INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI DIPESISIR KABUPATEN LAMONGAN SANDYA MAHAPUTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI DIPESISIR KABUPATEN LAMONGAN SANDYA MAHAPUTRI"

Transkripsi

1 INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI DIPESISIR KABUPATEN LAMONGAN SANDYA MAHAPUTRI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Interaksi Perikanan Tangkap dengan Beberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamonganadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2015 Sandya Mahaputri NIM C

4

5 ABSTRAK SANDYA MAHAPUTRI. InteraksiPerikanan Tangkap denganbeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Dibimbing oleh MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITA dan SUGENG HARI WISUDO. Perikanan tangkap telah lama berkembang sebagai kegiatan ekonomi masyarakat pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan industri yang saat ini tergolong sangat menonjol di kawasan ini adalah bisnispariwisata di desa Paciran, kegiatan industri di sepanjang pantai, dan jasa transportasi laut di pelabuhan penumpang. Keberadaan tiga jenis kegiatan tersebut diduga akan menyebabkan pengurangan luasan daerah penangkapan ikan bagi sebagian nelayan, jumlah dan jenis unit penangkapan ikan serta produksi ikan yang didaratkan di beberapa tempat di pesisir tersebut. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan interaksi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan pembangunan di pesisir Kabupaten Lamongan.Pengurangan daerah penangkapan ikan di alami oleh beberapa unit penangkapan ikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dampak yang dialami nelayan akibat pembangunan pesisir tidak selalu sama, tergantung pada ukuran kapal, jenis alat penangkapan ikan dan daerah operasi penangkapan ikan. Kata kunci: Interaksi, perikanan tangkap, pariwisata, industri, pelabuhan ABSTRACT SANDYA MAHAPUTRI.Interaction between Marine Fisheries Some IndustrialActivities in the Coastal Area of District Lamongan. Supervised by MUHAMMAD FEDI ALFIADI SONDITAand SUGENG HARI WISUDO. Fisheries has been established as economic activity of coastal communities in Lamongan District. Recent development shows industrial development in the coastal area, such as tourism business in Paciran, an integrated industrial estate, and a passenger port. The development of three types of coastal activities are expected to affect local fisheries due to multi-use of coastal zones. This study aims to describe the interaction between the fisheries and the other coastal industries. Reduction in fishing areas and landing sites is experienced by some fishing fleet.this study concluded that the impact experienced by fishermen due to the construction of the maritime business is not always the same, depending on the size of the vessel, type of fishing gear and fishing operations area. Keywords: interaction, fisheries, tourism, industry, port

6

7 INTERAKSI PERIKANAN TANGKAP DENGAN BEBERAPA KEGIATAN INDUSTRI PESISIR DI KABUPATEN LAMONGAN SANDYA MAHAPUTRI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANAATAN SUMBERDAYA PERIKANA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul Interaksi Perikanan Tangkap denganbeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. 2. Dr Ir M.Fedi A. Sondita, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta pengarahan selama masa akademik dan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi anggota yang memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian maupun penyusunan skripsi. 4. Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Iin Solihin, MSi sebagai komisi pendidikan departemen yang memberikan saran dan arahan dalam perbaikan skripsi. 5. Papa dan Mama (Sukarji dan Endah Wulandari), Adik (Hafizhuddin Al Hazmi) dan (Bahiirah Hasnaa Huwaidah), serta keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk penulis. 6. Teman-teman seperjuangan selama kegiatan akademik dan Keluarga PSP 47 yang selalu memberikan kebersamaannya selama perkuliahan. 7. Kepala PPN Brondong beserta staff dan nelayan warga Lamongan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 8. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Februari 2015 Sandya Mahaputri

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Peralatan Penelitian 2 Metode Penelitian 3 Jenis dan Metode Pengambilan Data 3 Pengolahan dan Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Kondisi pesisir kabupaten Lamongan 6 Kondisi perikanan tangkap di pesisir kabupaten Lamongan 8 Perkembangan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 13 Pengaruh perikanan tangkap terhadap pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 16 Pengaruh kegiatan industri pesisir terhadap perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan 19 Konflik dan masalah 20 Pembahasan 20 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 24 RIWAYAT HIDUP 31 vi vi vi

13 DAFTAR TABEL 1 Jenis data teknik pengambilan dan sumber data penelitian 4 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Kabupaten Lamongan 7 3 Perkembangan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Lamongan 10 4 Produksi perikanan tangkap menurut pelabuhan dan nilai produksi di kabupaten Lamongan tahun Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun Kunjungan kapal di PPN Brondong Skor dampak pembangunan kegiatan maritim terhadap 6 jenis unit penangkapan ikan 12 DAFTAR GAMBAR 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan 6 2 Kondisi pesisir Kabupaten Lamonagan 8 3 Produksi ikan dari enam jenis alat tangkap di PPN Brondong 9 4 Kegiatan wisata di pesisir Kabupaten Lamongan 14 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk aktivitas 14 6 Kegiatan industri Lamongan Integrated Shorebase 15 7 Kegiatan transportasi rute Paciran - Bawean 16 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi Penelitian 24 2 Produksi hasil tangkapan PPN Brondong Tabel perhitungan skoring pengaruh pembangunan industri 24 4 Jumlah dan jenis alat tangkap 25 5 Kondisi Perikanan Tangkap 25 6 Kegiatan Wisata 27 7 Kegiatan Industri 27 8 Kegiatan Transportasi pelabuhan Paciran 28 9 Kunjungan Kapal Jumlah nelayan 29

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Lamongan adalah sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Sebelah utara wilayah Kabupaten ini dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan di sebelah timur oleh Kabupaten Gresik, di sebelah selatan oleh Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, serta di sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Laut Jawa memiliki potensi perikanan tangkap yang sudah dimanfaatkan nelayan di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk nelayan yang bermukim di pesisir Lamongan. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan didominasi oleh kapal-kapal ikan yang mengoperasikan dogol,payang, pukat cincin (purse seine), pancing rawai (bottom longline),jaring insang hanyut (drift gillnet), dan pengumpul (collecting devices).infrastruktur perikanan tangkap yang saat ini tersedia di pantai Lampongan yang panjangnya47 km adalah satu pelabuhan perikanan kategori Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Brondong dan empat pelabuhan perikan kategori Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru (Pemkab Lamongan 2014). PPN Brondong adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur.Produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2013 di pelabuhan tersebut sebanyak ton. Volume produksi tersebut menunjukkan bahwa nelayan di sekitarnya memiliki sumber mata pencaharian yang baik (Prambudi 2014). Dalam waktu 10 tahun terakhir, di pesisir Kabupaten Lamongan telah terjadi pembangunan fisik berupa pengembangan kawasan pariwisata, kawasan industri dan dermaga penumpang. Pariwisata di kabupaten ini berkembang dengan adanya pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL)yangterletak di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari PPN Brondong dan 4 PPI. Kawasan ini terletak lokasi strategis, yaitu di tepi jalur utama jalan pantai utara atau jalan Raya Daendelsyang menghubungkan Anyer di Banten dan Panarukan di Jawa Timur. Obyek wisata di pesisir kabupaten ini adalah pantai pasir putih, perairan di depannya serta obyek wisata yang telah lama dikenal dengan nama Batu Kodok.Kegiatan pariwisata bahari, seperti berenang, perahu kano, sepeda air, shuttle boat, dan wahana lainnya. Sebuah kawasan industri telah dibangun untuk menyediakan fasilitas pergudangan (warehouse) sarana ekspor-impor bahan minyak dan gas (migas). Kawasan ini disebut Lamongan Integrated Shorebase(LIS). Kawasan industri ini juga dilengkapi dengan dermagakhusus untuk melayani pengangkutan barangbarang, termasuk migas. Sebuah dermaga khusus lain untuk melayani pengangkutan penumpang telah dibangun di desa Paciran; prasarana transportasi laut ini dikenal dengan nama Pelabuhan Paciran. Pelabuhan ini melayani kapalkapal penumpang berkapasitas 50 orang untuk rute Paciran-Bawean dan Paciran- Surabaya (Anaz 2012). Kegiatan transportasi barang dan penumpang memerlukan jalur dan kawasan untuk operasi, sandar kapal, dan bongkar muat setiap waktu dan harinya. Adanya pembangunan tiga jenis sarana/prasarana industri dan transportasi laut di pesisir Lamongan tersebut diperkirakan akan memberikan dampak pada kegiatan perikanan tangkap lokal, dan sebaliknya kegiatan perikanan tangkap

