Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun i"

Transkripsi

1 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun i

2 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun i

3 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah Halaman : 154 halaman Naskah : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Penyunting : Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Gambar Kover : Bidang Statistik Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Ilustrasi Kover : Perkantoran Terpadu Kota Malang Diterbitkan Oleh : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Dicetak oleh : Maestro Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Kota Malang. ii Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

4 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun iii

5 iv Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

6 KEPALA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA MALANG ZULKIFLI AMRIZAL, S.Sos, M.Si Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun v

7 KATA PENGANTAR Publikasi Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun merupakan publikasi perdana yang diterbitkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang dan direncanakan kedepan akan diterbitkan tahunan. Pada publikasi ini menyajikan informasi data sektoral yang bersumber dari instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Malang dan data penunjang lainnya dari instansi diluar SKPD. Data yang strategis dan penting dilakukan analisis secara sederhana. Dengan adanya publikasi ini diharapkan dapat membantu pengguna data memahami perkembangan pembangunan dan potensi yang ada di Kota Malang serta dapat menunjang dalam perencanaan pembangunan Kota Malang. Materi yang disajikan dalam publikasi ini memuat berbagai informasi/indikator terpilih yang terkait dengan pembangunan di berbagai sektor di Kota Malang. Publikasi ini terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak baik instansi Satuan Kerja Perangkat Daerah maupun instansi lainnya. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan disampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar besarnya. Meskipun dalam penyusunannya sudah diupayakan secara maksimal, namun disadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna, oleh karena itu tanggapan dan saran dari pengguna data sangat diharapkan guna perbaikan publikasi yang akan datang. Semoga publikasi Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun dapat bermanfaat bagi pengguna untuk berbagai keperluan. Malang, Agustus 2017 Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Zulkifli Amrizal, S.Sos, M.Si vi Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

8 DAFTAR ISI Kata pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... xi Bab 1 Geografi dan Iklim... 1 Bab 2 Pemerintahan... 4 Bab 3 Kependudukan Bab 4 Pembangunan Manusia Bab 5 Pertanian Bab 6 Pendapatan Regional Bab 7 Pengeluaran Penduduk Bab 8 Kemiskinan Bab 9 Pendidikan Bab 10 Transportasi Bab 11 Ketenagakerjaan Bab 12 Kesehatan Bab 13 Teknologi Informasi Lampiran Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun vii

9 DAFTAR TABEL Tabel Realisasi Pendapatan dan Belanja Kota Malang Tahun Tabel Produksi Ternak, Unggas, Telur, dan Susu di Kota Malang Tahun Tabel Produksi Ikan menurut Jenis Ikan (kg) di Kota Malang Tahun Tabel 10.1 Panjang jalan menurut Kondisi Jalan di Kota Malang, viii Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Kota Malang menurut Kecamatan Tahun Gambar 2. Jumlah Kelurahan menurut Kecamatan Tahun 2016 di Kota Malang... 2 Gambar 3. Rata-Rata Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kota Malang Tahun Gambar 4. Jumlah PNS menurut Pendidikan Terakhir di Kota Malang, Gambar 5. Jumlah RW dan RT di Kota Malang Tahun Gambar 6. Jumlah RW dan RT menurut Kecamatan di Kota Malang Tahun Gambar 7. Jumlah Anggota DPRD menurut Jenis Partai dan Jenis Kelamin di Kota Malang Tahun Gambar 8. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kota Malang Tahun Gambar 9. Jumlah Penduduk Kota Malang menurut Kelompok Umur Tahun Gambar 10. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Malang Tahun Gambar 11. Rasio Ketergantungan Kota Malang Tahun Gambar 12. Perkembangan IPM Kota Malang, Gambar 13. Perkembangan Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, dan Indeks Daya Beli Kota Malang, Gambar 14. Persentase Luas Lahan menurut Jenis Lahan di Kota Malang Tahun Gambar 15. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kota Malang Tahun Gambar 16. Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Kota Malang Tahun Gambar 17. Produksi Tanaman Buah dan Sayuran Tahunan di Kota Malang Tahun 2016 (kuintal) Gambar 18. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim di Kota Malang Tahun 2016 (kuintal) Gambar 19. Produksi Tanaman Kelapa dan Tebu di Kota Malang Tahun Tahun (ton) Gambar 20. PDRB Kota Malang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Gambar 21. Tiga Kegiatan Lapangan Usaha Dengan Kontribusi Terbesar di Kota Malang Tahun Gambar 22. Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Perkapita di Kota Malang Tahun Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun ix

11 Gambar 23. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga di Kota Malang Tahun Gambar 24. Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Malang Tahun Gambar 25. Pengeluaran Perkapita dan Garis Kemiskinan di Kota Malang Tahun Gambar 26. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca Tulis di Kota Malang Tahun Gambar 27. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk di Kota Malang Tahun Gambar 28. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Malang Tahun Gambar 29. Jumlah Sekolah menurut Jenis Sekolah di Kota Malang Tahun Gambar 30. Rasio Guru-Murid menurut Jenis Sekolah di Kota Malang Tahun Gambar 31. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan di Kota Malang Tahun Gambar 32. Jumlah Angkatan Kerja di Kota Malang Tahun Gambar 33. Jumlah Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun Gambar 34. Upah Minimum Kota Malang Tahun Gambar 35. Jumlah Balita yang Kurang Gizi dan Gizi Buruk di Kota Malang Tahun Gambar 36. Sepuluh Penyakit dengan Jumlah Kasus Terbanyak di Kota Malang Tahun Gambar 37. Jumlah Warnet di Kota Malang Tahun Gambar 38. Jumlah Base Transceiver Station (BTS) di Kota Malang Tahun Gambar 39. Jumlah Website Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Malang Tahun x Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

12 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1. Data Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Tabel 2. Banyaknya Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang Dikelola di Kota Malang, Tabel 3. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Malang menurut Jenis Pendapatan (ribu rupiah), Tabel 4. Realisasi Belanja Pemerintah Kota Malang menurut Jenis Belanja (ribu rupiah), Tabel 5. Data Koperasi di Kota Malang, Tabel 6. Jumlah Unit, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi menurut Bidang Usaha di Kota Malang, Tabel 7. Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Tabel 8. Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Tabel 9. Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Tabel 10. Data Cabang Olahraga di Bawah Pembinaan KONI Kota Malang, Tabel 11. Data Cabang Olahraga di Bawah Pembinaan Dispora Kota Malang, Tabel 12. Jumlah Terminal, Uji KIR, Lama Pengujian KIR, Fasilitas Perlengkapan Jalan, dan Trayek di Kota Malang, Tabel 13. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Kecamatan dan Jenis Kendaraan di Kota Malang, Tabel 14. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan di Kota Malang, Tabel 15. Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Plat Nomor di Kota Malang, Tabel 16. Jumlah Aparat dan Sarana Keamanan di Kota Malang, Tabel 17. Jumlah Tindak Pidana dan Penyelesaiannya menurut Kepolisian Sektor di Kota Malang, Tabel 18. Jumlah Tindak Kejahatan yang Dilaporkan dan Yang Diselesaikan menurut Jenis Kejahatan di Kota Malang, Tabel 19. Jumlah Penerimaan Pajak menurut Jenis Pajak di Kota Malang, Tabel 20. Rekapan Pendataan Industri menurut Jenis Industri di Kota Malang, Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun xi

13 Tabel 21. Luas Lahan (hektar) menurut Kecamatan dan Penggunaan Lahan di Kota Malang, Tabel 22. Luas Penggunaan Lahan Sawah (hektar) menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 23. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 24. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 25. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 26. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 27. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 28. Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Malang Tahun Tabel 29. Jumlah Curah Hujan menurut Stasiun Klimatologi di Kota Malang Tahun Tabel 30. Jumlah Hari HUjan menurut Stasiun Klimatologi di Kota Malang Tahun Tabel 31. Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin menurut Kecamatan di Kota Malang, Tabel 32. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Tabel 33. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Tabel 34. Jumlah Tanaman Menghasilkan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Buah- Buahan dan Sayuran Dirinci menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Tabel 35. Jumlah Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Biofarmaka menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Tabel 36. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Hias menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Tabel 37. Data Sarana Kesehatan, Sarana Industri, dan Industri Farmasi Serta Kesehatan Masyarakat Tahun Tabel 38. Jumlah Sarana Pendukung Komunikasi dan Informasi Kota Malang Tahun xii Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

14 Tabel 39. Data Sistem Informasi Pemerintah Kota Malang Tahun Tabel 40. Data Ketenagakerjaan Kota Malang Tahun Tabel 41. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan, dan Garis Kemiskinan Kota Malang Tahun Tabel 42. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (miliar rupiah) Tahun Tabel 43. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (miliar rupiah), Tabel 44. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (persen), Tabel 45. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (persen), Tabel 46. Jumlah Bencana menurut Jenis Bencana dan Kecamatan di Kota Malang, Tabel 47. Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota Malang Tahun Tabel 48. Daftar Kajian/Penelitian Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Malang Tahun Tabel 49. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Taman Kanak-Kanak di Kota Malang Tahun Tabel 50. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Taman Kanak-Kanak Luar Biasa di Kota Malang Tahun Tabel 51. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Roudlotul Athfal di Kota Malang Tahun Tabel 52. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Dasar di Kota Malang Tahun Tabel 53. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Dasar Luar Biasa di Kota Malang Tahun Tabel 54. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Ibtidaiyah di Kota Malang Tahun Tabel 55. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Pertama di Kota Malang Tahun Tabel 56. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa di Kota Malang Tahun Tabel 57. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Tsanawiyah di Kota Malang Tahun Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun xiii

15 Tabel 58. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Atas di Kota Malang Tahun Tabel 59. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Atas Luar Biasa di Kota Malang Tahun Tabel 60. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Aliyah di Kota Malang Tahun Tabel 61. Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang Tahun xiv Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

16 BAB 1 GEOGRAFI DAN IKLIM 1.1 GEOGRAFI Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Jawa Timur. Faktor pendukungnya antara lain potensi alam dan iklim. Kota Malang secara geografis terletak berada pada posisi Bujur Timur, Lintang Selatan. Posisi Kota Malang berada di tengah tengah wilayah Kabupaten Malang, karena batas wilayah utara, timur, Selatan, dan Barat merupakan wilayah Kabupaten Malang. Berdasarkan Surat Keputusan walikota Malang No 146/054/428.41/90 tanggal 9 Januari 1990 diketahui bahwa luas wilayah kota Malang tahun 2016 sebesar yaitu 110,06 km 2 yang terbagi dalam 5 (lima) kecamatan dan 57 kelurahan. Kecamatan Kedungkandang merupakan kecamatan terbesar dengan luas wilayah 36,24 persen dari wilayah Kota Malang dan 12 kelurahan, sedangkan kecamatan paling kecil adalah Kecamatan Klojen dengan luas wilayah hanya 8,02 persen dan 11 kelurahan. Luas wilayah Kota Malang dan jumlah kelurahan tidak mengalami perubahan dari tahun Gambar 1. Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Kota Malang menurut Kecamatan Tahun 2016 Data luas wilayah Kota Malang berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kota Malang Nomor 146/054/428.41/90 tanggal 9 Januari 1990 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

17 Gambar 2. Jumlah Kelurahan menurut Kecamatan Tahun 2016 di Kota Malang 1.2 IKLIM Data iklim di Kota Malang didapat melalui Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso. Data yang tersedia untuk Kota Malang hanya jumlah curah hujan dan hari hujan, sedangkan untuk data kelembapan, kecepatan angin, dan suhu tidak tersedia. Jumlah stasiun pengukur curah hujan dan hari hujan yang ada di Kota Malang sebanyak 3 (tiga) tempat yaitu Stasiun Kedungkandang, Ciliwung dan Sukun. Berdasarkan pantauan dari 3 (tiga) stasiun pengukur curah hujan yang ada di Kota Malang, tahun 2016 rata-rata curah hujan per bulan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebanyak 582 mm sedangkan rata rata hari hujan terbanyak terjadi di bulan Februari sebanyak 25 hari. Pada bulan Agustus dan September ratarata jumlah hari hujan sedikit hanya sebanyak 3 (tiga) hari dalam satu bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata bulan Agustus sebanyak 67 mm dan September 34 mm bisa diartikan bahwa pada bulan tersebut cuaca panas lebih mendominasi. 2 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

18 Gambar 3. Rata-rata jumlah hari hujan dan curah hujan di Kota Malang Tahun 2016 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

19 BAB 2 PEMERINTAHAN 2.1 KEPEGAWAIAN Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkup pemerintah Kota Malang tahun 2016 sebanyak pegawai. Jumlah PNS tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak pegawai atau 18,67 persen jika dibandingkan tahun Pada tahun 2016, jumlah PNS laki-laki di Kota Malang masih mendominasi dengan perbandingan laki-laki sebanyak pegawai (51,24 %) dan perempuan sebanyak (48,76 %). Berdasarkan tingkat pendidikan, pada tahun 2016 PNS dengan latar belakang pendidikan S1, S2, dan S3 menempati jumlah terbanyak yaitu pegawai atau 55,81 persen. Jumlah PNS yang lebih dari 50 persen pendidikannya S1, S2 dan S3 pada tahun 2015 dan 2016 diharapkan pegawai dapat bekerja lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai. Gambar 4. Jumlah PNS menurut Pendidikan Terakhir di Kota Malang Tahun Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang 4 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

20 2.2 KELEMBAGAAN RT DAN RW Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 7/1983 tentang pembentukan RT dan RW diketahui bahwa setiap RT yang dibentuk sebanyak banyaknya terdiri dari 30 KK untuk desa dan 50 KK untuk kelurahan. Berdasarkan data dari seluruh Kantor Kecamatan yang ada di Kota Malang, jumlah RW di Kota Malang pada tahun 2016 sebanyak 546, mengalami kenaikan sebanyak 2 (dua) RW atau 0,37 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak 544 RW, sedangkan jumlah RW tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 adalah tetap atau tidak mengalami perubahan. Selaras dengan Jumlah RW, jumlah RT di Kota Malang pada tahun 2016 juga mengalami kenaikan. Jumlah RT di Kota Malang pada tahun 2016 sebanyak 4.157, mengalami kenaikan sebanyak 32 RT atau 0,78 persen jika dibandingkan tahun 2015 sebanyak RT. Kenaikan jumlah RT pada tahun 2016 tidak sebanyak pada tahun 2015 yang kenaikannya mencapai 0,91 persen. Jumlah RW dan RT paling banyak di Kota Malang terdapat pada Kecamatan Lowokwaru yaitu sebanyak 127 RW dan 923 RT. Sedangkan jumlah RW dan RT paling sedikit terdapat pada Kecamatan Klojen yaitu sebanyak 89 RW dan 675 RT. Jika mengacu pada peraturan Menteri Dalam Negeri No 7/1983, maka jumlah RT di Kota Malang yang terbentuk secara kasar minimal sebanyak dengan asumsi perhitungan menggunakan data jumlah keluarga pada tahun 2016 sebanyak yang bersumber dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang. Selisih jumlah RT yang terbentuk pada tahun 2016 dibandingkan dengan jumlah RT yang ideal sesuai peraturan terbilang masih tinggi yaitu mencapai RT. Sehingga perlu dipertimbangkan lagi untuk melakukan pemekaran RT agar dapat memaksimalkan fungsi dari pembentukan RT terutama untuk RT yang masih banyak jumlah keluarganya. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

21 Gambar 5. Jumlah RW dan RT di Kota Malang Tahun Sumber : Seluruh Kantor Kecamatan di Kota Malang Gambar 6. Jumlah RW dan RT menurut Kecamatan di Kota Malang Tahun 2016 Sumber : Seluruh Kantor Kecamatan di Kota Malang 6 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

22 2.3 KEUANGAN DAERAH Berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang realisasi pendapatan Kota Malang tahun 2016 adalah sebanyak ,08 ribu rupiah, mengalami penurunan sebesar Rp ,87 ribu rupiah atau turun 5,18 persen dibanding tahun Penurunan pendapatan Kota Malang tahun 2016 disebabkan adanya penurunan dari item lain-lain pendapatan yang sah sebesar ,14 ribu rupiah atau turun 59,29 persen khususnya pada dana penyesuaian dan otonomi khusus serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Realisasi pendapatan Kota Malang mengalami penurunan, akan tetapi dari sisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang justru dari tahun terus mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 2016 PAD Kota Malang mengalami kenaikan sebesar ,31 ribu rupiah atau 5,27 persen meskipun kenaikan tersebut terbilang masih lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan tahun 2015 yang mencapai 14,06 persen. Tabel Realisasi Pendapatan dan Belanja Kota Malang Tahun Uraian (1) (2) (3) (4) Pendapatan Asli Daerah , , ,83 Dana Perimbangan , , ,98 -Bagi Hasil Pajak , , ,04 -Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam , , ,94 -Dana Alokasi Umum , , ,00 -Dana Alokasi Khusus , , ,00 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , ,27 REALISASI PENDAPATAN , , ,08 Belanja Pegawai , , ,00 Belanja Modal , , ,35 Belanja Lainnya , , ,69 REALISASI BELANJA , , ,05 Satuan Dalam Ribu Rupiah Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

23 Dana alokasi umum yang merupakan bagian dari dana perimbangan menjadi sumber terbesar penerimaan daerah Kota Malang. Tahun 2016 Pemerintah Kota Malang mendapat DAU sebesar Rp ribu rupiah atau 50,24 persen dari total pendapatan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa betapa besar ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Pajak dan retribusi daerah yang merupakan pendapatan asli daerah hanya 24,39 persen. Seiring dengan menurunnya pendapatan Pemerintah Kota Malang, jumlah realisasi belanja Pemerintah Kota Malang juga menurun pada tahun 2016 dibanding tahun Realisasi belanja tahun 2016 sebesar Rp ,05 ribu rupiah mengalami penurunan sebesar Rp ,87 ribu rupiah atau 5,18 persen. Berdasarkan strukturnya porsi belanja pegawai Pemerintah Kota Malang merupakan porsi paling besar dibanding belanja modal dan belanja lainnya yang mencapai 58,11 persen dari realisasi belanja Kota Malang. Jumlah belanja pegawai dari tahun cenderung mengalami kenaikan. 2.4 PARLEMENTARIA Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota (DPRD) merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten/kota. DPRD kabupaten/kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum Jumlah anggota DPRD Kota Malang tahun jumlahnya masih sama yaitu sebanyak 45 orang dengan jumlah terbanyak partai PDI- P sebanyak 11 orang. Posisi kedua ditempati oleh PKB sebanyak 6 orang. Dari 45 anggota DPRD Kota Malang masih didominasi laki-laki sebanyak 75,56 persen dan sisanya sebanyak 24,44 persen adalah perempuan. Tingkat pendidikan anggota DPRD Kota Malang juga sudah semakin baik karena sebagian besar merupakan lulusan S1/S2 (82,22 %) sehingga diharapkan bias menghasilkan produk-produk hukum yang lebih baik dan lebih diperlukan oleh masyarakat Kota Malang. 8 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

24 Gambar 7. Jumlah Anggota DPRD menurut Jenis Partai dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Tahun 2016 Sumber : Sekretariat DPRD Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

25 BAB 3 KEPENDUDUKAN 3.1 JUMLAH PENDUDUK Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh peraturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus/kontinu. Penduduk adalah seseorang yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu selama 6 (enam) bulan atau lebih atau jika kurang dari 6 (enam) bulan berencana untuk menetap. Sementara dalam konteks pembangunan, penduduk memiliki posisi ganda, yaitu berperan sebagai subyek dalam pembangunan namun sekaligus menjadi obyek dalam pembangunan. Oleh karena itu perhatian terhadap penduduk tidak hanya dari sisi jumlah, tetapi juga sisi kualitas. Penduduk yang berkualitas merupakan modal bagi pembangunan dan diharapkan dapat mengatasi berbagai akibat dari dinamika kependudukan. Data kependudukan merupakan salah satu informasi yang diperlukan dalam proses pembangunan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap evaluasi terhadap hasil pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan yang menguntungkan jika merupakan sumber daya manusia yang berkualitas, namun sebaliknya akan menjadi beban pembangunan jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya. Mobilitas penduduk diarahkan agar mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk. Sebagai salah satu kota besar, jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan fenomena yang sangat wajar. Namun perlu diperhatikan seberapa cepat laju pertumbuhannya. Jika perubahannya sangat signifikan maka perlu segera diambil kebijakan karena mencerminkan ketidakberhasilan program pengendalian jumlah penduduk yang dilakukan pemerintah yang salah satunya melalui program Keluarga Berencana. Selain itu perlu diingat bahwa ada tiga komponen utama yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk, yaitu kelahiran, kematian, 10 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

26 dan migrasi. Menurunnya angka kematian (naiknya Angka Harapan Hidup) dan atau migrasi penduduk yang tinggi juga dapat menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk. Data Jumlah penduduk Kota Malang diperoleh dari BPS Kota Malang. Data jumlah penduduk untuk tahun yang tidak dilaksanakan sensus penduduk diperoleh dari hasil proyeksi. Proyeksi penduduk merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen perubahan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Proyeksi penduduk menggunakan data dasar penduduk hasil SP2010. Hasil proyeksi penduduk tahun 2016, jumlah penduduk di Kota Malang adalah jiwa bertambah sekitar jiwa sejak tahun 2014 sebanyak jiwa. Dengan luas wilayah daratan Kota Malang sebesar 110,06 km 2, maka tingkat kepadatan penduduk Kota Malang tahun 2016 adalah jiwa per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan kepadatan penduduk tahun 2015 sebesar jiwa per kilometer persegi, mengalami peningkatan sekitar 46 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan pada tahun 2014, kepadatan penduduk di Kota Malang sebesar jiwa per kilometer persegi. Gambar 8. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

27 Kelompok usia produktif adalah penduduk yang berusia 15 sampai dengan 64 tahun. Perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan usia produktif menunjukkan angka ketergantungan (Age Dependency Ratio). Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin berat pula beban yang ditanggung oleh penduduk di kelompok usia produktif. Berdasarkan data dari BPS Kota Malang Rasio Ketergantungan penduduk Kota Malang Tahun 2016 adalah 36,92 persen yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Malang menanggung sebanyak penduduk usia tidak produktif. Gambar 9. Jumlah Penduduk Kota Malang menurut Kelompok Umur Tahun Sumber : BPS Kota Malang 3.2 RASIO JENIS KELAMIN Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di suatu daerah dan waktu tertentu. Data rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil misalnya karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. 12 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

28 Dalam rentang waktu , ada tren peningkatan jumlah penduduk laki-laki, yaitu dari jiwa di tahun 2014 menjadi jiwa di tahun Hal yang sama terjadi pada jumlah penduduk perempuan dalam rentang waktu tahun , yaitu sebesar jiwa pada tahun 2014 dan jiwa pada tahun Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, sex ratio penduduk Kota Malang pada tahun 2016 adalah 97,27 persen yang berarti bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar penduduk laki-laki. Jika dibedakan berdasarkan kelompok umur, sex ratio penduduk usia balita masih di atas 100 yang artinya jumlah balita laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah balita perempuan. Namun seiring pertambahan usia, jumlah penduduk laki-laki menjadi lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Hal ini dikarenakan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan angka harapan hidup laki-laki, disamping faktor migrasi penduduk laki-laki cenderung lebih tinggi terutama pada penduduk usia produktif. Gambar 10. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

29 3.3 RASIO KETERGANTUNGAN Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk umur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tahun (angkatan kerja). Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikator demografi yang penting, semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, angka rasio ketergantungan di Kota Malang tahun 2016 terus mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 rasio ketergantungan di Kota Malang sebesar 37,13 persen sedangkan tahun 2014 sebesar 36,92 persen. Penurunan angka rasio ketergantungan ini wajar dikarenakan banyaknya penduduk usia produktif yang terus bertambah tiap tahun. Pertambahan penduduk usia produktif ini sangat dimaklumi karena Kota Malang adalah Kota Pendidikan sehingga sebagai magnet para pelajar dan juga sebagai kota tujuan untuk mencari kerja Gambar 11. Rasio Ketergantungan Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang 14 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

30 BAB 4 PEMBANGUNAN MANUSIA Indeks yang menggambarkan kualitas hidup manusia disebut dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). IPM adalah indeks komposit yang mengukur keberhasilan pembangunan manusia dari tiga dimensi, yaitu dimensi kesehatan, dimensi pengetahuan dan dimensi standar kehidupan yang layak. Dimensi kesehatan diukur dari angka harapan hidup, dimensi pengetahuan diukur dari angka harapan sekolah dan rata-rata lama sekolah dan dimensi standar kehidupan yang layak diukur dengan kemampuan daya beli. Dengan adanya IPM dapat ditentukan peringkat atau level pembangunan suatu negara/pemerintah. IPM Kota Malang menempati peringkat pertama di Jawa Timur, artinya kualitas SDM Kota Malang merupakan paling baik jika diukur dari sisi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Gambar 12. Perkembangan IPM Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

31 IPM Kota Malang tahun 2016 mencapai 80,46 persen mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen jika dibandingkan dengan IPM tahun Perkembangan IPM tahun 2016 tersebut merupakan yang tertinggi selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Salah satu komponen pembentuk IPM adalah Indeks Kesehatan. Indeks Kesehatan tahun 2016 sebesar 81,05 dimana Angka Harapan Hidup mencapai 72,68 tahun yang artinya pada tahun 2016 harapan hidup masyarakat Kota Malang kembali naik hingga mencapai usia 73 tahun. Komponen yang dipergunakan untuk Indeks pendidikan pada metode penghitungan yang baru adalah gabungan antara angka harapan sekolah (EYS) dan angka rata-rata lama sekolah (MYS). Indeks pendidikan Kota Malang tahun 2016 mencapai 76,52. Selama periode 3 (tiga) tahun mulai tahun indeks pendidikan secara kontinu mengalami kenaikan, hal ini dapat diartikan selama kurun waktu 3 (tiga) tahun kinerja di bidang pendidikan menunjukkan prestasi yang cukup bagus. Indeks daya beli tahun 2016 sebesar 83,98 dengan pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan sebesar Rp ribu rupiah. Selama 3 (tiga) tahun berturut-turut indeks daya beli Kota Malang mengalami kenaikan. Tercatat bahwa pada tahun 2016 indeks daya beli mengalami kenaikan sebesar 0,61 poin. Kenaikan indeks daya beli menunjukkan bahwa kemampuan daya beli penduduk Kota Malang tahun 2016 mengalami kenaikan. Gambar 13. Perkembangan Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, dan Indeks Daya Beli Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang 16 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

32 BAB 5 PERTANIAN 5.1 Tanaman Pangan Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan daerah, peranan tersebut antara lain sebagai penyedia lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Sektor Pertanian walaupun di Kota Malang bukan merupakan sektor utama yang menunjang perekonomian, namun sektor ini penting untuk dikembangkan mengingat peranannya yang penting dan strategis. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, lahan sawah yang ada di Kota Malang pada tahun 2016 hanya mencapai 10,38 persen dari luas wilayah Kota Malang, sisanya sebanyak 18,85 persen merupakan luas lahan pertanian bukan sawah dan sisanya 70,77 persen adalah lahan bukan pertanian. Gambar 14. Persentase Luas Lahan menurut Jenis Lahan di Kota Malang Tahun 2016 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

33 Lahan sawah yang ada di Kota Malang ternyata belum semuanya penggunaaannya untuk penanaman padi sawah hal ini dapat dilihat dari Lahan sawah di Kota Malang sebanyak Ha yang ditanami padi sawah hanya sebanyak 844 Ha atau 73,91 persen. Sedangkan sebanyak 292 Ha atau 25,57 persen lahan sawah yang ada ditanami tanaman lainnya seperti tanaman palawija ataupun tanaman hortikultura. Perlu menjadi perhatian bersama bahwa masih ada lahan sebanyak 6 Ha atau 0,53 persen dari luas lahan Kota Malang belum dimanfaatkan sama sekali atau tidak ditanami tanaman apapun padahal lahan seluas itu bisa ditanami baik komoditas tanaman pangan atau hortikutura sehingga bisa meningkatkan produksi. Gambar 15. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kota Malang Tahun 2016 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Komoditas Tanaman Pangan yang ditanam pada Kota Malang selama tahun adalah tanaman padi sawah, jagung, Kacang Tanah, ubi Kayu, dan ubi jalar dengan komoditas yang paling banyak produksinya di Kota Malang adalah tanaman padi sawah. Produksi padi sawah di Kota Malang dari tahun 2014 sampai 2016 terus mengalami peningkatan, tercatat pada tahun 2016 jumlah produksi padi sawah di Kota Malang mencapai ton. Kecamatan yang mempunyai potensi tanaman padi sawah terbesar adalah Kecamatan Sukun dengan produksi padi sawah sebanyak ton. Sedangkan pada Kecamatan Klojen sama sekali tidak ada tanaman padi sawah. Komoditas tanaman pangan yang memiliki produksi terbesar kedua adalah tanaman ubi kayu dengan jumlah produksi pada tahun 2016 mencapai ton. 18 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

34 Gambar 16. Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 5.2 HORTIKULTURA Subsektor hortikultura telah berkontribusi secara nyata dalam mendukung perekonomian baik nasional maupun daerah dalam hal penyediaan produk pangan, kesehatan, dan kosmetika, budaya dan pariwisata, perdagangan, penciptaan produk domestik bruto maupun dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan berkembangnya perekonomian dan pengetahuan masyarakat, makin meningkat pula kesadaran akan pentingnya buah-buahan dan sayuran sebagai sumber gizi dan pangan sehari-hari. Tanaman buah-buahan tahunan adalah tanaman sumber vitamin, mineral, dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah dan merupakan tanaman tahunan, umumnya dapat dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu (dikonsumsi segar). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 hampir semua jenis tanaman buah-buahan tahunan di Kota Malang sudah berproduksi kecuali tanaman manggis, nenas, jengkol, dan apel. Pada tahun 2016 buah mangga merupakan buah dengan produksi yang paling banyak di Kota Malang yaitu mencapai 1.013,70 kuintal. Buah Jeruk Siam/Keprok merupakan tanaman buah tahunan dengan produksi terbanyak kedua setelah buah mangga di Kota Malang pada tahun 2016 dengan jumlah produksi mencapai ton, sedangkan buah yang produksinya paling sedikit di Kota Malang adalah buah duku/langsat dengan jumlah produksi hanya mencapai 5 kuintal. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

35 Gambar 17. Produksi Tanaman Buah dan Sayuran Tahunan di Kota Malang Tahun 2016 (kuintal) Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Tanaman sayuran semusim adalah tanaman sumber vitamin, mineral, dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah, dan umbinya yang berumur kurang dari satu tahun. Sedangkan tanaman buah-buahan semusim adalah tanaman sumber vitamin, mineral, dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa buah yang berumur kurang dari satu tahun. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Kota Malang diketahui bahwa tanaman sayuran dan buah-buahan semusim pada tahun 2016 di Kota Malang yang berproduksi hanya terdapat 9 (sembilan) jenis tanaman sayuran semusim, sedangkan untuk buah-buahan semusim tidak ada yang berproduksi. 20 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

36 Tanaman sayuran semusim jamur merupakan tanaman dengan produksi yang paling banyak pada tahun 2016 di Kota Malang, dengan jumlah produksi mencapai ,2 kuintal. Tanaman sayur semusim tomat merupakan tanaman dengan jumlah produksi terbanyak kedua di Kota Malang setelah tanaman jamur dengan produksi pada tahun 2016 mencapai 278 kuintal. Gambar 18. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim di Kota Malang Tahun 2016 (kuintal) Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 5.3 Perkebunan Perkebunan mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional maupun daerah, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, dan bahan baku industri. Beberapa komoditas perkebunan yang dipandang mempunyai nilai penting dan strategis di Indonesia adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh dan tebu. Dari 7 (tujuh) tanaman perkebunan unggulan dan strategis tanaman perkebunan di Indonesia, di Kota Malang hanya terdapat 2 (dua) tanaman perkebunan yaitu kelapa dan tebu. Produksi tanaman kelapa dari tahun di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

37 Tercatat bahwa pada tahun 2016 produksi kelapa di Kota Malang mencapai 925 ton, mengalami kenaikan sebanyak 118 ton atau 14,62 persen jika dibandingkan tahun Berbeda dengan tanaman kelapa, produksi tanaman tebu di Kota Malang dari tahun justru cenderung mengalami penurunan. Produksi tanaman tebu pada tahun 2016 di Kota Malang sebanyak ton, mengalami penurunan sebanyak 6.871,28 ton atau 11,45 persen jika dibandingkan dengan tahun Gambar 19. Produksi Tanaman Kelapa dan Tebu di Kota Malang Tahun (ton) Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 5.4 Peternakan Disadari atau tidak subsektor peternakan memiliki peranan yang strategis dalam kehidupan perekonomian dan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia protein hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Protein merupakan kunci nutrisi penting yang berguna untuk pembentukan sel-sel baru dalam tubuh. Sedangkan Protein hewani merupakan asupan nutrisi protein yang berasal dari hewan atau produk olahannya, daging merah seperti daging sapi dan kambing/domba kaya akan protein dan vitamin B12. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, dapat kita ketahui bahwa pada tahun produksi daging sapi merupakan produksi daging ternak yang paling banyak dibandingkan daging ternak lainnya di Kota Malang. Jumlah produksi daging sapi di Kota Malang pada tahun 2016 mencapai 3.246,32 ton, mengalami penurunan sebanyak 22 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

38 368,52 ton atau 11,35 persen jika dibandingkan dengan tahun Untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi protein selain daging ternak juga ada daging unggas. Produksi daging unggas ayam pedaging di Kota Malang dari tahun merupakan produksi daging unggas yang paling banyak dibandingkan daging unggas lainnya di Kota Malang, dengan jumlah produksi pada tahun 2016 mencapai ,11 ton mengalami kenaikan sebanyak 363,94 ton atau naik 2,08 persen dibandingkan tahun Produksi ternak, unggas, telur,dan susu di Kota Malang Tahun Tabel Jenis Ternak Produksi (ton) (1) (2) (3) (4) Daging sapi 3 465, , ,32 Daging Kambing/Domba Daging Babi Daging Unggas -Ayam Buras -Ayam petelur -Ayam Pedaging -Itik -Itik Manila Susu Telur -Ayam Buras -Ayam petelur -Itik - Itik Manila Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 5.5 Perikanan 320,00 430,00 490,22 511,80 525,05 508,39 642,70 551,74 381,06 14,90 18,21 21, , , ,11 4,30 23,24 25,25 2,10 2,34 2, , , ,74 30,50 27,45 27, , , ,20 4,70 101,50 77,34 1,60 0,89 0,93 Potensi perikanan tidak hanya dilihat dari luasnya perairan laut yang ada, tetapi juga dari luasnya lahan di darat yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengembangkan budidaya perikanan. Ikan dikenal sebagai salah satu sumber protein yang baik bagi tubuh manusia selain daging dan ayam. Di Kota Malang budidaya perikanan dilakukan dengan memanfaatkan lahan di darat dengan membuat kolam dan keramba mengingat tidak ada perairan laut di Kota Malang. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang dapat diketahui bahwa pada tahun jenis ikan yang dibudidayakan di Kota Malang adalah ikan nila, Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

39 tombro, gurame, dan lele. Ikan lele di Kota Malang hanya di budidayakan di Kolam dan merupakan jenis ikan dengan produksinya paling banyak dibanding jenis ikan lainnya dari tahun Produksi ikan lele di Kota Malang dari tahun cenderung mengalami kenaikan, tercatat pada tahun 2016 produksi ikan lele yang di budidayakan di kolam mencapai kg, mengalami kenaikan sebanyak kg atau naik 88,26 persen jika dibandingkan tahun Jenis Ikan yang dibudidaya dalam keramba di Kota Malang tahun adalah ikan Nila dan Tombro. Produksi ikan tombro pada tahun 2016 di Kota Malang sebanyak kg sedangkan untuk ikan nila sebanyak kg. Tabel Jenis Ikan (1) Budidaya Ikan Dalam Kolam - Ikan Nila Produksi Ikan menurut Jenis Ikan (kg) di Kota Malang Tahun Kota Malang (2) (3) (4) Ikan Tombro -Ikan Gurame - Ikan Lele Budidaya Ikan Dalam Keramba - Ikan Nila -Ikan Tombro -Ikan Gurame - Ikan Lele Jumlah Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 24 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

40 BAB 6 PENDAPATAN REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang paling ditunggu. Keberhasilan pembangunan tercermin melalui pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Malang besaran PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Malang tahun 2016 mencapai Rp ,6 juta rupiah. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun mengalami kenaikan secara terus menerus. Gambar 20. PDRB Kota Malang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

41 Melalui penghitungan PDRB diketahui bahwa pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Kota Malang atas dasar harga konstan tahun 2010 sebesar 5,61 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sama nilainya dengan tahun 2015, yang membedakan adalah rincian pertumbuhan ekonomi pada masing-masing lapangan usaha. Laju pertumbuhan tahun 2015 sebesar 5,61 persen mengalami penurunan sebesar 0,19 jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 5,80 persen. Sumber pertumbuhan PDRB terbesar Kota Malang selama 3 (tiga) tahun mulai tahun berasal dari kegiatan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil, dan sepeda motor dengan kontribusi, disusul oleh Industri pengolahan dengan kontribusi dan ketiga adalah lapangan usaha konstruksi. Gambar 21. Tiga Kegiatan Lapangan Usaha dengan Kontribusi Terbesar di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Kota Malang merupakan kota tujuan wisata. Hal ini dapat ditunjukan dari kontribusi kegiatan lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum pada tahun 2016 menempati urutan ke lima terbesar dari seluruh lapangan usaha yang ada. Peranan informasi dan komunikasi merupakan sarana penunjang dalam menggerakkan roda perekonomian. Perannya dalam menunjang PDRB Kota Malang berada pada urutan ke enam, mencapai 3,98 persen pada tahun Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

42 PDRB per kapita menggambarkan nilai PDRB yang diterima oleh setiap penduduk Kota Malang. PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama kurun waktu tiga tahun terakhir, nilai PDRB per kapita Kota Malang cenderung mengalami kenaikan. PDRB per kapita Kota Malang tahun 2014 sebesar Rp 55,04 juta; tahun 2015 sebesar Rp 60,88 juta; dan tahun 2016 sebesar Rp 66,76 juta. Gambaran tersebut belum bisa dijadikan sebagai ukuran peningkatan kemakmuran masyarakat Kota Malang maupun penyebaran pendapatan di setiap strata ekonomi karena inflasi sangat dominan dalam pembentukan PDRB. Namun bisa digunakan sebagai indikasi awal bahwa terjadi peningkatan pendapatan di masyarakat. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

43 28 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

44 BAB 7 PENGELUARAN PENDUDUK Dalam kacamata ekonomi, kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari besaran pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk, dianggap semakin sejahtera. Namun untuk memperoleh informasi tentang pendapatan rumahtangga sangatlah sulit, kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bermanfaat dalam mengukur kesejahteraan dengan menggunakan pendekatan pengeluaran. Secara umum jumlah pengeluaran berbanding lurus dengan pendatapatan. Rumahtangga yang pengeluarannya banyak tentunya mempunyai pendapatan yang besar pula, kondisi ini dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat. Kemampuan daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan peningkatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadi salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, hasil Susenas tahun pada data kelompok pengeluaran menunjukkan adanya kenaikan persentase penduduk pada kelompok pengeluaran rupiah ke atas perkapita per bulan di Kota Malang. Gambar 22. Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Perkapita di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

45 Pergeseran persentase pengeluaran rumah tangga dari kelas pengeluaran yang lebih rendah ke kelas pengeluaran yang lebih tinggi, mengandung dua kondisi, yaitu pertama terjadi karena adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga atau kedua karena adanya peningkatan harga berbagai kebutuhan rumah tangga. Meningkatnya kesejahteraan penduduk biasanya juga ditandai dengan semakin berkurangnya proporsi pengeluaran untuk keperluan makanan yang selanjutnya bergeser pada pengeluaran untuk keperluan bukan makanan Gambar 23. Persentase Pengeluaran Rumah Tangga di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016 diketahui bahwa sebagian besar pengeluaran penduduk di Kota Malang sudah bergeser ke arah untuk memenuhi kebutuhan non makanan. Hal ini dapat dilihat persentase pengeluaran makanan yaitu mencapai 38,63 persen dan mengalami penurunan dibanding tahun 2015 yang sebesar 39,21 persen dari total pengeluaran. 30 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

46 BAB 8 KEMISKINAN Permasalahan kompleks kemiskinan telah lama menjadi perhatian di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir. Dengan ketimpangan distribusi kemakmuran yang ada saat ini perspektif atau cara pandang mengenai kemiskinan itu sendiri akan sangat berbeda satu sama lain. Negara miskin yang secara langsung menghadapi masalah kronis ini akan memandang kemiskinan sebagai benih pesimis jangka panjang yang tidak mungkin dihapuskan dalam beberapa generasi. Kelompok mediocre atau negara-negara berkembang yang memiliki kondisi ekonomi lebih baik akan memandang kemiskinan sebagai bibit ketidakbahagiaan yang memiliki potensi menjadi polemik kompleks untuk masalah sosial dalam negeri mereka. Sementara itu bagi kelompok negara maju, negara miskin adalah pasar yang potensial yang belum digarap. Sebuah wilayah dengan potensi sumber daya alam terpendam dan kekuatan ekonomi yang luar biasa akan menjadi bangsa yang kuat jika digarap dengan sempurna. Apabila melihat jauh ke belakang, permasalahan kemiskinan telah ada ketika perjalanan kebudayaan mulai menyisir pada sisi-sisi kemajuan ekonomi. Ketika motif dan tujuan ekonomi mulai menjadi dasar perubahan cara hidup bersama maka ketika itulah kemajuan yang dialami di satu pihak tidak serta merta bisa diikuti oleh pihak lainnya. Dengan kata lain ketika hasil usaha personal menjadi pembeda seiring dengan melemahnya interaksi komunal untuk kepentingan kolektif, garis pembatas kondisi individu-individu maupun kondisi antar kelompok dapat mulai jelas dipetakan perbedaannya. Dilihat dalam runut waktunya, permasalahan tentang kemiskinan telah lama berada dalam sejarah panjang umat manusia. Kemiskinan secara harfiah berasal dari kata miskin. Makna kata miskin ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai keadaan tidak berharta; serba kekurangan. Sedangkan kemiskinan disebutkan sebagai situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan yg minimum. Kemiskinan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan baik pada tingkat nasional maupun daerah. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

47 Dalam hal ini tidak terlepas dengan Kota Malang sebagai salah satu ikon Jawa Timur dengan daya tarik pariwisata dan pendidikan. Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, jumlah penduduk miskin di Kota Malang dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir mengalami penurunan. Tahun 2016 terdapat 37,03 ribu jiwa penduduk miskin, turun sebesar 2,07 ribu jiwa jika dibandingkan tahun Sedangkan bila dibandingkan dengan tahun 2014 turun sekitar 3,61 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan 0,27 persen poin pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana tahun 2015 terdapat 4,60 persen penduduk miskin menjadi 4,33 persen pada tahun 2016 seperti disajikan pada grafik di atas. Sedangkan bila dibandingkan dengan tahun 2014, turun sekitar 0,47 persen, yaitu dari 4,80 persen ke 4,33 persen. Gambar 24. Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, pada periode tahun garis kemiskinan Kota Malang meningkat dari Rp perkapita per bulan menjadi Rp perkapita per bulan. Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2016, rata-rata pengeluaran perkapita per bulan seluruh penduduk Kota Malang 32 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

48 sebesar rupiah, yang didominasi pengeluaran untuk non makanan sebanyak 61,37 persen. Pada tahun 2015 rata-rata pengeluaran perkapita per bulan bernilai rupiah. Sedangkan pada tahun 2014, rata-rata pengeluaran perkapita per bulan seluruh penduduk Kota Malang sebesar rupiah. Gambar 25. Pengeluaran Perkapita dan Garis Kemiskinan Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

49 34 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

50 BAB 9 PENDIDIKAN Pendidikan merupakan faktor yang berperan sangat penting terhadap kemajuan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya dilakukan pemerintah demi tercapainya keberhasilan pembangunan manusianya. Melalui peningkatan di bidang pendidikan diharapkan peningkatan sumber daya manusia menjadi lebih berkualitas akan tercapai, seperti yang diamanatkan dalam UUD 45 pasal 31 dan RPJM, dimana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara, yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Wajib belajar sembilan tahun pun mulai diwajibkan kepada semua warga negara khususnya pada penduduk usia sekolah. Sarana dan prasarana dibidang pendidikan setiap tahunnya dibenahi, hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam UUD 45 pasal 30 ayat 4 berbunyi Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurang 20 % dari anggaran pendapatan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM. Melalui pendidikan, pengetahuan seseorang akan bertambah yang akan bermanfaat untuk mempelajari ketrampilan yang berguna di dunia kerja. Dengan demikian pendidikan dapat dimasukkan sebagai investasi pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati di kemudian hari. Sebagaimana pembangunan di bidang lain, pendidikan menjadi salah satu bidang utama di samping kesehatan dan ekonomi. Pembangunan di bidang pendidikan baik secara formal maupun non formal mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

51 Ukuran dasar tingkat pendidikan adalah kemampuan penduduk 10 tahun ke atas untuk baca-tulis huruf latin dan atau huruf lainnya (melek huruf). Kemampuan baca-tulis merupakan kemampuan intelektual minimum karena sebagian besar informasi dan ilmu pengetahuan diperoleh melalui membaca. Angka buta huruf merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan antar wilayah, mengingat buta huruf selalu identik dengan keterbelakangan serta ketidakberdayaan yang umumnya menjadi ciri masyarakat marginal. Berdasarkan data hasil Susenas yang dilaksanakan oleh BPS Kota Malang pada tahun 2016 masih ada sekitar 1,83 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Malang yang buta huruf sedangkan yang melek huruf ada sebesar 98,17 persen. Dari gambar di bawah, terlihat bahwa dari tahun 2014 sampai tahun 2016, angka buta huruf terus menurun. Hal ini disebabkan karena digalakkannya program pendidikan gratis di Kota Malang serta kebijakan mengenai pendidikan yang gencar di galakkan mengingat Kota Malang sebagai Kota Pendidikan. Gambar 26. Persentase Penduduk Usia 15 tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca Tulis di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Angka Partisipasi Sekolah penduduk Kota Malang usia 7-12 tahun (usia SD) tahun mencapai angka sempurna yaitu 100 persen. Hal ini berarti semua anak di kelompok usia tersebut sekolah. Segala upaya pemerintah tidak sia-sia dalam memberikan kesempatan yang sama untuk menempuh pendidikan dengan cara membebaskan semua biaya sekolah dasar (SD) bagi penduduknya. Sedangkan Angka Partisipasi Sekolah penduduk Kota Malang usia tahun (usia SMP) tahun telah mencapai angka diatas 95 persen. Walaupun telah 36 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

52 mencapai lebih dari 95 persen, kelompok usia ini (13-15 tahun) perlu sedikit perhatian dari Pemerintah Kota Malang, karena masih belum 100 persen. Gambar 27. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Kelompok usia yang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Malang selanjutnya adalah kelompok usia tahun (usia SLTA). Pada kelompok usia tersebut, capaian angka partisipasi sekolahnya berada di angka 78,32 persen pada tahun Walaupun angka ini sudah di atas Angka Partisipasi Sekolah Jawa Timur yang berada di angka 70,54 persen, tetapi jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Timur, angka ini masih tergolong rendah. Sebaliknya APS untuk kelompok usia tahun (usia perguruan tinggi/universitas) Kota Malang merupakan yang tertinggi kedua bila dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur. Angka Partisipasi Sekolah Kota Malang untuk usia tahun mencapai 44,96 persen, berada jauh di atas Angka Partisipasi Sekolah Jawa Timur yang berada di angka 22,67 persen. Hal ini dikarenakan Kota Malang merupakan kota pendidikan, dimana sebagian besar penduduk dari kelompok usia ini didominasi oleh penduduk yang datang dari berbagai daerah di Indonesia yang bertujuan untuk melanjutkan sekolah di jenjang universitas atau akademi. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

53 Gambar 28. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Malang Tahun Sumber : BPS Kota Malang Selain APS, indikator capaian pembangunan di bidang pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Ijazah/STTB merupakan tanda seseorang sudah menamatkan suatu jenjang pendidikan formal. Persentase penduduk tertinggi yang memiliki ijazah/sttb pada jenjang tertentu, menunjukkan rata-rata tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah. Tingginya tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh rata-rata penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan taraf intelektualitas daerah tersebut, status sosial ekonomi penduduk, serta tingkat wawasan dan pola pikir penduduknya. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan (ijazah tertinggi yang dimiliki) merupakan indikator pokok kualitas SDM, karena semakin tinggi ijazah yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah mencerminkan kualitas penduduk di daerah tersebut. Pada tahun 2016, penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Malang sebagian besar jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu SD/sederajat yaitu sebesar 26,35 persen, tamat SMP/Sederajat sebesar 11,93 persen, tamat SMA/SMK/Sederajat sebesar 35,94 persen, dan tamat perguruan tinggi/universitas sebesar 17,03. Bahkan masih ada sebanyak 8,76 persen penduduk usia 15 tahun ke atas di Kota Malang yang tidak punya ijazah SD. Kondisi seperti ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), seperti kita ketahui bersama pada tahun 2015 ini merupakan awal dibukanya MEA, untuk menghadapinya semua daerah haruslah mempersiapkan sumber daya manusia yang trampil, dan cerdas. 38 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

54 Dalam proses belajar mengajar di sekolah, fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian yang paling penting, karena dapat membantu kelancaran dan kenyamanan dalam proses belajar di sekolah. Rasio antara guru dan murid menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar dan melihat mutu pengajaran di kelas. Kondisi sekolah yang memiliki kelebihan guru akan menyebabkan guru tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Sementara sekolah yang kekurangan guru akan menyebabkan beban kerja guru menjadi lebih tinggi dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Penghitungan angka rasio antara guru dan murid secara keseluruhan (sekolah negeri + swasta) memungkinkan menghasilkan angka yang berbeda ketika dihitung secara terpisah menurut sekolah negeri dan swasta, begitu juga dengan penghitungan angka rasio antara guru dan murid per Kecamatan. Taman Kanak Kanak (TK) merupakan salah bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4 (empat) tahun sampai 6 (enam) tahun. Jumlah TK di Kota Malang tahun adalah 333; 344 dan 341. TK yang ada di Kota Malang sebagian besar didominasi oleh TK swasta misal pada tahun 2016 jumlah TK Negeri hanya sebanyak 1,47 persen dan TK swasta sebanyak 98,53 persen. TK negeri jumlahnya sangat terbatas, bahkan di Kecamatan Lowokwaru tidak ada TK negeri. Untuk memenuhi pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (luar biasa) di Kota Malang juga tersedia TK luar biasa yang jumlahnya mencapai 7 (tujuh) pada tahun 2016 yang semuanya merupakan TK luar biasa swasta dan terdapat pada semua kecamatan kecuali Kecamatan Kedungkandang. Pendidikan usia dini selain TK juga ada Raudhatul Athfal yang jumlahnya pada tahun 2016 mencapai 101 di Kota Malang. Pada tahun 2016 rasio antara murid dan guru TK (negeri + swasta) sebesar 7, artinya TK yang ada di Kota Malang baik negeri maupun swasta setiap 1 (satu) gurunya rata-rata mengajar 7 (tujuh) murid. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar. Jumlah sekolah dasar (SD) yang ada di Kota Malang pada tahun berturut turut sebanyak 270; 272; dan 274. Jumlah SD di Kota Malang selama 3 (tiga) tahun berturut-turut mengalami kenaikan. SD yang ada di Kota Malang sebagian besar didominasi oleh SD negeri jika dilihat pada tahun 2016 jumlah SD Negeri mencapai 71,17 persen sedangkan SD swasta sebanyak 28,83 persen. SD yang ada di Kota Malang tersebar hampir merata di semua kecamatan baik SD negeri maupun swasta. Untuk memenuhi pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (luar biasa) di Kota Malang juga tersedia SD luar biasa yang jumlahnya mencapai 8 pada tahun 2016 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

55 dengan rincian SD luar biasa negeri sebanyak 1 (satu) sekolah yang berada pada Kecamatan Kedungkandang dan SD luar biasa swasta sebanyak 7 (tujuh) sekolah terdapat pada semua kecamatan kecuali Kecamatan Kedungkandang. Pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar juga ada Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang menyelenggarakan pendidikan umum jenjang pendidikan dasar dengan kekhasan agama islam. Jumlah sekolah MI pada tahun 2016 di Kota Malang mencapai 43 sekolah. Pada tahun 2016 rasio antara murid dan guru SD (negeri + swasta) sebesar 19, artinya SD yang ada di Kota Malang baik SD negeri maupun swasta setiap 1 (satu) gurunya rata-rata mengajar 19 murid di sekolah. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI. Jumlah sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Malang pada tahun berturut turut sebanyak 97; 101; dan 100. SMP yang ada di Kota Malang sebagian besar didominasi oleh SMP swasta jika dilihat pada tahun 2016 jumlah SMP Negeri hanya mencapai 32 persen sedangkan SMP swasta sebanyak 68 persen. SMP yang ada di Kota Malang tersebar hampir merata di semua kecamatan baik SMP negeri maupun swasta. Pendidikan umum pada jenjang setelah SD atau MI, selain SMP juga terdapat Madrasah Tsanawiyah (MTS). Jumlah sekolah MTs di Kota Malang pada tahun 2016 mencapai 34 sekolah. Untuk memenuhi pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (luar biasa) di Kota Malang juga tersedia SMP luar biasa yang jumlahnya mencapai 8 pada tahun 2016 dengan rincian SMP luar biasa negeri sebanyak 1 (satu) sekolah yang berada pada Kecamatan Kedungkandang dan SMP luar biasa swasta sebanyak 7 (tujuh) sekolah terdapat pada semua kecamatan kecuali Kecamatan Kedungkandang. Pada tahun 2016 rasio antara murid dan guru SMP (negeri + swasta) sebesar 14, artinya SMP yang ada di Kota Malang baik negeri maupun swasta setiap 1 (satu) gurunya rata-rata mengajar 14 murid di sekolah. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Jumlah sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kota Malang pada tahun berturut turut sebanyak 38; 47; dan 45. SMA yang ada di Kota Malang sebagian besar didominasi oleh SMA swasta jika dilihat pada tahun 2016 jumlah SMA Negeri hanya mencapai 22,22 persen sedangkan SMA swasta sebanyak 77,78 40 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

56 persen. SMA yang ada di Kota Malang belum tersebar merata di semua kecamatan khususnya pada SMA negeri dimana pada Kecamatan Sukun tidak ada sekolah SMA. Pendidikan umum pada jenjang setelah SMP, selain SMa juga terdapat Madrasah Aliyah (MA). Jumlah sekolah MA di Kota Malang pada tahun 2016 mencapai 15 sekolah. Untuk memenuhi pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus (luar biasa) di Kota Malang juga tersedia SMA luar biasa yang jumlahnya mencapai 5 (lima) pada tahun SMA luar biasa yang ada di Kota Malang merupakan SMA luar biasa swasta. Pada tahun 2016 rasio antara murid dan guru SMA (negeri + swasta) sebesar 12, artinya SMA yang ada di Kota Malang baik negeri maupun swasta setiap 1 (satu) gurunya ratarata mengajar 12 murid di sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Jumlah sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Kota Malang pada tahun berturut turut sebanyak 51; 53; dan 55. SMK yang ada di Kota Malang sebagian besar didominasi oleh SMK swasta jika dilihat pada tahun 2016 jumlah SMK Negeri hanya mencapai 23,64 persen sedangkan SMK swasta sebanyak 76,36 persen. SMK yang ada di Kota Malang sudah tersebar merata di semua kecamatan. Jumlah sekolah SMK dari tahun berturut-turut mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 rasio antara murid dan guru SMK (negeri + swasta) sebesar 13, artinya SMK yang ada di Kota Malang baik negeri maupun swasta setiap 1 (satu) gurunya rata-rata mengajar 12 murid di sekolah. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

57 Gambar 29. Jumlah Sekolah menurut Jenis Sekolah di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Gambar 30. Rasio Guru-Murid menurut Jenis Sekolah di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 42 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

58 BAB TRANSPORTASI 10 Transportasi merupakan salah satu fasilitas bagi suatu daerah untuk maju dan berkembang serta transportasi dapat meningkatkan aksesbilitas atau hubungan suatu daerah untuk maju dan berkembang. Transportasi dapat meningkatkan aksesbilitas atau hubungan suatu daerah karena aksebiltas sering dikaitkan dengan daerah. Untuk membangun suatu pedesaan keberadaan prasarana dan sarana transportasi tidak dapat terpisahkan dalam suatu program pembangunan. Kelangsungan proses produksi yang efisien, investasi dan perkembangan teknologi serta terciptanya pasar dan nilai selalu didukung oleh sistem transportasi yang baik. Transportasi merupakan faktor yang sangat penting dan strategis untuk dikembangkan, diantaranya adalah untuk melayani angkutan barang dan manusia dari satu daerah ke daerah lainnya dan menunjang pengembangan kegiatan-kegiatan sektor lain untuk meningkatkan pembangunan nasional di Indonesia. Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk sebanyak banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dilengkapi atau tidak dilengkapi bagasi. Jumlah mobil penumpang dari tahun secara berturut turut mengalami kenaikan, pada tahun 2016 jumlah mobil penumpang sebanyak unit mengalami kenaikan sebanyak unit atau naik sebanyak 4,61 persen dibandingkan tahun Jumlah mobil penumpang paling banyak terdapat pada Kecamatan Lowokwaru yaitu sebanyak unit atau 25,55 persen dari total jumlah mobil penumpang yang ada di Kota Malang. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik dilengkapi atau tidak dilengkapi bagasi. Jumlah kendaraan bus dari tahun di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 jumlah kendaraan bus mencapai 966 unit, mengalami kenaikan sebanyak 32 unit atau naik sebanyak 3,43 persen jika dibandingkan tahun Jumlah kendaraan bus paling banyak terdapat pada Kecamatan Lowokwaru yaitu sebanyak 288 unit atau 29,81 persen dari total jumlah kendaraan bus yang ada di Kota Malang. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

59 Mobil truk adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang, selain mobil penumpang, bus dan kendaraan bermotor roda dua. Jumlah kendaraan truk dari tahun di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 jumlah kendaraan truk mencapai unit, mengalami kenaikan sebanyak 535 unit atau naik sebanyak 2,75 persen jika dibandingkan dengan tahun Jumlah kendaraan truk paling banyak terdapat pada Kecamatan Blimbing yaitu sebanyak unit atau 22,22 persen dari total jumlah kendaraan truk yang ada di Kota Malang. Sepeda motor menjadi kendaraan yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Bisa jadi hal itu karena sepeda motor merupakan kendaraan kelas menengah, tidak terlalu tradisional seperti sepeda dan tidak terlalu mahal seperti mobil. Sepeda motor termasuk kendaraan yang harganya cukup terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Jumlah kendaraan sepeda motor dari tahun di Kota Malang cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 jumlah kendaraan sepeda motor mencapai unit, mengalami kenaikan sebanyak unit atau naik sebanyak 3,53 persen jika dibandingkan dengan tahun Jumlah kendaraan sepeda motor paling banyak terdapat pada Kecamatan sukun yaitu sebanyak unit atau 23,48 persen dari total jumlah kendaraan truk yang ada di Kota Malang. Jika dilihat secara total kendaraan bermotor, maka pada tahun 2016 jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang sebanyak unit, mengalami kenaikan sebanyak unit atau 3,67 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah unit. Gambar 31. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan di Kota Malang Tahun Sumber : UPT Badan Pendapatan Daerah Malang Kota 44 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

60 Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi. Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa transportasi bagi pemakainya. Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari suatu tempat asal ke tempat tujuannya. Dengan tersedanya prasarana jalan yang semakin baik dan luas akan memperlancar arus pengangkutan manusia dan barang serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan penduduk. Maka dengan demikian prasarana jalan yang baik dan lancer akan menunjang kelancaran arus pengangkutan manusia, barang dan jasa serta melancarkan hubungan antar kota dengan desa dan sebaliknya. Untuk melancarkan hubungan antar daerah, antar desa dan antar kota diperlukan perbaikan jalan baik panjang jalan maupun kualitasnya. Jalan negara merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol. Jalan negara ternyata pada tahun 2016 mengalami kenaikan, panjang jalan negara di Kota Malang tahun 2016 mencapai 12,64 km, mengalami kenaikan sepanjang 11,19 km atau naik sebesar 771,72 persen jika dibandingkan tahun 2015 yang panjangnya hanya mencapai 1,45 km. Jalan negara yang ada di Kota Malang sepanjang 12,64 km kondisinya baik. Tanggung jawab atas penyelenggaraan jalan negara ini berdasarkan pasal 14 ayat 1 UU adalah pemerintah pusat. Dengan adanya kenaikan jalan negara mudah-mudahan bisa memperlancar transportasi antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol yang terhubung dengan Kota Malang. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota atau antar ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi. Tanggung jawab atas penyelenggaraan jalan provinsi ini berdasarkan pasal 15 ayat 1 UU adalah pemerintah provinsi. Berbeda dengan jalan negara, justru panjang jalan provinsi yang ada di Kota Malang mengalami penurunan. Pada tahun 2016 panjang jalan provinsi mencapai 10,94 km, mengalami penurunan sepanjang 38,01 km atau turun 77,65 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang panjangnya mencapai 48,95 km. Jalan provinsi yang ada di Kota Malang tahun 2016 walaupun panjangnya mengalami penurunan namun sebanyak 95,43 persen kondisi jalannya masih baik, dan dari tahun 2015 ke tahun 2016 panjang jalan yang mengalami kerusakan ringan masih sama yaitu sepanjang 0,5 km, artinya dari tahun 2015 ke tahun 2016 tidak ada perbaikan jalan provinsi yang mengalami kerusakan. Dengan adanya penurunan panjang jalan provinsi dan belum adanya perbaikan jalan provinsi yang mengalami kerusakan ringan tidak menyebabkan kemacetan dan kecelakaan dan mudahmudahan pemerintah provinsi bisa segera melakukan perbaikan jalan. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

61 Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada dalam kota. Tanggung jawab atas penyelenggaraan jalan kota ini berdasarkan pasal 16 ayat 2 UU adalah pemerintah kota. Selaras dengan jalan negara, jalan kota di Kota Malang mengalami kenaikan. Jalan kota yang ada di Kota Malang tahun 2016 panjangnya mencapai 1.027,1 km, mengalami kenaikan yang sepanjang 886,32 km atau naik 629,58 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang panjang jalannya mencapai 140,78 km. Jalan kota di Kota Malang yang panjangnya mencapai 1.027,1 km, sebanyak 96,74 persen kondisi jalannya masih baik, sedangkan sisanya sebanyak 3,26 persen kondisi jalannya rusak ringan. Dengan adanya perpanjangan jalan kota yang ada di Kota Malang bisa mempelancar arus pengangkutan barang dan jasa serta mempermudah akses di dalam kota. Dengan adanya peningkatan panjang jalan negara dan jalan kota yang ada di Kota Malang pada tahun 2016 bisa mengimbangi peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang setiap tahunnya. Selain peningkatan panjang jalan juga diperlukan perluasan jalan mengingat jumlah kendaraan yang ada di Kota Malang bisa dipastikan jumlahnya cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. 46 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

62 Tabel 10.1 Panjang Jalan menurut Kondisi Jalan di Kota Malang, Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota Kondisi Jalan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kondisi Jalan Baik 1,45 12,64 48,45 10,44 135,19 993,64 Kondisi Jalan Sedang Kondisi Jalan Rusak - - 0,5 0,5 5,59 33,47 Kondisi Jalan Rusak Berat Jumlah 1,45 12,64 48,95 10,94 140, ,1 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Malang, Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

63 48 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

64 BAB 11 KETENAGAKERJAAN Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan masalah tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen. Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah atau wilayah mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral sehingga menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian nasional. Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja sangatlah penting dalam proses produksi daripada sarana produksi lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya, dikarenakan manusialah yang menggerakkan atau mengoperasikan seluruh sumber-sumber tersebut untuk menghasilkan suatu barang yang bernilai yang nantinya akan berpengaruh terhadap besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu wilayah. Tidak semua angkatan kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi, tetapi hanya oleh mereka yang bekerja pada suatu sektor pekerjaan baik pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik, air minum, konstruksi, perdagangan, transportasi, lembaga keuangan, jasa, administrasi pemerintahan, dll. Pertumbuhan angkatan kerja dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu struktur umur penduduk dan tingkat partisipasi angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Angkatan kerja merupakan penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

65 Berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Malang, selama 3 (tiga) tahun terakhir ( ), data jumlah angkatan kerja di Kota Malang mengalami penurunan, yaitu sebanyak pada tahun 2014 menjadi di tahun Data pada tahun 2014, angkatan kerja sebanyak jiwa terdiri dari jiwa yang bekerja dan jiwa yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan pada tahun 2016, dari jiwa angkatan kerja, sebanyak jiwa merupakan penduduk yang bekerja dan jiwa penduduk sedang mencari pekerjaan. Terjadinya penurunan angkatan kerja di Kota Malang karena penduduk sekolah lulusan SMA/Sederajat banyak yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi/akademi) daripada memilih untuk langsung bekerja. Banyaknya universitas/akademi baik negeri maupun swasta yang tersedia di Kota Malang membuat penduduk Kota Malang lebih leluasa untuk memilih ke jenjang universitas. Gambar 32. Jumlah Angkatan Kerja di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Malang 50 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

66 Indikator utama ketenagakerjaan yang sering digunakan sebagai indikasi keberhasilan dalam menangani masalah pengangguran di suatu wilayah adalah jumlah pengangguran terbuka. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan. Pengganguran jenis yang seperti ini tergolong cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan. Dari data yang disajikan pada gambar di bawah, dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran terbuka di Kota Malang pada Tahun 2014 Kota Malang mencapai jiwa dan terus mengalami penurunan menjadi pada Tahun 2015 serta pada tahun Gambar 33. Jumlah Pengangguran Terbuka di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Malang Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, sedangkan Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah Upah Minimum yang berlaku di Daerah Kabupaten/Kota. Selama 3 (tiga) tahun terakhir ( ), UMK Kota Malang terus mengalami kenaikan yang cukup besar. Tahun 2014, UMK Kota Malang sebesar rupiah terus mengalami kenaikan menjadi rupiah pada Tahun 2015 serta sebesar pada Tahun Kenaikan UMK ini menunjukkan bahwa inflasi Kota Malang dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga mengalami peningkatan. Tahun 2016, UMK Kota Malang menempati urutan terbesar ke-7 di Jawa Timur. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

67 Gambar 34. Upah Minimum Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Malang 52 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

68 BAB 12 KESEHATAN Kesehatan merupakan sesuatu yang amat penting di dalam tubuh manusia, tanpa adanya kesehatan manusia tentu tidak dapat menjalankan hidupnya secara normal sehari-hari. Makanan dan yang sehat dan bergizi menjadi hal penting dalam menciptakan tubuh sehat, tidak hanya pada balita dan anak-anak saja namun orang dewasa pun harus selalu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, di Kota Malang masih terdapat kasus kekurangan kurang gizi dan gizi buruk. Kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein ringan, sedangkan gizi buruk merupakan malnutrisi energi-protein berat jumlah balita balita yang mengalami kekurangan gizi pada tahun secara berturut-turut adalah sebanyak 1.611; 1.627; balita. Jumlah balita di Kota Malang ternyata masih ada yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang, jumlah balita yang mengalami kurang gizi di Kota Malang dari tahun cenderung meningkat, tahun 2016 jumlah balita yang mengalami kurang gizi sebanyak balita mengalami peningkatan sebanyak 241 balita atau naik sebanyak 14,81 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebanyak balita. Kasus kekurangan gizi ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dan perlu segera ditindaklanjuti oleh pihat terkait yang berwenang mengingat kekurangan gizi ini merupakan gangguan kesehatan yang serius dan jumlah balita yang mengalami kurang gizi dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Upaya pemerintah Kota Malang dalam mengatasi kasus gizi buruk di Kota Malang membuahkan hasil, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kota Malang mengalami penurunan secara berturut-turut dari tahun Pada tahun 2016 jumlah balita yang menderita gizi buruk sebanyak balita, mengalami penurunan sebanyak 241 balita atau turun sebanyak 14,81 persen jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebanyak balita. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

69 Penurunan jumlah kasus balita yang mengalami gizi buruk tidak lantas membuat kita berhenti pada tahapan tersebut karena masih banyak balita yang menderita kurang gizi di Kota Malang dan sudah mendapatkan perawatan namun jumlahnya justru dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Gambar 35. Jumlah Balita yang Kurang Gizi dan Gizi Buruk di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Kesehatan Kota Malang Selain kasus balita yang mengalami kurang gizi dan gizi buruk di Kota Malang yang perlu untuk ditindaklanjuti, ternyata masih ada 10 (sepuluh) penyakit dengan jumlah kasus yang paling banyak yang perlu mendapatkan perhatian bersama terutama pihak berwenang yang terkait di Kota Malang. Pada tahun 2016, penyakit dengan jumlah kasus terbanyak di Kota Malang adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, dengan jumlah kasus sebanyak kasus. Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut (ISPA) adalah infeksi yang mengganggu proses pernapasan seseorang. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang hidung, trakea (pipa pernapasan), atau bahkan paru-paru. ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu dan jika tidak segera ditangani, infeksi dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan menyebabkan tubuh tidak mendapatkan oksigen. Kondisi ini bisa berakibat fatal bahkan bisa sampai berujung pada kematian. 54 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

70 Jenis penyakit dengan jumlah kasus terbanyak kedua di Kota Malang adalah penyakit Hipertensi Primer dengan jumlah kasus sebanyak kasus. Hipertensi Primer adalah jenis hipertensi yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya dan erat kaitannya dengan faktor keturunan keluarga. Seseorang yang di dalam keluarganya terindikasi penyakit hipertensi, secara otomatis penyakit ini akan diturunkan pada keturunan berikutnya. Gambar 36. Sepuluh Penyakit dengan Jumlah Kasus Terbanyak di Kota Malang Tahun 2016 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

71 56 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

72 BAB TEKNOLOGI INFORMASI 13 Sejak zaman dahulu pada dasarnya teknologi sudah ada. Pada zaman zaman kerajaan teknologi sudah dipergunakan, seperti pembuatan candi piramida dan lain-lain. Tentunya teknologinya adalah yang berkembang pada zaman tersebut. Lambat laun teknologi terus berkembang seiring dengan kemajuan cara berfikir manusia. Pada satu sisi, perkembangan teknologi telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia, pekerjaan yang sebelumnya menuntut kekuatan dan kemampuan fisik, kini sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin mesin otomatis. Manusia dan teknologi di zaman modern ini memang tidak bisa terpisahkan sehingga kebutuhan manusia akan teknologi membuat teknologi teknologi baru bermunculan. Teknologi adalah ciptaan manusia yang mana tujuan utama diciptakannya demi untuk memudahkan atau meringankan aktivitas manusia. Jika manusia salah dalam memanfaatkan teknologi maka akan berdampak negatif dalam hasilnya, dan sebaliknya, jika manusia dapat memanfaatkan teknologi tersebut dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang berguna pula. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat sehingga bisa mempengaruhi kehidupan sosial. Seperti contohnya fasilitas internet yang bisa di bilang hal wajib saat ini membuatnya mendapat tempat sebagai pusat informasi dan menjadi wadah trend pergaulan masyarakat kota besar di zaman modern ini, bukan lagi buku, koran, dll. Hal tersebut dikarenakan manusia lebih senang dengan sesuatu yang praktis dan cepat. Perkembangan teknologi di Kota Malang sangat cepat, banyak sarana dan prasarana teknologi yang sudah tersedia di Kota Malang. Bahkan seluruh wilayah/kelurahan di Kota Malang sudah bisa digunakan untuk mengakses internet, baik melalui jaringan kabel ataupun nirkabel. Akses wifi juga banyak tersedia di fasilitas umum di Kota Malang. Hal ini ditunjang pula oleh jumlah warung internet (warnet) yang setiap tahun semakin bertambah, yang menunjukkan bahwa kebutuhan internet di Kota Malang cukup besar. Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

73 Gambar 37. Jumlah Warnet di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Selain internet, ketersediaan akses telepon seluler juga sangat penting bagi perkembangan teknologi. Akses telepon seluler juga sudah tersedia di seluruh wilayah/kelurahan di Kota Malang. Ketersediaan akses telepon seluler didukung oleh ketersediaan layanan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Malang. Ketersdiaan BTS di Kota Malang dari tahun ke tahun terus bertambah. Tahun 2014, jumlah BTS di Kota Malang mencapai 317 buah dan pada Tahun 2016 jumlah BTS-nya naik 21,45 persen menjadi 385 buah. Layanan BTS ini tersebar di seluruh kelurahan (57 kelurahan) di Kota Malang. Hal inilah yang membuat seluruh wilayah di Kota Malang sudah bisa mengakses telepon seluler. 58 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

74 Gambar 38. Jumlah Base Tranceiver Station (BTS) di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Kebutuhan internet di Kota Malang juga merambah ke institusi pemerintah. Semakin maju teknologi informasi, kebutuhan instansi pemerintah akan layanan teknologi informasi juga semakin besar. Salah satu layanan teknologi informasi yang digunakan oleh Pemerintah Kota Malang adalah layanan website. Kota Malang sudah memiliki website/domain tersendiri yaitu dimana di website ini dimuat segala publikasi, laporan, dan output lain dari hasil kerja Pemerintah Kota Malang. Kemajuan teknologi informasi juga menuntut setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Malang mempunyai website tersendiri, sehingga hasil kerja bisa diketahui masyarakat dengan akses yang mudah dan membuat pelayanan masyarakat menjadi maksimal. Jumlah OPD yang sudah memiliki website pun naik setiap tahunnya, yaitu sebanyak 100 OPD di Tahun 2014 menjadi 107 OPD di tahun Selain website, jumlah pelayanan internet di area publik Pemerintah Kota Malang-pun semakin naik setiap tahunnya. Data menunjukkan jumlah pelayanan internet di area publik pemerintah Kota Malang pada tahun 2014 mencapai 11 lokasi dan naik menjadi 13 lokasi pada tahun Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

75 Gambar 39. Jumlah Website Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kota Malang Tahun Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang 60 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

76 LAMPIRAN TABEL Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

77 Tabel 1 Data Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang, Uraian (1) Jumlah Pengunjung Perpustakaan (orang) Jumlah Penyedian Bahan Perpustakaan (Eksemplar) Jumlah Pembinaan Masyarakat dan Lembaga Pendidikan Binaan (perpustakaan) Jumlah Pelayanan Perpustakaan Keliling (Binaan) Jumlah Sarana Ruang Baca Perpustakaan (jenis) Jumlah Pengendalian Hama/Fumigasi (kali) Tahun (2) (3) (4) Sumber : Perpus takaan Umum dan Ars ip Daerah Kota Malang 62 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

78 Tabel 2 Banyaknya Tempat Penampungan Sampah (TPS) yang Dikelola di Kota Malang, Kecamatan (1) Jumlah TPS yang dikelola (2) (3) Kedungkandang Sukun Klojen 12 9 Blimbing Lowokwaru Kota Malang Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

79 Tabel 3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota Malang Menurut Jenis Pendapatan (ribu rupiah) Jenis Pendapatan (1) (2) (3) (4) 1 Pendapatan Asli Daerah , , , Pajak Daerah , , , Retribusi Daerah , , ,06 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan 1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang di , , ,80 Pisahkan 1.4 Lain-lain PAD yang sah , , ,56 2 Dana Perimbangan , , , Bagi Hasil Pajak , , , Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam , , , Dana Alokasi Umum , , , Dana Alokasi Khusus , , ,00 3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , Pendapatan hibah , , , Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak daro Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya , , , Dana Penyesuaian dan Otonomi Daerah , , , Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya , , , Lainnya Jumlah , , ,08 Sumber : Badan Pengelola Aset dan Kekayaan Daerah Kota Malang 64 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

80 Tabel 4 Realisasi Belanja Pemerintah Kota Malang Menurut Jenis Belanja (ribu rupiah), Jenis Belanja (1) (2) (3) (4) 1 Belanja Tidak Langsung , , , Belanja Pegawai , , , Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah , , , Belanja Bantuan Sosial , , Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota , , , Belanja Bantuan Keuangan kepada , , , Belanja Tidak Terduga , , ,13 2 Belanja Langsung , , , Belanja Pegawai , , , Belanja Barang dan Jasa , , , Belanja Modal , , ,35 Jumlah , , ,05 Sumber : Badan Pengelola Aset dan Kekayaan Daerah Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

81 Tabel 5 Data Koperasi di Kota Malang, Uraian (1) (2) (3) (4) 1 Koperasi 1.1 Jumlah Koperasi Aktif (unit) Jumlah Koperasi Tidak Aktif (unit) 1.3 Jumlah Induk Koperasi (unit) Jumlah Koperasi Primer (unit) Jumlah KUD (unit) Jumlah Non KUD (unit) Jumlah Pengusaha yang Bergabung Dalam Koperasi 2.1 Pengusaha Kecil (orang) Pengusaha Menengah (orang) Pengusaha Besar (orang) Jumlah Koperasi yang 3 Mengadakan Rapat Tahunan (unit) Jumlah Koperasi yang Tidak 4 Mengadakan Rapat Tahunan (unit) Jumlah Koperasi yang Dinyatakan Kolaps (unit) Jumlah Uang Yang Beredar 6 pada Koperasi di Kota Malang (rupiah) Jumlah Koperasi Yang Mendapat Penghargaan (unit) 8 Jumlah Anggota (orang) Jumlah Aset (rupiah) Sisa Hasil Usaha (rupiah) Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang 66 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

82 Tabel 6 Jumlah Unit, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi Menurut Bidang Usaha di Kota Malang, Bidang Usaha Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja (Orang) Modal/Investasi Perindustrian Perdagangan Perhotelan Jasa Konstruksi Pergudangan Transportasi Darat/ Laut Kesehatan Koperasi Jasa Hiburan/Rekreasi Lain-Lain (1) Pertanian (antara lain : Penggilingan Padi dll) Peternakan Perikanan Perkebunan/Kehutanan Pertambangan dan Galian Gol C Restoran/Rumah Makan, Café Perumahan dan Ruko Perkantoran, Supermarket, dan Super Mall Jumlah (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

83 Tabel 7 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Dinas/Istansi Pemerintahan Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (3) (4) (5) 1 Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Badan Kepegawaian Daerah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Badan Lingkungan Hidup Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kantor Ketahanan Pangan Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Dinas Perhubungan Dinas Komunikasi dan Informatika Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Koperasi dan UMKM Dinas Pertanian Dinas Pendapatan Daerah Dinas Sosial Dinas Kepemudaan dan Olahraga Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

84 Lanjutan Tabel 7 Dinas/Istansi Pemerintahan Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (3) (4) (5) 26 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Sekretariat Daerah Bagian Pemerintah Bagian Hukum Bagian Organisasi Asisten Administrasi Pemerintah Asisten Administrasi Pembangunan Bagian Pembangunan Bagian Perekonomian dan Usaha Daerah Bagian Kerjasama dan Penanaman Modal Asisten Administrasi Umum Bagian Humas Bagian Umum Bagian Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Klojen Kecamatan Blimbing Kecamatan Lowokwaru kecamatan Sukun Kecamatan Kedungkandang Sekretariat DPRD Satuan Polisi Pamong Praja Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Dewan Pengurus KORPRI Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

85 Lanjutan Tabel 7 Dinas/Istansi Pemerintahan Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (3) (4) (5) 51 Sekretariat KPU Staf Ahli Bidang Pemerintahan Staf Ahli Bidang Pembangunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Rumah Sakit Umum Daerah TK (Taman Kanak-Kanak) SD (Sekolah Dasar) SMP (Sekolah Menengah Pertama) SMA (Sekolah Menengah Atas) SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) DPK (Dipekerjakan) Sekolah Khusus Autis Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang 70 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

86 Tabel 8 Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Pendidikan Terakhir (1) Laki-Laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sampai dengan SD SLTP / Sederajat SMA / Sederajat Diploma I, II Diploma III / Sarjana Muda Tingkat Sarjana/ Doktor/ Ph.d Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

87 Tabel 9 Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Golongan Kepangkatan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) I/A (Juru Muda) I/B (Juru Muda Tingkat I) I/C (Juru) I/D (Juru Tingkat I) Golongan/Range I II/A (Pengatur Muda) II/B (Pengatur Muda Tingkat I) II/C (Pengatur) II/D (Pengatur Tingkat I) Golongan II/Range II III/A (Penata Muda) III/B (Penata Muda Tingkat I) III/C (Penata) III/D (Penata Tingkat I) Golongan III / Range III IV/A (pembina Muda) IV/B (Pembina Muda Tingkat I) IV/C (Pembina) IV/D (Pembina Tingkat I) Golongan IV / Range IV Jumlah Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang 72 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

88 Tabel 10 Data Cabang Olahraga di Bawah Pembinaan KONI Kota Malang, Uraian (1) (2) (3) (4) 1 Jumlah cabang Olahraga yang mendapat pembinaan Koni Jumlah Club Olahraga dibawah Pembinaan Koni Jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga Jumlah Prestasi yang Didapat dari ajang olahraga tingkat jawa timur Jumlah Prestasi yang Didapat dari ajang olahraga tingkat jawa Nasional Jumlah atlit yang mendapatkan medali emas Jumlah atlit yang mendapatkan medali perak Jumlah atlit yang mendapatkan medali perunggu Jumlah klub olahraga yang menerima medali emas Jumlah klub olahraga yang menerima medali perak Jumlah klub olahraga yang menerima medali perunggu Sumber : Komite Olahraga Nasional Indonesia Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

89 Tabel 11 Data Cabang Olahraga di Bawah Pembinaan Dispora Kota Malang, Uraian (1) Tahun (2) (3) (4) 1 Jumlah Klub Olahraga (Klub) Jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga (Unit) Orrganisasi Kemasyarakatan Pemuda (Buah) Kegiatan Kepemudaan (Kegiatan) Organisasi Olahraga (Buah) Kegiatan Olahraga Tradisional (Kegiatan) Kegiatan Olahraga Prestasi (Kegiatan) Sumber : Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kota Malang 74 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

90 Tabel 12 Jumlah Terminal, Uji KIR, Lama Pengujian KIR, Fasilitas Perlengkapan Jalan, dan Trayek di Kota Malang, Uraian (1) (2) (3) (4) Jumlah Terminal (unit) Kelas A Kelas B Kelas C Jumlah Uji KIR (unit) Mobil penumpang umum Mobil Bus Mobil Barang Kereta Gandengan Kereta Tempelan Lama Pengujian KIR (bulan) Mobil penumpang umum Mobil Bus Mobil Barang Mobil Barang Kereta Gandengan Kereta Tempelan Fasilitas Perlengkapan Jalan 4.1 Trotoar (km) Jalur Sepeda (km) 1,30 1,30 1, Tempat Penyebrangan Pejalan Kaki Halte (unit) Fasilitas Khusus Penyandang Cacat (km) Jumlah Trayek (unit) Sumber : Dinas Perhubungan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

91 Tabel 13 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Kecamatan dan Jenis Kendaraan di Kota Malang, Jenis Kendaraan Kecamatan (1) Kedungkandang Mobil Penumpang Bus Truck Sepeda Motor (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang Sumber : Badan Pendapatan Daerah Malang Kota 76 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

92 Tabel 14 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan di Kota Malang, Jenis Kendaraan (1) Jumlah Kendaraan (2) (3) 1 Penumpang a Umum b Non Umum (Pribadi) c Dinas Bus a Umum b Non Umum (Pribadi) c Dinas Truk a Umum b Non Umum/Pribadi c Dinas Sepeda Motor a Umum - - b Non Umum/Pribadi c Dinas Sumber : Badan Pendapatan Daerah Malang Kota Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

93 Tabel 15 Jumlah Kendaraan Bermotor Berdasarkan Plat Nomor di Kota Malang, Jenis Kendaraan (1) Jenis Plat Nomor Hitam Kuning Merah (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sedan dan Sejenisnya Jeep dan Sejenisnya Station Wagon dan Sejenisnya Bus dan Sejenisnya Truck dan Sejenisnya Sepeda Motor Jumlah Sumber : Kantor Bersama Samsat Malang Kota 78 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

94 Tabel 16 Jumlah Aparat dan Sarana Keamanan di Kota Malang, Uraian (1) (2) (3) (4) 1 Aparat Keamanan (Polisi) (orang) Aparat Pamong Praja (Satpol PP) (orang) Aparat Perlindungan Masyarakat (Linmas) (orang) 4 Pos Keamanan (polisi) (unit) Pos Siskamling (unit) Pos Pemadam Kebakaran (unit) Mobil Pemadam Kebakaran (unit) Sumber : Satuan Polisi Pamong Paraja Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

95 Tabel 17 Jumlah Tindakan Pidana dan Penyelesaiannya Menurut Kepolisian Sektor di Kota Malang, Kepolisian Sektor (1) Kedungkandang Lapor Selesai Sisa (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Sat Reskrim Polres Kota Malang Jumlah Sumber : Kepolisian Negara RI Resort Kota Malang 80 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

96 Tabel 18 Jumlah Tindak Kejahatan Yang Dilaporkan dan Yang Diselesaikan Menurut Jenis Kejahatan di Kota Malang, Jenis Kejahatan Lapor Selesai Lapor Selesai Lapor Selesai Pembunuhan Curi Biasa Kebakaran Pembakaran (1) Penemuan Mayat Akibat Orang Mati Penganiayaan Berat (Anirat) Pengrusakan Pengroyokan Penganiayaan Ringan (Aniring) Mengakibatkan Orang Luka KDRT Penganiayaan Dalam Keluarga Senjata Tajam (Sajam) Penculikan Bawa Lari Gadis Pencurian Dengan Kekerasan (Curas) Pencurian Dengan Pemberatan (Curat) Curanmor Penadahan Percobaan Pencurian Perkosaan Perzinahan Pornografi Perjudian (2) (3) (4) (5) (6) (7) Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

97 Lanjutan Tabel 18 Jenis Kejahatan (1) Narkoba Minuman Keras (Miras) Jual Obat Keras Pemerasan Penipuan Penggelapan Perampasan Korupsi Pemberian Suap Penerimaan Suap Penyelundupan Penghinaan Perbuatan Tidak Enak (PTE) Martabat Presiden Kejahatan Asusila Pengancaman Pemalsuan Surat Uang Palsu Kecelakaan Meninggal Dunia Kecelakaan Mengakibatkan Luka Informasi Transaksi Elektronik (ITE) Fiducia Perlindungan Anak Pergi Tanpa Pamit Serobot Tanah Perbankan Ketertiban Umum Lain-Lain Jumlah Lapor Selesai Lapor Selesai Lapor Selesai (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumber : Kepolisian Negara RI Resort Kota Malang 82 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

98 Tabel 19 Jumlah Penerimaaan Pajak menurut Jenis Pajak di Kota Malang, Jenis Pajak (1) Tahun (2) (3) (4) 1 Pajak Hotel , , ,00 2 Pajak Restoran , , ,00 3 Pajak Hiburan , , ,00 4 Pajak Reklame , , ,00 5 Pajak Penerangan Jalan , , ,00 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7 Pajak Parkir , , ,00 8 Pajak Air Tanah , , ,00 9 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Bumi dan Bangunan , , ,00 Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan , , ,00 Bangunan (BPHTP) 12 Jumlah Pajak yang Dikeluarkan Jumlah Insentif Pajak yang Mendukung Iklim Investasi Sumber : Badan Pelayanan Pajak Daerah Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

99 Tabel 20 Rekapan Pendataan Industri menurut Jenis Industri di Kota Malang, Uraian (1) Industri Besar (>10 Miliar) (2) (3) (4) Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Nilai Investasi ( Rp.) Industri Kecil Dan Menengah (750 Jt s/d 10 Miliar) Tahun Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Nilai Investasi ( Rp.) Sentra Industri Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Nilai Investasi ( Rp.) Industri Non Formal Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Nilai Investasi ( Rp.) Jumlah Industri Jumlah Unit Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jumlah Nilai Investasi ( Rp.) , , ,000 Sumber : Dinas Perindustrian Kota Malang 84 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

100 Tabel 21 Kecamatan (1) Luas Lahan (hektar) menurut Kecamatan dan Penggunaan Lahan, Sawah Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Bukan Pertanian Total Luas Lahan (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

101 Tabel 22 Luas Penggunaan Lahan Sawah (hektar) menurut Kecamatan di Kota Malang, Penggunaan Lahan Realisasi Dalam Satu Tahun (1) Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Jumlah (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Ditanami Padi Satu Kali Dua Kali Tiga Kali Tidak Ditanami Padi Ditanami Tanaman Lainnya Tidak Ditanami Apapun Jumlah Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 86 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

102 Tabel 23 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan di Kota Malang, Padi Sawah Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Produktivitas (Ku/Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kedungkandang ,04 68,29 70,64 Sukun ,96 72,22 73,46 Klojen Blimbing ,67 72,64 68,56 Lowokwaru ,77 76,34 74,45 Kota Malang ,86 72,15 71,43 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

103 Tabel 24 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan di Kota Malang, Kecamatan (1) Luas Panen (Ha) Jagung Produksi (ton) Produktivitas (Ku/Ha) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kedungkandang ,63 44,90 65,64 Sukun ,47 44,50 44,50 Klojen Blimbing ,70 - Lowokwaru ,28 44,90 58,76 Kota Malang ,70 44,80 47,78 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 88 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

104 Tabel 25 Kecamatan (1) Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Kota Malang, Luas Panen (Ha) Kacang Tanah Produksi (ton) Produktivitas (Ku/Ha) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kedungkandang ,98 35,98 - Sukun ,93 35,95 36,45 Klojen Blimbing Lowokwaru ,45 36,4 Kota Malang ,93 36,15 36,43 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

105 Tabel 26 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kota Malang, Kecamatan (1) Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Ubi Kayu Produktivitas (Ku/Ha) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kedungkandang ,35 279,80 408,00 Sukun ,18 279,80 505,60 Klojen Blimbing Lowokwaru ,15 202,10 505,60 Kota Malang ,38 219,20 488,30 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 90 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

106 Tabel 27 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Jalar Menurut Kecamatan di Kota Malang, Kecamatan (1) Luas Panen (Ha) Produksi (ton) Ubi Jalar Produktivitas (Ku/Ha) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Kedungkandang , Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru ,00 Kota Malang ,95-190,00 Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

107 Tabel 28 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Malang Tahun 2016 Kecamatan Luas (Km 2 ) Persentase (1) (2) (3) Kedungkandang 39,89 36,24 Sukun 20,97 19,05 Klojen 8,83 8,02 Blimbing 17,77 16,15 Lowokwaru 22,6 20,53 Kota Malang 110,06 100,00 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang 92 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

108 Tabel 29 Bulan (1) Jumlah Curah Hujan menurut Stasiun Klimatologi di Kota Malang Tahun 2016 Stasiun Ciliwung Jumlah Curah Hujan Stasiun Kedungkandang Stasiun Sukun (2) (3) (4) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

109 Tabel 30 Jumlah Hari Hujan menurut Stasiun Klimatologi di Kota Malang Tahun 2016 Jumlah Hari Hujan Bulan Stasiun Ciliwung Stasiun Kedungkandang Stasiun Sukun (1) (2) (3) (4) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso 94 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

110 Tabel 31 Kecamatan (1) Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Malang, Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

111 Lanjutan Tabel 31 Kecamatan Jumlah (Laki + Perempuan) Rasio Jenis Kelamin (1) (8) (9) (10) (11) (12) (13) Kedungkandang ,94 98,98 98,99 Sukun ,65 98,69 98,70 Klojen ,82 90,86 90,86 Blimbing ,11 98,15 98,16 Lowokwaru ,89 96,93 96,94 Kota Malang ,20 97,25 97,27 Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

112 Tabel 32 Kelompok Umur (1) Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Malang, Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Jumlah Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

113 Tabel 33 Komoditas Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Luas Panen (Ha) (Ha) Produksi (Ku) (Ku) Produktivitas (Ku/Ha) (1) Bawang Daun Bawang Merah Bawang Putih Bayam Blewah Buncis Cabai Besar Cabai Rawit Jamur Kacang Merah Kacang Panjang Kangkung Kembang Kol Kentang Ketimun Kubis Labu Siam Lobak Melon Paprika Petsai/Sawi Semangka Stroberi Terung Tomat (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Wortel Catatan : Jamur luasan dalam satuan M dan produksi dalam satuan Kg Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 98 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

114 Tabel 34 Alpukat Anggur Apel Belimbing Duku/Langsat Durian Jambu Air Jambu Biji Jengkol Jeruk Besar Jeruk Siam/Keprok Mangga Manggis Markisa Melinjo Nangka/Cempedak Nenas Pepaya Petai Pisang Rambutan Salak Sawo Sirsak Sukun Komoditas (1) Jumlah Tanaman Menghasilkan, Produksi, dan Produktivitas, Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Tahun Dirinci Menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Tanaman Menghasilkan (pohon/rumpun) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Catatan : Tanaman menghasilkan untuk nanas, pisang, dan salak dalam satuan rumpun Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Pohon) Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

115 Tabel 35 Jumlah Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas, Tanaman Biofarmaka Menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Komoditas (1) Luas Panen (M 2 ) Produksi (Kg) Produktivitas (M 2 /Kg) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Dlingo Jahe Kapulaga Keji Beling Kencur Kunyit Laos/Lengkuas Lempuyang Lidah Buaya Mahkota Dewa Mengkudu Sambiloto Temuireng Temukunci Temulawak Catatan : luas panen mengkudu dan mahkota dew a dalam satuan pohon Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang 100 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

116 Tabel 36 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas, Tanaman Hias Menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun Anyelir Caladium Cordyline Diffenbachia Dracaena Euphorbia Gerbera (Herbras) Gladiol Heliconia (Pisang- Pisangan) Ixora (Soka) Krisan Mawar Melati Monstera Pakis Palem (1) Adenium (Kamboja Jepang) Aglaonema Anggrek Komoditas Anthurium Bunga Anthurium Daun Phylodendron Sansevieria (Pedang- Pedangan) Sedap Malam Luas Panen (M 2 ) Produktivitas (Satuan Produksi Satuan Produksi Produksi/M 2 ) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Pohon Pohon Tangkai Tangkai Pohon Tangkai Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Tangkai Tangkai Tangkai Pohon Tangkai Tangkai Kg Pohon Pohon Pohon Pohon Rumpun Tangkai Catatan : Luas panen tanaman palem dalam satuan pohon Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

117 Tabel 37 Data Sarana Kesehatan, Sarana Industri dan Industri Farmasi serta Kesehatan Masyarakat Tahun (1) I) Sarana Kesehatan* 1.Posyandu** a) Posyandu Terdaftar b) Posyandu Tidak Aktif 2. Poskesdes 3. Puskesmas** a) Induk b) Pembantu c) Keliling d) Poliklinik 4. Rumah Sakit Umum Daerah** a) Tipe A b) Tipe B c) Tipe c d) Tipe D 5. Rumah Sakit Umum Swasta** a) Tipe A b) Tipe B c) Tipe c d) Tipe D 6.Rumah Sakit Khusus** Tahun Satuan (2) (3) (4) (5) unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit a) Rumah Sakit Bersalin unit b) Rumah Sakit Jiwa unit c) Rumah Sakit Ketergantungan Obat unit d) Rumah Sakit kusta unit e) Rumah Sakit Mata unit f) Rumah Sakit Bedah unit g) Rumah Sakit Jantung unit h) Rumah Sakit Paru unit Klinik/Praktek unit Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) unit Rumah Sakit Tentara a) Rumah Sakit Angkatan Darat b) Rumah Sakit Angkatan Udara c) Rumah Sakit Angkatan Laut d) Rumah Sakit POLRI Uraian unit unit unit unit Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

118 Lanjutan Tabel 37 Uraian (1) 10. Layanan Air Bersih 1.) Jumlah Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih** a) Leding (Perpipaan) b) Sumur Lindung c) Sumur Tidak Terlindungi d) Mata Air Terlindungi e) Mata Air Tidak Terlindungi f) Mata Air Tidak Terlindungi g) Danau/Waduk h) Air Hujan i) Air Kemasan 2.) Jumlah Penduduk Yang Mendapatkan Akses Air Minum II) Jumlah Sarana Industri Dan Industri Farmasi * a) Industri Farmasi Narkotika b) Industri Farmasi Produksi Obat Tradisional / Industri Obat Tradisional c) Gudang Farmasi d) PBF (Pedagang Besar Farmasi) e) Produk Alat Kesehatan f) Penyalur Obat Kesehatan g) Cabang Penyalur Obat Kesehatan h) Penyalur Alat Kesehatan III) Kesehatan Masyarakat* a) Jumlah Orang Sakit Jiwa b) Jumlah Penderita Narkoba c) Jumlah Balita -) Jumlah Seluruh Balita Kurang Gizi -) Jumlah Anak Balita 0-3 Tahun -)Jumlah Balita Kurang Gizi Buruk. -)Jumlah Seluruh Balita Gizi Buruk -)Jumlah balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan d) Rata-rata Jumlah Penduduk Yang Sakit e) Jumlah Penduduk meninggal Menurut Wabah (Total)* -) Menurut Wabah Demam Berdarah -) Menurut Wabah Muntaber -) Menurut Wabah Infeksi Saluran Pernafasan -) Menurut wabah Campak -) Menurut Wabah Malaria -) Menurut Wabah Lainnya f) jumlah ibu Hamil Gizi buruk g) Jumlah peserta Program KB Aktif -) Laki-laki -) Perempuan Sumber : Dinas Kesehatan Kota Malang Tahun Satuan (2) (3) (4) (5) RT RT RT RT RT RT RT RT RT Penduduk Buah Buah Unit Buah Buah Buah Cabang unit Orang Orang Balita Balita Balita Balita Balita Orang Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

119 Tabel 38 Jumlah Sarana Pendukung Komunikasi dan Informasi Kota Malang Tahun Tahun Uraian Satuan (1) (2) (3) (4) (5) Layanan Telepon Seluler Jumlah BTS Jumlah Provider Layanan Internet Radio Pemerintah Radio Swasta Televisi Pemerintah Televisi Swasta Warnet Kelurahan BTS Provider Kelurahan Radio Radio TV TV Warnet Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang 104 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

120 Tabel 39 Data Sistem Informasi Pemerintah Kota Malang Tahun Uraian (1) Tahun Satuan (2) (3) (4) (5) Domain Pemkot Malang Domain Website SKPD Pemkot Malang Website Aplikasi Layanan Pemkot Malang Aplikasi Jumlah Pelayanan Internet di Area Publik Pemkot Malang Lokasi Jumlah Fasilitasi Jaringan Internet di Lingkup Kota Malang Lokasi Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) KIM Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

121 Tabel 40 Data Ketenagakerjaan Kota Malang Tahun III. No (1) I II. 106 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun Tahun (2) (3) (4) (5) (6) Ketenagakerjaan Penduduk Usia 15 tahun ke atas a. Menurut Jenis Kegiatan Orang b. Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Orang c. Menurut Status Pekerjaan Utama Orang Angkatan Kerja a. Bekerja i. Perempuan Bekerja Orang ii. Laki-laki Bekerja Orang b. Mencari Pekerjaan i. Perempuan Orang ii. Laki-laki Orang Kesempatan Bekerja Orang Jumlah Pencari kerja Yang Mendaftarkan Orang Jumlah Pencari kerja Yang Ditempatkan Orang Jumlah Pengangguran a. Setengah Menganggur Orang *) b. Pengangguran Terbuka Orang Tenaga Kerja Dalam Negeri a. Tenaga Kerja Wanita Orang b. Tenaga Kerja Pria Orang c. Tenaga Kerja yang Bekerja pada PMDN Orang *) TKI di Luar Negeri a. Tenaga Kerja Wanita Orang b. Tenaga Kerja Pria Orang PHK a. Kasus PHK Orang b. Orang Terkena PHK Orang Rata-rata Upah Premium Regional/Bulan Rupiah Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha 1. Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan Orang Pertambangan dan Penggalian Orang *) *) *) 3. Industri Pengolahan Orang Listrik, Gas dan Air Orang *) Bangunan Orang *) Perdagangan Besar, Eceran, rumah Makan dan Hotel Orang Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi Orang *) Keuangan, Asuransi, Usaha Sewa Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan Orang Jasa Kemasyarakatan Orang Pelayanan Ketenagakerjaan a. Balai Latihan Kerja di Kota Malang Unit *) *) *) b. Jumlah Perizinan Ketenagakerjaan Unit c. Pusat Informasi Ketenagakerjaan Unit Catatan : Tanda *) Data Belum Tersedia Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota malang Jenis Data Satuan

122 Tabel 41 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan, dan Garis Kemiskinan Kota Malang Tahun Uraian (1) Tahun (2) (3) (4) Jumlah Penduduk Miskin (000) 40,64 39,1 37,03 Persentase Penduduk Miskin (Po) 4,80 4,6 4,33 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 0,61 0,53 0,54 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 0,12 0,11 0,09 Garis Kemiskinan (Rp/Kab/Bulan) Sumber :BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

123 Tabel 42 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (miliar rupiah), Lapangan Usaha * 2016** (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 142,7 157,5 164,3 B Pertambangan dan Penggalian 50,3 51,7 49,8 C Industri Pengolahan , , ,8 D Pengadaan Listrik dan Gas 13,0 14,5 17,5 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 91,2 97,1 106,8 F Konstruksi 5 848, , ,7 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor , , ,3 H Transportasi dan Pergudanngan 1 119, , ,2 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2 271, , ,7 J Informasi dan Komunikasi 1 834, , ,9 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1 359, , ,5 L Real Estate 633,6 729,6 808,2 M,N Jasa Perusahaan 348,6 399,5 447,7 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 733,6 788,6 844,5 P Jasa Pendidikan 3 728, , ,3 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1 135, , ,7 R,S,T,U Jasa lainnya 1 358, , ,7 Produk Domestik Regional Bruto , , ,60 Catatan : * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kota Malang 108 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

124 Tabel 43 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (miliar rupiah), Lapangan Usaha (1) * 2016** (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 105,1 107,4 107,5 B Pertambangan dan Penggalian 39,8 38,4 36,2 C Industri Pengolahan , , ,3 D Pengadaan Listrik dan Gas 15,5 15,5 16,8 Pengadaan Air, Pengelolaan E Sampah, Limbah dan Daur 83,9 87,0 91,3 Ulang F Konstruksi 4 998, , ,1 Perdagangan Besar dan G Eceran; Reparasi Mobil dan , , ,8 Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudanngan 977, , ,3 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1 712, , ,1 J Informasi dan Komunikasi 1 843, , ,2 K Jasa Keuangan dan Asuransi 1 042, , ,1 L Real Estate 585,3 627,8 674,3 M,N Jasa Perusahaan 285,8 310,8 333,0 Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan dan Jaminan 603,4 625,8 636,5 Sosial Wajib P Jasa Pendidikan 2 957, , ,8 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 967, , ,1 R,S,T,U Jasa lainnya 1 273, , ,4 Produk Domestik Regional Bruto , , ,90 Catatan : * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

125 Tabel 44 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (persen), Lapangan Usaha * 2016** (1) (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,28 0,27 0,26 B Pertambangan dan Penggalian 0,11 0,10 3,77 C Industri Pengolahan 27,15 26,51 28,92 D Pengadaan Listrik dan Gas 0,03 0,03 0,03 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,20 0,19 0,19 F Konstruksi 12,56 12,53 12,92 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 28,48 28,91 29,55 H Transportasi dan Pergudanngan 2,40 2,41 2,45 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,88 4,80 4,90 J Informasi dan Komunikasi 3,94 3,97 3,99 K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,92 2,97 3,05 L Real Estate 1,36 1,41 1,41 M,N Jasa Perusahaan 0,75 0,77 0,78 Administrasi Pemerintahan, O Pertahanan dan Jaminan Sosial 1,58 1,52 1,48 Wajib P Jasa Pendidikan 8,01 8,15 8,13 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,44 2,49 2,50 R,S,T,U Jasa lainnya 2,92 2,97 2,87 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 Catatan : * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kota Malang 110 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

126 Tabel 45 Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kota Malang (persen), Lapangan Usaha (1) * 2016** (2) (3) (4) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,86 2,23 0,08 B Pertambangan dan Penggalian -1,87-3,58-5,58 C Industri Pengolahan 2,81 2,51 1,95 D Pengadaan Listrik dan Gas 4,23-0,01 4,73 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3,09 3,71 4,92 F Konstruksi 8,84 5,18 6,74 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,48 6,56 6,31 H Transportasi dan Pergudangan 7,17 6,83 7,47 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10,46 8,12 7,89 J Informasi dan Komunikasi 8,14 8,14 9,09 K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,72 7,13 7,89 L Real Estate 7,25 7,25 7,41 M,N Jasa Perusahaan 8,77 8,77 7,13 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,11 3,72 1,71 P Jasa Pendidikan 8,31 8,31 7,92 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,07 9,95 8,27 R,S,T,U Jasa lainnya 4,55 3,88 4,37 Produk Domestik Regional Bruto 5,80 5,61 5,61 Catatan : * Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

127 Tabel 46 Kecamatan (1) Jumlah Bencana menurut Jenis Bencana dan Kecamatan di Kota Malang, 2016 Jenis Bencana Tanah Longsor Cuaca Ekstrim Banjir Gempa Bumi (2) (3) (4) (5) Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang 112 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

128 Tabel 47 Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kota Malang Tahun No Jenis PMKS L P Total L P Total L P Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Anak Balita Terlantar Anak dengan Disabilitas Anak Jalanan Anak Terlantar * * * 5 Anak yang berhadapan dengan Hukum Anak yang Membutuhkan Perlindungan Anak yang menjadi korban tindak kekerasan Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan Gelandangan dan Gelandangan Psikotik Kelompok Minoritas * * * keluarga Bermasalah Sosial Psikologis * * * 12 Korban Bencana Alam Korban Penyalagunaan NAPZA * * * 14 Korban Tindak Kekerasan atau yang diperlakukan salah Korban Trafficking/Keluarga Rentan Korban Bencana Sosial * * * * * * * * * 17 Lanjut Usia Telantar Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) * * * * * * 19 Pekerja Migran Bermasalah Sosial * * * * * * * * * 20 Pemulung Pengemis * * * Penyandang Disabilitas (Orang dengan kedisabilitasan (ODK & bekas penderita penyakit kronis) Perempuan Rawan Sosial Ekonomi Tuna susila * * * Fakir Miskin Catatan : Tanda * data tidak tersedia Sumber : Dinas Sosial Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

129 Tabel 48 Daftar Kajian/Penelitian Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Malang Tahun No Nama Kajian/Penelitian Tahun (1) (2) (3) 1 Analisis Angka Tingkat Pengangguran Kajian Fasilitas dan Insentif Pendukung Kepala Investor di Kota Malang Studi Kebutuhan Teknologi Untuk Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Malang Profil Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Malang Analisa Kesesuaian Toko Modern Terhadap Perijinan Kota Malang Analisa Angka Pertumbuhan Ekonomi di Kota Malang Kajian Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Dalam Menyongsong Ekonomi Global ASEAN Penyusunan Pemetaan Potensi dan Pengembangan Ekonomi Sektor Informal Kota Malang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kota Malang Rencana Umum Penanaman Modal Kota Malang Analisa Indeks Pembangunan Manusia Kota Malang Tahun Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda Tentang Sistem Kesehatan Daerah Kota Malang Penyusunan Studi Kelayakan Akses Jalan Tunggulwulung -Sudimoro - Karanglo Pada Bagian Wilayah Perkotaan Malang Utara Naskah Akademis Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) dan Penyusunan Rencana Peraturan Walikota Tentang RISPAM Penyusunan Study Kelayakan Sarana Angkutan Umum Masal (SAUM) Kota Malang Penyusunan Study Kelayakan dan Pra Detail Engineering Design Jembatan - Tlogomas - Saksofon Pada Bagian Wilayah Perkotaan Malang Utara Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Tata Cara Pemberian Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang Kota Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), Dokumen Etrategi Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Berdasarkan Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sub BWP Prioritas Pada BWP Malang 2014 Tengah 20 Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sub BWP Prioritas Pada BWP Malang 2014 Utara 21 Penyusunan Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Ki Ageng Gribig Pada Bagian Wilayah Perkantoran Malang Timur Penyusunan Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Mayjend Sungkono Pada Bagian Wilayah Perkotaan Malang Tenggara Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Tata Cara Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang Pembuatan Sistem Informasi Penataan Ruang Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

130 Lanjutan Tabel 48 No Nama Kajian/Penelitian Tahun (1) (2) (3) 25 Analisa Kebutuhan Kantong Perkir di Bagian Wilayah Perncanaan Malang Tengah Kajian Pemanfaatan Pelayanan Pemerintahan Berbasis Elektronik Kajian Peningkatan Kelembagaan Usaha Ekonomi Perempuan Pengembangan Modal Subsidi Pendidikan Bagi Warga Miskin Kajian Peningkatan Fasilitas Sarana dan Prasarana Penunjang Destinasi Periwisata Analisis Penguatan Kemitraan di Sektor Pariwisata, Hotel, Restoran dan Transportasi Untuk Peningkatan Jumlah Kunjungan dan Lama Hari Berkunjung Penyusunan Naskah Akademis dan RANPERDA Penataan UMKM di Kota Malang Penyusunan Naskah Akademis dan RANPERWAL Fasilitas dan Insentif Pendukung Kepada Investor di Kota Malang Kajian Inovasi dan Peningkatan Standarisasi Produk Analisa Pengembangan Semangat Kewirausahaan Bagi Wirausaha Pemula Kota Malang Kajian Peran Koperasi Dalam Ekonomi Kerakyatan Kajian Minat Baca Masyarakat dan Akses ke Perpustakaan Umum Kota Malang Analisa Sarana dan Prasarana Olah Raga di Kota Malang Pemetaan Kesenian Kajian dan Investarisasi Berbasis Masyarakat Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kota Malang Analisa dan Perhitungan PDRB Kota Malang Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Malang Analisis Situasi Ibu dan Anak Kota Malang Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Malang Laporan Pencapaian MDG s Kota Malang Naskah Akademis dan Ranperda Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak Penyusunan Database Infrastuktur Daerah Penyusunan Database Hukum dan Keamanan Serta Insidensial Penyusunan Datebase Sosial Budaya dan Ekonomi Daerah Penyusunan Database Geografi Pemerintahan Demografi dan SDA 2015 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

131 Lanjutan Tabel 48 No Nama Kajian/Penelitian Tahun (1) (2) (3) 51 Penyusunan Grand Design Peruntukan DBHCHT Penyusunan Rancangan Awal RKPD Tahun Evaluasi Hasil RKPD Tahun Penyusunan NA dan Ranperda Perubahan RPJMD Penyusunan Profil Kota Malang Tahun Pendampingan Aplikasi Sistem Perencanaan Pembangunan Penyusunan Data SIPD Penyusunan Rencana Aksi Malang Sustainable Urban Development (SUD) Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar- Genting Penyusunan Studi Kelayakan Underpass Taman Trunojoyo Taman Sriwijaya - Stasiun Penyusunan Rencana Aksi Malang Kota Pusaka (Heritage City) Penyusunan Rencana Aksi Malang Kota Hijau (Green City) Penyusunan Rencana Aksi Malang Tanpa Kumuh (Slum Free City) Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Pelaksanaan Enironmental Helth Risk Assesment (EHRA) Penyusunan Database Pembangunan Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Atas Pelanggaran Pemanfaatan Ruang Penyusunan Materi Teknis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Mekanisme Pengendalian Pemanfaat Ruang Kota Malang Profil Kuliner Kota Malang Analisa Dampak Sosial Ekonomi Budaya Urban Mahasiswa Terhadap Masyarakat Kota Malang Kajian Peran Lembaga Keuangan Dalam Pembangunan UMKM Kajian Penambahan Prasarana Sekolah Analisa Derajat Kesehatan Analisa Potensi Peredaran Uang di Pasar Tradisional Analisa Dampak Ekonomi Bank Sampah Masyarakat Terhadap Peningkatan Kualitas hidup Masyarakat di Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

132 Lanjutan Tabel 48 No Nama Kajian/Penelitian Tahun (1) (2) (3) 76 Analisa Keamanan Pangan Guna Meningkatkan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Rangka Database Pelaku Ekonomi Kota Malang Pengembangan Pola Kemitraan UMKM dan IKM Profil Pangan dan Gizi Kota Malang Analisis PDRB Kota Malang Rencana Aksi Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kota Malang Tahun Profil Kemiskinan Profil Kota Layak Anak Profil Kota Sehat Kegiatan Integerasi Pembangunan Aplikasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Kegiatan Pengembangan Aplikasi Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Kota Malang Penyusunan Indentifikasi dan Analisa Isu Strategis Pembangunan Daerah Kegiatan Penyusunan Prpofil Kota Malang Tahun Kajian Kebijakan Publik Dalam Perencanaan Pembangunan Kota Malang Penyusunan Updating Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RP12JM) Penyusunan Updating Dokumen Strategis Sanitasi Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Penyusunan Roadmap Land Banking Kota Malang Penyusunan Roadmap Malang Kota Berketahanan Bencana dan Perubahan Iklim Penyusunan Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Rencana Induk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Penyusunan Review Naskah Akademis dan Rancangan Peraturan Walikota Tentang Rencana Induk Jaringan Jalan Terintegerasi Malang Raya Penyusunan Studi Kelayakan dan Konsep Desain Malang Art And Spatial Gallery Pengembangan Integerasi Aplikasi Sisten Informasi Penataan Ruang Review Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun Review Penyusunan Rencana Kawasan Stategis 2016 Sumber : Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

133 Tabel 49 Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Taman Kanak-Kanak di Kota Malang Tahun Rasio Guru-Murid Negeri ,00 3,40 9,80 9,40 0 7, ,75 14,29 12,86 16, , ,73 14,17 13,75 16,44 0,00 13,67 Swasta ,75 11,71 12,62 12,04 12,59 12, ,61 14,05 14,04 11,91 12,40 13, ,65 7,46 7,76 6,92 6,33 7,21 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 118 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

134 Tabel 50 Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Taman Kanak-Kanak Luar Biasa di Kota Malang Tahun Rasio Guru-Murid Negeri Swasta ,91 1,86 2,63 0,70 1,54 1, ,00 3,25 4,00 1,93 2, , ,00 3,00 0 2,16 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

135 Tabel 51 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Roudlotul Athfal di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri Swasta ,16 17,31 10,87 11,58 11,12 13, ,49 18,30 15,53 12,81 13,47 14, ,80 18,61 15,50 12,51 15,13 15,33 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 120 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

136 Tabel 52 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Dasar di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri ,75 23,44 21,37 20,52 20,08 21, ,24 23,65 20,01 21,88 19,94 21, ,27 23,22 19,99 21,49 18,87 21,30 Swasta ,25 10,57 16,20 12,76 14,46 13, ,01 11,27 15,92 13,17 15,50 14, ,47 11,75 16,47 13,71 16,27 14,77 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

137 Tabel 53 Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Dasar Luar Biasa di Kota Malang Tahun Rasio Guru-Murid Negeri , , , , , ,67 Swasta ,17 1,63 1,11 1,48 2, ,34 5,71 3,73 3,59 5, ,78 6,67 3,30 3,58 5,01 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 122 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

138 Tabel 54 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Ibtidaiyah di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri ,24 21, , ,78 22, , ,73 23, ,35 Swasta ,63 16,39 18,70 21,44 13,56 16, ,79 16,91 20,84 21,73 15,29 16, ,31 17,74 23,48 23,61 9,27 18,33 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

139 Tabel 55 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Pertama di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri ,21 19,06 17,47 16,59 16,48 17, ,33 15,72 16,50 14,65 16,82 16, ,02 15,94 16,58 14,60 16,11 16,14 Swasta ,57 11,94 13,99 14,23 11,08 12, ,89 11,81 13,46 13,40 12,47 12, ,63 11,81 12,76 13,80 12,49 12,34 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 124 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

140 Tabel 56 Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa di Kota Malang Tahun Rasio Guru-Murid Negeri , , , , , ,07 Swasta ,73 1,14 1,53 1,21 1, ,71 2,83 2,14 3,56 4, ,21 4,40 2,08 2,88 4,38 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

141 Tabel 57 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Tsanawiyah di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri , , , , , , , , ,23 Swasta ,35 11,31 10,31 13,21 12,18 9, ,65 12,95 11,34 16,94 11,20 10, ,85 11,89 13,63 16,94 9,67 10,34 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 126 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

142 Tabel 58 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Atas di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri , , ,12 13, , , ,81 13, , , ,33 14,25 Swasta ,27 4,32 13,04 3,98 10,78 9, ,02 5,49 13,10 3,16 10,18 9, ,17 7,29 13,64 3,90 10,95 10,84 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

143 Tabel 59 Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Atas Luar Biasa di Kota Malang Tahun Rasio Guru-Murid Negeri Swasta ,50 3,11 2,38 1,91 1,57 2, ,00 7,00 4,00 3,00 2,50 4, ,56 7,89 2,80 3,67 3,00 4,97 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 128 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

144 Tabel 60 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Madrasah Aliyah di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri , ,33 11, , ,84 12, , ,84 12,47 Swasta ,83 14,29 3,67 1,85 6,36 5, ,01 19,88 3,32 1,53 5,96 5, ,39 17,88 3,60 5,25 6,04 5,61 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

145 Tabel 61 Jumlah Sekolah, Jumlah Guru, Jumlah Murid, dan Rasio Guru-Murid Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang Tahun Uraian Kecamatan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kota Malang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah Sekolah Negeri Swasta Jumlah Murid Negeri Swasta Jumlah Guru Negeri Swasta Rasio Guru-Murid Negeri ,71 16,49 23,32 14,29 16,09 17, ,51 16,31 16,50 16,71 15,46 16, ,12 18,25 17,66 20,55 15,95 17,31 Swasta ,62 8,24 8,74 9,15 13,31 10, ,51 8,02 8,30 8,34 12,89 9, ,25 7,89 8,26 8,15 13,23 9,66 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Malang 130 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

146 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

147 132 Data Statistik Sektoral Kota Malang Tahun

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH

PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN TAHUN : 2012 : PENAJAM PASER UTARA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN : PENAJAM PASER UTARA TAHUN : 2010 RENCANA KINERJA TAHUNAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APM) SD/ MI 92 Persen Dituntaskannya program wajib

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (vii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016...

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2009 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kpadatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (viii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Menurut Kelurahan

Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Menurut Kelurahan DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Luas Wilayah Kota Pematangsiantar Menurut Kecamatan Luas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA (3) 64,65 Persen. 53,87 Persen

PENGUKURAN KINERJA (3) 64,65 Persen. 53,87 Persen PENGUKURAN KINERJA KABUPATEN : PENAJAM PASER UTARA TAHUN : 2010 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Dituntaskannya program wajib belajar dua belas tahun pada seluruh siswa Persentase

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran... DAFTAR ISI HALAMAN BAB 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 2 C. Sejarah Singkat Kabupaten Tanggamus... 3 D. Gambaran Umum Daerah... 4 E. Sistematika Penyajian... 20 BAB 2 A. Instrumen Pendukung

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag ta ko :// tp ht m ob o. id s.g bp a. uk ot ag STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTAMOBAGU UTARA 216 ISBN : 62-17-361-2 No. Publikasi : 71746.1619 Katalog : 1112.71744

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

STATISTIK KECAMATAN MUARA SAHUNG 2016

STATISTIK KECAMATAN MUARA SAHUNG 2016 STATISTIK KECAMATAN MUARA SAHUNG 2016 S t a t i s t i k K e c a m a t a n M u a r a S a h u n g 2 0 1 6 i ii S t a t i s t i k K e c a m a t a n M u a r a S a h u n g 2 0 1 6 Statistik Kecamatan Muara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... D A F T A R I S I Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... (i) (ii) (viii) PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE TENGAH 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1616 Katalog BPS : 1101002.5314040 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv +

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. SEPTEMBER 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan Buletin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010-2015 DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR....

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6 DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Dasar Hukum... 1 B. Gambaran Umum Daerah... 6 BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH... 10 A. Visi dan Misi... 10 B. Strategi dan Kebijakan Daerah... 11 1. Isu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan Puji dan Syukur yang tak terhingga atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 telah selesai disusun dan menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2013 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ir. M. Tassim Billah, MSc. JUNI 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan data indikator makro sektor pertanian serta hasil analisisnya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian pada tahun 2013 kembali menerbitkan. Indikator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Tebo

RPJMD Kabupaten Tebo Halaman Tabel 2.1 Topografi Kabupaten Tebo II-3 Tabel 2.2 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Tebo II-4 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo Tahun 2000- II-6 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci