BAB V KESIMPULAN, IMPILIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN, IMPILIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN, IMPILIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data lapangan dan diskusi teoritik, penelitian ini dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, tradisi budaya pada kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam tidak terlepas dari kegiatan yang memiliki unsur aktivitas fisik yaitu seperti aktivitas berburu, berkebun, berladang, berondol, membuat anyaman dan melangun. Yang kegiatan tersebut merupakan kegiatan mata pencaharian mereka sehari-hari serta melangun yang merupakan adat istiadat yang dilakukan pada saat berduka dan meninggalkan pemukiman mereka dan mencari tempat bermukim yang baru yang banyak memiliki sumber makanan dan lokasi yang dekat dengan aliran sungai. Dari hasil wawancara maupun file dokumen berupa data yang didapatkan dari Kementrian Sosial ataupun data dokumentasi penelitian seperti foto dan video yang direkam dengan menggunakan kamera pada saat melakukan penelitian, maupun penampakan yang dilihat langsung oleh peneliti pada tradisi budaya aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam yang bermukim di beberapa daerah seperti hutan Taman Nasional Bukit Dua belas, Air Panas, Punti kayu II Kecamatan Air Hitam dan Pulau Lintang. Penulis dapat melihat serta merekam langsung objek yang diteliti dan penulis dapat melihat langsung bagaimana kegiatan aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam berlangsung seperti bagaimana masyarakat melakukan aktivitas fisik di hutan seperti proses berburu dengan menggunakan tombak, berburu dengan menggunakan senapan, berburu dengan menggunakan betet atau ketapel yang dilakukan anak-anak SAD ketika sedang berburu burung diwaktu siang dan malam hari, proses anak-anak SAD dalam memanjat pohon untuk mengambil buah, proses masyarakat SAD dalam mengambil madu, proses masyarakat SAD ketika membuka lahan di hutan atau nabai. Kemudian aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam pada saat berkebun seperti bagaimana proses memanen sawit yang dilakukan masyarakat SAD, proses mengumpulkan tandan sawit hasil panen, proses menaikkan sawit kedalam keranjang yang kemudian dibawa untuk dijual dengan menggunakan motor ke 212

2 213 tengkulak atau pengepul buah sawit, proses motong karet, proses membawa karet dengan menggunakan motor. Kemudian penulis juga melihat secara langsung bagaimana masyarakat SAD dalam berladang seperti proses menanam ubi, proses memanen ubi, proses menanam buah naga, proses menanam pohon tebu, proses mancah dan proses meghumpot. Kemudian penulis juga melihat dan merekam aktivitas fisik masyarakat SAD yang melakukan aktivitas di sungai seperti proses menangkap seperti ngakop, nyuloh dan nembak. Penulis juga melihat proses masyarakat SAD mandi, mencuci pakaian dan peralatan dapur di sungai, proses mengambil air di sungai. Kemudian penulis juga melihat bagamana proses berondol sawit, proses berenang yang dilakukan anak-anak SAD dan proses menganyam yang dilakukan induk. Penulis juga meliaht langsung bagaimana proses pendidikan yang ada pada masyarakat SAD. Penulis melihat langsung beberapa acara yang dilakukan Pemerintah Sarolangun dengan tujuan memasyarakatkan masyarakat Suku Anak Dalam dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti pawai PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang dilakukan setahun sekali sebagai salah satu usaha untuk mengajak masyarakat SAD untuk dapat berbaur dengan masyarakat dusun sekitar. Penulis juga melihat aktivitas gotong royong yang dilakukan masyarakat SAD pada saat bersama-sama memperbaiki jalan yang rusak dikarenakan hujan yang terus menerus. Pada kesimulan pertama ini penulis melihat bahwa aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam sebagian besar merupakan kegiatan mata pencaharian mereka dan terdapat juga kegiatan yang merupakan tradisi adat istiadat masyarakat Suku Anak Dalam itu sendiri. Kedua, dalam kegiatan aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam penulis menemukan makna kearifan lokal aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam seperti aktivitas lari yang mempunyai nilai-nilai dari olahrag lari, aktivitas menggunakan tembak seperti melempar dan memegang tombak yang memiliki nilai-nilai olahraga lempar lembing, kegiatan membawa hasil panen dengan menggunakan kendaraan motor untuk membawa hasil panen ke pengepul yang dimodifikasi dengan menggunakan ban yang khusus untuk jalan yang licin dan berlumpur agar memudahkan untuk melalui jalan tanah yang licin dan kegiatan ini memiliki unsur olahraga motor cross sehingga terdapat nilai-nilai pada olahraga motor cross, aktivitas dalam mengejar hewan buruan terkadang dilakukan dengan

