Aplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM"

Transkripsi

1 Aplikasi In-line EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM Octarina Nur Samijayani 2), Ary Syahriar 1)2) 1) Center of Information Technology and Communication, Agency for the Assessment and Application of Technology of the Republic of Indonesia 2) Electrical Engineering Department, University Al-Azhar Indonesia Abstraksi EDFA merupakan penguat optik yang berperan penting pada sistem telekomunikasi optik, terutama untuk transmisi jarak jauh, sehingga dapat mendukung pengiriman informasi dengan kapasitas besar pada jaringan backbone. Untuk mengantisipasi kehilangan daya, in-line amplifier ditempatkan pada saluran transmisi. Pada aplikasi ini, EDFA dapat mendukung penguatan sinyal dengan gain yang besar, baik untuk menguatkan sinyal dengan sistem transmisi panjang gelombang tunggal ataupun transmisi berbasis WDM. Namun dalam penerapanya desain parameter EDFA akan berbeda untuk kedua sistem transmisi tersebut. Hal ini berkaitan dengan karakteristik keluaran EDFA untuk menguatkan sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda, karena adanya perbedaan tingkat absorbsi dan emissi berdasarkan karakteristik ion erbium. Makalah ini akan membandingkan desain EDFA untuk sistem transmisi kanal tunggal berbasis TDM dan juga transmisi dengan multipleksing berbasis WDM. Beberapa faktor penting dalam perancangan EDFA untuk aplikasi sistem WDM adalah perataan tingkat gain untuk setiap sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda. Desain EDFA untuk melewatkan hanya satu panjang gelombang, akan lebih mengutamakan faktor gain yang besar serta noise figure yang kecil. Beberapa faktor nonlinear amplifier juga sangat perlu diperhatikan untuk mempertahankan SNR. Kata Kunci : In-line EDFA, Transmisi Panjang Gelombang Tunggal, WDM 1. PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat berkaitan dengan kebutuhan pengiriman informasi jarak jauh. Dunia telekomunikasi semakin berkembang seiring kebutuhan masyarakat untuk melakukan komunikasi dari tempat yang saling berjauhan dengan kapasitas besar dan akses yang cepat. Salah satu teknologi yang mampu mendukung kebutuhan tersebut adalah komunikasi optik. Pada konfigurasi jaringan telekomunikasi, transmisi serat optik digelar pada jaringan backbone. Pada dunia komunikasi optik, jarak bentang transmisi akan terbatasi oleh adanya rugi-rugi transmisi, yang disebabkan oleh kehilangan daya karena faktor dispersi dan losses. Meskipun power losses pada serat optik cukup rendah, namun untuk transmisi jarak jauh, daya yang hilang akan terakumulasi dan menyebabkan sinyal semakin melemah hingga sisi receiver. Untuk itu peranan penguat optik sangatlah penting untuk menguatkan kembali intensitas sinyal pada saat ditransmisikan. Fungsi amplifier yang diletakkan disisi transmisi disebut sebagai in-line amplifier. EDFA merupakan salah satu penguat optik yang kompatible dengan serat optik, dan dapat menghasilkan gain yang besar (mencapai >20dB) dengan noise figure yang kecil, sehingga sesuai untuk digunakan sebagai in-line amplifier. Saat ini sistem komunikasi optik banyak diterapkan dengan sistem transmisi berbasis Time Division Multiplexing (TDM) pemisahan setiap kanal dengan domain waktu [6]. Secara teknis, sistem transmisi ini hanya menggunakan satu panjang gelombang untuk semua kanal informasi, yang disebut dengan Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal. Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenuhi semakin meningkatnya kebutuhan kapasitas informasi, sistem transmisi pada komunikasi optik mendukung teknik multiplikasi sinyal yang dikenal dengan teknik Wavelength Division Multiplexing (WDM). Transmisi WDM memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, seluruh panjang gelombang tersebut ditransmisikan melalui sebuah serat optik [6].

2 2. PEMBAHASAN Salah satu aplikasi EDFA adalah sebagai in-line amplifier yang sangat mendukung komunikasi jarak jauh. Aplikasi ini juga banyak diterapkan pada jaringan bawah laut. Salah satu penerapan EDFA sebagai in-line amplifier yakni untuk transmisi jarak lebih dari 2223km dengan bitrate 2.5Gb/s menggunakan 25 EDFA, dengan jarak antar amplifier 80km. Penerapan ini dapat menghasilkan total gain lebih dari 440dB [1]. Pemilihan EDFA sebagai penguat optik yang lebih efisien, karena dapat bekerja dengan baik untuk menguatkan sinyal dengan panjang gelombang 1.5µm, panjang gelombang dengan loss yang paling kecil. Namun, untuk memenuhi kebutuhan amplifikasi untuk Jaringan Akses Lokal yang biasanya menggunakan pajang gelombang 1.3µm (oleh perusahaan telekomunikasi di Indonesia) [6], amplifier didesain dengan memberikan doping neodymium sehingga dapat melakukan amplifikasi untuk range µm. Salah satu keunggulan EDFA ialah mampu beroperasi pada range panjang gelombang yang cukup lebar, C-band dan L- band. Namun hasil penguatan EDFA untuk setiap panjang gelombang akan menghasilkan level yang berbeda. Hal inilah yang menjadi perhatian utama dalam penerapan EDFA pada sistem transmisi WDM. Sehingga desain konfigurasi EDFA untuk transmisi sistem WDM dan Transmisi Panjang Gelombang Tunggal akan berbeda. untuk in-line amplifier transmisi WDM diperlukan gain yang lebih besar, noise figure yang rendah, beroperasi pada daya sinyal yang sangat tinggi, dengan sangat mengutamakan kerataan gain untuk sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda. Beberapa kriteria keluaran EDFA dirangkum pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Kriteria in-line amplifier untuk Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi WDM [2] Tipe Transmisi Panjang Gelombang Tunggal inline amplifier Transmisi WDM inline amplifier Gain Noise Figure Daya Sinyal Sedang Rendah Sedang Tinggi Rendah Sangat kuat Kerataan Gain Tidak Penting Penting Gain yang besar dapat diperoleh dengan mengunakan serat Erbiun Doped Fiber (EDF) yang lebih panjang atau dengan konsentrasi erbium yang besar, dan dapat pula diusahakan dengan menggunakan daya pemompa yang lebih besar. Namun dengan pemilihan faktor tersebut yang semakin besar, maka noise figure yang dihasilkan juga akan semakin besar. Sehingga kita harus memperhatikan nilai optimum setiap parameter untuk mendapatkan hasil keluaran EDFA yang sesuai dengan aplikasi yang diinginkan. Desain In-line untuk Transmisi panjang gelombang tunggal dan Transmisi WDM Parameter utama dalam mendesain EDFA adalah bahan serat optik, karakteristik serat waveguide, profil konsentrasi ion erbium, panjang serat yang digunakan, sumber pemompa (termasuk daya, panjang gelombang dan konfigurasinya), serta penggunaan komponen aktif atau pasif yang terintegrasi. Komponen aktif meliputi pengontrol gain otomatis elektronik, sedangkan komponen pasif seperti WDM coupler, dan isolator. Karakteristik serat optik meliputi panjang, diameter inti serat, cutoff wavelength dll, dapat diperoleh dengan memodelkan secara numerik untuk mendapatkan performa EDFA yang baik. Desain amplifier bergantung dari aplikasi yang akan digunakan, dan pemilihan semua parameter merupakan faktor yang sangat penting. Secara umum tujuan desain amplifier adalah gain yang besar, daya sinyal keluaran yang besar, noise figure yang kecil, reliabilitas, serta kerataan spektrum gain. Beberapa kriteria output EDFA yang sesuai untuk in-line amplifier Transmisi panjang gelombang tunggal adalah noise figure yang rendah, beroperasi pada daya sinyal yang cukup tinggi dengan gain yang cukup tinggi. Sedangkan Selain pemilihan parameter EDFA, hasil keluaran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor nonlinear dari amplifier. Beberapa faktor nonlinear yang mempengaruhi penurunan kwalitas amplifier meliputi noise Amplified Spontaneous Emission (ASE), dispersi kromatik, Self Phase Modulation (SPM), Group Velocity Distortion (GVD), Four Wave Mixing (FWM), Stimulated Brillouin Scattering (SBS), serta efek polarisasi. Sedangkan faktor nonlinear yang spesifik terjadi pada transmisi WDM adalah Stimulated Raman Scattering (SRS), Cross Phase Modulation (XPM) yang berkaitan dengan interferensi antar sinyal untuk panjang gelombang yang bersebelahan. Pada sistem transmisi panjang gelombang tunggal, FWM menyebabkan interferensi antara pulsa sinyal dengan noise ASE dari amplifier. Sedangkan XPM, FWM, SRS pada sistem transmisi WDM menyebabkan interferensi antara pulsa sinyal dengan ASE, dan juga antara pulsa sinyal dengan panjang gelombang yang bersebelahan. Sehingga secara keseluruhan efek nonlinear amplifier yang mungkin terjadi untuk in-line amlifier dengan transmisi WDM adalah lebih besar daripada untuk transmisi panjang gelombang tunggal. 2

3 Transmisi panjang gelombang tunggal dan WDM Noise ASE Dispersi kromatik SPM + GVD FWM (signal+ase) SBS Efek polarisasi Penurunan kwalitas transmisi: Distorsi Spektral Distorsi Temporal Crosstalk Transmisi WDM FWM SRS XPM Gambar 1. Faktor penurunan kwalitas transmisi yang terjadi pada transmisi panjang gelombang tunggal dan transmisi WDM [2]. Beberapa faktor nonlinear tersebut akan semakin bertambah besar (terakumulasi) dengan penggunaan serat EDF yang semakin panjang. Oleh karena itu beberapa faktor diatas sangat perlu diperhatikan dalam menentukan panjang EDF dalam mendesain EDFA untuk hasil yang optimum. Untuk lebih meningkatkan performa in-line amplifier, dapat digunakan beberapa EDFA yang dirancang secara seri. Hal ini bertujuan untuk mengahsilkan gain yang lebih besar serta noise figure yang rendah. Performa in-line amplifier juga diharapkan dapat menguatkan sinyal dari saluran transmisi dengan jumlah kanal dan bit rate yang besar. Namun berdasarkan beberapa percobaan, dengan tetap mempertahankan niali SNR, ternyata gain yang dihasilkan akan lebih rendah bila kita menggunakan bit rate yang lebih tinggi [2]. Selain itu dengan jarak transmisi yang semakin panjang, total gain dari amplifier akan semakin berkurang. Untuk itu kita harus menempatkan beberapa amplifier disepanjang saluran transmisi dengan jarak tertentu untuk tetap mempertahankan besar gain yang diinginkan. Sehingga perancangan EDFA sebagai in-line amplifier harus disesuaikan dengan bit rate transmisi dan panjang saluran transmisi untuk menentukan jumlah EDFA dan jarak antar amplifier yang dipasang sepanjang saluran transmisi. In-line - Transmisi panjang gelombang tunggal Komunikasi serat optik diterapkan dengan menggunakan teknik multipleksing berbasis time domain (TDM) dimana setiap kanal memanfaatkan satu panjang gelombang untuk mengirimkan informasi. Sejak tahun 1989, banyak dilakukan penelitian dan percobaan untuk in-line amplifier transmisi jarak jauh dengan satu panjang gelombang. Penelitian berkembang untuk meningkatkan bit rate, jarak transmisi, dan jumlah kanal informasi. Salah satu percobaan yang mendemonstrasikan EDFA untuk transoceanic, untuk jarak transmisi km, bit rate 2.5Gb/s, dengan modulasi pulsa NRZ, menghasilkan Bit Error Rate (BER) 10-9 [4]. Untuk percobaan ini digunakan EDFA dengan panjang gelombang pemompa 1480nm menggunakan konfigurasi counterpump. Dapat dibayangkan dengan implementasi ini, kita dapat menggelar komunikasi dengan jarak yang sangat jauh. Berikut ini beberapa percobaan EDFA untuk transmisi panjang gelombang tunggal yakni pada 1.5µm. Tahun Tabel.2. Perkembangan EDFA pada Transmisi Panjang Gelombang Tunggal [2] Bit Rate (Gb/s) Panjang Transmisi Kapasitas (Gb/s. km) Jarak Antar / In-line -Transmisi WDM Percobaan selanjutnya semakin berkembang untuk meningkatkan jumlah kanal informasi. Peningkatan jumlah kanal dapat dilakukan dengan menggunakan teknik transmisi WDM. Namun perancangan EDFA untuk transmisi ini lebih kompleks karena beberapa faktor dispersi tidak hanya terjadi untuk satu sinyal, namun juga harus diperhatikan pengaruhnya terhadap sinyal dengan pusat panjang gelombang disebelahnya (interferensi antar sinyal dengan panjang gelombang berbeda). Penggunaan EDFA pada transmisi WDM harus memperhatikan tingkat bit rate, karena dengan bit rate yang semakin tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya noise atau interferensi antar sinyal. Hal ini akan berkaitan dengan semakin meningkatnya BER. Untuk itu pada perancangan amplifier untuk transmisi multiwavelentgh ini sangat penting memperhatikan nilai optimum dari setiap parameter transmisi. Tahun Tabel.3. Perkembangan EDFA pada Transmisi WDM [2] kanal Bit Rate Gb/s Panjang Transmisi Kapacitas (Gb/s km) Jarak Antar , ,111 11, , , , , , , , , ,300 1,488, / , , , , , ,850 1,844, ,200 2,304,

4 Selain itu masalah yang menjadi perhatian penting, yang merupakan karakteristik EDFA untuk transmisi WDM adalah tingkat gain yang tidak sama untuk panjang gelombang yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat absorpsi dan emisi dari EDFA. Gambar 2 menunjukan hasil penguatan sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda ( nm). 3. KESIMPULAN EDFA dapat digunakan sebagai in-line amplifier pada sistem transmisi panjang gelombang tunggal dan sistem transmisi WDM. Performa EDFA pada sistem transmisi tertentu dipengaruhi oleh pemilihan parameter EDFA, dan komponen yang terintegrasi. Selain itu juga perlu diperhatikan efek nonlinear amplifier yang dapat menyebabkan dispersi sinyal. Desain EDFA untuk kedua jenis transmisi tersebut cukup berbeda. Efek nonlinearitas EDFA untuk transmisi WDM akan lebih besar, yang berkaitan dengan dispersi sinyal yang dapat menginterferensi sinyal dengan panjang gelombang berbeda. Sedangkan untuk transmisi panjang gelombang tunggal efek nonlinear hanya akan menyebabkan dispersi pada sinyal tunggal. Selain itu perataan tingkat gain merupakan desain penting untuk EDFA dengan transmisi WDM. Gambar 2. Gain untuk beberapa sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda dengan daya pemompa yang berbeda [5]. Hasil percobaan diatas dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang pemompa 980nm, dengan panjang EDF 16m, untuk daya sinyal input -25dBm. Dapat dilihat bahwa tingkat gain yang tidak merata untuk setiap panjang gelombang yang berbeda, dan dengan penggunaan daya pemompa yang lebih kuat meskipun menghasilkan gain yang lebih besar, namun semakin memperbesar perbedaan tingkat gain. Sehingga pada perkembangan selanjutnya banyak dilakukan penelitian untuk meratakan tingkat gain untuk setiap pulsa sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda. Beberapa teknik perataan gain adalah: a Glass composition methods, perataan dilakukan dengan pemilihan komposisi bahan serat optik yang akan didoping erbium (seperti silica, fluoride, tellurite dll), karena untuk setiap tipe serat optik yang berbeda akan b dihasilkan tingkat spektrum gain yang berbeda. Passive element methods, perataan dilakukan dengan mengunakan komponen optik pasif filter (seperti FBG, Mach-Zender filter, interferometer filter) dengan memanfaatkan karakteristik superposisi gain dari hasil keluaran amplifier dan filter. c Hybrid methods, perataan dilakukan dengan menggunakan multistage amplifier secara serial ataupun paralel, dengan memanfaatkan superimpose dari spektral gain yang dihasilkan dari setiap jenis amplifier yang digunakan. Berdasarkan perbandingan desain EDFA untuk transmisi panjang gelombang tunggal dan transmisi WDM, dapat disimpulkan pula bahwa perancangan EDFA untuk transmisi WDM membutuhkan komponen lebih untuk melakukan fungsi perataan gain. 4. DAFTAR PUSTAKA [1]. Agrawal, P Govind, Fiber-Optic Communication Systems. John Willey & Sons, Inc ( ). [2]. Becker,P.C. Erbium-Doped Fiber s: Fundamentals and Technology, Academic Press, London ( ). [3]. Cheng Cheng. A global design of an erbium-doped fiber and an erbium-doped fiber amplifier. Optics & Laser Technology ( ). [4]. N. S. Bergano, J. Aspell, C. R. Davidson, P. R. Trischitta, B. M. Nyman, and F. W. Kerfoot, "A 9000 km 5 Gb/s and 21,000 km 2.4 Gb/s feasibility demonstration of transoceanic EDFA systems using a circulating loop". Conference on Optical Fiber Communication, Vol. 4, ( ). [5]. Thabiso J. Nhlapo. Gain Equalization of Erbium Doped Fibre s with tuneable Long-Period Gratings. Rand Afrikaans University (23-45). [6].. Dasar Sistem Komunikasi Optik. OPTICAL ACCESS NETWORK. Bandung. PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk :

5 5

± voice bandwidth)

± voice bandwidth) BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kebutuhan user akan mutu, kualitas, dan jenis layanan telekomunikasi yang lebih baik serta perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak terhadap pemilihan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan layanan transmisi data dengan kecepatan tinggi dan kapasitas besar semakin meningkat pada sistem komunikasi serat optik. Kondisi ini semakin didukung lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kecepatan dan bandwidth untuk komunikasi semakin meningkat secara signifikan. Salah satu teknologi yang menjadi solusi adalah sistem transmisi berbasis cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi terbaru menunjukkan bahwa jaringan multimedia dan highcapacity Wavelength Division Multiplexing (WDM) membutuhkan bandwidth yang tinggi. Serat optik adalah

Lebih terperinci

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) 2.1 Umum Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang merupakan cikal bakal lahirnya Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan pengiriman dan bandwidth untuk jarak jauh dalam komunikasi sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Masalah ini dapat diatasi dengan sebuah teknologi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design

Lebih terperinci

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14 Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14 Dewiani Djamaluddin #1, Andani Achmad #2, Fiqri Hidayat *3, Dhanang Bramatyo *4 #1,2 Departemen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung Unggul Riyadi 1, Fauza Khair 2, Dodi Zulherman 3 1,2,3 Fakultas Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM )

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM ) DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM ) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email : andreas_ardian@yahoo.com INTISARI WDM (Wavelength Division

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat Sri Utami 1, Dodi Zulherman 2, Fauza Khair 3 1,2,3 Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124 ANALISIS PERFORMANSI HYBRID OPTICAL AMPLIFIER PADA SISTEM LONG HAUL ULTRA-DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi sekarang ini mengalami kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan kebutuhan akan informasi, yang

Lebih terperinci

SIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN

SIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN SIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN Moh. Yanuar Siddiq *), Imam Santoso, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM

ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 2370 ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM COMPARATIVE

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 361 ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA) PERFOMANCE ANALYSIS OF LONG HAUL

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN

BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN 3.1 Prosedur Kerja Tugas Akhir Gambar berikut memperlihatkan prosedur kerja Tugas Akhir yang berdasarkan pada multi methodological research di bawah ini. Theory Building

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM

STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM Teguh Wahyu Dianto 1), Dodi Zulherman 2), Fauza Khair 3) 1),2),3 ) Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro,

Lebih terperinci

BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran

BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM 3.1 Umum terjadi pada panjang gelombang yang terpisah dan telah di filter (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran tertentu (

Lebih terperinci

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah

Lebih terperinci

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom ANALISIS PERFORMANSI OPTICAL DISTRIBUTION NETWORK (ODN) NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TIME-AND-WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (TWDM) PERFORMANCE ANALYSIS OF OPTICAL DISTRIBUTION NETWORK (ODN) NG- PON2

Lebih terperinci

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1839 ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI ULTRA-DENSE WAVE LENGTH DIVISION MULTIPLEXING

SISTEM TRANSMISI ULTRA-DENSE WAVE LENGTH DIVISION MULTIPLEXING SISTEM TRANSMISI ULTRA-DENSE WAVE LENGTH DIVISION MULTIPLEXING Harumi Yuniarti & Bambang Cholis Su udi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Jalan Kiai Tapa 1, Jakarta

Lebih terperinci

PENGGUNAAN NON ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER PADA TRANSMISI KOMUNIKASI SERAT OPTIK KANAL 40 Gbit/s

PENGGUNAAN NON ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER PADA TRANSMISI KOMUNIKASI SERAT OPTIK KANAL 40 Gbit/s JETri, Volume 11, Nomor 1, Agustus 2013, Halaman 73-80, ISSN 1412-0372 PENGGUNAAN NON ZERO DISPERSION SHIFTED FIBER PADA TRANSMISI KOMUNIKASI SERAT OPTIK KANAL 40 Gbit/s Harumi Yuniarti & Bambang Cholis

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH OPTISYSTEM FOR PERMATA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Yolanda Margareth Sitompul, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK 2.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat,

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dengan biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga

Lebih terperinci

HYBRID-EDFA / RFA (GABUNGAN PENGUAT OPTIK PADA TRANSMISI SERAT OPTIK)

HYBRID-EDFA / RFA (GABUNGAN PENGUAT OPTIK PADA TRANSMISI SERAT OPTIK) HYBRID-EDFA / RFA (GABUNGAN PENGUAT OPTIK PADA TRANSMISI SERAT OPTIK) Harumi Yuniarti * & Bambang Cholis Su udi ** * harumiwo@yahoo.com, ** bcholis@yahoo.com Dosen-Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132 ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI POSISI PENGUAT OPTIK HYBRID SOA EDFA (Semiconductor Optical Amplifier - Erbium Doped Fiber

Lebih terperinci

Pengertian Multiplexing

Pengertian Multiplexing Pengertian Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA

BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA 57 BAB 4 KARAKTERISASI KOMPONEN PENDUKUNG EDFA Karakterisasi komponen pendukung EDFA adalah karakterisasi terhadap komponen aktif dan komponen pasif yang mendukung sistem EDFA. Komponen aktif dalam sistem

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560 m ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560 ANALISIS PERFORMANSI PENGUAT OPTIK HYBRID MENGGUNAKAN TIGA POMPA PADA PENGUAT RAMAN PERFORMANCE ANALYSIS HYBRID OPTICAL

Lebih terperinci

Oleh : Rionda Bramanta Kuntaraco NRP Pembimbing : Dr. Bambang Widiyatmoko M.Eng dan Dr. Ir. Sekartedjo M.Sc

Oleh : Rionda Bramanta Kuntaraco NRP Pembimbing : Dr. Bambang Widiyatmoko M.Eng dan Dr. Ir. Sekartedjo M.Sc Pengembangan Optical Component Analyzer (OCA) System Berbasis Broadband Amplified Spontaneous Emission (ASE) Source untuk Karakterisasi Komponen Optik Pasif Oleh : Rionda Bramanta Kuntaraco NRP. 2408 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat dan pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan masyrakat akan layanan akses komunikasi yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA GAIN DAN NOISE FIGURE PADA L-BAND EDFA DALAM KONFIGURASI DOUBLE-PASS PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE Adinda Maulida 1), Ayudya Tri Lestari 2), Gandaria 3), Nurfitriani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak BAB III METODOLOGI PENELITIAN di bawah ini: Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak START Mengidentifikasi sistem Radio over Fiber Mengidentifikasi sistem Orthogonal

Lebih terperinci

PENGARUH KABEL DISPERSION COMPENSATING FIBER (DCF) PADA LINK SITEM KOMUNIKASI OPTIK LONG HAUL DENGAN SKEMA BERBEDA

PENGARUH KABEL DISPERSION COMPENSATING FIBER (DCF) PADA LINK SITEM KOMUNIKASI OPTIK LONG HAUL DENGAN SKEMA BERBEDA ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3758 PENGARUH KABEL DISPERSION COMPENSATING FIBER (DCF) PADA LINK SITEM KOMUNIKASI OPTIK LONG HAUL DENGAN SKEMA BERBEDA PERFORMANCE

Lebih terperinci

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE RUAS SEMARANG-SOLO Dudik Hermanto (L2F 008 027) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS KERATAAN GAIN PADA RAMAN OPTICAL AMPLIFIER (ROA) YANG DICASCADE UNTUK SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH UW-WDM

ANALISIS KERATAAN GAIN PADA RAMAN OPTICAL AMPLIFIER (ROA) YANG DICASCADE UNTUK SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH UW-WDM ANALISIS KERATAAN GAIN PADA RAMAN OPTICAL AMPLIFIER (ROA) YANG DICASCADE UNTUK SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH UW-WDM ANALYSIS IMPROVEMENT THE FLATNESS GAIN OF CASCADE RAMAN OPTICAL AMPLFIER (ROA) FOR

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PENGUAT OPTIK EDFA RAMAN PADA SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK

EVALUASI PENERAPAN PENGUAT OPTIK EDFA RAMAN PADA SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK EVALUASI PENERAPAN PENGUAT OPTIK EDFA RAMAN PADA SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK Baharuddin Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unand ABSTRACT The evaluation purpose is to study fiber optic

Lebih terperinci

ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ANALYSIS OF NON-LINIERITY EFFECT ON FIBER FOR OPTICAL FIBER COMMUNICATION SYSTEM LINK Ajeng Rahmaningtyas Firnadya 1, Ir. Akhmad

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING DISPERSION COMPENSATOR ON OPTICAL FIBER NETWORK BETWEEN STO LEMBONG AND STO

Lebih terperinci

APLIKASI PENGUATAN RAMAN TERDISTRIBUSI PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIS

APLIKASI PENGUATAN RAMAN TERDISTRIBUSI PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIS ISSN: 1693-6930 89 APLIKASI PENGUATAN RAMAN TERDISTRIBUSI PADA SISTEM KOMUNIKASI OPTIS Wismalaili Program Studi Teknik Elektro Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta Jln. Wates KM 9, Yogyakarta e-mail:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Serat Optik Serat optik adalah media transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik, dengan media pembawa adalah cahaya. Serat optik adalah media transmisi yang mampu menghantarkan

Lebih terperinci

SIMULASI dan ANALISIS EFEK CROSS-PHASE MODULATION PADA PERFORMANSI LINK DWDM DENGAN CHROMATIC DISPERSION COMPENSATION

SIMULASI dan ANALISIS EFEK CROSS-PHASE MODULATION PADA PERFORMANSI LINK DWDM DENGAN CHROMATIC DISPERSION COMPENSATION SIMULASI dan ANALISIS EFEK CROSS-PHASE MODULATION PADA PERFORMANSI LINK DWDM DENGAN CHROMATIC DISPERSION COMPENSATION SIMULATION AND ANALYSIS CROSS-PHASE MODULATION EFFECT ON DWDM LINK PERFORMANCE USING

Lebih terperinci

SIMULASI KINERJA MODULATOR OPTIK TIPE MACH-ZEHNDER BERDASARKAN RAGAM FORMAT MODULASI

SIMULASI KINERJA MODULATOR OPTIK TIPE MACH-ZEHNDER BERDASARKAN RAGAM FORMAT MODULASI SIMULASI KINERJA MODULATOR OPTIK TIPE MACH-ZEHNDER BERDASARKAN RAGAM FORMAT MODULASI Wildand Angesti *), Imam Santoso, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl.

Lebih terperinci

Analisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen

Analisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A- 776 Analisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI Pada bab ini pembahasan yang akan dijelaskan meliputi simulasi pemodelan jaringan yang di-design menggunakan software optisystem. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1780

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1780 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4 No.2 Agustus 2017 Page 1780 SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH EDFA PADA SISTEM 80 G TWDM-PON BERBASIS NEXT GENERATION PASSIVE OPTICAL NETWORK STAGE 2 SIMULATIVE

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS EFEK NONLINIER PADA PERFORMANSI SISTEM VERY NARROW CHANNEL SPACING DWDM-ROF

SIMULASI DAN ANALISIS EFEK NONLINIER PADA PERFORMANSI SISTEM VERY NARROW CHANNEL SPACING DWDM-ROF SIMULASI DAN ANALISIS EFEK NONLINIER PADA PERFORMANSI SISTEM VERY NARROW CHANNEL SPACING DWDM-ROF SIMULATION AND ANALYSIS OF NONLINEAR EFFECT ON VERY NARROW CHANNEL SPACING DWDM-ROF PERFORMANCE SYSTEM

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) 1 ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Edita Rosana Widasari. 1, Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono,

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER

LAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER LAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER Performance Analysis of Optical External Modulation with Coherent Detection on

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMPENSASI DISPERSI UNTUK SALURAN TRANSMISI SOLITON 40 GB/S JARAK JAUH DENGAN METODE Q-MAP

OPTIMASI KOMPENSASI DISPERSI UNTUK SALURAN TRANSMISI SOLITON 40 GB/S JARAK JAUH DENGAN METODE Q-MAP 1 OPTIMASI KOMPENSASI DISPERSI UNTUK SALURAN TRANSMISI SOLITON 40 GB/S JARAK JAUH DENGAN METODE Q-MAP K. SHIMOURA, I. YAMASHITA DAN S.SEIKAI Technical Research Center of the Kansai Electric Power Co.,Inc.

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907 ANALISIS DAN SIMULASI PENGARUH DISPERSION COMPENSATING FIBER PADA LINK OPTIK BERDASARKAN JARAK DAN BIT RATE ANALYSIS AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin hari semakin pesat, begitu juga dengan kebutuhan akan jaringan telekomunikasi semakin hari semakin bertambah banyak. Dewasa ini kebutuhan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Pengembangan Optical Component Analyzer (OCA) System berbasis Broadband Amplified Spontaneous Emission (ASE) Source Untuk Karakterisasi Komponen Optik Pasif

Lebih terperinci

DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206

DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206 DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206 Pengajar : Gede Sukadarmika, ST.MSc Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan menganalisa karakteristik dari sistem komunikasi Analog dan Digital serta berbagai contoh

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM

ANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM Proceedings Seminar Nasional Pendidikan Teknik Elektro 2017 ANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM Dwiki Kurnia 1, Akhmad Hambali 2, dan Brian Pamukti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN KARYA ILMIAH IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST NIP : 132 306 867 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 200 7 Implementasi Jaringan Optik Transparan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan

BAB II SERAT OPTIK. cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan BAB II SERAT OPTIK 2.1 Umum Dalam sistem perkembangan informasi dan komunikasi yang demikian cepat, jaringan serat optik sebagai media transmisi banyak digunakan dan dipercaya dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Makalah Seminar Kerja Praktek Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G652 dan G655 Oleh : Frans Scifo (L2F008125) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Pada 30 tahun belakangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM ANALYSIS IMPLEMENTATION FIBER TO THE HOME DEVICES with OPTISYSTEM

Lebih terperinci

SIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

SIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK

SIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK e-proceeding of Applied Science : Vol.3, No.3 Desember 2017 Page 1802 SIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK ENHANCING NETWORK SECURITY SIMULATION USING A COMBINATION

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak

TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK Oleh : Yamato & Evyta Wismiana Abstrak Perkembangan teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing ( DWDM ) p a da j ar in

Lebih terperinci

Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik

Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik Endra Fakultas Ilmu Komputer, Jurusan Sistem Komputer, Universitas Bina Nusantara Jl K.H. Syahdan

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. : (ATM-PON) Asynchronous Transfer Mode-Passive Optical Network : Bit error rate B-PON

DAFTAR SINGKATAN. : (ATM-PON) Asynchronous Transfer Mode-Passive Optical Network : Bit error rate B-PON DAFTAR SINGKATAN A-PON : (ATM-PON) Asynchronous Transfer Mode-Passive Optical Network BER : Bit error rate B-PON : Broadband PON DFA : Doped Fiber Amplifier EDFA : Erbium doped fiber amplifier FTTH : Fiber

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG Andi Muh B Soelkifly 1), Dwiki Kurnia 2), Ahmad Hidayat 3) Hervyn Junianto Kuen 4) Erna Sri Sugesti 5) 1),2),3

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &

Lebih terperinci

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE Makalah Seminar Kerja Praktek ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE Frans Bertua YS (L2F 008 124) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada 30 tahun belakangan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA Widya Ningtiyas (21060111120024), Sukiswo, ST. MT. (196907141997021001) Jurusan

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik

Sistem Transmisi Telekomunikasi. Kuliah 8 Pengantar Serat Optik TKE 8329W Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 8 Pengantar Serat Optik Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-199 Perencanaan Arrayed Waveguide Grating (AWG) untuk Wavelength Division Multiplexing (WDM) pada C-Band Frezza Oktaviana Hariyadi,

Lebih terperinci

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Surawan Adi Putra 1, Dwi Astharini 1, Syarifuddin Salmani 2 1 Departemen Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI 100 GIGABIT ETHERNET. GALIH HERMAWAN Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

TEKNOLOGI 100 GIGABIT ETHERNET. GALIH HERMAWAN Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer bidang REKAYASA TEKNOLOGI 100 GIGABIT ETHERNET GALIH HERMAWAN Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Teknologi di bidang jaringan komputer saat ini yaitu 100 gigabit ethernet,

Lebih terperinci

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Overview Materi Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering Rugi-rugi bending Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic Redaman/Atenuasi Redaman mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

Application of Radio-Over-Fiber (ROF) in mobile communication

Application of Radio-Over-Fiber (ROF) in mobile communication Application of Radio-Over-Fiber (ROF) in mobile communication (Aplikasi dari Radio Over Fiber pada sistem komunikasi bergerak ) Abstrak Generasi masa depan ponsel sistem komunikasi harus mampu melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Netciti Persada sebagai salah satu operator telekomunikasi di Indonesia yang bergerak di bidang Community Service Provider dituntut untuk selalu memberikan performansi

Lebih terperinci

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING Elisa Saadah, Saktioto, Sugianto Mahasiswa Program S1 Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Studi Perancangan Jaringan Komunikasi Serat Optik Dwdm L Band dengan Penguat Optikal Edfa

Studi Perancangan Jaringan Komunikasi Serat Optik Dwdm L Band dengan Penguat Optikal Edfa Studi Perancangan Jaringan Komunikasi Serat Optik Dwdm L Band dengan Penguat Optikal Edfa Sri Danaryani 1, Syamsul El Yumin 2, Iwan Krisnadi 3 Program Studi Teknik Telekomunikasi. Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT

TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI TRANSMI DIGIT SI AL DIGIT TRANSMISI ANALOG DAN TRANSMISI DIGITAL Data and Sinyal Biasanya menggunakan sinyal digital untuk data digital dan sinyal analog untuk data analog Bisa menggunakan sinyal analog untuk membawa data digital

Lebih terperinci

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom Minal Abral, Mochamad Djaohar Universitas Negeri Jakarta Abstrak

Lebih terperinci

BAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang

BAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang BAB III Perencanaan Upgrade Kapasitas 3.1 Konfigurasi Awal Sistem Skkl Sea-Me-We 3 Segmen 3 yang menghubungkan Jakarta (Indonesia) dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK

Lebih terperinci

PENGARUH ALOKASI KANAL DAN KARAKTERISTIK SERAT OPTIS TERHADAP BESARNYA EFEK FOUR WAVE MIXING (FWM) DALAM KOMUNIKASI OPTIS

PENGARUH ALOKASI KANAL DAN KARAKTERISTIK SERAT OPTIS TERHADAP BESARNYA EFEK FOUR WAVE MIXING (FWM) DALAM KOMUNIKASI OPTIS PENGARUH ALOKASI KANAL DAN KARAKTERISTIK SERAT OPTIS TERHADAP BESARNYA EFEK FOUR WAVE MIXING (FWM) DALAM KOMUNIKASI OPTIS Dwi Widya Ardelina * LF09658 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK

ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI FILTER OPTIK ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 2825 ANALISIS KARAKTERISTIK RING RESONATOR TUNGGAL YANG DIINTEGRASIKAN DENGAN ERBIUM DOPED FIBER (EDF) UNTUK DIAPLIKASIKAN SEBAGAI

Lebih terperinci

PENGENALAN OPTICAL AMPLIFIER DI DALAM SISTEM KOMUNIKASI OPTIK

PENGENALAN OPTICAL AMPLIFIER DI DALAM SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JETri, Volume 4, Nomor 2, Februari 2005, Halaman 17-24, ISSN 1412-0372 PENGENALAN OPTICAL AMPLIFIER DI DALAM SISTEM KOMUNIKASI OPTIK Sunarto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING 2.1 Umum Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan penelitian sehingga langkah yang dilakukan lebih terarah karena memiliki konsep yang jelas.

Lebih terperinci

GENERASI SELANJUTNYA NON-ZERO DISPERSION SHIFTED OPTICAL FIBER PURE METRO

GENERASI SELANJUTNYA NON-ZERO DISPERSION SHIFTED OPTICAL FIBER PURE METRO 1 GENERASI SELANJUTNYA NON-ZERO DISPERSION SHIFTED OPTICAL FIBER PURE METRO UNTUK DWDM DAN FULL SPECTRUM CWDM SYSTEMS Shinya TAKAOKA, Fumiyoshi OHKUBO, Kouichi UCHIYAMA, Kazuki KINUTAKE, Chonde TEI, Takatoshi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

ROMARIA NIM :

ROMARIA NIM : ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser

SISTEM TRANSMISI DIGITAL. Ref : Keiser SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER OPTIK SINYAL

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI DIGITAL

SISTEM TRANSMISI DIGITAL SISTEM TRANSMISI DIGITAL Ref : Keiser Fakultas Teknik 1 Link Optik Dijital point to point Persyaratan utama sistem link : Jarak transmisi yg diinginkan Laju data atau lebar pita kanal BER USER USER SUMBER

Lebih terperinci

Kata kunci: radio over fiber, optical add drop multiplexer, wavelength division multiplexing, komunikasi jarak jauh

Kata kunci: radio over fiber, optical add drop multiplexer, wavelength division multiplexing, komunikasi jarak jauh ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI RoF (RADIO OVER FIBER) BERBASIS WDM (WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) DENGAN OADM (OPTICAL ADD DROP MULTIPLEXING) UNTUK JARAK JAUH ANALYSIS OF ROF (RADIO OVER FIBER )COMMUNICATION

Lebih terperinci