16 2 akan memberikan dampak pada industri yang ada di pesisir tersebut. Di satu sisi, dampak tersebut dapat mencakup pengurangan luasan daerah penangkapan ikan, perubahan unit penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan. Di sisi lain, perikanan tangkap dapat menyediakan tenaga kerja dan sarana untuk kegiatan wisata, suplai ikan untuk wisatawan dan para pekerja di industri pesisir, serta layanan jasa lain untuk para pekerja tersebut. Pengetahuan tentang interaksidi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan sangat penting untuk mengelola perikanan tangkap secara harmonis di tengah pembangunan pesisir yang diperkirakan akan semakin gencar dilakukan berbagai pihak, tidak hanya di Lamongan tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia. Dengan alasan itulah, penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi dari studi kasus di Kabupaten Lamongan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruhkegiatan perikana tangkap terhadap kegiatan pariwisata, kawasan industri, dan transportasi laut di pesisir Kabupaten Lamingan dan pengaruh sebaliknya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang ingin mewujudkan hubungan harmonis antara kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan lainnya di pesisir Kabupaten Lamongan. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 untuk mengumpulkan informasi awal terkait kondisi perikanan Lamongan secara umum dan kondisi kegiatan lain yang ada di pesisir Kabupaten Lamongan secara khusus. Kegiatan penelitian utama untuk pengumpulan data dilaksanakan selama tiga minggu, sejak tanggal 17 Maret hingga 9 April 2014, di Lamongan, Jawa Timur. Daerah yang menjadi objek penelitian meliputi kawasan pesisir sepanjang pantai di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang meliputikawasan wisata bahari, kawasan pelabuhan transportasi, serta kawasan pelabuhan ekspor impor di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Lampiran 1). Peralatan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah peta yang dibuat dengan aplikasi google maps (Gambar 1), kuesioner, komputer/laptop, alat

17 tulis, kamera serta alat rekam yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. Peta tersebut digunakan untuk memudahkan responden dalam menjelaskan pendapatnya dan memudahkan peneliti dalam melakukan verifikasi. Kuesioner dirancang untuk mencatat respons atau tanggapan responden tentang kondisi umum perikanan/industri di pesisir dan interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan industri pesisir. 3 Metode Penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui survei yang dilakukan peneliti dengan mendatangi lokasi penelitian, melakukan wawancara dengan nara sumber dan nelayan, serta mempelajari data sekunder yang tersedia. Dari survei ini peneliti akan dapat membuat deskripsi atau gambaran tentang kondisi umum perikanan tangkap, kondisi umum pembangunan di pesisir Lamongan, interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan industri di pesisir, serta mengetahui tanggapan nelayan terhadap dampak pembangunan pesisir terhadap kegiatannya (Nazir, 1988). Jenis dan Metode Pengambilan Data Data yang diambil selama penelitian ada 2 kelompok, yaitu data tentang perikanan tangkap dan data tentang kegiatan di pesisir meliputi pariwisata, kawasan industri dan pelabuhan transportasi. Data perikanan tangkap meliputidata daerah penangkapan ikan, data jenis alat tangkap, data jumlah alat tangkap, data jumlah hasil tangkapan,dan penggunaan ruang. Data tentang kegiatan pariwisata,industri non perikanan, dan transportasi laut meliputi data jumlah pekerja di kawasan industri, suplai ikan, dan penggunaan ruang di daratan maupun di lautan. Data tersebut diperoleh dari PPN Brondong dan Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan serta narasumber dari masing-masing jenis industri.jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Narasumber dari kalangan petugas PPN Brondong dan PPI, Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, WBL dan LIS ditentukan secara purposive. Pendekatan ini dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan, lingkup tugas dan kesediaan untuk diwawancarai (Nazir 1988). Selain dari para nara sumber, data dan informasi juga diperoleh dari nelayan. Mengingat ada 6 jenis unit penangkapan ikan, responden dari kalangan nelayan ditentukan dengan pendekatan stratified sampling (Karya 2013) sehingga nelayan dikelompokkan menurut jenis unit penangkapan ikan. Setiap jenis unit penangkapan ikan, peneliti mengambil 4 responden yang dipilih secara acak. Mengingat nelayan-nelayan dari jenis unit penangkapan ikan yang sama selalu berkumpul dalam kelompok-kelompok yang berisirahat tempat-tempat yang berbeda-beda, peneliti menentukan kelompok nelayan yang akan diwawancarai dengan memilih tempat istirahat secara acak. Kepada nelayan yang ada di dalam kelompok di tempat istirahat yang terpilih, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan 4 orang di antaranya. Nelayan yang dipilih menjadi responden harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi perikanan masa lalu dan

18 4 saat ini. Jika jumlah nelayan yang layak dijadikan responden kurang dari 4 orang, peneliti akan mencari nelayan dari kelompok lain yang juga ditentukan secara acak. Dengan cara demikian, penelitian ini mendapatkan informasi dari 24 orang nelayan, yaitu 4 orang dari masing-masing 6 jenis unit penangkapan ikan. Interaksi di antara perikanan tangkap terhadap kegiatan dari 3 jenis industri ditentukan dengan melihat aliran barang atau jasa yang dihasilkan perikanan tangkap terhadap industri yang berbasis di pesisir dan sebaliknya, serta melihat pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan salah satu pihak terhadap pihak lain.informasi tentang pengaruh ini dikumpulkan dalam bentuk respons atau tanggapan nelayan terkait ruang bersandar kapal, lintasan pelayaran, dan perpindahan daerah penangkapan ikan. Tanggapan tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam 3 kategori tanggapan, yaitu sangat berpengaruh (skor 3), cukup berpengaruh (skor 2), dan tidak berpengaruh (skor 1). Sebagai contoh, : sangat berpengaruh (skor 3): setelah ada pembangunan, daerah penangkapan ikan harus pindah karena ada larangan beroperasi cukup berpengaruh (skor 2): kapal besar dilarang beroperasi dan bersandar, namun kapal ikan kecil masih boleh beroperasi dan bersandar di pantai sama seperti sebelum ada pembanguan tidak berpengaruh (skor 1): tidak ada perubahan sama sekali dalam praktek penangkapan ikan. Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian Perikanan Tankap Jenis data Teknik pengambilan Sumber data Wawancara dan Nelayan kuisioner 1. Deskripsi unit penangkapan (ukuran kapal dan alat tangkap) 2. Daerah penangkapan ikan 3. Jenis hasil tangkapan 4. Peristiwa yang terjadi di Pesisir Lamongan 5. Hubungan interaksi antara Perikanan tangkap dan Industri pesisir 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah penangkapan ikan 7. Keadaan umum daerah penelirian 8. Laporan Tahunan statistic perikanan tangkap PPN Brondong. 9. Rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Timur Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Studi literature Studi literatur Studi literatur Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Skripsi PPN Brondong Perda No.6 Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

19 5 Lanjutan... Industri 1. Keadaan umum kawasan industri dan perkembangan (Pariwisata, Kawasan Industri, Transportasi Laut) 2. Jumlah SDM/ jumlah buruh yang bekerja di industri 3. Penggunaan ruang di daratan maupun di laut Studi literatur Studi literatur Studi literatur Penelusuran pustaka Penelusuran pustaka Penelusuran pustaka dan pegawai industri Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Persepsi nelayan skala kecil terhadap daerah penangkapan ikan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah yaitu editing, tabulasi dan analisis. Informasi terkait pembangunan di kawasan pesisir Lamongan diolah dan dianalisis untuk membuat garis waktu atautimeline. Dari timeline ini dapat diketahui gambaran urutan perkembangan atau peristiwa yang terjadi pada perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Dalam penelitian dibuat 2 timeline, yaitu untuk perikanan tangkap dan untuk kegiatan industri pesisir. Analisis difokuskan pada area dimana terjadi pemanfaatan ruang oleh perikanan tangkap dan kegiatan lain dan tanggapan nelayan tentang pengaruh kegiatan industri terhadap perikanan tangkap di pesisir Lamongan. Data tanggapan nelayan diolah untuk menghitung rata-rata pada setiap indikator untuk setiap unit penangkapan. Skor dari ketiga indikator kemudian dijumlahkan untuk menentukan jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi oleh pembangunan pesisir. Unit penangkapan ikan dengan jumlah skor yang paling besar adalah jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi.

20 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi pesisir di Kabupaten Lamongan Wilayah pesisir kabupaten Lamongan terletak dipantai Utara Jawa. Kawasan pantai pesisirnya berada di Kecamatan Brondong dan Paciran dengan luas wilayah pesisir 131,41 km 2, dengan panjang pantai mencapai 47 km (Pemkab Lamongan 2014). Kawasan pesisir Lamongan memiliki berbagai potensi diantarnya pertambakan, hutan mangrove, hatchery, dan industri perikanan lainya. Infrastruktur yang digunakan untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat nelayan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di desa Weru, Kranji, dan Brondong atau tempat sandar perikanan yang ada di setiap basis desa nelayan. Begitu juga dalam sektor industri memilki berbagai infrastruktur seperti LIS (Lamongan Integrated Shorebase) di dusun Kemantren, ASDP di dusun Tunggul, PT DOK, dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berpadu dengan wisata gua Maharani. Adanya kondisi perubahan dan pembangunan dikawasan pesisir di Kabupaten Lamongan dalam 10 tahun terakhir baik disektor usaha produksi perikanan maupun industri tentu akan berdampak pada perubahan pemanfaatan potensi wilayah dan lingkungan maupun sosiologis masyarakatnya. Gambar 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan

21 7 Tabel 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Lamongan Tahun Juni Maret 2003 September 2004 November Juli 2012 Maret 2013 Januari Timeline peristiwa yang terjadi Pembangunan PPI Kranji dan Peningkatan status PPI Brondong menjadi PPP Brondong Peresmian Museum Sunan Dradjat yang merupakan salah satu wisata yang masih bertahan hingga sekarang. Dibuka sebagai kawasan wisata pantai dengan daya tarik Batu Kodok dan Gua Maharani. Saat itu wisata tersebut merupakan satusatunya industri wisata yang terletak di pesisir Lamongan. Peningkatan kelas Pelabuhan tipe C PPP Brondong menjadi Pelabuhan tipe B PPN Brondong 1. Berdirinya PPI Labuhan, PPI Belimbing, PPI Lohgung, PPI Weru. 2. Hanyaterdapat wisata tanjung kodok dan industri pengolahan ikan. Belum banyak perkembangan pembangunan kegiatan perikanan, wisata, industry, dan transportasi laut. Berdirinya PT LINTECH yang merupakan industri pabrikasi. Pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan. PT Lamongan Integrated Shorebase (PT LIS) bekerjasama dengan perusahaan asal Singapura, PT Easlog Ltd memulai pembangunan kawasan industri pergudangan dan migas. Peresmian Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati Pembangunan pelabuhan transportasi laut di desa Paciran Perluasan PPN Brondong menjadi dermaga PPDI di barat dermaga PPN Brondong Perusahaan galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Surabaya mengawali tahap pembangunan Galangan Brondong Lamongan, Jawa Timur, karena banyaknya permintaan pembangunan kapal di wilayah Brondong. Terbitnya Perda Kabupaten Lamongan No. 06 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun Peresmian pelabuhan Paciran oleh pemerintah Kabupaten Lamongan. Sumber : hasil wawancara dan penelusuran pustaka

22 8 Gambar 2 menyajikan perkembangan terakhir yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan wisata yang terdapat di Kabupaten Lamongan yang terkenal di antaranya Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berada di desa Paciran, pantai pasir putih yang terdapat di desa Weru, serta pemandian air panas yang berada di desa Sedayu. Kegiatan industri ekspor dan impor dikenal dengan industri Lamongan Integrated Shorebase(LIS). LIS merupakan industri yang bergerak di bidang jasa bongkar muat serta pergudangan untuk kepentingan ekspor dan impor migas dengan luas 100 hektar di darat dan 500 meter dari garis pantai (Fidzikri 2012). Kegiatan pelabuhan transportasi untuk penumpang jarak dekat. Pelabuhan ini terletak di kecamatan Paciran, biasanya pelabuhan ini beroperasi satu minggu sekali untuk mengantar para penumpang rantau yang hendak pulang maupun menuju kota Surabaya dan Pulau Bawean. Adapun pembangunan untuk sektor perikanan seperti dermaga PPDI PPN Brondong untuk kegiatan bongkar muat maupun persiapan perbekalan (a) (b) (c ) (d) Gambar 2 Kondisi pesisir perairan Kabupaten Lamongan; (a) kegiatan wisata, (b) kegiatan industri ekspor dan impor, (c) kegiatan pelabuhan perikanan, dan (d) kegiatan transportasi umum. Sumber: PPN Brondong 2014 Kondisi perikanan tangkap di pesisir Lamongan Di Kabupaten Lamongan terdapat satu pelabuhan perikanan nusantara (PPN) di Brondong dan empat pangkalan pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru. Alat penangkapan ikan yang banyak digunakan nelayan

23 Lamongan mini purse seine, dogol besar, dogol kecil, payang, rawai, gillnet, dan alat pengumpul. Jenis alat tangkap yang paling banyak jumlahnya dalam 5 tahun terakhir adalah dogol (Lampiran 3). Payang dan dogol umumnya beroperasi di perairan Masalembu, Kangean dan Pulau Bawean sedangkan gillnet beroperasi di perairan Lamongan, tepatnya di kawasan Talang Air yang jaraknya 15 mil dari pantai. Armada purseseineumumnya beroperasi di tempat yang paling jauh, hingga mendekati perairan Kalimantan. Kapal-kapal purse seine yang berukuran besar (> 28 GT) ini umumnya beroperasi di bagian utara laut Jawa, yaitu di perairan Masalembu, Talang Air, dan Bawean. Menurut hasil wawancara dengan nelayan ada pula yang beroperasi hingga perairan Kalimantan yang berjarak lebih dari 230 mil dengan waktu tempuh 10 sampai 15 hari dari PPN Brondong. Sebaliknya, kapal-kapal ikan yang berukuran kurang dari 10 GT beroperasi dengan modus one day fishing biasanya melakukan penangkapan di perairan Lamongan dengan jarak 2 mil dari garis pantai. Armada rawai beroperasi di perairan Matasiri, i yang jaraknya 5 sampai 10 kilometer dari garis pantai. Jenis ikan yang dominan didaratkan di PPN Brondong adalah ikan kapaskapas (Gerres penetatus), ikan ayam-ayam(cantligaster uslentini), ikan beloso (Sauridatumbil), ikan kurisi (Upeneus sp.), dan swangi atau mata besar (Priyacanthus tayenus). Dogol adalah penyumbang terbesar terhadap produksi ikan setempat pada tahun 2013, yaitu ton (Gambar 3).Alat pengumpul menghasilkan ikan sebanyak ton, rawai menghasilkan 646 ton ikan, payang menghasilkan 55 ton ikan, dan pukat cincin hanya 20 ton. Produksi ikan dari pukat cincin ini sangat aneh karena terlalu rendah untuk kapal-kapal besar yang beroperasi jauh. Diduga kuat, sebagian besar ikan-ikan hasil tangkapannya tidak didaratkan di PPN Brondong. 9 Dogol Pengumpul 7790 Rawai Payang Gillnet Purse Seine Sumber : dokumen PPN Brondong 2013 Gambar 3 Produksi ikan dari enam jenis alat penangkapan ikan di pesisir Lamongan pada tahun 2013; dogol adalah penyumbang terbesar produksi ikan laut. Saat pengumpulan data di lapangan, akses nelayandisekitar kawasan wisata, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan transportasi telah dibatasi. Awalnya,

24 10 yaitu sebelum ada pembangunan kawasan pariwisata pada tahun 2004, kawasan ini terbuka bagi nelayan. Setelah adanya pembangunan kegiatan bisnis di pesisir ini, kawasan tersebut menjadi tertutup karena diterbitkannyaperaturan Daerah Kabupaten Lamongan nomor 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan yang menyatakan bahwa kapal penangkap ikan dilarang bersandar maupun mendekati kawasan tersebut pada radius 1 sampai 5 km. Sekitar tahun 1999 sebelum berkembangnya pembangunan di pesisir Lamongan, nelayan masih menggunakan armada perikanan tradional yang terdiri dari kapal-kapal ikan dari kategori perahu tanpa mesin (PTM) dengan ukuran kecil. Nelayan hanya menangkap di perairan sekitar pesisir kabupaten Lamongan paling jauh jaraknya hanya sampai perairan Talang Air yang ditempuh dengan perjalan 3 jam, berdasarkan pengamatan peneliti jaraknya 50 mil dari garis pantai. Rata-rata masyarakat setempat bermata pencaharian sebagai nelayan penuh. Tabel 3 Perkembangan perikanan tangkap di Pesisir Lamongan Tahun Timeline peristiwa yang terjadi 1) Nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional dan perahu tanpa motor (PTM) 2) Masih banyak nelayan menggunakan alat tangkap purse seine dan payang. 3)Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak - Jarak daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap rawai dan perangkap (bubu)masih di sekitar perairan Lamongan - Alat tangkap purse seine, dogol, dan payang rata-rata daerah penangkapan ikannya >50 mil dari garis pantai. Jumlah produksi berdasarkan jenis alat tangkap cenderung fluktuatif seperti yang ditunjukkan pada (Lampiran 2). 1)Produksi nelayanpuse seine, gillnet dan payang produksi tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebelum adanya pembangunan industry pesisir 2)Alat tangkap rawai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003, jenis alat tangkap pengumpul produksi tertinggi pada tahun 2008 dan 3)Untuk alat tangkap dogol produksi tertinggi terjadi pada tahun Hal ini bukan merupakan dampak karena adanya pembangunan industry pesisir di Kabupaten Lamongan. Sumber: hasil wawancara dan penelusuran pustaka Tabel 3 menunjukkan kegiatan perikanan tidak sepadat dan seramai sekarang. Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak yang menjual ke

25 pasar. Pelabuhan perikanan di Brondong sudah menjadi pelabuhan tipe B tetapi saat itu, terdapat tempat-tempat pendaratan ikan berskala kecil yang terdapat di desa sepanjang pesisir. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan penangkapan sepenuhnya diberikan pada nelayan pemilik dan nelayan buruh hanya diberikan upahsesuai ketentuan pemilik kapal. Jumlah produksi di Kabupaten Lamongan meliputi produksi dari PPN Brondong, PPI Lohgung, PPI Labuhan, PPI Kranji, dan PPI Weru. Sejak tahun 2003 produksi perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2004 dan 2006 terjadi penurunan. Namun, pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai ton (Tabel 4). Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah alat tangkap pada tahun 2007 seperti pada Tabel 5. Tabel 4 Produksi perikanan tangkap menurut Pelabuhan dan nilai produksi di Kabupaten Lamongan tahun Pelabuhan Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp) 1. Lohgung Labuhan Brondong Kranji Weru Kabupaten Lamongan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan Tabel 5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun No Alat Penangkapan Ikan/ Tahun Fishing Gear Pukat cincin (purse seine) Payang Rawai (bottom longline) Dogol Jaring insang (gillnet) Lain-lain (collecting devices) Jumlah Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan Jenis alat penangkapan ikan tidak banyak berkembang di Kabupaten Lamongan. Dogol merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan pesisir Lamongan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Jumlah alat tangkap di

26 12 Kabupaten Lamongan mengalami penurunan pada tahun 2005, namun pada tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan. Dilihat dari jumlahnya, dogol di Kabupaten Lamongan merupakan alat tangkap yang dominan, dengan jumlah sekitar 50% dari semua alat tangkap yang ada. Tabel 6 Jumlah kunjungan kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun No. Tahun Jumlah Tonase ( GT ) < Jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong berdasarkan ukurannya terjadi peningkatan pada ukuran GT tetapi pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan pada tahun Sedangkan ukuran 10 GT, GT, GT cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan Tabel 3, 4, 5, dan 6 hasil data yang diperoleh tersebut bukan merupakan pengaruh dari dampak adanya pembangunan kegiatan yang berbasis di pesisir. Data tersebut diindikasi karena kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapan dan bersandar di PPN Brondong maupun PPI lainnya tidak hanya berasal dari Lamongan dan kapal-kapal tersebut tidak melakukan penangkapan di perairan Lamongan. Tabel 7 Skor dampakpembangunan kegiatan industri di pesisir terhadap 6 jenis unit penangkapan ikan. No Indikator Dogol Purse Seine Alat Tangkap Gillnet Payang Rawai Pengumpul 1 Ruang bersandar Kapal Lintasan Pelayaran Daerah Penangkapan 3 Ikan Jumlah Kapal dogol, purse seine, gillnet, payang pada indikator ruang bersandar kapal sangat berpengaruh karena yang awalnya mereka dapat bersandar

27 dibelakang rumah mereka tetapi saat ini ruang untuk bersandar menjadi terbatas karena adanya pembangunan kegiatan industri yang menyebabkan kapal-kapal ukuran lebih dari 10 GT harus bersandar di PPN atau PPI karena dianggap mengganggu aktiitas bahari lainnya. Kapal pancing rawai dan pengumpul tidak berpengaruh karena kapal mereka tidak terlalu banyak memakan ruang dan umumnya kapal yang mereka gunakan adalah kapal berukuran kecil > 10GT. Lintasan pelayaran dan daerah penangkapan ikan tidak berpengaruh bagi kapal-kapal besar, tetapi kapal yang berukuran kecil merasa terganggu karena apabila kapal yang hendak menuju pelabuhan LIS dan menunggu antrian masuk pelabuhan LIS maka kapal nelayan tidak boleh melakukan penangkapan di area tersebut. Berdasarkan hasil skor dapat dilihat bahwa armada penangkapan ikan yang berdampak paling besar yaitu armada jaring insang (gillnet) untuk peringkat kedua adalah armada rawai dan pengumpul karena umumnya merupakan armada penangkapan ikan yang berukuran kecil. Sedangkan untuk armada dogol, purse seine dan payang tidak berpengaruh. Perkembangan pembangunanindustri pesisir di Kabupaten Lamongan Perkembangan industri pariwisata Parwisata adalah salah satu sektor kegiatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pembangunan pariwisata bahari pada hakekatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata bahari di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna, seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis (Dahuri 2003). Pesisir Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Seperti di daerah dekat PPN Brondong terdapat monumen tenggelamnya kapalvan der Wijck yang terletak di wilayah PPN Brondong, obyek wisata pantai Pasir Putih,Wisata Bahari Lamongan dan Goa Maharani yang terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura (jalan Raya Daendels dengan sebutan jalan Anyer - Panarukan). Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat makam Sunan Drajat dandan Sunan Maulanan Malik Ibrahim, dua penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kawasan wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun dari luar daerah. Tahun 2008 jumlah pengunjung mencapai pengunjung (Badan Pusat Statistik 2012). Pengunjung berasal dari pulau Jawa bahkan sampai di luar pulau Jawa seperti Lampung, Bali, dan Nusa Tenggara. Kegiatan di Wisata Bahari Lamongan terdapat kegiatan yang memerlukan kawasan perairan sebagai arena untuk melakukan aktivitas berenang, kano, sepeda air, banana boat, wisata perahu dan lainnya. Di kawasan ini terdapat pula Batu Kodok, yaitu tanjung atau batu yang menjorok ke laut dan bentuknya mirip seperti kodok. Kawasan pantai pasir putih memiliki hamparan pasir yang berwarna putih sehingga air terlihat jernih, serta terdapat tempat penyewaan perahu apabila wisatawan ingin menikmati pemandangan perairairan yang di kelilingi gunung kapur. 13

