BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan rata rata anak seusianya atau anak anak pada umumnya. Perbedaan ini
|
|
- Liani Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki perbedaan dengan rata rata anak seusianya atau anak anak pada umumnya. Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal, seperti proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional (Ramadhan,2013:10). Sedangkan pengertian anak berkebutuhan khusus menurut Hargio (2012:03) mereka yang memiliki kebutuhan khusus secara permanen atau kecacatan sementara sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian anak berkebutuhan khusus dalam penelitian ini adalah anak yang memiliki perbedaan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan rata rata teman sesusianya sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan Jenis Jenis Anak Berkebutuhan Khusus Berdasarkan permendiknas no.70 tahun 2009 yang termasuk anak berkebutuhan khusus adalah (1) tuna netra, (2) tuna rungu, (3) tuna wicara, (4) tuna grahita, (5) tuna daksa, (6) tuna laras, (7) berkesulitan belajar, (8) lamban belajar, (9) autis, (10) autis, (11) memiliki gangguan motorik, (12) menjadi korban penyalahgunaan narkoba, (12) memiliki kelainan lain dan (13) tuna ganda. Dalam penelitian ini anak berkebutuhan khusus yang diteliti adalah anak tuna 7
2 grahita sehingga peneliti membatasi ruang lingkup penelitian seputar anak tuna grahita dengan spesifikasi tuna grahita ringan Tuna Grahita Ringan Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata rata. (Ramadhan,2013:14). Sedangkan tuna grahita ringan atau yang biasa disebut moron atau debil adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan atau IQ (Dedy,dkk,2013:33 ). Pada umumnya anak tuna grahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Hal ini karena anak tuna grahita ringan memiliki fisik seperti anak normal pada umumnya. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan ini masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana sehingga mereka dapat didik menjadi tenaga kerja semi-skilled. Namun demikian anak tuna grahita ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. (Sutjihati,2007:107) Pembelajaran Anak Tunagrahita Ringan Anak anak penyandang tunagrahita memang sedikit berbeda dengan anak yang memiliki kebutuhan khusus lainnya. Pada anak tunagrahita, mereka lebih membutuhkan perhatian yang lebih dalam pengenalan dan pemahaman materi (Aqila, 2010 : 100). Untuk itulah diperlukan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan, dan diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan yang disebut dengan 8
3 pembelajaran adaptif. Pada hakekatnya pembelajaran adaptif juga bisa disebut dengan pendidikan luar biasa yang didalamnya terdapat pengelolaan kelas, program serta layanannya. Pendidikan luar biasa adalah pembelajaran yang dirancang untuk merespon dan memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak (Hargio, 2012 : 13). Oleh karena itu diperlukan penyesuaian standar isi kurikulum yang sesuai dengan peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan tahun 2006 tentang struktur kurikulum pendidikan khusus yang menyatakan bahwa struktur kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran. Kurikulum pendidikan khusus terdiri atas delapan sampai sepuluh pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Struktur kurikulum untuk anak tuna grahita disesuaikan dengan kebutuhan anak. Dibawah ini akan disajikan tabel struktur kurikulum untuk SDLB C atau tunagrahita 9
4 Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Anak Tunagrahita Komponen A. Mata Pelajaran Kelas dan Alokasi Waktu I, II, dan III IV, V, dan VI 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya dan Ketrampilan (Pendekatan Tematik) 30 (Pendekatan Tematik) 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan B. Muatan Lokal 2 C. Program Khusus *) 2 D. Pengembangan Diri 2 *) Jumlah Dikarenakan dalam penelitian ini dibatasi oleh mata pelajaran matematika. Maka peneliti menyajikan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai siswa dalam mata pelajaran matematika seperti dibawah ini Tabel 2.2 SK dan KD Matematika kelas 4 Semester 1 Anak Tunagrahita Standar Kompetensi Bilangan 1. Melakukan perhitungan bilangan sampai 200 Kompetensi Dasar 1.1 Menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, satuan 1.2 Menjumlahkan bersusun kebawah 3 angka dengan teknik 2 kali menyimpan 1.3 Menjumlahkan kesamping bilangan kelipatan 10 (misal ) 1.4 Mengurangkan bersusun kebawah 3 angka dengan 2 angka dengan teknik 2 kali meminjam 1.5 Membagi bilangan sampai 10 sebagai pengurangan berulang sampai habis 10
5 2.1.2 Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sehingga dapat dipahami yang dimaksud media adalah sebagai pengantar atau perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Ari Dwi, 2014:47). Sedangkan pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyususn kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2014:3). Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan pengantar atau perantara sumber pesan dengan penerima pesan yang dapat berupa alat alat yang digunakan guru untuk menyusun kembali informasi visual dan verbal Jenis Jenis Media Pembelajaran Jenis media pembelajaran sangatlah banyak sehingga peneliti disini membatasi jenis media yang dibahas yaitu media yang dirancang, dalam bentuk media visual dan juga media permainan. Media yang dirancang atau biasa disebut Media By Design adalah media pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (Arief, dkk, 2014: 83). Sedangkan menurut Munadi (2010:192) Media yang dirancang memiliki kemungkinan besar untuk sesuai dengan tujuan pembelajaran. 11
