam bentuk nyata akan sangat berarti apabila anak dapat memanipulasinya dengan baik. Model pembelajaran kontekstual memungkinkan anak untuk mengaitkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam memecahkan masalah dunia nyata. Pembelajaran kontekstual didesain untuk melibatkan siswa mengalami dan menerapkan apa yang sedang dipelajari anak-anak. Benda-benda di sekitar anak berguna untuk mengenalkan konsep bilangan. Observasi awal yang peneliti lakukan di TK Al Quba tentang kemampuan konsep bilangan anak kelompok A pada umumnya belum berkembang secara optimal, seperti dalam membilang, meniru angka 1-10, atau mengurutkan banyak benda Masih rendahnya kemampuan konsep bilangan anak kelompok A di TK Al Quba juga dikarenakan guru yang tidak melibatkan siswa dalam dunia nyata dalam mengemas pembelajaran anak, sehingga suasana belajar cendrung monoton menyebabkan anak kurang memperhatikan guru. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan pengenalan konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A TK Al Quba Medan? Kajian Teori Model Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sebagaimana dinyatakan oleh Nur (2001:20) bahwa model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Model pembelajaran Kontekstual ini bertujuan untuk memotivasi siswa memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan 145

3 mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainnya. Oleh sebab itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada anak dengan menghapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi anak untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna, sekolah lebih dekat dengan lingkungan masyarakat, akan tetapi secara fungsional apa yang dipelajari di sekolah selalu bersentuhan dengan kehidupan nyata. Permainan Bowling dan Kartu Bergambar Menurut Piaget dalam Sujiono (2009:144) bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan bagi diri seseorang. Bermain bowling adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara menggelindingkan bola kearah pin (botol) sehingga botol bisa jatuh kemudian botol yang jatuh dihitung. Sementara kartu bergambar adalah kartu yang dibuat untuk mempermudah anak dalam mencari lambang bilangan. Media yang diperlukan dalam bermain bowling adalah bola plastik, pin (botol plastik) yang berjumlah sepuluh, kartu bergambar dan kartu angka. Langkah-langkah bermain bowling dan kartu bergambar adalah: 1. Anak diajak berdiri melihat peneliti memberikan contoh cara bermain bowling dan kartu bergambar sesuai aturan. 2. Bola dilemparkan ke arah botol-botol yang telah disusun di depannya. 3. Anak-anak diberi kesempatan untuk bermain bowling dan kartu bergambar. 4. Anak menghitung botol yang jatuh. 5. Anak mencari kartu bergambar dan kartu angka yang mewakili. 6. Anak menempelkan kartu angka di papan yang telah disediakan. 7. Anak bergantian bermain bowling dengan tertib. Pengertian Konsep Bilangan Salah satu unsur yang ada di dalam matematika adalah kemampuan membilang. Bilangan atau biasa disebut dengan angka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari hidup kita, setiap hari kita selalu menemukan angka atau bilangan kapanpun dimanapun. Menurut Ruslani dalam Tajudin (2008:23) bilangan adalah suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. Bilangan-bilangan ini mewakili suatu Jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan. Sedangkan menurut Copley (2001:47) angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka- angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 0). Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda. Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah dalam Anggraeni (2011:14) Anak-anak akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu: (1) bilangan kardinal menunjukkan kuantitas atau besaran benda dalam sebuah kelompok. Kuantitas terbagi menjadi 2 yaitu: (a) kuantitas diskret untuk menjawab pertanyaan berapa banyak benda, diakhiri dengan satuan benda (buah, butir, ekor, dll); (b) 146

4 kuantitas kontinu untuk menjawab pertanyaan tentang pengukuran benda diakhiri dengan satuan benda (buah, butir, ekor,dll); (2) bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda, contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke 21 di bulan April, dll; (3) bilangan nominal, digunakan untuk member nama benda, contoh: nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di gedung, jam, uang, dan lain-lain. Bilangan memiliki beberapa bentuk/tampilan (representasi) yang saling berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol (angka atau kata). Mengerti atau paham dalam pembelajaran matematika anak usia dini datang dari membangun atau mengenali hubungan, senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Catthcart dalam Nurlaela (2009:16) mengemukakan bahwa: Tampilan bilangan yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya mempunyai hubungan antar tampilan bilangan yang dapat diartikan. Sebagai contohnya setelah anak mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bisa menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata). Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentuk angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak. Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam pembelajaran matematika mengenal konsep bilangan tidak hanya tampilan bahasa lisan saja tetapi harus diiringi dengan tampilan model/benda mainan ataupun tampilan gambar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Marhijanto dalam Tajudin (2008:30) bahwa: Bilangan adalah banyaknya benda, jumlah, satuan sistem matematika yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak. Konsep abstrak ini merupakan hal yang sulit dipahami untuk anak Taman Kanak-kanak secara langsung. Pakasi mengungkapkan dalam Nurlaela (2009:27) bilangan merupakan suatu konsep tentang bilangan yang terdapat unsur-unsur penting seperti nama, urutan, bilangan dan Jumlah. Menurut Coopley (2000:55-64) mengungkapkan indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep bilangan yaitu (1) counting (berhitung), (2) one-to-one correspondence (koresponden satu-satu), (3) quality (kuantitas), (4) comparison (perbandingan) dan (5) recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka). Dalam penelitian ini, kemampuan mengenal konsep bilangan dibatasi hanya meliputi kemampuan (1) berhitung (counting), (2) hubungan satu ke satu (one-to one correspondence), dan (3) lambang bilangan yang disesuaikan dengan kegiatan penelitian. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) yang terdiri dari 2 siklus, dengan 4 tahap. 147

