Oleh Oktavelli Elsanul Rizki NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh Oktavelli Elsanul Rizki NIM"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA YANG DIMODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK A TK MASYITHOH AL-AMIN SAMAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Oktavelli Elsanul Rizki NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 216

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO mens sanna in corpore sano Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat ( Decinus Iunius Iuvaralis) v

6 PERSEMBAHAN Tugas akhir skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Almamater UNY 2. Suami, Anak, lbu, dan Ayahku tercinta vi

7 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA YANG DIMODIFIKASI PADA ANAK KELOMPOK A TK MASYITHOH AL-AMIN SAMAN BANGUNHARJO SEWON BANTUL Oleh Oktavelli Elsanul Rizki NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 215/216. Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan dalam kemampuan motorik kasar pada anak Kelompok A di TK ini. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah anak Kelompok A yang berjumlah 2 anak terdiri dari 15 laki-laki dan 5 perempuan. Objek penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu jika minimal 8% dari 2 anak memiliki kemampuan motorik kasar dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui bermain sepak bola pada Siklus I dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik sebanyak 52,5%, sedangkan pada Siklus II sebanyak 81,67%. Perolehan persentase pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak kelompok A dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 8% dan penelitian dihentikan. Kata kunci: kemampuan motorik kasar, TK kelompok A, bermain sepak bola vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur atas ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar anak Melalui Bermain Sepak Bola pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon dapat terselesaikan dengan baik sesuai harapan. Sehubungan dengan selesainya penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu perkenankanlah dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Bapak/Ibu tersebut di bawah ini. 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 3. Kepala Jurusan PAUD, Prodi PGPAUD yang telah memberikan pengarahan dan memberikan izin dalam melakukan penelitian. 4. Ibu Nelva Rolina, M. Pd. Sebagai dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi ini. 5. Bapak Joko Pamungkas, M. Pd. Sebagai dosen pembimbing II skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian hingga penulisan skripsi. 6. Bapak dan ibu dosen PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya. viii

9 7. Ibu Dra. Naimah, selaku Kepala sekolah TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul yang telah memberikan izin, kesempatan, dan kemudahan dalam kegiatan penelitian. 8. Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 215/216 yang dengan senang hati mengikuti pembelajaran dengan bermain sepak bola. 9. Keluarga besar guru dan karyawan TK Masyithoh Al- Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. 1. Teman-temanku yang selalu memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini. 11. Bapak, ibu, dan seluruh keluargaku yang selalu mendo akan dan memberikan dukungan. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Allah swt memberikan imbalan yang setimpal dengan jerih payah bapak atau iu dan semua teman-temanku dalam membantu menyelesaikan penelitian ini dari awal sampai akhir. Peneliti berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pembaca. Amin. Yogyakarta, Desember 215 Penulis ix

10 Daftar Isi HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO. HALAMAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... Hal i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 5 G. Definisi Operasional... 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Motorik Kasar Pengertian Motorik Kasar Unsur-unsur Kemampuan Motorik Kasar Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Fungsi Kemampuan Motorik Kasar Aspek-aspek Pengembangan Motorik Kasar Usia 4-5 Tahun x

11 B. Hakikat Bermain Pengertian Bermain Karakteristik Bermain Manfaat Bermain C. Sepak Bola Pengertian Sepak Bola Teknik Dasar Bola D. Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun Modifikasi Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun Aspek-aspek Modifikasi Sepak Bola untuk Anak 36 E. Kerangka Berpikir F. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Subjek Penelitian C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Desain Penelitian E. Rencana Tindakan F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data G. alidasi Instrumen H. Teknik Analisis Data I. Indikator Keberhasilan Tindakan BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Lokasi Penelitian Subjek Penelitian Deskripsi Penelitan Pra Tindakan A. Deskripsi Penelitian Siklus I xi

12 a. Perencanaan b. Tindakan dan Pengamatan c. Refleksi Siklus II a. Perencanaan b. Tindakan dan Pengamatan c. Refleksi. 92 B. Pembahasan C. Keterbatasan Penelitian. 98 BAB. PENUTUP A. Kesimpulan... 1 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 Tabel 1. DAFTAR TABEL Kisi-kisi Lembar Observasi peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak bola Tabel 2. Kemampuan Awal Koordinasi Tabel 3. Kemampuan Awal Kecepatan.. 57 Tabel 4. Kemampuan Awal Kekuatan Tabel 5. Kemampuan Awal Kelincahan Tabel 6. Kemampuan Awal Keseimbangan Melempar ke Dalam.. 58 Tabel 7. Kemampuan Awal Keseimbangan Menghentikan Bola Tabel 8. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke Hal Tabel 9. Tabel 1. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I Pertemuan ke Perbandingan Unsur Koordinasi dalam Melempar Bola Kondisi Awal dengan Siklus I Perbandingan Unsur Kecepatan dalam Berlari Kondisi Awal dengan Siklus I. 76 Perbandingan Unsur Kekuatan dalam Menendang Bola Kondisi Awal dengan Siklus I.. 76 Perbandingan Unsur Kelincahan dalam Menggiring Bola Kondisi Awal dengan Siklus I 77 Tabel 15. Perbandingan Perbandingan Kemampuan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I. 77 Tabel 16. Tabel 17. Perbandingan Kemampuan Menghentikan Bola Kondisi Awal dengan Siklus I Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II Pertemuan ke xiii

14 Tabel 18. Tabel 19. Tabel 2. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II Pertemuan ke 2 86 Prosentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II Pertemuan ke 3. 9 Perbandingan Unsur koordinasi Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II Perbandingan Unsur Kecepatan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. 93 Perbandingan Unsur Kekuatan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II Perbandingan Unsur Kelincahan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II Perbandingan Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. 94 Perbandingan Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II 94 Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar dari Pra tindakan, Siklus I dan Siklus II.. 95 xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Hal Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart yang Dimodifikasi (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 21: 2) Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Pra Tindakan. 61 Gambar 3. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus I Gambar 4. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus II 92 Gambar 5. Grafik Peningkatan kemampuan motorik kasar dari pra tindakan, siklus I siklus II xv

16 DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Ijin Penelitian dan Surat alidasi instrument Lembar observasi, Kisi-Kisi Lembar Penilaian dan Rubrik Penilaian. 3. Hasil Observasi Kondisi Awal Hasil Observasi Siklus I Hasil Observasi Siklus II Foto Kegiatan Bermain Sepak Bola Rekapitulasi Keseluruhan Kemampuan Motorik Kasar Anak Skenario Pembelajaran RKH hal xvi

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia dini atau pra sekolah merupakan usia yang ideal dalam meletakkan dasar yang akan menjadi pondasi kehidupan kelak di masa yang akan datang, dan juga usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, melalui aktifitas pembelajaran di kelas, termasuk juga melalui permainanpermainan baik di dalam maupun di luar kelas. Pendidikan pada anak usia dini sangatlah penting. Pada usia ini anak dalam masa usia emas, dimana semua stimulasi yang diberikan kepada anak akan menstimulasi semua aspek perkembangannya. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini adalah aspek social emosional, aspek kognitif, aspek nilai agama dan moral, aspek bahasa, dan aspek fisik motorik Apabila aspek tersebut terstimulasi maka akan berkembang secara optimal. Permendiknas No.58 tersebut mencantumkan bahwa dalam UU No.2 Tahun 23 Pasal 1 angka 14, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Undang-undang Nomor 2 Tahun 23 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 28 ayat 3, yang menyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) merupakan taman pendidikan anak 1

18 usia dini pada jalur pendidikan formal, yang bertujuan untuk membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi, baik psikis maupun fisik. Para pendidik dan tenaga kependidikan di Taman kanak-kanak berusaha membantu meletakkan dasar dan mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak yaitu kognitif, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, nilai-nilai agama dan moral yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Layanan pendidikan untuk anak usia dini ada beberapa jenis layanan. Pendidikan Taman Kanak kanak maupun Roudhotul Athfal, satuan PAUD sejenis, Kelompok bermain, tempat penitipan anak dan taman asuh anak. Taman Kanak-kanak (TK) sebagai salah satu institusi pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, intelektual, ketrampilan fisik dan motorik, sosial, moral yang diperlukan oleh anak-anak untuk penyesuaian diri baik sekarang maupun tahap perkembangan selanjutnya. Standar kompetensi kurikulum TK mencantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik-motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar. Masing-masing bidang pengembangan memerlukan stimulasi yang tepat agar dapat berkembang secara optimal. Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik motoriknya maka guru-guru TK akan membantu meningkatkan keterampilan fisik atau motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar 2

19 dan halus anak, meningkatkan kemamuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh, dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau motorik anak adalah melalui permainan atau kegiatan bermain. Hal ini dipilih karena kegiatan bermain dinilai sangat tepat dan efektif diterapkan untuk anak usia dini. Kegiatan bermain ini dapat menggunakan permainan-permainan yang menyenangkan untuk anak. Permainan dengan media bola dapat menjadi salah satu alternatif permainan menyenangkan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak. Anak kelompok A di TK Masyithoh Al-Amin yang berjumlah 2 anak memiliki kemampuan fisik atau motorik kasar yang masih rendah dan perlu ditingkatkan. Anak usia 4-5 tahun seharusnya sudah bisa menendang bola dengan terarah, berlari dengan seimbang, melompat atau meloncat, menangkap bola, melempar bola dengan terarah, tetapi anak kelompok A di TK ini belum bisa melakukan dengan baik. Anak msih menendang bola tidak terarah, masih melempar bola tidak terarah, masih kurang lincah ketika berlari, dan lain-lain. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan fisik atau motorik di TK Masyithoh Al-Amin Saman belum mencapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, sebagai pendidik harus mampu merangsang dan meningkatkan kemampuan anak, dalam hal ini kemampuan fisik-motorik. Kegiatan yang menstimulasi kemampuan motorik kasar anak di Taman Kanak-kanak Masyithoh Al-Amin sudah sering dilakukan. Namun anak kurang tertarik untuk melaksanakan kegiatan tersebut seperti melempar bola, berjalan 3

20 maju, atau melompat di depan kelas. Bahkan ada anak yang sama sekali tidak mau melaksanakan. Kegiatan yang bersifat permainan beregu jarang sekali dilaksanakan. Hal tersebut semakin membuat motorik kasar anak kurang berkembang. Permainan sepak bola diharapkan dapat mengembangkan kemampuan fisik motorik kasar pada anak. Mengacu pada kenyataan tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik kasar anak Melalui Bermain sepak bola yang dimodifikasi pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. B. Identifikasi Masalah Dari uraian singkat latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Anak memiliki kemampuan motorik kasar masih rendah karena kurang terstimulasi. 2. Anak masih perlu bimbingan dalam mengembangkan motorik kasar dengan pemanfaatan permainan beregu dalam pembelajaran di sekolah. C. Batasan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah-masalah yang ada yaitu tentang motorik kasar anak masih rendah dan anak masih membutuhkan bimbingan dalam hal permainan beregu yang mengembangkan kemampuan motorik kasar. 4

21 D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Upaya Peningkatkan Kemampuan Motorik Melalui Bermain sepak bola pada Anak Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 214/215? 2. Apakah dengan bermain sepak bola dapat meningkatkan motorik kasar anak usia 4-5 tahun? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk: 1. Mengetahui bagaimana proses peningkatkan kemampuan motorik anak usia dini melalui bermain sepak bola. 2. Mengetahui apakah sepak bola dapat meningkatkan motorik kasar anak usia 4-5 tahun. F. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis a. Menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak melalui bermain sepak bola pada anak usia dini. b. Sebagai dasar pertimbangan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar dengan bermain sepak bola pada anak usia dini. 5

22 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti dan guru Dapat menambah wawasan dan pengamalan, khususnya dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak usia dini. b. Bagi siswa Agar lebih termotivasi dalam mengasah ketrampilan dan mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola pada anak usia dini. c. Bagi sekolah Agar mutu dan kualitas pendidikan di sekolah terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan. G. Definisi Operasional Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dari teori yang akan dikaji, yaitu: 1. Kemampuan motorik merupakan kemampuan anak dalam mengendalikan gerakan tubuhnya melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Agar kemampuan dimaksud dapat berkembang dengan baik maka perlu adanya aktifitas terarah dan terpimpin yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik tersebut, dalam hal ini dilakukan dengan cara bermain sepak bola. 2. Permainan sepak bola merupakan permainan yang cukup populer untuk memuaskan keinginan anak untuk berekspresi dan bereksplorasi, sehingga 6

23 dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang perhatian, perasaan, daya pikir anak dan mampu membangun kondisi yang membuat anak memperoleh ketrampilan, dan pengetahuan. 7

24 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Motorik Kasar 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kasar Sebelum masuk dalam pengertian motorik kasar dalam tulian ini akan dibahas tentang pengertian motorik terlebih dahulu. Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor abilty. Gerak (motorik) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Kemampuan motorik merupakan hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan gerak olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Kemampuan motorik mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak dasar yang merupakan gambaran umum dari kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat membantu berkembangnya pertumbuhan anak. Berkembangnya kemampuan motorik ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan (Sukintaka, 21: 47). Kemampuan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan control motorik. Kontrol motorik tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik. Aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk anak adalah motorik, kognitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian. 8

25 Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot terkoordinasi (Menurut Elizabeth B Hurlock 1998: 151), sedangkan menurut Kirkendall, (198: 213) kemampuan motorik adalah kualitas umum yang ditingkatkan melalui latihanlatihan. Kemampuan motorik merupakan faktor fisik yang dapat dikembangkan melalui belajar gerak. Ketika belajar gerak diperlukan adanya ketelitian terhadap teknik gerakan yang benar, yaitu dimulai dari awal sampai akhir gerakan, sehingga kemampuan tersebut akan memberikan sumbangan terhadap keberhasilan tugas-tugas selanjutnya. Keterampilan motorik merupakan kemampuan yang penting di dalam kehidupan sehari-hari maupun di dalam pendidikan jasmani, agar siswa terampil (mampu) dalam melakukan aktivitas fisik. Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Sukadiyanto (1997: 7) mengatakan bahwa kemampuan motorik adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan keterampilan gerak yang lebih luas serta diperjelas bahwa kemampuan motorik suatu kemampuan umum yang berkaitan dengan penampilan berbagai keterampilan atau tugas gerak. Gallahue (Samsudin, 28: 1) berpendapat bahwa motorik adalah terjemahan dari kata motor yang berarti suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Muhibbin (Samsudin, 28: 1) juga menyebut motorik dengan istilah motor yang diartikan sebagai istilah yang 9

26 menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian pula kelenjar-kelenjar juga (pengeluaran cairan atau getah) Aspek-aspek yang perlu dikembangkan untuk anak di sekolah adalah motorik, kognitif, emosi, sosial, moralitas dan kepribadian. Sukintaka (21: 47) menyatakan bahwa Kemampuan Motorik adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan gerak olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik. Kualitas hasil gerak merupakan kemampuan (ability) gerak seseorang dalam melakukan tugas gerak. Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa kemampuan motorik adalah kemampuan gerak dasar atau kualitas hasil gerak yang berasal dari dalam maupun luar diri anak untuk mengacu pada keterampilan gerak rendah yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Dan merupakan perubahan gerak dasar dari sejak bayi hingga dewasa yang melibatkan beberapa komponen-komponen gerak dalam melakukan suatu aktivitas gerak olahraga maupun aktivitas sehari-hari. Seseorang yang memiliki kemampuan motorik yang tinggi diduga akan lebih baik dan berhasil dalam melakukan berbagai tugas keterampilan dibandingkan seseorang yang memiliki kemampuan motorik rendah. Kemampuan motorik yang dimiliki seseorang berbeda-beda dan tergantung pada banyaknya pengalaman gerak yang dikuasainya. Prinsip kemampuan motorik adalah suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. 1

