BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN PENGELOLAHANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN PENGELOLAHANNYA"

Transkripsi

1 BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN PENGELOLAHANNYA I PENDAHULUAN Rumput laut atau sea weeds sangat populer dalam dunia perdagangan. Dalam dunia ilmu pengetahuan rumput laut dikenal sebagai Algae. Rumput laut tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Tumbuhan ini bernilai ekonomis penting karena penggunaannya sangat luas dalam bidang industri kembang gula, kosmetik, es krim, media cita rasa, roti, saus, sutera, pengalengan ikan/daging, obat-obatan, dan batang best untuk solder/las. Jenis-jenis yang bernilai ekonomis penting adalah Acantthopeltia, Gracilaria, Gelidella, Gelidium, Pterrocclaidia sebagai penghasil agar-agar; Chondrus, Eucheuma, Gigartina, H^pnea, Iriclaea, Phyllophora sebagai penghasil karaginan; Furcellaria sebagai penghasil furcelaran; dan Ascophyllum, durvillea, Ecklonia, Turbinaria sebagai penghasil alginat. Selain itu, rumput laut juga memberi nilai tambah rumah tangga. Manisan rumput laut,misalnya, dibuat dari jems Eucheuma yang berguna bagi kesehatan. Jenis ini dapat memperlancar system pencemaan makanan, di samping banyak mengandung vitamin dan mineral. Di Indonesia, pemanfaatan rumput laut yang terbesar adalah sebagai bahan ekspor dalam bcntuk rumput laut kering. Sejak tahun , volume ekspor rumputlaut keiing Indonesia masih-tetap saja keeilr-yaitu -30,6 %, 38,9 %,9,6 % dan 5,4 %. Sehingga rata-rata ekspor pada periode itu adalah 8.939,379,2 kg/tahun. Kenyataan ini menunjukkan prospek ekspor rumput laut Indonesia di masa datang semakin cerah. Mengingat perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput laut yang disertai teknik yang mudah, penanganan pascapanen yang sederhana, dan modalnya yang kecil, maka para petani/nelayan semakin giat mengembangkannya. Sebagat rnisal, budidaya rumpuuautdibali, tahun 1985 hanya menghasilkan kira-kira

2 ton, tetapi dari hasil inventarisasi sampai tahun 1989 telah mencapai ,8 ton dengan areal budidaya seluas 184 ha, dari areal potensial seluas ha. Di samping Bali, masih banyak lagi daerah di Indonesia yang berpotensi sebagai areal budidaya rumput laut. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang luas arealnya masing-masing. merupakan daerah areal budidaya rumput lautnyft. Dengan demikian jelaslah bahwa potensi ekspor rumput laut Indonesia cukup besar. Hal im terlihat juga angka permintaan selama tahun , yaitu setiap tahunnya rata-rata mencapai 21,8 %. Namun angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan peranan negara lain dalam hal memasok pesanan rumput laut kering dunia. Indonesia baru mampu memasok pesanan rumput laut dunia sebesar 13,1 %. Rendahnya permintaan ini diantaranya di sebabkan oleh kegiatan produksi yang kurang baik. Masalah di atas yang menyangkut teknik budidaya dan pemasaran yang harus dipecahkan dalam usaha pengembangan produksi rumput laut antara lain sebagai berikut. a) Kualitas rumput laut Hasil panen alam biasanya berkualitas rendah karena sering mengandung pasir, karang, garam, dan campuran jenis rumput lainnya, serta kandungan air cukup tinggi. b) Prasarana dan sarana b)jalan, tenaga listrik, air bersih, dan laboratorium yang berpotensi untuk usaha budidaya rumput laut umumnya belum tersedia di lokasi penghasil. c) Pengolahan rumput laut Kurangnya industri pengolahan rumput laut dalam negeri mengakibatkan impor bahan-bahan hasil olahan rumput laut terutama agar-agar semakin meningkat. d) Tingkat keterampilan petani Petani merupakan pelaku utama dalam usaha budidaya rumput laut. Karena itu,diperlukan bimbingan teknologi untuk mereka. Pada kenyataannya saat ini, keterampilan petani dalam usaha budidaya rumput laut masih terbatas, di samping akibat dan prasarana dan sarana, serta tenaga ahli di bidang rumput laut yang belum banyak jumlahnya. e) Hama dan penyakit Hama jenis ikan karang dan penyakit ice-ice sampai saat ini masih belum dapat diatasi. f) Pemasaran hasil Lokasi budidaya yang saling berjauhan dan jauh dari lokasi pusat pengumpulan hasil menyebabkan harga di tingkat petani tidak stabil, bahkan terkadang sangat rendah. Keadaan ini dapat mengakibatkan petani enggan mengusahakan rumput laut.

3 II MENGENAL RUMPUT LAUT Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae ( ganggang hijau ), dan Cyanophyceae ( ganggang hijau-biru ). Pembagian ini berdasarkan pigmen yang dikandungnya. Bila dilihat dari ukurannya, ganggang terdiri dari mikroskopik dan makroskopik. Ganggang makroskopik inilah yang kita kenal sebagai rumput laut. Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira-kira tahun 2700 SM. Di masa itu, rumput laut digunakan untuk sayuran dan obat-obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi menggunakannya sebagai bahan baku kosmetik. Namun, dari waktu ke waktu pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Spanyol, Prancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas, sedangkan Irlandia, Norwegia, dan Scotlandia mengolahnya menjadi pupuk tanaman. Rumput laut memang telah lama dikenal dan dimanfaatkan, tetapi publikasinya baru dimulai pada abad ke-17 oleh Jepang dan Cina. Jepang dan Cina merupakan bangsa yang maju dalam bidang rumput laut, baik produksi maupun pemanfaatan rumput laut. Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia kira-kira tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Pengiriman rumput laut ke luar negeri pun belum diketahui secara pasti. Dari catatan yang ada hanya mengatakan bahwa sebelum PD II Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika, Denmark, dan Prancis. Rumput laut yang diekspor adalah dari jenis Gracilaria. Namun, hingga kini rumput laut yang banyak diminta adalah jenis Eucheuma sp, Gracilaria sp, dan Gelidium sp. A. Kandungan dan Manfaat Pada mulanya orang menggunakan rumput laut hanya untuk sayuran. Waktu itu tidak terbayang zat apa yang ada di dalam rumput laut. Yang diketahui hanyalah rumput laut yang tidak berbahaya untuk dimakan. Dengan berjalannya waktu, pengetahuan tentang rumput laut pun semakin berkembang. Orang pun semakin tahu zat apa yang terkandung dalam rumput laut. Pengetahuan itu digunakan agar rumput laut dapat bermanfaat seoptimal mungkin. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah karena mengandung agar-agar, keraginan, porpiran, maupun furcelaran. Untuk jenis-jenis yang ada di Indonesia (lihat Tabel 2) selain hanya mengandung agar-agar dan karaginan, juga mengandung pigmen fikobilin,