3 214 melewati sungai sehingga melakukan kegiatan renang untuk melewati sungai dan kegiatan renang juga dilakukan oleh anak- anak Suku Anak Dalam sambil untuk mencari ikan kegiatan ini dilakukan dalam mengisi waktu kosong di waktu siang hari dan kegiatan ini memiliki unsur dari nilai-nilai olahraga renang, aktivitas yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam tergolong berat kegiatan ini dilakukan untuk bertahan hidup di hutan seperti kegiatan berburu dan berkebun yang memerlukan ketahanan fisik yang kuat dalam kegiatan aktvitas tersebut membentuk otot-otot secara alami sehingga dalam hal ini kegiatan aktivitas fisik yang berat tersebut memiliki nilai-nilai olahraga binaraga yang fokus latihannya untuk membentuk otot-otot tubuh, pada kegiatan meramu yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam seperti kegiatan memanjat pohon untuk mengambil madu ataupun buah-buahan di hutan memiliki nilai-nilai olahraga panjat tebing karena aktivitas kerja fungsi anatomi dan otot yang digunakan relatif sama seperti tangan, kaki, dan otot yang digunakan juga sama pada olahraga ini., aktivitas mengangkat hasil membentuk kemampuan fisik yang kuat dalam mengangkat beban berat sehingga kegiatan ini memiliki nilai-nilai olahraga angkat berat, eksistensi keterampilan gerak yang dilakukan oleh pemuda Suku Anak Dalam dalam menyalurkan keinginan dan bakat dari keterampilan gerak yang mereka miliki dengan mengikuti aktivitas beladiri sehingga terdapat nilai-nilai olahraga beladiri silat, aktivitas berburu dengan menggunkan senapan dalam berburu memiliki unsur dari nilai-nilai olahraga menembak, kelincahan dan keterampilan gerak yang dimiliki oleh anak-anak Suku Anak Dalam memiliki nilai-nilai olahraga senam alat, dan aktivitas masyarakat Suku Anak Dalam terdapat unsur survive karena dituntut untuk dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan hidup di kawasan utan dengan kondisi geografi yang berbukit dan jalan yang menanjak dan sulit untuk dilalui sehingga memiliki unsur dari nilai-nilai olahraga hiking dimana pada olahraga yang termasuk olahraga rekreasi ini dimana pelaku olahraga yang di tuntut untuk berjuang dalam menaklukan track atau jalur yang harus dilalui. Nilai-nilai olahraga tersebut merupakan hasil dari kajian penulis dari aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat Suku Anak Dalam pada kehidupan mereka sehari-hari. Ketiga, melihat banyaknya aktivitas berat yang dilakukan pada aktivitas masyarakat Suku Anak Dalam penulis menemukan aktivitas fisik yang memiliki

4 215 unsur-unsur dalam meningkatkan kemampuan fisik dalam proses aktivitas berburu seperti berjalan jauh, berlari, membawa hasil buruan. Dalam proses aktivitas berkebun seperti manen, mengumpulkan tandan sawit hasil panen, mengangkut hasil panen ke dalam keranjang di atas motor, menimbang hasil panen. Kemudian kegiatan berjalan yang sering dilakukan masyarakat SAD pada saat hendak pergi ke ladang, ke hutan, dan ke sungai. Kemudian penulis melihat aktivitas mereka dalam melakukan kegiatan mengambil berondolan sawit di perkebunan dengan berjalan kaki dan sambil membawa berondolan mereka yang dikumpulkan di dalam karung yang kemudian dibawa ke motor untuk dijual ke tengkulak sawit. Kemudian penulis juga memperhatikan dan dari hasil wawancara makanan yang mereka makan yang merupakan makanan hasil tangkapan mereka sendiri dan makanan yang alami dan tidak mengandung zat kimia yang merupakan salah satu faktor yang membentuk kemampuan fisik masyarakat Suku Anak Dalam. Keempat, banyaknya aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam membuat kemampuan keterampilan gerak yang dimiliki masyarakat SAD sangat banyak berikut merupakan kegiatan aktivitas fisik yang memiliki unsur keterampilan gerak seperti keterampilan menombak kegiatan ini dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam pada saat berburu babi dan mereka memiliki teknik sendiri dalam menggunakan tombak dari teknik memegang mereka yang memiliki ciri khas sendiri dan berbeda dari teknik yang digunakan oleh orang lain pada umumnya, menembak juga merupakan aktivitas berburu yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam dan biasanya mereka menembak dengan menggunakan senjata api berupa senapan laras panjang yang biasa mereka gunakan untuk berburu hewan-hewan besar seperti babi, kijang dan rusa. Nyuloh merupakan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan parang yang diayunkan ke target sasaran ikan yang mereka lihat serta menggunakan senter sebagai alat penerangan dan nyuloh dilakukan pada waktu malam hari. Ngakob merupakan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan tangan kosong dan kegiatan ini dilakukan hanya pada waktu air sedang surut saja. Membuat anyaman merupakan kegiatan yang dilakukan induk untuk mengisi waktu kosong disiang hari kegiatan anyaman ini menggunakan tangan dengan alat berupa parang kecil atau pisau yang digunakan untuk membersihkan lidi atau memotong rotan yang kemudian dijadikan ambung

5 216 yang biasa digunakan untuk mengangkut barang atau membuat kerajinan berupa piring yang terbuat dari lidi sawit. Keterampilan gerak ini terbentuk dari kebiasaan tradisi budaya aktivitas fisik yang mereka laukan tersebut sehingga membentuk kemampuan-kemampuan seperti kemampuan menembak, kemampuan menombak, kemampuan menganyam dan kemampuan dalam menangkap ikan baik dengan menggunakan parang atau menggunakan tangan kosong. B. IMPLIKASI Implikasi dari penelitian ini adalah hasil penelitian dapat menambah informasi dan wawasan bagi pembaca mengenai tradisi budaya aktivitas fisik apa saja yang terdapat pada masyarakat Suku Anak Dalam, nilai-nilai olahraga apa saja yang terdapat pada aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam, kegiatan aktivitas fisik apa saja yang memiliki unsur meningkatkan kemampuan fisik pada masyarakat Suku Anak Dalam, kegiatan aktivitas fisik apa saja yang memiliki unsur keterampilan gerak pada masyrakat Suku Anak Dalam. Kondisi alam yang ditempati masyarakat Suku Anak Dalam mempengaruhi pola kehidupan mereka. Aktivitas mata pencaharian masyarakat Suku Anak Dalam merupakan kegiatan yang sepenuhnya dilakukan di hutan. Kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam sangat bergantung pada pemanfaatan hutan seperti mencari rotan, mencari madu, mencari umbi-umbian, mencari buah jernang dan mencari hewan buruan. Hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat Suku Anak Dalam sehingga penebangan hutan secara besar-besaran merupakan tindakan pembunuhan secara tidak langsung bagi kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam. Perluasan lahan perkebunan sawit yang dimiliki perusahaan membuat kawasan hutan kian mengecil dan mempengaruhi pola kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam. Seperti yang terjadi sekarang ini bahwa masyarakat sudah susah untuk mencari bahan makanan di hutan dan beralih dengan mengumpulkan berondolan di perkebunan sawit milik perusahaan. Ini dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam bukan untuk memperkaya diri melainkan hanya untuk bertahan hidup, meskipun terkadang beberapa kali terjadi bentrok antara satpam perusahaan dengan masyarakat Suku Anak Dalam.

6 217 Dengan adanya pelatihan bagaimana cara berladang dan berkebun yang dilakukan Pemerintah Sarolangun dan pemberian bibit yang diberikan oleh Kementrian Sosial sedikit menemukan solusi dari beberapa polemik permasalahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam. Adanya pelatihan dan pemberian bibit sekarang masyarakat Suku Anak Dalam sudah mulai melakukan kegiatan berladang seperti menanam ubi, menanam tebu, menanam buah-buahan seperti pepaya, pisang dan buah naga. Sedangkan yang berkebun mereka biasanya berkebun sawit dan kebun karet. Untuk kegiatan berburu mereka biasanya berburu diperkebunan sawit seperti berburu babi, monyet, siamang dan ular. Sedangkan untuk berburu kijang, rusa, ayam hutan, trenggiling dan kancil biasanya mereka berburu masuk kedalam hutan. Kawasan hutan tempat biasa mereka berburu yaitu di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Air Hitam. Sedangkan dalam mencari ikan mereka biasanya pergi ke sungai melakukan kegiatan menangkap ikan seperti ngakob, nyuloh dan terkadang mereka memasang perangkap ikan. Kegiatan mencari ikan ini dilakukan untuk kebutuhan pangan mereka ikan yang didapat kemudian dibawa pulang lalu dimasak dan dikonsumsi sendiri bersama keluarga mereka. Dalam kegiatan aktivitas masyarakat Suku Anak Dalam terdapat nilai-nilai olahraga yang ditemukan dari kegiatan fisik yang mereka lakukan seperti nilainilai olahraga lari, nilai-nilai olahraga lempar lembing, nilai-nilai olahraga motor cross, nilai-nilai olahraga berenang, nilai-nilai olahraga binaraga, nilai-nilai olahraga panjat tebing, nilai-nilai olahraga angkat berat, nilai-nilai olahraga beladiri silat, nilai-nilai olahraga menembak, nilai-nilai olahraga senam alat dan nilai-nilai olahraga hiking. Pada kegiatan aktivitas fisik yang mereka lakukan terdapat beberpa unsur meningkatkan kemampuan fisik seperti dalam proses aktivitas berburu seperti berjalan, berlari, membawa hasil buruan. Dalam proses aktivitas berkebun seperti manensawit atau karet, mengumpulkan tandan sawit hasil panen, mengangkut hasil panen ke dalam keranjang, menimbang hasil panen yang kemudian dijual dan hasilnya digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, rokok, dan

7 218 lain-lain yang sisa uang tersebut kemudian mereka simpan untuk keperluan lainnya. Kemudian kegiatan berjalan yang sering dilakukan masyarakat SAD pada saat hendak pergi ke ladang, ke hutan, dan ke sungai yang jarak tempuhnya sangat jauh antara 15 km sampai 20 km antara 2 sampai 3 jam dengan berjalan kaki. Kemudian aktivitas mereka dalam melakukan kegiatan mengambil berondolan sawit di perkebunan dengan berjalan kaki dan sambil membawa berondolan mereka kumpulkan dan kemudian dibawa untuk dijual ke tengkulak sawit. Makanan juga mempengaruhi kemampuan fisik sesorang seperti makanan yang mereka makan yang merupakan makanan hasil tangkapan sendiri dan termasuk makanan yang alami dengan tidak terkandung zat kimia dan merupakan salah satu faktor terbentuknya kemampuan fisik yang kuat. Kemampuan fisik merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh masyarakat SAD ini dikarenakan oleh aktivitas fisik yang mereka lakukan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bertahan hidup di hutan kemampuan fisik juga menjadi patokan bagi masyarakat Suku Anak Dalam sebagai syarat yang harus dimiliki SAD sebelum diperbolehkan untuk menikah. Dalam kegiatan aktivitas fisik masyarakat Suku Anak Dalam terdapat beberapa aktivitas yang membentuk keterampilan gerak mereka seperti aktivitas pada kegiatan menombak yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam. Mereka memiliki teknik sendiri dalam menggunakan tombak dari teknik memegang tombak yang memiliki ciri khas sendiri dan berbeda dari teknik yang digunakan oleh orang lain pada umumnya. Menembak juga merupakan aktivitas berburu yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam dengan menggunakan. Ngakob merupakan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan tangan kosong dan kegiatan ini dilakukan hanya pada waktu air sedang surut saja. Sedangkan aktivitas nyuloh merupakan kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan parang yang diayunkan ke target sasaran ikan yang mereka lihat serta menggunakan senter sebagai alat penerangan dan nyuloh dilakukan pada waktu malam hari. Membuat anyaman merupakan kegiatan yang dilakukan induk untuk mengisi waktu kosong disiang hari kegiatan anyaman ini menggunakan tangan dengan alat berupa parang kecil atau pisau. Keterampilan gerak yang terdapat pada masyarakat Suku Anak Dalam terbentuk berdasarkan aktivitas fisik yang mereka lakukan secara terus menerus sehingga kemampuan gerak seseorang semakin meningkat seiring dengan intensitas kegiatan

