BAB I PENDAHULUAN. menghadapi era globalisasi. Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 selanjutnya direvisi

Transkripsi

1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah dalam menghadapi era globalisasi. Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 selanjutnya direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah telah memberikan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan daerah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Pemerintah Daerah 2004). Hal ini mengisyaratkan bahwa setiap pembangunan dititikberatkan pada daerah otonom itu sendiri, dengan demikian setiap daerah berupaya menggali segala potensi sumberdaya yang dimiliki agar dapat dikembangkan secara optimal guna mendukung pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat lokal. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang berpotensi menciptakan pertumbuhan yang progresif di negara berkembang khususnya Indonesia. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya, bentang alam yang indah, berada dekat pasar pertumbuhan Asia, penduduk potensial dan tenaga kerja baik kuantitas maupun kualitas (Faulkner, 1996 dalam Anonim, 2013). Untuk itu, pengembangan pariwisata diharapkan mampu mendongkrak perekonomian baik pada tingkat nasional maupun daerah. Pariwisata memiliki ketergantungan (interdepedenceship) dan saling berhubungan (interrelationship) dengan lingkungan baik abiotik yaitu berupa 1

2 kualitas alamiahnya maupun culture berupa sosial budaya. Dalam pengembangan pariwisata penting mempertimbangkan kedua aspek lingkungan tersebut karena pada umumnya tempat wisata menjual potensi pemandangan alam maupun cara hidup masyarakat setempat. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya harus dilakukan dengan arif dan bijaksana dan tetap mempertimbangkan keseimbangan nilai ekologi dan ekonomi (ecology economic balance) sehingga dapat berkelanjutan. Adanya pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam menunjang pembangunan memiliki ketergantungan (interdepedenceship) dan hubungan (interrelationship) terhadap sumberdaya yang efektif dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, maka dapat diketahui bahwa kesejahteraan ekonomi tidak akan tercapai tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan hidup dalam setiap perencanaan. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang paling diunggulkan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sektor ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah serta menunjang kesejahteraan masyarakat demi kelanjutan pembangunan, untuk itu perlu dijaga kelestarian potensi wisata yang ada. Pariwisata dengan objek alam memiliki karakteristik dan potensi wisata yang unik untuk dikembangkan dan terdistribusi di 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota di DIY. Salah satu objek wisata yang sedang berkembang saat ini adalah Wisata Alam Goa Pindul yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunumgkidul. Objek wisata alam ini memiliki sumber daya alam berupa goa dengan karakteristik yang unik dan indah. Daya tarik yang dapat dijual adalah keindahan ornamen goa dan keberadaan sungai bawah tanah. Ornamen goa 2

3 ini terbentuk pada zaman Tersier maupun Kwarter. Proses pembentukannya berasal dari pelarutan batuan karbonat dan memerlukan rentang waktu yang relatif cukup panjang sehingga menghasilkan formasi batuan yang unik dan indah. Goa memiliki keindahan alam yang belum banyak dikenal oleh manusia. Selain itu, goa merupakan tempat tinggal bagi manusia di zaman Pra-Sejarah dan dapat merekam kehidupan nenek moyang kita. Informasi tambahan tersebut dapat memberikan kesan khusus bagi para pengunjung sehingga menjadikan daerah ini sebagai salah satu tujuan Wisata Alam di Kabupaten Gunungkidul-Yogyakarta. Kegiatan wisata alam di Goa Pindul saat ini terus mengalami pengembangan yang signifikan. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisata. Secara rinci jumlah arus kunjungan wisatawan periode September 2011 sampai dengan periode Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1 Gambar 1.1 Data Jumlah Wisatawan Kawasan Wisata Alam Goa PindulPeriode September Maret 2013 (Pengelolah Wisata Alam Goa Pindul) Data Grafik 1.1 menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan di kawasan Wisata Alam Goa Pindul dari periode September 2011 sampai Maret 2013 mencapai jiwa. Jumlah kunjungan wisatawan dari setiap periode 3

4 mengalami fluktuasi, peningkatan tertinggi terjadi pada bulan Januari 2013 yaitu sebesar jiwa, selanjutnya wisata tersebut mengalami penurunan kunjungan yang signifikan. Hal ini disebabkan adanya konflik antara pihak pengelola dengan pihak masyarakat yang mengklaim sebagai pemilik lahan yang sempat menghiasi berbagai media massa. Konflik tersebut sekarang telah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Di sisi lain dengan adanya konflik tersebut berdampak positif yaitu semakin dikenalnya Wisata Alam Goa Pindul oleh kalangan masyarakat dan akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan jumlah kunjungan khususnya pada libur akhir pekan dan hari libur sekolah serta telah menjadi wisata massal. Peningkatan jumlah kunjungan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat setempat dan membuka lapangan kerja di sektor tersebut serta dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui devisa. Akan tetapi jika jumlah pengunjung terlalu padat menyebabkan terlampauinya daya dukung goa. Hal ini akan mempengaruhi iklim mikro berupa peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban di dalam goa yang berasal dari kalori yang dilepaskan oleh manusia, adanya lampu penerangan dan aktivitas lainnya sehingga kondisi goa menjadi kering. Selanjutnya iklim mikro dapat mempengaruhi aktivitas, perilaku, kesehatan, dan perasaan manusia terhadap kenyamanan (Murnyati, 2007). Menurut Aji dan Fandeli (2005), menyatakan bahwa ketika kondisi di dalam goa dipenuhi pengunjung maka dapat meningkatkan suhu goa sebesar 3,5 0 C dan menurunkan kelembaban relatif hingga 30% serta mengubah nilai indeks ketidaknyamanan menjadi kategori sangat tidak nyaman (Strongly discomfort). 4

5 Kondisi tersebut dapat mempengaruhi perpsepsi wisatawan dalam berwisata di Wisata Alam Goa Pindul akan memudar atau pengunjung menjadi tidak nyaman dalam melakukan kunjungan kembali. Berdasarkan hal tersebut guna mengarahkan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan perlu adanya kajian sebaran iklim mikro dan perpsepsi wisatawan terhadap kenyamanan lingkungan berwisata di objek Wisata Alam Goa Pindul Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana sebaran dan pola perubahan iklim mikro di dalam goa akibat respon wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata? 2. Bagaimana kenyamanan lingkungan berwisata di dalam goa berdasarkan hasil perhitungan Discomfort Index dan daya tampung goa? 3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap tingkat kenyamanan lingkungan berwisata di wisata alam goa pindul? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Mengkaji sebaran dan pola perubahan iklim mikro di dalam goa akibat respon wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata 2. Mengkaji kenyamanan lingkungan berwisata di dalam goa berdasarkan hasil perhitungan Discomfort Index dan daya tampung goa 3. Mengkaji persepsi wisatawan terhadap kenyamanan lingkungan berwisata di Wisata Alam Goa Pindul 5

6 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademik dan praktis pada berbagai pihak, diuraikan sebagai berikut: 1. Manfaat akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai iklim mikro goa, dan juga tentunya memberikan nilai guna ilmiah bagi berbagai pihak yang membutuhkan, sebagai dasar mengetahui tingkat kenyamanan berwisata di dalam goa baik dari perubahan iklim mikro maupun dari persepsi wisatawan. 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan yang dapat dimanfaatkan oleh pengambil keputusan untuk memperbaiki pengelolaan pariwisata dengan tetap mempedulikan aspek lingkungan Keaslian Penelitian Penelitian yang membahas tentang kenyamanan lingkungan cukup banyak baik di negara maju maupun di negara berkembang. Namun, kebanyakan penelitian hanya mengkaji salah satu aspek tertentu saja seperti pengaruh pengunjung terhadap perubahan iklim mikro dan kenyamanan berwisata atau persepsi wisatawan terhadap kenyamanan berwisata tanpa mempertimbangkan kedua aspek tersebut. Beberapa penelitian yang mengkaji tentang kenyamanan berwisata antara lain oleh Mujirahayu (2009); Adji dan Fandeli (2005). Kesemuanya membahas mengenai proses perubahan iklim mikro di dalam goa akibat respon pengunjung. Hariadi Siswantoro (2012) mengkaji daya dukung lingkungan wisata alam taman 6

7 Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar. Putri (2011) mengkaji daya dukung lingkungan permukiman di Kecamatan Umbulharjo. Pada beberapa penelitian sebelumnya pada prinsipnya memiliki perbedaan terutama lokasi penelitian, tujuan yang akan dicapai dan metode analisis yang digunakan. Dari segi lokasi penelitian, Wisata Alam Goa Pindul belum pernah dilakukan penelitian mengenai kenyamana berwisata. Dari segi tujuan yang dicapai penelitian sebelumnya tidak menyertakan persepsi wisatawan terhadap tingkat kenyaman berwisata dimana perlu diketahui wisatawan unsur yang terpenting dalam pariwisata. Dari segi metode, penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, studi dokumentasi, pengukuran dan wawancara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel Penelitian yang dilakukan sebelumnya No Peneliti Judul penelitian Tujuan Metode Hasil 1 Prihatin Mujirahayu, (2009) 2 Adji dan Fandeli (2005) 3 Hariadi Siswantoro (2012) Variasi suhu dan kelembaban pada Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo Kecamatan Grimulyo Kabupaten Kulon Progo Daya dukung goa untuk pengembangan ekowisata (Studi Kasus: Goa Gong Dan Goa Tabuhan Kabupaten Pacitan) Kajian daya dukung lingkungan wisata alam taman Wisata Alam Grojogan Sewu Kabupaten Karanganyar 1. Mengetahui perubahan suhu dan kelembaban di Goa Kiskendo akibat aktivitas wisatawan. 2. Mengetahui kecenderungan ketidaknyamanan berdasarkan hasil perhitungan indeks ketidaknyamanan berwisata di dalam Goa Kiskendo 1. Mengetahui sifat dan prilaku wisatawan di kedua goa tersebut. 2. Memetakan lorong goa dengan grid III B 3. Mengukur iklim mikro goa 4. Menganalisis discomfort indeks untuk mengetahui perubahan nilai ketidaknyamanan ketika pengunjung padat. 1. Mengetahui nilai daya dukung efektif (Efective Carrying Capacity/ECC) area wisata TWA Grojogan Sewu 2. Mengetahui persepsi aspirasi dari khususnya wisatawan, pedagang kaki lima dan pengelola di area wisata terhadap pengelolaan kelestarian pariwisata TWA Grojogan Sewu 3. Merumuskan strategi kebijakan pengelolaan TWA Grojogan Sewu Metode survey, dengan tehnik pengumpulan data sekunder berupa jumlah pengunjung melakukan pengukuran suhu dan kelembaban Metode Survey, dengan pendekatan observasi, wawancara dan pengukuran Suhu dan Kelembaban Metode survey, dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Tekhnik pengumpulan data dengan observasi, studi dokumentasi, dan wawancara 1. Pengaruh pengunjung terhadap perubahan iklim mikro menunjukan bahwa secara meteorologi semakin sedikit pengunjung dalam ruangan akan berpengaruh kecil terhadap peningkatan suhu dan penururna kelembaban, begitupula sebaliknya 2. Evaluasi tingkat kenyamanan menurut rumus Nieuwolt menunjukan bahwa secara alami seluruh lorong wisata umum termaksud dalam kriteria tidak nyaman, dengan nilai DI kurang dari 25 dapat menampung lebih banyak pengunjung lagi untuk meningkatkan kenyamanan. 1. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke kedua goa ini bukan ekowisata tetapi sekedar rekreasi atau piknik sehingga mengakibatkan kerusakan atau degradasi nilai obyek wisata. 2. Hasil pemetaan dan inventarisasi menunjukan bahwa kelas ornamen di Goa Gong masuk kelas D (komplit) dengan kondisi yang masih aktif, sedangkan di Goa Tabuhan kondisi ornamen dapat diklasifikasikan sudah rusak 3. Hasil kajian iklim mikro di goa Gong menunjukan bahwa pengunjung mampu meningkatkan suhu sebesar 3,5 0 C dan menurunkan kelembaban relatif hingga 30%Saat pengunjung padat dapat merubah indeks ketidaknyamanan menjadi kategori sangat tidak nyaman (Strongly discomfort) 1. Daya dukung lingkungan yang efektif adalah sebesar wiatawan perhari. Nilai ini lebih tinggi dari pada daya dukung aktualnya (926 wisatawan per hari) 2. Respon wisatawan umumnya berpendidikan umumnya menegah atas (81%). Wisatawan umumnya peduli terhadap permasalahan konservasi dan lingkungan (60%). Wisatawan ternyata menyukai aktivitas menikmati pemandangan (90%) dan rekreasi (80%). Wisatawan menyatakan bahwa telah mendapatkan kepuasan dalam berwisata (95%) dan ingin kembali berwisata di TWA (92) 3. Strategi pengelolaan TWA adalah peningkatan kapasitas ekonomi kreatif masyarakat lokal dalam menghasilkan produk dan jasa wisata. 8

9 Lanjutan Tabel. 1.2 Penelitian yang dilakukan sebelumnya 4 Rinaningtyas Anggriani Putri (2011) Kajian daya dukung lingkungan permukiman di Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta 1. Menidentifikasi pola sebaran permukiman di Kecamatan Umbulharjo 2. Menganalisis variasi keruangan dari tekanan pembangunan permukiman terhadap daya dukung lingkungan di Kecamatan Umbulharjo 3. Menkaji persepsi kenyamanan tinggal masyarakat mengenai daya dukung lingkungan permukiman akibat pembangunana permukiman di Kecamatan Umbulharjo Metode surveyanalitik. Terkait dengan ayaitu metode kualitatif dan kuantitatif, Tekhnik analisis data menggunakan analisis spasil, analisis tetangga, analisis matematis, analisis tabulasi silang, teknik skoring, uji beda, dan analisis deskriptif 1. Pola sebaran permukian di Kecamatan Umbulharjo merupakan faktor menyebar, dipengaruhi oleh faktor topografi, aksesiblitas, dan pengembangan perumahan. 2. Tekanan penduduk terhadap lahan permukiman memiliki variasi tekanan yang berbeda pada setiap wilayah, variasi tekanan disebabkan perbedaan jumlah penduduk, kepadatan bangunan dan permukiman, serta luas kepemilikan lahan. 3. Terdapat perbedaan persepsi tentang kenyamanan tinggal masyarakatdi di Kecamatan Umbulharjo yaitu 1% memiliki persepsi sangat nyaman, 15% memiliki persepsi nyaman, 20% memiliki persepsi kurang nyaman, dan 64% memiliki persespi tidakn nyaman. Hal ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan fakor fisik pada masing-masing tipe. 5 Surya Cipta Ramadhan Kete (2013) Kajian sebaran iklim mikro dan persepsi wisatawan terhadap kenyamana Objek Wisata (Kasus: Wisata Alam Goa Pindul, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta) 4. Mengkaji sebaran dan pola perubahan iklim mikro di dalam goa akibat respon wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata 5. Mengkaji kenyamanan lingkungan berwisata di dalam goa berdasarkan hasil perhitungan Discomfort Index dan daya dukung fisik goa 6. Mengkaji persepsi wisatawan terhadap tingkat kenyamanan lingkungan berwisata di wisata alam goa pindul Metode survey dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Tekhnik pengumpulan data dengan observasi, studi dokumentasi, pengukuran dan wawancara sedangkan tehnik pengambilan sampel secara Eksperimen dan acidental sampling 1. Sebaran iklim mikro meningkat dari zona I hingga ke zona III dan menurun pada zona IV. 2. Suhu udara terendah terjadi pada pukul 06:00-08:00 dan tertinggi pukul 12:00-14:00. Respon wisatawan terhadap pola perubahan iklim mikro menunjukan semakin kecil wisatawan yang berkunjung semakin kecil pengaruhnya terhadap iklim mikro 3. Evaluasi indeks kenyamanan menunjukan bahwa secara alamiah lorong wisata tergolong dalam klasifikasi agak tidak nyaman dengan nilai Discomfort Index diatas 27 0 C. 4. Daya tampung lorong goa sebesar Indeks deversity biospeleologi dan vegetasi pada kawasan ini termasuk dalam kriteria sangat baik berdasarkan penentuan kualitas lingkungan biologi. 6. Kualitas air sungai bawah tanah berada pada status baik atau cemar ringan meskipun terdapat beberapa parameter yang berada di atas ambang batas yang dpersyaratkan sebagai air kelas II. 7. Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan lingkungan objek wisata terdiri dari aspek bio-fisik dan sosial termasuk dalam kategori kurang nyaman (51,3%) dan nyaman (48,7%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor waktu kunjungan dan jenis pekerjaan wisatawan. 9