KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010

2 .

3 PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah berhasl mencapa swasembada beras, namun ketahanan pangan mash menjad salah satu prortas pembangunan nasonal. Hal n antara lan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang tdak bsa dsubsttus dengan bahan lan. Sementara, pertumbuhan jumlah penduduk ndonesa yang terus menngkat memerlukan penyedaan bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar. D ss lan, kapastas penyedaan bahan pangan justru menghadap sejumlah tantangan sepert perubahan klm global, kompets pemanfaatan sumberdaya lahan dan ar untuk kegatan pertanan dan non pertanan, serta degradas lngkungan yang menurunkan kapastas produks pangan nasonal. Kta juga menghadap persoalan penanganan kerawanan pangan mash terjad d Indonesa. Sehubungan dengan persoalan tersebut d atas, maka dalam RPJMN , Pemerntah menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas nasonal. Dalam katan dengan pembangunan ketahanan pangan, pemerntah memberkan penekanan pada perbakan subsstem ketersedaan pangan, subsstem dstrbus pangan dan subsstem konsums pangan. Pembangunan subsstem ketersedaan darahkan guna menjamn ketahanan dan kedaulatan pangan nasonal. Dalam hal n, Pemerntah berupaya mencapa swasembada dan mempertahankan swasembada berkelanjutan bag komodtas pangan strategs, melalu snerg dan keterpaduan antar sektor, sehngga tujuan tersebut dapat dcapa secara efektf dan efsen. Upaya pengembangan subsstem ketersedaan pangan juga darahkan sebaga bass untuk mengks persoalan kerawanan pangan yang mash terjad dsebagan wlayah Indonesa. i

4 Pembangunan subsstem dstrbus pangan darahkan untuk menjamn ketersedaan pangan, bak d tngkat nasonal maupun d setap daerah selalu dalam konds cukup, memada, dan terkelola dengan bak, yang dtanda oleh stabltas harga pangan yang terjangkau bag konsumen, namun dss lan juga memberkan penghaslan yang memada bag petan. Upaya pembangunan dstrbus pangan antara lan melalu pengembangan cadangan pangan dan perbakan ranta dstrbus logstk nasonal yang efektf dan efsen. Pengembangan substem konsums pangan dmaksudkan untuk memperbak kualtas konsums pangan masyarakat, khususnya melalu penganekaragaman konsums pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk menngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat Indonesa perlu dmanfaatkan untuk menngkatkan kualtas dan keragaman konsums pangan masyarakat, sekalgus mengatas ketergantungan pada beras. Guna memberkan arahan mengena mplementas RPJMN bdang ketahanan pangan, dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan Penerbtan buku n dmaksudkan sebaga pedoman bag seluruh pemangku kepentngan, Pemerntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa lannya mengena program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan snergs. Saya berharap dengan berpedoman pada Kebjakan Umum Ketahanan Pangan n, kta mampu secara terarah memusatkan semua upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapaan tujuan pembangunan ketahanan pangan nasonal. Karena tu, saya berharap semua pemangku kepentngan menjadkan buku n sebaga acuan dalam perumusan langkah operasonal pembangunan ketahanan pangan d bdang dan wlayah kerjanya masng-masng sesua dengan peran dan tanggung jawabnya. Jakarta, Maret 2011 Presden RI/Ketua Dewan Ketahanan Pangan, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono ii ii

5 SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamn ketersedaan pangan yang cukup dar seg jumlah, mutu, keamanan dan keragaman sehngga setap rumah tangga mampu mengkonsums pangan dalam setap saat, mampu mengkonsum pangan yang cukup, aman, bergz dan sesua plhannya, untuk menjalan hdup sehat dan produktf. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dmana pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk mencapa tujuan n, pemerntah dan masyarakat bertanggung jawab sesua dengan peran dan sumberdaya yang dmlknya. Pemerntah bertanggung jawab menyelenggarakan pengaturan, pembnaan, pengendalan dan pengawasan terhadap ketersedaan pangan, sedangkan masyarakat berperan menyelenggarakan produks dan penyedaan, perdagangan, dstrbus dan konsumen. Mengngat pentngnya masalah pangan, setap negara memprortaskan pembangunan ketahanan pangan dan pencapaannya dposskan sebaga fondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal, telah mempengaruh stuas ketahanan pangan nasonal. Berkatan dengan hal tersebut, pemerntah Indonesa menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas pembangunan nasonal, sebagamana yang tercantum d dalam RPJMN Sebaga tndak lanjut dan penjabaran dar kebjakan pembangunan ketahanan pangan nasonal, maka dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) sebaga kelanjutan penyempurnaan dar KUKP Dokumen KUKP n dharapkan dapat menjad acuan atau i iii

6 referens bag para perumus kebjakan, pelaksana pembangunan, pelaku referens ekonom, bag serta para masyarakat perumus kebjakan, pada umumnya pelaksana dalam pembangunan, melaksanakan pelaku ekonom, pembangunan serta ketahanan masyarakat pangan pada d berbaga umumnya tngkatan, dalam dem melaksanakan terwujudnya pembangunan ketahanan pangan ketahanan nasonal, pangan daerah d dan berbaga rumah tngkatan, tangga secara dem berkelanjutan. terwujudnya ketahanan Buku KUKP pangan nasonal, n juga daerah dharapkan dan rumah dapat tangga dgunakan secara sebaga berkelanjutan. arahan Buku untuk KUKP menykap dnamka n juga konds dharapkan global yang dapat mempengaruh dgunakan sebaga stuas arahan dan untuk dnamka menykap ketahanan dnamka pangan konds d dalam global neger, yang bak mempengaruh pada tngkat stuas nasonal dan dnamka maupun sampa ketahanan pada tngkat pangan daerah. d dalam neger, bak pada tngkat nasonal maupun Penyusunan sampa dokumen pada tngkat KUKP daerah n dmula dengan menugaskan Penyusunan Kelompok Kerja dokumen (Pokja KUKP Ahl) Dewan Ketahanan n dmula Pangan dengan (DKP) menugaskan untuk Kelompok merumuskan Kerja de-de (Pokja dasar Ahl) dar Dewan pembangunan Ketahanan ketahanan Pangan pangan. (DKP) Proses untuk merumuskan penyusunan konsep de-de awal dasar KUKP dar pembangunan n dlakukan ketahanan melalu pangan. peneltan, Proses penyusunan stud pustaka, konsep dskus awal nternal KUKP dengan Pokja Tekns, n dlakukan Tm Asstens melalu peneltan, dan Pokja stud Khusus pustaka, Pemberdayaan dskus nternal Ketahanan dengan Pangan Pokja Masyarakat Tekns, Tm DKP. Asstens Konsep dan Pokja awal Khusus KUKP Pemberdayaan n telah Ketahanan dsemnarkan Pangan Masyarakat dan dbahas DKP. berkal-kal Konsep dalam awal KUKP berbaga dskus publk, n telah mula dsemnarkan dar pengenalan, dan dbahas perumusan, berkal-kal dentfkas dalam berbaga masalah, prortsas dskus publk, kebjakan, mula langkah dar pengenalan, aks, sampa perumusan, pada pembagan dentfkas tugas masalah, dan tanggung prortsas jawab kebjakan, stake holder. langkah Dskus aks, publk sampa telah pada melbatkan pembagan unsur tugas dan lembaga tanggung pemerntah, jawab perguruan stake holder. tngg, Dskus swasta, publk organsas telah melbatkan profes, lembaga unsur lembaga swadaya masyarakat, pemerntah, dan perguruan organsas tngg, kemasyarakatan swasta, organsas lannya. profes, lembaga swadaya Mengngat masyarakat, setap daerah dan organsas memlk kemasyarakatan sumberdaya dan lannya. persoalan ketahanan Mengngat pangan yang setap spesfk daerah lokas, memlk maka dhmbau sumberdaya agar dan setap persoalan daerah dapat ketahanan juga pangan merumuskan yang Langkah spesfk lokas, Operasonal maka Pembangunan dhmbau agar Ketahanan setap daerah Pangan dapat tngkat juga propns merumuskan dan kabupaten/kota Langkah Operasonal sebaga Pembangunan penjabaran dan Ketahanan mplementas Pangan kebjakan tngkat propns pembangunan dan kabupaten/kota ketahanan pangan sebaga d penjabaran tngkat daerah, dan mplementas dengan mengacu kebjakan pada pembangunan KUKP ketahanan n. pangan d tngkat daerah, dengan mengacu pada KUKP n. Jakarta, Maret 2011 Menter Pertanan/ Jakarta, Ketua Haran Maret Dewan 2011 Ketahanan Pangan, Menter Pertanan/ Ketua Haran Dewan Ketahanan Pangan, Suswono Suswono ii iv ii

7 DAFTAR ISI Hal. PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA... i SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Landasan Hukum Ruang Lingkup Proses Penyusunan II. DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN Konsep Global Ketahanan Pangan Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional III. KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN Ketersediaan Pangan Stabilisasi Harga Pangan Cadangan Pangan Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan Keamanan Pangan Kesejahteraan Masyarakat IV. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KETAHANAN PANGAN Potensi Permasalahan Tantangan Ketahanan Pangan v

8 V. KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN NASIONAL Arah dan Tujuan Kebijakan Sasaran Kebijakan Ketahanan Pangan Strategi Umum Kebijakan Umum Ketahanan Pangan VI. RENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN VII. PENUTUP vi

9 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Beberapa Komoditas Pangan Tabel 3.2. Ketersediaan Beberapa Komoditas Pangan Tabel 3.3. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Komoditas Pangan Penting tahun Tabel 3.4. Ketersediaan Energi dan Protein Tahun Tabel 3.5. Perbandingan Rata-rata Median dan Coefisien Variasi Harga Bahan Pangan Pokok - Strategis Bulan Januari - Desember Tahun Tabel 3.6. Perbandingan Rata-rata Median dan Persentase Kenaikan Harga Pangan Pokok Strategis Bulan Januari-Agustus Tahun Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tahun Tabel 3.8. Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga Tahun Tabel 3.9. Konsumsi Penduduk Indonesia dan Selisih Aktual terhadap Berbagai Kelompok Makanan Tahun Tabel Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan Tahun Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Penganggruan Tahun Tabel Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Menurut Kelompok Barang Penduduk Indonesia Tahun Tabel 4.1. Potensi Ketesediaan Lahan Pertanian Indonesia Tabel 4.2. Keragaman Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun Tabel 4.3. Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun vii

10 Tabel 4.4. Proyeksi Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Dalam Negeri Tahun Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Internasional Tahun Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Perkantoran dan Perdesaan Tahun Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapita sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan Tahun viii

11 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang palng utama, karena tu pemenuhannya menjad bagan dar hak asas setap ndvdu. D Indonesa, pemenuhan kecukupan pangan bag seluruh rakyat merupakan kewajban, bak secara moral, sosal, maupun hukum termasuk hak asas setap rakyat Indonesa. Selan tu juga merupakan nvestas pembentukan sumberdaya manusa yang lebh bak d masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasonal, dan prasyarat bag pemenuhan hak-hak dasar lannya sepert penddkan, pekerjaan, dan sebaganya. Mengngat pentngnya memenuh kecukupan pangan, setap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebaga pondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Pembangunan ketahanan pangan d Indonesa dtujukan untuk menjamn ketersedaan dan konsums pangan yang cukup, aman, bermutu, bergz, dan sembang pada tngkat rumah tangga, daerah, nasonal, sepanjang waktu dan merata. Hal n dapat dlakukan melalu pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknolog novatf dan peluang pasar, untuk memperkuat ekonom perdesaan dan mengentaskan masyarakat dar kemsknan. Dengan demkan, ketahanan pangan d Indonesa ddefnskan sebaga konds terpenuhnya pangan bag rumah tangga yang tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal telah mempengaruh pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan tdak saja d Indonesa, tetap juga d hampr semua negara d duna, bak negara maju maupun negara 1

12 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan berkembang. Tantangan dan perubahan lngkungan strategs secara global dtanda oleh pergerakan harga-harga pangan strategs, bak sebaga dampak beranta dar kenakan harga mnyak bum duna, perubahan klm dan pemanasan global, maupun sebaga dampak dar krss fnansal global yang mempengaruh daya bel konsumen mskn, dan menngkatkan kerawanan pangan terutama d negaranegara berkembang. Hal n juga dapat bermplkas terhadap ketahanan pangan dan pencapaan tujuan pembangunan millennium (MDGs) menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan hngga setengahnya pada tahun Serng dengan adanya perubahan fenomena dan dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka nternal d dalam neger, maka dperlukan perubahan pada kebjakan ketahanan pangan, bak secara umum maupun khusus d tngkat pusat dan daerah. Kebjakan tersebut berupa pembentukan kelembagaan ketahanan pangan tngkat daerah sebaga konsekuens dar ketentuan terbaru bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajb pemerntah daerah. Selan tu, Indonesa juga telah berupaya untuk mengembangkan kebjakan yang mengarah pada satu sasaran strategs tentang Indonesa Tahan Pangan dan Gz 2015 sebaga konsekuens dar mplementas kebjakan dan kesepakatan pmpnan daerah, Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) d tngkat provns. Pada dekade mendatang peranan pemerntah pusat dan pemerntah daerah dalam mencapa ketahanan pangan mash sangat pentng, walaupun akhr-akhr n terdapat kecenderungan semakn aktfnya fungs sektor swasta dan kelembagaan pasar. Peran pemerntah pusat pentng dalam menentukan arah kebjakan, strateg yang akan dtempuh, dan sasaran yang akan dcapa menuju tngkat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ketdakjelasan dan terputusnya herark level polts-strategs, organsas, dan mplementas 2 2

13 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan kebjakan sangat mempengaruh perjalanan serta kualtas ketahanan pangan yang ngn dwujudkan, yang melput dmens ketersedaan, aksesbltas dan stabltas harga, serta utlsas produk pangan. Dengan demkan, kehadran DKP daerah, dmana gubernur dan bupat/walkota selaku Ketua DKP Provns dan Kabupaten/Kota perlu berperan aktf dan kreatf dalam melakukan koordnas dan snkronsas kebjakan ketahanan pangan dan mplementasnya secara harmons yang dapat membantu memperlancar terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Desentralsas ekonom adalah ttk tolak untuk memperbak kerja sama, terutama snerg kebjakan ketahanan pangan antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah. Sstem organsas dan enforcement, rasa tanggung jawab pejabat pusat dan daerah juga perlu dtngkatkan, terutama dalam hal tersedanya mekansme pengawasan untuk menetapkan prortas alokas anggaran pusat dan daerah yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Sebaga contoh adalah tersedanya kejelasan pembagan tugas dan tanggung jawab dalam rehabltas nfrastruktur pertanan dan perdesaan, sepert dkenal dengan stlah O&M (operation and maintenance) jarngan rgas, saluran dranase, jalan produks, jalan desa dan tentunya jalan provns, jalan negara, dan lan-lan. Dalam rangka menghadap tantangan perubahan fenomena dan dnamka ketahanan pangan sepert yang telah dkemukakan d atas, dsusun Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) sebaga penyempurnaan dar KUKP Dokumen KUKP n dharapkan dapat menjad acuan atau referens yang berharga bag para perumus dan pelaksana kebjakan d lapangan, pelaku ekonom, serta masyarakat madan pada umumnya dalam menyusun penetapan kebjakan ketahanan pangan pada berbaga tngkat dan terwujudnya pembangunan ketahanan pangan nasonal, daerah dan rumah tangga d masa yang akan datang. 3

14 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Tujuan Tujuan penyusunan Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) , adalah untuk : 1. Menjad acuan dan common platform bag para stakeholders ketahanan pangan, mula dar nstans pemerntah, sektor swasta, Badan Usaha Mlk Negara (BUMN), perguruan tngg, petan, nelayan, ndustr pengolah, pedagang, penyeda jasa lan dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberkan kontrbus yang optmal dalam mewujudkan ketahanan pangan. 2. Menjad acuan dasar bag lembaga pemerntah dan pemerntah daerah untuk membangun snerg, ntegras dan koordnas, sehngga palng tdak kedua lembaga dapat salng mengnformaskan kegatan yang dlaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektf (good governance), serta secara maksmal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan Landasan Hukum Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dan pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan phak yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Undang-undang tersebut telah djabarkan dalam beberapa peraturan pemerntah (PP) antara lan: (a) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersedaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemerntah pusat dan daerah 4 4

15 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusa dan kerja sama nternasonal; (b) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembnaan dan pengawasan d bdang label dan klan pangan dalam rangka mencptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; dan (c) PP Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gz pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wlayah Indonesa, pengawasan dan pembnaan serta peran serta masyarakat mengena hal-hal d bdang mutu dan gz pangan. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perkanan yang terkat dengan Ketahanan Pangan, adalah mengena wlayah penangkapan dan pembuddayaan kan yang berfungs sebaga potens sumberdaya pangan. Kebjakan n bertujuan untuk mewujudkan penyedaan kan dalam jumlah yang memada sebaga upaya mencukup gz masyarakat dengan harga yang layak. Berbaga peraran dan Zona Ekonom Eksklusf (ZEE) wlayah Indonesa, yang mengandung berbaga sumberdaya jens kan akan memberkan penngkatan ketahanan pangan dan pemerataan ketersedaan pangan daerah provns, kabupaten/kota sampa pada tngkat rumah tangga, serta menjad sumber pendapatan para nelayan yang juga dapat menngkatkan daya bel untuk memperoleh pangan beragam bergz dan sembang. Undang-undang n secara tegas mengamanatkan snergtas dalam pasal 24 ayat (1), (2) dan (3), bahwa pemerntah mendorong penguatan nla tambah produk hasl pertanan, membatas ekspor bahan baku ndustr pengolahan kan untuk menjamn ketersedaan bahan baku d dalam neger. Hal n berart bahwa strateg d bdang ketahanan pangan dan perkanan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal guna menngkatkan kesejahteraan petan dan masyarakat pada umumnya. 5

16 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan khususnya pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerntah dan pemerntah daerah memfasltas pengembangan unt pasca panen produk hewan skala kecl dan menengah. Selan tu, pemerntah juga berkewajban untuk membna penngkatan produks dan konsums proten hewan dalam mewujudkan ketersedaan pangan bergz sembang bag masyarakat dengan tetap menngkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan, serta mendorong dan memfasltas pengembangan produk hewan yang dtetapkan sebaga bahan pangan pokok strategs dalam mewujudkan ketahanan pangan nasonal (pasal 76 ayat (4)). Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan, menyebutkan bahwa alh fungs lahan pertanan merupakan ancaman terhadap pencapaan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Alh fungs lahan mempunya mplkas yang serus terhadap produks pangan, lngkungan fsk, serta kesejahteraan masyarakat pertanan dan perdesaan yang kehdupannya tergantung pada lahannya. Perlndungan lahan pertanan pangan berkelanjutan merupakan upaya yang tdak terpsahkan dar reforma agrara, yatu penataan yang terkat dengan aspek penguasaan/pemlkan serta aspek penggunaan/pemanfaatan berdasarkan pasal 2 Ketetapan Majels Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaharuan Agrara dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan merupakan acuan dar berbaga peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan. Dalam pekembangannya peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan antara lan: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perndustran (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 6 6

17 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sstem Buddaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantna Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502); 5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecl (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611); 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612); 7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas Manusa; 8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888; 9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlndungan Varetas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 11. Undang-undang Nomor 21Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biossafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayat atas Konvens Keanekaragaman Hayat) (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4414); 7

18 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagamana telah beberapa kal dubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 13. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratfkas Kovenan Internasonal Hak-Hak Ekonom, Sosal dan Budaya (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4557); 14. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjan mengena Sumberdaya Genetk Tanaman untuk Pangan dan Pertanan); 15. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perkanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 16. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 17. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 18. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 19. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068); 8 8

19 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Peraturan Pemerntah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867); 21. Peraturan Pemerntah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254); 22. Peraturan Pemerntah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gz Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424); 23. Peraturan Pemerntah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayat Produk Rekayasa Genetk (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 498); 24. Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; 25. Peraturan Presden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebjakan Percepatan Penganekaragaman Konsums Pangan Berbass Sumberdaya Lokal. Dsampng mengacu pada berbaga dokumen hukum nasonal tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada komtmen bangsa Indonesa dalam berbaga kesepakatan duna. Indonesa sebaga salah satu anggota PBB berkomtmen untuk melaksanakan aks-aks mengatas kelaparan, kekurangan gz serta kemsknan duna. Komtmen tersebut antara lan tertuang dalam Deklaras World Food Summit 1996 dan dtegaskan kembal dalam World food Summit: five years later 2002, serta Millenium Development Goals tahun 2000, untuk mengurang angka kemsknan ekstrm dan kerawanan pangan duna sampa setengahnya d tahun Pada ntnya dketahu bahwa pencapaan sasaran tersebut sangat sult dcapa dan perlu ada upaya sungguh-sungguh dar masyarakat duna untuk mencapanya. 9

20 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Beberapa konvens nternasonal yang memuat komtmen bangsa-bangsa d duna termasuk Indonesa terhadap pembangunan d bdang pangan, gz dan kesehatan antara lan adalah : (a) Deklaras Unversal tentang Hak Asas Manusa (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan adalah bagan yang tdak terpsahkan dar hak asas manusa; (b) Konvens Internasonal tentang ekonom, sosal dan budaya (ECOSOC) tahun 1968, yang mengaku hak setap ndvdu atas kecukupan pangan dan hak dasar (asas) untuk terbebas dar kelaparan; (c) Konvens tentang Hak Anak (International Convention on the Right of Child) yang salah satu temnya menyatakan bahwa negara anggota mengaku hak asas dar setap anak kepada standar kehdupan yang layak bag perkembangan fsk, mental, sprtual, moral dan sosal anak, juga mengaku hak anak untuk mendapatkan gz yang bak. Dar berbaga dokumen hukum serta kesepakatan nasonal maupun nternasonal, maka pemerntah Indonesa menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Peran pemerntah daerah dalam pembangunan ketahanan pangan, datur dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang pertanggungjawaban gubernur dan bupat/walkota, dmana gubernur dan bupat/walkota wajb melaporkan pembangunan ketahanan pangan d daerahnya. PP Nomor 38 tahun 2007 bahwa ketahanan pangan menjad urusan wajb pemerntah provns dan kabupaten/kota. Berdasarkan kedua peraturan pemerntah tersebut jelas secara tegas bahwa ketahanan pangan menjad urusan wajib bag pemerntah provns dan kabupaten/kota, dan berdasarkan PP Nomor 41 tahun 2007 bahwa perlu ada kelembagaan atau unt kerja yang menangan ketahanan pangan untuk menangannya. Berdasarkan Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang DKP, tugas DKP adalah membantu Ketua DKP (presden, 10 10

21 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan gubernur dan bupat/walkota) d pemerntah pusat, pemerntah provns dan kabupaten/kota dalam menyusun dan merumuskan kebjakan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal dan wlayah. Sebaga lembaga fungsonal, DKP dapat menjalankan fungs koordnas dengan cara memfasltas kerja sama lntas sektor d tngkat wlayah (provns dan kabupaten/kota) dan nasonal. Tanpa melebh batas kewenangan daerah otonom, serta mash dalam kerangka sstem negara kesatuan, maka pada urusan pangan yang bersfat lntas daerah, pembangunan ketahanan wlayah dan nasonal tdak dapat dlepaskan dar dnamka kehdupan d tngkat lokal, regonal, hngga nasonal. Oleh karena tu koordnas yang efektf akan menngkatkan pemahaman terhadap makna, manfaat, ruang lngkup, serta unsur-unsur yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan sebaga plar ketahanan nasonal Ruang Lingkup Mengacu pada pengertan dan landasan hukum d atas, maka ruang lngkup dokumen Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) mencakup tga plar utama yatu ketersedaan, dstrbus, dan konsums pangan. Pada plar dstrbus dan konsums merupakan penjabaran dar aksesbltas masyarakat terhadap pangan. Jka salah satu plar tersebut tdak dpenuh maka suatu negara belum dapat dkatakan mempunya ketahanan pangan yang bak. Walaupun pangan terseda cukup d tngkat nasonal dan regonal, tetap jka akses ndvdu untuk memenuh kebutuhan pangannya tdak merata, maka ketahanan pangan mash dkatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersedaan pangan dan resko terhadap akses dan ketersedaan pangan tersebut merupakan determnan yang esensal dalam ketahanan pangan. Aspek kesembangan ketahanan pangan, melput ketersedaan, aksesbltas dan stabltas harga pangan, bak dalam skala rumah 11

22 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan tangga, regonal wlayah dan skala nasonal. Sesua dengan tujuan penyusunan buku n sebaga salah satu acuan bag pemerntah dan seluruh stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, maka secara sstemats akan dsampakan substans dasar dar kebjakan ketahanan pangan yang melput aspek-aspek yang mendukung tercapanya ketahanan pangan yang deal. KUKP n dawal dengan pendahuluan (Bab I) yang antara lan memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, dan ruang lngkup. Bab II mengurakan tentang dnamka konsep ketahanan pangan saat n. Ketahanan pangan mengalam dnamka dan tantangan baru yang semakn kompleks serng dengan beberapa perubahan yang terjad pada tngkat global dan dnamka perkembangan ekonom nasonal. Keragaan ketahanan pangan saat n yang dgambarkan oleh knerja umum ketahanan pangan yang dcapa selama 5 tahun, secara lengkap dtamplkan pada bab III. Pada Bab IV djelaskan tentang bagamana potens (peluang), permasalahan dan tantangan yang dhadap dalam upaya pemantapan ketahanan pangan bak dar ss sumberdaya alam, sumberdaya mansa, keanekaragaman hayat, teknolog, nfrastruktur, stuas pasar komodtas, teknolog, kelembagaan, dan konds budaya masyarakat yang sangat bervaras. Dalam bab n juga dbahas mengena berbaga tantangan dalam upaya penyedaan pangan strategs dan pangan pentng serta dampak krss ekonom yang berkepanjangan dserta dengan tuntutan lngkungan strategs bak domestk maupun nternasonal. Bab V secara rnc membahas substans butr-butr kebjakan umum ketahanan pangan yang terdr dar 18 elemen pentng yang dharapkan menjad panduan bag pemerntah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan d tngkat rumah tangga, tngkat wlayah dan tngkat nasonal

23 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Pada Bab VI dtamplkan matrks Rencana Aks Ketahanan Pangan Tahun yang menjabarkan secara rnc tujuan kebjakan, program kegatan, lembaga/nstans penanggung jawab dar setap elemen kebjakan, dan ndkator keberhaslan (output). Matrks tersebut dharapkan dapat menjad panduan bag para stakeholders yang berkontrbus dalam pembangunan ketahanan pangan. Sebaga penutup Bab VII menjelaskan harapan agar KUKP n dapat menjad acuan bag seluruh stakeholders ketahanan pangan dalam melaksanakan peran dan memberkan kontrbusnya untuk pemantapan ketahanan pangan bak d tngkat nasonal maupun wlayah Proses Penyusunan Penyusunan dokumen KUKP dmula dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja) Ahl DKP untuk merumuskan de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP n dlakukan melalu peneltan, stud pustaka, dskus nternal dengan Tm Asstens dan Kelompok Kerja Khusus (Pokjasus) Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Pokjasus memberkan masukan yang sgnfkan ke dalam KUKP n dengan saran tertuls yang sangat krts dan berharga. Konsep awal KUKP , kemudan dsemnarkan dan dbahas berkal-kal dalam berbaga dskus publk, mula dar pengenalan, perumusan, dentfkas masalah, prortsas kebjakan, langkah aks, sampa ada pembagan tugas dan tanggung jawab stakeholders. Dskus publk telah melbatkan unsur lembaga pemerntah, perguruan tngg, swasta, organsas profes, lembaga swadaya masyarakat, dan organsas kemasyarakatan lannya. Untuk mengolah kembal saran dan masukan dar peserta dskus, dbentuk Tm Ad Hoc penyusunan KUKP yang lebh lengkap. Tahap terakhr proses n adalah dskus nternal 13

24 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan nstans pemerntah dalam wadah rapat koordnas Dewan Ketahanan Pangan. Hasl dar pembahasan tersebut telah dmasukkan kedalam website Kementan untuk mendapatkan masukan dar publk, sebelum dfnalkan menjad dokumen resm yang dkeluarkan melalu Dewan Ketahanan Pangan

25 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan BAB II DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN 2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dar food security mencakup banyak aspek dan luas, sehngga setap orang mencoba menerjemahkan sesua dengan konds dan stuas yang berkembang pada perode jamannya. Ketahanan pangan dnterpretaskan dengan banyak cara, sehngga pemakaan stlah ketahanan pangan tu sendr telah menmbulkan perdebatan. Pada tahun an, ketka Perang Duna II (PD II) baru usa, setap negara, bahkan negara maju dan pemenang PD II pun harus memkrkan pangan rakyatnya setelah beberapa tahun dtnggalkan untuk menyapkan dan berkonsentras pada perang duna yang sedang dhadap tersebut. Dengan konds sepert n tdak heran apabla pada perode tersebut, pengertan ketahanan pangan lebh menekankan perhatannya pada ketersedaan pangan, bak pada tngkat nasonal maupun tngkat global darpada tngkat rumah tangga. Apalag pada tahun 1970-an terjad krss pangan d Afrka karena gagal panen yang dsebabkan karena kekerngan maupun perluasan penggurunan. Keadaan n mendorong negara-negara donor dan masyarakat nternasonal untuk semakn memberkan perhatan pada penyedaan pangan secara global dan nasonal. Pemahaman ketahanan pangan sepert n mendapatkan legtmasnya dalam Konferens Pangan Duna tahun 1974 yang dselenggarakan oleh Badan Perserkatan Bangsa-bangsa (PBB) Food and Agriculture Organization (FAO). Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat atas pangan, yang menurut FAO merupakan hak untuk memlk pangan secara teratur, permanen dan bsa mendapatkannya secara bebas, bak secara cumacuma maupun membel dengan jumlah dan mutu yang mencukup, serta cocok dengan trads kebudayaan rakyat yang 15 15

26 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan mengkonsumsnya. Menjamn pemenuhan hak rakyat untuk menjalan hdup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, bak secara fsk maupun mental, serta secara ndvdu maupun kolektf. Kenyataannya, kelaparan sebaga ndkas tndasan terhadap hak atas pangan mash berlangsung dmana-mana bahkan bertambah buruk saja. Inda neger dengan jumlah penderta kelaparan tertngg d duna, dsusul oleh Chna. Sektar 60 persen dar total penderta kelaparan d seluruh duna berada d Asa dan Pasfk, dkut oleh neger-neger Sub-Sahara dan Afrka sebesar 24 persen serta Amerka Latn dan Karba sebesar 6 persen. Setap tahun orang yang menderta kelaparan bertambah 5,4 juta. Juga setap tahunnya 36 juta rakyat mat karena kelaparan dan gz buruk, bak secara langsung maupun tdak langsung. Dalam usaha mengatas masalah kelaparan dan akses pangan, PBB melalu FAO memperkenalkan stlah ketahanan pangan dengan harapan adanya persedaan pangan setap saat, dmana semua orang dapat mengaksesnya dengan bebas dengan jumlah, mutu dan jens nutrs yang mencukup serta dapat dterma secara budaya. Keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebaga ketersedaan pangan pada tngkat nasonal dan global sepert d atas mendapatkan pencerahannya ketka terjad krss pangan, yang sekal lag terjad d Afrka pada pertengahan tahun 1980-an, dmana secara global ketersedaan pangan cukup untuk memenuh seluruh penduduk duna. Hal n menunjukkan bahwa konds ketersedaan pangan yang cukup pada tngkat nasonal dan global tdak secara otomats menunjukkan konds ketahanan pangan pada tngkat ndvdu maupun rumah tangga. Para pakar dan prakts pembangunan kemudan menyadar bahwa kerawanan pangan bsa terjad dalam konds dmana ketersedaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya tdak cukup. Teor Sen tentang food entitlement memperoleh pengaruh yang sangat luas dan membawa perubahan 16 16

27 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan pemkran dalam pemahaman konsep ketahanan pangan. Food entitlement rumah tangga dperoleh bak dar produks sendr, pendapatan yang dtermanya, atau mengumpulkan pangan dar sumberdaya alam yang ada, dukungan dan bantuan dar masyarakat, aset sendr maupun ketka mereka melakukan mgras untuk dapat memperoleh pangan yang lebh bak. Dengan demkan, konds sosal dan varabel ekonom rumah tangga memlk pengaruh yang besar kepada rumah tangga dalam memperoleh pangan. Memburuknya konds kerawanan pangan dapat dpandang sebaga proses perubahan jangka panjang dmana korbannya tdak secara pasrah menerma keadaan tersebut, tetap memang keadaanlah yang menyebabkan mereka mengalam konds yang semakn buruk. Para pakar anthropolog berpendapat bahwa populas yang rentan terhadap kerawanan pangan sesungguhnya menunjukkan upaya-upaya untuk mengatas masalah gangguan secara ekonom, sehngga memberkan pemahaman tentang perlaku (behavioural) rumah tangga dalam merespon masalah tersebut dan bagamana mereka menghadap (coping mechanism) keadaan krss pangan. Pada akhr tahun 1990-an, lembaga donor, pemerntah, dan LSM mula mengumpulkan nformas dan varabel sosal ekonom d dalam menganalss kerawanan pangan. Pendekatan ketahanan pangan rumah tangga yang mula berkembang pada tahun 1980-an menekankan bak ketersedaan maupun akses yang stabl terhadap pangan. Dengan demkan, pemahaman ketahanan pangan pada perode n mula menekankan dua aspek pentng dalam ketahanan pangan, yatu ketahanan pangan dalam art ketersedaan pangan pada tngkat nasonal (dan regonal) maupun akses yang stabl pada tngkat lokal. Hal-hal lan yang menjad perhatan adalah berkenaan dengan pemahaman pangan sebaga satu sstem (food system), sstem produks, dan faktor-faktor lan yang dapat mempengaruh komposs dar ketersedaan pangan serta akses rumah tangga terhadap 17

28 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan ketersedaan pangan tersebut secara terus menerus. Sekal lag, perubahan pemahaman ketahanan pangan dengan menekankan aspek aksesbltas pada tngkatan rumah tangga mendapatkan legtmasnya pada Konferens Pangan Tngkat Tngg tahun 1996, yang dselenggarakan oleh FAO, dengan memberkan pengertan baru berkenaan dengan ketahanan pangan, yatu food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life. Hal lan yang juga belum begtu jelas hubungannya adalah bagamana dampak nutrs dapat dntegraskan kedalam pemahaman ketahanan pangan. Rset-rset tentang gz buruk (malnutrs) menunjukkan bahwa pangan hanyalah salah satu faktor penyebab gz buruk. Faktor-faktor lan yang memlk dampak kepada gz buruk antara lan adalah konsums dan kompossnya (dietary intake and diversity), kesehatan dan penyakt, serta perawatan bu dan anak (maternal and child care), sehngga dapat dsmpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga merupakan prasyarat untuk ketahanan gz, tetap belum cukup untuk menjamn ketahanan gz. Para pakar menunjukkan bahwa ada dua proses utama yang dapat mewujudkan ketahanan gz, yang pertama menentukan akses dar rumah tangga terhadap pangan bag seluruh anggota rumah tangganya, dan yang kedua menunjukkan bagamana pangan yang telah dperoleh tersebut dtransmskan menjad kecukupan nutrs bag setap anggota rumah tangga (World Bank, 1989). Proses yang kedua menentukan dan berasal dar bdang kesehatan, lngkungan, budaya dan perlaku yang dapat memberkan dampak postf bag kecukupan gz dar pangan yang dkonsumsnya. Proses yang pertama dsebut jalur ketersedaan dan akses, sedangkan jalur kedua dsebut jalur konsums dan gz. Pemahaman kerawanan pangan sepert d atas, telah merubah pemahaman ketahanan pangan rumah tangga dar 18 18

29 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan sekedar kemampuan/akses pangan rumah tangga dan sstem pangan, menjad perluasan pemahaman tentang dampak dar kesehatan/ penyakt, santas lngkungan, daya dukung (carrying capacity), kualtas dan komposs konsums sehngga dapat memberkan dampak gz yang cukup. Rset yang dlakukan pada akhr 1980-an dan awal 1990-an menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan gz sebagamana pemahaman yang ada memerlukan pengembangan yang lebh komprehensf. Hasl-hasl rset tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan hanyalah merupakan salah satu tujuan rumah tangga mskn; kecukupan pangan hanyalah salah satu faktor yang menentukan bagamana rumah tangga mskn menentukan pengamblan keputusannya dan bagamana mereka mampu menyebar berbaga resko sehngga akhrnya mereka mampu menyembangkan berbaga tujuan agar tetap hdup bak dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beberapa kelompok mungkn berseda untuk menahan lapar agar asetnya mash dapat dpertahankan atau untuk memenuh kehdupan yang lebh jangka panjang. Oleh karena tu, menempatkan ketahanan pangan sebaga satu-satunya kebutuhan yang fundamental mungkn akan memberkan kesmpulan yang salah, apabla tanpa memperhatkan kebutuhan-kebutuhan lannya Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional Setap pemerntahan suatu negara mempunya kewajban memenuh hak masyarakat atas pangan. Sejarah perekonoman pangan Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI) mencatat dengan jelas bahwa para pmpnan negara secara konssten meletakkan ekonom pangan sebaga sesuatu hal yang sangat strategs. Presden RI pertama, Ir. Soekarno menyadar betul pentngnya penyedaan pangan bag kelangsungan kehdupan bangsanya. Pada tanggal 27 Aprl 1952, saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanan 19

30 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Unverstas Indonesa d Bogor, Presden Soekarno menyatakan bahwa: apa yang saya hendak katakan itu, adalah amat penting, bahwa mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian hari oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makan rakyat. Pandangan dan pola pkr sepert n mash danut oleh Presden RI kedua Soeharto. Hal In terbukt bahwa 21 tahun kemudan, pada 11 Me 1973, dalam salah satu acara kunjungan kerja d Yogyakarta, Presden Soeharto waktu tu mengemukakan:. jadi kalau kita akan mengatasi kekurangan beras itu dengan mengimpor, bilamana kemungkinan devisa itu ada, keadaan di duniapun juga tidak mengijinkan kita. Selanjutnya Presden Soeharto mengemukakan Kita harus menghasilkan sendiri bahanbahan pangan khususnya beras dalam jumlah yang kita telah ketahui agar kestabilan dari pada harga beras itu betul-betul akan terjamin. Pada bagan lan Presden Soeharto berujar.kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas daripada harga beras yang tidak bisa dikendalikan, stabilitas nasional akan terganggu... (Sawt dkk, 2002). Dalam pdato Presden Soeharto n, dengan sangat jelas pangan tu dartkan sebaga beras. Implementas dar pandangan kedua pmpnan termasuk dmula pada dekade tahun 1960-an pemerntah berupaya keras menngkatkan produks pad nasonal dalam rangka mewujudkan Swasembada Beras, dan mengatas krss (kelangkaan) beras yang terjad saat tu. Program besar n dawal dengan suatu program Action Research oleh Lembaga Pengabdan Masyarakat Fakultas Pertanan Unverstas Indonesa (IPB-belum terbentuk), dengan tujuan mengajak para petan pad agar berseda menggunakan lmu pengetahuan dan menerapkan teknolog produks pad modern dalam mengelola usaha pertanannya. Mengubah pertanan tradsonal menjad pertanan modern merupakan perjuangan panjang. Program 20 20

31 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Action Research dlaksanakan dalam bentuk Proyek Panca Usaha Karawang, d atas hamparan lahan sawah seluas 100 hektar tersebar d tga desa dengan konds tata ar dan ragam perlaku petan yang berbeda. Pelaksana lapangan juga harus menghadap petan yang memlk phoba terhadap pendatang (orang asng). Untuk mengawal pelaksanaan transfer teknolog kepada para petan, Fakultas Pertanan melakukan pembmbngan dan pendampngan secara terus-menerus dengan menempatkan para mahasswa untuk tnggal dan hdup bersama para petan bnaannya. Program penerapan lmu pengetahuan dan teknolog d atas hamparan sawah seluas 100 hektar berlangsung sangat sukses. Keberhaslan tersebut kemudan dperluas ke seluruh Indonesa secara bertahap dalam bentuk program BIMAS (Bmbngan Massal) dengan melbatkan seluruh Fakultas Pertanan d Indonesa melalu Program KKN (Kulah Kerja Nyata). BIMAS dkembangkan lebh lanjut menjad Program INMAS (Intensfkas Massal) serng dengan keberhaslan para penelt menghaslkan varetas pad unggul dan upaya untuk melakukan ntroduks teknolog revolus hjau. Upaya n membuahkan hasl dengan tercapanya swasembada beras pada tahun Pada masa reformas, yang dmula dar pemerntahan Presden B.J. Habbe, Presden Abdurrahman Wahd dan Presden Megawat Soekarnoputer, su pangan dan beras tetap menjad prortas. Dalam masa-masa pemerntahan tersebut, yang dcrkan oleh adanya krss ekonom yang cukup berat, swasembada beras tetap menjad sasaran utama kebjakan pangan. Pada perode tersebut, untuk merespon menurunnya produks beras domestk karena krss ekonom dan anomal klm (kemarau panjang), pemerntah berkal-kal dalam waktu relatf sngkat menakkan harga dasar gabah, mengeluarkan kebjakan nsentf berproduks dan membuka lebar pasar domestk bag beras mpor. 21

32 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Pada era n program swasembada ala BIMAS dan INMAS dkemas dan dperluas cakupannya dalam bentuk GEMA (Gerakan Mandr) untuk gerakan swasembada pad, jagung dan kedele (PALAGUNG), swasembada proten hewan (PROTEINA), dan swasebada hortkultura (HORTINA). Untuk mengawal keberhaslan GEMA, sebagamana program BIMAS dan INMAS, pemerntah menyedakan tenaga pendampng dar perguruan tngg d Indonesa yang dkoordnaskan oleh Insttut Pertanan Bogor (IPB) dan mengalokaskan anggaran APBN yang sangat besar untuk menyedakan kredt bag petan (Kredt Usaha Tan). Memang upaya n belum mampu dalam jangka pendek menghaslkan hasl-hasl sepert yang dharapkan, tetap beberapa waktu kemudan, pemerntah mampu melakukan larangan mpor, tdak hanya pada waktu-waktu tertentu (masa panen raya) saja, bahkan selama setahun penuh pada tahun Pada era Presden Suslo Bambang Yudhoyono, flosof kebjakan umum perberasan pada ntnya tetap sama dengan era pemerntahan sebelumnya, dengan varas pada tataran kebjakan operasonalnya. Penegasan skap n dtanda dengan pencanangan Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presden RI tanggal 11 Jun 2005 d Waduk Jatluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Tujuan RPPK adalah membangun ketahanan pangan dengan: (a) mengoptmalkan pemanfaatan dan menngkatkan kapastas sumberdaya pertanan; (b) menngkatan daya sang, produktvtas, nla tambah dan kemandran produks dan dstrbus; dan (c) melestarkan lngkungan hdup dan memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sepert halnya pada awal reformas, kengnan untuk mengulang swasembada juga menjad mpan pemerntah dengan mengembangkan program Penngkatan Produks Beras Nasonal (P2BN), bahkan juga dperluas dengan upaya pencapaan swasembada jagung, kedela, gula, dan dagng sap, yang juga merupakan sumber proten hewan

33 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Pada tahun 2008 swasembada beras kembal drah, setelah tahun Hal n merupakan wujud dar keberhaslan menngkatkan produktvtas pad hngga lebh dua kal lpat, dar 2,42 ton per hektar pada tahun 1969 menjad 4,88 ton per hektar pada tahun Keberhaslan penngkatan produktvtas pad erat katannya dengan penerapan teknolog produks sepert varetas pad baru, manajemen usahatan sepert Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pemberan nsentf berproduks sepert subsd nput (benh, pupuk, modal kerja), jamnan harga gabah/beras, dan perlndungan perdagangan nternasonal. Dalam perkembangan upaya pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, sejauh n masyarakat sudah mula memaham pentngnya mewujudkan ketahanan pangan dengan memperkokoh plar-plar ketahanan pangan dalam penyedaan pangan yang cukup bag rumah tangganya. Kesadaran masyarakat n terlhat dengan terbentuknya lumbung-lumbung pangan bak d tngkat kelompok maupun d tngkat rumah tangga, sebaga upaya dalam penanganan masalah ketahanan pangan. Beberapa program pemerntah yang semakn luas dan lebh memprortaskan kesejahteraan masyarakat, antara lan adalah dengan: (a) membangun ekonom berbass pertanan dan perdesaan untuk menngkatkan produks pangan pertanan, menyedakan lapangan kerja dan pendapatan, melalu Program P2BN serta CSR; dan (b) memenuh pangan bag kelompok masyarakat mskn dan rawan pangan melalu pemberan bantuan langsung pangan dan pemberdayaan masyarakat, sepert PNPM, PUAP, Desa Saga, Desa Mandr Energ; kemandran pangan masyarakat dalam bentuk gerakan Desa Mandr Pangan; penanganan kerawanan pangan transen; percepatan penganekaragaman konsums pangan; keamanan pangan; dan program-program terkat lannya

34 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefnskan: - ketahanan pangan adalah konds terpenuhnya bak pangan bag rumah tangga yang tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. - kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandr dapat menentukan kebjakan pangannya yang menjamn hak atas pangan bag rakyatnya, serta memberkan hak bag masyarakatnya untuk menentukan sstem pertanan pangan yang sesua dengan potens sumberdaya lokal. - kemandirian pangan adalah kemampuan produks pangan dalam neger yang ddukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumbersumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal. Dar pengertan tersebut jelas bahwa konds terpenuhnya pangan bag rumah tangga tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau, artnya bahwa substans PLPPB dmaksudkan untuk memperkuat ketersedaan pangan sampa pada tngkat rumah tangga. Hal n dapat dtunjukkan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah untuk kesejahteraan rakyat yang pentng untuk drealsaskan dalam memenuh hak negara dan bangsa yang secara mandr dapat menentukan kebjakan pangannya yang menjamn hak atas pangan bag masyarakatnya, serta memberkan hak bag masyarakatnya untuk menentukan sstem pertanan pangan sesua dengan potens sumberdaya lokal. Satu hal yang menjad catatan pentng, bahwa PLPPB secara sstem merupakan pencermnan snergtas dar proses perkembangan ketahanan pangan tu sendr, karena kemandran pangan adalah kemampuan produks pangan dalam neger yang ddukung kelembagaan ketahanan pangan yang 24 24

35 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal. Dalam rancangan RPJM , arah kebjakan dan strateg Kementeran Pertanan mengacu kepada 11 (sebelas) prortas kebjakan dan strateg nasonal. Dar 11 (sebelas) prortas nasonal tersebut, yang terkat dengan Kementeran Pertanan adalah prortas nomor 5 yatu ketahanan pangan. Yang dmaksud dengan prortas ketahanan pangan adalah penngkatan ketahanan pangan dan lanjutan revtalsas pertanan untuk mewujudkan kemandran pangan, penngkatan daya sang produk pertanan, penngkatan pendapatan petan, serta kelestaran lngkungan dan sumberdaya alam. Secara nasonal, target pertumbuhan ekonom rata-rata 6,3-6,8 persen, mencapa 7 persen pada tahun 2013 dan mnmal 7 persen pada tahun 2014, dengan nflas rata-rata 4-6 persen, pengangguran 5-6 persen pada tahun 2014, dan kemsknan 8-10 persen pada tahun Penngkatan pertumbuhan Pendapatan Domestk Bruto (PDB) sektor pertanan sebesar 3,7 persen dan ndeks Nla Tukar Petan (NTP) sebesar pada tahun Dalam arah kebjakan dan strateg nasonal, prortas ketahanan pangan memlk 6 (enam) substans utama, yatu: (a) lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang pertanan dlaksanakan dengan penataan regulas untuk menjamn kepastan hukum atas lahan pertanan, pengembangan areal pertanan baru seluas dua juta hektar, dan penertban dan optmalsas penggunaan lahan terlantar; (b) nfrastruktur dlaksanakan melalu pembangunan dan pemelharaan sarana transportas dan angkutan, jarngan lstrk serta teknolog komunkas dan sstem nformas nasonal yang melayan daerahdaerah sentra produks pertanan dem penngkatan kuanttas dan kualtas produks serta kemampuan pemasarannya; (c) peneltan dan 25

36 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan pengembangan bdang pertanan, dalam kemampuan mencptakan benh unggul dan peneltannya; (d) nvestas pangan pertanan dan ndustr perdesaan berbass pangan lokal, penyedaan pembayaan dan subsd yang menjamn ketersedaan benh unggul, pupuk, teknolog dan sarana pasca panen yang tepat waktu, tepat jumlah dan terjangkau; (e) penngkatan kualtas gz dan keanekaragaman pangan melalu Pola Pangan Harapan (PPH); dan (f) pengamblan langkah konkrt terkat adaptas dan antspas sstem pangan dan pertanan terhadap perubahan klm. Dsampng prortas nomor 5 ketahanan pangan, Kementeran Pertanan juga mendapat amanah untuk terlbat dalam pelaksanaan prortas nomor 1: Reformas Brokras dan Tata Kelola, nomor 8: Energ dan nomor 9: Lngkungan Hdup dan Pengelolaan Bencana. Dengan demkan pembangunan pertanan utamanya adalah penngkatan ketahanan pangan dan revtalsas pertanan, perkanan dan kehutanan. Ada 4 target/sasaran utama kebjakan Kementeran Pertanan, yatu: (a) pemantapan swasembada beras, jagung, dagng ayam, telur, dan gula konsums melalu penngkatan produks berkelanjutan, dan pencapaan swasembada kedela, dagng sap dan gula ndustr secara berkelanjutan; (b) pengembangan penganekaragaman pangan dan pembangunan lumbung pangan masyarakat untuk mengatas rawan pangan dan stablsas harga d sentra produks; (c) penngkatan nla tambah dan daya sang ekspor; dan (d) penngkatan kesejahteraan petan. Dalam menjalankan tugas pelaksanaan pembangunan pertanan d Indonesa, strateg yang akan dkembangkan oleh Kementeran Pertanan selama perode adalah 7 (tujuh) gema revtalsas, yatu: (a) revtalsas lahan; (b) revtalsas perbenhan dan pembbtan; (c) revtalsas nfrastruktur dan sarana; (d) revtalsas sumber daya manusa; (e) revtalsas pembayaan petan; (f) revtalsas kelembagaan petan; dan (f) revtalsas teknolog dan ndustr hlr

37 BAB III KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN Knerja umum ketahanan pangan selama perode menunjukkan kecenderungan yang lebh bak dar tahun-tahun sebelumnya. Hal n dtanda oleh berbaga keberhaslan Indonesa dalam mewujudkan ketahanan pangan pada saat terjadnya krss secara global akhr-akhr n. D tengah turunnya produks pangan pokok strategs duna sejak tahun 2007 hngga semester I tahun 2009 akbat terjadnya berbaga perubahan klm yang tdak menentu sepert kekerngan hebat d Australa dan beberapa negara Amerka Latn, Indonesa justru mengalam pertumbuhan produks pangan pokok yang menngkat secara sgnfkan dar tahun 2004 hngga tahun 2009 khususnya pada komodt pad, jagung, dan gula tebu. Pencapaan angka produks tersebut merupakan angka tertngg yang pernah dcapa selama n, sehngga akhrnya Indonesa kembal dapat mencapa swasembada beras, jagung, dan gula konsums pada tahun 2008 sepert yang pernah dcapa pada tahun-tahun sebelumnya. Pencapaan Indonesa dalam penngkatan produks pangan pokok tersebut tdak terlepas dar keberhaslan pemerntah dalam membuat kebjakan dan program-program yang telah dlaksanakan secara terpadu dengan melbatkan berbaga stakeholder ketahanan pangan (Kementan, 2009). Kebjakan dan program pemerntah tersebut dantaranya penetapan harga, pengendalan mpor, subsd pupuk dan benh, bantuan benh grats, penyedaan modal, akseleras penerapan novas teknolog dan penyuluhan. Hal tu memotvas petan/pelaku usaha pertanan untuk menngkatkan produksnya. Selan keberhaslan dalam penngkatan produks pangan pokok, Indonesa juga telah berhasl dalam menjaga stabltas harga d dalam neger. Pada saat harga pangan pokok strategs d pasar 27 27

38 nternasonal tdak stabl dan berfluktuas akbat menurunnya produks pangan strategs duna. Fluktuas harga pangan d pasar nternasonal juga mempengaruh fluktuas harga pangan d dalam neger. Namun demkan, harga pangan d dalam neger khususnya beras cenderung lebh stabl darpada harga pangan d pasar nternasonal (Grafik 3.1 dan 3.2). Stablsas harga pangan pokok strategs d pasar dalam neger n tdak terlepas dar knerja pemerntah yang cukup bak dalam merespon adanya krss ekonom, bahan bakar mnyak, dan pangan yang terjad secara global. Respon pemerntah tersebut dantaranya: (a) Kebjakan Harga Pembelan Pemerntah (HPP) untuk pembelan gabah dan beras; (b) Kebjakan pengadaan cadangan pangan pemerntah yang dlaksanakan oleh Perum Bulog; dan (c) Kebjakan pembelan gabah/beras saat panen raya. Stablsas harga pangan pokok strategs khususnya beras, jagung, dan gula juga terwujud karena adanya kebjakan pemerntah yang mendukung penngkatan produks dan produktvtas serta proteks perdagangan pangan pokok strategs domestk dar produk pangan dar luar neger. Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategs d Pasar Dalam Neger tahun ,000 10,000 Harga (Rp/Kg) 8,000 6,000 4,000 2, Harga Riil Beras (Rp/Kg) Harga Riil Minyak Goreng (Rp/Kg) Harga Riil Daging Ayam (Rp/Kg) Harga Riil Jagung (Rp/Kg) Harga Riil Gula Pasir (Rp/Kg) Sumber : Kementeran Perdagangan (Dolah BKP) 28 28

39 Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Internasional Tahun ,100 14,100 Beras Thai 5% Kedelai Rotterdam Gula (Contract No. 5, London) Jagung US Gulf Ports CPO (Malaysia) Harga (USD/ton) 12,100 10,100 8,100 6,100 4,100 2, Jan-07 Mar-07 Sumber : World Bank (Diolah BKP) May-07 Jul-07 Sep-07 Nov-07 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Sumber: Worldbank Krisis ekonomi, bahan bakar minyak, dan pangan secara global tidak hanya mempengaruhi turunnya produksi pangan pokok dunia dan stabilitas harga pangan di pasar internasional, tetapi juga telah mengakibatkan pencapaian penurunan angka kemiskinan menjadi lebih sulit. Berdasarkan data yang diperoleh dari The World Bank, United Nations (2009), angka kemiskinan di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kemiskinan yang ekstrim sejak tahun 1990 hingga tahun 2005 cenderung berkurang setiap tahunnya. Sepanjang periode tersebut, jumlah penduduk miskin yang memiliki pendapatan kurang dari $1,25 per hari menurun dari 1,80 juta menjadi 1,40 juta. Pada tahun 2009, diperkirakan terdapat 55 juta sampai dengan 90 juta penduduk dunia yang akan hidup dalam kemiskinan yang ekstrim dibandingkan dengan apa yang diharapkan sebelumnya. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Roma dikemukakan oleh FAO bahwa jumlah penduduk miskin tahun 2009 mencapai satu milyar orang. 29

40 Sedangkan angka kelaparan yang sebelumnya telah menurun sejak tahun 1990, kembal menngkat sejak tahun 2008 karena adanya kenakan harga pangan. Kecenderungan penduduk duna yang mengalam kelaparan d negara berkembang saat n mengalam penngkatan dar 16 persen d tahun 2006 menjad 17 persen d tahun Hal n menunjukkan bahwa penurunan harga pangan duna pada pertengahan tahun 2008 tdak berpengaruh terhadap daya bel seluruh penduduk duna. Pada saat kemsknan dan kelaparan d duna mengalam penngkatan, angka kemsknan dan kerawanan pangan d Indonesa cenderung semakn turun setap tahunnya. Keberhaslan Indonesa dalam menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan tdak terlepas dar upaya dan komtmen pemerntah untuk kut merealsaskan kesepakatan yang tercantum dalam Millenium Development Goals (MDGs) tahun Komtmen tersebut dlaksanakan melalu program-program pemberdayaan masyarakat mskn dan organsas kelompok masyarakat d daerah rawan pangan, sepert pengembangan PNPM Mandr, PUAP, Desa Mandr Pangan, pengembangan Partspas Masyarakat d Daerah Lahan Kerng (PIDRA), pengembangan usaha mkro, serta penngkatan akses masyarakat adat/penduduk asl dan komuntasnya terhadap kegatankegatan ekonom dengan memperhatkan hakekat hdup mereka yang selama n selalu bergantung pada ekosstem alam dmana mereka hdup dan bekerja. Namun demkan, dsampng keberhaslan-keberhaslan yang telah dcapa dalam mewujudkan ketahanan pangan, Indonesa mash menghadap berbaga permasalahan dan tantangan yang mash harus dwaspada untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mencapa salah satu target MDGs, yatu mengurang kemsknan dan kerawanan pangan setengahnya pada tahun 2015, atau palng tdak mempertahankan knerja ketahanan pangan yang telah dcapa pada 30 30

41 tahun Permasalahan yang dhadap Indonesa salah satunya adalah jumlah penduduk yang cenderung terus menngkat setap tahunnya dan dapat mengakbatkan terjadnya kompets dalam pemanfaatan lahan untuk lahan usaha, pemukman penduduk, dan pembangunan sarana dan prasarana publk. Pemanfaatan lahan yang tdak terkendal dapat mempengaruh terjadnya degradas lngkungan dan akhrnya dapat mengancam kebutuhan pangan umat manusa atau krss pangan. Penngkatan jumlah penduduk apabla dserta dengan menngkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pangan yang berkualtas akan menngkatkan permntaan bahan pangan bak dalam jumlah, mutu, dan keragaman. Pada ss lan menurunnya kualtas lahan untuk pertanan dapat mengakbatkan berkurangnya kemampuan domestk untuk memenuh kebutuhan pangan dalam neger dan menngkatnya ketergantungan terhadap produk pangan dar mpor. Hal n dapat mengakbatkan ketahanan pangan Indonesa menjad semakn rentan karena mash tergantung dar kebjakan negara lan. Dengan mengacu pada keberhaslan yang telah dcapa dan permasalahan yang mash dhadap oleh Indonesa, mash dperlukan adanya berbaga kebjakan pemerntah yang kondusf dalam mewujudkan pembangunan ketahanan pangan Ketersediaan Pangan Produksi Konds klm yang tdak menentu akbat pemanasan global telah mengakbatkan menurunnya produks pangan pentng d duna, antara lan d beberapa negara d Afrka bagan Barat (Ngera dan Chad), Afrka bagan Tmur (Somala, Kenya, Ertrea, Ethopa, Sudan dan Uganda), Afrka bagan Selatan (Zmbabwe, Malaw, Mozambque, Madagascar, Swazland, Lesotho, dan Angola), 31

42 Democratic Republic of the Congo, Burund, Flpna, Myanmar, Srlanka, Pakstan, Bangladesh, Nepal, Afganstan, serta Amerka Tengah dan Karba. Selan akbat konds klm yang tdak menentu, penurunan produks pangan dperparah dengan adanya konflk warga spl yang terus berkelanjutan terutama d negara Somala dan Sudan. Konds n tergambar pada produks pangan pokok duna tahun 2009/2010 sepert beras, gandum, dan sereal yang turun masngmasng 1,9 persen; 0,4 persen; dan 2,0 persen dbandngkan dengan tahun 2008/2009 yatu masng-masng sebesar 459,6 juta; 681,4 juta; dan 2.284,1 juta ton (FAO, 2009). Namun d Indonesa, pada perode , sebagan besar produks pangan pokok mengalam penngkatan, yatu pad, jagung, kedela, ub kayu, ub jalar, sayur, buah-buahan, mnyak sawt (CPO), gula puth, telur, susu, dan kan. Sedangkan produks pangan pentng yang mengalam penurunan adalah kacang tanah, dagng sap dan kerbau serta dagng ayam. Untuk pangan nabat, penngkatan pertumbuhan yang cukup besar berturut-turut terdapat pada produks jagung yang nak dengan rata-rata 8,49 persen per tahun dan gula puth 6,88 persen per tahun. Sedangkan penngkatan pertumbuhan yang cukup tngg pada pangan hewan terdapat pada produks telur yang mencapa kenakan rata-rata 9 persen per tahun serta susu yang nak 6,5 persen per tahun (Tabel 3.1)

43 Tabel 3.1. Perkembangan Produks Beberapa Komodtas Pangan Komoditas Produksi (ton) Pertumb (%) Pertumb (%) I. Pangan Nabati 1. Pad ,69 3,78 2. Jagung ,49 7,45 3. Kedela ,43 21,55 4. Kc Tanah ,20-0,13 5. Ub Kayu ,31 5,55 6. Ub Jalar ,26 6,74 7. Sayur ,88-0,43 8. Buah-2 an ,68-5,07 9. Mnyak Sawt (CPO) na Na na 10. Gula puth ,88 27,23 II. Pangan Hewani 11. Dagng sap& kerbau ,06-33, Dagng ayam ,18-39, Telur ,00-0, Susu ,59 18, Ikan ,84 8,24 Sumber Data: Tahun 2009: Produksi Padi dan Palawija: ARAM II BPS, Produksi Hortikultura (Sayur dan Buah): Angka Sasaran Ditjen Hortikultura; Produksi Peternakan: Angka Sementara Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan: Angka Sementara Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan: Angka Sementara DKP; Produksi Gula: Angka Prognosa DGI (Data Diolah BKP) 33 33

44 Ketersediaan Ketersedaan pangan dar produks domestk dperoleh dar produks dtambah mpor dkurang kebutuhan untuk konsums pakan, benh, dan tercecer serta ekspor. Ketersedaan sebagan besar pangan pokok duna menurun akbat adanya penurunan produks d sebagan besar negara utama produsen beras yang mengakbatkan menngkatnya harga pangan duna. Sebaga contoh terjad pada komodt beras. Produks beras duna yang turun 1,9 persen selama perode 2008/ /2010 dserta dengan permntaan mpor yang menngkat 2,7 persen dan total penggunaan beras untuk konsums penduduk duna, ndustr dan sebaganya telah mengakbatkan turunnya ketersedaan akhr beras duna sebesar 2,7 persen, yatu dar 124,4 juta ton pada tahun 2008/2009 menjad 121,1 juta ton pada tahun 2009/2010 (FAO, 2009). Sementara tu, ketersedaan beras d Indonesa justru mengalam hal yang sebalknya. Ketersedaan beras mengalam penngkatan 2,95 persen, yatu dar 34,17 juta ton pada tahun 2008 menjad 35,17 juta ton pada tahun Perkembangan selama kurun waktu (Tabel 3.2) juga menunjukkan bahwa ketersedaan sebagan besar bahan pangan nabat mengalam penngkatan, kecual untuk komodtas kacang tanah yang mengalam penurunan 2,28 persen per tahun. Sedangkan untuk komodtas pangan hewan, secara keseluruhan telah mengalam penngkatan, yatu komodtas telur, susu, dan kan masng-masng sebesar 10,62 persen, 3,72 persen, dan 4,82 persen per tahun

45 Tabel 3.2. Ketersedaan Beberapa Komodtas Pangan Komoditas I. Pangan Nabati Ketersediaan (000 Ton) Pertumb. 05-'09 (%) Pertumb. 08-'09 (%) 1. Beras ,50 2,95 2. Jagung ,65 4,45 3. Kedela ,73 19,45 4. Kc Tanah ,28-0,97 5. Ub Kayu ,34 1,07 6. Ub Jalar ,21 3,48 7. Sayuran ,90 1,54 8. Buah-2an ,51 1,52 9. M.Goreng ,91-24, Gula puth ,04 29,39 II. Pangan Hewani 11. Dagng sap & kerbau ,75 11, Dagng ayam ,93 9, Telur ,62 5, Susu ,72 18, Ikan ,82 5,97 Sumber : BPS; Statistik Pertanian Deptan; Statistik Perikanan DKP; Tahun 2008, Angka Tetap; Tahun 2009: Produksi Padi dan Palawija, ARAM II BPS; Produksi Hortikultura (sayur dan buah), Angka Sasaran Ditjen Hortikultura; Produksi Peternakan, ASEM Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan, ASEM Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan, ASEM DKP; Produksi Gula, Angka Prognosa DGI (Diolah BKP) 35 35

46 Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Kemandran pangan dtunjukkan oleh permbangan atau neraca ketersedaan dan kebutuhan komodtas pangan pentng. Nla postf pada neraca permbangan menunjukkan bahwa penngkatan ketersedaan pangan lebh besar dar penngkatan kebutuhan penduduk akan pangan. Sedangkan neraca permbangan yang bernla negatf menunjukkan bahwa penngkatan kebutuhan penduduk yang belum dapat dpenuh seluruhnya sehngga terjad defst. Neraca ketersedaan dan kebutuhan komodtas pangan pentng Indonesa selama lma tahun terakhr ( ) menunjukkan bahwa kebutuhan penduduk akan sebagan besar komodtas pangan pentng sepert beras, jagung, ub kayu, ub jalar, mnyak goreng sawt, gula, dan kan telah dapat dpenuh dar ketersedaan pangan d dalam neger pada tahun 2009 (Tabel 3.3). Hal n dsebabkan karena adanya penngkatan produks komodt pangan yang bersangkutan (Tabel 3.1). Adapun pertumbuhan penngkatan ketersedaan pangan khususnya untuk komodtas kedela, susu, dan telur sehngga neracanya negatf. (Tabel 3.3). Dsampng tu terjad kecenderungan penurunan ketersedaan dbandng dengan kebutuhan dagng sap, kerbau dan ayam yang tdak sembang sehngga menyebabkan defst (Tabel 3.3). Khusus untuk beras yang merupakan komodt yang palng strategs dan mengandung unsur polts, neraca ketersedaan dan kebutuhannya menunjukkan adanya surplus yang cukup sgnfkan. Hal n menunjukkan bahwa Indonesa telah berhasl mencapa swasembada beras sepert yang telah terjad pada tahun 1984, sehngga kebutuhan penduduk akan beras telah dapat dpenuh dar ketersedaan beras yang ada d dalam neger

47 Tabel 3.3. Neraca Ketersedaan dan Kebutuhan Komodtas Pangan Pentng Tahun Komoditas * I. Pangan Nabati 1. Beras Jagung Kedela Kc Tanah Ub Kayu Ub Jalar Sayur Buah-2 an Mnyak Goreng Sawt Gula II. Pangan Hewani 11. Dagng sap&kerbau Dagng ayam Telur Susu Ikan Sumber : BPS; Statistik Pertanian Deptan; Statistik Perikanan DKP; Tahun 2008, Angka Tetap; Tahun 2009, Angka Sementara: Produksi Padi dan Palawija, ARAM II BPS; Produksi Hortikultura -sayur dan buah, Angka Sasaran Ditjen Hortikultura; Produksi Peternakan, ASEM Ditjen Peternakan; Produksi Perkebunan, ASEM Ditjen Perkebunan; Produksi Perikanan, ASEM DKP; Produksi Gula, Angka Prognosa DGI (Diolah BKP) Neraca komodtas pangan pentng berdasarkan perkraan produks dan kebutuhan menunjukkan bahwa beberapa komodtas pangan pentng yang semula mengalam defst d tahun 2008 mengalam surplus pada tahun 2009, antara lan pada komodt jagung 37

48 yang surplus 89,93 persen, gula 20,05 persen, dan ub kayu 0,20 persen. Komodtas yang tetap mengalam surplus d tahun 2009 adalah: beras surplus 8,47 persen, ub jalar 0,25 persen, mnyak goreng 61,02 persen, dan kan 7,69 persen. Komodtas lannya yang mengalam defst cukup besar adalah: susu 136,12 persen, kedela 109,32 persen, dagng ayam 41,98 persen, telur 33,73 persen, kacang tanah 18,87 persen, serta dagng sap dan kerbau 14,04 persen. Sedangkan buah-buahan dan sayuran mengalam defst berturut-turut 1,96 dan 3,11 persen. Walaupun neraca permbangan menunjukkan konds yang semakn membak dengan banyaknya pangan pentng yang mengalam surplus, namun konds n mash perlu mendapat perhatan serus karena kebutuhan domestk cenderung menngkat bersamaan dengan menngkatnya pertumbuhan ketersedaan, sehngga kapastas produks domestk tdak mampu memenuh kebutuhan. Ketersedaan pangan per kapta mengndkaskan rata-rata peluang ndvdu untuk memperoleh bahan pangan. Secara umum, tngkat ketersedaan energ dan proten perode telah melebh rekomendas Wdyakarya Nasonal Pangan dan Gz (WNPG) VIII tahun 2004 sebesar kalor/kapta/har untuk energ dan 57 gram/kapta/har untuk proten. Tngkat ketersedaan energ maupun proten selama tahun 2005 hngga tahun 2009 cenderung menngkat dengan rata-rata penngkatan berturut-turut 7,74 persen dan 2,81 persen per tahun, sepert tertera pada Tabel 3.4. Pertumbuhan penngkatan ketersedaan energ dan proten yang tngg dperkrakan karena adanya penngkatan produks d tahun

49 Tabel 3.4. Ketersedaan Energ dan Proten Tahun Energ Proten Tahun Kal/Kap/Har Gram/Kap/Har , , , * , ** ,32 Pertumbuhan -%/th 7,74 2,81 Sumber: Neraca Bahan Makanan, Diolah oleh BKP Tahun 2007 Angka Tetap; Tahun 2008 Angka Sementara; Tahun 2009 Angka Perkiraan Awal (Diolah BKP) * Angka Sementara ** Angka Perkiraan Awal 3.2. Stabilisasi Harga Pangan Intenstas fluktuas harga pangan tahun 2005 hngga tahun 2008 relatf menurun setap tahunnya. Harga pangan haran/bulanan berfluktuas pada tahun 2005, terutama pada komodtas beras dan cabe merah. Hal n dsebabkan oleh adanya kebjakan pengurangan subsd bahan bakar mnyak sebanyak dua kal pada bulan Maret dan Oktober 2005 akbat adanya kenakan harga bahan bakar mnyak mentah duna. Namun demkan, fluktuas harga pangan d tahun-tahun selanjutnya cenderung kan stabl dan lebh rendah dar tahun-tahun sebelumnya, yang dtunjukkan oleh nla CV (Coefisien Variasi). Harga komodtas pangan secara rl tahun 2008 relatf lebh tngg dar tahun 2007 dan 2006 terutama terjad sektar har-har besar keagamaan pada bulan Oktober sampa Desember, kecual untuk komodtas gula pasr yang kenakannya relatf kecl dan cenderung stabl. Namun demkan, kenakan harga komodtas pangan tersebut mash lebh stabl jka dbandngkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal n tampak dar nla CV untuk komodtas: jagung 12,7 persen, 39

50 mnyak goreng 22,6 persen, dagng sap 6,4 persen, dagng ayam 13,8 persen, telur ayam ras 12,7 persen, dan gula pasr 0,7-0,9 persen, sepert tertera dalam Tabel 3.5. Tabel 3.5. Perbandngan Rata-Rata Medan dan Coefsen Varas Harga Bahan Pangan Pokok-Strategs Bulan Januar Desember Tahun Komoditas Rerata CV Rerata CV Rerata CV Rerata CV (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % (Rp/Kg) % Beras IR I , , , ,2 Beras IR II , , , ,7 Beras IR III na na na na ,5 na na Jagung Pplan , , , ,7 Kedela -Lokal , , , ,5 Kedela -Impor , , , ,4 Gula Pasr -SHS -1 Lokal , , , ,7 Gula Pasr -Import , , , ,9 Kacang Tanah , , , ,2 Mnyak Goreng , , , ,6 Cabe Merah Basa , , , ,2 Cabe Merah Kertng , , , ,4 Bawang Merah , , , ,2 Dagng Sap , , , ,4 Dagng Ayam , , , ,8 Telur Ayam Ras , , , ,7 Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP) Perkembangan harga pangan pada tahun 2008 dan 2009 relatf stabl. Sampa dengan bulan Agustus 2009, rata-rata harga sebagan besar komodtas pangan cenderung nak dar bulan yang sama pada tahun sebelumnya, kecual untuk komodtas beras IR I yang turun 0,34 persen, kedela mpor turun 1,60 persen, tergu segtga bru turun 0,06 persen, kacang tanah turun 21,25 persen, cabe merah basa dan kertng yang turun 17,55 dan 26,40 persen, serta bawang merah turun 40 40

51 8,62 persen, sepert yang tercantum pada Tabel 3.6. Penngkatan sebagan besar harga komodtas pokok strategs tersebut dperkrakan terjad selama bulan Ramadhan dan menjelang Har Raya Besar Keagamaan (HBKN) Idul Ftr. Tabel 3.6. Perbandngan Rata-Rata Medan dan Persentase Kenakan Harga Pangan Pokok Strategs Bulan Januar-Agustus Tahun Komoditas Harga Rata-rata (Rp/kg) Perubahan harga (%) Beras IR I ,34 Beras IR II ,33 Beras IR III ,93 Jagung Pplan ,71 Kedela -Lokal ,08 Kedela -Impor ,60 Gula Pasr -SHS -1 Lokal ,07 Gula Pasr - Import ,01 Tergu -Segtga Bru ,06 Kacang Tanah ,25 Mnyak Goreng ,62 Cabe Merah Basa ,55 Cabe Merah Kertng ,40 Bawang Merah ,62 Dagng Sap ,32 Dagng Ayam ,73 Telur Ayam Ras ,03 Sumber: Kementerian Perdagangan (Diolah BKP) 3.3. Cadangan Pangan Cadangan pangan merupakan salah satu sumber pasokan untuk mengs kesenjangan antara produks dan kebutuhan dalam neger atau daerah. Stabltas pasokan pangan dapat djaga dengan pengelolaan cadangan pangan yang tepat

52 Cadangan pangan daerah khususnya cadangan pangan pemerntah desa yang dlaksanakan beberapa provns dan kabupaten/ kota, ddasarkan pada Peraturan Menter Dalam Neger Nomor 30 Tahun 2008, Instruks Gubernur, dan Instruks Bupat/Walkota. Melalu APBD I dan APBD II, beberapa Pemerntah Daerah telah menyelenggarakan cadangan pangan pemerntah daerah dan pemberdayaan lumbung pangan masyarakat dalam rangka penanggulangan kerawanan pangan, pemenuhan pangan pada saat paceklk, dan pengendalan gejolak harga. Provns Jawa Tengah, melalu Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur/Bupat/Walkota telah dbentuk lembaga pengelola cadangan pangan dalam bentuk BUMD atau Unt Pelaksana Tekns (UPT) dalam struktur Badan/Instans Ketahanan Pangan. Beberapa daerah lannya juga sedang memproses pembentukannya. Untuk pemberdayaan lumbung pangan masyarakat, Pemerntah provns dan kabupaten/kota telah memanfaatkan Dana Alokas Khusus (DAK) untuk membangun atau merehabltas fsk lumbung serta dana APBD I dan APBD II untuk mengs lumbung. Sementara tu, selama tahun , Badan Ketahanan Pangan (BKP) dengan dana APBN telah mengalokaskan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pemberdayaan kelompok lumbung pangan senla Rp 29,381 mlyar yang tersebar d 170 kabupaten pada 26 provns. Anggaran DAK yang dalokaskan per kabupaten untuk pembangunan fsk lumbung jumlahnya beragam, yatu dar Rp 30 juta hngga Rp 1,0 mlyar, dengan dukungan dana pendampng dar APBD II senla Rp 20 juta juta. Kabupaten Solok-Sumatera Barat mengalokaskan Rp 30 juta, Cams-Jawa Barat Rp1 mlyar, Pamekasan-Jawa Tmur Rp 921 juta, dan Kota Metro-Lampung Rp 953 juta. Keragaman alokas anggaran tersebut dsebabkan oleh beragamnya kemampuan keuangan dan perhatan terhadap masalah ketahanan pangan dar masng-masng kabupaten

53 Provns Jawa Tmur, jumlah lumbung pangan yang sudah dbangun dan dkelola oleh masyarakat dengan dukungan APBN dan APBD ada sebanyak unt, dengan kapastas penympanan ratarata 20 ton per unt. Selan tu, melalu dukungan APBD juga telah dkembangkan cadangan pangan hdup d pekarangan untuk 72 kelompok senla Rp 720 juta. D beberapa provns lannya, yatu Nusa Tenggara Tmur, Sulawes Selatan, dan Gorontalo, cadangan pangan dkelola oleh masyarakat dalam bentuk beras, jagung, umbumban, sagu, dan ternak yang dpelhara d pekarangan atau kebun d sektar rumah. Penyelenggaraan cadangan pangan daerah melalu pengembangan lumbung pangan masyarakat mash terkendala oleh beberapa hal yatu: (a) penanganan cadangan pangan membutuhkan dana yang cukup besar untuk pembelan gabah atau bahan pangan lannya, penympanan, pengolahan, peralatan, dan dstrbus; (b) keberadaan lumbung pangan belum dapat dharapkan untuk mengelola cadangan pangan secara optmal, karena kemampuan permodalan yang sangat terbatas dan kapastas lumbung yang relatf kecl, sehngga hasl panen masyarakat tdak banyak yang dapat dtampung; (c) pengetahuan, skap, dan keteramplan pengurus lumbung pangan relatf mash rendah, khususnya dalam manajemen kelompok; dan (d) perhatan pemerntah daerah dalam pembnaan lumbung pangan belum memada Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan Hasl Surve Sosal Ekonom Nasonal (Susenas) yang dpublkaskan BPS menunjukkan perkembangan konsums energ dan proten pada perode sepert tertera dalam Tabel 3.7 berkut. 43

54 Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsums Energ dan Proten Tahun Uraian 1. Energ -kkal/kap/har 2. Proten -gram/kap/har Perkembangan Konsumsi Per Kapita Per Hari Pertumb. (%) ,54 54,65 55,27 53,66 57,65 57,43 54,35-0,02 Sumber: Susenas 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP) Konsums energ dan proten perode cenderung turun dengan penurunan rata-rata untuk energ 0,54 persen per tahun dan proten 0,02 persen per tahun. Konss n dsebabkan adanya penurunan konsums energ dan proten pada tahun 2009 yang cukup sgnfkan. Pada tahun 2009 konsums energ sebesar kkal/kapta/har atau turun 111 kkal/kapta/har dbandngkan dengan konsums energ tahun 2008 sebesar kkal/kapta/har. Demkan pula dengan konsums proten tahun 2009 sebesar 54,35 gram/kapta/ har yang turun secara sgnfkan sebesar 5,36 persen atau 3,08 gram/kapta/har dbandngkan dengan konsums proten d tahun 2008 sebesar 57,43 gram/kapta/har. Konsums energ yang dcapa tersebut, 73 kkal/kapta/har lebh rendah dar angka kecukupan yang danjurkan WNPG VIII tahun 2004, yatu kkal/kapta/har. Sedangkan angka konsums proten mash lebh tngg dar angka kecukupan yang danjurkan WNPG VIII tahun 2004, yatu proten 52 gram/kapta/har. Dar seg kualtas/keragaman yang dtunjukkan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH), skor mutu konsums pangan penduduk perode menunjukkan adanya fluktuas. Hal n dtunjukkan adanya penurunan Skor PPH dar 81,9 pada tahun 2008 menjad 75,7 pada tahun Konds tersebut dsebabkan adanya penurunan konsums sebagan besar komodtas terutama buah/bj 44 44

55 Kebijakan Umum Ketahanan Pangan bermnyak serta sayur dan Kebijakan buah. Umum Ketahanan Penurunan Pangan mutu konsums pangan bermnyak serta sayur dan buah. Penurunan mutu konsums pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan penduduk menunjukan kurangnya kesadaran masyarakat akan pangan yang beragam, bergz sembang, dan aman. Kurangnya kesadaran yang beragam, bermnyak bergz serta sayur sembang, dan buah. Penurunan dan aman. mutu konsums Kurangnya pangan kesadaran masyarakat penduduk akan menunjukan pangan beragam kurangnya kesadaran tersebut masyarakat juga dtunjukkan akan pangan oleh pola masyarakat akan pangan beragam tersebut juga dtunjukkan oleh pola konsums yang energ beragam, kelompok bergz sembang, pangan dan aman. masyarakat Kurangnya terhadap kesadaran Angka konsums energ kelompok pangan masyarakat terhadap Angka Kecukupan masyarakat Energ akan (AKE) pangan beragam yang tersebut mash juga ddomnas dtunjukkan kelompok oleh pola padpadan 61,8 konsums Kecukupan Energ persen energ (AKE) dmana kelompok yang mash pangan mash lebh masyarakat ddomnas besar 11,8terhadap kelompok persen Angka padpadan 61,8 dar propors deal sebesar Kecukupan persen 50 persen. Energ dmana (AKE) mash Sementara yang lebh mash besar tu, konsums ddomnas 11,8kelompok persen dar pangan yang padpadan 61,8 50 persen. dmana Sementara mash lebh tu, besar konsums 11,8 persen pangan dar propors yang lannya propors lannya deal sebesar mash belum memenuh komposs deal yang danjurkan, sepert pada mash belum deal sebesar memenuh 50 persen. komposs Sementara tu, deal konsums yang pangan danjurkan, yang lannya sepert pada Tabel 3.8. Tabel 3.8. mash belum memenuh komposs deal yang danjurkan, sepert pada Tabel 3.8. Tabel Rata-rata 3.8. Konsums Kelompok Pangan Rumah Tangga Tabel 3.8. Rata-rata Tahun 2005 Konsums 2009 Kelompok Pangan Rumah Tangga Tabel Tahun 3.8. Rata-rata 2005 Konsums 2009 Kelompok Pangan Rumah Tangga Tahun Th Th Th Anjuran Kelompok Th Th Th Anjuran Kelompok Pangan % Gram Energ Th AKG Gram Energ Th % AKG Gram Th Energ % Anjuran AKG Gram Energi % Pangan Kelompok % Gram AKG Padpadan Pad- 320, ,0 Pangan Energ Gram Energ AKG % Gram 320, ,0 61,8 AKG 326,0 Gram Energ % 1.283,0 Energ AKG % AKG 64,1 Gram Gram 314,4 Energ Energ % % 1.235,8 AKG Gram AKG 61,8 Energi Gram % Energi % AKG 275AKG Padpadapadan 60,0 73,0 3,6 51,8 62,0 3,1 40,2 47,7 2, Umbumban Umb- Umb- 60,0 60,0 73,0 73,0 3,6 3,651,8 51,8 62,0 3,1 3,1 40,2 40,2 47,7 47,7 2, , , ,0 61,8 61,8 326,0 326, , ,0 64,1 64,1 314,4 314, , ,8 61, , umban Pangan umban Pangan 88,0 139,0 6,8 89,6 156,0 7,8 84,8 148,0 7, hewan Pangan 88,0 139,0 88,0 139,0 6,8 6,889,6 89,6 156,0 7,8 7,8 84,8 84,8148,0 148,0 7, , hewan Mnyak hewan Mnyak 22,0 199,0 9,9 22,8 204,0 10,2 21,8 195,1 9, dan lemak Mnyak dan 22,0 lemak 199,0 22,0 199,0 9,9 9,922,8 22,8 204,0 10,2 10,2 21,8 21,8195,1 195,1 9,8 20 9, dan Buah/bj lemak Buah/bj Buah/bj 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1, bermnyak 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1, bermnyak 9,0 51,0 2,5 7,6 42,0 2,1 6,8 37,3 1, bermnyak Kacangkacangan 25,0 67,0 3,4 24,3 62,0 3,1 22,4 57,5 2, Kacangkacangan 25,0 67,0 3,4 24,3 62,0 3,1 22,4 57,5 2, Kacangkacangan Gula Gula 27,0 27,0 99,0 99,0 4,9 4,925,8 25,8 94,0 4,7 4,7 23,8 23,8 87,0 87,0 4,4 30 4, ,0 67,0 3,4 24,3 3,1 22,4 57,5 2, Gula Sayur dan Sayur 27,0dan 99,0 4,9 25,8 94,0 4,7 23,8 87,0 4, ,0 226,0 93,0 93,0 4,6 4,6 241,9 241,9 100,0 5,0 5,0 199,5 199,5 84,0 84,0 4, , Sayur buah dan buah 226,0 93,0 4,6 241,9 100,0 5,0 199,5 84,0 4, buah Lan-lan Lan-lan 49,0 49,0 35,0 35,0 2,3 2,351,8 51,8 36,0 1,8 1,8 53,6 53,6 35,1 35,1 1,8 1, Lan-lan Total Total 49,0 35,0 1997,0 1997,0 2,3 99,8 99,851,8 2038,0 36,0 101,9 1,8 53,6 101,9 1927,0 35,1 1927,0 96,4 1,8 96, Total Skor Skor 1997,0 79,2 99,8 2038,0 81,9 101,9 75,7 1927,0 96, PPH Skor 79,2 81,9 75,7 100 PPH 79,2 81,9 75,7 100 PPH Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP) Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP) Sumber : Susenas 2005, 2008, dan 2009, BPS; (Diolah BKP)

56 Walaupun kelompok pad-padan mash mendomnas konsums pangan masyarakat, namun tngkat konsums pad-padan tersebut cenderung semakn turun setap tahunnya. Pada perode tahun 2005 hngga 2009 penurunan tersebut sebesar 0,45 persen, yang terdr dar penurunan konsums beras 0,67 persen per tahun dan jagung 5,96 persen per tahun (Tabel 3.9). Namun demkan, hal n perlu dwaspada karena ternyata penurunan konsums pangan beras dan jagung beralh ke konsums tergu yang cenderung semakn menngkat secara sgnfkan sebesar 6,63 persen per tahun. Perubahan konsums pangan per kapta menurut kelompok pangan selan pad-padan pada perode sepert yang tertera pada Tabel 3.9, adalah sebaga berkut : 1. Umb-umban turun 8,86 persen per tahun, yatu dar 21,9 kg/kapta/tahun pada tahun 2005 menjad 14,7 kg/kapta/tahun pada tahun 2009 karena adanya penurunan yang sgnfkan pada konsums ub jalar sebesar 11,04 persen per tahun dan sngkong sebesar 9,68 persen per tahun. 2. Pangan hewan turun 0,64 persen per tahun karena adanya penurunan konsums dagng rumnansa sebesar 1,94 persen dan kan 2,00 persen per tahun. 3. Mnyak dan lemak turun 0,88 persen per tahun dar 8,2 kg/kapta/tahun pada tahun 2005 menjad 7,9 kg/kapta/tahun pada tahun Hal n dsebabkan karena adanya penurunan yang cukup sgnfkan pada konsums mnyak kelapa dan mnyak lannya secara berturut-turut 20,35 persen dan 12,50 persen per tahun. 4. Kacang-kacangan turun 2,81 persen per tahun karena konsums kacang hjau yang turun secara sgnfkan sebesar 11,31 persen per tahun, kacang tanah turun 4,29 persen per tahun, dan kedela turun 1,73 persen per tahun

57 5. Gula turun 2,91 persen per tahun. 6. Sayuran dan buah turun 1,98 persen per tahun karena konsums sayur turun 0,11 persen dan buah turun 3,76 persen per tahun. 7. Konsums pangan lannya yang terdr dar mnuman dan bumbu-bumbuan cenderung menngkat 2,93 persen per tahun karena konsums mnuman yang nak 4,45 persen per tahun, walaupun terdapat penurunan konsums bumbu-bumbuan 3,63 persen per tahun. 47

58 Tabel 3.9. Konsums Penduduk Indonesa dan Selsh Aktual Terhadap Berbaga Kelompok Makanan Tahun Kelompok Bahan Pangan Konsumsi (kg/kap/tahun) Pertumbuhan (%) I. Padi-padian ,3 115, ,8-0,45 a. Beras 105, ,9 102,2-0,67 b. Jagung 3,3 3 4,2 2,9 2,21-5,96 c. Tergu 8,4 8,2 11,3 11,2 10,3 6,63 II. Umbi-umbian 21,9 18,5 19,4 18,9 14,7-8,86 a. Sngkong 15 12,6 13,5 13 9,6-9,68 b. Ub jalar 4 3,2 2,5 2,8 2,4-11,04 c. Kentang 1,7 1,7 2,1 2 1,7 0,94 d. Sagu 0,5 0,5 0,8 0,5 0,4 0,63 e. Umb lannya 0,6 0,6 0,5 0,6 0,6 0,83 III. Pangan Hewani 32 29,9 33,1 32,7 30,9-0,64 a. Dagng rumnansa 1,8 1,5 1,8 1,6 1,6-1,94 b. Dagng unggas 4,1 3,3 4,4 4,2 3,9 0,53 c. Telur 6,1 5,8 6,8 6,4 6,4 1,61 d. Susu 1,4 1,5 2,2 2,1 1,9 9,94 e. Ikan 18,6 17,8 17,9 18,4 17,1-2,00 IV. Minyak dan Lemak 8,2 8,1 8,4 8,3 7,9-0,88 a. Mnyak kelapa 3,3 3,1 2,3 1,8 1,3-20,35 b. Mnyak sawt 4,8 4,8 5,9 6,4 6,6 8,63 c. Mnyak lannya 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1-12,50 V. Buah/biji berminyak 3,4 3 3,2 2,8 2,5-7,08 a. Kelapa 3 2,6 2,8 2,4 2,2-7,07 b. Kemr 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3-6,25 VI. Kacang-kacangan 9,3 9,4 10,1 8,9 8,2-2,81 a. Kedela 7,8 8,3 8,6 7,7 7,2-1,73 b. Kacang tanah 0,7 0,5 0,7 0,5 0,5-4,29 c. Kacang hjau 0,7 0,5 0,6 0,5 0,4-11,31 d. Kacang lan 0,2 0,1 0,2 0,2 0,2 12,50 VII. Gula 9,9 8,9 9,7 9,4 8,7-2,91 a. Gula pasr 8,9 8 8,6 8,4 7,9-2,72 b. Gula merah 1 0,8 1,1 1 0,8-2,

59 Kelompok Bahan Pangan Konsumsi (kg/kap/tahun) Pertumbuhan (%) VIII. Sayuran dan buah 82,5 74,7 91,9 88,3 72,8-1,98 a. Sayur 50,8 51,1 57,8 56,3 49,8-0,11 b. Buah 31,7 23,6 34, ,1-3,76 IX. Lain-lain na na 18,5 18,9 19,6 2,93 a. Mnuman na na 14,3 14,8 15,6 4,45 b. Bumbu-bumbuan na na 4,2 4,1 3,9-3,63 Sumber : Susenas 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009, BPS (Diolah BKP) 3.5. Keamanan Pangan Stuas keamanan pangan d Indonesa selama lma tahun terakhr, yatu sejak tahun 2005 hngga pertengahan tahun 2009 mash ddomnas oleh dua hal, yatu: (a) keberadaan resdu pestsda pada berbaga jens hasl pertanan, terutama pada sayur, buah, dan pangan segar; dan (b) perlaku produsen makanan jajanan yang menggunakan zat pengawet, zat pewarna, dan zat pemans buatan yang tdak sesua ketentuan. Kedua hal tersebut dapat menmbulkan keracunan pada makanan, bahkan dapat menjad salah satu penyebab Penyakt Bawaan Makanan/PBM (food borne diseases) bag konsumen. Hal n dsebabkan adanya cemaran racun kma atau toxn, logam berat, dan bahan kma lannya, serta cemaran mkroba dar bakter, jamur, parast, dan vrus. Kasus keracunan pada bahan pangan segar d berbaga jens buah dan sayur, terutama dsebabkan oleh resdu pestsda yang dgunakan untuk pemberantasan hama dan penyakt yang mash tertnggal melebh ambang batas yang dtetapkan untuk kesehatan manusa. Cemaran oleh mkroba dsebabkan karena rendahnya konds higienis dan sanitasi, sedangkan cemaran kma karena konds lngkungan yang tercemar lmbah ndustr, penyalahgunaan bahan berbahaya yang dlarang untuk pangan sepert formalin, rhodamin B, 49 49

60 boraks, dan methanil yellow, serta penggunaan Bahan Tambahan Pengawet (BTP) dan pemans yang melebh batas maksmal yang djnkan. Menurut Kementeran Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), secara umum dalam beberapa tahun terakhr, kejadan keracunan makanan menngkat sangat sgnfkan. Pada perode , jumlah kasus keracunan menngkat dar 72 kasus pada tahun 2001 menjad 153 kasus pada tahun 2006, 179 kasus pada tahun 2007, dan 197 kasus pada tahun Penngkatan kasus tersebut dkut juga dengan jumlah orang yang terkena sakt dar orang pada tahun 2001 menjad orang pada tahun Demkan juga jumlah yang mennggal semakn menngkat dar 40 orang atau 0,47 persen pada tahun 2006 menjad 54 orang atau 0,72 persen pada tahun 2007, dan menjad 79 orang atau 0,88 persen pada tahun 2008 sepert tertera dalam Tabel 3.10 berkut. Tabel Perkembangan Kejadan Luar Basa Keracunan Pangan Tahun Tahun Jumlah Kejadan (Kasus) Jumlah Sakt (Orang) Jumlah Mennggal (Orang) (%) * ,78 0,28 0,65 0,52 0,55 0,47 0,72 0,88 0,53 Sumber: Badan POM *Tahun 2009: angka sementara sampai bulan Juni 2009 (Diolah BKP) 50 50

61 Sampa dengan bulan Jun 2009, jumlah kejadan yang telah tercatat sebanyak 43 kasus, dengan jumlah orang yang sakt sebanyak orang dan mennggal sebanyak 6 orang atau 0,53 persen dar jumlah orang yang sakt. Jumlah kasus dan penderta dperkrakan akan bertambah sampa dengan akhr tahun 2009, namun dharapkan tdak melebh jumlah kasus yang terjad pada tahun-tahun sebelumnya karena sudah semakn membaknya pemahaman masyarakat terhadap makanan, zat kma, dan produk pangan segar yang tdak aman untuk dkonsums serta penyebab keracunan lannya akbat menngkatnya kegatan promos dan publkas yang dlakukan oleh Badan POM, Kementeran Kesehatan, dan nstans terkat lannya, termasuk Badan Ketahanan Pangan- Kementeran Pertanan Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan masyarakat sangat terpaut dengan konds ketahanan pangan. Semakn bak tngkat kesejahteraan masyarakat, maka semakn bak pula tngkat ketahanan pangan keluarga. Untuk melhat konds ketahanan pangan masyarakat dlakukan penlaan terhadap konds kesejahteraan masyarakat yang dtnjau dar beberapa aspek berkut: Kemiskinan Dalam upaya menngkatkan pengentasan kemsknan, pemerntah secara bertahap selalu mempersapkan perencanaan dan mplementas program dan kegatan yang dlaksanakan, antara lan melalu pemberdayaan masyarakat serta revtalsas pertanan dan perdesaan. Melalu program/kegatan tersebut, jumlah penduduk mskn selama tahun 2005 hngga tahun 2009 telah berhasl dkurang secara sgnfkan dar perode sebelumnya.selama perode , jumlah penduduk mskn telah berkurang dar 38,40 juta jwa (18,20 persen) pada tahun 2002 menjad 36,80 juta jwa (16,69 persen) pada tahun Namun pada tahun 2006, jumlah penduduk mskn 51

62 menngkat cukup drasts yatu menjad 39,30 juta jwa (17,75 persen). Penngkatan jumlah dan persentase penduduk mskn tersebut terjad karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama perode tersebut menngkat yang dgambarkan oleh nflas umum sebesar 17,95 persen (BPS, 2009). Dengan demkan, penduduk yang tergolong tdak mskn namun penghaslannya berada d sektar gars kemsknan banyak yang bergeser possnya menjad mskn. Jumlah penduduk mskn terus mengalam penurunan dmana tahun 2009 menjad 32,53 juta jwa (14,15 persen) atau berkurang 6,77 juta orang dbandngkan tahun Jumlah penduduk mskn pada tahun 2009 tersebut bahkan lebh kecl dar jumlah penduduk mskn sebelum krss ekonom dan moneter tahun 1998 sebesar 34,01 juta jwa (17,47 persen). Turunnya jumlah penduduk mskn n juga dkut dengan turunnya jumlah pengangguran terbuka yang turun secara sgnfkan dar 10,85 juta jwa pada tahun 2005 menjad 7,87 juta jwa pada bulan Agustus 2009 (BPS, 2009), sepert tertera pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.3 berkut n. Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Penduduk Mskn dan Pengangguran Tahun Rincian 2002 a) 2003 b) 2004 c) Jumlah penduduk 212,6 215,3 216,4 219,3 d) 220,5 224,2 228,5 231,4 (juta jwa) Jumlah Penduduk Mskn 38,4 37,3 36,1 36,80 39,30 37,17 34,96 32,53 (juta jwa) Persentase Penduduk 18,20 17,3 16,7 16,69 e) 17,75 16,58 15,42 14,15 Mskn Jumlah Pengangguran terbuka (juta jwa) c) 9,13 9,53 9,67 10,85 10,93 10,01 9,43 7,87 f) Sumber: BPS -berbagai tahun. Keterangan: a) Berdasarkan Susenas 1999, menggunakan metode 1998 tanpa TimTim; b) BPS tahun 2003 berdasarkan P4B; BPS -2004; c) BPS -Rapat Dengar Pendapat Komisi XI DPR 24 Nopember 2004; d) Dit Gizi Masyarakat Depkes 2005; e) Berita Resmi Statistik September Press Release BPS 1 Desember 2006, tahun 2007 dari buletin Juli 2007 dan BPS 2008; f) Statistik Indonesia 2009, data Agustus 2009 (Diolah BKP) 52 52

63 Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan dan Perdesaan Tahun Sumber: BPS, 2004; 2005; 2006; 2007; 2008; 2009 (Diolah BKP) Gambar 3.3. menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di perdesaan dari tahun 1997 hingga tahun 2009 selalu lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di perkotaan. Pada tahun 2009, persentase penduduk miskin di perdesaan mencapai 17,35 persen yang lebih besar dari di perkotaan yaitu sebesar 10,72 persen. Persentase penduduk miskin tersebut masih lebih kecil daripada persentase penduduk miskin tahun 2005 yaitu sebesar 19,98 persen di perdesaan dan 11,68 persen di perkotaan. Tingginya persentase penduduk miskin di perdesaan dapat disebabkan oleh: (a) adanya perbedaan tingkat pendidikan penduduk perdesaan yang cenderung lebih rendah dari penduduk di perkotaan; (b) sebagian besar mata pencaharian penduduk perdesaan adalah buruh tani atau mengelola lahan dengan luasan lahan yang sangat kecil, dan (c) terbatasnya fasilitas, sarana dan prasana transportasi, komunikasi dan kesehatan. 53

64 Akses Pangan Aksesbltas atau keterjangkauan pangan oleh masyarakat dpengaruh oleh berbaga hal, antara lan: harga pangan, tngkat pendapatan atau daya bel, kestablan keamanan sosal, anomal klm, bencana alam, jarak lokas dan topograf wlayah, keberadaan sarana dan prasarana transportas, konds jalan perhubungan, dan lannya. Permasalahan akses pangan secara fsk mash dsebabkan oleh kurang memadanya konds sarana dan prasarana (nfrastruktur) d Indonesa. Fasltas prasana jalan, pelabuhan, dan sarana angkutan yang kurang memada menyebabkan baya dstrbus dar sentra produks ke sentra konsums menjad mahal, terutama untuk daerahdaerah d luar Jawa dan daerah-daerah terpencl lannya. Kurang memadanya sarana dan prasarana tersebut telah mengakbatkan daerah-daerah tertentu menjad sangat tersolr dan masyarakat menjad sangat kesultan dalam mengakses pangan. Sarana dstrbus pangan sepert fasltas-fasltas pasar umum, sarana penympanan dan pengolahan hasl pertanan, bak yang dkelola oleh pemerntah maupun swasta, juga belum berkembang dan mash terbatas jumlahnya. Kurang berkembangnya sarana dstrbus pangan tersebut dapat mempersult masyarakat perdesaan untuk melakukan fungs penympanan dan pengolahan, sehngga petan tdak dapat memperoleh nla tambah dan poss tawar yang tngg. D sampng sarana prasana transportas dan dstrbus pangan, kelembagaan pemasaran d perdesaan juga mash lemah. Selan tu, sarana pasar secara fsk juga kurang terseda. Terkadang beberapa desa yang terpencl hanya memlk satu pasar yang berada dekat dengan kota. Dengan kurangnya sarana pasar secara fsk dserta dengan kelembagaan pemasaran perdesaan yang kurang memada menyebabkan pemasaran produk-produk pangan d Indonesa harus melalu pedagang perantara yang ada d berbaga tngkatan mula dar desa, kecamatan, kabupaten sampa dengan provns. Hal n 54 54

65 menyebabkan mata rantai pemasaran menjadi sangat panjang dan tingginya biaya pemasaran, rendahnya margin pemasaran di tingkat petani, dan tingginya harga pangan yang harus dibayar oleh konsumen akhir. Peraturan perundangan yang tersedia juga masih belum dapat mendukung kelancaran arus distribusi pangan. Berbagai pungutan seperti retribusi dan pungutan jembatan timbang telah mengakibatkan meningkatnya biaya distribusi pangan. Selain permasalahanpermasalahan tersebut di atas, permasalahan distribusi pangan lainnya yang dihadapi oleh Indonesia antara lain: (a) terbatasnya kemampuan daerah dan masyarakat dalam mengelola cadangan pangan; (b) rendahnya efisiensi dan efektivitas sistem perdagangan antar daerah dan antar pulau baik transportasi darat maupun laut; (c) perdagangan komoditas pangan strategis di pasar internasional yang tidak adil; dan (d) struktur pasar nasional yang asimetris. Tinjauan aspek ekonomi mengenai akses penduduk terhadap pangan diukur dari pendapatan yang digunakan untuk pembelian pangan khususnya beras, dan persentase pengeluaran penduduk untuk pangan pada setiap tingkat pendapatan (Gambar 3.4). Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapita sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan Tahun

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010 . PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERNTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menmbang Mengngat

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PACITAN PEMERNTAH KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN PERATURANjDAERAH- KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN NOMOR 1 TAHUN 1934 - = TENTANG ; POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TNGKAT PACTAN TAHUN 1994/1995-1998/1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAAN TUGAS, FUNGS DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG BAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang: a. bahwa dengan bcrlakunya

Lebih terperinci

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA . MENTER KOORD[NATOR BlDANG POLTlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLK NDONESA PERATURAN MENTER KOORDNATOR BDANG POLTK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER-07 MENKO/POLHUKAM/1212011 TEN-TANG ORGANSAS DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN ; PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALTAS AR DAN PENGENDALAN PENCEMARAN AR! D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014 LAKIN Laporan Knerja BPS Provns Maluku Tahun 2014 Jl. WolterMongnsd-Passo, Ambon 97232 Telep. (0911) 361329, Fax. (0911) 361319 E-mal : maluku@bps.go.d Kata Pengantar Akuntabltas knerja BPS Provns Maluku

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN BUPAT PACTAN s PERATURAN BUPAT PACTAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAAN TUGAS. FUNGS DAN TATA KERJA DNAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN PACTAN > DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA \ BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan lmu pengetahuan dan teknolog dalam bdang ndustr d Indonesa berkembang dengan pesat, sehngga menghaslkan mesn dan alat-alat canggh yang berguna sebaga alat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 BUPATI PACITAN

I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 BUPATI PACITAN BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACTAN TAHUN 2013 BUPAT PACTAN Menmbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 26

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 3g TAHUN 2012 TENTANO PENTELENGGARAAN PENDDKAN NKLUSF D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang a. bahwa peseta ddk yang memlk

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN BUPAT PACTAN! PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERAN PENGURANGAN, KERNGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRBUS PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menlmbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BUPAT1 B W UASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu kambng merupakan suatu produk yang memlk nla manfaat tngg bag kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu merupakan sumber gz yang palng lengkap sekalgus palng

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-7 Istqlalyah Muflkhat 2 Aprl 2013 Page 1 Fakta d USA Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah (th)

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN \. J 1 1! BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MNMAL BDANG PENDDKAN D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA j BUPAT PACTAN 'j Menmbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

LAPORAN KKN SISDAMAS Kelompok 114 PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK DAN BARANG BEKAS MENJADI KERAJINAN YANG BERNILAI DAN BERDAYA JUAL DI DESA BONGAS KULON

LAPORAN KKN SISDAMAS Kelompok 114 PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK DAN BARANG BEKAS MENJADI KERAJINAN YANG BERNILAI DAN BERDAYA JUAL DI DESA BONGAS KULON LAPORAN KKN SISDAMAS Kelompok 114 PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK DAN BARANG BEKAS MENJADI KERAJINAN YANG BERNILAI DAN BERDAYA JUAL DI DESA BONGAS KULON Edtor : Dra. Hj. St Sumjat, M.S. Penuls : Dndn Ahmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Laporan n Dsusun Guna Sebaga Pertanggungjawaban Pelaksanaan Praktk Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademk 2014/2015 Lokas PPL Nama Sekolah : SMA N 2

Lebih terperinci

Semoga bermanfaat. Kepala Badan Ketahanan Pangan ACHMAD SURYANA

Semoga bermanfaat. Kepala Badan Ketahanan Pangan ACHMAD SURYANA KATA PENGANTAR Dversfkas pangan merupakan salah satu cara adaptas yang efektf untuk mengurang resko produks akbat perubahan klm dan kondusf dalam mendukung perkembangan ndustr pengolahan pangan berbass

Lebih terperinci

VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030

VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030 VlSl PERTANAN NDONESA 2030 ROEDHY POERWANTO, SKANDAR LUBlS da.n ED SANTOSO Departemen Agronom dan Hortkultura Fakultas Pertanan - PB Pendahuluan Menurut Yayasan lndonesa Forum (2007), Vs lndonesa tahun

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017 LAPORAN PENGUKURAN NDEK PENERAPAN NLA BUDAYA KERJA (PNBK) TAHUN 2017 KEMENTERAN PERTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANAN BALA BESAR PELATHAN PERTANAN KETNDAN MALANG - JAWA 2017 TMUR KATA

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 3^ TAHUN 2012 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, ' Menmbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pan(LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskletal akbat kerja palng serng dtemukan.nyer juga bsa menjalar kedaerah lan sepert punggung bagan atas dan pangkal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA

MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 051 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN PEDOMAN lzln USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFLIEL)

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri 3 A S KEMENTERAN PERHUBUNGAN DREKTQRAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA * t % 3 PERATURAN DREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: SKEP/317 /V / 2 0 1 1 TENTANG : TARGET NDKATOR KNERJA UTAMA (KU) Dl LNGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA! PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN ; NOMOR 8 TAHUN 200 ; TENTANG SUSUNAN ORGANSAS DAN TATA KERJA! PEMERNTAH DESA t DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA. BUPAT PACTAN ESA Menmbang : a,

Lebih terperinci

BUEAn PACriAN TENTANG GERAKAN MENANAM BIBIT KAYU-KAYUAN UNTUK PESERTA DIDIK BARU PADA PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN PACITAN

BUEAn PACriAN TENTANG GERAKAN MENANAM BIBIT KAYU-KAYUAN UNTUK PESERTA DIDIK BARU PADA PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN PACITAN BUEAn PACrAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR G TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN MENANAM BBT KAYU-KAYUAN UNTUK PESERTA DDK BARU PADA PENDDKAN DASAR D KABUPATEN PACTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah RINGKASAN OPTIMALISASI PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN GROUP RESUME DAN CONCEPT MAP DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN EKONOMI Oleh: Endang Mulyan Daru Wahyun Peneltan n bertujuan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah dpandang sebaga suatu upaya penguatan Persatuan dan Kesatuan Nasonal, sehngga program mplementas kebjakan

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i Mcnmbang Mengngat Menetapkan PERATURAN NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER I HASIL HUTAN KAYU (luiphhk ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI 1 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI Shanmada Smanjuntak 1), Dr.Hj. Farda Kohar, MP ), St Syuhada, S.Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menentukan arah kebijakan Pembangunan Dinas Perhubungan,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menentukan arah kebijakan Pembangunan Dinas Perhubungan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk menentukan arah kebjakan Pembangunan Dnas Perhubungan, Komunkas dan Informatka Kabupaten Breuen 2013 2017 yang harus sejalan dengan RPJMD Kabupaten Breuen, maka

Lebih terperinci

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA

MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA PENDAHULUAN Dr. MOHAMMAD ABDUL MUKHI, SE., MM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 27/03/20 27/03/20 2 27/03/20 3 Ekonom Makro : Mempelajar mekansme bekerjanya perekonoman secara keseluruhan

Lebih terperinci

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT NOMOR: 13 TAHUN2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analss Regres Berganda Analss regres adalah suatu analss statstk yang memanfaatkan hubungan antara dua varable atau lebh (Soejoet, 1986). Tujuan dar anals regres yatu untuk

Lebih terperinci

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1 THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE Mnggu-11 Page 1 Page 2 Page 3 Page 4 Fakta d USA 1950 2001 2010 Angka pernkahan per 1000 penduduk Angka perceraan per 1000 penduduk Umur medan lak-lak pertama menkah

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

NOMOFT io renurt 2P1l

NOMOFT io renurt 2P1l BUPAT KATNGAN PERATURAN BUPAT KATNGAN ') NOMOFT o renurt 2P1l TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN NFRASTRUKTUR DAERAH (DPPD) TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN R*HTUNT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 11 TAHUN 2013 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB DAN PILIHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA BAUBAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD.

Oleh : Selvia Mamahit 2. Kata Kunci : Peranan, BPD, Fungsi Pengawasan, ADD. PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN PADA PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (Stud D Desa Lobu Dua Kecamatan Touluaan Kabupaten Mnahasa Tenggara) 1 Oleh : Selva Mamaht 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak

PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI. Oleh Saepudin Abstrak PENGARUH LINGKUNGAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI Oleh Saepudn 82351112034 Abstrak Masalah utama peneltan n adalah Pengaruh Lngkungan dan Kepuasan Kerja terhadap Knerja Guru Penddkan

Lebih terperinci