8 219 yang mereka lakukan maka akan semakin baik dan fsih dalam melkukan suatu kegiatan yang memiliki keterampilan gerak yang khusus. Dengan adanya akulturasi budaya dari luar diharapkan masyarakat Suku Anak Dalam sedikit demi sedikit mengenal kegiatan olahraga dan dapat mengikuti olahraga yang mereka senangi seperti yang terjadi sekarang bagaimana beberapa remaja dari Suku Anak Dalam yang ikut dalam latihan cabang olahraga silat dan mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias yang tinggi. Hal ini terlihat bagaimana mereka menambah porsi latihan mereka dengan mengulangi gerakan yang mereka pelajari di dusun pada saat latihan formal. Latihan tambahan yang mereka lakukan terkadang dilakukan di sore hari atau malam hari dengan api unggun dan beberapa senter sebagai alat penerangan ketika sedang latihan di waktu malam hari. dan tidak menutup kemungkinan beberapa dari masyarakat Suku Anak Dalam mengikuti cabang olahraga lain dengan adanya kegiatan yang sering dilakukan di sekitar dusun atau desa tempat pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam. Potensi bibit atlet sangat memungkinkan untuk diambil dari masyarakat Suku Anak Dalam. Dengan potensi kemampuan fisik yang kuat dan keterampilan gerak yang baik pencarian bibit atlet untuk cabang olahraga tertentu dapat diambil dari remaja Suku Anak Dalam. Selama ini bibit atlet kebanyakan berasal dari kota dan proses pembentukan fisik mereka harus dimulai dari awal dan apabila pengambilan bibit atlet diambil dari remaja masyarakat Suku Anak Dalam pelatih tidak perlu terlalu fokus untuk membentuk ketahanan fisik atlet karena mereka pada dasarnya sudah dilatih fisik sejak usia dini dan pembentukan fisik mereka yang terbentuk secara alami hanya saja pemahaman akan definisi yang harus lebih ditonjolkan karena kemampuan mereka akan pengetahuan yang sangat minim dan pola pikir mereka yang masih sangat polos. Dengan berkembangnya akulturasi budaya dari desa yang masuk kedalam kehidupan masyarakat Suku Anak Dalam diharapakan dapat berdampak baik bagi minat pada kegiatan olahraga. Sehingga menjadi fenomena baru bagi dunia olahraga khususnya di Indonesia bagaimana komunitas adat terpencil yang tinggal di dalam hutan seperti Suku Anak Dalam yang tertarik melakukan kegiatan olahraga dan ikut serta dalam meramaikan khasanah kegiatan olahraga di tanah air.

9 220 Bagi para pelatih maupun ilmuwan yang berkecimpung di dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan inspirasi atau ide-ide baru agar dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh komunitas adat terpencil yang memiliki ketahan fisik dan keterampilan gerak yang bagus. Meskipun secara pendidikan mereka tertinggal karena kehidupan mereka yang tidak mengetahui akan pentingnya pendidikan akan tetapi kemampuan yang mereka miliki dapat menjadi bahan pertimbangan sendiri. Pendidikan juga dapat dilakukan bersamaan dengan proses pelatihan yang dilakukan. Penelitian ini juga diharapkan mampu dipahami dan sebagai referensi bagi Dinas Pendidikan untuk lebih memperhatikan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat Suku Anak Dalam tidak hanya pendidikan yang berstandar (Pendidikan Anak Usia Dini) PAUD saja. Melainkan juga masyarakat Suku Anak Dalam lebih diberikan pemahaman akan pentingnya pendidikan dan dapat diberikan peluang yang lebih untuk sekolah tingkat lanjut seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Tingkat Pertama (SMP), Sekolah Tingkat Atas (SMA). Pada serangkaian aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam terdapat beberapa gerakan aktivitas fisik yang menyerupai aktivitas gerak yang dilakukan pada beberapa cabang olahraga seperti lempar lembing dan menembak yang merupakan aktivitas keseharian masyarakat Suku Anak Dalam pada saat berburu. Sehingga terdapat nilai-nilai olahraga yang dapat diambil makna dari serangkaian aktivitas gerak pada saat berburu. Dari penjelasan sebelumnya bahwa kondisi aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam yang mencerminkan aktivitas gerak pada olahraga lempar lembing dan menembak menjadi suatu model teknik tersendiri yang dilakukan kelompok adat masyarakat Suku Anak Dalam pada saat melakukan kegiatan berburu. Sehingga dalam pembibitan atlet pada cabor olahraga lempar lembing dan menembak dapat diambil dari komunitas kelompok adat terpencil sekalipun seperti pada masyarakat Suku Anak Dalam yang melakukan aktivitas menombak dan menembak yang merupakan kegiatan keseharian mereka sehingga teknik yang digunakanpun menjadi lebih fasih atau lebih terampil sehingga cocok dengan cabang olahraga tersebut.

10 221 C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dipaparkan di atas, maka saran dari penulis adalah sebagai berikut: 1. Dinas Pendidikan setempat harus lebih memperhatikan dalam memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat Suku Anak Dalam dengan lebih memfasilitasi kegiatan ajar mengajar di daerah pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam dan memberikan fasilitas bagi anak-anak dari Suku Anak Dalam agar dapat belajar di sekolah menengah atas di perguruan tinggi hal ini demi meningkatkan taraf hidup masyarakat Suku Anak Dalam. 2. Dinas Perhutanan harus lebih memperhatikan dalam pengelolaan hutan khususnya hutan Taman Nasional bukit Dua Belas (TNBD) yang ruang lingkupnya semakin menyempit dengan cara menanam bibit baru agar hutan dapat terus terjaga dan mengawasi sekitar hutan di Taman Nasional Bukit Dua Belas dengan melkukan penjagaan dan pengawasan bagi masyarakat Suku Anak Dalam. 3. Dinas Pemuda dan Olahraga diharapkan dapat lebih memperhatikan dan mempertimbangkan untuk mengembangkan kegiatan olahraga pada komunitas adat terpencil dengan cara memberikan fasilitas sarana dan prasarana di lingkungan masyarakat adat terpencil. 4. Dinas Pariwisata diharapkan dapat mengelola keindahan daerah Kecamatan Air Hitam dengan menjadikan kawasan air panas, kawasan air terjun, dan kawasan hutan tempat pemukiman Suku Anak Dalam yang dijadikan kawasan observasi dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Suku Anak Dalam yang bermukim dengan cara membangun infrastruktur pembangunan di daerah kawasan wisata dan memperbaiki jalan agar akses untuk menuju kawasan wisata mudah untuk dilalui. 5. Perusahaan yang memiliki perkebunan sawit hendaknya memberikan solusi dengan memberikan peluang kerja bagi masyarakat Suku Anak Dalam agar masyarakat SAD tidak melakukan kegiatan berondol di kawasan perkebunan sawit milik perusahaan.

11 Sebagai lokasi yang memiliki kekayaan alam yang bagus dengan adanya kawasan wisata seperti air terjun, kawasan air panas, kawasan berbukit, kawasan hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas tempat bermukimnya masyarakat Suku Anak Dalam dapat dikelola dengan baik dan menjadi objek wisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Suku Anak Dalam tersebut dengan cara membangun fasilitas observasi dengan perbaikan jalan, membangun infrastruktur pembangunan pariwisata dan dengan membuat iklan di media setempat agar lebih mengenalkan dan menarik minat wisata observasi di daerah pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam. 7. Aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam merupakan model yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam dalam meningkatkan kemampuan fisik individu. 8. Aktivitas fisik yang dilakukan masyarakat Suku Anak Dalam dapat diaplikasikan dalam membentuk keterampilan gerak bagi yang berkecimpung di dunia olahraga dan merupakan model aktivitas fisik dalam membentuk keterampilan gerak. 9. Dalam ruang lingkup tempat tinggal masyarakat Suku Anak Dalam dapat dijadikan lokasi bagi olahraga rekreasi karena kontur geografis yang berbukit dan pemandangan yang indah ditambah lagi dengan aktivitas masyarakat Suku Anak Dalam yang dapat dilihat sehingga menjadi keunikan tersendiri di dalamnya. 10. Pembibitan atlet dapat diambil dari pemuda Orang Dalam seperti olahraga lempar lembing dan olahraga menembak, karena aktivitas ini sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Anak Dalam pada saat berburu dengan menggunakan tombak dan senapan laras panjang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat primitif merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Masyarakat primitif biasanya masih menjaga tradisi peninggalan

Lebih terperinci

OLEH : ANGGI ADITIAWAN A PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

OLEH : ANGGI ADITIAWAN A PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TRADISI BUDAYA AKTIVITAS FISIK MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM DITINJAU DARI NILAI-NILAI OLAHRAGA (Studi Fenomenologis Masyarakat Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi Sumatera) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor: 156/H14/HK/2010 tentang Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Udayana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata merupakan salah satu cara untuk melepaskan diri dari rutinitas. Padatnya penduduk yang ada di perkotaan serta tingkat polusi baik udara maupun suara, membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung memiliki letak geografis yang sangat menguntungkan, letaknya sangat strategis karena berada di ujung Pulau Sumatera bagian selatan sekaligus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan 120 Lampiran 2. Peta Kawasan Muara Sungai Progo 121 122 Lampiran 3. Kondisi Muara Sungai Progo tahun (a) 2001 (b) 2004 123 MORFOLOGI HULU - MUARA SUNGAI

Lebih terperinci

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM PENDAHULUAN Masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari ulah manusia itu sendiri, dari hari ke hari ancaman terhadap kerusakan lingkungan semakin meningkat. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang baik dan memadai merupakan salah satu faktor yang turut mendukung pertumbuhan anak. Bermain merupakan sarana bagi anak-anak untuk belajar mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu. Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu. Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumberwungu Melakukan survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN, minimal survei dua kali. Sehingga dapat dijadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. NO Data Daftar Pertanyaan

PEDOMAN WAWANCARA. NO Data Daftar Pertanyaan PEDOMAN WAWANCARA NO Data Daftar Pertanyaan 1. Sistem pertanian Orang Sakai 1. Bagaimana keadaan berladangberpindah pada awal kedatangan dan sungai pada awal menetap Pemerintah? 2. Berapa luas lahan pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak diantara dua benua, yaitu Australia dan Asia, serta diantara dua samudera (Samudera Pasifik dan Samudera Hindia). Sebagai Negara kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnik Lampung selalu bekerja sama, tolong menolong, bergotong royong,

BAB I PENDAHULUAN. etnik Lampung selalu bekerja sama, tolong menolong, bergotong royong, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pribadi masyarakat etnik Lampung akan merasa kurang terpandang apabila ia tidak berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Prilaku ini menggambarkan sikap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM LANGO Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penguatan tugas, fungsi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga tahun 06 0 adalah

Lebih terperinci

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari

3. Pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung (Homestay/Resort Wisata), dengan kriteria desain : a) Lokasi Homestay pada umumnya terpisah dari BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Kriteria desain arsitektur yang sesuai untuk masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan Setelah mengkaji desa labang secara keseluruhan dan melihat teori -teori pengembangan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan kegiatan perekonomian yang telah menjadi andalan dan prioritas pengembangan bagi beberapa Negara, terlebih lagi bagi Negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lebih jauh lihat diakses pada 15 October WIB.

BAB 1 PENDAHULUAN. Lebih jauh lihat  diakses pada 15 October WIB. 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah di bidang desentralisasi dan otonomi daerah dimulai sejak keluarnya UU No.22/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU 32/2004 yang isinya memuat

Lebih terperinci

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 16 Sesi NGAN DESA - KOTA : 1 A. PENGERTIAN DESA a. Paul H. Landis Desa adalah suatu wilayah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dianugerahi dengan kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi atau Negara Biodiversity. Indonesia memiliki 13.466

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun bertambah dengan pesat sedangkan lahan sebagai sumber daya keberadaannya relatif tetap. Pemaanfaatan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi menguraikan tentang litosfer, hidrosfer, antroposfer, dan biosfer. Di dalam lingkup kajian geografi pula kita mengungkapkan gejala gejala yang

Lebih terperinci

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM PALOH, Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim

Lebih terperinci

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PROFIL WILAYAH BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Dusun a. Data Geografis 1) Lokasi, Nama dan Luas Padukuhan Padukuhan Pudak terletak di perbukitan yang terletak pada 324 meter di atas permukaan laut. Terdiri

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

Sepenggal kalimat Jania Hasan, seorang

Sepenggal kalimat Jania Hasan, seorang Pala, Penjaga Hutan Patani Oleh: Amalya Reza (FWI) Jania Hasan sedang toki pala atau mengupas biji pala dari kulitnya. Tong hidup dari ini toh, pala ini. Kalau tong tara punya beras, tinggal bawa tong

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Sri Wilarso Budi R Annex 2. The Training Modules 1 MODULE PELATIHAN RESTORASI, AGROFORESTRY DAN REHABILITASI HUTAN Oleh : Sri Wilarso Budi R ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI Disusun oleh : Lucky Indra Pradipta (07312244072) Agus Satmoko (07312244081) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSUTAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH UMUM, PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku

BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG. dipimpin oleh seorang kepala suku. Suku Domo oleh Datuk Paduko, Suku BAB III KONDISI MASYRAKAT TERANTANG A. Sejarah Desa Terantang Sekalipun Desa Terantang merupakan suatu desa kecil, namun ia tetap mempunyai sejarah karena beberapa abad yang silam daerah ini sudah di huni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN BUDAYA MASYARAKAT KELURAHAN DI KECAMATAN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitia Desa Alam Panjang adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar yang menurut beberapa tokoh masyarakat desa dikenal karena

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT SUSUNAN ORGANISASI DANTATA KERJA DINAS PERKEBUNAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH Bidang Prasarana dan Sarana Bidang Produksi Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DUSUN PELEM

BAB IV MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DUSUN PELEM 55 BAB IV MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DUSUN PELEM A. Kondisi Geografis Dusun Pelem Gambar 4.1 : Peta Dasar Dusun Pelem Pelem secara administatif terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan Kabupaten

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam perkembangan dunia olahraga akhir-akhir ini terutama di Indonesia sedang mengalami kemunduruan, dapat dilihat dari menurunnya prestasi atlet-atlet Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI

BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI 2.1 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Permukiman Desa memiliki jalan provinsi yang menghubungkan Desa dengan pusat kota Amlapura. Kondisi jalan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan bangsa yang dapat meningkatkan perekonomian.

Lebih terperinci

KEPALA DINAS UPTD LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 8 TAHUN 2008 TANGGAL : 20 SEPTEMBER 2008

KEPALA DINAS UPTD LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 8 TAHUN 2008 TANGGAL : 20 SEPTEMBER 2008 DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH TENAGA PENDIDIK & KEPENDIDIKAN MUTU PENGAJARAN SARANA PRASARANA & PENDATAAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN TENAGA EDUKATIF TANAGA NON EDUKATIF PEMBINAAN TENAGA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis dan Demografis... 4 2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat...

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari. dusun Wonosari, desa Banjarejo, kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari. dusun Wonosari, desa Banjarejo, kecamatan Tanjungsari, Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Desa Banjarejo dan Dusun Wonosari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler periode LXI Devisi V.B.1 Universitas Ahmad Dahlan tahun akademik 2016/2017, berlokasi di dusun

Lebih terperinci

BAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000

BAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab tidak terselesaikannya konflikk antara perusahaan hutan tanamann industri dan masyarakat lokal asli di Provinsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR 33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62 BAB VI PENUTUP 6.1 Rencana Kerja Untuk mewujudkan Visi Penataan Lingkungan Permukiman Desa Jipang yaitu terwujudnya Desa Jipang yang sehat, berkembang dan berbudaya maka lembaga lembaga masyrakat beserta

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di pulau Jawa. Di kota ini banyak terjadi sejarah penting seperti kebakaran besar Bandung Lautan Api, Konfrensi Asia Afrika

Lebih terperinci

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya Sunda (dalam Ekadjati, 1993, hlm. 8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kalangan orang Sunda yang pada umumnya berdomisili di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai ciri-ciri khas dan kemampuan dalam mengolah potensi sumber daya alam yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. singkatan Kuansing, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia.

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI. singkatan Kuansing, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia. BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI A. Sejarah Kabupaten Kuantan Singingi 10 Kabupaten kuantan singingi atau sekarang lebih dikenal dengan singkatan Kuansing, adalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Tunggu Gunung Kudu Wareg Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sekilas Gambaran Umum Dusun Indrakila Dusun Indrakila merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km² BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG 2.1 Letak Geografis Pulau Burung Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir,

Lebih terperinci