5 Refleksi Siklus I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Gambar 1. Model Kemmis & Mc. Taggart dalam Arikunto (2008:97) Waktu penelitian ini dilakukan pada semester I Tahun Ajaran 2014/2015. Lokasi Penelitian di TK Al Quba Medan, Jl. Rawa/Denai No. 233 kel. Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A TK Al Quba yang terdiri dari 15 anak, 8 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Objek penelitian ini adalah kegiatan permainan bowling dan kartu bergambar untuk meningkatkan pengenalan konsep bilangan 1-10 Variabel dalam penelitian ini adalah. pengenalan konsep bilangan Indikator pengenalan konsep bilangan adalah: 1) membilang 1-10; 2) menunjuk urutan benda untuk bilangan 1-10, 3) mengurutkan bilangan 1-10 dengan benda. Instrumen penelitian berupa lembar observasi pengenalan konsep bilangan. Teknik mengumpulkan data dengan mengobservasi pengenalan konsep bilangan 1-10 melalui kegiatan permainan bowling dan kartu bergambar pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Teknik analisis yang digunakan adalah menghitung persentase setiap aspek konsep bilangan dari setiap anak. Indikator keberhasilan tindakan adalah tercapainya rata-rata minimal 75%. Hasil Penelitian Adapun yang menjadi kondisi awal sebagian anak dalam pengenalan konsep bilangan 1-10 ini adalah: kemampuan berhitung anak masih rendah, masih kurangnya kemampuan anak dalam membilang 1-10, banyak anak belum mampu mengurutkan banyak benda 1-10, dan suasana belajar cenderung monoton menyebabkan anak kurang memperhatikan guru. 148

6 Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam hal-hal pembelajaran di atas, peneliti merasa perlu meningkatkan kemampuan konsep bilangan anak dengan model pembelajaran kontekstual dengan permainan bowling dan kartu bergambar. Hasil penelitian disajikan mulai dari siklus I kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian pada siklus II. Siklus I Data yang diperoleh pada saat kegiatan pengenalan konsep bilangan 1-10 pada siklus 1 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Persentase Pengenalan Konsep Bilangan 1-10 pada Siklus I No. Indikator Persentase BB MB BSH BSB 1. Anak dapat Membilang % 20% 15% 0% 2. Anak dapat Menunjuk Urutan Benda untuk Bilangan ,7% 10% 10% 0% 3. Anak dapat Mengurutkan Bilangan 1-10 dengan Benda 18,3% 6,7% 10% 0% Dari hasil data pada tabel 1 di atas terlihat bahwa pengenalan konsep bilangan 1-10 pada setiap indikatornya masih jauh dari hasil yang diharapkan. Pada waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan, guru memperhatikan masih ada anak yang malu-malu melakukan permainan bowling dan kartu bergambar, anak-anak tidak melakukan permainan bowling dan kartu bergambar sesuai arahan, mengganggu temannya dan karena suasana kurang kondusif maka waktu untuk pengenalan konsep bilangan 1-10 dengan bermain bowling dan kartu bergambar kurang optimal. Siklus II Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I, indikator keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran belum mencapai target, maka tindakan pada siklus II ditingkatkan lagi dengan memotivasi, merangsang, mendorong anak sehingga kegiatan pembelajaran dan keberhasilan dapat lebih meningkat. Berikut ini data pengenalan konsep bilangan 1-10 pada siklus 1I. Tabel 2. Persentase Pengenalan Konsep Bilangan 1-10 pada Siklus II No. Indikator Persentase BB MB BSH BSB 1. Anak dapat Membilang % 0% 25% 66,7% 2. Anak dapat Menunjuk Urutan Benda untuk Bilangan % 3,3% 25% 60% 3. Anak dapat Mengurutkan Bilangan 1-10 dengan Benda 0% 3,3% 30% 53,3% Berdasarkan analisis data pada tabel 2 di atas, tindakan pada siklus II ini dikatakan berhasil dengan dibuktikannya persentase pengenalan konsep bilangan 1-10 melalui permainan bowling dan kartu bergambar lebih meningkat dibandingkan dengan sebelumnya. 149

7 Perbandingan pengenalan konsep bilangan 1-10 yang diperoleh pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Membilang 1-10 Menunjuk Urutan Benda Mengurutkan Bilangan 1- untuk Bilangan dengan Benda Siklus I Siklus II Gambar 2. Persentase Pengenalan Konsep Bilangan 1-10 pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa kegiatan bermain bowling dan kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan pengenalan konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A. Keberhasilan ini terkait dengan kemampuan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Melalui model pembelajaran kontekstual, permainan bowling dan kartu bergambar dalam pengenalan konsep bilangan 1-10 pada anak dapat ditingkatkan khususnya pada kemampuan menghitung. Simpulan dan Saran Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kontekstual dalam permainan bowling dan kartu bergambar dapat meningkatkan pengenalan konsep bilangan 1-10 pada anak. Sehingga perlu disarankan kepada guru agar dapat mempertimbangkan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan pengenalan konsep bilangan 1-10 pada anak. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Menteri Pendidikan Nasional.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 150

8 Sujiono, Yuliani Nurani. 2009, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta: Universitas Terbuka Susanto, Ahmad Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Suyanto, Slamet Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakata; Depdiknas 151