6 Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak mengandung unsur suara (Wina, 2010: 211). Sedangkan menurut Ari Dwi (2014:58) media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media visual adalah media yang hanya dapat dilihat oleh indera penglihatan dan tidak mengandung unsur suara. Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Sehingga ada beberapa prinsip yang perlu diketahui agar penggunaan media visual dapat efektif yaitu : (1) media visual yang dibuat haruslah sesederhana mungkin, (2) mengulangi sajian visual dan libatkan siswa, (3) dapat terbaca dan mudah terbaca, (4) semua objek dan aksi yang dimaksudkan dilukiskan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda. Media visual yang baik perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Visualisasi mencerminkan kenyataan, (2) Mempertimbangkan mutu teknis, (3) Ketrampilan guru dan ketersediaan (Musfiqon,2012:72). Selain itu juga harus memperhatikan unsur unsur yang terdapat pada media visual yang terdiri dari garis, bentuk, warna dan tekstur. 12
7 Media Permainan Media permainan atau biasa disebut dengan games adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lainnya dengan mengikuti aturan aturan tertentu untuk mencapai tujuan tujuan tertentu pula. Sebagai media pembelajaran, permainan memiliki beberapa kelebihan menurut Musfiqon (2012: 98) sebagai berikut : 1. Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. Permainan menjadi menjadi menarik sebab di dalamnya terdapat unsur kompetesi 2. Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar 3. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Umpan balik yang secepatnya atas apa yang kita lakukan akan memungkinkan proses belajar jadi lebih efektif 4. Permainan memungkinkan penerapan konsep konsep ataupun peran peran ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat 5. Permainan bersifat luwes, sehingga permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan mengubah sedikit alat, aturan maupun persoalannya. 6. Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak Selain memiliki kelebihan kelebihan, media permainan juga memiliki kelemahan kelemahan atau keterbatasan yang perlu dipertimbangkan oleh guru (Arief,dkk,2014:81) antara lain : 1. Karena asyik, atau karena belum mengenal aturan teknis pelaksanaan 13
8 2. Dalam menstimulasikan situasi sosial permainan cenderung terlalu menyederhanakan konteks sosialnya sehingga tidak mustahil siswa justru memperoleh kesan yang salah 3. Kebanyakan permainan hanya melibatkan beberapa orang siswa saja padahal keterlibatan seluruh siswa amatlah penting agar proses belajar bisa lebih efektif dan efisien Media permainan atau biasa disebut games oleh peneliti akan dijelaskan pada point setelah ini. Media permainan yang dibahas oleh peniliti pada penelitian ini yaitu media permainan ular tangga dan monopolly Permainan Ular Tangga dan Monopoli Permainan Ular Tangga Permainan ular tangga tentu sudah tidak asing lagi untuk dimainkan anak anak di Indonesia. Permainan ini dapat dimainkan sendiri dan juga lebih dari dua orang. Permainan ini hanya memerlukan 3 peralatan yaitu dadu, bidak, dan papan ular tangga. Dadu berfungsi sebagai penentu langkah setiap saat bidak. Sedangkan bidak adalah pion yang akan dimainkan pemain. Sementara itu papan ular tangga berupa kotak kotak bergambar yang terdiri atas 10 baris dan 10 kolom dengan diberi nomor 1 hingga 100 dan pada beberapa kotak terdapat gambar ular dan tangga. 14
9 Gambar 2.1 Contoh gambar ular tangga Ada beberapa tahapan dalam memainkan permainan ular tangga menurut Askalin (2013:46). Sebelum mulai permainan, pemain diundi untuk menentukan siapa yang bermain terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan melemparkan dadu untuk menjalankan bidaknya sesuai dengan angka dadu yang keluar. Namun ada beberapa peraturan dalam memainkan ular tangga, diantaranya yaitu (1) jika dadu yang dilempar mendapatkan titik 6, berarti pemain tersebut mendapat kesempatan lagi melempar dadu untuk menjalankan bidak kekotak selanjutnya. (2) Jika bidak yang dijalankan sampai pada kotak yang terdapat tangga, maka bidak tersebut dapat naik ke kotak mengikuti arah tangga. (3) Jika bidak yang dijalankan sampai pada kotak yang terdapat ular, maka bidak tersebut harus turun mengikuti ular. (4) Jika bidak yang dijalankan sampai pada kotak yang ditempati bidak pemain lain, maka bidak tersebut kembali ke kotak 1 atau start. Pemenang dalam permainan ular tangga adalah bidak yang bisa sampai ke kotak nomor 100 atau kotak finish pertama kali. 15
10 Permainan Monopolly Permainan monopoli adalah permainan yang menggunakan dadu sebagai penentu jalannya bidak bidak. Permainan monopoli dapat dimainkan oleh dua pemain atau lebih. Berbeda dengan permainan ular tangga yang tidak membutuhkan banyak peralatan, permainan monopoli membutuhkan satu set peralatan yang terdiri dari papan permainan, bidak, uang uangan kertas, kartu dana umum dan kesempatan, rumah rumahan berwarna hijau serta yang berwarna merah sebagai penanda hotel. Gambar 2.2 Contoh gambar monopoli Langkah bermain monopoli menurut Askalin (2013:48). Sebelum bermain permainan monopoli, maka harus ditentukan terlebih dahulu siapa yang akan bermain pertama kali yang ditentukan dengan undian. Selanjutnya pemain diberi modal oleh bank. Lalu pemain pertama melempar dua dadu sekaligus kemudian melangkah di kotak sesuai dengan jumlah dadu yang keluar. Setelah berhasil melewati satu putaran barulah pemain dapat bonus dari bank juga dapat membeli tanah atau tempat tempat persinggahan. Jika pemain ingin membeli tanah maka pemain harus membayar sewa sesuai dengan harga yang tertera di kartu 16
11 tanah. Ketika pemain berhenti di kotak bertuliskan dana umum atau kesempatan, maka pemain harus mengambil salah satu kartu dan mengikuti instruksi yang tertera pada kartu tersebut. Namun jika pemain berhenti pada kotak penjara atau kotak membayar pajak, pemain harus masuk penjara atau membayar pajak Media Permainan yang Baik Alat permainan yang baik akan dapat merangsang daya kreativitas siswa. Namun tidak semua alat permainan bagus bagi siswa. Untuk itulah sebagai guru haruslah pandai dalam menentukan alat permainan yang sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa ciri permainan yang baik menurut Andang Ismail (2009 : 146) diantaranya : A. Desain yang mudah dan sederhana Pemilihan alat untuk siswa sebaiknya sederhana dalam desain, karena jika terlalu rumit akan menghambat kebebasan siswa untuk berkreativitas. B. Multifungsi (Serbaguna) Peralatan yang diberikan kepada siswa sebaiknya serbaguna, sesuai bagi anak laki laki atau perempuan. Selain itu, alat kreativitas juga dapat dibentuk sesuai dengan keinginan siswa C. Menarik Memilih media permainan haruslah dapat memotivasi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan serta tidak memerlukan pengawasan yang terus menerus Media Laga moliyang Baik dan Efektif 17
12 Media pembelajaran haruslah memotivasi siswa untuk belajar. Untuk itulah ada beberapa hal atau kriteria yang perlu diperhatikan sehingga media pembelajaran dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang baik. Adapun menurut mulyanta (2009:3) kriteria media pembelajaran yang baik meliputi 4 hal utama yaitu (1) Kesesuaian atau relevansi, yang artinya media pembelajaran haruslah sesuai dengan kebutuhan belajar. (2) Isi dari media pembelajaran haruslah mudah dipahami oleh siswa. (3) Menarik dan mampu merangsang perhatian peserta didik. (4) Media pembelajaran haruslah bernilai guna atau bermanfaat bagi pemahaman pembelajaran. Sedangkan menurut Arsyad (2014:74) kriteria media yang baik ada 6 hal, yaitu (1) sesuai dengan tujuan yang ingn dicapai, (2) tepat dalam mendukung isi pelajaran, (3) praktis, luwes, dan bertahan, (4) guru terampil menggunakannya, (5) pengelompokan sasaran, (6) mutu teknis. Memperhatikan dua pendapat yang berbeda tentang media pembelajaran yang baik, maka peneliti menyimpulkan media pembelajaran laga moliyang baik adalah (1) media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar dan tujuan pembelajaran, (2) isi dari media pembelajaran haruslah mudah dipahami siswa, (3) menarik serta praktis dan luwes, (4) bermanfaat bagi pemahaman pembelajaran Media pembelajaran juga haruslah memperhatikan aspek efektivitasnya agar media pembelajaran juga dapat dimanfaatkan untuk selanjutnya. Menurut Nieveen dalam Rochmad (2011:17) media pembelajaran yang efektif dilihat dari 3 komponen yaitu (1) hasil belajar siswa, (2) aktivitas siswa, (3) respon siswa. Sedangkan menurut Kustandi (2013:141) efektivitas media pembelajaran terdiri 18
13 dari dua aspek yaitu (1) bukti mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh sistem pembelajaran, (2) bukti yang menunjukkan berapa banyak kontribusi atau sumbangan media terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Mellihat kedua pendapat yang berbeda, maka peneliti menyimpulkan media laga moliyang efektif dilihat dari (1) hasil belajar siswa, (2) aktivitas siswa, (3) respon siswa. 2.2 Penelitian Yang Relevan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari referensi penelitian terdahulu yang telah berhasil mengembangkan media baik media ular tangga maupun media monopoli. Adapun refensi penelitian terdahulu yang digunakan peneliti beberapa diantaranya adalah : 1. Indrawati pada tahun 2013 merupakan penelitian eksperimen yang meningkatkan kemampuan penjumlahan anak tuna grahita sampai 10. Pada penelitian ini menggunakan model eksperiment dengan desain A-B-A sedangakan pada penelitian ini peneliti mengembangkan media dengan menggunakan desain penelitian pengembangan. 2. Penelitian selanjutnya yang menjadi referensi peneliti ini disusun oleh Thoriqqurofia yang mengembangkan media monopolly. Pada pengembangan yang dilakukan oleh Thoriqq lebih menekankan pada materi bilangan pecahan sementara penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada materi bilangan bulat. Selain itu penelitian yang dilakukan peneliti juga sama- sama menggunakan skala terbatas sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Thorriq. 19