4 terdiri dari fikoeretrin danfikosianin, merupakan cadangan makanan berupa karbohidrat (Floridean starch). Sebenarnya tidak hanya ganggang merah saja yang dapat dimanfaatkan, jenis dari ganggang cokelat pun potensial untuk dibudidayakan, seperti Sargassum dan Turbinaria. Ganggang cokelat mengandung pigmen klorofil a dan c; beta karotin; violasantin dan fukosantin; pirenoid dan filakoid (lembaran fotosintesis); cadangan makanan berupa laminarin; dinding sel yang terdapat selulose dan algae. Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan cokelat merupakan bahan makanan yang baik sebagai penghasil jodium (Tabel 1). TABEL 1. KANDUNGAN UNSUR-UNSUR MIKRO PADA GANGGANG MERAH DAN COKELAT. Unsur Kisaran Kandungan Dalam % Berat Kering Ganggang Merah Ganggang Cokelat Klor Kalium Natrium Magnesium Belerang Silicon Fosfor Kalsium Besi Iodium Brom Sumber : Winarno, ,5 3,5 1,0 2,2 1,0 7,9 0,3 1,0 0,5 1,8 0,2 0,3 0,2 0,3 0,4 1,5 0,1 0,15 0,1 0,15 0,005 9,8 15,0 6,4 7,8 2,6 3,8 1,0 1,9 0,7 2,1 0,5 0,6 0,3 0,6 0,2 0,3 0,1 0,2 0,1 0,8 0,03 0,14 Agar-agar Masyarakat pada umumnya mengenal agar-agar dalam bentuk tepung yang biasanya digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi, orang tidak tahu secara pasti apa agar-agar itu. Agar-agar merupakan asam sulfanik, yaitu ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang Agarophyte (ganggang yang mengandung agar-agar). Telah diketahui, agaragar bersifat tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas. 'Dewasa ini penggunaan agar-agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain-lain. Fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan

5 pemantap, bahan penolong atau pem- buat emuisi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel Kelebihan ini digunakan dalam beberapa industri antara lain sebagai barikut. Media pertumbuhan mikroba Agar-agar yang ditambahkan zat gizi tertentu sangat baik untuk tempat pertumbuhan mikroba, seperti bakteri dan jamur. Zat yang ditambahkan tergantung dari jenis mikroba yang ditumbuhkan. Agar-agar ini mempunyai persyaratan tersendiri, yaitu kadar air maksimal 5 %, kadar organik asing maksimal 1 %, dan kadar abu tidak larut dalam asam maksimal 1 %. Industri makanan Penggunaan agar-agar terbanyak adalah pada industri makanan, seperti dalam pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat. Industri farmasi Agar-agar bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul obat antibiotik dan vitamin, atau campuran bahan pencetak contoh gigi. Industri kosmetik sabun. Agar-agar digunakan dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan Industri tekstil Agar-agar yang bennutu tinggi digunakan untuk melindungi kemilau sutera, sedangkan yang bermutu lebih rendah untuk jenis tekstil lain seperti macao, muslin, dan voil. Industri kulit Agar-agar digunakan sebagai pemantap permukaan yang halus dan kekakuan kulit, serta sebagai campuran pembuatan pelekat plywood. Industri lain

6 Agar-agar digunakan dalam pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, serta bantalan transport ikan, pengalengan ikan, dan daging. Karaginan Karaginan merupakan senyawa polisakarida tersusun dari unit D- galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosilik. Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Jumlah sulfat pada karaginan lebih kurang 35,1 %. Berdasarkan strukturnya, karaginan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kappa, iota, dan lambda karaginan. Kappa karaginan tersusun dari (1 - > 3) D-galaktosa-4 sulfat dan/ (l- > 4) 3,6 anhydro-d-galaktosa. Iota karaginan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-glukosa dan gugusan 2 sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro- D-galaktosa. Sedangkan lambda karaginan memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa. Perbedaan yang lain adalah daya kelarutan pada berbagai media pelarut (Tabel 2). TABEL 2. DAYA KELARUTAN KARAGINAN PADA BERBAGAI MEDIA PELARUT. Medium Kappa Iota Lambda Air panas Air dingin Susu panas Susu dingin Larutan gula pekat Larutan garam pekat Larut diatas 60 o C Garam natrium, larut, garam K, Ca, tidak larut Larut Garam Na, Ca, K tidak larut tetapi akan mengembang Panas, larut Tidak larut Larut diatas 60 o C garam Na, larut garam Ca memberi dispersi thixotropic Larut Tidak larut Larut, sukar Larut, panas Sumber : Moraina, 1977 dalam Winarno, Larut Larut Larut Larut Larut, panas Larut, panas Kegunaan karaginan hampir sama dengan agar-agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi. Karaginan digunakan dalam beberapa industri, antara lain : - makanan : pembuatan kue, roti, makaroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging.

7 - farmasi : pasta gigi dan obat-obatan, serta - kosmetik, tekstil, dan cat.

8 Algin Algin merupakan polimer mumi dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linear panjang. Selain selulosa, algin juga menyusun dinding sel pada ganggang cokelat. Bentuk algin di pasaran bisa berupa tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air maupun tepung kalsium atau asam alginat yang tidak larut dalam air. Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemuisi, dan pembentuk lapisan tipis yang taharrterhadap minyak. Algin antara lain digunakan dalam industri :

9 - Makanan : pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup dan puding, - Farmasi : tablet, salep, kapsul, plester, filter, - kosmetik : cream, lotion, sampo, cat rambut, serta - tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu. B. Jenis-jenis yang Ekonomis Rumput laut yang hidup di perairan Indonesia tidak semuanya bermanfaat bagi manusia. Seperti telah dikemukakan bahwa jenis dari ganggang merah merupakan jenis yang komersial dan ganggang cokelat merupakan ganggang yang potensial untuk dikembangkan. Sebenarnya masih ada jenis-jenis dari ganggang hijau yang juga telah digunakan manusia sebagai sayuran. Jenis penghasil ganggang yang paling baik dibudidayakan adalah Gracilaria karena mudah diperoleh, harganya murah, dan yang terpenting dapat menghasilkan agar-agar tiga kali lipat disbanding jenis yang lain. Ada dua jems lagi yang cukup baik untuk dibudidayakan, yaitu jenis Gelidium dan Hypnea. Sumber karaginan yang terbanyak didapat dari jenis Chondrus crispus. Namun, jenis ini tidak dapat hidup di Indonesia karena untuk hidupnya memeriukan suhu yang dingin. Jenis rumput laut di Indonesia yang menghasilkan karaginan dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis yang potensial untuk dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Seperti halnya Chondrus crispus yang tidak terdapat di Indonesia, jenis yang banyak menghasilkan algin juga tidak dapat hidup di perairan Indonesia. Jenis itu antara lain Macrocystis pyrifera, Laminaria byperborea, L. digitata, L. japonica, Ascophyllum nogosum, Ecklonia maxima, dan Eisenia bycyclis. Meskipun demikian, ada beberapa jenis dari marga Sargassum dan Turbinaria yang bisa tumbuh di Indonesia dengan hasil algin yang cukup memuaskan. TABEL 3. JENIS-JENIS RUMPUT LAUT DI INDONESIA YANG BERNILAI EKONOMI DAN KANDUNGANNYA. Nama Ilmiah Nama Daerah kandungan RHODOPHYCEAE 1. Acanthophora sp. 2. Corallopsis minor 3. Eucheuma cottonii 4. Eucheuma edule 5. Eucheuma muricatum 6. eucheuma spinosum Bulong tombong hideng (Lombok) Bulung (Bali) Agar-agar besar (Kep.seribu), agar-agar halus (Makasar) Agar-agar geser (Seram), geranggang (lombok) Agar-agar geser (Seram), agaragar kasar (ujung pandang), agar-agar patah tulang Agar-agar Kappa karaginan Karaginan Karaginan Iota karaginan, agar-agar

10 7. Eucheuma striatum 8. Gelidiopsis rigida 9. Gelidium sp. 10. Gracilaria coronopifolia 11. Gracilaria lichenoides 12. Gracilaria sp. 13. Gracilaria taenoides 14. Gymnogongrus javanicus 15. Hypnea cerviorni 16. Hypnea sp. 17. Sarcodia montegneana PHAEOPHYCEAE 1. Dictyota dichotoma 2. Hormophysa sp. 3. Hydroclathrus clathratus 4. padina australis 5. sargassum siliquosum 6. Turbinaria conoides CHLOROPHYCEAE 1. Caulerpa peltata 2. caulerpa racemosa 3. caulerpa sarrulata 4. Caulerpa sertulariodes 5. chaetomorpha crasa 6. codium tomentosum 7. Ulva lactuca 8. Ulva reticulata (Kep,Seribu), agar-agar kembang (Sulawesi tengah). Sangan (lingga), intip-intip kembang karang (banten), sangau (Riau), bulung ayam (bali), sayur laut (Ambon), kades (Indonesia). Duyung (Bangka) Agar-agar halus (Ind.timur, kep, seribu), rambu kasang (jawa barat), bulung sangu (Bali) Duyung janggut (bangka) Bulung budur (Madura), sasangan pasir (Bawean) Bulong jaja (Bali), sangu (tuban), paris (Ind). Bebiri (Lombok) Agar-agar daun besar (Kep. Seribu) Oseng-oseng (Kep. Seribu), boboyot (Lombok) Labi-labi (Sulawesi) Lata (Bangka) Lailai (Ind), lelato (lombok), tawali kecil (Ternate), bulung buni (Bali) Laur-laur (Sulawesi), susu lopek (Lombok), Selada laut Selada laut Agar-agar Agar-agar Agar-agar Agar-agar Agar-agar Agar-agar Karaginan, agar-agar Karaginan, agar-agar Algin Algin C. Ekologi dan Penyebaran Rumput Laut Ekologi Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang kehidupannya. Tempat tumbuh rumput laut berfungsi untuk tempat menempel

11 agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur. Selain memerlukan tempat menempel, rumput laut juga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Ada batas-batas tertentu untuk kejernihan air. Kejemihan air kira-kira sampai batas 5 meter atau batas sinar matahari bisa menembusi air laut. Tempat hidup Chlorophyceae umumnya lebih dekat dengan pantai, lebih ke tengah lagi Phaeophyceae, dan yang lebih dalam lagi Rhodophyceae. Pengukuran kedalaman secara umum untuk rumput laut yang baik adalah pada waktu air surut. Pada waktu surut, kedalaman rumput laut berada cm dari permukaan air. Fotosintesis berlangsung tidak hanya dibantu dengan sinar matahari, tetapi juga zat hara sebagai bahan makanannya. Tidak seperti tumbuhan pada umumnya, yang zat haranya tersedia di dalam tanah, zat hara rumput laut diperoleh dari air di sekelilingnya. Bila diamati secara seksama akan terlihat bahwa rumput laut tidak berakar. Sedangkan bagian yang menyerupai akar hanya berfungsi sebagai pelakat saja. Penyerapan "zat hara dilakukan melalui seluruh bagian tanaman. Selama ini, ketersediaan zat hara tidak menjadi factor penghambat untuk pertumbuhan tanaman. Artinya, zat hara yang ada di laut masih cukup, bahkan masih berlebihan untuk kebutuhan rumput laut. Hal ini dapat terjadi karena adanya sirkulasi yang baik, run-off dari darat, dan gerakan air. Melihat hal ini, maka bila akan membudidayakan rumput laut, kita tidak perlu menyediakan zat hara. Akan tetapi, kita harus waspada terhadap unsur-unsur yang diserap oleh rumput laut karena rumput laut dapat juga menyerap logam berat seperti Pb dan Hg. Logam berat ini tidak berbahaya bagi tanaman, tetapi sangat berbahaya bagi manusia. Untuk mencegah hal itu, alangkah baiknya sebelum membudidayakan rumput laut kita uji kualitas air lebih dahulu. Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran C02 dengan 02 sehingga kebutuhan

12 oksigen tidak menjadi masalah. Gerakan air mengalir (arus) yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara cm/detik. Sedangkan gerak air yang bergelombang 9ombak), tinggi ombaknya harus tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak yang terlalu tinggi, dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman, seperti dapat patah, robek, ataupun terlepas dari substratnya. Selain itu, penyerapan zat hara akan terhambat karena belum sempat diserap, tetapi telah dibawa kembali oleh air, dan air laut menjadi keruh. Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada 2 golongan rumput laut berdasarkan kisaran salinitas : rumput laut yang stenohalin, hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit; serta rumput laut yang euryhalin, hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan rumput laut antara C. Walaupun demikian, adajuga yang dapat hidup di luar kisaran, misalnya Phorphyra. Furcellaran, Chondrus, dan Laminaria karena hanya dapat hidup di ikiim subtropis sampai dingin. Perkembangan rumput laut tidak lepas dari pengaruh luar, terutamajenis yang lain. Hubungan itu ada yang merugikan dan ada yang menguntungkan. Misalnya Eucheuma bersaing denga ulva dan Enteromorpha dalam mencari makan, tetapi dapat hidup tanpa gangguan dengan Caulerpa, Padina, Sargassum, Turbinaria, Hypnea, dan Gracilanu. Sedangkan predator untuk rumput laut adalah ikan-ikan herbivora, penyu, dan bulu babi. Penyu merupakan salah satu predator rumput laut Daerah penyebaran

13 Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Bila akan memilih lokasi untuk budidaya, kita harus mengetahui dulu daerah penyebaran rumput laut. Dengan telah adanya rumput laut di tempat itu berarti "daerah itu cocok untuk jenis tersebut. Namun demikian, lokasi untuk budidaya belum tentu merupakan daerah penyebaran secara alami. Tabel 4 memperlihatkan daerah penyebaran rumput laut secara alami/sedangkan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut dapat dilihat pada tabel 5. TABEL 4. DAERAH PENYEBARAN RUMPUT LAUT DI INDONESIA Jenis CHOLOROPHYCEA E 1. Caulerpa racemosa 2. caulerpa sertularioides 3. Caulerpa serrulata 4. caulerpa peltata 5. ulva reticulate 6. ulva lactuca 7. codium tomentosum 8. chaetomorpha crasa PHAEOPHYCEAE 1. Dictyota dichotoma 2. Hormophysa sp 3. hydroclathcus clathatus 4. padina australis 5. sargassum siliquosum 6. turbinaria conoides RHODOPHYCEAE 1. Acanthophora sp. 2. corallopsis minor 3. eucheuma cottonii 4. Eucheuma edule 5. eucheuma muricatum 6. eucheuma spinosu Lokasi Kep. Seribu, jawa tengah, lombok, NTT, maluku Kep. Seribu, maluku, sumba, sumatera utara, P. komodo, jawa tengah. Kep. Seribu, Kep. Tukang besi, jawa tengah, timor, maluku, irian. Bangka, sulawesi, kep. Seribu, maluku. p. komodo, kep, seribu, jawa tengah, kep. Take bone rate P. sulu, P. Kei, Sulawesi, jaea tengah, lombok, sumba banda Sulawesi, lombok maluku Maluku Kep. Seribu, sulawesi, kep. Kangean, bali, p. komodo Sumatera utara Jawa, Kalimantan, sulawesi, timor, sumbawa, kep seribu. Jawa, sumatera, ambon, suma, sulawesi, kep. Seribu Jawa, sulawesi, p. kei, sumatera utara, lombok, aru, irian. Jawa, sumatera, sulawesi, irian, maluku, flores. Kep. Kangean, lombok, sumatera utara, kep. Seribu, dobo, bawean. Bali Bali, maluku, sulawesi tengah, selat alas, sumba.

14 7. eucheuma striatum 8. gelidiopsis rigida 9. gelidium sp. 10. Gracilaria coronopifolia 11. gracilaria ilchenoides 12. Gracilaria sp. 13. gracilaria taenoides 14. Gymnogongrus javanicus 15. Hypnea cerviorni 16. Hypnea sp. 17. Sarcodia montegneana Kep. Seribu, jawa tengah, bali madura, sumatera utara, riau, sulawesi, maluku, lombok, P. komodo. Seram, p. komodo, bali, sulawesi, kep. Seribu. Sumatera utara, riau, sulawesi tenggara, sulawesi tengah, kep. Seribu, maluku, jawa tengah, bali, NTT, NTB. Kep seribu. Lingga Jawa, ambon, riau, sumatera utara, bali, NTB, NTT. Sumatera utara, jawa tengah. Bangka, maluku, NTB. Pantai selatan jawa barat, jawa tengah, jawa timur, sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang besi, Bali, NTT. Bangka Bangka Riau, jawa tengah, NTT, maluku, bali. Kalimantan, jawa, bali, maluku, NTT, NTB. Lombok. III BUDIDAYA A. Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pada tahap ini, diperlukan pertimbangan-pertimbangan mengenai ekologi, teknis, kesehatan, sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Di samping itu, perlu juga dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian, pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan sumber daya alam, serta kegiatan alam lainnya. Dalam pemilihan lokasi ini, ada perbedaan syarat kondisi antara lokasi untuk budidaya Eucheuma dan budidaya Gracilaria. Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.

15 1. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya rumput laut secara umum adalah sebagai berikut. - Lokasi budidaya rumput laut harus bebas dari pengaruh angin topan. - Lokasi sebaiknya tidak mengalami fluktuasi salinitas yang besar. - Lokasi budidaya yang dipilih harus mengandung makanan untuk tumbuhnya rumput laut. - Perairan harus bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. - Lokasi perairan harus berkondisi mudah menerapkan metode budidaya. - Lokasi budidaya harus mudah dijangkau sehingga biaya transportasi tidak terlalu besar. - Lokasi budidaya harus dekat dengan sumber tenaga kerja. 2. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya jenis Eucheuma adalah sebagai berikut. a. Letak lokasi budidaya sebaiknya jauh dari pengaruh daratan. Lokasi yang langsung menghadap laut lepas sebaiknya terdapat karang penghalang yang berfungsi melindungi tanaman dari kerusakan akibat ombak yang kuat. Ombak yang kuat juga akan menyebabkan keruhnya perairan lokasi budidaya sehingga mengganggu proses fotosintesis. Di samping itu, akan timbul kesulitan pada tahap-tahap penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. b. Untuk memberi kemungkinan terjadinya aerasi, lokasi budidaya harus bergerakan air cukup. Di samping terjadi aerasi, gerakan air yang cukup juga menyebabkan tanaman memperoleh pemasokan makanan secara tetap, serta terhindar dari akumulator debu air dan tanaman penempel. c. Bila menggunakan metode lepas dasar, dasar lokasi budidaya harus agak keras, yaitu terbentuk oleh pasir dan karang. d. Lokasi yang dipilih sebaiknya pada waktu surut yang masih digenangi air sedalam cm. Ada dua keuntungan dari genangan air ini, yaitu penyerapan makanan dapat berlangsung terus manerus, dan tanaman terhindar dari kerusakan akibat sengatan matahari langsung. e. Perairan lokasi budidaya sebaiknya ber-ph antara 7,3-8,2. f. Perairan yang dipilih sebaiknya ditumbuhl komunitas yang terdiri dari berbagai jenis makro-algae. Bila perairan sudah ditumbuhi rumput laut alami, maka daerah inicocok untuk pertumbuhannya.

16 Lokasi penanaman rumput laut ditepian pantai. Jauh dari pengaruh daratan. 3. Syarat-syarat pemilihan lokasi budidaya jenis Gracilaria adalah sebagai berikut. a. Untuk lokasi budidaya di tambak, dipilih tambak yang berdasar perairan lumpur berpasir. Dasar tambak yang terdiri dari lumpur halus dapat memudahkan tanaman terbenam dan mati. b. Agar salinitas aimya cocok untuk pertumbuhan Gracilaria, sebaiknya lokasinya berjarak 1 km dari pantai. c. Kedalaman air tambak antara cm. d. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut. e. Derajat keasaman (ph) air tambak optimum antar 8,2-8,7. f. Kita dapat menggunakan tambak yang tidak lagi berproduktif untuk udang dan ikan. Penyebaran lokasi potensial bagi pengembangan budidaya rumput laut, dapat dilihat pada tabel 5. TABEL 5. LOKASI POTENSIAL BAGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

17 Lokasi Sumatera Sumatera barat, Riau : P. telang besar, pengkil, karas, matak, beliba. Lampung : P. sumut, ketapang Sumatera selatan : bangka belitung Sumatera utara Daerah istimewah aceh Bengkulu Jawa Jawa barat : teluk banten, pelabuhan ratu, cidaun, cipatujah, pemangpeuh. Jakarta : P. seribu Jawa tengah : Jepara, cilacap, gunung kidul Jawa tirum : pacitan, banyuwangi, sumenep. Bali P. serangan, tanjung benca, nusa penida, nusa lembongan, nusa dua. Nusa Tenggara Nusa tenggara timur : tanjung Karoso, warambadi, P. komodo, P. besar maumere, tablolong di timor. Nusa tenggara barat : mariggi, P. Kambing, teluk ekas, teluk saleh, teluk wawaroda. Kalimantan Kalimantan selatan : P. laut Kalimantan timur : tarakan Sulawesi Sulawesi tenggara Sulawesi selatan Sulawesi tengah Maluku Maluku utara : P. limbo, P. doi, P. joronga Maluku tengah : P. geser, seram rei, kirara, kidang, nuhus, grogus, P. tujuh, P. ose. Maluku tenggara : tanjung warilau, Krei baru, meti rotan, watidal, P. nuslima, tanjung kurat, tanjung laut dalam, namtabung, adaut, nuryazat, babar, wetan, masela, sermata, luang, meti miarang, kisar, wetar, lirang, romang, dammar di P. leti. Irian jaya Luas (ha)

18 B. Pengadaan dan Pemilihan Bibit Bibit rumput laut dapat berasal dari stok alam atau dari hasil budidaya. Keuntungan bila bibit berasal dari stok alam adalah di samping mudah pengadaannya, juga cocok dengan persyaratan pertumbuhan secara alami. Sedangkan kerugiannya adalah bibit sering tercampur dengan jenis rumput laut lain. Bibit yang berasal dari hasil budidaya lebih murni karena hanya terdiri dari satu jenis rumput laut, tetapi bermasalah dalam hal mendatangkannya. Ciri-ciri bibit yang baik Mengingat kualitas dan kuantitas produksi rumput laut ditentukan oleh bibit, maka pemilihan bibit ini harus dilakukan secara cermat. Bibit tanaman harus muda, bersih, dan segar agar memberikan pertumbuhan yang optimum. Bibit yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat, segar, dan bebas dari jenis lain. Tanaman induk yang sehat dipilih dari hasil budidaya bukan dari stok alam. Bibit harus muda, dan segar Pengadaan bibit Pengadaan bibit ini dapat dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi vegetatif dan generatif. Vegetatif Ambil bagian ujung-ujungnya dan potong kira-kira sepanjang cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang optimal.

19 Ada juga petani/nelayan yang tidak perlu susah-susah mengadakan bibit. Mereka mendapatkan tanaman baru dari sisa panen yang ditinggalkan di tempat budidaya. Jadi, mereka memungut hasil dengan cara memotong rumput laut tanpa membuka ikatan. Dan menyisakan bagian tanaman tetap dalam ikatan di lokasi budidaya. Akan tetapi, cara ini akan didapat keraginan yang lebih sedikit karena bibit berasal dari tanaman tua. Generatif Di samping kedua cara di atas, ada cara lain dalam pengadaan bibit ini, yaitu dengan memanfaatkan sifat reproduksi generatif tanaman. Mula-mula dipilih tanaman dewasa yang sehat dan segar. Tempatkan tanaman ini dalam bak yang berisi air laut dan kulit kerang, balik semen, jaring, atau benda padat lain yang dapat berfungsi sebagai bahan substrat. Dari tanaman ini akan keluar spora yang selanjutnya menempel pada substrat. Setelah spora menjadi tanaman kecil, maka substrat harus dipindahkan ke lokasi budidaya. Jumlah bibit yang diperlukan Bila sumber perolehan bibit sudah ada dan konstruksi untuk budidaya sudah siap di lokasi budidaya, maka bibit harus sudah tersedia dan siap ditanam. Bibit yang disediakan harus cukup, sesuai dengan luas areal budidaya. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petakan budidaya adalah satu are (100 m 2 ) dengan bibit sekitar 240 kg. Sementara untuk metode rakit, rakit berukuran 2,5 X 5 m 2 memerlukan bibit sekitar 30 kg. Sedangkan budidaya rumput laut di tambak setiap hektarnya memerlukan bibit Gracilaria antara kg. Perlakuan dan pengangkutan bibit Bila di daerah sekitar lokasi budidaya tidak terdapat sumber bibit, maka kita harus mendatangkannya dari daerah lain. Untuk menjaga agar kondisi rumput laut tetap segar diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu. Pengangkutan bibit dari lokasi sumber ke lokasi budidaya dapat dilakukan dengan cara pengepakan. Bibit rumput laut disusun dalam kantong plastik

20 secara berselang-seling dengan spons, atau kain, atau kapas yang telah dibasahi air laut. Agar bibit tidak rusak, penyusunan ini jangan dipadatkan. Ikat bagian atas plastik bila sudah penuh, dan buat lubang pada bagian ini dengan cara menusuk-nusukkan jarum. Masukkan plastik ke dalam kotak. Akhirnya bibit siap diangkut lewat darat atau udara. Sedangkan pengangkutan rumput laut dengan perahu atau sampan cukup disimpan di dasar perahu, dan ditutup. Perlakuan seperti itu dimaksudkan agar selama dalam perjalanan bibit tetap lembap atau basah, terhindar dari panas matahari langsung dan panas mesin, tidak terkena air tawar dan air hujan, bibit selalu mendapat sirkulasi udara, serta bibit tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain. C. Penanaman Penanaman rumput laut berarti suatu kegiatan dimasukkannya bibit rumput laut ke dalam air di lokasi budidaya dengan menggunakan metode lepas dasar, rakit, tali gantung, atau metode tebar. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu segera seteiah pengikatan bibit pada tali ris selesai. Metode lepas dasar Luas penggunaan metode lepas dasar ialah satu are atau 10 X 10 m 2 untuk satu unit usaha budidaya Eucheuma. Lokasi dengan dasar perairan yang terdiri dari pasir bercampur pecahan karang dan kedalaman waktu surut antara cm baik untuk budidaya rumput laut dengan menggunakan metode ini. Keuntungan menggunakan metode lepas dasar adalah memberikan pertumbuhan antara 3-6%/hari serta kandungan karaginan dan kekuatan gelnya lebih tinggi daripada metode budidaya lain. Sebelum dilakukan penanaman, lebih dahulu disiapkan bahan-bahannya, seperti bibit, bambu atau kayu sepanjang satu meter, tali ris bergaris tengah 4 mm, tali ris utama bergaris tengah 8 mm, tali rafia, serta alat bantu lain seperti pisau, palu, dan gergaji. Tali ris merupakan seutas tali yang terbuat dari bahanpolietilen. Setelah semua bahan disiapkan, penanaman dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

21 Beberapa potong thallus seberat kira-kira 100 gram diikatkan pada tali ris sepanjang 3 meter dengan tali rafia. Jarak masing-masing ikatan 20 cm, hingga mengisi tali ris sepanjang 2,4 m. Sisa tali ris digunakan sebagai ikatan tali ris pada tali ris utama. Tahap ini dilakukan di darat pada waktu air sedang surut. Sementara itu di lokasi budidaya, di tancapkan barisan patok yang terbuat dari kayu atau bambu sedalam kira-kira 0,5 meter. Jarak tiap patok dalam barisan antara 0,5-1 meter, dan jarak setiap baris adalah 2,5 meter. Patok-patok yang terdapat dalam satu barisan dihubungkan dengan tali ris utama. Tali ris yang berisi bibit tanaman, masing-masing direntangkan di lokasi budidaya kemudian diikatkan pada tali ris utama. Bibit yang telah diikat dengan tali ris siap untuk ditanam Metode rakit Metode rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk metode lepas dasar. Metode ini juga digunakan sebagai perbanyakan bibit tanaman. Satu unit budidaya Eucheuma dengan metode rakit ditentukan sebanyak sepuluh rakit yang disusun dengan formasi 2 x 5 rakit. Penanaman dilakukan segera setelah pengikatan bibit selesai dan pada saat laut tidak berombak besar. Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah bibit tanaman, potongan bambu berdiameter 10 cm, potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm, tali rafia, tali pengikat, tali ris berdiameter 4 mm dan 12 mm, serta jangkar dari besi,

22 bongkah batu, atau adukan semen pasir. Adapun tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut : Potongan kayu dan bambu dirangkaikan dan diikatkan seperti tampak pada gambar. Selanjutnya diberi pemberat dengan cara jangkar diikat pada rakit dengan bantuan tali ris berdiameter 12 mm. Budidaya rumput laut cara lepas dasar (Foto : Dok. Daskan Bali). Bertanam rumput laut. Bibit diikat pada tali ris dengan jarak yang teratur (Foto : Maudy E.)

