BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Teguh Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Kondisi Ekonomi Adanya krisis hutang dan fiskal di Amerika dan beberapa negara di Eropa yang dapat menyebabkan terjadinya default pada Yunani pada tahun 2011 lalu membuat ketidakpastian dipasar keuangan yang diikuti menurunnya kinerja perekonomian global, termasuk Indonesia. Berbagai upaya dilakukan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa untuk mengembalikan keyakinan investor untuk berinvestasi namun hal ini tidak berdampak banyak karena investor pesimis bahwa krisis tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih. Pada tahun 2011 tercatat tingkat inflasi 3,79% dimana tahun sebelumnya 6,96%, BI rate 6% dimana tahun sebelumnya 6,5%, cadangan devisa juta US dollar, dan IHSG ditutup sebesar Rp.3821,99 pada akhir tahun 2011, naik 3,17% dari awal tahun Selain itu pada akhir tahun tersebut terjadi kenaikan peringkat sovereign Indonesia untuk foreign currency long-term senior debt menjadi investment grade (dari sebelumnya BB+ menjadi BBB- dengan outlook stable menurut Fitch Rating). Hal tersebut membuktikan kondisi perekonomian di Indonesia termasuk baik dan stabil ditengah keadaan perekonomian global sedang memburuk, dan investor masih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. 7
2 8 Pada kuartal pertama 2012 ini, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebesar 6,3% dan ini masih kurang memuaskan pemerintah karena pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% pada kuartal tersebut, meskipun demikian pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi akan naik pada kuartal berikutnya. Tingkat inflasi sampai dengan April sebesar 4,5%, BI rate 5,75% (turun 0,25% sejak bulan Februari). Tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bersumber pada kondisi perekonomian global, meskipun perekonomian Amerika Serikat mulai menunjukkan adanya perbaikan, namun pemulihan ekonomi dikawasan Eropa masih belum menunjukkan perbaikan yang berarti. 2.2 Investasi Banyak kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk memperoleh uang ataupun keuntungan. Bahkan terkadang uang yang telah didapatkan tersebut digunakan kembali untuk menghasilkan keuntungan kembali, hal ini yang biasa disebut investasi. Menurut Brown & Reilly (2009), definisi investasi adalah komitmen saat ini terhadap uang untuk memperoleh pembayaran di masa yang akan datang sebagai kompensasi terhadap investor atas waktu penempatan dana tersebut, tingkat inflasi, dan juga ketidakpastian dari pembayaran di masa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan diberbagai macam hal dan dapat dilakukan oleh individu maupun perusahaan, dimana yang menjadi intinya adalah investasi dilakukan dengan
3 9 harapan uang atau sumber daya bisa menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Alasan orang melakukan investasi adalah sebagai berikut: 1. Produktivitas seseorang yang terus mengalami penurunan. 2. Tidak menentunya lingkungan perekonomian sehingga memungkinkan suatu saat penghasilan jauh lebih kecil dari pengeluaran. 3. Kebutuhan-kebutuhan yang cenderung mengalami peningkatan. (Viklund Andreas, 2009) Ada banyak produk investasi yang dapat dipilih oleh investor dalam menanamkan modalnya yang tersedia di pasar, antara lain: a. Tabungan di bank. Dengan menyimpan uang di tabungan, maka akan mendapatkan suku bunga tertentu yang besarnya mengikuti kebijakan bank bersangkutan. Produk tabungan biasanya memperbolehkan kita mengambil uang kapanpun yang kita inginkan. b. Deposito di bank. Produk deposito hampir sama dengan produk tabungan. Bedanya, dalam deposito tidak dapat mengambil uang kapanpun yang diinginkan, kecuali apabila uang tersebut sudah menginap di bank selama jangka waktu tertentu (tersedia pilihan antara satu, tiga, enam, dua belas, sampai dua puluh empat bulan, tetapi ada juga yang harian). Suku bunga deposito biasanya lebih tinggi daripada suku bunga tabungan. Selama deposito kita belum jatuh tempo, uang tersebut tidak akan terpengaruh pada naik turunnya suku bunga di bank.
4 10 c. Saham. Saham adalah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli saham, berarti membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan mendapatkan sebagian keuntungan yang disebut deviden. Saham juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut capital gain maupun lebih rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi, keuntungan yang bisa didapat dari saham ada dua yaitu deviden dan capital gain. d. Properti. Investasi dalam properti berarti investasi dalam bentuk tanah atau rumah. Keuntungan yang bisa didapat dari properti ada dua yaitu : Menyewakan properti tersebut ke pihak lain sehingga mendapatkan uang sewa. Menjual properti tersebut dengan harga yang lebih tinggi. e. Barang-barang koleksi. Contoh barang-barang koleksi adalah perangko, lukisan, barang antik, dan lain-lain. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi pada barang-barang koleksi adalah dengan menjual koleksi tersebut kepada pihak lain. f. Emas. Emas adalah barang berharga yang paling diterima di seluruh dunia setelah mata uang asing dari negara-negara G-7 (sebutan bagi tujuh negara yang memiliki perekonomian yang kuat, yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Inggris, Italia, Kanada, dan Perancis). Harga emas akan mengikuti kenaikan nilai mata uang dari negara-negara G-7. Semakin tinggi kenaikan nilai mata
5 11 uang asing tersebut, semakin tinggi pula harga emas. Selain itu harga emas biasanya juga berbanding searah dengan inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin tinggi pula kenaikan harga emas. Seringkali kenaikan harga emas melampaui kenaikan inflasi itu sendiri. g. Mata uang asing. Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi. Investasi dalam mata uang asing lebih berisiko dibandingkan dengan investasi dalam saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang rupiah sangat fluktuatif. h. Obligasi. Obligasi atau sertifikat obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan atau membiayai suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi dapat juga dijual kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada ketika membelinya. (Viklund Andreas, 2009) Jenis investasi yang akan dipilih oleh investor tergantung pada tipe dari investor tersebut, tipe-tipe investor berdasarkan risiko yang dihadapinya adalah sebagai berikut:
6 12 1. Defensive. Investor dengan tipe defensive berusaha untuk mendapatkan keuntungan dan menghindari risiko sekecil apapun dari investasi yang dilakukan. Investor tipe ini tidak mempunyai keyakinan yang cukup dalam hal spekulasi, dan lebih memilih untuk menunggu saat-saat yang tepat dalam berinvestasi agar investasi yang dilakukan terbebas dari risiko. 2. Conservative. Investor dengan tipe conservative biasanya berinvestasi untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga dan dengan rentang waktu investasi yang cukup panjang, misalnya untuk pendidikan perguruan tinggi anak atau biaya hidup di hari tua. Investor tipe ini memiliki kecenderungan menanam investasi dengan keuntungan yang layak saja dan tidak memiliki risiko besar, karena filosofi investasi mereka untuk menghindari risiko. Walaupun investor conservative sering berinvestasi, investor ini umumnya mengalokasikan sedikit waktu untuk menganalisa dan mempelajari portofolio investasinya. 3. Balanced. Investor dengan tipe balanced merupakan tipe investor yang menginginkan risiko menengah. Investor tipe ini selalu mencari proporsi yang seimbang antara risiko yang dimungkinkan terjadi dengan pendapatan yang dapat diraih. Tipikal investor ini bahwa mereka akan selalu berhatihati dalam memilih jenis investasi, dan hanya investasi yang proporsional antara risiko dan penghasilan yang bisa diperoleh yang akan dipilih. 4. Moderately Aggressive. Moderately aggressive merupakan tipe investor yang tenang atau tidak ekstrim dalam menghadapi risiko. Investor ini
7 13 cenderung memikirkan kemungkinan terjadinya risiko dan kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini, investor dengan tipe moderately aggressive selalu tenang dalam mengambil keputusan investasi karena keputusan yang ditetapkan sudah dipikirkan sebelumnya. 5. Aggressive. Investor aggressive, atau biasa disebut pemain, adalah kebalikan dari investor conservative. Mereka sangat teliti dalam menganalisa portofolio yang dimiliki. Semakin banyak angka-angka dan fakta yang bisa dianalisa adalah semakin baik. Investor tipe ini umumnya berinvestasi dengan rentang waktu relatif pendek karena mengharapkan adanya keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Walaupun tidak berharap untuk merugi, namun setiap investor aggressive menyadari bahwa kerugian adalah bagian dari permainan. (Viklund Andreas, 2009) Pada keadaan perekonomian yang tidak menentu seperti sekarang ini, banyak negara yang membuat kebijakan untuk mendorong investasi, baik domestik ataupun modal asing. Hal ini harus dilakukan oleh pemerintah karena dengan adanya kegiatan investasi akan mendorong kegiatan perekonomian menjadi lebih baik, adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan produk yang dihasilkan sehingga konsumsi akan naik yang berarti pendapatan perkapita akan ikut naik. Investment Time frame adalah jangka waktu investasi yang diinginkan oleh investor atau masa holding instrumen investasi sebelum dicairkan. Investment Time frame ini bisa berawal dari satuan detik untuk para trader hingga tahun untuk para investor. Pada kenyataannya tidak ada investment time frame yang bisa dinilai
8 14 benar karena investment time frame ini dibuat berdasarkan tujuan dari investor tersebut. Investment Time frame dapat terbagi menjadi 3, yaitu: (Financial Industry Regulatory Authority, 2012) Short Term: Masa holding instrumen investasi dalam time frame ini paling lama 3 tahun. Dikarenakan pendeknya jangka waktu investasi, maka biasanya investor juga enggan mengahadapi risiko yang terlalu tinggi, oleh karena itu biasanya shortterm investor cenderung memilih instrumen investasi yang tidak terlalu aggresif, kecuali untuk mereka yang melakukan trading. Mid-Term: Masa holding instrumen investasi dalam time frame ini berkisar antara 3 sampai dengan 10 tahun. Investor yang memutuskan untuk berinvestasi dalam jangka mid-term time frame biasanya dipicu oleh keinginannya untuk membeli sesuatu (dengan tujuan menabung). Waktu untuk time frame ini cukup panjang sehingga biasanya mid-term investor lebih berani untuk menghadapi risiko yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan yang short-term investor, meskipun demikian investor yang memiliki mid-term time frame biasanya menggabungkan jenis-jenis instrumen investasinya, yang mempunyai risiko tinggi dan juga yang risikonya kecil. Long-Term: masa holding instrumen investasi dalam time frame ini biasanya diatas 10
9 15 tahun. Pada umumnya long-term investor adalah orang yang menabung untuk keperluan di masa yang akan datang (untuk keperluan sekolah anak, untuk dana pensiun, dsb). Oleh karena holding periodnya yang lama, maka Investor lebih berani untuk menghadapi risiko, oleh sebab itu jenis instrumen investasi yang biasanya dipilih adalah yang high risk high return instrument, namun untuk menjaga kestabilan risikonya, long-term investor juga biasanya tetap menyisihkan sebagian kecil dari investasinya ke dalam instrumen yang tidak terlalu ber-risiko. 2.3 Portofolio Untuk mendiversifikasi risiko pada suatu investasi, maka yang perlu dilakukan oleh investor adalah membuat portofolio. Portofolio yang dibentuk harus dengan perhitungan yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan jenis investasi yang dapat mengakibatkan kerugian. Mengacu pada pendapat Brown et.al (2009), definisi portofolio adalah sekelompok investasi, yang secara ideal memberikan pola return yang berbeda dari waktu ke waktu. Jadi portofolio adalah kumpulan dari beberapa investasi terhadap aset yang dimiliki oleh kelompok atau individu, yang komposisinya didasarkan pada kepentingan yang diinginkan atau dicari oleh pemiliknya, dimana aset ini memiliki pola yang berbeda sehingga dapat meminimalisir risiko yang terdapat pada aset dan dapat memaksimalkan keuntungannya.
10 16 Menurut Markowitz (1952), portofolio yang optimal dapat dicapai dengan menggunakan efficient frontier, yaitu sebuah sebuah konsep dalam pemilihan portofolio yang menawarkan return lebih tinggi bersamaan dengan risk yang lebih rendah. Portofolio yang terdiri dari efficient frontier cenderung memiliki tingkat diversifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan portofolio lainnya. Sedangkan menurut Elton. J. E., Gruber. J. M., Brown. J. S., Goetzmann. N. W (2011), optimal portofolio bisa berada dalam 2 kondisi,yaitu : 1. Sebuah portofolio yang memberikan return lebih tinggi dengan tingkat risk yang sama. 2. Sebuah portofolio yang memberikan return yang sama dengan tingkat risk yang lebih rendah. Berikut adalah langkah-langkah untuk menentukan saham yang termasuk dalam portofolio yang optimal 1. Menghitung excess return to Beta dari masing-masing saham yang menjadi bahan pertimbangan, lalu urutkan dari yang tertinggi ke yang terendah. 2. Portofolio yang optimal terdiri dari investasi di saham yang (R i R f )/ß i lebih besar dibandingkan dengan cutoff point C*. (Elton. et.al, 2011) Maka dapat disimpulkan dalam penentuan saham yang optimal dapat menggunakan metode single index model yang akan dibahas pada sub bab berikutnya.
11 Saham Menurut pendapat Sunariyah (2011), definisi dari saham adalah seberapa besar hak dan tanggung jawab para pesero diwujudkan dalam jumlah rupiah yang dinyatakan dalam lembar saham. Dengan demikian jumlah lembar saham (sero) yang dikuasai seorang pemodal, menggambarkan suatu bentuk pemilikan pada suatu perusahaan publik yang berbadan hukum PT. Saham dapat diartikan suatu satuan nilai uang menunjukkan bagian dari kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan adanya penjualan saham secara publik (Initial Public Offering) merupakan salah satu solusi untuk mendapatkan dana jangka panjang perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis investasi tentu memiliki keuntungan dan kerugian, keuntungan dan kerugian dari saham secara umum adalah KEUNTUNGAN 1. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. 2. Capital gain, yaitu keuntungan yang didapatkan dari transaksi perdagangan saham berupa selisih dari harga jual dan harga beli saham di pasar sekunder. KERUGIAN 1. Tidak mendapatkan dividen, hal ini dapat disebabkan perusahaan sedang mengalami kerugian, ataupun perusahaan akan menggunakan laba dari hasil usaha untuk menambah modal kerja. 2. Capital loss, yaitu kerugian yang didapatkan dari transaksi
12 18 perdagangan saham berupa selisih dari harga jual dan harga beli saham di pasar sekunder, dimana harga beli lebih tinggi daripada harga jualnya. Hal ini biasanya dilakukan investor untuk mengurangi kerugian yang lebih besar. 2.5 Tingkat Keuntungan (Return) Tingkat keuntungan atau return adalah suatu imbal balik yang diterima oleh investor pada investasi yang telah dilakukannya, dan imbal balik yang diinginkan oleh investor adalah imbal balik yang menguntungkan. Return dari investasi saham dilihat dari sisi investor biasanya berupa selisih dari harga beli dan harga jualnya (capital gain) dan dividen. Dan dalam hal ini investor harus sangat kritis dalam menilai saham yang akan dibelinya untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Return adalah pendapatan yang diterima atas investasi ditambah dengan perubahan yang terjadi atas market price, biasanya dinyatakan dalam persentase dari nilai market price pada awal investasi. (Van Horne & Wachowicz, 1992) Jadi dapat disimpulkan bahwa return adalah hasil yang diperoleh investor selama masa investasinya. Return ini dihitung berdasarkan jumlah dari perubahan harga
13 19 sekuritas dan pendapatan lainnya yang terima selama holding period dibagi dengan harga sekuritas pada saat pertama kali dibeli. Menurut Jogiyanto (1998), return saham dibedakan menjadi dua yaitu realized return dan expected return. Realized return adalah return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Expected return adalah return yang diharapkan di masa mendatang dan bersifat tidak pasti. Dalam portofolio, return yang diharapkan (expected return) menurut Elton. et.al (2011) adalah rata-rata dari tingkat keuntungan dari masing masing saham, dan menggabungkannya. 2.6 Tingkat Risiko (Risk) Risiko adalah suatu ketidakpastian dari sesuatu yang akan dan telah dilakukan. Maka dalam hal ini risiko suatu investasi yang akan dilakukan oleh investor adalah ketidakpastian dalam mendapatkan keuntungan dari investasi yang dipilihnya. Risk menurut Brown et.al (2009) adalah ketidakpastian bahwa suatu investasi akan mendapatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Seperti yang sudah diketahui bahwa risiko tidak bisa dihindari dari suatu investasi maka yang dilakukan oleh investor adalah melakukan diversifikasi investasi dengan pembentukan portofolio untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi nantinya. Menurut Brown et.al (2009), terdapat 5 sumber risk dari suatu investasi. 5 sumber risk tersebut adalah
14 20 1. Risiko bisnis, yaitu ketidakpastian atas arus pendapatan yang diakibatkan semata-mata oleh bisnis perusahaan. 2. Risiko finansial, yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh metode pendanaan investasi perusahaan. 3. Risiko likuiditas, yaitu ketidakpastian yang diakibatkan oleh secondary market untuk investasi. 4. Risiko pertukaran mata uang asing, yaitu ketidakpastian return kepada investor dimana sekuritas/saham yang dimiliki investor mata uangnya berbeda dengan mata uang negara investor tersebut. 5. Risiko negara, biasanya juga dikenal sebagai risiko politik, yaitu ketidakpastian return yang disebabkan oleh kemungkinan dari perubahan besar dalam politik atau lingkungan ekonomi dari suatu negara. Dalam portfolio, terdapat 2 risiko investasi yaitu unsystematic risk dan systematic risk. Menurut Corado, J. C., Jordan, B. D. (2005) systematick risk adalah risiko yang mempengaruhi sejumlah besar dari aset, yang juga dikenal sebagai risiko pasar. Dan unsystematic risk adalah risiko yang hanya mempengaruhi sebuah perusahaan atau sekelompok kecil dari perusahaan. Jadi dapat disimpulkan systematic risk adalah risiko yang memiliki pengaruh secara luas atau menyeluruh pada suatu pasar yang dapat mempengaruhi suatu aset dipasar tersebut. Contoh dari systematic risk adalah tingkat inflasi dari suatu negara, jika inflasi naik maka harga-harga barang akan naik dan hal ini akan dirasakan oleh seluruh industri dinegara tersebut. Sedangkan unsystematic risk adalah risiko yang memiliki dampak kecil yang hanya
15 21 mempengaruhi salah satu perusahaan atau kelompok kecil dari perusahaan. Contoh dari unsystematic risk adalah kenaikan harga tembakau akan mempengaruhi perusahaan rokok. Unsystematic risk dapat dikurangi dengan diversifikasi invetasi melalui portfolio, sedangkan untuk systematic risk sulit untuk diminimalkan karena pengaruhnya sangat luas. Jadi return dari portfolio yang dibentuk dipengaruhi oleh systematic risk. 2.7 Indeks Harga Saham Menurut Antolis, T., Dossugi S., (2008) indeks harga saham dapat diartikan sebagai suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Seiring dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia maka aktivitas perdagangan dibursa-pun semakin meningkat, maka kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai perkembangan bursa juga akan semakin meningkat. Salah satu informasi yang dibutuhkan tersebut adalah indeks harga saham yang merupakan cerminan dari pergerakan harga saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yang dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam berinvestasi di pasar modal. 11 indeks tersebut adalah sebagai berikut: 1. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan atau lebih dikenal dengan IHSG menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan
16 22 indeks. Indeks ini merupakan indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. 2. Indeks Sektoral Indeks ini merupakan sub indeks dari IHSG. Indeks ini menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor sebagai perhitungan indeks. Indeks sektoral ini mempunyai 9 sektor yaitu pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, dan yang terakhir sektor perdagangan, jasa dan invesasi. 3. Indeks LQ45 Indeks ini menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan lainnya sebagai komponen perhitungan indeks. Setiap 3 bulan sekali dilakukan evaluasi atas pergerakan urutan saham, kemudian penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. 4. Jakarta Islamic Index Jakarta Islamic Index atau lebih sering disingkat dengan JII menggunakan 30 emiten yang dipilih sesuai dengan syariah Islam dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi sebagai komponen perhitungan indeks.
17 23 JII direview setiap 6 bulan yaitu setiap Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK yaitu pada saat diterbitkannya Daftar Efek Syariah. 5. Indeks Kompas100 Indeks ini merupakan hasil kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan koran harian Kompas. Indeks ini menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar sebagai komponen perhitungan indeks. Penggantian dan evaluasi saham pada indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu bulan Februari dan Agustus. 6. Indeks BISNIS-27 Indeks ini merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental, historikal data transaksi dan akuntabilitas. Review dan penggantian saham yang termasuk pada indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu pada bulan Mei dan November. 7. Indeks PEFINDO25 Indeks ini merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu.
18 24 Review dan penggantian saham yang termasuk dalam indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu awal bulan Februari dan Agustus. 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks SRI-KEHATI merupakan hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia degan Yayasan KEHATI. SRI merupakan kependekan dari Sustainable and Responsible Investment. Indeks terdiri dari emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha-usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Sebagai komponen perhitungan indeks digunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Review dan pergantian saham yang termasuk dalam indeks ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu awal bulan Mei dan November. 9. Indeks Papan Utama Indeks ini menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama sebagai komponen perhitungan indeks. Papan utama ditujukan untuk emiten yang mempunyai ukuran besar dan track record yang baik. 10. Indeks Papan Pengembangan Indeks ini menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan sebagai komponen perhitungan indeks.
19 25 Papan pengembangan ditujukan pada perusahaan yang mempunyai prospektif bagus namun belum menghasilkan keuntungan dan merupakan sarana bagi perusahaan yang sedang dalam penyehatan. 11. Indeks Individual Indeks ini merupakan indeks harga saham masing-masing emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Seperti di mayoritas bursa-bursa dunia, indeks yang ada di BEI dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar) atau Market value Weighted Average Index. Formula dasar perhitungan indeks adalah: (Buku Panduan Indeks 2010, Indonesia Stock Exchange) 2.8 Single Index Model Menurut Elton. et.al (2011), single index model adalah teknik yang paling banyak digunakan yang mengasumsikan bahwa pergerakan antar saham karena suatu pengaruh yang umum atau pengaruh indeks. Single Index Model adalah sebuah model yang menjelaskan hubungan antara pergerakan dari suatu indeks terhadap return suatu saham. Untuk mudahnya, single index model mengasumsikan bahwa hanya ada 1 faktor dari makro ekonomi yang mempengaruhi systematic risk yang bersangkutan dengan return dari semua saham, dan faktor ini bisa digambarkan oleh return dari pasar atau IHSG untuk Indonesia.
20 26 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya untuk menentukan saham yang termasuk dalam portofolio yang optimal, langkah pertama adalah menghitung excess return to beta dari masing-masing saham. Berdasarkan Elton. et.al (2011), rumus dari excess return over beta adalah sebagai berikut Excess return over beta = _ R i - R F β i Dimana: _ R i R F = the expected return on stock i = the return on a riskless asset atau risk free β i = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return Excess Return over Beta digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dari saham yang tidak termasuk kedalam riskless asset (R F ) dibandingkan dengan sensivitas return saham terhadap return market (β). Setelah mendapatkan excess return to beta dari masing-masing saham, maka dilakukan pengurutan rangking/peringkat dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Setelah rangking/peringkat saham dilakukan berdasarkan excess return to beta, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai C, dimana rumus menentukan C menurut Elton. et.al (2011) adalah
21 27 Dimana: _ R i R F = the expected return on stock i = the return on a riskless asset atau risk free β i = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return σ² m = the variance in the market index σ² ej = the variance of a stock s movement that is not associated with the movement of market index. This is usually referred to as a stock s unsystematic risk. (p.184) Ci atau C* adalah nilai yang disertakan oleh saham lain yang tidak memberikan kontribusi terhadap return dengan risiko yang melekat dengan saham tersebut. Setelah mendapatkan nilai C dari masing-masing saham, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai cutoff rate (C*), yaitu nilai C yang tertinggi. Cutoff rate (C*) merupakan batasan dimana saham tersebut dinilai layak atau tidak untuk disertakan kedalam pembentukan portofolio saham, hal ini berarti penentuan nilai C* bertujuan untuk memilih saham-saham yang mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan saham lainnya yang berada dalam suatu populasi saham. Setelah posisi C* diketahui, langkah selanjutnya adalah mengambil saham yang
22 28 posisinya berada diatas C*, termasuk saham yang menjadi C* (short sales not allowed). Short Selling disini berarti suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham yang dimana investor/trader menjual saham yang belum dimiliki (dipinjam terlebih dahulu) pada saat harga saham tersebut tinggi, dan kemudian akan membeli serta mengembalikan pinjaman saham tersebut pada saat harga saham sedang turun. Saham yang telah dipilih tersebut adalah saham yang termasuk dalam portofolio yang terbentuk. Langkah selanjutnya adalah menentukan alokasi investasi pada masing-masing saham yang terlah terpilih dengan rumus X i = Z i ΣZ i Nilai dari X i = 1, yang berati alokasi pada masing-masing saham yang telah terpilih tersebut harus berjumlah 1 atau 100%. Dimana untuk mencari nilai Z menurut Elton. et.al (2011) dapat menggunakan rumus berikut ini Dimana: _ R i R F = the expected return on stock i = the return on a riskless asset atau risk free β i = the expected change in the rate of return on stock i associated with a 1% change in the market return σ² m = the variance in the market index
23 29 σ² ej = the variance of a stock s movement that is not associated with the movement of market index. This is usually referred to as a stock s unsystematic risk. Z adalah hasil perkalian antara volatilitas dari suatu saham terhadap unsystematic risk dari saham tersebut dengan pengembalian dari saham yang tidak termasuk kedalam riskless asset terhadap volatilitas sahamnya dikurangi nilai dari cutoff rate. Perhitungan nilai Z ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai sebagai tolok ukur dalam menentukan alokasi investasi dari suatu saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI IHSG
BAB II DESKRIPSI IHSG 2.1 Sejarah Singkat IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Visi Bursa Efek Indonesia yaitu Menjadi bursa Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Bursa Efek Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006: 43). Pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun (Samsul 2006:
Lebih terperinci2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk
2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan manusia di masa yang akan datang dapat terjamin.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keinginan paling mendasar bagi manusia adalah keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang, kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan
Lebih terperinciPORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL
Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penanaman modal yang dilakukan saat ini dengan harapan keuntungan dimasa yang akan datang. Kegiatan investasi menjadi semakin berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis
Lebih terperinciTEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.
TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan
Lebih terperinciPENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.
PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa datang merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Salah satu cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peringkat investment grade dari lembaga pemeringkat kredit international fitch
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi pada tahun 1997 berdampak pada banyak terlikuidasinya perbankan di Indonesia, pasar modal dianggap mampu menjadi alternatif penghimpun dana selain
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kegiatan investasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut didukung dengan kemudahan untuk mendapatkan informasi mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal di Indonesia memiliki peran besar bagi perekonomian negara. Dengan adanya pasar modal (capital market), pemodal sebagai pihak yang memiliki kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan ikut berperan serta membantu memutar kembali roda. perusahaan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN 2.1. Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senior terbesar ke 4 di Amerika Serikat menjadi awal dari drama krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi global diawali pada 15 September 2008 yang menjadi catatan kelam merupakan salah satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior terbesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian kali ini tidak mengabaikan tentang adanya penelitian yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian kali ini tidak mengabaikan tentang adanya penelitian yang terdahulu. Peneliti menggunakan rujukan dari beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli Dolar. Situasi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan penanaman modal sekarang dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Keberhasilan dalam berinvestasi harus didukung dengan stabilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah melewati masa krisis pada bulan Juli 1997 hingga Desember 1998, banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di antara berbagai sektor
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi ekonomi, globalisasi teknologi, globalisasi keuangan, dan lain-lain. Globalisasi merupakan
Lebih terperinciMEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010
MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010 Indonesia cukup beruntung, karena menjadi negara yang masih dapat mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif tahun 2009 sebesar 4,4 % di tengah krisis keuangan global
Lebih terperinciRETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL
1 Pertemuan 9 RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL A. Pengertian Return & Resiko Suatu Investasi Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan pada resiko dan return
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Bagus Ananto Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini menganalisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikutip dari situs
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang dikutip dari situs http://bisniskeuangan.kompas.com, bahwa para investor Indonesia mulai tertarik untuk melakukan investasi dalam bentuk saham berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi suatu negara tertentu, dalam kaitannya dengan dana, ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam ekonomi suatu negara tertentu, dalam kaitannya dengan dana, ada dua kelompok utama pelaku ekonomi, yaitu pihak yang meminjam dana (borrowers) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan modal investasi, sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan uangnya. Setiap investor dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang
14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun oleh :
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian sehingga efektivitas pasar modal seringkali dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. secara global. Salah satu jenis investasi adalah investasi saham. Investasi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Investasi Tidak sedikit orang yang mau melakukan investasi karena kebutuhan hidup yang semakin meningkat, penurunan produktifitas serta ketidakstabilan situasi ekonomi secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang terjadi sejak awal tahun 2007, bermula dari krisis kredit properti (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat (AS) telah memberikan pengaruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam
Lebih terperinciPENGEMBALIAN INVESTASI PADA PT PAULA JAYA DI SAMARINDA ABSTRACT
PENGEMBALIAN INVESTASI PADA PT PAULA JAYA DI SAMARINDA Melida Frensiska P, Robin Jonathan 2, Elfreda Aplonia Lau 3 Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda me_akuma@live.com ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Berikut ringkasan beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang dimiliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang. Investasi dapat
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis
10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.
Lebih terperincirepository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Pasar modal merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Maka wajar apabila
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi adalah salah satu jalan untuk menempatkan dana atau uang dengan harapan kita akan mendapatkan keuntungan atau tambahan tertentu atas dana atau uang tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal yang memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Di beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu negara dimana pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perekonomian negara (Lawrence, 2013). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan
Lebih terperinci