14 3. Penelitian yang dilakukan oleh Vindanto(2013) tentang game monopolly yang diaplikasikan untuk pembelajaran aljabar linier sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti karena penelitian yang dilakukan oleh Vindanto hanya dapat diaplikasikan pada PC atau Personal Computer. Dan juga materi yang disajikan dalam penelitian juga berbeda jika peneliti membahas tentang materi operasi hitung bilangan bulat, Vindanto membahas tentang materi aljabar linier. 4. Penelitian yang disusun oleh rinda azmi saputri(2014) telah berhasil membuktikan bahwa media ular tangga layak untuk diterapkan dalam materi bilangan rasional. Media ini telah diuji berdasarkan kevalidan media, kevalidan pembelajaran dan juga angket respon siswa yang menyatakan media ini dengan kategori sangat layak. Pada media ini output yang dihasilkan berupa file dalam bentuk flash movie yang hanya bisa dibuka dengan media player. Sementara uji coba media ini hanya pada skala terbatas sama halnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama sama menguji cobakan media hanya pada skala terbatas. Namun perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yang menggunakan papan bidak ular tangga yang dimodivikasi oleh peneliti. 5. Penelitian yang dilakukan Saputra tahun 2014 tentang mengembangkan media ular tangga pada materi operasi bentuk aljabar dengan adobe flash cs6 sudah berhasil membuktikan bahwa 68,58% respon siswa menyatakan media ini pada kategori baik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak pada media yang digunakan. Jika Saputra menggunakan media perangkat lunak adobe flash cs6 sedangkan peneliti menggunakan 20
15 papan bidak. Selain itu perbedaan juga terletak pada materi jika peneliti menggunakan materi operasi hitung bilangan bulat namun Saputra menggunakan materi operasi bentuk aljabar. Dan juga pada subjek penelitian. Subjek penelitian peneliti adalah anak tunagrahita sedangkan subjek penelitian Saputra yaitu siswa sekolah menengah pertama. Persamaan yang penelitian Saputra dan peneliti lakukan adalah sama sama penelitian pengembangan. 6. Penelitian yang dilakukan galih pada tahun 2014 tentang analisis hasil belajar dan penggunaan media visual berbentuk gambar dalam pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan khusus sudah membuktikan bahwa rata rata hasil belajar siswa dikategorikan tuntas karena memperoleh nilai ketuntasan sebesar 84,38%. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti melakukan penelitian pengembangan sementara galih melakukan penelitian analisis. Sedangkan persamaannya yaitu subjek penelitian sama-sama anak tuan grahita. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Hartati tentang media permainan kartu bergambar dalam meningkatkan prestasi belajar matematika sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Pada penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan penelitian pengembangan sedangkan penelitian yang dilakukan Hartati menggunakan penelitian analisis. Sedangkan persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dan Hartati adalah subjek penelitian adalah anak tunagrahita. 21
16 2.3 Kerangka Pikir Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Pembelajaran Adaptif Guru Kelas Media Pembelajaran Bahan Ajar Visual Permainan Media Laga Moli Pengembangan Media 4-D Bagan 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 22
BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap potensi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA BERDASAR TEORI DIENES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS 4 SD
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PERMAINAN ULAR TANGGA BERDASAR TEORI DIENES PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS 4 SD Anita Kumala Dewi, Wahyudi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengartikan
Lebih terperinciPendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang. yang diserai tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserai tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat yang sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, sehingga lulusan tersebut dituntut memiliki kualitas yang baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan berkualitas dalam menghasilkan lulusan-lulusan. Lulusan-lulusan itu diharapkan dapat bersaing di zaman modern,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ahli belajar modern, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 234,2 juta jiwa atau naik dibanding jumlah penduduk pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang dimiliki setiap individu itu berbeda-beda, baik dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi motorik, afektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
99 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang telah mengalami banyak perkembangan, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut juga dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini tidak selalu tumbuh dan berkembang secara normal. Ada diantara anak-anak tersebut yang mengalami hambatan, kelambatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN BUSANA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 WATANSOPPENG
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BAGIAN-BAGIAN BUSANA DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 WATANSOPPENG Marwan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah No. 72 (Amin, 1995: 11) menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah Anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keterampilan berhitung harus dimiliki oleh setiap orang karena keterampilan berhitung selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar dari keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Setiap manusia memiliki kekurangan. Semua anak manusia tidak ingin dilahirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Beberapa permasalahan yang ada pada dunia pendidikan menjadikan beberapa alasan yang mendasari penelitian ini. Pendahuluan ini akan membahas latar belakang masalah yang mendasari dilakukannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Media Pembelajaran
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Media pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran diperlukan sebagai alat perantara untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga materi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.
Lebih terperinci: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K
Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani (penjas) dan adaptif. Penjas merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik
Lebih terperinciPEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Johannes Jefria Gultom Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Media sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar dipilih
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA
LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA DISUSUN OLEH : Chrisbi Adi Ibnu Gurinda Didik Eko Saputro Suci Novira Aditiani (K2311013) (K2311018) (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA A 2011 FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan bangsa dan negara Indonesia pada umumnya ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu manusia yang cerdas, terampil, kreatif, mau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik dari SD hingga SMA. Dalam penyelenggaraannya, pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah bidang studi yang dipelajari oleh semua peserta didik dari SD hingga SMA. Dalam penyelenggaraannya, pembelajaran matematika tidaklah mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peserta didik dalam dunia pendidikan dapat kita temui anak pada
1 BAB I PENDAHULUAN a. Latar belakang Peserta didik dalam dunia pendidikan dapat kita temui anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus. Anak pada umumnya adalah anak yang mampu mengikuti semua kegiatan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Delphie, (2006:2) mendefinisikan Tunagrahita ialah anak dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Delphie, (2006:2) mendefinisikan Tunagrahita ialah anak dengan keterbatasan atau hendaya perkembangan kemampuan, memiliki problema belajar yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan
Lebih terperinciPembelajaran Remedial
Pembelajaran Remedial Posted on 13 Agustus 2008 Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. antara seseorang dengan sumber belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran,
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu sendiri terjadi karena adanya interaksi antara
Lebih terperinciDigital story telling sebagai media bagi guru untuk mengembangkan komunikasi anak berkebutuhan khusus
Digital story telling sebagai media bagi guru untuk mengembangkan komunikasi anak berkebutuhan khusus Brigitta Erlita Tri Anggadewi 1 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Mrican, Catur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar, hanya saja masalah tersebut ada yang ringan dan ada juga yang masalah pembelajarannya
Lebih terperinciPROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO
PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO Dieni Laylatul Zakia, Sunardi, Sri Yamtinah Magister Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana UNS Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana belajar untuk mengembangkan potensi individu agar mencapai perkembangan secara optimal. Di tempat itulah semua potensi anak dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID SEBAGAI SARANA BERLATIH MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA
PENGEMBANGAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID SEBAGAI SARANA BERLATIH MENGERJAKAN SOAL MATEMATIKA Danang Setyadi danang.setyadi@staff.uksw.edu Program Studi Pendidikan Matematika FKIP-Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara. Pendidikan di Indonesia telah memasuki tahap pembaruan dimana pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang memiliki keterbatasan dalam mengikuti proses pembelajaran karena ia menyandang kelainan fisik,
Lebih terperinciDDS (Dadu Duabelas Sisi)
DDS (Dadu Duabelas Sisi) Latar Belakang Dadu yang selama ini ada adalah dadu enam sisi, yang berisi angka 1 sampai 6. Benda kubus ini digunakan untuk bermain ular tangga, monopoli, ludo dan lainnya. Dadu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Sebab matematika adalah pelajaran yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia di masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam segala bidang kehidupan. Bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN
12 BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN A. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kecerdasan kemampuan intelektual
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wicara. anak tuna grahita anak tuna daksa, anak tuna laras. Anak autis dan anak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa ( CI BI ), anak tuna netra, anak tuna rungu wicara. anak tuna grahita anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciRokhani Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DENGAN BANTUAN SOFTWARE MACROMEDIA FLASH 8 UNTUK MEMPERMUDAH PENANAMAN KONSEP MATERI PELUANG SMK KELAS XII Rokhani Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media yang dibutuhkan di segala bidang terutama dibidang pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi merupakan sebuah teknologi yang di gunakan untuk menyampaikan segala macam informasi secara menarik dan mudah di mengerti. Teknologi informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif, baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sehingga mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS
PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
Lebih terperinciBagaimana? Apa? Mengapa?
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Bagaimana? Apa? Mengapa? PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ( A B K ) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik,
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS
PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS UU No.20 Thn.2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) : Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan
1 A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Pengembangan dan penelitian adalah hal yang terus bergulir di segala aspek terutama pada aspek-aspek yang krusial dalam pembentukan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat
Lebih terperinciPEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK
PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII F SEMESTER GENAP SMP NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Skripsi Oleh
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran
Lebih terperinciBANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd.
BANK KATA: Ide Media Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: Asri Musandi Waraulia, M.Pd. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis,
Lebih terperinciBAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat
Lebih terperinciMEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH
MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KONSEP MOL MENGGUNAKAN PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI PEMBELAJARAN PAIKEM
Vol. 17, No. 5, Oktober 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KONSEP MOL MENGGUNAKAN PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI PEMBELAJARAN PAIKEM SMA Negeri 1 Batang, Kabupaten Batang, Provinsi
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh : Yunita Handa Yetri Abstrack: This study originated from the problems found mild mental retardation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar
Lebih terperinciPENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS HERRY WIDYASTONO Kepala Bidang Kurikulum Pendidikan Khusus PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 6/9/2010 Herry
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup II. HAKIKAT PEMBELAJARAN REMEDIAL A. Pembelajaran Menurut SNP B. Pengertian Pembelajaran Remedial C. Prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Luar Biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses penbelajaran karena kelainan fisik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern ini, perkembangan software sangat pesat. Tidak hanya dalam hal software aplikasi saja, tetapi dalam dunia game juga sama. Salah satu software yang saat
Lebih terperinciAdaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.
Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran matematika bahkan sebelum disebut matematika, pembelajaran ini dinamakan pelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENGEMBANGAN. Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan
BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1. Jenis Pengembangan Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Menurut Sugiono ( 2009 ) penelitian pengembangan adalah penelitian yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas permainan Ular Tangga dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak normal lainnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Untuk itu di perlukan suatu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Luar Biasa merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu anak tunagrahita. Anak tunagrahita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Lina Rahmawati,2013
1 BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Masyarakat awam masih belum memahami dan belum mengerti secara mendalam terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, banyak masyarakat yang masih ada meyebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Wujud dari proses belajar yaitu adanya interaksi antara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang terus dilakukan manusia sepanjang hidupnya. Wujud dari proses belajar yaitu adanya interaksi antara pengalaman baru dengan
Lebih terperinci