23 Penyulaman bibit yang tumbuhnya tidak normal (Foto : Maudy E.). Areal budidaya rumput laut (Foto : Dok. Trubus). Budidaya rumput laut metode lepas dasar. Satu unit usaha budidaya rumput laut dengan metode dasar Sementara itu, beberapa thallus masing-masing dengan berat sekitar 100 gram diikatkan pada tali ris dengan jarak 20 cm. Pekerjaan ini dilakukan di darat pada tempat yang teduh.

24 Akhirnya tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Pengikatan ini dilakukan di darat. Atau dapat juga pada rakit yang telah disiapkan di lokasi budidaya. Budidaya rumput laut dengan metode rakit Metode tali gantung Perairan yang berkedalaman 5 meter dan dasarnya terdiri dari pasir atau pasir berlumpur cocok untuk budidaya rumput laut dengan metode tali gantung. Bahan-bahan yang diperlukan adalah berupa bibit tanaman, bambu berdiameter 5 cm, tali ris, tali pengikat, dan bongkahan batu sebagai pemberat. Tahap penanamannya adalah sebagai berikut. Budidaya rumput laut dengan metode tali gantung

25 Tali ris yang panjangnya kurang dari tinggi konstruksi untuk budidaya direntangkan pada dua potong bambu. Selanjutnya bambu pertama diletakkan di atas konstruksi yang telah dibuat sebelumnya. Sedang bambu kedua menggantung di dalam air hampir menyentuh dasar perairan. Agar lebih jelas, kita dapat melihatnya pada gambar. Dalam kerangka potongan bambu yang menggantung terdapat rentangan tali ris sebanyak 15 utas tali. Sebelum kerangka ini digantungkan pada konstruksi utama, tali ris diperiuhi beberapa potong thallusyang masingmasing seberat kira-kira 100 gram. Potongan thallus diikat dengan tali rafia berjarak 30 cm.. Kerangka yang telah berisi bibit tanaman digantungkan pada konstruksi yang telah dibuat. Metode tebar Penanaman rumput laut jenis Gracilaria di tambak dilakukan dengan metode tebar. Tambak yang telah dilengkapi pintu masuk dan keluarnya air dikeringkan. Setelah tambak kering, ditaburkan kapulpertanian agar ph menjadi antara 6,5-8. Tujuh hari setelah pengapuran, tambak digenangi air sedalam 70 cm dan dibiarkan selama tiga hari. Kemudian bibit rumput laut ditebarkan Budidaya rumput laut dengan metode tebar. secara merata di permukaan air tambak dengan padat penebaran antara gram/m 2 atau kg/ha. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi. Penebaran bibit rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dan pada cuaca teduh.

26 D. Pemeliharaan Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun saat laut tenang. Kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau daya tahannya menurun harus segera diperbaiki. Bila ditunda akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian yang lebih besar tidak bisa dihindari. Kotoran atau debu air sering melekat pada tanaman, yaitu saat musim laut tenang. Pada saat seperti ini tanaman harus sering digoyang-goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa tumbuhan penempel, seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha, Enteromorpha, sering membelit tanaman dan konstruksi budidaya sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Tumbuhan seperti ini perlu disingkirkan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke darat. Bulu babi, ikan, dan penyu merupakan hewan-hewan herbivora yang sering memangsa tanaman rumput laut. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Sedangkan untuk menghindari ikan dan penyu, biasanya dipasang jarring di sekeliling lokasi budidaya. Untuk jenis Gracilaria yang ditanam di tambak, diperlukan pengontrolan pada saat 15 nari setelah penebaran bibit. Angin dapat menyebabkan tanaman mengumpul di satu tempat pada permukaan air tambak. Perataan kembali letak rumput laut harus segera dilakukan. Pekerjaan seperti ini hams rutin dilakukan sampai tanaman siap panen. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan satu bulan setelah penebaran bibit dan diulangi satu bulan berikutnya. Setiap hektar diperlukan zat pengatur tumbuh sebanyak 500 cc. Lumut juga perlu disingkirkan karena. Menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat. Cara petani di desa.sanrobone Sulawesi Selatan, mengatasi lumut ini adalah melepaskan ikan bandeng kecil sebanyak ekor/ha. Sesudah lumut habis, bandeng harus dijaring supaya rumput laut tidak terus dimangsa. Pintu-pintu saluran air juga perlu perawatan agar pergantian air mudah dilaksanakan setiap 15 hari sekali Pemupukan secara teratur dilakukan 15 hari sekali, yaitu

27 sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1 sebanyak 20 kg/ha atau dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 100 kg/ha. E. Pemanenan Pada tahap pemanenan ini, perlu dipertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil sesuai permintaan pasar secara kuantitas dan kualitas. Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 gram. Cara memanen rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen seperti itu dilakukan bila air laut pasang, tetapi bila air sedang surut pemanenan dapat langsung dilakukan di areal tanam. Caranya sama, yaitu dengan memotong tali rafia pengikat rumput laut. Selanjutnya pisahkan antara tanaman yang dipanen dan potongan tali rafia. Panen dengan cara seperti ini memberikan keuntungan, yaitu bila ingin menanamnya kembali dapat. memanfaatkan bagian ujung tanaman yang masih muda sehingga laju pertumbuhannya tinggi. Di samping itu, hasilnya berkandungan keraginan tinggi. Gracilaria yang dibudidayakan di tambak, dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 2 2,5 bulan sesudah penanaman. Hasil panen diangkut kedarat dengan perahu. Seperti telah diuraikan, waktu dan cara panen yang tepat sangat penting agar dihasilkan rumput laut yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Waktu panen memang cukup bervariasi untuk setiap petani dan lokasi penanaman yang berbeda.

28 Disaat air laut surut, pemanenan bias langsung dilakukan di areal tanam (Foto : Maudy E.). Pemanenan rumput laut yang dibudidayakan di tambak (Foto : Pinus Lingga). Hasil panen rumput laut jenis Eucheuma sp. (Foto : Agus R.).

29 Hasil panen rumput laut jenis Gracilaria sp (Foto : Pinus Lingga). Namun, secara umum panen dilakukan pada usia satu bulan. Perbandingan antara berat basah dan kering berkisar 8 : 1. Apabila rumput laut dipanen pada usia dua bulan, perbandingan berat basah dan berat kering adalah 6:1. Selain usia panen, banyaknya hasil yang diperoleh juga erat hubungannya dengan laju pertumbuhan harian rumput laut yang dibudidayakan. Dari beberapa percobaan diperoleh data bahwa laju pertumbuhan harian Eucheuma dan Gracilaria punya nilai yang beragam, yaitu rata-rata 2-3 %/hari (lihat lampiran). Di samping usia panen, cara panen pun sangat beragam. Ada petani rumput laut yang memanen hasil dengan cara petik. Cara ini dilakukan dengan memisahkan cabang-cabang dari tanaman induknya. Selanjutnya tanaman induk ini dipergunakan kembali untuk penanaman berikutnya. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengangkat seluruh rumpun tanaman, seperti yang telah dikemukakan. Sedangkan penanaman berikutnya dapat digunakan ujung tanaman yang masih muda. Antara kedua cara panen tersebut terdapat keuntungan dan kerugian. Cara pertama lebih mudah, tetapi kecepatan tumbuh bibit yang berasal dari tanaman induk lebih rendah dibanding dengan tanaman muda seperti pada cara kedua. Kelebihan cara kedua, selain kecepatan tumbuh bibit lebih tinggi juga karaginan yang dikandung lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya, berikut akan sedikit diulas mengenai hal-hal lain yang perju diperhatikan daiam tahap pemanenan. Untuk rumput laut yang ditanam di pantai, sebaiknya panen dilakukan pada saat air surut. Ini akan lebih meringankan pekerjaan daripada saat air pasang. Sebelum tahap ini,

30 perm dipersiapkan alat-alat yang diperlukan. Persiapan sebelum dilakukan panen adalah : tenaga kerja, keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil rumput laut, perahu (untuk mengangkut hasil panen di tambak), pisau untuk memotong tali pengikat (rafia), timbangan, lokasi tempat penjemuran, karung tempat rumput laut kering, beserta tali pengikatnya, dan gudang tempat penyimpanan rumput laut kering. Persiapan tersebut dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil rumput laut. Sebagai contoh pentingnya mempersiapkan lokasi penjemuran. Lokasi ini perlu dipersiapkan dengan luas yang sesuai dengan banyaknya hasil yang akan dipanen dan kondisinyapun harus bersih. Bila hal-hal penting itu tidak diperhatikan, maka ada kemungkinan rumput laut tidak kering sempurna. Dengan demikian, mutunya pun menjadi rendah. Itulah sebabnya, tahap persiapan sebelum panen perlu diperhatikan. Setelah semua persiapan panen dilengkapi, maka pemanenan dapat segera dilakukan. Dari satu unit usaha (100 m 2 ) dengan metode lepas dasar dan metode rakit biasanya diperoleh hasil panen masing-masing sekitar 100 kg dan kg rumput laut kering setiap panen. Sedangkan dari satu hektar tambak Gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar kg rumput laut kering setiap panen.

31 IV PASCAPANEN Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan hams diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani. A. Pengolahan Menjadi Bahan Baku Pengolahan rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan para petani. Hasil yang diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu, akan lebih baik bila pengolahan dilakukan secara hati-hati dan diawasi oleh suatu perusahaan. Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku atau rumput laut kering adalah sebagai berikut.

32 Hasil panen dimasukan atau dikemas dalam keranjang bambu untuk diangkut ketempat penjemuran Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain. Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan bakir agaragar rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil karaginannya dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28 %. Bila dalam proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh terkena air tawar karena air tawar dapat melarutkan karaginan. Rumput laut kering setelah pengeringan ke dua, kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal. Pengepakan dan penyimpanan Rumput laut yang bersih dan kering dimasukkan dalam karung goni. Caranya dengan dipadatkan atau tidak dipadatkan. Bila dipadatkan dalam satu karung dapat berisi 100 kg, sedangkan tidak dipadatkan hanya berisi 60 kg. Rumput laut yang akan diekspor di bagian luar karungnya dituliskan nama barang (jenis), nama kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil

33 Indonesia dengan jelas. Pemberian keterangan ini hanya untuk memudahkan proses pengecekan dalam pengiriman. Penjemuran kedua, setelah rumput laut dicuci Standar mutu Indonesia telah mengekspor mmput laut kering dari marga Eucheuma, Gelidium, Gracilaria, dan Hypnea. rumput laut yang dikirim harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan (Tabel 6). TABEL 6. STANDAR MUTU RUMPUT LAUT KERING UNTUK EUCHEUMA, GELDIUM, GRACILARIA DAN HYPNEA. Karakteristi Syarat k Eucheuma Gelidium Gracilaria Hypnea - Kadar air maksimal (%) 32 5 * ) 15 5 ** ) 25 5 ** ) 30 5 ** ) - Benda asing maksimal (%) spesifik rumput laut spesifik rumput laut spesifik rumput laut spesifik rumput laut - Bau *) benda asing disini adalah garam, pasir, karang, kayu dan jenis lain **) benda asing disini adalah garam, pasir, karang dan kayu

34 Tempat pengayakan rumput laut untuk membersihkan rumput laut dari kotoran B. Pengolahan Agar-agar Produk agar-agar diperoleh dari ekstraksi satu jenis rumput laut saja atau campuran berbagai macam rumput laut. Umumnya pabrik menggunakan satu macam saja tetapi, Jepang saat ini memproduksi agar-agar dari berbagai jenis rumput laut, yaitu Gelidium amansii 45 %, Gracilaria sp. 15 %, Gelidium japanicum 10 % Gelidium sp. 10 %, Campylaephorasp. 10 %, Acanthopeltis sp. 5 %. Hasil agar-agar dari campuran ini bermutu tidak kalah dengan agaragar yang dihasilkan dari satu jenis saja. Keberhasilan itu dikarenakan komposisinya sesuai. Pembuatan agar-agar tidaklah sulit. Peralatan dan bahan mudah diperoleh. Oleh karena itu, sangatlah baik bila petani rumput laut juga mengolah agar-agar. Langkah-langkah pembuatan agar-agar diuraikan di bawah ini dan hasil akhirnya berupa tepung, batangan, atau lembaran. Agaragar lembaran ini biasa disebut agar-agar kertas. Pencucian dan pembersihan Rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih. Kotoran yang menempel seperti pasir, karang, lumpur, dan rumput laut jenis lain dihilangkan. Perendaman dan pemucatan Perendaman dilakukan agar rumput laut menjadi lunak sehingga proses ekstraksi nantinya dapat berjalan dengan baik. Caranya rumput laut direndam dalam air murni sebanyak 20 kali berat rumput laut selama 3 hari. Setelah itu pemucatan dilakukan dengan direndam dalam larutan kaporit 0,25 % atau larutan kapur tohor 5 % sambil diaduk. Setelah 4-6 jam, rumput laut dicuci kembali selama 3 jam untuk menghilangkan bau kaporit. Rumput laut yang telah bersih dan pucat dikeringkan selama 2 hari. Sampai tahap ini rumput laut dapat disimpan lebih dulu bila tidak segera diolah. Pelembutan Untuk lebih memudahkan ekstraksi, dinding sel perlu dipecah dengan ditambahkan H 2 S0 4. Rumput laut direndam dalam H 2 SO 4 selama 15 menit.

35 Banyaknya H 2 SO 4 tergantung jenis rumput laut, yaitu untuk Gracilaria 5-10%, Gelidium 15 %, dan Hypnea 25 %. Bila tidak ada asam sulfat dapat digunakan asam asetat, asam sitrat, buah asam atau daun asam. Oleh karena asam sulfat ini cukup berbahaya, maka diperlukan pencucian dengan cara rumput laut direndam dalam air bersih selama 15 menit kemudian ditiriskan. Pemasakan Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut. Setelah mendidih ( ± C), kita tambahkan asam cuka 0,5 % untuk memperoleh ph 6-7. Bila > 7, ph-nya di turunkan dengan penambahan asam cuka. Dan, bila < 6, ditambahkan NaOH. Pemeriksaan ph dapat dengan memakai kertas ph. Pemasakan ini dilakukan kira-kira 45 menit tetapi dapat juga selama 2-4 jam tergantung cara pengadukannya. Proses setelah pemasakan tergantung dari bentuk akhir agar-agar yang diinginkan, yakni berupa batangan, lembaran, atau pun tepung. Proses pengolahan agar-agar batangan atau lembaran Pengepresan dan pencetakan Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain belacu dan dipres. Cairan yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan penambahan air soda sehingga ph-nya menjadi 7-7,5. Bila ph sudah tercapai, cairan kemudian dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih, hasilnya dituangkan ke dalam cetakan. Kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin dan membeku. Ampas hasil pengepresan dapat digunakan lagi dengan cara ditambahkan air sebanyak 75% dari jumlah air semula. Kemudian ampas itu dipanaskan dan disaring. Cairan yang keluar dapat digunakan sebagai campuran dalam proses selanjutnya. Sehingga akhirnya ada ampas yang tidak bisa dipakai lagi. Ampas ini dapat digunakan sebagai makanan ternak. Pendinginan Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingan pada suhu -20 C selama 4-5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benarbenar terjadi dengan sempurna.

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900

Lebih terperinci

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA

KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA KETEKNIKAN SISTEM RUMPUT LAUT DAN PROSES PENGOLAHANNYA DISUSUN OLEH : Yosua 125100601111007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Rumput Laut Rumput laut adalah makroalga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut 1 1. PENDAHULUAN Rumput laut atau yang biasa disebut seaweed tidak memiliki akar, batang dan daun sejati. Sargassum talusnya berwarna coklat, berukuran besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya industri-industri makanan dan minuman di Indonesia, maka jenis makanan dan minuman yang dipasarkan pun bermacam-macam. Akan tetapi kebanyakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaring, bambu, pelampung, hand refraktometer,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) a. www.aquaportail.com b. Dok. Pribadi c. Mandegani et.al (2016) Rumput laut

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk I. PENDAHULUAN Eucheuma cottonii merupakan salah satunya jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena mengandung karaginan yang berupa fraksi Kappa-karaginan. Rumput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau yang dikenal dengan sebutan ganggang laut atau alga laut. Beberapa diantaranya

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT DISUSUN OLEH : NAMA : ANANG SETYA WIBOWO NIM : 11.01.2938 KELAS : D3 TI-02 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 TEKNOLOGI BUDIDAYA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, termasuk salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia yaitu 95.181 km dan memiliki keanekaragaman hayati laut berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasiosiasi dengan

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT

5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT 23 Simulasi Model Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Model yang didapatkan digunakan untuk mensimulasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kappaphycus alvarezii Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut penghasil kappa kraginan yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Fisika Kimia Perairan Lokasi budidaya rumput laut diketahui memiliki dasar perairan berupa substrat pasir dengan serpihan karang mati. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line Standar Nasional Indonesia Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tepung Jagung Swasembada jagung memerlukan teknologi pemanfaatan jagung sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya secara optimal. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun Sekotong Lombok Barat, NTB. Pelaksanaan penelitian selama ± 65 hari dari bulan Februari hingga

Lebih terperinci

Rencana Kegiatan panen

Rencana Kegiatan panen 2015/06/01 19:37 WIB - Kategori : Pakan CARA PRAKTIS MEMANENAN RUMPUT LAUT YANG MEMENUHI STANDAR KUALITAS Peningkatan produksi rumput laut indonesia saat ini pada kenyataannya belum diimbangi dengan peningkatan

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan 4.1. Laju Pertumbuhan Mutlak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Laju pertumbuhan mutlak Alga K. alvarezii dengan pemeliharaan selama 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Lebih terperinci

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO Pendahuluan Perkembangan perekonomian NTT tidak dapat hanya digerakkan oleh kegiatan perekonomian di Kota Kupang saja. Hal tersebut mengindikasikan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu Sargassum polycystum, akuades KOH 2%, KOH 10%, NaOH 0,5%, HCl 0,5%, HCl 5%,

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN :

Jurnal KELAUTAN, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : Pengaruh Kedalaman Tanam Terhadap Pertumbuhan Eucheuma spinosum Pada Budidaya dengan Metode Rawai Yuniarlin Hilmi Farnani, Nunik Cokrowati, Nihla Farida Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES (pra Rancangan Pabrik,kgrtas kgrajinan dari enceng gondok. BAB III PERANCANGAN PROSES Perancangan pabrik home industri ini menghasilkan produk kertas kerajinan yang siap dibuat untuk kerajinan yang unik.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas industri makanan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman

BABI PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman BAB. Pendahuluan BAB PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang ndonesia dikenal sebagai negara maritim yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati laut yang sangat potensial untuk dimanfaatkan b'llna memenuhi

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang

II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Budidaya Rumput Laut Desa Ketapang Budidaya rumput laut di Ketapang di mulai pada tahun 1990. Awalnya budidaya rumput laut dimiliki pengusaha asal Cina, sedangkan

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang 70 % dari wilayahnya terdiri dari lautan. Sebagai negara yang dikelilingi oleh lautan, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang sangat melimpah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki lahan pertanian cukup luas dengan hasil pertanian yang melimpah. Pisang merupakan salah

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Keadaan Umum Daerah Penelitian 5... Keadaan Umum Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam regional Provinsi Bali.

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang dianggap memiliki prospek yang baik. Hal ini terkait dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT Oseana, Volume XXVIII, Nomor 4, 2003: 1-6 ISSN 0216-1877 BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN Oleh Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT SOME NOTES ON CARRAGEENAN. Carrageenan is a name for galactan polysaccharides

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN Sari Sehat Multifarm didirikan pada bulan April tahun 2006 oleh Bapak Hanggoro. Perusahaan ini beralamat di Jalan Tegalwaru No. 33 di

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*) Tabel : SP-1C (T). JUMLAH INDUSTRI/KEGIATAN USAHA KECIL Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2015 TERPASANG SENYATANYA 1 Industri Makanan Kegiatan Rumah Potong dan Pengepakan Daging Unggas 100.00 55.71 Industri

Lebih terperinci

Pendahuluan Budidaya Rumput Laut A. Pemilihan lokasi

Pendahuluan Budidaya Rumput Laut A. Pemilihan lokasi Pendahuluan Rumput laut tergolong tanaman tingkat rendah, umunya tumbuh melekat pada substrat tertentu tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi hanya menyerupai batang thallus. Rumput laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

MAI\FAATDAI{PENGOLAHANRUMPLTTLAI-IT. Aleh Drs '4. IL4LQISNY IN'[AN'' MS'

MAI\FAATDAI{PENGOLAHANRUMPLTTLAI-IT. Aleh Drs '4. IL4LQISNY IN'[AN'' MS' MAI\FAATDAI{PENGOLAHANRUMPLTTLAI-IT Aleh Drs '4. IL4LQISNY IN'[AN'' MS' StafPengaiarBioiogiLautLaboratoriumBiologiAquatikFakultasBiologi Unit e'rsitas Jenderal Soedirman Punr'okero I. PENDAHULUAN Runput

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Sejarah Yayasan Paguyuban Ikhlas Usaha jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas didirikan oleh bapak Hariadi Anwar. Usaha jamur tiram putih ini merupakan salah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010 ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA Oleh : Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT

PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT PEMBUATAN JELLY RUMPUT LAUT Permen jelly termasuk sugar confectionery dari kelompok produk gel. Permen jelly adalah permen yang dibuat dari sari buah atau sari tumbuhan dan bahan pembentuk gel, yang berpenampakan

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci