BAB I PENDAHULUAN. sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya, dimana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya, dimana"

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi yang semakin modern belum mampu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terutama yang berkenaan dengan peradaban manusia. Peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah budaya, dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai seni, adat istiadat, dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan cara hidup masyarakat. Namun dalam defenisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan komplek untuk budaya kota. Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka dalam sebuah peradaban pasti tidak akan terlepas dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban antara lain, sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK.Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Keanekaragaman ini sudah dimiliki mulai dari waktu ke waktu dan menjadikan bangsa yang multikultural. Keberagaman atau perbedaan kebudayaan yang satu dengan yang lain dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang berbeda dan memiliki budaya yang tidak sama. Setiap daerah akan menghasilkan budaya, dan ciri khas tersebut akan

2 menghasilkan kebudayaan masing masing. Setiap daerah dengan kebudayaan nya akan menghasilkan sebuah artefak atau karya dimana itu adalah sebagai wujud kebudayaan itu sendiri. Karya itu adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas atau perbuatan dalam masyarakat yang berupa benda benda yang dapat dilihat, diraba, ataupun didokumentasikan. Tindakan dalam karya ini dilakukan di setiap daerah, yang diwariskan dari generasi ke generasi dimana salah satu tujuan nya adalah suatu alat atau sarana untuk mensejahterakan masyarakatnya. Dalam beberapa waktu ini sering terjadi klaim-mengklaim budaya indonesia oleh negara lain, namun setelah sekian lama, akhirnya pejuangan bangsa indonesia untuk mendapatkan pengakuan kepemilikan budaya tercapai juga. UNESCO (United Nations Educational,Scientific and Cultural Organization) mengakui budaya indonesia salah satu nya adalah batik (kemendikbud.go.id). Tradisi batik sebagai salah satu budaya warisan dunia asli indonesia dikukuhkan pada oktober 2009 di prancis. Membatik telah diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Dengan pola tradisional ini, sejak dahulu masyarakat menuangkan imajinasi melalui gambar pada batik. Masyarakat juga telah mengenal seni pewarnaan tradisional dengan bahan-bahan alami sebelum mengenal pewarnaan dengan bahan kimia. Batik yang tersebar hampir diseluruh indonesia memiliki bentuk ragam hias yang berbeda-beda diantara satu dan lainnya. Di sumatera utara sendiri tepat nya di daerah Tapanuli Utara hasil kerajinan kain tenun juga sudah diproduksi cukup lama. Kain tenun ini dinamakan ulos. Secara harfiah, ulos berarti selimut yang menghangatkan tubuh dan melindunginya dari terpaan udara dingin. Ulos sudah menjadi bagian dari suku

3 batak. Dahulu nenek moyang batak adalah manusia-manusia gunung, dengan tujuan berladang di pegunungan. Mendiami dataran tinggi berarti mereka harus siap berperang melawan dingin nya cuaca yang menusuk tulang. Dari sinilah sejarah ulos bermula. Tentunya ulos tidak langsung menjadi sakral diawal masa kemunculanya sebelum menjadi simbol adat suku batak seperti sekarang. Dulu ulos malah dijadikan selimut atau alas tidur, tetapi ulos yang mereka gunakan kualitasnya jauh lebih tinggi, lebih tebal, lebih lembut dan dengan motif yang lebih artistik. Setelah mulai dikenal, ulos digemari karena praktis dan lambat laun menjadi kebutuhan primer, karena bisa dijadikan bahan pakaian yang indah dengan motif motif yang menarik. Ulos lalu memiliki arti lebih penting ketika ia dipakai oleh tetua adat dan para pemimpin dalam pertemuan adat resmi. Ulos juga sering dijadikan hadiah atau pemberian kepada orang-orang yang disayangi. Ulos batak yang merupakan peninggalan karya seni bagian dari kebudayaan suku batak toba, ulos ini secara turun temurun di produksi oleh masyarakat suku batak toba dan menjadi bagian busana khas bangsa Indonesia. Ulos ini banyak dijumpai di daerah sumatera utara khususnya di daerah mayoritas masyarakat suku batak menetap seperti halnya kabupaten Tapanuli utara, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, ataupun Pematang Siantar. Keberadaan pengrajin tenun di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak lama termasuk di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir keberadaan pengrajin tenun menjadi sorotan dikalangan media baik dalam media cetak ataupun media elektronik yang memberitakan berbagai kasus tentang kerajinan tersebut. Salah satunya adalah pengrajin tenun ulos batak di kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Sebagian besar jenis ulos atau tenun khas

4 suku batak tidak diproduksi lagi dan sudah terancam punah. Selain kegagalan regenerasi petenun ulos sudah jarang digunakan pada kegiatan adat. Bahkan pemasaran ulos semakin terdesak akibat munculnya ulos lain berupa kain songket dari Padang dan Palembang. Kebanyakan jenis ulos sudah tidak ada lagi yang membuat sejak tahun 2000-an sehingga menimbulkan kekhawatiran kehilangan ulos sebagai warisan nenek moyang. Petenun ulos mengatakan, jenis jenis ulos produksi tangan tersebut sudah banyak digantikan dengan kain ulos pabrikan. Penenun di daerah sentra produksi ulos saat ini hanya memproduksi ulos yag lazim digunakan untuk acara adat, jenis lain tidak ditenun lagi karena tidak laku di pasaran. Produksi ulos yang biasa disebut mandar juga semakin tersisih. Masyarakat etnis batak kini lebih memilih ulos yang dikerjakan dengan mesin pabrikan yang harganya jauh lebih murah. Bahkan, sudah sejak lama masyarakat banyak beralih menggunakan tenun songket dari Padang, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan. Songket dipilih karena harganya lebih murah dan warnanya banyak yang cerah sementara motif ulos cenderung gelap. Selain itu bayak generasi muda yang enggan mempelajari teknik tenun dan motif motif asli Batak. Karena kalah bersaing, sebagian pengrajin tenun di Tapanuli Utara beralih menenun kain sarung dengan corak songket. Sejarah tenun di Tapanuli Utara pada dasarnya lahir untuk kebutuhan sehari-hari,yang selanjutnya masuk dalam konsep adat. Contoh lain nya adalah hasil kerajinan tekstil di daerah lain seperti batik tulis di Jawa sampai saat ini masih dapat bertahan padahal harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kain tenun capbatik yang tetap dibudayakan dan digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Kain ini dapat bertahan dan sangat diminati para masyarakat.

5 Keberadaan pengrajin tenun ulos Batak dahulunya muncul hanya secara alamiah dalam pikiran untuk menjawab tuntutan hidup mereka dimana kebutuhan mencari rasa hangat dimalam hari. Namun lambat laun kebutuhan akan pakaian adalah solusi yang mereka cari sebagaimana ditempat lain juga demikian. Pengetahuan pembuatan pakaian dimulai dari bahan-bahan yang masih sederhanaseperti kulit kayu, kulit binatang, daun-daunan sampai pada akhirnya tercipta ulos. Pengrajin tenun menjadikan ulos sebagai puncak kebudayaan materi hasil akhir dari siklus wujud kebudayaan, yang berawal dari ide, gagasan melakukan usaha pekerjaan yang berkembang sebagai sebuah teknologi. Pasca ditemukannya ulos, masyarakat batak toba menjadikan nya sebagai sebuah keterampilan yang umumnya dikuasai oleh para wanita dalam kehidupan seharihari. Namun pada masa itu, pekerjaan membuat ulos bukan menjadi pekerjaan utama, karena mata pencaharian utama masih di sektor pertanian. Mereka membuat ulos di sela sela waktu pekerjaan utama. Terutama bagi para kaum wanita yang menjaga rumah dan anak-anak mereka. Istilah pengrajin tenun atau partonun dalam suku batak pada masa ini belum tepat dipredikatkan pada mereka, karena pada masa ini membuat suatu ulos belum menjadi profesi. Ulos tidak terpisakan dari kehidupan orang batak. Ulos dibuat dengan menggunakan alat tradisional bukan mesin. Pembuatan ulos masa kini dibandingkan dengan masa-masa terdahulu terindikasi mengalami transformasi budaya. Pengrajin tenun ulos Batak menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu, dilengkapi dengan peralatan lain, seperti pamunggung (merupakan sandaran di punggung, sekaligus berguna mengikat dan mengatur benang). Eksistensi ulos terlihat jelas, terutama dalam peranannya pada pelaksaaan berbagai budaya adat

6 Batak. Komoditi ini dikategorikan sebagai andalan. Keistimewaan dan keunikan pakaian adat tradisional ini, menyimpan rahasia keterampilan seni, berpadu dengan budaya. Sebagai salah satu bagian dari usaha kecil, industri tenun ulos Batak di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu sektor yang dominan diantara industri lainnya. Kecamatan Tarutung merupakan sentra industri tenun ulos terbesar di Kabupaten Tapanuli Utara, sementara Kecamatan Tarutung memiliki unit usaha tenun ulos terbanyak diantara kecamatan lainnya. Industri tersebut masih berupa usaha rumah tangga (home industry). Ketertinggalan ulos dari kain tradisional lain tentunya sangat disayangkan, kepopuleran ulos Batak masih jauh dibanding batik. Jika dibandingkan dengan hasil tenunan lain, seperti kain tenun Palembang atau Sumbawa, ulos masih tertinggal, terlihat bagaimana pengrajin tenun ulos Batak yang bekerja terburuburu karena harus segera dijual, mengakibatkan motif menjadi lebih sedikit, dan membuat ulos yang sebenarnya tidak keluar. Hal ini membuat ulos tertinggal dari kain tenun lainnya. Tetapi hal ini membuat banyak pihak-pihak lain bersemangat untuk menyebarkan ulos ke seluruh indonesia. Hal ini diakibatkan karena produksi dan konsumsi terhadap tekstil tradisional Indonesia melonjak. Hal tersebut membuktikan pengrajin tenun bisa memiliki produk tersebut, memiliki sumber bahan, memiliki tenaga kerja, dan memiliki pasar. Transformasi dilihat pada gagasan pengrajin tenun dari mulai masa lampau hingga masa kini. Mulai pemenuhan kebutuhan pakaian, dan hanya sebuah keterampilan yang dimiliki oleh wanita, sekarang gagasan pembuatan ulos bertambah tujuan. Pengrajin tenun ulos sekarang lebih tepat dikatakan sebagai

7 seniman karena membuat ulos yang membuat seni yang tinggi sesuai dengan makna filosofis kehidupan religi masyarakat Batak Toba. Dan untuk saat ini gagasan pembuatan ulos berubah menjadi usaha pelestarian warisan kebudayaan. Dampak lainnya pada pengrajin tenun adalah kehadiran teknologi saat ini yang mengakibatkan munculnya alat tenun bukan mesin yang dapat digunakan untuk memproduksi ulos secara massal. Saat ini ada 2 ulos yang beredar di pasaran ataupun di masyarakat itu sendiri yaitu: ulos hasil tenun mesin dan ulos hasil tenun tradisional. Pembuatan ulos secara tradisional itu sendiri memiliki proses yang lebih rumit sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan 1 lembar ulos batak. Dari sisi tradisional ulos hasil tenun pengrajin jauh lebih memiliki kualitas yang baik jika dibadingkan dengan hasil mesin itu sendiri. Namun, jika dibandingkan dari segi harga, ulos hasil tenun mesin jauh lebih murah dibandingkan dengan ulos hasil tenun tradisional, sehingga masyarakat lebih memilih ulos hasil tenun mesin. Kehadiran tenun mesin ditengah-tengah pengrajin menimbulkan semangat dan minat masyarakat menjadi pengrajin tenun tradisional turun. Hal ini lah yang mengkibatkan tradisi tenun ulos sudah mengalami kelangkaan. Secara analisis, kelompok pengrajin tenun digambarkan sebagai masyarakat yang berusaha hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri, kelompok ini memenuhi kebutuhan secara penuh dan lengkap. Kelompok ini adalah suatu sistem sosial yang kaku, dan mengalami perubahan yang sedikit sekali, mereka adalah masyarakat yang statis dan stabil dalam arti mobilitas sosial, kategori seperti ini bisa dikatakan perubahan yang tradisional. Berbeda dengan masyarakat modern, kelompok ini memiliki sifat yang dinamis dan mengalami

8 perubahan sosial yang sangat pesat dan tingkat mobilitas nya sangat tinggi. Kedua gambaran tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang tradisional cenderung stabil sedangkan masyarakat modern cenderung bergerak. Oleh karena itu, pada tingkat ini, perubahan sosial yang sifat nya dinamis bukanlah suatu karakteristik yang menonjol dalam masyarakat tradisional seperti pengrajin tenun. Paling penting, perubahan ini mempunyai dampak minimal terhadap kelompok pengrajin tenun Dalam setiap usaha untuk menentukan hubungan antara proses kerajinan tenun oleh pengrajin dengan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya akan memperlihatkan suatu gambaran umum tentang proses kerajinan tenun itu sebelum dan sesudah perubahan tersebut, perbandingan ini ditelusuri secara garis besar dalam masyarakat pengrajin tenun sehingga dapat mengidentifikasi aspek aspek sosial yang melancarkan dan menghambat perubahan yang terjadi. Tentu saja, apa yang terjadi pada masa lampau dan masa yang sekarang dihubungkan sehingga apa yang terjadi sekarang tak dapat dipahami sepenuhnya tanpa mempertimbangkan apa yang terjadi sebelumnya, demikian halnya didalam memproyeksi dari masa lampau, sekarang ke masa depan. Permasalahan lainnya yang dihadapi rendahnya partisipasi generasi muda melanjutkan kerajinan tradisional ini, harga yang tidak sesuai dibadingkan dengan biaya produksi dan anggapan bahwa pengrajin tradisional sudah dianggap kuno. Ulos diperjualbelikan dipasaran tak ubahnya seperti barang dagangan biasa. Kedalaman makna filosofis ulos telah berkurang dan cenderung lebih dinilai dari sudut pandang ekonomi. Dibalik tingginya nilai dan harga sebuah ulos, justru banyak pengrajin tenun tingkat perekonomiannya masih kurang. Status sosial

9 mereka pun dianggap rendah sama seperti buruh upahan. Keadaan mereka diperparah lagi karena faktor penentu harga ulos ada ditangan para tokeh (distributor ulos ke pasaran). Meskipun harga bahan-bahan pembuatan ulos seperti benang naik, upah pengrajin tenun belum tentu bisa naik. Banyak pengrajin tenun bekerja pada pemilik modal besar, sehingga upah mereka sepenuhnya ditentukan oleh si pemilik usaha. Tingkat pendidikan dan perekonomian pengrajin tenun yang masih rendah mengakibatkan rendahnya daya saing pekerjaan untuk kemajuan usaha mereka. Munculnya suatu kekhwatiran kalau gagasan pengrajin tenun membuat ulos batak pada masa yang akan datang hanya sekedar mendapatkan uang, maka nilai sebagai pengrajin tenun akan memudar dengan sendirinya, sementara disisi lain ulos itu tetap dibutuhkan. Seperti istilah yang menyatakan Batak tidak ada tanpa ulos. Keadaan inilah yang membuat masyarakat Batak harus membeli ulos. Ditengah kemajuan zaman dan persaingan yang semakin ketat maka demikian juga banyaknya kendala yang akan dihadapi, maka pengrajin tenun ulos Batak harus mampu bersaing dan menciptakan strategi-strategi yang tepat untuk dapat menjaga eksistensi ulos Batak di tengah tengah masyarakat dan menghidupkan kembali kearifan bertenun. Salah satu masalah yang dihadapi pengrajin tenun dalam mempertahankan eksistensi ulos Batak adalah adanya competitor lain yang datang dari masyarakat industri perkotaan, kelompok ini datang dengan lebih besar dan lebih kuat yang menjadi bagian pencari taraf hidup yang berbeda dan lebih baik, industri ini memainkan peran yang sangat luas sehingga mendatangkan akibat yang dramatis pada pengrajin tenun ulos yang berhubungan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Tempo yang dilaksanakan oleh

10 industri kota sangat cepat dan mempengaruhi karakter melalui struktur sosial pengrajin tenun tradisional sehingga situasi ini menjadi faktor yang menghambat bagi pengrajin untuk ikut bersaing dengan langkah yang minim. Namun,pengrajin tenun yang relatif stabil karena hampir setiap segi kehidupan sosialnya ditunjukkan kedalam kelompok itu sendiri telah mendapat tekanan tekanan ini dimana adanya kompetisi dari sumber sumber lain. Struktur sosial pada pengrajin tenun ulos Batak mendapat peranan yang besifat empiris dalam proses perubahan dan perkembangan ulos itu sendiri. Sebagian besar produksi ulos Batak hanya dilakukan dalam skala kecil, profesi ini dikerjakan hanya untuk keperluan keluarga sendiri dan berdasarkan tradisi turun temurun karena adat istiadat masih dihormati. Kedatangan competitor lain akan menggangu stabilitas ini, dimana ekonomi yang dilakukan industri kota hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lain, hubungan sosial sudah didasarkan atas kepentingan pribadi, sudah terbuka dan saling mempengaruhi. Industri kota tidak lagi melihat adat istiadat sebagai sesuatu kepercayaan yang harus dijunjung tinggi, industri kota mempercayai ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kuat, sehingga stratifikasi sosial sudah diterapkan atas dasar keahlian dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi. Produk tenunan bukanlah hal masih baru ditengah tengah masyarakat indonesia. Produk ini merupakan salah satu dari industri kreatif indonesia yang merupakan sektor strategis karena mampu memberikan kontribusi cukup besar bagi perkonomian nasional. Hal tersebut terlihat dari jumlah industri kecil dan menengah (IKM) sebanyak 3,4 juta unit pada IKM juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 10,3 juta orang dan memberian sumbangan signifikan

11 terhadap nilai ekspor sebesar USD Juta. oleh karena itu, Kementrian perindustrian terus mendorong pengembangan industri kreatif yang pertumbuhan nya semakin meningkat sekitar 7% per tahun (indotrading.com). 1.2 Perumusan Masalah Dalam suatu penelitian hal yang sangat penting adalah adanya suatu masalah yang dianggap sangat penting untuk diteliti. Dengan demikian peneliti harus merumuskan suatu masalah sehingga akan menuntun peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan baik dan benar. Maka dari penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa perubahan perilaku ekonomi masyarakat pengrajin tenun dalam mempertahankan eksistensi ulos Batak. 2. Faktor-faktor apa saja yang membuat perubahan tersebut. 3. Bagaimana pengrajin tenun menghadapi perubahan tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan perilaku ekonomi masyarakat pengrajin tenun dalam mempertahankan eksistensi ulos Batak di Pasar Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun harapan yang diinginkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan kontribusi baik langsung atau tidak langsung bagi pengembangan ilmu sosiologi

12 dan bermanfaat sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya khususnya mengenai perubahan soasial dan perilaku ekonomi. 2. Manfaat Praktis Memberikan sumbangan pengetahuan, referensi dan pemikiran dalam bentuk bacaan dengan tujuan untuk menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan untuk setiap individu dan menjadi bahan evaluasi bagi pengrajin tenun itu sendiri di pasar Tarutung dan tempat-tempat lainnya. 1.5 Defenisi Konsep Defenisi konsep dalam sebuah peneltitian ditujukan untuk menjaga suatu fokus penelitian agar tidak ada salah penafsiran dan menimbulkan kesalahpahaman pada konsep yang digunakan. Konsep yang dimaksud adalah batasan-batasan yang dipakai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi konsep nya adalah sebagai berikut: 1. Pengrajin Tenun Pengrajin tenun atau disebut juga dengan partonun adalah sebuah bidang mata pencaharian yang dimiliki seseorang dalam sebuah bidang industri kerajinan tangan serta keterampilan untuk menghasilkan sebuah karya berupa kain yang dikerjakan secara manual tanpa menggunakan mesin. Pengrajin tenun dalam penelitian ini masih bersifat home industry. 2. Ulos Ulos disebut juga berupa kain khas yang telah menjadi warisan budaya masyarakat Batak secara turun temurun. Ulos yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ulos Batak. Ulos ini memiliki berbagai macam warna walaupun warna dominan sebuah ulos adalah merah. Ulos juga memiliki peran dalam adat istiadat

13 suku Batak. Ulos dalam masyarakat batak menjadi sebuah kain yang sangat penting dan dibutuhkan semua orang kapan saja dan dimana saja, hingga akhirnya ulos memiliki nilai yang tinggi ditengah masyarakat suku Batak. 3. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial, lebih tepatnya terdapat perbedaan antara kedua sistem tertentu dalam jangka tertentu. Fokus perubahan sosial dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan atau perubahan kondisi dalam pengrajin tenun ulos dalam mempertahankan eksistensi ulos Batak baik dalam bidang sosial, budaya serta ekonomi. Dengan kata lain fokus perubahan yang dilihat tentu dalam konteks dimensi waktu yang berbeda. Perilaku pengrajin tenun di masa lampau adalah menjadi bagian penting. Dengan melihat situasi sekarang banyak perubahan yang telah terjadi. Modernisasi tidak selalu membuat kemajuan di satu sisi bagian. Dengan melihat perubahan sosial ini peneliti dapat menelaah perubahan sosial tersebut seperti apakah yang sebenarnya berubah pada objek penelitian ini, bagaimana hal tersebut mengalami perubahan, apa tujuan perubahan tersebut, seberapa cepat perubahan tersebut,mengapa perubahan tersebut terjadi, dan faktor-faktor apa saja yang berperan dalam perubahan tersebut. 4. Perilaku Ekonomi Persoalan ekonomi tentu menjadi bagian dalam penelitian ini. Perkembangan persoalan ekonomi berjalan seiring dengan perkembangan dari pertumbuhan manusia itu sendiri dan pengetahuan teknologi yang dimilikinya (Damsar,1997:1). Konsep ini tentunya berbicara tentang bagaimana cara masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Cara

14 yang dimaksud disini berkaitan dengan semua aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi. Untuk menjelaskan perilaku ekonomi masyarakat pengrajin tenun ini dalam hubungan sosial tentu mengajukan konsep keterlekatan. Konsep keterlekatan, menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor (Damsar, 1997:33). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial Pengertian Perubahan Sosial Perubahan memiliki makna yang sangat luas, meliputi perubahan secara makro ataupun mikro. Perubahan sosial melibatkan tiga dimensi waktu, yaitu: dulu, sekarang, dan masa depan. Ketiga dimensi waktu ini merupakan kunci mengamati jalannya sebuah perubahan masyarakat. Perubahan merupakan suatu kondisi yang tidak berdiri sendiri, di dalamnya ada banyak faktor yang terlibat. Faktor tersebut meliputi faktor yang bersifat alamiah maupun sosial. Bencana alam serta perubahan jumlah penduduk merupakan faktor alamiah maupun sosial, sedangkan perkembangan teknologi, terjadinya konflik, ideologi yang dianut masyarakat merupakan beberapa faktor sosial yang turut mempengaruhi perubahan sosial. Peristiwa tersebut dapat merupakan peristiwa yang kecil maupun besar. Aspek demografis atau kependudukan juga merupakan faktor yang menyebabkan perubahan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, yang dalam kehidupan sosialnya, tidak terlepas dari suatu tradisi yang disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang industri merupakan suatu program pemerintah untuk mencapai pembangunan nasiaonal. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya merupakan produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya kerajinan batik,batik merupakan warisan budaya indonesia. kerajinan pahat, kerajinan yang membutuhkan ketekunan. kerajinan ukir, adalah

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk diatasi. Masalah kemiskinan sepertinya juga menjadi sesuatu yang telah mengakar dan menjadi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa dimanapun berada memiliki kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil kreativitas manusia yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan dilestarikan dan di wariskan secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu untuk generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan dengan bagian manapun juga di dunia ini. Setiap suku di Indonesia mempunyai ciri khas

Lebih terperinci

Gambar Cover buku

Gambar Cover buku BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Berbagai macam suku, ras adat istiadat mengenai ragam budaya Indonesia

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya mempunyai suatu pola kehidupan yang terbentuk dari setiap kebiasaan anggota masyarakat yang disepakati. Polapola kehidupan tersebut menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Batik merupakan salah satu warisan leluhur Indonesia yang telah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia, tetapi banyak masyarakat yang belum mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya kerjasama ekonomi ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Asean Ekonomic Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan suatu topik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Setiap suku di Indonesia memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini sektor Usaha kecil menengah semakin menggeliat sebagai penopang ekonomi nasional. Hal tersebut terlihat dari pengalaman yang mampu melewati masa krisis yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap pembelian, konsumen seringkali menggunakan persepsi, afektif (perasaan), serta preferensinya untuk memutuskan pembelian suatu produk. Besarnya pengaruh persepsi, afektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan ekonomi bebas saat ini, setiap negara terutama negara-negara yang sedang berkembang diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan salah satu budaya Indonesia dengan nilai seni tinggi berbentuk tekstil yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sejak dikukuhkan sebagai Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada negara berkembang salah satu yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah pembangunan nasional di segala bidang, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan yang tumbuh di negara kita. Dalam bidang seni kerajinan yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011 SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011 Yang terhormat Ibu Ani Yudhoyono; Yang terhormat Ibu Herawati Budiono; Yang terhormat Ibu-Ibu dari Solidaritas Istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung

BAB I PENDAHULUAN. kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa. Keberagaman dan kekhasan budaya dari setiap suku bangsa merupakan aset yang tidak terhitung jumlahnya. Warisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan sains dan teknologi, Indonesia terus mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, adapun wajah lama sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam organisasi, lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat karena majunya teknologi dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia, salah satunya yaitu seni dekoratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola- pola ragam hias daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam hias yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas diseluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan krisis di Indonesia sekarang ini tidak menentu dan telah mempengaruhi perubahan di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi masyarakat baik kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan karya seni, diantara beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. Beberapa seni kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias.

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN BATIK WARISAN BUDAYA VIII JAKARTA, 29 SEPTEMBER 2 OKTOBER 2015 Yth. Ketua dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia Yth. Para Pejabat Eselon I dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato adalah gambar atau simbol pada kulit yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi dan kemajuan suatu negara. Industri perlu dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci