1 BAB I PENDAHULUAN. - Pusat : pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, 1.1 Latar belakang
|
|
- Hartono Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Judul Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment Definisi dan Pemahaman Judul Untuk memperjelas judul pembahasan Pra Tugas Akhir ini, maka perlu diketahui definisi tiap kata yang menyusun judul. Penjabarannya adalah sebagai berikut: - Pusat : pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb) (KBBI) - Rehabilitasi : perbaikan anggota tubuh yang cacat atas individu supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat (KBBI). - Anak tuna daksa : Anak yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh 1 - Gunungkidul : sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukota Wonosari. - Perancangan : proses, cara, perbuatan merancang (KBBI) - Healing Environment : Healing Environment merupakan sebuah lingkungan binaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek secara psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. 2 Dari definisi di atas, maka dapat diambil pemahaman sebagai berikut : Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment merupakan sebuah sarana untuk merehabilitasi anak tuna daksa yang berada di kabupaten Gunungkidul yang dirancang dengan konsep healing environment untuk mendukung proses rehabilitasi pasien. 1 diakses 20 Februari Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 :
2 1.1.3 Latar Belakang Permasalahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat pasal 9 menyebutkan bahwa Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Selanjutnya pada pasal 12 disebutkan Setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan,jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan serta kemampuannya. Sebagaimana disebutkan dalam pasalnya yang ke-16, Pemerintah menyelenggarakan upaya berupa rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial. Rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penyandang cacat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan pendidikan dan pengalaman. Rehabilitasi, sebagaimana dimaksud pada meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, dan sosial. 3 Rehabilitasi bagi difabel sebaiknya dilakukan sejak usia dini guna membina, membekali, dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu. Rehabilitasi sejak usia dini tidak hanya bermanfaat bagi difabel itu sendiri, namun juga memberikan pemahaman bagi orang tua anak untuk membantu anak mandiri dengan keterbatasannya dan mampu mengembangkan potensi diri. Namun pada kenyataannya, tidak semua difabel khususnya usia anak mendapatkan rehabilitasi yang menunjang untuk mencapai kesamaan dalam aspek kehidupan dan penghidupannya. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab mengapa difabel tidak mendapatkan rehabilitasi, antara lain, minimnya panti/pusat rehabilitasi di suatu daerah ; kapasitas pusat yang tidak mencukupi ; minimnya informasi tentang adanya panti/pusat rehabilitasi tersebut ; dan lain sebagainya Kondisi difabel di Yogyakarta Definisi penyandang disabilitas menurut Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan 3 UU Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat 2
3 hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak. Adapun kriteria penyandang disabilitas yaitu, mengalami hambatan untuk melakukan suatu aktivitas fisik sehari-hari ; mengalami hambatan dalam bekerja seharihari; tidak mampu memecahkan masalah sehari-hari; penyandang dengan disabilitas fisik: tubuh, netra, rungu wicara ;penyandang dengan disabilitas mental: mental retardasi dan eks psikotik; penyandang dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda. 4 Berdasarkan data Dinas Sosial provinsi DIY tahun 2007, jumlah difabel di DIY setidaknya mencapai angka (empat puluh dua ribu) orang, dengan persebaran di kabupaten Kulon Progo mencapai dan selebihnya tersebar di kabupaten / kota lain di DIY. Diasumsikan, jumlah sebenarnya masih lebih banyak dibanding data yang ada, mengingat bahwa pendataan difabel sejauh ini seperti halnya gunung es yang hanya muncul di permukaan saja dan hingga saat ini, diyakini belum ada data falid mengenai jumlah difabel. Dari jumlah di atas, 70% dari difabel usia produktif tidak mempunyai pekerjaan. Sedangkan sisanya (30%) tersebar pada sektor-sektor pekerjaan seperti buruh pabrik/penyedia jasa, serta pegawai negeri. Sementara itu, dalam Buku Panduan Pemutakhiran Data PMKS dan PSKS Tahun 2012 (Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), tercatat jumlah ADK (Anak Dengan Kedisabilitasan) sebanyak anak. Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang berusia 18 tahun ke bawah yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani, maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari anak dengan disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan anak dengan disabilitas fisik dan mental. Adapun kriteria Anak Dengan Kedisabilitasan yakni, anak dengan disabilitas fisik: tubuh, netra, rungu wicara; anak dengan disabilitas mental: mental retardasi dan 4 Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012, Dinas Sosial DIY. 3
4 eks psikotik ; anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda; tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari. 5 Tabel 1. Tabel jumlah dan presentase ADK di DIY NO JENIS JUMLAH DAN PRESENTASE DI KAB/KOTA PMKS KP % BTL % GK % SLM % YK % JUMLAH 1 ADK Sumber : Laporan Hasil Pemutakhiran Data PKMS dan PSKS Tahun 2012, Dinas Sosial DIY Keberadaan Pusat Rehabilitasi Difabel di Yogyakarta Pusat rehabilitasi menjadi salah satu fasilitas penting untuk memenuhi kebutuhan penyembuhan bagi difabel. Namun pada kenyataannya masih sedikit sekali Pusat Rehabilitasi yang terdapat di Provinsi DIY. Terdapat dua pusat rehabilitasi difabel yakni di YAKKUM, Jalan Kaliurang km.13 dan Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat Pundong, Bantul. Pusat Rehabilitasi YAKKUM menyediakan pelayanan rehabilitasi untuk anakanak dan remaja penyandang cacat, terutama bagi mereka yang secara ekonomi tidak mampu, yatim-piatu, dan mengalami ketidakberuntungan secara sosial. Pusat Rehabilitasi YAKKUM mencoba untuk memberdayakan para penyandang cacat untuk menjadi percaya diri di dalam semua aspek kehidupan keseharian mereka, mampu mendapatkan penghasilan melalui ketrampilan- ketrampilan yang mereka miliki yang didapat selama berada di dalam sentra 6. Pusat Rehabilitasi YAKKUM memiliki kapasitas maksimal untuk penghuni antara orang. Pusat Rehabilitasi Terpadu Penyandang Cacat (PRTPC) Pundong, Bantul, dibangun sebagai bentuk respon atas gempa bumi Mei 2006 lalu di Yogyakarta. Sasaran PRTPC ini adalah difabel usia produktif dan jompo dengan akomodasi untuk 120 orang. 1.2 Konsep Healing Environment sebagai Pendukung Proses Rehabilitasi Healing Environment, for healthcare buildings describes a physical setting and organizational culture that supports patients and families through the stresses imposed 5 Buku Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) dan PSKS (Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial) Tahun 2012, Dinas Sosial DIY. 6 Diakses tanggal 25 Oktober
5 by illness, hospitalization, medical visits, the process of healing, and sometimes, bereavement. 7 Healing Environment merupakan sebuah lingkungan binaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan efek secara psikologis maupun fisiologis yang kondusif bagi proses penyembuhan. 8 Konsep Healing Environment mungkin belum begitu sering didengar. Healing Environment bertujuan menciptakan suasana seimbang guna mendukung kesehatan jiwa maupun raga dalam satu kesatuan utuh dan terintegrasi. Faktor psikologis dapat membantu proses pemulihan pasien yang sedang sedang dalam masa rehabilitasi. Faktor tersebut dapat dibentuk melalui suasana ruang pada fisik bangunan pusat rehabilitasi. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks tersebut, kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar (40%) dalam proses penyembuhan, faktor medis 10%, faktor genetis 20% dan faktor lain 30% (Kaplan dkk, 1993). Unsur dalam konsep Healing Environment mencakup elemen tata ruang luar dan dalam. Elemen tata ruang luar berupa taman. Keberadaan taman berfungsi sebagai sarana terapi alam bagi pasien. Sedangkan elemen tata ruang dalam mencakup pemilihan warna, pencahayaan alami, penggunaan tekstur, ruang-ruang yang lapang serta tidak melorong dengan bukaan-bukaan sebagai vista terhadap alam sekitar. Aplikasi konsep ini pada Pusat Regabilitasi Anak Tuna Daksa diharapkan mampu membantu proses rehabilitasi pasien Rumusan Masalah Umum Bagaimana merancang bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa(cacat tubuh) di Gunungkidul sebagai salah satu fasilitas yang mampu mewadahi pelayanan rehabilitasi bagi anak tuna daksa. 7 diakses 9 Desember 2013 pukul Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 : Mayang Sari, Sriti. Peran Warna Pada Interior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien dimuat dalam Dimensi Interior, Vol 1, No. 2, Desember 2003 :
6 1.3.2 Khusus Bagaimana merancang tata ruang luar dan tata ruang dalam Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa melalui penekanan Konsep Healing Environment, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan fasilitas rehabilitasi bagi anak dengan kedisabilitasan, khususnya anak dengan tuna daksa. 1.4 Tujuan Umum Merumuskan konsep perancangan bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Yogyakarta sebagai salah satu fasilitas yang mampu mewadahi pelayanan rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik, pendidikan, pelatihan, dan sosial Khusus Mengetahui unsur-unsur tata ruang luar dan tata ruang dalam Konsep Healing Environment yang dapat diaplikasikan dalam proses perencanaan dan perancangan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Yogyakarta. 1.5 Sasaran Umum Mendapatkan gambaran kegiatan pelayanan rehabilitasi anak tuna daksa. Mengidentifikasi karakteristik dan hubungan ruang dalam pusat rehabilitasi anak tuna daksa. Mengidentifikasi aktivitas dan karakteristik pusat rehabilitasi anak tuna daksa Khusus Memahami konsep Healing Environment Mengetahui aplikasi konsep Healing Environment terhadap tata ruang luar dan tata ruang dalam pada bangunan Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa. 1.6 Lingkup Pembahasan Pembahasan Non Arsitektural Mengidentifikasi karakter dan kebutuhan calon pengguna Mengidentifikasi karakteristik kegiatan 6
7 1.6.2 Pembahasan Arsitektural Mengidentifikasi proses kegiatan rehabilitasi bagi anak tuna daksa untuk memperoleh program ruang. Mengidentifikasi kebutuhan tata ruang luar dan tata ruang dalam sesuai dengan konsep Healing Environment 1.7 Metode Pembahasan Pengumpulan Data Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data terkait dengan perancangan Pusat Rehabilitasi untuk difabel usia anak sampai remaja di Yogyakarta. Studi Literatur Data yang diperoleh merupakan data-data tertulis dari buku, internet, dan lain-lain. Data yang diperoleh merupakan data-data faktual, standar-standar yang digunakan untuk menganalisa, mengidentifikasi masalah arsitektural dan non arsitektural Pusat Rehabilitasi Difabel untuk anak dan remaja di Yogyakarta. Adapun data yang mendukung studi literatur antara lain : 1. Pengumpulan data dari instansi yang terkait dengan difable : - Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta untuk memperoleh data jumlah statistik tentang difabel di Yogyakarta - BPS,tentang keberadaan fasilitas kesehatan di Yogyakarta 2. Studi literatur tentang rehabilitasi difabel 3. Studi literatur tentang konsep Healing Environment Survey Lapangan Metode survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat. Adapun survey yang dilakukan yakni survey ke lokasi Pusat rehabilitasi YAKKUM dan Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) di Pundong, Bantul Wawancara Wawancara langsung (interview) dengan beberapa narasumber. 7
8 1.7.2 Pengolahan dan Analisis Data Analisa data yang bersifat kuantitatif meliputi data tentang standar ukuran, program ruang, besaran ruang Analisa data yang bersifat kualitatif meliputi data tentang kualitas ruang yang sesuai untuk pengguna dan fungsi yang spesifik dan mengacu pada konsep Healing Environment Sintesis/ Perumusan Konsep Menarik kesimpulan dari hasil olahan data menjadi rumusan perancangan pusat rehabilitasi anak tuna daksa yang dapat mengakomodasi kegiatan rehabilitasi secara optimal. 1.8 Sistematika Pembahasan BAB I. Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan,metode pembahasan, keaslian karangan. BAB II. Tinjauan Teori Berisi tentang tinjauan faktual terhadap rehabilitasi, difabel, dan kajian tentang Healing Environment. BAB III. Studi Kasus dan Tinjauan Lokasi Berisi tentang studi kasus bangunan rehabilitasi dan bangunan dengan tipologi sejenis yang menerapkan konsep Healing Environment, tinjauan tentang lokasi dan site yang terpilih sebagai site Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Gunungkidul. BAB IV. Analisis Pendekatan Program Bangunan Berisi tentang analisis pendekatan program bangunan dan pendekatan konsep Healing Environment dengan maksud mendapatkan kesimpulan yang digunakan untuk merumuskan konsep perencanaan dan perancangan. BAB V. Konsep Awal Perancangan Berisi tentang rumusan konsep awal yang melandasi perencanaan dan perancangan yang akan digunakan dalam mendesain Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa di Gunungkidul Perancangan Dengan Konsep Healing Environment. 8
9 1.9 Kerangka Pemikiran Gambar 1. Kerangka Pemikiran Sumber : Analisis Penulis,
10 1.10 Keaslian Penulisan Untuk menghindari kesamaan penulisan, keaslian penulisan dapat dibandingkan dengan judul dan permasalahan yang ditekankan dari skripsi terdahulu yaitu : a. Judul dan permasalahan berkaitan dengan Pusat Rehabilitasi Difabel Panti Rehabilitasi Cacat Tubuh di Yogyakarta, Suroto, UGM : 1986 Pusat Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh di Surakarta, Mulyono, Slamet. UGM : Pusat Pelayanan Rehabilitasi Cacat Tubuh di DIY, Widyani,Novita,UGM : Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh Di Yogyakarta,Perancangan Tatat Ruang Dalam dan Luar Menggunakan Prinsip Feng Shui, Anis, samuel Abdul, UGM : Fasilitas Rehabilitasi Terpadu penyandang cacat tubuh dengan konsep teori Benard Tschumi : mengenai Disjuction, Fatchurrahman, Agung, UGM : b. Judul dan permasalahn berkaitan dengan konsep Healing Environment Instalasi rawat Jalan Anak RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Penekanan Pada Healing Environment, Hasan, Akbar, UGM : 2013 Pusat Pemulihan Psikis Remaja Pasca Trauma dengan Penekanan Konsep Healing Environment, Kurniawati, Febriani, UGM : Sekolah khusus dan sekolah terapi autis di Bekasi :dengan penekanan pada Healing Environment, Nisa, Aviana Hanivatun, UGM : 2011 Redesain Rumah Sakit Patmasuri Bantul Penekanan Pada Healing Environment, Purnawam, Setya, UGM : 2009 Dengan demikian tema yang dibahas tentang Pusat Rehabilitasi Anak Tuna Daksa Di Gunungkidul merupakan gagasan asli penulis karena memiliki objek tulisan yang berbeda dengan hasil tulisan di atas. 10
BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Judul. Perancangan Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dengan Pendekatan Deafspace Guidelines
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.1.1. Judul Perancangan Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dengan Pendekatan Deafspace Guidelines 1.1.2. Definisi dan Pemahaman Judul Untuk memperjelas judul pembahasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL
BAB II TINJAUAN DIFABEL DAN PUSAT PELAYANAN DIFABEL II.1. Tinjauan Umum Difabel II.1.1. Pengertian Difabel Difabel atau kata yang memiliki definisi Different Abled People ini adalah sebutan bagi orang
Lebih terperinci1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.7 LATAR BELAKANG Seiring perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan di berbagai sector diantaranya perindustrian, transportasi dan kesehatan di Indonesia khususnya di Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang sempurna, tapi jika kenyataan berbeda dengan harapan, bukan berarti tak ada jalan kesempurnaan. Tuhan menciptakan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh (http://id.wikipedia.org/wiki/ Anak_
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna daksa merupakan kelainan cacat fisik dalam gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (sumber:kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 2. Menurut pakar John C. Maxwell, difabel adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Sebutan Difabel dalam bahasa Indonesia sebenarnya telah mengalami banyak evolusi sampai akhirnya muncul kata difabel sebagai pengganti kata cacat, istilah ini pun
Lebih terperinciSEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 33 SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pendidikan adalah hak bagi setiap anak, termasuk anak dengan disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi
Lebih terperinciREDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) TUGAS AKHIR PERIODE 36 REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Menempuh Gelar Sarjana Arsitektur Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal
Lebih terperinciPembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk
Pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Nasional yang bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Sasaran pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari berbagai sumber, salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, selsel kanker ini dapat
Lebih terperinciGRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GRAHA REHABILITASI PENYANDANG CACAT TUBUH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat Gambar 1.1 Difabel Dokumentasi : Vriesia Tissa Florika (2013) Istilah difable (differently Ability) muncul
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
70 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN, a. bahwa setiap warga
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat. Kehadiran seorang anak ditengah-tengah keluarga merupakan harapan dan dambaan. Isak tangis kehadirannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keharusan negara untuk mampu menciptakan rakyat yang cerdas ditiap-tiap bidangnya dan mengenai pendidikan sebagai suatu alat terciptanya negara yang baik dalam perspektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang saat ini menjadi persoalan yang memprihatinkan. Peningkatan jumlah pengguna dari tahun ke tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna tanpa kekurangan suatu apapun. Memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap, serta dapat melakukan berbagai kegiatan merupakan
Lebih terperinciSekoU? Luar Biasa DTuna Daksa
BAB I PENDAHULUAN SekoU? Luar Biasa DTuna Daksa 1.1. PENGERTIAN JUDUL Sekolah Luar Biasa adalah Sekolah yang khusus menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak yang berkelainan. Merupakan wadah pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu yang memilih untuk menjadi wanita karier. Wanita bekerja selain untuk mengangkat derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Esensi Proyek Rumah sakit khusus jantung memberikan pelayanan dan perhatian penuh kepada pasien secara fisiologi dan psikologis dengan meningkatkan mutu pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian, adil dan merata, serat pengutamaan dan manfaat dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2013 arah pembangunan kesehatan adalah dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama meskipun mereka kembar. Hal tersebut dapat terjadi pada kondisi fisik dan non fisik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan
Lebih terperincipasien dan pendampingnya. Tidak hanya mewadahi fungsi hunian, Children Cancer Care Service juga mewadahi fungsi oprasional yayasan yang bergerak
BAB I PENDAHULUAN Bab I berisi pendahuluan yang akan memaparkan penjelasan pengadaan proyek hingga permasalahannya. Selain itu, bab I juga berisi rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup studi, metode
Lebih terperinci2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diagram 1.1. Jumlah Penyadang Cacat Yogyakarta Sumber: Dinas Sosial Provinsi D.I. Yogyakarta,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Difabel adalah different abbility people yang berarti orang dengan kebutuhan khusus. Menurut Pakar John C. Maxwell, difabel
Lebih terperinciPUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obyek Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu menunjukkan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA
BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA IV.1. Kondisi Kota Yogyakarta IV.1.1. Letak Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sampai saat ini pembangunan gedung-gedung di Indonesia sebagian besar cenderung belum mencerminkan kenyamanan bagi semua orang, dikarenakan belum dapat digunakan oleh
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan merupakan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan pusat rehabilitasi medis pasca stroke di Malang. Sebelum melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian Pusat Pendidikan dan Terapi Anak Autis di Sukoharjo dengan Pendekatan Behaviour Architecture, perlu diketahui tentang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tesis ini bertujuan untuk menganalisis pelayanan pendidikan inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Dengan mengambil lokus pada Sekolah Menengah Pertama Negeri
Lebih terperinciRUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (LP3A) RUMAH SAKIT ANAK DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : DESSY ARSIANTI
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan
BAB III METODE PERANCANGAN Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan masalah dan tujuan perancangan hingga menghasilkan suatu produk (hasil rancangan). Dengan metode perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Masalah Kesehatan Di Rumah Sakit Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan penyakit, namun sayangnya rumah sakit seringkali mengingatkan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak penyandang tuna daksa (memiliki kecacatan fisik), seringkali kesulitan diterima dalam masyarakat. Mereka umumnya cenderung mendapatkan penolakan dari masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lansia, Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Keberadaan Lansia Dalam Masyarakat Berdasarkan kejadian dan pemberitaan pada media saat ini, keberagaman masyarakat di Indonesia seringkali menimbulkan kesenjangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan mendefinisikan citra diri dalam remaja itu sendiri sebagai transisi dari masa anak ke
BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian dan Pengertian Judul I.1.1. Pengertian Pusat Terapi Musik Pusat terapi musik didefinisikan sebagai wadah suatu kegiatan dengan menggunakan musik untuk mengatasi kekurangan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan berdasarkan bab III ayat 5 dinyatakan bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari. Pada usia tua, manusia akan mengalami kemunduran dalam berbagai
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun , (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2015), hal. 6.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proyek Kesehatan merupakan sebuah isu penting yang tidak luput dari perhatian pemerintah Indonesia. Pembangunan kesehatan 1 pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. JUDUL B. LATAR BELAKANG MASALAH. Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep. Surga
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Surga Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep B. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara dengan proses penuaan paling cepat di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian orang menilai bahwa ketidaksempurnaan atau kecacatan fisik adalah sebuah permasalahan yang diyakini dapat menghambat cita-cita bahkan aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Menjadi insan-insan yang terdidik merupakan salah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyandang cacat merupakan bagian
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Menurut penelitian selama 50 tahun terakhir tercatat prevalensi autis mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan membahas tentang uraian pendahuluan mengenai pemilihan judul Rumah Perawatan Anak Penderita Kanker yang akan menjabarkan beberapa sub bab. Dari latar belakang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Suatu kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kesehatan merupakan kebutuhan yang penting didalam suatu kehidupan disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Suatu kesehatan menjadi utuh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN [AUTHOR NAME] I-1
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Judul Health atau Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Resort sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna rungu wicara adalah kondisi realitas sosial yang tidak terelakan didalam masyarakat. Penyandang kecacatan ini tidak mampu berkomunikasi dengan baik selayaknya
Lebih terperinciPP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
Copyright (C) 2000 BPHN PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Menimbang: *35751 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 43 TAHUN 1998 (43/1998) TENTANG UPAYA PENINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang. sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya terganggu atau dapat
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Memiliki tubuh dan jiwa yang sehat merupakan dambaan setiap orang. Namun tidak semua orang beruntung memiliki jiwa yang sehat, adapula sebagian orang yang jiwanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Fenomena Narkoba di Indonesia Indonesia sebagai negara dengan kondisi geografis yang strategis dengan mudah menjadi sasaran empuk para mafia narkoba dunia. Selain
Lebih terperinciPerancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki keinginan untuk lahir dengan kondisi fisik yang normal dan sempurna, namun pada kenyataannya ada manusia yang tidak dapat mendapatkan kesempurnaan
Lebih terperinciRUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS LANSIA DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Post Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara di Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia bermacam-macam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyandang cacat tubuh pada dasarnya sama dengan manusia normal lainnya, perbedaannya terletak pada kelainan bentuk dan keberfungsian sebagian fisiknya saja,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Pengguna Bangunan Beserta Aktivitasnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pemilihan Kantor Pemerintahan Desa Merdikorejo Sebuah sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara atau daerah dalam mengatur pemerintahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. Keadaan persalinan adalah keadaan di mana masa hamil, melahirkan dan penanganan pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.
BAB I PENDAHULUAN JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami. 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan hal yang penting bagi suatu daerah untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting bagi suatu daerah untuk meningkatkan angka taraf harapan hidup disuatu daerah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit KAB./KOTA ADMINISTRASI KAB ADMINISTRATIF
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization, 1943).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang dari permasalahan yang diangkat yaitu tentang pentingnya untuk membuat Rumah Sakit Khusus Jiwa di Kabupaten Badung. Bab ini terdiri dari rumusan
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS SOSIAL KOTA TANGERANG TAHUN 2016 Dinas Sosial Kota Tangerang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 13 Tahun 2014. Organisasi dan tata kerja Dinas Sosial Kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penyandang Cacat di Jakarta Tahun 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Penyandang Cacat Sejalannya dengan perkembangan zaman, bangunan-bangunan yang ada sekarang ini banyak yang dirancang tanpa memperhatikan keberadaan penyandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vol.65, Jakarta: YPJ, 2010), hal. 17 1
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Tuhan menciptakan mahluk ciptaannya secara sempurna, termasuk manusia sebagai salah satu di antaranya, bahkan dikatakan sebagai mahluk segambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah memasuki usia 60 tahun, manusia pada umumnya mengalami penurunan fungsi tubuh baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, manusia mengalami kesulitan dalam
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek. Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Proyek yang diadakan adalah Rumah Sakit Anak yang memiliki fasilitas dan kapasitas tempat tidur setara dengan Rumah Sakit Tipe
Lebih terperinciRPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 101
TARGET SASARAN MISI Rehabilitasi Sosial % 2.7 2.7 2.88 3.08 3.18 3.18 3.18 3.18 Dinas Sosial Jumlah PMKS telah direhabilitasi dalam 1 tahun dibagi Jumlah PMKS direhabilitasi x % sasaran : penyandang cacat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA- 100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah narkoba mulai dikenal pada sekitar tahun 1998, akibat maraknya kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif terlarang. Agar lebih mudah dalam
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERMAKANAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit yang banyak dikatakan orang sulit untuk disembuhkan yaitu penyakit kanker. Penyakit kanker merupakan penyakit yang menyerang sistem kerja dan imunitas
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2017
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Lebih terperinciUSAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENDERITA CACAT (Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1980 Tanggal 29 Oktober 1980) Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kesejahteraan sosial bagi penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan kemanusiaan adalah dua hal yang saling berkaitan, pendidikan selalu berhubungan dengan tema-tema kemanusiaan. Artinya pendidikan diselenggarakan dalam
Lebih terperinci