27 Perkembangan kemampuan motorik dibagi menjadi 2, yakni: a. Motorik Halus Motorik halus atau gerak halus secara khusus dikontrol oleh otot-otot kecil. Gerakkan yang lebih banyak menggunakan tangan dipertimbangkan sebagai gerak halus. Sebab otot-otot yang ukurannya lebih kecil ada pada jari-jari tangan dan lengan, sehingga akan menghasilkan gerakan pada jari-jari kaki dan jari-jari tangan. Untuk itu gerak halus bisa berupa aktivitas seperti, menggambar, menulis, menggenggam dan memainkan alat musik. Kemampuan motorik mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan dasar. b. Motorik Kasar Peningkatan kemampuan motorik kasar anak secara alamiah akan diikuti dengan peningkatan atau bertambahnya umur anak hingga dewasa. Istilah motorik kasar dan motorik halus secara umum di gunakan untuk mengkategorikan tipetipe gerak. Perkembangan motorik kasar anak berkembang dari gerakan sederhana ke gerakan terorganisasi. Pendapat Cratty yang dikutip oleh Rusli Lutan (1988: 97), menyatakan bahwa motorik kasar memiliki ukuran besar otot yang terlibat, jumlah tenaga yang dikerahkan atau lebarnya ruang yang dipakai untuk melaksanakan gerakannya. Otot tersebut ukurannya relatif besar, contohnya pada otot paha dan pada otot betis. Otot-otot tersebut berintegrasi untuk menghasilkan gerak seperti berjalan, berlari, dan loncat. Motorik kasar memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya, seperti lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. 11

28 Motorik kasar adalah ketrampilan yang meliputi aktivitas otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan (Santrock : 28: 21). Dalam hal ini meliputi otot lengan pada tangan dan otor tungai pada kaki. Motorik kasar melibatan otot-otot besar yang menghasilan gerakan berjalan, berlari, melompat, menangkap bola, melempar bola, dan memantulan bola. Payne (212: 11) juga berpendapat bahwa motorik kasar merupakan gerakan yang dikontrol oleh otototot besar misal terletak pada bagian atas kaki. Kemampuan motorik kasar adalah sesuatu kemampuan yang diperoleh dari ketrampilan gerak umum yang mendasari tingkat penampilan yang baik atau tingkat kemampuan gerak (motor ability) akan mencerminkan tingkat gerak seseorang dalam mempelajari suatu gerakan secara kualitas dan kuantitas yang baik yang melibatkan otot-otot besar. Dari motorik kasar tersebut akan menghasilan gerakan dasar yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan pada anak. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan reflek yang telah dimiliki dan disempurnakan melalui proses berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang. Amung Ma mun dan Yudha M. Saputra (2: 2-21) menyatakan kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori: 1) Kemampuan Lokomotor Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop). 12

29 2) Kemampuan Nonlokomotor Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, melingkar, melambungkan dan lain-lain. 3) Kemampuan Manipulatif Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan matatangan dan mata-kaki tetapi bagian lain dari tubuh juga ikut terlibat. Manipulasi obyek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item: berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentukbentuk latihan manipulatif terdiri dari: a) Gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang). b) Gerakan menerima (menangkap) obyek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat dari bantalan karet (bola medicine) atau macam bola yang lain. c) Gerakan memantul-matulkan bola atau mengiring bola. 2. Unsur-unsur Kemampuan Motorik Kasar Kemampuan motorik seseorang berbeda-beda tergantung pada banyaknya pengalaman melakukan gerakan yang dikuasainya. Kemampuan-kemampuan yang terdapat dalam kemampuan fisik yang dapat dirangkum menjadi lima komponen, yaitu kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelincahan dan koordinasi. 13

30 Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kemampuan motorik menurut Muthohir dan Gusril (24: 5) adalah: a. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu konstraksi. Kekuatan otot harus dipunyai oleh anak sejak usia dini. Apabila anak tidak mempunyai kekuatan tentu dia tidak dapat melakukan aktivitas bermain yang menggunakan fisik seperti berjalan, berlari, melompat, melempar, memanjat, bergantung dan mendorong. b. Koordinasi Koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan sistem syaraf.anak dalam melakukan lemparan harus ada koordinasi seluruh anggota tubuh yang terlibat. Anak dikatakan baik koordinasi gerakannya apabila ia mampu bergerak dengan mudah dan lancar dalam rangkaian dan irama gerakannya terkontrol dengan baik. c. Kecepatan Kecepatan adalah sebagai kemampuan berdasarkan kelentukan dalam satuan waktu tertentu. Dalam melakukan lari 4 detik, semakin jauh jarak yang ditempuh semakin tinggi kecepatan. d. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam berbagai posisi. Keseimbangan dibagi dalam dua bentuk yaitu: 14

31 keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis merujuk kepada menjaga keseimbangan tubuh ketika berdiri pada suatu tempat, keseimbangan dianamis adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh ketika berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. e. Kelincahan Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak pada satu titik ke titik lain dalam melakukan lari zig-zag, semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin tinggi kelincahannya. Bompa menyatakan sebagaimana dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (22: 66), ada lima biomotorik dasar, yaitu: 1) Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan. 2) Daya tahan adalah kemampuan melakukan kerja dalam waktu lama. 3) Kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam waktu singkat. 4) Kelentukan adalah kemampuan persendiaan untuk melakukan gerakan melalui jangkauan yang luas. 5) Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. 15

32 Keterampilan gerak sangat berhubungan dengan unsur kebugaran jasmani. Adapun unsur-unsur dalam kebugaran jasmani menurut Rusli Lutan (21: 63-72) adalah sebagai berikut: a. Kekuatan otot adalah kemampuan tubuh untuk mengerahkan daya maksimal terhadap objek di luar tubuh. Dalam pengertian lain, kekuatan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal. b. Daya tahan otot adalah kemampuan untuk mengerahkan daya terhadap objek di luar tubuh selama beberapa kali. Daya tahan otot terbentuk melalui beban yang relatif lebih ringan. Namun, pelaksanaan tugasnya dilakukan berulang kali dalam satu kesempatan. c. Fleksibilitas adalah gambaran mengenai luas sempitnya ruang gerak pada berbagai persendiaan dalam tubuh kita. Seperti melakukan gerakan memelintirkan tubuh, membungkuk, berputar, dan mengulur. d. Koordinasi adalah perpaduan berirama dari sistem syaraf dan gerak dalam sebuah pelaksanaan tugas secara harmonis dari beberapa anggota tubuh. e. Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu secepat mungkin. f. Kelincahan adalah kemampuan untuk menggerakkan badan atau mengubah arah secepat mungkin. g. Kekuatan adalah kemampuan untuk mengerahkan usaha maksimal secepat mungkin. 16

33 h. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dalam kaintannya dengan daya tarik bumi baik dalam situasi diam (statis) dan bergerak (dinamis). Berdasarkan komponen-komponen kemampuan motorik tersebut, tidaklah berarti bahwa semua orang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan komponen kemampuan motorik. Tiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam mendapatkan komponen-komponen kemampuan motorik. Bagaimanapun juga, faktor yang berasal dari dalam diri dan luar selalu mempunyai pengaruh. 3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik anak terdiri dari dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Corbin (1987: 198) menyatakan (dikutip oleh Sumantri 25: 6) terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik, yaitu: a. Faktor biologis Faktor biologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik adalah: 1) Faktor ukuran tubuh pada saat lahir 2) Faktor keturunan (genetika) 3) Faktor jenis kelamin 4) Dasar kedewasaan. 17

34 b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik diantaranya adalah: 1) Faktor budaya 2) Faktor keadaan alam 3) Faktor kebiasaan keluarga 4) Faktor kesukuan 5) Faktor sosial. Sukintaka (21: 47) mengatakan bahwa berkembangnya kemampuan motorik sangat ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan. Dari dua faktor penentu ini masih harus didukung dengan berlatih, yang sesuai dengan kematangan anak dan gizi yang baik. Ada kemungkinan bahwa makin baiknya pertumbuhan dan perkembangan akan berpengaruh terhadap kemampuan motorik seseorang. Disamping beberapa faktor di atas dalam buku yang ditulis oleh Endang Rini Sukamti (27: 4-41) ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap laju perkembangan motorik seseorang, antara lain: a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidakmenguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak. 18

35 c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir, ketimbang kondisi pralahir yang tidak menyenangkan. d. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakkan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik. e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca lahir akan mempercepat perkembangan motorik. f. Anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal. g. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. h. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik. i. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka perkembangan motorik anak yang pertama cenderung lebih baik ketimbang perkembangan anak yang lahir kemudian. j. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperhambat perkembangan motorik karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tigkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya. k. Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik. 19

36 l. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan pelatihan ketimbang anak karena perbedaan bawaan. 4. Fungsi Kemampuan Motorik Kasar Tujuan dan fungsi kemampuan motorik sering tergambar dalam kemampuan anak menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik terlihat dan seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Cureton dalam Toho Cholik Mutohir dan Gusril (24: 51) berpendapat bahwa fungsi utama kemampuan motorik adalah untuk mengembangkan kesanggupan dan kemampuan setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Individu mempunyai landasan untuk menguasai tugas keterampilan motorik yang khusus dengan memiliki kemampuan motorik yang baik. Semua unsur-unsur motorik pada setiap anak dapat berkembang melalui kegiatan olahraga dan aktivitas bermain yang melibatkan otot. Semakin banyak anak mengalami gerak tentu unsur-unsur kemampuan motorik semakin terlatih dengan banyaknya pengalaman motorik yang dilakukan tentu akan menambah kematangannya dalam melakukan aktivitas motorik. Sampai saat ini, belum terdapat ketepatan yang bersifat universal terhadap komponen dasar yang menjadi dasar kinerja jasmani, demikian guru pendidikan, maupun pelatih olahraga kerapkali menggunakan tes-tes kemampuan motorik sebagai alat untuk melakukan identifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut aktivitas yang tepat diberikan kepada siswa, sehingga siswa dapat 2

37 mengembangkan kemampuan diri atau setidak-tidaknya dapat mengurangi kelemahan yang dimilikinya (Setyo Nugroho, 25: 24). 5. Aspek-aspek Pengembangan Motorik Kasar Usia 4-5 Tahun Kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak- anak tersebut menurut Bucher dan Reade adalah sebagai berikut : a. Ekspresi melalui gerakan. b. Bermain, sebagai bagian dari perkembangan anak. c. Kegiatan yang berbentuk drama. d. Kegiatan yang berbentuk irama. e. Banyak latihan motorik kasar maupun motorik halus. Aspek perkembangan motorik terdapat dalam Permen Diknas no 58 tahun 29 terdapat beberapa tingkat pencapaian anak yang seharusnya dialami oleh anak usia 4-5 Tahun. Berikut ini tingat pencapaian perembangan anak bidang motorik kasar yang harus dilalui anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut: a. Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb. b. Melakukan gerakan menggantung (bergelayut). c. Melakukan gerakan melompat, meloncat, dan berlari secara terkoordinasi d. Melempar sesuatu secara terarah e. Menangkap sesuatu secara tepat f. Melakukan gerakan antisipasi g. Menendang sesuatu secara terarah h. Memanfaatkan alat permainan di luar kelas. 21

38 B. Hakikat Bermain 1. Pengertian Bermain Para tokoh teori kognitif yaitu Jean Piaget, Lev yotsky, Jeremi Bruner (A.Martuti, 28: 9-15) memberikan pandangan mengenai bermain. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan (Mayke, 21:15). Bermain juga merupakan aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan dengan aturan yang ditentukan oleh pemain yang bertujuan mencari kesenangan serta tidak menuntut hasil akhir. Berdasarkan penelitian Smith ada beberapa ciri bermain, antara lain berdasar motivasi intrinsik, terdapat kesenangan, fleksibel, lebih mementingkan proses daripada hasil, bebas memilih serta mempunyai kualitas pura-pura (Mayke, 21: 15). Bermain juga diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung atau spontan dimana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya, dilakukan dengan senang, atas inisiatif sendiri, serta menggunakan imajinasi, panca indera dan seluruh anggota tubuhnya (Mayke, 21:16). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai aktivitas bermain apabila memenuhi berbagai kriteria sebagai hakikat dan ciri dari bermain itu sendiri. Ciri-ciri dari aktivitas bermain berdasarkan pengertian di atas antara lain menyenangkan, berasala dari keinginan anak itu sendiri, dilakukan secara spontan, fleksibel atau mudah beralih atau berganti, menekankan pada proses bukan hasil, bebas memilih, serta bisa berupa kegiatan pura-pura (Mayke, 21: 16-17). Aktivitas tidak memiliki ciri diatas, maka aktivitas tersebut belum dapat dikatakan 22

39 bermain. Kegiatan-kegiatan anak usia dini hendaknya diintegrasikan dengan aktivitas yang memiliki ciri-ciri tersebut agar perkembangan anak dapat berkembang dengan baik sesuai tahapannya. Menurut ygotsky, bermain diartikan sebagai self help tool atau alat penolong diri sendiri, dimana keterlibatan anak dalam bermain akan membuat anak dengan sendirinya mengalami kemajuan dalam perkembangan (Mayke, 21: 1). Pernyataan tersebut tidak berlebihan mengingat begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh anak usia dini terkait dengan perkembangan berbagai aspek kecerdasan serta keterampilan-keterampilan tertentu melalui kegiatan bermain. Piaget berpendapat bahwa anak menjalani tahapan perkembangan kognitif sampai akhirnya proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Anak tidak belajar sesuatu yang baru tetapi mereka belajar mempraktikkan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. ygotsky menyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognitif anak. Seorang anak tidak mampu berpikir secara abstrak tanpa melihat benda yang sebenarnya karena makna dan objek berbaur menjadi satu. Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas serta yang paling penting bagi anak adalah makna bermain bukan hasil akhirnya. Bermain merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi/kemampuan anak didik. Anak dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar maupun motorik halusnya, memahami lingkungan, mengembangkan imajinasinya, dan dapat mengikuti tata tertib ataupun disiplin. 23

40 Dari berbagai pendapat, peneliti menyimpulkan bahwa bermain adalah cara belajar anak yang bersifat alami. Anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda, berhitung dan sebagainya. Bermain merupakan pengalaman penting dalam dunia anak. Sebab bermain berfungsi sebagai sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak. 2. Karakteristik Bermain Beberapa karakteristik bermain menurut Sofia Hartati (25: 3-34), antara lain: a) bermain dilakukan dengan sukarela, b) bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan, mengasyikkan, dan menggairahkan, c) bermain dilakukan tanpa iming-iming apapun, d) bermain lebih mengutamakan aktivitas/kegiatan daripada tujuan. Tujuan bermain adalah aktivitas itu sendiri, e) bermain menuntut partisipasi aktif baik fisik maupun psikis, f) kegiatan bermain yang bebas. Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya, g) bermain sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkan saat itu, h) makna dan kesenangan bermain ditentukan oleh anak itu sendiri yang sedang bermain. Bermain harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan, menggembirakan, dipenuhi rasa suka dan ceria. Karakteristik bermain adalah kegiatan yang menyenangkan dan mengasyikkan. Dalam bermain, permainan 24

41 yang dilakukan anak sesuai dengan kehendak hati dan sesuai harapan mendatangkan kegembiraan dan keceriaan anak. Lima tingkat perkembangan bermain menurut Parten (Slamet Suyanto, 23: ) yaitu: Tingkat pertama, bermain sendiri. Anak bermain sendiri karena sifat egosentris yang dimilikinya. Anak asyik dengan permainannya sendiri dan tidak memperdulikan dengan apa yang dimainkan oleh teman yang berada di sekitarnya. Tingkat kedua, bermain dengan melihat cara temannya bermain yaitu anak yang tadinya bermain sendiri mulai melihat apa dan bagaimana temannya bermain. Anak kadang berhenti bermain dan mengamati bagaimana temannya bermain lalu ia menirunya. Tingkat ketiga, bermain secara paralel dengan temannya yaitu anak bermain secara berdampingan/berdekatan, mereka menggunakan permainan yang sama tetapi tiap anak bermain sendiri-sendiri. Kadang mereka saling melihat, saling memberi komentar ataupun bercakapcakap. Tingkat keempat, bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini anak mulai bermain secara bersama-sama dan beramai-ramai. Tingkat kelima, bermain dengan aturan yaitu anak bermain bersama temannnya dalam bentuk kelompok. Mereka menentukan jenis permainan, menentukan aturan, pembagian peran dan siapa yang akan main lebih dahulu. Untuk anak TK sebaiknya tidak terlalu banyak aturan. Anak akan sulit untuk memahami aturan yang kompleks. Bermain merupakan bagian terpenting dalam kehidupan anak karena melalui bermain anak-anak tumbuh dan berkembang. Anak yang kebutuhan bermainnya terpenuhi, makin tumbuh dengan keterampilan yang lebih tinggi dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 25

42 3. Manfaat Bermain Bermain merupakan sarana belajar bagi anak yang menyenangkan dan mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak (A. Martuti, 28: 37-56), antara lain: bermain untuk perkembangan aspek motorik, kognitif, fisik, sosial, kepribadian dan emosi serta untuk mengasah ketajaman penginderaan dan mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. Seorang anak dapat menyalurkan tekanan, dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan yang nyata, misalnya anak bisa memukul-mukul boneka miliknya yang dimainkan sebagai orang yang mengganggu dirimya. Kegiatan bermain secara bersama-sama dapat membantu membentuk konsep diri yang positif. Anak akan belajar cara bersikap agar dapat bekerjasama dengan teman-temannya. Anak akan merasa senang dan itu merupakan bentuk pembelajaran. Bermain juga dapat mengembangkan kreativitas dan daya cipta. Melalui bermain anak belajar pengalaman dalam membina hubungan antara sesama teman. Anak melakukan kegiatan secara bersama-sama, belajar bergantian menggunakan mainan, serta mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman mainnya, misalnya dengan membuat aturan sebelum bermain. Pengenalan konsep-konsep tentang warna, bentuk, ukuran dan lainnya dapat dilakukan melalui kegiatan bermain. Ketajaman penginderaan anak yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan perlu diasah karena akan menjadikan anak aktif dan kreatif. Dengan melihat, mendengar, meraba, mencium dan merasakan perbedaan benda-benda di sekitar maka akan membantu anak belajar pada alam (lingkungan sekitar). Keterampilan melakukan 26

43 kegiatan akan menjadikan anak lebih percaya diri dan merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit. Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak tanpa atau dengan alat yang memberikan informasi, kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, sosial, perkembangan moral serta perkembangan bahasa dalam berkomunikasi dan lain sebagainya. Manfaat bermain dalam penelitian ini supaya anak dapat mengembangkan berbagai kemampuan perkembangannya, dalam penelitian ini terutama adalah kemampuan motorik kasar. C. Sepak Bola 1. Pengertian Sepak Bola Sepakbola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola, dimainkan dua regu yang masing-masing terdiri dari 11 orang pemain. Masing-masing regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan serta manggunakan peraturan yang sudah ditentukan. Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang (Sucipto dkk, 2: 7). Permainan sepak bola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua hakim garis. Lama permainan sepakbola adalah 2 x 45 menit dengan waktu istirahat 15 menit. Lapangan permainan empat persegi panjang. Panjangnya tidak boleh lebih dari 12 meter dan tidak boleh kurang dari 9 meter, sedang lebarnya tidak boleh lebih dari 9 meter dan tidak boleh kurang dari 45 meter. 27

44 Dalam bermain sepak bola pemain boleh memainkan bola dengan seluruh anggota badannya kecuali tangan. Penjaga gawang boleh memainkan bola dengan bagian tangan, tetapi hanya didaerah gawangnya sendiri. Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang masyarakat indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik itu anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu, olahraga sepakbola juga banyak dimainkan oleh kaum perempuan baik di luar atau di dalam negeri. Adapun tujuan dari masing- masing regu ialah berusaha manguasai bola dan mamasukkan ke dalam gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha mamatahkan serangan lawan. Pada dasarnya perainan sepakbola merupakan suatu usaha untuk menguasai bola dan untuk merebutnya kembali bila bola sedang dikuasai lawan. Oleh karena itu, untuk dapat bermain sepakbola harus mengusai teknik-teknik dasar sepakbola yang baik. Untuk dapat menghasilkan sepakbola yang optimal, maka seorang pemain harus dapat menguasai teknik-teknik dalam permainan. Teknik dasar bermain sepakbola adalah merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan sesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepak bola. 2. Teknik Dasar Sepak Bola Aip Syarifudin dan Muhadi (1991: 45) menyatakan bahwa teknik dasar dalam permainan sepak bola. Teknik dasar bermain sepakbola terdiri dari teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar tanpa bola. 28

45 Berikut ini penjelasan tentang teknik sepak bola. a. Tanpa bola 1) Lari Teknik lari ditandai dengan lari dalam memperoleh serangan dan lari dalam bertahan. Dalam melakukan lari pemain harus dapat lari cepat berbelok atau merubah arah, berhenti lari mundur dan mendadak start lagi. Sardjono, (1982: 17) menyatakan lari dalam sepakbola tidak sama dengan lari pada atletik. Dalam atletik, lari tidak mendapat gangguan. Aip Syarifudin dan Muhadi lari menyatakan dalam sepak bola selalu mendapat gangguan dari regu lawan dimana seorang pemain kadang-kadang terpaksa merubah arah berlari, berhenti, lari mundur, lari sambil melompat/meloncat, dan beradu badan dengan lawannya. 2) Melompat dan Meloncat Suwarno K.R, (21: 6) menyatakan bahwa berdasarkan tolakan yang digunakan dalam suatu gerakan dibedakan menjadi dua yaitu tolakan dua kaki atau meloncat dan tolakan satu kaki atau melompat. Lompatan dapat dilakukan dengan awalan atau tanpa awalan, tolakan satu kaki akan lebih menguntungkan kerena bisa saja pemain melompat lebih tinggi. Biasanya lompatan dikombinasikan dengan sundulan atau gerakan menyundul bola, oleh karena itu gerakan melecutkan badan bagian atas sambil melompat perlu dilatih berulangulang agar mendapatkan lompatan yang maksimal. 3) Gerak tipu tanpa bola atau tipu badan Gerakan tipu badan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Gerak tipu dangan badan bagian atas dengan kaki, memungkinkan juga dengan bahu. Pemain 29

46 dapat menipu lawan dengan jalan tiba-tiba berhenti berlari atau merubah arah yang dikombinasikan dengan gerak tipu badan bagian atas. Menurut Sardjono, (1982: 18) pemain sepakbola yang tidak dapat melakukan gerak tipu, maka pemain itu tidak akan dapat menjadi pemain sepakbola yang baik. Pemain dikatakan berhasil melakukan gerak tipu apabila pada waktu pemain melakukan gerakan pura-pura tetapi oleh lawan dianggap sebagai sebenarnya sehingga lawan akan mengikuti gerakan pura-pura itu. b. Dengan bola 1) Menendang bola (kicking) Sucipto dkk (2: 17) berpendapat bahwa menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang paling dominan. Menendang bola paling banyak dilakukan dalam permainan sepak bola bila dibandingkan dengan teknik lain, jadi wajar apabila setiap latihan banyak diajarkan teknik menendang bola. Arma Abdoellah (1981::421) menyatakan bahwa menendang bola berfungsi untuk memberikan bola (passing), menembak (shooting), membersihkan (clearing), dan tendangan-tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendan dibedakan beberapa macam, yaitu: a) Menendang dengan kaki bagian dalam Sucipto dkk (2: 19) berpendapat pada umumnya teknik menendang dengan kaki begian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Aip Syarifidin dan Muhadi menyatakan apabila akan menendang dengan kaki bagian dalam maka pergelangan kaki segera diputar keluar agar bola tepat 3

47 mengenai bagian dalam kaki. Teknik ini dapat digunakan untuk mengoper maupun menggiring bola. b) Menendang dengan bagian luar Menurut Sucipto dkk (2: 19) berpendapat pada umumnya teknik menendang bola dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Apabila akan menendang bola dengan bagian luar kaki maka pergelangan kaki ditekuk ke dalam. Teknik ini dapat digunakan untuk mengoper maupun menggiring bola. c) Menendang dengan punggung kaki Sucipto dkk (2: 21) berpendapat pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak kegawang (shooting at the goal). Apabila akan menendang dengan kaki bagian punggung kaki tumpu di tekuk sampai lutut dan kaki yang digunakan untuk menendang lurus ke depan. Teknik ini dapat membuat arah bola melingkar atau melambung. 2) Menghentikan bola (stopping) Sardjono, (1982: 5) mengatakan menerima atau mengontrol bola dapat diartikan seni menangkap bola dengan kaki atau menguasai gerakan bola, atau dengan kata lain membawa bola dengan penguasaan sepenuhnya. Sedangkan Sucipto dkk (2: 22-27) berpendapat tujuan menghentikan bola dengan mengontrol bola, yang termasuk di dalamnya untuk mengatur tempo permainan, mengalihkan laju permainan, dan memudahkan untuk passing. Dilihat dari perkenaan bagian badan yang pada umumnya digunakan untuk menghentikan 31

48 bola adalah kaki, paha, dan dada. Bagian kaki yang dapat digunakan untuk menghentikan bola adalah kaki bagian dalam, kaki bagian luar, punggung kaki, dan telapak kaki. 3) Menyundul bola (heading) Sucipto dkk (2: 32) menyatakan menyundul bola pada hakikatnya memainkan bola dengan kepala. Tujuan dari menyundul bola dalam permainan sepak bola adalah untuk mengumpan, mencetak gol, dan untuk mematahkan serangan lawan/ membuang bola. Ditinjau dari posisi tubuhnya, menyundul bola dapat dilakukan sambil berdiri, melompat dan meloncat. 4) Merampas/ merebut bola (tackling) Sucipto dkk (23: 34) menyatakan merampas bola adalah salah satu upaya untuk merebut bola dari penguasaan lawan. Merebut bola dari lawan ada beberapa cara, diantaranya adalah merebut bola sambil berdiri, merebut bola sambil meluncur. 5) Menggiring bola (dribbling) Danny Mielke (23: 1) berpendapat bahwa dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain harus mempu menguasai bola saat sedang bergerak, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan. Sucipto, dkk (2: 28) berpendapat bahwa menggiring bola adalah menendang terputusputus atau pelan-pelan, oleh kerena itu bagian kaki yang dipergunakan sama dengan kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. 32

49 Beberapa teknik menggiring bola diantaranya adalah sebagai berikut: a) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam Danny Mielke (23: 2) berpendapat bahwa dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar. Sucipto dkk (2: 28) berpendapat bahwa menggiring bola dengan kaki bagian dalam pada umumnya digunakan untuk melewati atau mengecoh lawan. b) Menggiring bola dengan kaki bagian luar Danny Mielke (23: 4) berpendapat bahwa menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola. Keterampilan mengontrol bola ini digunakan ketika pemain yang menguasai bola sedang berlari dan mendorong bola sehingga bisa mempertahankan bola tersebut tetap berada di sisi luar kaki. Sucipto dkk (2: 3) berpendapat bahwa menggiring bola dengan kaki bagian luar pada umumnya digunakan untuk melewati atau mengecoh lawan. 6) Lemparan ke dalam Sucipto dkk (2: 36) berpendapat bahwa lemparan ke dalam merupakan satu-satunya teknik dalam permainan sepakbola yang dimainkan dengan tangan dari bagian luar lapangan. Cara melemparkan bola kedalam lapangan perlu diajarkan karena dapat dimanfaatkan dalam permainan. Yang perlu diperhatikan dalam lemparan yaitu: lemparan harus menggunakan kedua tangan, bola lepas diatas kepala, kedua kaki harus kontak dengan tanah dan saat melempar tidak melakukan gerak tipu. 33

50 7) Gerak tipu dengan bola Arma Abdoellah, (1981: 38) berpendapat bahwa gerak tipu dengan bola yang diartikan gerak tipu membawa bola dicampur dengan gerak tipu badan. 8) Teknik penjaga gawang; bertahan dan menyerang (Technique of goal kepping; defensive and offensive) Sucipto dkk (2: 38) berpendapat bahwa penjaga gawang merupakan pertahanan yang paling akhir dalam permainan sepakbola. Seorang pemain sepakbola untuk dapat bermain sepakbola dengan baik dan benar, harus bisa menguasai teknik-teknik dasar sepakbola. Beberapa teknik dasar dengan bola dalam bermain sepakbola yang perlu dimiliki atau dikuasai oleh seorang pemain sepakbola adalah menendang bola, menerima bola, menggiring bola, menyundul bola, gerak tipu, merebut bola, lemparan kedalam, dan teknik menjaga gawang. Seorang pemain yang memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat bermain sepakbola dengan baik pula dan akan tersusun rapi dalam kerjasama tim. D. Sepak Bola untuk Anak Usia 4-5 Tahun Sepak bola untuk anak yang sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun yang tercantum dalam Permen Diknas no. 58 tahun 29 adalah berlari dengan seimbang, melompat atau meloncat, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar ke dalam, dan menjaga gawang. Kegiatan bermain sepak bola yang dilaksanakan juga sederhana. Tidak seperti permainan sepak bola pada orang dewasa. Permainan sepak bola yang dilakukan pada anak usia dini hendaknya dimodifikasi sesuai dengan karakter bermain anak usia 4-5 tahun. Modifiasi bermain sepak bola ini beresensi 34

51 menganalisis sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara memperuntukkannya dalam bentuk aktifitas belajar yang potensial sehingga memperlancar anak didik belajar ( Samsudin : 71: 28). 1. Modifikasi sepak bola untuk anak Modifikasi sepak bola untuk anak memiliki beberapa tujuan. Menurut Lutan (1998) yang dikutip oleh Samsudin 28 tujuan mengapa bermain untuk anak dimodifikasi adalah 1) Anak memperoleh kepuasan dalam bermain 2) Meningkatan kemungkinan keberhasilan 3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar Aussie berpendapat 1996 modifikasi pembelajaran mempertimbangkan: a. Anak belum memiliki kemampuan fisik seperti orang dewasa Kemampuan motorik kasar anak belum sempurna seperti orang dewasa sehingga kegiatan motorik kasar anak perlu disederhanakan. Dalam penelitian ini gerakan yang dilasanakan dalam bermain sepak bola untuk Anak Usia 4-5Tahun tidak harus menggunakan semua bagian kaki b. Aktifitas motorik kasar dengan peralatan yang dimodifikasi mengirangi resiko cedera pada anak. Bola yang digunakan untuk bermain sepak bola Anak usia Dini bukan Bola yang keras dan besar. Bola yang digunakan adalah bola plastic bias. Sehingga apabila mengenai anak tidak menimbulkan cedera. Gawang yang digunakan juga bukan bukan gawang ukuran orang dewasa mengingat tinggi badan anak yang masih belum mencapai ukuran orang dewasa 35

52 c. Kegiatan fisik yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan motorik kasar lebih cepat dari pada permainan seperti orang dewasa. Sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun dimodifikasi agar motorik kasar anak berkembang lebih cepat. Karena sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun mempertimbangkan tahap-tahap perembangan anak. d. Kegiatan motorik yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan pada anak. Sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun dimodifikasi agar anak merasa senang dengan peraturan bermain sepak bola yang tidak seketat peraturan sepak bola orang dewasa. 2. Aspek-Aspek Modifikasi Sepak Bola untuk Anak Modifikasi permainan untuk anak meliputi beberapa aspek (Samsudin : 73: 28), yaitu: a. Modifikasi tujuan pembelajaran. Dalam modifikasi ini terdapat beberapa kompenen, yakni : 1) Tujuan perluasan. Bertujuan agar anak dapat memperoleh kemempuan melakukan keterampilan tanpa memperhatikan aspek efisiensi dan efektifitasnya. 2) Tujuan Penghalusan. Bertujuan agar anak memperoleh kemampuan melakkukan gerak secara efisien. 3) Tujuan Penerapan. Bertujuan agar anak memperoleh kemampuan melakkukan gerak secara efektif. 36

53 Bermain sepak bola untuk anak usia dini khususkan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dalam unsure kordinasi, kecepatan, kekuatan, kelincahan dan keseimbangan. b. Modifikasi Materi Pembelajaran Komponen modifikasi materi pembelajaran dilasifikasikan edalam beberapa komponen yakni: 1) Komponen keterampilan. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi materi pembelajaran dengan cara menganalisis dan membagi ketrampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen. Dari uraian tentang tenik sepa bola sebelumnya telah dibagin dalam komponenkomponan. Dalam kaitannya dengan penelitian materi sepak bola untuk anak usia sini disederhanaan sesuai karakter anak usia 4-5 tahun. 2) Klasifikasi materi. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya. 3) Kondisi penampilan. Modifikasi ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi aturan dalam bermain, dalam hal ini adalah bermain sepak bola. c. Modifikasi Lingkungan pembelajaran. Dalam modifikasi ini terdapat beberapa klasifikasi, yakni: 1) Peralatan. Peralatan dalam sepak bola untuk anak dapat disederhanakan. Misal gawang dari kayu, bola dari plastic. 2) Penataan ruang gerak. Ukuran lapangan untuk sepak bola untuk anak usia 4-5 tahun diperkecil. 37

54 3) Jumlah siswa. Pemain dalam kegiatan permainan sepak bola dikurangi. Berkaitan dengan hal ini Aussie (1996) membagi komponen modifikasi lingkungan pembelajaran dalam; 1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan. Ukuran bola yang digunakan untuk bermain sepak bola lebih kecil dan lebih ringan. 2) Lapangan permainan. Lapangan yang digunakan untuk bermain sepak bola bukan ukuran lapangan sepak bola tetapi lapangan voli. 3) Waktu bermain. Menurut Toho Cholik dan Rusli Lutan (1996:76) Waktu untuk bermain bola bukan 2X 45 menit tetapi 2X 1 menit. 4) Peraturan permainan Peraturan permainan tidak seperti peraturan sepak bola dewasa. Semua boleh jadi penyerang, gelandang, dan bek kecuali penjaga gawang 5) Jumlah pemain Jumlah pemain tidak harus 11 anak mengingat jumlah siswa di kelompok A berjumlah 2 anak. Pendapat Atteng (1992) yang dikutip oleh Samsudin secara operasional modifikasi bermain meliputi: 1) Mengurangi pemain setiap regu. Tidak harus dimainkan oleh 11 orang 2) Memperkecil Ukuran lapangan. Ukuran lapangan tidak harus sebesar ukuran lapangan orang dewasa 38

55 3) Mengurangi Waktu bermain. Waktu bermain tidak haru 2X 45 Menit 4) Menyesuaikan Tingkat kesulitan dengan karakter anak. Tidak harus membuat formasi pertandingan 5) Menyederhanakan alat permainan. Alat permainan sepak bola tidak harus dengan bola khusus sepak bola dan mistar gawang tidak harus dari besi 6) Menyederhanakan aturan. Peraturan yang diberlakukan dalam bermain sepak bola anak usia dini tidak terlalu ketat. E. Kerangka Berpikir Dalam standar kompetensi kurikulum Taman Kanak-kanak tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik. Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan, karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang cepat. Salah satu kemampuan pada anak TK yang berkembang dengan pesat adalah kemampuan fisik atau motoriknya. Proses tumbuh kembang kemampuan motorik anak berhubungan dengan proses tumbuh kembang kemampuan gerak anak. Perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar, atau sebagian besar, atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri adalah termasuk kedalam domain perkembangan kemampuan motorik kasar. 39

56 Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 4-5 tahun dalam perkembangan motorik kasar, diantaranya dapat diamati dari kemampuan anak menendang bola dengan terarah yang dikemas dalam permainan bola sepak. Kemampuan menendang bola dengan terarah merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Kemampuan ini penting karena akan membantu dan merangsang anak dalam meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh, dan koordinasi, serta meningkatkan ketrampilan gerakan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil. Kemampuan motorik kasar anak kelompok A di TK Masyithoh Am-Almin Saman masih kurang, hal ini terbukti dari hasil pengamatan dalam proses kegiatan pembelajaran kegiatan menendang bola yang telah dilakukan anak kelompok A memperoleh hasil dari 2 anak di kelas A, hanya 7 anak (35%) bisa menendang bola dengan terarah, selebihnya sebanyak 13 anak (65%) tidak bisa menendang bola dengan terarah. Belum optimalnya kemampuan anak kelas A dalam menendang bola dengan terarah, kemungkinan disebabkan kurang berkembangnya kemampuan motorik kasar, dan kegiatan pengembangan motorik kasar yang masih terbatas atau tidak dikemas dalam bentuk permainan variatif sehingga anak kurang bersemangat dan kurang tertarik dan ragu untuk menggerakkan tubuhnya. Proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan anak dalam menendang bola dengan terarah yang masih rendah perlu ditingkatkan dengan pembelajaran melalui kegiatan bermain bola dengan intensitas yang perlu 4

57 ditingkatkan, sehingga kemampuan anak dapat meningkat secara optimal. Pemilihan metode yang tepat dan media pembelajaran yang menarik bagi anak dan harus sesuai dengan materi yang digunakan. Metode yang digunakan dalam kegiatan bermain sepak bola, sedangkan media pembelajarannya menggunakan bola kaki. Dengan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan bermain dengan sepak bola, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Tahun Ajaran 215/216. F. Hipotesis Berdasarkan telaah teoritik dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah bahwa pembelajaran melalui kegiatan bermain sepak bola dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul Tahun Ajaran 215/

58 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (26: 91) Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya yaitu pertama penelitian: kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Kedua tindakan, yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Ketiga kelas, sekelompok siswa yang dalam kelompok yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suharsimi Arikunto, 26:3). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. PTK biasanya dilakukan untuk meningkatkan efektifitas metode mengajar, pemberian tugas kepada siswa, penilaian, dan sebagainya. PTK merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dan ditujukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan menggunakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari. Fokus penelitian tindakan terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh peneliti kemudian diujicobakan, dievaluasi apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran 42

59 yang dihadapi (Suharsimi Arikunto, 26:4). Kemmis dan Mc. Taggart (1988) dalam Herawati (29:1) menyebutkan PTK adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas. B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. Jumlah anak dalam kelompok A adalah 2 anak, terdiri dari 15 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Mereka berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda pula. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. Kelompok yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah kelompok A. Sedangkan waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan oktober 215 D. Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), serta refleksi (reflection). Penelitian akan berlanjut ke siklus berikutnya jika dalam siklus sebelumnya belum sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini. 43

60 Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap siklus dapat dilihat pada bagan berikut: Keterangan: 1. Perencanaan I Pra Tindakan 2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I 4. Perencanaan II 5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart yang Dimodifikasi (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 21:2) 1. Pra tindakan Sebelum melaksanakan tindakan ada tahap pra tindakan. Dalam tahap pra tindakan ini, peneliti mengambil data tentang kemampuan motorik kasar anak. Data tersebut akan dibandingkan dengan data yang diperoleh pada siklus I dan Siklus II 2. Perencanaan Tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diteliti, 44

61 kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. 3. Pelaksanaan tindakan Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan rancangan tindakan, dalam proses belajar mengajar. Rencana tindakan tersebut dituangkan guru dalam administrasi kelas, yaitu dalam rencana kegiatan Harian (RKH). Perlu diperhatikan pada tahap kedua ini, guru yang sekaligus peneliti harus melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. 4. Pengamatan Tahap yang ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh guru kelas yang sekaligus berperan sebagai peneliti. Pengamatan ini dilakukan saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Jadi waktu antara tindakan dan pengamatan berlangsung bersamaan. 5. Refleksi Tahap keempat adalah refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan setelah tahap 2 1 sampai tahap 3 selesai. Refleksi ini bertujuan mengevaluasi apakah rencana dan pelaksanaan tindakan berhasil, menganalisis faktor apa saja yang menghambat tercapainya keberhasilan atau hal yang perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. Tahap refleksi memperoleh suatu kesimpulan yang digunakan untuk memperbaiki siklus berikutnya sehingga, penelitian semakin dekat dengan keberhasilan. Berdasarkan prosedur penelitian diatas, maka tindakan penelitian kelas untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak akan dimulai dari 45

62 perencanaan, tindakan, pengamatan, dan dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi kemudian dilakukan dan mendapatkan data mengenai kemampuan Motorik kasar anak, dan apabila hasilnya belum maksimal maka untuk memaksimalkan peningkatan kemampuan motorik kasar anak tersebut dilakukan tindakan pada siklus selanjutnya. E. Rencana Tindakan Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan observasi kemampuan motorik kasar awal. Dari observasi tersebut dapat diketahui seberapa tingkat kemampuan motori awal anak yang akan dibandingkan dengan kemampuan motorik kasar anak ketika dilaksanakan penelitian pada siklus I maupan siklus II. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam rentang siklus yang disesuaikan dengan tingkat keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Setiap siklus terdiri dari 3 langkah. Secara rinci langkah-langkah dalam setiap siklus akan diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan. Dalam tahap menyususn rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. 46

63 Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian, di antaranya: a. Mengidentifikasi masalah yang ada di dalam kelas yang akan menjadi topik yang perlu perhatian khusus dan merupakan topik dalam penelitian ini. b. Membuat Rencana Kegiatan Harian Satu RKH digunakan untuk satu kali tindakan. Tindakan yang akan dilakukan meliputi: 1) Pemanasan Kegiatan pemanasan ini dilakukan dengan lari keliling lapangan dan senam ringan yaitu menggerakkan beberapa anggota tubuh dengan gerakan tertentu dan berulang secara bergantian. Kegiatan pemanasan juga dapat diselingi dengan bernyanyi dan bertepuk. Kegiatan pemanasan ini bertujuan untuk merenggangkan otot-otot dalam tubuh anak agar siap melakukan aktivitas fisik dalam bermain sepak bola. 2) Melakukan kegiatan bermain sepak bola Anak diajak untuk terlibat dalam kegiatan bermain sepak bola setelah kegiatan pemanasan selesai. Masing-masing anak akan mendapat giliran bermain atau terlibat dalam permainan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam permainan. 3) Pendinginan sekaligus evaluasi permainan Kegiatan pendinginan ini dilakukan setelah kegiatan bermain selesai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan duduk bersama sambil bertepuk dan 47

64 bernyanyi. Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan evaluasi yang berupa tanya jawab mengenai siapa yang senang dan bisa bermain sepak bola. c. Merencanakan waktu pelaksanaan Tindakan ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 215. Kegiatan ini dilakukan 3 kali dalam satu minggu. d. Merencanakan Metode Metode yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah metode demonstrasi dan metode praktek langsung. Metode demonstrasi digunakan untuk memberikan contoh atau urutan kegiatan yang akan dilakukan anak dalam permainan. Sedangkan metode praktek langsung digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas anak dalam bermain sepak bola tersebut serta sejauh mana kemampuan motorik kasar anak. e. Menyiapkan Alat Alat yang digunakan dalam kegiatan bermain sepak bola adalah bola plastik. f. Menyiapkan lembar pedoman serta lembar observasi yang akan digunakan untuk melakukan pengamatan kemampuan motorik kasar anak. g. Menyiapkan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama proses berlangsung. a. Mengevaluasi kegiatan, agar dapat mengetahui keadaan anak dan kesulitan dalam kegiatan pengembangan motorik. h. Materi yang ditekankan pada penelitian ini meliputi kegiatan, yaitu Bermain sepak bola 48

65 2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH), dimana dalam RKH meliputi 3 kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan permainan ini ini dilakukan pada kegiatan awal dan menggunakan alat penilaian observasi. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan dibantu guru untuk mengamati unsur koordinasi, kecepatan, kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan anak ketika bermain sepak bola. Untuk selanjutnya hasil dari kegiatan anak diamati dan dicatat sebagai hasil pengamatan untuk dievaluasi dan direfleksi bersama kolaborator, sehingga dapat menentukan, merencanakan pertemuan berikutnya kearah peningkatan. Observasi dilakukan sebelum kegiatan, saat kegiatan berlangsung dan setelah selesai kegiatan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator yang sebelumnya sudah sepakat persepsinya terhadap kegiatan pembelajarannya menggunakan lembar observasi. 3. Refleksi Pada tahap refleksi data-data yang sudah diperoleh dari observasi baik sebelum maupun setelah kegiatan tersebut kemudian dicatat, dikumpulkan dan dianalisis serta didiskusikan bersama kolaborator. Setiap akhir pertemuan dalam setiap siklus peneliti dan kolaborator menganalisis apa pelaksanaan tindakan sudah sesuai perencanaan, apakah format observasi perlu ditambah dan sebagainya, sehingga hasil analisis tadi dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya. Tujuan dari diskusi tersebut adalah untuk mengevaluasi hasil tindakan, masalah yang muncul dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan 49

66 yang dilakukan. Setelah selesai berdiskusi peneliti mencari jalan keluarnya agar dibuat rencana perbaikan pada tahap kegiatan selanjutnya. F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik atau model pengumpulan data adalah cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data mengenai variabel-variabel dalam penelitian (Suharsimi Arikunto, 26:149). Menurut Saifudin Azwar (21:21) data penelitian dikumpulkan baik lewat observasi maupun dokumentasi. Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini berupa hasil pengamatan kegiatan guru dan kegiatan anak. Penelitian mengenai kemampuan motorik melalui bermain sepak bola. Bermain sepak bola yang dilakukan oleh anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman ini menggunakan teknik atau metode pengumpulan data berupa: a. Observasi Observasi merupakan suatu proses kompleks yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiyono, 211:23). Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian mengenai meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui bermain sepak bola ini dilakukan melalui pengamatan terhadap subjek yakni anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Saman maupun objeknya yakni bermain menendang bola dengan terarah. Adapun langkah-langkah observasi sebagai berikut: 1) Peneliti membuat rencana pelaksanaan kegiatan bermain permainan 2) Peneliti melaksanakan kegiatan bermain sepak bola. 5

67 3) Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan serta pencatatan dengan bantuan lembar observasi yang telah dibuat. 4) Peneliti mengecek hasil observasi yang telah dicatat. b. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis (Suharsimi Arikunto, 26:158). Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa yang dimaksud dokumentasi dalam penelitian ini adalah berbagai benda tertulis yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data hasil penelitian. Secara khusus dalam penelitian peningkatan kemampuan motorik bermain menendang bola dengan terarah ini, dokumentasi yang dimaksud antara lain catatan-catatan selama proses kegiatan berlangsung, video, gambar atau foto selama kegiatan berlangsung serta bukti tertulis berupa Rencana Kegiatan Harian. 2. Alat Pengumpulan Data Berupa lembar observasi yang digunakan untuk menilai selama pengamatan berlangsung. Adapun kisi-kisi lembar observasi untuk kemampuan motorik kasar anak yang akan digunakan sebagai berikut : Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola ariabel Sub ariabel Keterangan Motorik kasar 1. koordinasi anak melempar bola dengan koordinasi mata dan tangan. 2. kecepatan Anak dapat berlari pada jarak tertentu dalam waktu singkat 3. kekuatan Anak kuat menendang bola, dengan kekuatan otot kaki dan tangan 4.kelincahan Anak dapat menggiring bola dengan lincah ketika bermain sepak bola 5. keseimbangan Anak dapat melompat dan meloncat tanpa jatuh 51

68 G. alidasi Instrumen Agar data valid dan terpercaya,maka perlu dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data (Arikunto dan Supardi, 27:128). Keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan triangulasi, antara lain: 1. Triangulasi sumber merupakan keabsahan data menggunakan beberapa sumber yang diperoleh, yaitu bersumber dari guru dan anak didik. 2. Triangulasi metode merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan metode yang ada dalam penelitian, yaitu menggunakan metode observasi, dokumentasi dan penugasan. 3. Triangulasi alat merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan alat (sketsa) yaitu menggunakan lembar observasi. H. Teknik Analisis Data Analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil hasil observasi, dokumentasi dan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 211:374). Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagaimana yang diharapkan, bukan untuk membuat generalisasi atau pengujian teori. 52

69 Penelitian tindakan kelas ini mengandung campuran data kuantitatif serta data kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan melalui perhitungan persentase hasil penelitian yang dilakukan, sedangkan analisis kualitatif dilakukan berupa hasil observasi lapangan. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan persentase dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: P = F N X 1 % Keterangan: F = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Number of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu) P = Angka persentase (Anas Sudijono, 28:43) Suharsimi Arikunto (26:43) berpendapat bahwa data tersebut diinterpretasikan dalam empat tingkatan : 1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 76-1 % 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara % 3. Kriteria kurang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara % 4. Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara -4 % Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan setiap kegiatan berlangsung. Analisis data observasi (pengamatan) diperoleh pada setiap tindakan untuk menilai kegiatan yang dilakukan guru pada setiap anak terhadap kegiatan yang diberikan guru pada setiap siklus. 53

70 I. Indikator Keberhasilan Tindakan Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila terjadi peningkatan kemampuan motorik kasar anak, dimana terlihat dari kemampuan anak untuk berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. Indikator keberhasilan dari penelitian ini juga dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan dalam mengembangkan strategi pembelajaran oleh guru khususnya dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Sesuai dengan pengertiannya bahwa penelitian tindakan kelas ditekankan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran, maka melalui penelitian kemampuan motorik kasar anak melalui permainan menendang bola dengan terarah ini menunjukkan peningkatan pencapaian perkembangan anak, dan dikatakan berhasil jika mencapai 8% keberhasilannya, jika hanya 6% maka harus mengulang kembali (Sukarta, 23:43). 54

71 BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Sewon Bantul. Kelompok yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah kelompok A. TK Masyithoh Al-Amin memiliki 3 kelas yang terdiri dari kelompok A dan B. Peserta anak TK mulai dari usia 4 sampai 6 tahun. Selain TK, ada juga kelompok bermain. TK Masyithoh Al-Amin saat ini berada di bawah kepemimpinan ibu Dra.Naimah selaku Kepala TK TK Masyithoh Al-Amin. TK Masyithoh Al-Amin berdiri pada tanggal 23 September 199 yang didirikan oleh Muslimat NU ranting Bangunharjo Sewon Bantul. TK Masyithoh Al-Amin yang beralamat di dusun Saman blok 2, desa Bangunharjo kecamatan Sewon kabupaten Bantul terdiri dari 2 kelas TK dan 1 Kelompok Bermain yang terdiri dari 4 guru, 1 kepala sekolah. Letak TK Masyithoh Al-Amin sangat strategis karena berada di pinggiran kota, jauh dari jalan raya utama akan tetapi mudah dijangkau oleh kendaraan. Sarana prasarana terdiri dari beberapa ruangan, 1 kantor atau ruangan kepala sekolah, 1 aula, 3 ruang kelas, 1 ruang koperasi, 1 tempat bermain, 1 halaman utama dan masih terdapat ruangan-ruangan lainnya. Tahun ajaran ini siswa kelompok A berjumlah 2 anak, yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 15 anak laki-laki. Sedangkan siswa kelompok B berjumlah 3 anak terdiri dari 18 anak perempuan dan12 anak laki-laki. Setiap kelompok dibimbing oleh 2 orang guru. 55

72 Kelompok Bermain dibimbing oleh Ibu Susilawati. Kelompok A dibimbing oleh Ibu Oktavelli (peneliti) dan Ibu Rahmawati. Kelompok B dibimbing oleh Ibu Siti Nur Rohmah didampingi oleh Ibu Naimah yang sekaligus menjadi kepala PAUD mayisthoh Al-Amin. Halaman di TK Masyithoh ini kurang luas maka sepak bola dilaksanakan di lapangan voli yang berlokasi didekat TK. Jaraknya sekitar 1m dari TK. Anak kelas A diajak berjalan ke lapangan bersama-sama. 3. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin. Kelompok A TK Masyithoh Al-Amin berjumlah 2 anak yang terdiri dari 15 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Anak kelompok A rata-rata berusia 4-5 tahun. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan perkembangan anak, permasalahan yang muncul pada anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin yaitu pada aspek motorik terutama pada kemampuan motorik kasar. B. Deskripsi Hasil Penelitian Pra Tindakan Observasi yang dilakukan peneliti pertama kali pada bulan September 215 sebagai data penunjang dari penelitian yang sebenarnya. Pengamatan awal merupakan kegiatan pra tindakan yang dilaksanakan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan motorik kasar anak. Untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dapat dilakukan melalui bermain sepak bola, akan tetapi sebelum bermain sepak bola diberi tindakan dengan terlebih dahulu. Anak diberi kegiatan untuk lari mengelilingi lapangan voli dan senam ringan. 56

73 Kemampuan motorik kasar yang di amati oleh peneliti difokuskan pada berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola.. Hasil observasi kondisi awal berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Kemampuan Awal koordinasi. No Skor Kriteria Jumlah Anak Persentase 1 4 Anak dapat melempar bola dengan 3 15 % terarah sambil bergerak 2 3 Anak dapat melempar bola dengan 4 2 % terarah sambil diam 3 2 Anak melempar bola dengan tidak 1 5 % terarah 4 1 Anak tidak mau melempar ke 3 15 % dalam 2 1% Tabel 3. Kemampuan Awal kecepatan No Skor Jumlah Persentase Kriteria Anak 1 4 Anak mampu berlari dengan 1 5% seimbang dan lincah 2 3 Anak berlari cepat 2 1 % 3 2 Anak berlari lamban dan masih % menabrak teman 4 1 Anak tidak mau berlari 4 2 % 2 1% 57

74 Tabel 4. Kemampuan Awal kekuatan No Skor Kriteria Jumlah Anak Persentase 1 4 Anak dapat menendang bola 2 1 % dengan kuat dan terarah 2 3 Anak dapat menendang bola 3 15 % dengan terarah. 3 2 Anak dapat menendang bola tetapi 12 6 % kurang kuat dan tidak terarah 4 1 Anak tidak dapat menendang bola 3 15 % dengan kekuatan kaki. 2 1% Tabel 5. Kemampuan Awal kelincahan. Skor Kriteria No Jumlah Persentase Anak 2 5 % 4 Anak dapat menggiring bola 1 dengan lincah dan cepat 2 3 Anak dapat menendang bola 3 1 % dengan lincah 3 2 Anak menggiring bola tetapi % mudah direbut lawan 4 1 Anak tidak mau menggiring bola 3 2 % 2 1% Tabel 6. Kondisi Awal keseimbangan Melompat dan Meloncat dengan Seimbang dan Tinggi. No Skor Kriteria Jumlah Anak Persentase 1 4 Anak dapat melompat dengan kuat dan seimbang tanpa jatuh 1 5 % 2 3 Anak dapat melompat dengan 3 15 % seimbang tanpa jatuh tetapi kurang tinggi 3 2 Anak melompat kurang seimbang % dan kurang tinggi 4 1 Anak tidak mau melompat atau 3 15% meloncat 2 1% 58

75 Tabel 7. Kemampuan Awal Keseimbangan Menghentikan Bola. No Skor Kriteria Jumlah Anak Persentase 1 4 Anak dapat melempar bola dengan 3 15 % terarah sambil bergerak 2 3 Anak dapat melempar bola dengan 4 2 % terarah sambil diam 3 2 Anak melempar bola dengan tidak 1 5 % terarah 4 1 Anak tidak mau melempar ke 3 15 % dalam 2 1% Berdasarkan hasil observasi tentang kemampuan motorik kasar anak dalam unsur koordinasi, kecepatan, kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan sebelum dilakukan tindakan di atas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar anak masih menunjukkan kemampuan motorik kasar yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel, untuk unsur koordinasi anak yang dapat melempar bola dengan terarah sambil berjalan berjumlah 3 anak (15%). Anak yang dapat melempar bola dengan terarah sambil diam berjumlah 4 anak (2%). Anak yang melempar bola dengan tidak terarah berjumlah 1 anak (5%). Sedangkan anak yang tidak mau melempar bola berjumlah 3 anak (15%). Unsur kecepatan anak dalam berlari cepat berjumlah 1 anak (5%). Anak berlari dengan cepat berjumlah 2 anak (1%). Anak berlari lambat berjumlah13 anak (65%). Sedangkan anak yang tidak mau berlari berjumlah 4 anak (2%). Unsur kekuatan dalam menendang bola kuat dan jauh berjumlah 2 anak (1%). Anak yang dapat menendang bola dengan kuat berjumlah 3 anak ( 15%). 59

76 Anak yang menendang bola dengan kurang kuat berjumlah 12 anak (6%). Sedangkan untuk anak yang tidak mau menendang bola berjumlah 3 anak (15%). Unsur kelincahan anak dalam menggiring bola dengan lincah dan cepat berjumlah 2 anak (1%). Anak yang dapat menggiring bola lincah berjumlah 3 anak (15%). Anak yang dapat menggiring bola tetapi masih mudah terebut lawan berjumlah 12 anak (6%). Sedangkan untuk anak yang tidak mau menggiring bola berjumlah 3 anak (15%). Unsur keseimbangan anak dalam melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi berjumlah 1 anak (5%). Anak yang melompat dan meloncat dengan seimbang berjumlah 3 anak (15%). Anak yang melompat tidak seimbang dan kurang tinggi berjumlah 13 anak (65%). Sedangkan Anak yang tidak mau melompat dan meloncat berjumlah 3 anak (15%). Unsure keseimbangan dalam menghentikan bola sambil bergerak berjumlah 2 anak (1%). Anak yang dapat menghentikan bola sambil diam berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak dapat menghentikan bola berjumlah 1 anak (5%). Sedangkan anak yang tidak mau menghentikan bola berjumlah 4 anak (2%). 6

77 Dari hasil observasi kemampuan motorik kasar pra tindakan dapat dilihat dari gambar 3 berikut ini: BSB BSH MB BB Gambar 2. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Pra Tindakan Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1) Mengkomunikasikan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dengan unsur berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. 2) Menyiapkan pedoman obesrvasi proses dan hasil pembelajaran dengan menggunakan permainan sepak bola untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar. 3) Mempersiapkan lembar observasi kemampuan motorik kasar 61

78 4) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran bermain sepak bola. B. Deskripsi Penelitian Penelitian ini di laksanaan dalam 2 siklus. Beriut ini aan dibahas dalam uraian tiap siklus 1. Siklus 1 a. Perencanaan Penelitian dilakukan dalam tahapan yang berupa siklus pembelajaran. Banyaknya siklus yang akan dilaksanakan tergantung dari tingkat keberhasilan pembelajaran mengenai kemampuan motorik kasar melalui bermain sepak bola. Setiap siklus, dilaksanakan dalam 3 pertemuan, hal ini untuk memantapkan penguasaan kemampuan motorik kasar pada anak secara individu. Adapun tahap perencanaan pada Siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) Rencana pembelajaran disusun oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Berdasarkan kesepakatan dengan teman sejawat, penelitian dilakukan pada kegiatan awal dengan kegiatan fisik motorik berlari keliling lapangan badminton dan senam ringan untuk pemanasan. 2) Menyiapkan media dan sumber belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran. 3) Menyiapkan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan selama penelitian berlangsung. Penilaian anak didasarkan dengan skor, yaitu skor 4 untuk anak yang berkembang sangat baik, skor 3 untuk anak yang berkembang sesuai 62

79 harapan, skor 2 yang mulai berkembang, dan skor 1 untuk anak yang belum mau atau anak tidak mau melaksanakan egiatan bermain sepak bola. b. Tindakan dan Pengamatan 1) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan ke 1 Pelaksanaan tindakan Siklus I sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema Kebutuhanku Tub tema Kebersihan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 7 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup, dan pencatatan hasil observasi. Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, guru sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peneliti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi tempat pertahanan kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. 63

80 a) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. b) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermain sepak bola yang dilaksanakan. c) Pencatatan Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus I pertemuan ke 1 dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek 64

81 tersebut meliputi: berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. Hasil penelitian pada Siklus I pertemuan ke 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 8. Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I Pertemuan 1. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Tabel lanjutan Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I Pertemuan 1. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Keseimbangan Menghentikan Bola Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Anak (%) Anak (%) Anak (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat sedikit peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi dalam melempar bola anak yang berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 5 anak (25%). 65

82 Anak yang mulai berkembang berjumlah 1 anak (5%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur kecepatan dalam berlari cepat ketika bermain sepak bola, anak yang berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 5 anak (25%), anak yang mulai berkembang berjumlah 1 anak (5%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur kekuatan dalam menendang bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 4 anak (2%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 11 anak (55%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Unsur kelincahan anak dalam menggiring bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 9 anak (45%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam melompat dan meloncat anak berkembang sangat baik berjumlah 1 anak (5%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 5 anak (25%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 11 anak (55%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam menghentikan bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 4 anak (2%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 11 anak (55%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). 66

83 2) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan ke 2 Pelaksanaan tindakan Siklus I sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema Kebutuhanku Tub tema Kebersihan. Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup, pencatatan hasil observasi. a) Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, peneliti menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, peneliti sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peniiti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi tempat pertahanan kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. b) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar 67

84 semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. c) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermai sepak bola yang dilaksanakan. d) Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus I pertemuan 2 dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek tersebut meliputi: berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. 68

85 Hasil penelitian pada Siklus I pertemuan 2 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 9. Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I pertemuan 2. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Table lanjutan Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I Pertemuan 2. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Anak (%) Anak (%) Keseimbangan Menghentikan Bola Jumlah Anak 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Prosentase (%) Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat sedikit peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi dalam melempar bola anak yang berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 5 anak (25%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 1 anak (5%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). 69

86 Unsur kekuatan dalam berlari cepat ketika bermain sepak bola, anak yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%), anak yang mulai berkembang berjumlah 8 anak (4%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur kekuatan menendang bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 4 anak (2%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 11 anak (55%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur kelincahan anak dalam menggiring bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 9 anak (45%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam kemampuan melompat dan meloncat anak berkembang sangat baik berjumlah 2 anak (5%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 9 anak (45%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam menghentikan bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 8 anak (4%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). 1) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan ke 3 Pelaksanaan tindakan Siklus I sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema binatang Tub tema macam-macam binatang. Pertemuan kedua dilaksanakan pada 7

87 hari Sabtu tanggal 9 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup. a) Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, peneliti menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, guru sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peniiti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi kandang kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. b) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. 71

88 Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. c) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermai sepak bola yang dilaksanakan. d) Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus I pertemuan I dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek tersebut meliputi: berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. Hasil penelitian pada Siklus I pertemuan ke 3 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen 72

89 penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I Pertemuan 3. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Tabel Lanjutan Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus I pertemuan 3. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Keseimbangan Menghentikan Bola Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase Anak (%) Anak (%) Anak (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat sedikit peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi dalam melempar bola yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 7 anak (35%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Unsur kecepatan dalam berlari cepat dalam bermain sepak bola, anak yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang 73

90 sesuai harapan berjumlah 6 anak (3%), anak yang mulai berkembang berjumlah 7 anak (35%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur kekuatan dalam menendang bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 6 anak (3%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk kelincahan dalam menggiring bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 7 anak (35%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 7 anak (35%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam melompat dan meloncat anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak ( 15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 6 anak (3%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Untuk unsur keseimbangan dalam menghentikan bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 7 anak (35%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 6 anak (3%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 3 anak (15%). Dari data hasil observasi kemampuan motorik kasar pada Siklus I pertemuan ke III, maka menunjukan adannya peningkatan kemampuan motorik kasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini: 74

91 BSB BSH MB BB Gambar 3. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus I c. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus I oleh peneliti dan kolabolator untuk membahas tentang masalah-masalah yang ada pada penelitian yang sudah berlangsung. Berdasarkan data yang ditelah diperoleh, peneliti dan kolabolator menyimpulkan bahwa kemampuan anak untuk berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin sudah mulai menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari pengamatan pada kondisi awal dan siklus I. Berikut perbandingan antara kondisi awal dengan Siklus I. 75

92 Tabel 11. Perbandingan Unsur Koordinasi dalam Melempar Bola Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan I Pertemuan Pertemuan awal II III 1 BSB 1 5% 2 1% 3 15% 4 2% 2 BSH 2 1% 5 25% 7 35% 6 3% 3 MB 13 65% 1 5% 7 35% 7 35% 4 BB 4 2% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 12. Perbandingan Unsur Kecepatan dalam Berlari Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan Pertemuan Pertemuan awal BSB 1 5% 2 1% 3 15% 4 2% 2 BSH 2 1% 5 25% 6 3% 6 3% 3 MB 13 65% 1 5% 8 4% 7 35% 4 BB 4 2% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 13. Perbandingan Unsur Kekuatan dalam Menendang Bola Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan I Pertemuan Pertemuan awal II III 1 BSB 2 1% 2 1% 3 15% 3 15% 2 BSH 3 15% 4 2% 7 35% 8 4% 3 MB 12 6% 11 55% 7 35% 6 3% 4 BB 3 15% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% 76

93 Tabel 14. Perbandingan Unsur Kelincahan dalam Menggiring Bola Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan I Pertemuan Pertemuan awal II III 1 BSB 2 1% 2 1% 3 15% 3 15% 2 BSH 3 15% 6 3% 6 3% 7 35% 3 MB 12 6% 9 45% 8 4% 7 35% 4 BB 3 15% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 15. Perbandingan Perbandingan Kemampuan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan Pertemuan Pertemuan awal BSB 1 5% 1 5% 2 1% 3 15% 2 BSH 3 15% 5 25% 6 3% 8 4% 3 MB 13 65% 11 55% 9 45% 6 3% 4 BB 3 15% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 16. Perbandingan Kemampuan Menghentikan Bola Kondisi Awal dengan Siklus I. No Kriteria Siklus I Kondisi Pertemuan I Pertemuan Pertemuan awal II III 1 BSB 2 1% 2 1% 3 15% 4 2% 2 BSH 4 2% 4 2% 6 3% 7 35% 3 MB 1 5% 11 55% 8 4% 6 3% 4 BB 4 2% 3 15% 3 15% 3 15% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 2 1% Dari penelitian yang dilakukan, meskipun telah terjadi peningkatan dalam berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola, namun peningkatan tersebut belum 77

94 mampu memenuhi kriteria indikator keberhasilan sebesar 8%. Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, peneliti mengalami beberapa kendala di antaranya adalah: (a) Permainan sepak bola belum sering dilakukan anak-anak sehingga dalam bermain sepak bola kurang optimal karena sebelum tindakan dalam menstimulasi motorik kasar tidak menggunakan metode permainan. (b) Kurang adanya pemanasan yang cukup sehingga anak lebih cepat merasa capek karena pemanasan yang dilakukan hanya berlari kelilina lapangan 1 kali. (c) Anak-anak kurang faham tentang aturan bermain sepak bola. Hal tersebut terlihat dari masih banya ana menghentikan bola di dalam lapangan memakai tangan. 2. Siklus II a. Perencanaan Berpijak pada refleksi di Siklus I, peneliti memperbaiki rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya peneliti melakukan kegiatankegiatan lain pada tahap perencanaan perbaikan terhadap beberapa masalah yang ada pada saat pelaksanaan Siklus I, perbaikan dilakukan dengan cara antara lain: a) Mengajak anak untuk melihat film kartun bermain sepak bola satu hari sebelum melaksanakan sepak bola. b) Melakukan pemanasan senam ringan sebelum bermain sepak bola. Menjelaskan bahwa ketika bermain sepak bola yang boleh menggonakan tangan di dalam lapangan adalah kiper 78

95 Setelah peneliti merancang metode yang akan dilaksanakan kemudian peneliti mlakuan langkah berikut: b. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) Rencana pembelajaran disusun oleh peneliti dan dibantu oleh teman sejawat dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH). Berdasarkan kesepakatan dengan teman sejawat, penelitian dilakukan pada kegiatan awal dengan kegiatan fisik motorik berlari keliling lapangan badminton dan senam ringan untuk pemanasan. c. Menyiapkan media dan sumber belajar yang dibutuhkan dalam pembelajaran. d. Menyiapkan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mencatat hasil pengamatan selama penelitian berlangsung. Penilaian anak didasarkan dengan skor, yaitu skor 4 untuk anak yang berkembang sangat baik,, skor 3 untuk anak yang berkembang sesuai harapan, skor 2 yang mulai berkembang, dan skor 1 untuk anak yang belum mau atau anak tidak mau melaksanakan egiatan bermain sepak bola. b. Tindakan dan Pengamatan 1) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke 1 Pelaksanaan tindakan Siklus II sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema binatang Tub tema macam-macam binatang. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis tanggal 15 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi menjadi 4 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup, dan pencatatan hasil observasi. 79

96 a) Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, guru sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peneliti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi tempat pertahanan kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. b) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. 8

97 Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. c) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermain sepak bola yang dilaksanakan. d) Pencatatan Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus II pertemuan ke 1 dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek tersebut meliputi: berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. Hasil penelitian pada Siklus II pertemuan ke 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen penelitian. 81

98 berikut: Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai Tabel 17. Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus II pertemuan 1. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Tabel lanjutan Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus II Pertemuan 1. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Anak (%) Anak (%) Keseimbangan Menghentikan Bola Jumlah Anak 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Prosentase (%) Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat sedikit peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi dalam melempar bola yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 6 anak (3%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur kekuatan dalam berlari cepat dan seimbang dalam bermain sepak bola, anak yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 7 anak (35%), anak yang mulai 82

99 berkembang berjumlah 1 anak (35%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Untuk unsur kekuatan dalam menendang bola yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 1 anak (5%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 5 anak (25%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Untuk unsur kelincahan anak dalam menggiring bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 7 anak (35%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Untuk unsur keseimbangan anak dalam melompat dan meloncat anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 5 anak (25%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%) Untuk unsur keseimbangan anak dalam menangkap bola, anak Untuk kemampuan menghentikan bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 8 anak (4%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 6 anak (3%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). 2) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke 2 Pelaksanaan tindakan Siklus II sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema binatang Tub tema macam-macam binatang. Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 16 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi 83

100 menjadi 4 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup, pencatatan hasil observasi. a) Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, peneliti menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, peneliti sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peniiti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi tempat pertahanan kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. b) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola 84

101 tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. c) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermai sepak bola yang dilaksanakan. d) Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus II pertemuan 2 dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek tersebut meliputi: berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. 85

102 Hasil penelitian pada Siklus II pertemuan 2 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 18. Persentase Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus II Pertemuan 2. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Tabel lanjutan Persentase Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Sepak Bola pada Siklus II Pertemuan 2. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Keseimbangan Menghentikan Bola Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase( Anak (%) Anak (%) Anak %) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi dalam melempar bola yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 1 anak (5%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%) 86

103 Unsur kecepatan dalam berlari yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 9 anak (45%), anak yang mulai berkembang berjumlah 5 anak (25%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur kekuatan dalam menendang bola yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 11 anak (55%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur kelincahan dalam menggiring bola yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 11 anak (55%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur keseimbangan dalam melompat dan meloncat yang berkembang sangat baik berjumlah 3 anak (15%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 9 anak (45%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (2%). Untuk unsur keseimbangan dalam menghentikan bola, anak berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 1 anak (5%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 4 anak (2%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). 3) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan ke 3 Pelaksanaan tindakan Siklus II sebanyak tiga kali pertemuan dengan Tema binatang sub tema macam-macam binatang. Pertemuan kedua dilaksanakan pada 87

104 hari Sabtu tanggal 17 Oktober 215. Pengamatan saat proses berlangsung dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kegiatan pra bermain, kegiatan bermain, dan kegiatan penutup. a) Kegiatan Pra Bermain Pada kegiatan pra bermain peneliti menyiapkan tempat untuk bermain sepak bola, peneliti menyiapkan bola dan membuat garis untuk bermain sepak bola di lapangan voli. Sebelum mulai bermain, anak diajak untuk melakukan pemanasan secara sederhana dahulu. Kemudian peneliti menjelaskan peraturan bermain sepak bola yang akan dilakukan, guru sebelumnya juga memberikan contoh bermain sepak bola kepada anak. Peniiti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. Selain itu peneliti juga menentukan sisi lapangan mana yang menjadi kandang kelompok masing-masing. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. b) Kegiatan Bermain Pada kegiatan bermain, guru mengamati jalannya permainan anak dalam melakukan permainan sepak bola. Guru memberikan motivasi pada anak agar semua anak dapat mengikuti permainan sepak bola, memberi aba-aba, menjadi wasit, dan mencatat nilai yang telah diperoleh oleh setiap anak. 88

105 Bermain sepak bola dilakukan dengan cara setiap kelompok berusaha memegang bola. Bagi kelompok yang memegang bola berusaha agar bola tersebut tidak terebut. Kelompok yang tidak memegang bola berusaha untuk merebut bola. Kiper bertugas menjaga gawang agar tidak kemasuan bola. Kegiatan bermain sepak bola dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 babak. Setiap babak dilaksanakan dalam waktu 1 menit. Ketika babak pertama sudah selesai kandang masing-masing kelompok dibalik. c) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup dilakukan dengan pendinginan agar anak menjadi rileks setelah melakukan kegiatan bermain sepak bola. Anak diajak duduk melingkar sambil meluruskan kaki dengan menyanyikan lagu sluku-sluku batok sambil Tanya jawab tentang kegiata bermai sepak bola yang dilaksanakan. d) Hasil Observasi Bersamaan dengan tahap tindakan, observer melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan motorik kasar anak dalam bermain sepak bola. Observasi pada Siklus II pertemuan 3 dilakukan secara kolaborasi dengan teman sejawat. Kegiatan yang diamati meliputi seluruh aspek yang ada pada instrumen penelitian. Aspek tersebut meliputi: berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola. Hasil penelitian pada Siklus II pertemuan ke 3 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan motorik anak dalam aspek yang ada dalam instrumen 89

106 penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut Tabel 19. Persentase Siklus I pertemuan 2 dengan Indikator Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola. No Skor Kriteria Koordinasi Kecepatan Kekuatan Jumlah Anak Persentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) Jumlah Anak Prosentase (%) 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Tabel lanjutan Persentase Siklus I pertemuan 1 dengan Indikator Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola. No Skor Kriteria Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Meloncat Jumlah Persentase Jumlah Prosentase Anak (%) Anak (%) Keseimbangan Menghentikan Bola Jumlah Anak 1 4 BSB BSH MB BB Jumlah Prosentase (%) Berdasarkan tabel hasil observasi di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dalam kemampuan motorik kasar anak. Untuk unsur koordinasi anak dalam melempar bola yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 13 anak (65%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 1 anak (5%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Untuk unsur kecepatan anak dalam berlari cepat ketika bermain sepak bola yang, berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang 9

107 sesuai harapan berjumlah 12 anak (6%), anak yang mulai berkembang berjumlah 2 anak (1%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur kekuatan anak dalam menendang bola ketika bermain sepak bola yang berkembang sangat baik berjumlah 5 anak (25%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 11 anak (55%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 2 anak (1%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur kelincahan anak dalam menggiring bola yang berkembang sangat baik berjumlah 5 anak (25%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 11 anak (55%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 2 anak (1%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur keseimbangan dalam melompat dan meloncat anak berkembang sangat baik berjumlah 4 anak ( 1%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 12 anak (6%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 2 anak (1%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). Unsur keseimbangan dalam menghentikan bola, anak yang berkembang sangat baik berjumlah 4 anak (2%). Anak yang berkembang sesuai harapan berjumlah 13 anak (65%). Anak yang mulai berkembang berjumlah 1 anak (5%). Anak yang tidak mau bermain sepak bola berjumlah 2 anak (1%). 91

108 Dari data hasil observasi kemampuan motorik kasar pada Siklus II pertemuan ke III, maka menunjukan adannya peningkatan kemampuan motorik kasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini: BSB BSH MB BB Gambar 4. Grafik Kemampuan Motorik Kasar pada Siklus II c. Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir siklus II oleh peneliti dan kolabolator untuk membahas tentang masalah-masalah yang ada pada penelitian yang sudah berlangsung. Berdasarkan data yang ditelah diperoleh, peneliti dan kolabolator menyimpulkan bahwa kemampuan anak untuk berlari dengan cepat dan seimbang, melompat dan meloncat dengan seimbang dan tinggi, menendang bola dengan terarah, menggiring bola, melempar bola ke dalam, dan menghentikan bola anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin sudah mulai menunjukkan peningkatan. 92

109 Peningkatan ini dapat dilihat dari pengamatan pada kondisi awal dan siklus I. Berikut perbandingan antara kondisi awal dengan Siklus I. Tabel 2.Perbandingan Unsur koordinasi Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. No Kriteria Kondisi Siklus II Siklus I awal 1 BSB 1 5% 4 2% 4 2% 2 BSH 2 1% 6 3% 13 65% 3 MB 13 65% 7 35% 1 5% 4 BB 4 2% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 21. Perbandingan Unsur Kecepatan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. Kondisi Siklus I Siklus II No Kriteria awal 1 BSB 1 5% 4 2% 4 2% 2 BSH 2 1% 6 3% 12 6% 3 MB 13 65% 7 35% 2 1% 4 BB 4 2% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 22. Perbandingan Unsur Kekuatan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. No Kriteria Kondisi Siklus II Siklus I awal 1 BSB 2 1% 3 15% 5 25% 2 BSH 3 15% 8 4% 11 55% 3 MB 12 6% 6 3% 2 1% 4 BB 3 15% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 93

110 Tabel 23. Perbandingan Unsur Kelincahan Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. Kondisi Siklus I Siklus II No Kriteria awal 1 BSB 2 1% 3 15% 5 25% 2 BSH 3 15% 7 35% 11 55% 3 MB 12 6% 7 35% 2 1% 4 BB 3 15% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 24. Perbandingan Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat Kondisi Awal dengan Siklus I dan Siklus II. No Kriteria Kondisi Siklus II Siklus I awal 1 BSB 1 5% 3 15% 4 2% 2 BSH 3 15% 8 4% 12 6% 3 MB 13 65% 6 3% 2 1% 4 BB 3 15% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% Tabel 25. Perbandingan Unsur Keseimbangan Kondisi Awal dengan Siklus I. dan Sikus II No Kriteria Kondisi Siklus II Siklus I awal 1 BSB 1 5% 4 2% 4 2% 2 BSH 2 1% 6 3% 13 65% 3 MB 13 65% 7 35% 1 5% 4 BB 4 2% 3 15% 2 1% Jumlah 2 1% 2 1% 2 1% 94

111 Dari penelitain diatas terjadi peningkatan dari kemampuan motorik kasar pra tindakan ke siklus II dan siklus II. Hal tersebut dapat dilihat tabel berikut. Tabel 26. Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar dari Pra tindakan, Siklus I dan Siklus II. NO Kemampuan Pra Siklus I Siklus II Tindakan 1 Koordinasi 15% 5% 8% 2 Kecepatan 2% 55% 8% 3 Kekuatan 35% 55% 8% 4 Kelincahan 15% 5% 8% 5 Keseimbangan Melompat 35% 5% 85% 6 keseimbangan Menghentikan bola 3% 55% 85% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Pra Tindakan Siklus I Siklus II C. Pembahasan Gambar 5. Grafik Peningkatan kemampuan motorik kasar dari pra tindakan, Siklus I, dan Siklus II Pada Siklus I ada beberapa anak yang kurang antusias mengikuti permainan sepak bola anak hanya mengikuti setangah permainan dan 95

112 mengganggu temannya yang sedang bermain, ada yang menggambar di tengah lapangan waktu bermain sepak bola. Ada juga anak yang tidak mengikuti permainan sepak bola karena anak tersebut mengalami cacat tubuh yang membuat anak itu tidak memungkinan untuk melakukan kegiatan fisik. Ada juga anak yang asyik bermain dengan permainan yang lain. Ada juga anak yang tidak iut permainan sepak bola arena masih ditunggu ibunya. Anak tersebut selalu berpegangan tangan ibunya. Oleh karena itu, setelah penelitian Siklus I selesai dilakukan dengan teman sejawat melakukan refleksi terhadap hasil yang telah diperoleh. Refleksi yang dilakukan dengan melihat hasil dan pelaksanaan pada Siklus pertama dengan lebih mentukan strategi dalam bermain sepak bola Refleksi yang akan dilakukan adalah melakukan pemanasan dengan sedikit lebih lama dan dilakukan melalui permainan yang dapat meregangkan otot-otot kaki. Pada Siklus ini telah terjadi peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Namun, penelitian pada Siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Maka dari itu peneliti dan teman sejawat melakukan tindakan Siklus II. Pada siklus II, permainan sepak bola yang dimainkan masih seperti Siklus I, yaitu peneliti dan teman sejawat memberikan pemanasan melalui permainanpermainan yang menggunakan gerak dan lagu, dan menonton film kartun sepak bola. Setelah itu peneliti menyiapkan semua peralatan yang dibutuhkan dalam permainan sepak bola. Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini tidak jauh berbeda dengan Siklus II. Pada siklus kedua anak diberikan reward jika anak mampu bermain sepak bola dengan baik. 96

113 Peneliti dan teman sejawat mengamati, menilai dan memberikan semangat kepada anak-anak agar ikut serta dalam bermain sepak bola. Selain melakukan pemanasan yang lebih lama, peneliti juga memberikan reward untuk anak-anak yang mau mengikuti permainan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi pada Siklus II, kemampuan motorik kasar anak melalui bermain sepak bola telah mengalami peningkatan sesuai dengan indikator keberhasilan. Pada dalam unsur koordinasi, anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik 85%, dalam unsur kecepatan, anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik 8%, dalam unsur kekuatan, anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik 8%, dalam unsur kelincahan, anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik 8%, dan dalam unsur keseimbangan, anak yang berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik 82,5%. Anak yang masih dalam kriteria belum berkembang yaitu ananda Zaki dan Rizki. Zaki belum mau ikut dalam kegiatan bermain sepak bola baik di siklus I ataupun di siklus 2. Zaki salah satu murid dari 2 murid yang masih ditunggu orang tuanya di dalam kelas. Zaki tidak mau bermain sepak bola karena takut ditinggal ibunya. Sedangkan Rizki mempunyai penyakit yang tidak memungkinkan dia melakukan kegiatan fisik. Rizki mempunyai penyakit kelainan jantung. Hal itu diketahui dari blangko pendaftaran dan diperkuat oleh petugas puskesmas keterangan ketika petugas puskesmas datang melakukan pemeriksaan rutin 6 bulan sekali. 97

114 Anak yang maih dalam kriteria mulai berkembang adalah yaitu Lala dan Ais. Lala mempunyai fisik yang lemah. Lala sering tidak masuk sekolah karena sakit. Sedangkan Ais salah satu murid yang masih ditunggu ibunya di dalam Kelas. Ais mau ikut kegiatan bermani sepak bola tetapi kurang konsentrasi. Ais sering melihat ke arah ibunya. Penelitaian ini bertujuan untuk meningkatkan motorik kasar. Motorik kasar adalah ketrampilan yang meliputi aktivitas otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan (Santrock : 28: 21). Dalam hal ini meliputi otot lengan pada tangan dan otor tungai pada kaki. Motorik kasar melibatan otot-otot besar yang menghasilan gerakan berjalan, berlari, melompat, menangkap bola, melempar bola, dan memantulan bola. Sepak bola yang dimodifikasi mampu meningkatkan mototik kasar anak. Sesuai dengan pernyataaan Lutan (1998) yang dikutip oleh Samsudin 28 tujuan mengapa bermain untuk anak dimodifikasi adalah agar anak memperoleh kepuasan dalam bermain, meningkatan kemungkinan keberhasilan, dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Bermain sepak bola ada gerakan berjalan, berlari, melompat, menangkap bola, melempar bola, dan memantulan bola. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian tindakan ini telah dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas dengan sungguh-sungguh dan optimal untuk mencapai hasil yang diharapkan. Namun didalamnya masih terdapat banyak kekurangan yaitu : 98

115 1. Hasil penelitian ini hanya berlaku di kelompok A Masyithoh Al-Amin dan belum dapat digeneralisasi di kelas lain. 2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria, namun masih ada beberapa keterbatasan khususnya dari sisi operasional rubrik observasi. 99

116 BAB KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui aktivitas bermain sepak bola dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak kelompok A di TK Masyithoh Al-Amin Saman Bangunharjo Bantul sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dengan berdasarkan pada aspek penilaian yang tertera pada instrument penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui bermain sepak bola dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik sebanyak 52,5%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 81,67%. Perolehan persentase pada Siklus II menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak kelompok A dengan kriteria berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 8% dan penelitian dihentikan. Keberhasilan penelitian pada Siklus II dapat mencapai hasil yang diinginkan ketika sebelum bermain sepak bola dilakukan pemanasan dengan senam ringan dan sehari sebelum bermain sepak bola anak diajak menonton film kartu sepak bola. Kegiatan bermain dilakukan dengan senang sehingga anak-anak dapat bermain optimal. 1

117 B. Saran Penelitian ini memiliki beberapa saran bagi guru, peneliti dan sekolah. Adapun saran dalam penelitian ini adalah bagi : 1. Guru Dalam pembelajaran motorik kasar guru dapat menerapkan aktivitas bermain karena bermain adalah cara belajar bagi anak yang menyenangkan. 2. Sekolah Hasil penelitian sebaiknya menjadi alat pengambilan kebijakan dalam menentukan program pengembangan motorik kasar anak di TK Masyithoh Al- Amin. Diharapkan pula sekolah dapat mengurangi kegiatan pembelajaran yang bersifat klasikal dan memberikannya sesuai porsi. 3. Penelitian Selanjutnya Penerapan aktivitas bermain sepak bola dapat dipakai sebagai referensi bagi penelitian terkait dengan aspek-aspek perkembangan anak yang lain seperti aspek perkembangan kognitif, bahasa maupun social emosional. 11

118 DAFTAR PUSTAKA Aip Syarifudin, Muhadi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Anas Sudijono. (28). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo. Arma Abdoelloh. (1981). Olahraga untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Sastra Budaya. Danny Mielke. (27). Dasar-Dasar Sepak Bola. Jakarta: Human Kinetika Depdiknas. (22). Kurikulum dan Hasil Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Elizabeth B. Hurlock. (1997). Psikologi Perkembangan Anak. Edisi kelima. (Istiwidayanti. Soedjarwo. Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Endang Rini. (27). Diktat Pengembangan Motorik. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Yogyakarta. Harun Rasyid. (29). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo. Hibama S. Rahman. (25). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press Kemmis, S dan Mc Taggart, R. (1988). The Action Researh Planner. Third Edition. ictoria: Deakin University Press. Mayke. S. Tedjasaputra. (21). Bermain Dan Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo. Monks, dkk. (1998). Psikologi Perkembangan (Pengantar Berbagai Bagiannya). (Chusairi dan Damanik. Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 58 Tahun 29, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pedidikan Dasar dan Menengah Derektorat Pembina TK dan SD. Ramli, M. (25). Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Rusli Lutan. (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud. Samsudin. (28). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: Prenada Media Grup. 12

119 Santrock, John W. (28). Psikologi Pendidikan. (Tri Wibowo B.S. Terjemahan) Jakarta: Kencana. Sardjono. (1982). Pedoman Menyusun Permainan Sepak Bola. Yogyakarta. IKIP. Sartono Tingkat Keterampilan Dasar Bermain Sepakbola Siswa Putra Kelas Atas SD Muhammadiyah Ledok Sidorejo Lendah Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY. Sucipto dkk. (29). Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti Sugiyono. (26). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Mitra Kencana. Suharsimi Arikunto. (26). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sukadiyanto. (22). Teori dan Metodologi Melatih Fisik Petenis. Yogyakarta: FIK Universitas Negri Yogyakarta. Sumantri. (25). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Tim Penjas SD. (24). Pendidikan Jasmani Media berolahraga dan berprestasi. Bogor: Yudhistira. Tim Penyusun Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanakkanak. (21). Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. Toho Cholik M, Rusli Lutan. (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Guru Sekolah Dasar Undang-undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 23. Yudha M. Saputra & Rudyanto. (25). Pembelajaran kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas. Yuliani Nuraini. (29). Konsep Dasar PAUD, Jakarta: PT. Indek. Yuliani Nurani, Bambang Sujiyono. (21). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta PT Indeks. 13

120 LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan alidasi Instrumen 14

121 15

122 16

123 LAMPIRAN 2 Lembar observasi, Kisi- Kisi Lembar Penilaian dan Rubrik Penilaian 17

124 No Lembar Penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Yang Sesuai Indikator di Kurikulum TK untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan 1 Krisna 2 Mandala 3 Bagus 4 Catur 5 Fathur 6 Khusni 7 Dzaki 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%) J U M L A H J U M L A H J U M L A H 18

125 No Tabel lanjutan Lembar Penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Yang Sesuai Indikator di Kurikulum TK Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat dan Meloncat Keseimbangan Menghentikan bola 1 Krisna 2 Mandala 3 Bagus 4 Catur 5 Fathur 6 Khusni 7 Dzaki 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%) J U M L A H J U M L A H J U M L A H 19

126 Tabel Kisi-kisi Lembar Penilaian peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola ariabel Sub ariabel Keterangan Motorik kasar 1. koordinasi anak melempar bola dengan koordinasi mata dan tangan. 2. kecepatan Anak dapat berlari pada jarak tertentu dalam waktu singkat 3. kekuatan Anak kuat menendang bola, dengan kekuatan otot kaki dan tangan 4.kelincahan Anak dapat menggiring bola dengan lincah ketika bermain sepak bola 5. keseimbangan Anak dapat melompat dan meloncat tanpa jatuh 11

127 Tabel Rubrik Observasi Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola No Aspek yang Kriteria Sk diamati or Deskripsi Indikator 1. Koordinasi BSB 4 Anak dapat Jika anak dapat melempar bola melempar bola dengan terarah dengan terarah sambil bergerak sambil bergerak. BSH 3 Anak dapat Jika anak dapat melempar bola melempar bola dengan terarah dengan terarah sambil diam sambil diam. MB 2 Anak melempar Jika anak bola dengan tidak melempar bola terarah dengan tidak terarah. BB 1 Anak tidak mau Jika anak tidak melempar ke mau melempar ke dalam dalam lapangan ketika mendapat tugas melempar. 2. Kecepatan BSB 4 Anak dapat berlari Jika anak mampu dengan cepat berlari dengan cepat melebihi anak lain. BSH 3 Anak dapat berlari Jika anak berlari dengan cepat cepat. MB 2 Anak berlari lamban BB 1 Anak tidak mau berlari 3. Kekuatan BSB 4 Anak dapat menendang bola dengan kuat BSH 3 Anak dapat menendang bola dengan kuat. MB 2 Anak dapat menendang bola tetapi kurang kuat Jika anak berlari lamban. Jika anak tidak mau berlari. Jika anak dapat menendang bola dengan kuat sampai menghasilkan gol. Jika anak menendang bola dengan kuat Jika anak menendang bola dengan kurang kuat 111

128 BB 1 Anak tidak mau menendang bola 4 Kelincahan BSB 4 Anak dapat menggiring bola dengan licah 5 Keseimbanga n BSH 3 Anak dapat menendang bola dengan lincah MB 2 Anak menggiring bola tetapi mudah direbut lawan BB 1 Anak tidak mau menggiring bola BSB 4 Anak dapat melompat dengan kuat dan seimbang Anak dapat menghentikan bola sambil bergerak BSH 3 Anak dapat melompat dengan seimbang Anak dapat menghentikan bola sambil diam tanpa jatuh MB 2 Anak melompat kurang seimbang Anak belum dapat menghentikan bola BB 1 Anak tidak mau melompat atau meloncat Anak tidak mau menghentikan bola Jika Anak mau dapat menendang bola. Jika anak dapat menggiring bola dengan sangat lincah. Jika anak dapat menendang bola dengan lincah. Jika anak menggiring bola tetapi mudah direbut lawan. Jika anak tidak mau menggiring bola. Jika anak dapat melompat dan meloncat tinggi Jika anak dapat menghentikan bola sambil bergerak tanpa jatuh Jika anak dapat melompat dan meloncat dengan seimbang Jika anak dapat menghentikan bola sambil diam tanpa jatuh Jika anak melompatdan meloncat tetapi masih jatuh Jika anak belum dapat menghentikan bola Jika anak tidak mau melompat atau meloncat Jika anak tidak mau menghentikan bola. 112

129 LAMPIRAN 3 Hasil Observasi Kondisi Awal 113

130 No Lembar Observasi Kemampuan Awal Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 Mandala J J J 3 Bagus U U U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

131 No Tabel lanjutan Lembar Observasi Kemampuan Awal Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan melompat meloncat dan Kemampuan Menghentikan bola Krisna 2 Mandala J J J 3 Bagus U U U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy v 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

132 LAMPIRAN 4 Hasil Observasi Siklus I 116

133 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

134 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 Mandala J J J 3 Bagus U U U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

135 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 2 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna J 2 3 Mandala Bagus J U J U U M 4 Catur M M L 5 Fathur L L A 6 Khusni A A H 7 Dzaki H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

136 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 2 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

137 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 3 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 Mandala J J J 3 Bagus U U U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

138 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus I pertemuan ke 3 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

139 LAMPIRAN 5 Hasil Observasi Siklus II 123

140 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

141 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

142 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 1 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

143 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 2 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

144 No Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 3 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al- Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Koordinasi Kecepatan Kekuatan Krisna 2 3 Mandala Bagus J U J U J U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

145 No Tabel lanjutan Lembar penilaian Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Sepak Bola Siklus II pertemuan ke 3 untuk Anak kelompok A TK Masyithoh Al-Amin Nama Anak Aspek yang dinilai Kelincahan Keseimbangan Melompat Meloncat dan Keseimbangan Menghentikan bola Krisna 2 Mandala J J J 3 Bagus U U U 4 Catur M M M 5 Fathur L L L 6 Khusni A A A 7 Dzaki H H H 8 Rizki 9 Rafa 1 Nando 11 Iddo 12 Andra ` 13 Rusdi 14 Yoga 15 Satria 16 Lala 17 Aisy 18 Salma 19 ina 2 Malika Jumlah Prosentase (%)

146 LAMPIRAN 6 FOTO KEGIATAN BERMAIN SEPAK BOLA 13

147 Foto Kegiatan Bermain Sepak Bola Siklus I Pertemuan I Anak masih jatuh ketika bermain sepak bola Anak ada yang masih diam di tengah lapangan ketika bemain sepak bola Pertemuan II Kegiatan anak saat bermain sepak bola Anak masih memakai tangan saat menghentikan bola 131

148 Pertemuan III Kegiatan anak saat bermain sepak bola Anak masih asyik bermain permainan lain tengah lapangan Foto Kegiatan Bermain Sepak Bola Siklus II Pertemuan I Kegiatan bermain sepak bola anak berlangsung baik tetapi masih ada anak yang tidak mau bermain sepak bola 132

149 Pertemuan II Kegiatan bermain sepak bola anak yang berlangsung dengan baik Pertemuan III Kegiatan bermain sepak bola sudah dapat berjalan dengan baik 133

150 LAMPIRAN 7 REKAPITULASI KESELURUHAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK 134

151 Rekapitulasi Unsur Koordinasi N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah Rekapitulasi Unsur Kecepatan N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah Rekapitulasi Unsur Kekuatan N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah

152 Rekapitulasi Unsur Kelincahan N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah Rekapitulasi Unsur Keseimbangan Melompat dan Meloncat N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah Rekapitulasi Unsur Keseimbangan Menghentikan bola N o Kriteri a Kondisi awal Siklus I Siklus II Jml (% ) Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Pertemua n 1 Pertemua n 2 Pertemua n 3 Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) Jml (% ) 1 BSB BSH MB BB Jumlah

153 LAMPIRAN 9 Skenario Pembelajaran 137

154 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus I pertemuan ke I Hari/Tanggal : Kamis / 7 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Kebutuhanku Sub Tema : Kebersihan Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengajak anak-anak melakukan pemanasan 4. Kolaborator menerangkan dan memberi contoh permainan 5. Skenario bermain sepak bola: a. Peneliti membagi anak dalam 2 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 1 anak. Peneliti juga menunjuk anak yang menjadi pemimpin kelompok dan kiper. b. Peneliti menentukan sisi lapangan mana yang menjadi tempat pertahanan kelompok masing-masing. c. Untuk menentukan kelompok pemegang bola pertama dilakukan dengan cara lempar koin. Pemimpin kelompok memilih sisi koin mana tanda kelomponya. Sisi koin yang muncul ketika dilempar menjadi kelompok pertama pemegang bola. d. Permainan dimulai setalah wasit atau guru membuyikan pluitnya. e. Anak mulai bermain sepak bola f. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain g. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan h. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 138

155 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus I Pertemuan ke II Hari/Tanggal : Jumat / 8 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Kebutuhanku Sub Tema : Kebersihan Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengajak anak-anak melakukan pemanasan yaitu dengan Anak lari keliling lapangan 1 kali 4. Kolaborator mengulang menerangkan dan memberi contoh permainan 5. Skenario bermain sepak bola: a. Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten b. Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola c. Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok d. Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama e. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain 5. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan 6. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 139

156 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus I pertemuan ke 3 Hari/Tanggal : Sabtu / 9 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Binatang Sub Tema : Macam-macam Binatang Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengajak anak-anak melakukan pemanasanyaitu dengan Anak lari keliling lapangan 1 kali 4. Kolaborator mengulang menerangkan dan memberi contoh permainan 5. Skenario bermain sepak bola: a. Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten b. Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola c. Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok d. Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama e. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain 7. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan 8. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 14

157 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus II pertemuan ke 2 Hari/Tanggal : Kamis / 14 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Binatang Sub Tema : Macam-macam Binatang Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengajak anak-anak melakukan pemanasan yaitu dengan Anak lari keliling lapangan 1 kali 4. Kolaborator mengulang menerangkan dan memberi contoh permainan 5. Skenario bermain sepak bola: a. Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten b. Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola c. Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok d. Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama e. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain 6. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan 7. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 141

158 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus II pertemuan ke 2 Hari/Tanggal : Jumat / 15 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Binatang Sub Tema : Macam-macam Binatang Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengulang menerangkan dan memberi contoh permainan 4. Skenario bermain sepak bola: a. Anak lari keliling lapangan 1 kali b. Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten c. Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola d. Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok e. Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama f. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain 5. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan 6. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 142

159 SKENARIO PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN SEPAK BOLA Siklus II pertemuan ke 3 Hari/Tanggal : Sabtu / 16 Oktober 215 Waktu : 3 menit Tema : Binatang Sub Tema : Macam-macam Binatang Metode : Praktek Langsung Media : Bola Plastik, papan skor Tujuan : Melatih kemampuan berlari, melompat dan meloncat, menendang bola, menggiring bola, melempar bola, dan menghentikan bola Skenario pembelajaran: 1. Kolaborator mengajak anak-anak ke lapangan 2. Kolaborator menyiapkan alat bermain sepak bola 3. Kolaborator mengajak anak-anak melakukan pemanasan 4. Kolaborator mengulang menerangkan dan memberi contoh permainan 5. Skenario bermain sepak bola: a. Anak lari keliling lapangan 1 kali b. Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten c. Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola d. Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok e. Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama f. Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain 6. Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan 7. Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Penilaian : Observasi 143

160 LAMPIRAN 8 RKH 144

161 INDIKATOR RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ IX/5 TEMA/SUB TEMA :KEBUTUHANKU/KEBERSIHAN HARI/TANGGAL : KAMIS/ 8 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT TUJUAN NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F14 melompat dan berlari dengan rintangan Anak melompat berlari rintangan dapat dan dengan Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola K27 Membilang 1-1 Anak membilang dari 1-1 dapat benda Peduli lingkungan II. KEGIATAN INTI Pemberian tugas Membilang sapu yang ada di kelas dan mewarnai gambarnya - Anak menjawab pertanyaan guru tentang alat kebersihan yang ada di kelas - Anak menghitung jumlah sapu LKA, krayon sapu, 145

162 146

163 INDIKATOR RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ IX/6 TEMA/SUB TEMA :KEBUTUHANKU/KEBERSIHAN HARI/TANGGAL : JUMAT/ 9 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT TUJUAN NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F15 Menangkap bola sambil diam Anak dapat menangkap bola Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola B39 menjiplak bentuk Anak mampu menjiplak bentuk kemandirian II. KEGIATAN INTI Pemberian tugas menjiplak bentuk sikat gigi - Anak menjawab pertanyaan guru tentang fingsi sikat gigi - Anak mengambil pola jiplakan sikat gigi kertas dan pensil Jiplakan kertas pensil 147

164 148

165 INDIKATOR RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ XI/1 TEMA/SUB TEMA :BINATANG/MACAM BINATANG HARI/TANGGAL : SABTU/ 1 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT TUJUAN NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F17 Mlempar bola dengan terarah Anak melempar dengan terarah dapat bola Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola B21 Menyebut suku kata awal / Anak dapat menyebut suku kata awal sama kreatif II. KEGIATAN INTI - Pemberian tugas menyebutan benda yang mempunyai suku awal sama kupu-kupu-kurakura-kuda, siput-singa, dll - Anak menjawab pertanyaan guru tentang macam-macam binatang Jiplakan kertas pensil 149

166 15

167 INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ XI/6 TEMA/SUB TEMA :BINATANG/MACAM BINATANG HARI/TANGGAL : KAMIS/ 15 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F9 Berlari sambil melompat Anak dapat berlari sambil melompat Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak melakukan senam ringan - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola K5 Mengungapkan Anak dapat menyebutan asal Kreatif II. KEGIATAN INTI Pemberian tugas Mewarnai gambar metamorphosis kupu-kupu - Anak menjawab pertanyaan guru tentang binatang yang ada di gambar LKA, krayon 151

168 152

169 INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ X/1 TEMA/SUB TEMA :BINATANG/MACAM BINATANG HARI/TANGGAL : JUMAT/16 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F8 Berlari cepat Anak dapat berlari cepat Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak melakukan senam ringan - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola B39 menjiplak Anak mampu menjiplak bentuk kemandirian II. KEGIATAN INTI Pemberian tugas menjiplak bentuk singa - Anak menjawab pertanyaan guru tentang gambar binatang yang ada di gambar Jiplakan kertas pensil 153

170 154

171 INDIKATOR TUJUAN PEMBELAJARAN RENCANA KEGIATAN HARIAN KELOMPOK : A SEMESTER/MINGGU : I/ X/1 TEMA/SUB TEMA :BINATANG/MACAM BINATANG HARI/TANGGAL : SABTU/ 17 OKTOBER 215 WAKTU : WIB MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN : MINAT NILAI KEGIATAN PEMBELAJARAN KARAKTER BANGSA ALAT DAN SUMBER BELAJAR F6 Melompat dengan seimbang Anak melompat seimbang dapat dengan Religius Religius Kerja keras I KEGIATAN AWAL Salam, Berdoa - Anak duduk melingkar - anak yang mendapat giliran memimpin doa berdiri memimpin doa - anak berdoa bersama Hafalan Asmaul Husna dan Sholawat - Anak duduk melingkar - Anak yang mendapat giliran memimpin asmaul-hsna dan sholawat berdiri memimpin - Anak membaca asmaul huna dan sholawat Bermain sepak bola - Anak berbaris menuju lapangan voli - Anak lari keliling lapangan 1 kali - Anak melakukan senam ringan - Anak dibagi menjadi 2 kelompok dan dari kelompok tersebut dipilih satu sebagai kapten - Anak mendengarkan guru tentang peraturan bermain sepak bola - Anak memilih salah satu sisi uang logam sebagai symbol kelompok - Anak mulai bermain sepak bola dan kelompok yang sisi uang logam yang muncul sebagai pemegang bola pertama - Anak berganti tempat pertahanan kelompok setelah 1 menit bermain - Anak membuat lingkaran untuk bernyanyi sluku-sluku bathok sabagai pandinginan - Anak menjawab pertanyaan guru tentang kegiatan bermain sepak bola yang dilakukan Bola K1 Memasangan Anak dapat memasangan benda kreatif II. KEGIATAN INTI Pemberian tugas memasangan gambar binatang dengan gambar makanannya. Sapirumput. Burung-biji-bijian dll LKA, penil 155

172 156

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Teori 1. Hakekat Kemampuan Motorik Kemampuan Motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY TAMAN KANAK-KANAK (TK): Usia tersebut merupakan masa usia emas (golden age) dalam proses perkembangan

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia https://tinycards.duolingo.com/decks/31kdb6vw/stage-of-human-growth-anddevelopment A. Hakikat Perkembangan Fisik dan Motorik Perkembangan fisik berkaitan dengan adanya pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang. Perkembangan fisik mudah teramati dengan ditandai adanya

Lebih terperinci

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK Oleh: Hj. Endang Rini Sukamti, MS PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 PENULISAN DIKTAT INI DIBIAYAI DENGAN ANGGARAN

Lebih terperinci

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 5: Perkembangan Perilaku Gerak Perkembangan Perilaku Gerak Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Pengertian Kemampuan Motorik Kemampuan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan yang layak, hal ini

Lebih terperinci

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa

bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 93) mengatakan bahwa BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Motorik Kemampuan gerak merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya.

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH : MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN Idrawati Abstrak Kemampuan motorik kasar anak di TK Melati Kabupaten Solok Selatan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY Abstrak Anak usia dini mempunyai kemampuan belajar dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI

UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI UPAYA MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PAPAN TITIAN PADA ANAK KELOMPOK B TK PIRI NITIKAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuti Kartini, 2014 Meningkatkan motorik kasar anak melalui pembelajaran dengan bermain media bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuti Kartini, 2014 Meningkatkan motorik kasar anak melalui pembelajaran dengan bermain media bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) berada pada masa lima tahun pertama yang disebut dengan golden age, artinya masa emas perkembangan anak berada pada usia tersebut.

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTORIK KASAR 2.1.1 Motorik Kasar Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Sujiono, dkk, (2008) dapat di lakukan seperti melatih anak untuk meloncat, memanjat,berlari, berjinjit,

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI ABSTRAK Kemampuan motorik kasar anak masih rendah. Penelitian bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman kanak-kanak adalah masa di mana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Abilty, gerak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Abilty, gerak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1.Hakekat Kemampuan Motorik Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Abilty, gerak (motorik) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI TINGKAT KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK DI GUGUS SIDO MULYO KECAMATAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah anak selalu aktif bergerak, dan cenderung menyumbang pada perkembangan, baik terhadap fisik

Lebih terperinci

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE PALU UTARA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE PALU UTARA MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIK MOTORIK KASAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK AL-HIDAYAH TALISE PALU UTARA Rukni 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya tingkat kompetisi antar individu, kelompok, masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK (MOTOR EDUCABILITY) DENGAN KETERAMPILAN SHOOTING

HUBUNGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK (MOTOR EDUCABILITY) DENGAN KETERAMPILAN SHOOTING HUBUNGAN KEMAMPUAN BELAJAR GERAK (MOTOR EDUCABILITY) DENGAN KETERAMPILAN SHOOTING DALAM PERMAINAN FUTSAL PADA TIM UKM FUTSAL UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI Azi Faiz Ridlo 1 Universitas Islam 45 Bekasi aziewae@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diberikan kepada anak dan ditujukan untuk merangsang setiap perkembangan dan pertumbuhan anak dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH Kajian Peningkatan Keterampilan Motorik.. KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH Rina Syafrida, S.Pd ABSTRAK Anak usia dini berada pada masa periode emas atau Golden age

Lebih terperinci

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY Analisis SKKD Gerak Aris Fajar Pambudi FIK UNY Kelas I semester 1 1. Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/ aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya 1. Mempraktikkan gerak

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK NONLOKOMOTOR ANAK MELALUI BERMAIN MELEMPAR BOLA PADA KELOMPOK B TK MELATI PURI TAWANG ALUN KOTA KENDARI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK NONLOKOMOTOR ANAK MELALUI BERMAIN MELEMPAR BOLA PADA KELOMPOK B TK MELATI PURI TAWANG ALUN KOTA KENDARI HASIL PENELITIAN MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK NONLOKOMOTOR ANAK MELALUI BERMAIN MELEMPAR BOLA PADA KELOMPOK B TK MELATI PURI TAWANG ALUN KOTA KENDARI L I A N A NIM 21014020 Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia 1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI MEDIA FLASH CARD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KUNCUP MELATI I GROGOL VIII PARANGTRITIS BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG Febriani Effendi* Abstrak; Penelitian ini di latarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu mengalami proses perkembangan yang cukup panjang. Perkembangan manusia bahkan sudah dimulai saat masa prakelahiran, menuju ke masa bayi, masak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Permainan Bolabasket Bolabasket merupakan permainan yang gerakannya kompleks yaitu gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UNP KEDIRI. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMBATIK DENGAN MEDIA LILIN PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA MANYARAN II MANYARAN KECAMATAN BANYAKAN KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat dijalur pendidikan sekolah (PP No. 27 tahun 1990). Hal ini

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI MELALUI MODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 1 SELOGIRI KEC. KARANGGAYAM KAB. KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI GERAK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA GONDANG SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI GERAK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA GONDANG SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI GERAK LOKOMOTOR PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA GONDANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd.

PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI. Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. PENGARUH PERMAINAN FUTSAL TERHADAP MOTOR ABILITY SISWA DI SDIT BANI SALEH 6 KOTA BEKASI Oleh : Memet Muhamad, Drs., MPd. *) ABSTRAK Penelitian yang penulis lakukan berawal dari pemikiran penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Hal ini sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Hal ini sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah bagian krusial dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN (1-20) MELALUI MEDIA KARTU ANGKAPADA KELOMPOK B DI TK PERTIWI 53 GEBLAG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga sering kali terkalahkan oleh pendidikan akademis lainya, padahal aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna mendukung pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang memainkan permainan ini mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Oleh karenanya perlu sekali Potensi-potensi tersebut dirangsang dan dikembangkan agar pribadi

Lebih terperinci

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga telah mengalami kemajuan yang begitu pesat seiring dengan perkembangan jaman. Hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya perhatian dan antusiasme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni penelitian tindakan kelas (PTK) McNiff (sebagaimana dikutip Suyanto: 1997) mengemukakan bahwa PTK adalah

Lebih terperinci

PENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN BOLA RING DI TK NURUL WATHAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN BOLA RING DI TK NURUL WATHAN KABUPATEN PESISIR SELATAN PENINGKATKAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN BOLA RING DI TK NURUL WATHAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Lenvita Magdelena Abstrak: Kemampuan motorik kasar anak di TK Nurul Wathan Gurun Panjang Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK

PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU ABSTRAK PENGARUH PERMAINAN LOMPAT TALI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B RA AL-MUHAJIRIN PALU Nur Samsiar 1 ABSTRAK Perkembangan fisik motorik adalah proses kemampuan gerak seorang anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT ARTIKEL untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Marliza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sepakbola sudah berkembang dengan pesat dikalangan masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan seperti kerjasama, saling menghargai,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani. Pendidikan Jasmani seringkali tersampingkan oleh pendidikan akademis lainnya, padahal aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya : ANALISIS MATERI Dalam buku Anak Prasekolah (2000), masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik ataupun segala kemampuan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS (Disampaikan Pada Pelatihan Kader PAUD Se-Kelurahan Sidoagung Godean Sleman) Oleh: Lismadiana lismadiana@uny.ac.id FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini olahraga menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat, jika diamati kegiatan-kegiatan olahraga yang ada di lingkungan masyarakat sekarang ini, telah cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010:

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010: BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Pembelajaran Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Menurut N. Purwanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

APLIKASI OLAHRAGA SENAM RITMIK PADA ANAK USIA DINI Oleh Kodrad Budiyono, S.Pd. M.Or

APLIKASI OLAHRAGA SENAM RITMIK PADA ANAK USIA DINI Oleh Kodrad Budiyono, S.Pd. M.Or APLIKASI OLAHRAGA SENAM RITMIK PADA ANAK USIA DINI Oleh Kodrad Budiyono, S.Pd. M.Or Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta Abstrak Perkembangan fisik motorik merupakan

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO 1 MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT MAKU KEC. DOLO ULIYATI*) ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah masih kurangnya tingkat motorik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga sekarang ini semakin berkembang pesat sesuai dengan perkembangan jaman. Semakin pesat perkembangan jaman turut pula mempengaruhi terhadap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES Abstrak Usia siswa Sekolah Dasar merupakan proses pengembangan dan perbaikan kemampuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI TARI KE SAWAH DI TAMAN KANAK-KANAK TOYIBAH TALAWI

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI TARI KE SAWAH DI TAMAN KANAK-KANAK TOYIBAH TALAWI PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI TARI KE SAWAH DI TAMAN KANAK-KANAK TOYIBAH TALAWI Yusvarita* Abstract: Underdeveloped children s kinesthetic intelligence in kindergarten Toyibah Talawi,

Lebih terperinci