28 14 (c ) (d) (a) (b) (c) (d) Gambar 4 Kegiatan wisata di pesisir Lamongan (a) Monument van der Wijck; (b) Maharani ; (c) Pantai pasir putih ; (d) Sunan drajat. (a) Gambar 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk beraktivitas (a) Batu kodok ; (b) Wisata Bahari Lamongan. Wisata Goa Maharani terletak di seberang jalan dari Wisata Bahari Lamongan (WBL), merupakan wisata yang memanfaatkan gunung kapur sebagai obyek wisata yang memiliki keunikan batu stalagtit dan stalagmit dengan gemericik sumber air yang menetes dari atas. Wisata Goa Maharani selain menawarkan keindahan alam, terdapat kebun binatang yang memiliki jenis hewan langka dan dilindungi. (b)

29 15 Perkembangan Industri pengolahan perikanan dan non perikanan Kawasan industri yang berdiri di pesisir Kabupaten Lamongan disebut Lamongan Integrated Shorebase (LIS), tepatnya terletak di Desa Paciran. Kawasan inimerupakan lokasi bagi industri yang memproduksi komoditasekspor dan impor migas serta fasilitas pergudangan, selain fasilitas bongkar muat kapal.kawasan industri ini berdiripadatahun 2003dengan luas daratan 92,28 hektar. Selain industri LIS, Kabupaten Lamongan juga memilikikawasan industri lain, sepertiarea dimana tujuh industri cold storage dan pengolahan ikan berada. Di kawasan ini terdapat unit usaha berupa KUD Mina Tani, PT Bahari Biru Nusantara, PT QL Hasil Laut dan UD ANELA yang berada di Kecamatan Brondong dan industri pengolahan ikan yang dilakukan oleh PT Starfood Internasional, PT Enam Delapan Sembilan dan PT Hasil Alam Tani Nelayan Indonesia (HATNI) di Desa Paciran. Kecuali UD ANELA yang berorientasi pasar di dalam negeri, 6 industri lainnya memasarkan produk olahannya hingga ke manca negara, seperti Malaysia, Jepang, Korea, Amerika dan beberapa negara di Eropa. Jumlah pegawai yang bekerja di kawasan industri LIS saat penelitian dilakukanadalah 269 karyawan, diantaranya adalah 20 orang pemilik lahan yang sekarang dipekerjakan oleh manajemen LIS, 100 orang pekerja lokal dan sisanya pekerja yang berasal dari luar Kabupaten Lamongan. Industri pengolahan ikan umumnya memperkerjakan penduduk lokal (Arif 2014). Gambar 6 kegiatan industrilamongan Integrated Shorebase di Desa Paciran.

30 16 Perkembangan industri transportasi laut di Lamongan Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan tahun 2013 kegiatan pelabuhan transportasi laut merupakan transportasi yang melayani rute Paciran Bawean dan Paciran Surabaya. Pelabuhan transportasi laut berdiri sejak tahun 2004 di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan. Pembangunan Dermaga Paciran ini dilatarbelakangi karena adanya permintaan (demand) angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB. Belum ada dermaga khusus angkutan penyeberangan antar pulau di Jawa Timur, yang sementara ini masih bersandar pada fasilitas dermaga milik PT. Pelindo III. Pelabuhan Tanjung Perak melayani angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan dan Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi menimbulkan harapan Jawa Timur akan menjadi pusat transportasi laut menuju Indonesia Timur. Gambar 7 Kegiatan transportasi laut rute Paciran-Bawean dan Paciran - Surabaya. PengaruhKegiatan Perikanan Tangkap terhadappembangunan Industri pesisir di Kabupaten Lamongan Perikanan tangkap terhadap pembangunan pariwisata Kegiatan perikanan tangkap dengan kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang saling memiliki keterkaitan. Keterkaitan tersebut diantaranya mempengaruhi luasan kawasan pembangunan yang menyebabkan daerah penangkapan menjadi terbatas bagi nelayan kapal kecil, akses kegiatan perikanan yang awalnya terbuka

31 menjadi terbatas di beberapa sektor, serta ancaman menurunnya kualitas perairan karena pencenaran akibat kunjungan wisatawan. Kegiatan pariwisata yang terdapat di pesisir kabupaten Lamongan diantaranya wisata yang memiliki daya tarik kekayaan atraksi sumberdaya alam yaitu wisata pantai pasir putih dan wisata alam tanjung batu kodok. Selain itu, adapula jenis kegiatan yang telah dikembangan oleh pemerintah dan swasta seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang merupakan wisata berbasis wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olah raga (sport tourism). diantaranya terdapat wisata pemancingan, berenang, ski air, perahu kano, sepeda air,berlayar, dan rekreasi pantai. Adanya kegiatan pariwisata bahari yang memerlukan ruang untuk melakukan kegiatan di wilayah pesisir Lamongan membuat para nelayan pengumpul dan kapal-kapal <10GT berpindah tempat untuk mencari lokasi fishing ground yang lebih jauh dan aman untukruang menangkap ikan atau area untuk memasang alat tangkap dan meletakkan peralatan penangkapan ikan. Adanya kegiatan pariwisata juga membuat nelayan kapal kecil kesulitan untuk melintasi kawasan tersebut karena peraturan yang membatasi untuk melintasi kawasan wisata tersebut. Dampak lain terhadap perikanan tangkap adalah berpindahnya mata pencaharian. Sebelum adanya pembangunan lokasi pariwisata, masyarakat pesisir Lamongan umumnya bermata-pencaharian sebagai nelayan. Namun setelah adanya pembangunan pariwisata tersebut banyak masyarakat pesisir yang beralih profesi, misalnya sebagai penyedia layanan transportasi menuju lokasi wisata, sebagai pedagang oleh-oleh, bahkan adapula yang beralih profesi menjadi pemandu wisata. Hal ini berarti ada pengalihan tenaga kerja dari sektor perikanan ke sektor lainnya. 17 Perikanan tangkap terhadap kegiatan industri non peikanan Kegiatan industri yang dikenal di kabupaten Lamongan selain industri pengolahan perikanan adalah Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Kegiatan industri ini mencakup kegiatan ekspor dan impor migas dan penyedia pergudangan, selain itu terdapat juga jasa fasilitas bongkar muat kapal di dermaga tersebut.salah satu pendorong ekonomi suatu daerah adalah kemajuan industrinya. Adapun dampak yang ditimbulkan dari kemajuan industri tersebut seperti dampak positif dan negatif. Dampak positif adanya industri adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru, infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya. Namun, adanya kegiatan industri tersebut malah berdampak negatif. Adanya kegiatan industri tersebut mengakibatkan berapa kendala bagi nelayan kapal cantrang yang berukuran >10GT serta nelayan kapal-kapal kecil. Kebijakan yang diterapkan Pemerintah adalah memberikan kemudahan dan keselamatan bagi kapal-kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju dermaga LIS. Oleh karena itu, kapal-kapal ikan harus mengalah. Saat ini terdapatperaturan yang dibuat oleh pihak swasta dan pemerintah setempat untuk membatasi akses mendekati kawasan tersebut. Hal ini

32 18 menyulitkan nelayan yang mengoperasikan kapal-kapal kecil karena daerah tersebut sebelumnya merupakan daerah penangkapan ikan mereka. Kawasan tersebut telah ditutup untuk kepentingan dan keamanan pihak kawasan industri. Kapal-kapal ikan yang sebelumnya beroperasi disekitar perairan tersebut harus mencari daerah penangkapan ikan alternatif. Selain kawasan industri LIS, kawasan industri pengolahan perikanan yang terdapat di pesisir juga diduga menjadi penyebab populasi ikan di pesisir menurun karenalimbah industri dibuang langsung ke laut.beberapa jenis limbah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dan industri adalah limbah padat (lumpur, sampah), air kakus (black water),air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Nelayan-nelayan pengumpul mengindikasi faktor limbah ini menyebabkan pendapatan dari usahanya semakin berkurang. Menurut Rancak 2013, limbah tersebut dapat menimbulkan degradasi lingkungan. Penurunan produksi ikan di pesisir kabupaten Lamongan dialami nelayan payang ukuran > 20 GT dan nelayan rawai. Hal ini membuat nelayan payang untuk berpindah ke lokasi lain yang lebih jauh sehingga diperlukan waktu tempuh yang lebih panjang. Daerah penangkapan sebelum adanya pembangunan kawasan industri tersebut rata-rata jauhnya hanya sekitar 5 mil sampai 10 mil tetapi setelah adanya pembangunan kawasan industri serta pembangunan lain nya menjadi lebih dari 50 mil. Pengaruh kegiatan industri juga menyebabkan sejumlah nelayan beralih profesi. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan perikanan tangkap karena jumlah nelayan setiap tahunnya juga meningkat akibat ada nelayan baru. Perikanan tangkap terhadap kegiatan transportasi laut Kabupaten Lamongan memiliki pelabuhan transportasi laut untuk mengalayani angkutan penumpang yang tepatnya berada di desa Paciran. Infrastruktur tersebut berupa dermaga Kawasan tersebut jaraknya dari bibir pantai kurang lebih 1 mil. Daerah tersebut tidak terdapat peraturan bagi yang melintas. Banyak nelayan yang memarkir kapalnya disekitar daerah tersebut. Pelabuhan transportasi ini beroperasi tidak setiap hari, saat ini hanya melayani setiap satu pekan bagi para perantau dari Surabaya.Kegiatan transportasi laut ini tidak terlalu mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di kabupaten lamongan sehingga nelayan tetap dapat melakukan operasi daerah penangkapan disekitar kawasan pelabuhan transportasi tersebut hanya saja tidak memarkir kapalnya di sekitar dermaga pelabuhan. Berdasarkan pengolahan data maka interaksi antara kegiatan perikanan dengan kegiatan industri pesisir di Kabupaten Lamongan terjadi dalam hal penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai ikan atau produk olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada Gambar 8.

33 19 Gambar 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan Kegiatan industri merupakan salah satu pendorong perokonomian suatu daerah.adapun pengaruh yang ditimbulkan dari kemajuan industry tersebut seperti pengaruh positif dan pengaruh negative. Dampak positif di satu posisi adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat, misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya. Keberadaan industri yang berada dikawasan pesisir memiliki pengaruh terhadap keberadaan kegiatan perikanan tangkap. Adanya hal ini mengakibatkan mengakibatkan sedikit terganggunya alur pelayaran untuk merapatnya kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju LIS dan sebaliknya harus menjaga jarak agar tidak bersinggungan dengan kapal perikanan. Sebenarnya dalam hal ini alur perikanan sudah terdapat perda no. 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan dengan jarak 5 km dari lokasi LIS kapal perikanan dilarang mendekati maupun menangkap ikan di kawasan tersebut. Peraturan ini juga diberlakukan sama pada lokasi kawasan pelabuhan transportasi bahwa kapal perikana dilarang bersandar atau memarkir kapalnya di area pelabuhan Paciran. Namun adanya keberadaan perikanan tangkap disatu sisi memiliki pengaruh positif terhadap kawasan wisata bahari. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Brondong maupun PPI lainnya menjadi tersuplai dengan mudah. Pasokan untuk ketersediaan untuk konsumsi maupun produk olahan perikanan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, beralihnya sebegian tenaga kerja dari sektor perikanan ke sector industry juga menjadi salah satu pengaruh yang dialami. Menurut Darsono (2004) dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 nelayan yang beralih profesi ke sektor industri mencapai 150 orang tetapi hal ini tidak mempengaruhi

34 20 kegiatan perikanan karena jumlah tenaga kerja sector periknan setiap tahunnya bertambah cukup pesat. Pengaruh lainnya seperti rumah tangga nelayan menjadi tidak hanya mengandalkan mata pencarian dari pekerjaan nelayan. Apaila cuaca buruk maka istri nelayan dapat mengandalkan penghasilan mereka dengan berdagang atau menjual barang lain, menjadi buruh, tukang cuci, menyewakan rumah penginapan dan sebagainya.berdasarkan pegolahan data maka interaksi antara kegiatan industri pesisir dengan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan terjadi dalam hal penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai ikan atau produk olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada Gambar 8. Konflik dan masalah yang sering dialami oleh nelayan Sumberdaya perikanan khususnya perikanan tangkap pada dasarnya bersifat common property dan open acces, sehingga nelayan dapat menangkap di daerah manapun. Namun setelah adanya otonomi daerah maka perairan yang dapat dijadikan daerah penangkapan menjadi semakin sempit. Nelayan antar daerah saling tidak memperbolehkanmelakukan operasi penangkapan di wilayah 4 mil pada masing-masing daerahnya. Adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi diantara kedua kelompok nelayan tersebut seringkali memicu konflik sosial. Adapun konflik atau kendala yang biasa dihadapi oleh nelayan pesisir kabupaten Lamongan adalah perebutan daerah penangkapan ikan. Biasanya daerah penangkapan ikan yang lebih dari 2 mil merupakan kawasan bagi kapalkapal >10GT sehingga apabila terdapat kapal-kapal kecil menangkap di kawasan tersebut akan menimbulkan konflik antar nelayan. Hal ini biasanya terjadi pada nelayan pancing rawai dengan nelayan purse seine. Selain konflik antar nelayan, masyarakat pesisir kurang menghiraukan kebersihan lingkungan. Sebagai akibatnya adalah tercemarnya perairan pesisir Lamongan oleh sampah yang langsung di buang di belakang pemukiman mereka, yaitu laut. Masyarakat tersebut menjadikan laut sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Meskipun pemerintah telah menerbitkan peraturan dan sanksi tetapi hal ini tidak dihiraukan oleh masyarakat setempat. Pencemaran ini menyebabkan menurunnya kualitas perairan. Pembahasan Perubahan global secara tidak langsung mendorongterjadinya pembangunan yang pesat di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Dampak dari perubahan tersebut di antaranya adalah peningkatan jumlah penduduk, pembangunan industri dan investasi yang terus mengalami peningkatan selama tahun 2003 sampai tahun 2012 (Dzulfikar 2008). Posisi yang strategis dan tingginya potensi sumberdaya alam yang ada, menarik banyak stakeholderuntuk memanfaatkannya atau berinvestasi di wilayah pesisir Lamongan. Adanya berbagai potensi geografis dan sumberdaya alam selain menguntungkan bagi pengembangan perekonomian wilayah pesisir Lamongan, juga berpotensi terjadinya konflik kepentingan jika tidak dikelola dengan baik, terutama terkait pemanfaatan ruang. Langkah awal

35 untuk meminimalisir terjadinya konflik adalah melakukan identifikasi potensi konflik antar stakeholder. Kegiatan pariwisata bahari merupakan kegiatan yang mendorong upaya konservasi karena obyek wisata harus tetap menarik perhatian wisatawan. Namun, pariwisata juga dapat berdampak buruk jika tidak ada pengendalian terhadap pengunjung, misalnya melebihi daya dukung (Dahuri 2003). Beberapa wahana permainan yang ada di Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang memanfaatkan perairan seperti kano,banana boat, dan berenang membutuhkan kualitas air yang tidak tercemar agar tidak membahayakan kesehatan wisatawan. Kondisi perairan yang tercemar juga akan mengurangi keindahan oyek wisata. Ancaman lainnya yang berpeluang menimbulkan dampak serius yang terjadi adalah menurunnya kualitas perairan setempat akibat air buangan dan sampah pengunjung sehingga habitat ikan menjadi terganggu karena pencemaran. Aspek lingkungan merupakan bagian terpenting yang harus diperhatikan dalam kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata dikatakan berhasil apabila terpenuhinya manfaat preservasi lingkungan terlaksana dengan baik. Perkembangan industri pelayaran khususnya transportasi laut sangat berperan dalam melayani perpindahan manusia, barang dan jasa baik dari dalam maupun luar negeri (Dahuri 2003). Adanya pembangunan prasarana dan sarana transportasi laut sebagai upaya untuk mengoptimumkan peluang pembangunan kelautan. Beroperasinya pelabuhan penyeberangan Paciran tentunya akan banyak keluar masuk kapal motorpenumpang menuju dan meninggalkan perairan Lamongan. Berdasarkan data statistik tahun 2012, jumlah armada perikanan yang ada di Kabupaten Lamongan sebanyak baik berupa kapal motor maupun motor tempel. Adanya jumlah armada yang sangat banyak tentunya lalu lintas laut akan semakin padat sehingga dalam hal ini diperlukan penetapan alur kapal perikanan, alur kapal penyeberangan, dan alur kapal barang industri. Menurut Rancak (2013) adanya daerah pemukiman yang berdekatan dengan industri menyeababkan pencemaran air dan pencemaran udara yang mengganggu kesehatan. Sehingga perlu diperhatikan dalam pemberian izin pendirian usaha baik industri pengolahan skala rumah tangga maupun skala besar. Pengaruh perubahan daerah penangkapa ikan berdampak pada jumlah konsumsi bahan bakar yang meningkat. nelayan dalam hal ini mensiasati dengan menggunakan bahan bakar solar bekas dan mengurangi jumlah solar murni sehingga menekan biaya pengeluaran, dengan demikian penghasilan yang didapat masih menguntungkan. Peluang dari kegiatan industri juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap rumah tangga nelayan. Peluang bagi istri nelayan agar tidak hanya mengandalkan mata pencarian dari pekerjaan nelayan. Apaila cuaca buruk maka istri nelayan dapat mengandalkan penghasilan mereka dengan berdagang atau menjual barang lain, menjadi buruh, tukang cuci, menyewakan rumah penginapan dan sebagainya. Tetap perlu adanya syarat ketentuan bagi hal tersebut seperti ketersediaan modal, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dari masingmasing individu, jiwa kewirausahaan, ketersediaan lahan, bahkan perizinan. Dengan demikian maka masyarakat pesisir tidak hanya tergantung pada potensi perikanan saja seperti jaman dahulu, itulah contoh konsekuensi jika ada pembangunan industri di wilayah pesisir. 21

36 22 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adanya kegiatan industri mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di pesisir Lamongan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan industri tidak selalu sama, tergantung pada ukuran kapal, jenis alat penangkapan ikan dan daerah operasi penangkapan ikan. Jenis kapal yang menggunakan alat tangkap dogol, purse seine, dan payang yang memiliki ukuran besar yaitu > 10 GT tidak berpengaruh terhadap kegiatan industri di pesisir Lamongan, tetapi jenis kapal yang menggunakan alat tangkap rawai dan alat tangkap pengumpul dengan ukuran kecil yaitu < 10 GT memiliki pengaruh yang cukup besar seperti jumlah produksi hasil tangkapan yang menurun, dan lokasi daerah penangkapan yang lebih jauh dari lokasi sebelum adanya pembangunan kegiatan industri di pesisir Kabupaten Lamongan. Sedangkan adanya kegiatan perikanan tangkap tidak berpengaruh terhadap kegiatan industri di pesisir Lamongan. Saran Perlu adanya kejelasan wilayah yang diperbolehkan untuk sandar maupun dilalui oleh kapal penangkap ikan dan pemenuhan persyaratan bagi rumah tangga nelayan seperti ketersediaan modal, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki dari masing-masing individu, jiwa kewirausahaan, ketersediaan lahan, dan perizinan agar dapat menambah pendapatan ekonomi karena adanya peluang dari pembangunan industri di wilayah pesisir. DAFTAR PUSTAKA Arif Apr 11. Pekerja lokal dominasi MAZOOLA. Jawa Pos. Rubrik Opini;4 (kol 2-1) Anaz. B 2012.Gambaran Umum Kabupaten Lamongan. [Internet].[diunduh 2014 sept 20] Tersedia pada: [BPS] Badan Pusat Statistik Jumlah Kunjungan Wisata di Kabupaten Lamongan. Lamongan (ID):BPS Dahuri, R Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmiah. Bogor (ID) : IPB Pr. Darsono, E Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 30] Tersedia pada: Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan Infrastuktur Pelabuhan Transportasi Laut Paciran. Lamongan Dwiatmoko, N H Peranan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Terhadap Aspek Produksi Dari Produktivitas Nelayan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.[Skripsi].Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

37 Dzulikar, R Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap Pendapatan Asli di Kabupaten Lamongan. [Skripsi]. Malang (ID) : Universitas Brawijaya. Fidzikri, F Ekspansi Industrialisasi di Kabupaten Lamongan. [Internet]. [diunduh 2014 Sept 14] Tersedia pada: Karya, A P Pengambilan Sampel. [Internet]. [diunduh 2015 Feb 22] Tersedia pada: Kountur, R Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, edisi revisi. Jakarta (ID) : penerbit PPM. Nazir, M Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia Pemerintah Kabupaten Lamongan Potensi Perikanan Kabupaten Lamongan. [Internet]. [diunduh 2015 jan 29] Tersedia pada: Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Prambudi, S Analisis Hasil Tangkapan Sampingan Kapal Cantrang di PPN Brondong.[Skripsi] Malang (ID) : Universitas Brawijaya. Rancak, G T Studi Pencemaran Limbah Domestik di Kawasan Pantai Kenjeran. [Skripsi] Surabaya (ID) : Institut Sepuluh November. 23

38 24 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Lampiran 2 Produksi hasil tangkapan ikan di PPN Brondong tahun Lampiran 3 Tabel Perhitungan skoring Ruang bersandar Kapal Daerah Penangkapan Ikan Jumlah Pembulatan Lintasan Pelayaran Dogol 3 1 1,25 5,25 5 Purse Seine Gilnet 3 2,75 3 8,75 9 Gayang 3 1 1,25 5,25 5 Rawai Pengumpul 2, ,25 7

39 25 Lampiran 4 Jumlah dan jenis alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Brondong Jenis Alat No. Tangkap Keterangan Mini purse seine GT Dogol Besar GT Dogol Kecil < 10 GT Payang besar GT Rawai <10 GT Gill net GT Lain lain <10 GT - /collecting - - J u m l a h Lampiran 5 Gambaran kondisi perikanan dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan. Unit Penangkapan Purse seine Unit Penangkapan Gillnet Unit Penangkapan Dogol Unit Penangkapan Payang

40 26 Unit Penangkapan Rawai Unit Penangkapan Pengumpul Kegiatan Trip (a) Persiapan dari PPN Brondon (b)setting (c ) Hauling

41 27 Hasil Tangkapan Kegiatan Pariwisata Kegiatan Industri

42 28 Kegiatan Transportasi Pelabuhan Lampiran 6 jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong tahun No. Jenis Alat Tangkap Purse seine Dogol Besar Dogol Kecil Payang besar Rawai Gill net Lain lain /collecting J u m l a h

43 29 Lampiran 7 Jumlah nelayan berdasarkan jumlah kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun No. Jenis Alat Tangkap Jumlah kapal Perikanan (Unit) Jumlah Nelayan / Kapal (orang) Jumlah Nelayan (orang) Mini purse 1. seine Dogol 2. Mingguan Dogol Harian Payang Rawai Gill net Collecting 88 7 J u m l a h Jumlah kapal Jumlah Nelayan / Jumlah Nelayan No. Jenis Alat Tangkap Perikanan (Unit) Kapal (orang) (orang) 1. Mini purse seine Dogol Mingguan Dogol Harian Payang Rawai Gill net Collecting J u m l a h Jumlah kapal Jumlah Nelayan / Jumlah Nelayan No. Jenis Alat Tangkap Perikanan (Unit) Kapal (orang) (orang) 1. Mini purse seine Dogol Mingguan Dogol Harian Payang Rawai Gill net Collecting J u m l a h

44 No. Jenis Alat Tangkap Jumlah kapal Perikanan (Unit) Jumlah Nelayan / Kapal (orang) Jumlah Nelayan (orang) 1. Mini purse seine Dogol Mingguan Dogol Harian Payang Rawai Gill net Collecting J u m l a h No. Jenis Alat Tangkap Jumlah kapal Perikanan (Unit) Jumlah Nelayan / Kapal (orang) Jumlah Nelayan (orang) 1. Mini purse seine Dogol Mingguan Dogol Harian Payang Rawai Gill net Collecting J u m l a h

45 31 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 April 1993 dari ayah Sukarji dan ibu Endah Wulandari. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Nganjuk dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAFARIN IPB Kepengurusan 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2014.

46 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikanskripsi dengan judul Interaksi Perikanan Tangkap denganbeberapa Kegiatan Industri di Pesisir Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap. 2. Dr Ir M.Fedi A. Sondita, MSc sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan, serta pengarahan selama masa akademik dan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi anggota yang memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penelitian maupun penyusunan skripsi. 4. Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA sebagai dosen penguji tamu dan Dr Ir Iin Solihin, MSi sebagai komisi pendidikan departemen yang memberikan saran dan arahan dalam perbaikan skripsi. 5. Papa dan Mama (Sukarji dan Endah Wulandari), Adik (Hafizhuddin Al Hazmi) dan (Bahiirah Hasnaa Huwaidah), serta keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan, dan motivasi untuk penulis. 6. Teman-teman seperjuangan selama kegiatan akademik dan Keluarga PSP 47 yang selalu memberikan kebersamaannya selama perkuliahan. 7. Kepala PPN Brondong beserta staff dan nelayan warga Lamongan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 8. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Saran dan kritik atas skripsi ini sangat diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Bogor, Februari 2015 Sandya Mahaputri

47 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat 2 Peralatan Penelitian 2 Metode Penelitian 3 Jenis dan Metode Pengambilan Data 3 Pengolahan dan Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Hasil 6 Kondisi pesisir kabupaten Lamongan 6 Kondisi perikanan tangkap di pesisir kabupaten Lamongan 8 Perkembangan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 13 Pengaruh perikanan tangkap terhadap pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 16 Pengaruh kegiatan industri pesisir terhadap perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan 19 Konflik dan masalah 20 Pembahasan 20 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 24 RIWAYAT HIDUP 31

48 DAFTAR TABEL 1 Jenis data teknik pengambilan dan sumber data penelitian 4 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Kabupaten Lamongan 7 3 Perkembangan perikanan tangkap di pesisir Kabupaten Lamongan 10 4 Produksi perikanan tangkap menurut pelabuhan dan nilai produksi di kabupaten Lamongan tahun Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun Kunjungan kapal di PPN Brondong Skor dampak pembangunan kegiatan maritim terhadap 6 jenis unit penangkapan ikan 12 DAFTAR GAMBAR 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan 6 2 Kondisi pesisir Kabupaten Lamonagan 8 3 Produksi ikan dari enam jenis alat tangkap di PPN Brondong 9 4 Kegiatan wisata di pesisir Kabupaten Lamongan 14 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk aktivitas 14 6 Kegiatan industri Lamongan Integrated Shorebase 15 7 Kegiatan transportasi rute Paciran - Bawean 16 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan industri pesisir di Kabupaten Lamongan 19 DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi Penelitian 24 2 Produksi hasil tangkapan PPN Brondong Tabel perhitungan skoring pengaruh pembangunan industri 24 4 Jumlah dan jenis alat tangkap 25 5 Kondisi Perikanan Tangkap 25 6 Kegiatan Wisata 27 7 Kegiatan Industri 27 8 Kegiatan Transportasi pelabuhan Paciran 28 9 Kunjungan Kapal Jumlah nelayan 29

49

50 PENDAHULUAN Latar Belakang Lamongan adalah sebuah kabupaten di pantai utara Jawa Timur. Sebelah utara wilayah Kabupaten ini dibatasi oleh Laut Jawa sedangkan di sebelah timur oleh Kabupaten Gresik, di sebelah selatan oleh Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang, serta di sebelah barat dibatasi oleh Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Laut Jawa memiliki potensi perikanan tangkap yang sudah dimanfaatkan nelayan di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk nelayan yang bermukim di pesisir Lamongan. Armada penangkapan ikan di Kabupaten Lamongan didominasi oleh kapal-kapal ikan yang mengoperasikan dogol,payang, pukat cincin (purse seine), pancing rawai (bottom longline),jaring insang hanyut (drift gillnet), dan pengumpul (collecting devices).infrastruktur perikanan tangkap yang saat ini tersedia di pantai Lampongan yang panjangnya47 km adalah satu pelabuhan perikanan kategori Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Brondong dan empat pelabuhan perikan kategori Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru (Pemkab Lamongan 2014). PPN Brondong adalah salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur.Produksi ikan yang didaratkan pada tahun 2013 di pelabuhan tersebut sebanyak ton. Volume produksi tersebut menunjukkan bahwa nelayan di sekitarnya memiliki sumber mata pencaharian yang baik (Prambudi 2014). Dalam waktu 10 tahun terakhir, di pesisir Kabupaten Lamongan telah terjadi pembangunan fisik berupa pengembangan kawasan pariwisata, kawasan industri dan dermaga penumpang. Pariwisata di kabupaten ini berkembang dengan adanya pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL)yangterletak di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari PPN Brondong dan 4 PPI. Kawasan ini terletak lokasi strategis, yaitu di tepi jalur utama jalan pantai utara atau jalan Raya Daendelsyang menghubungkan Anyer di Banten dan Panarukan di Jawa Timur. Obyek wisata di pesisir kabupaten ini adalah pantai pasir putih, perairan di depannya serta obyek wisata yang telah lama dikenal dengan nama Batu Kodok.Kegiatan pariwisata bahari, seperti berenang, perahu kano, sepeda air, shuttle boat, dan wahana lainnya. Sebuah kawasan industri telah dibangun untuk menyediakan fasilitas pergudangan (warehouse) sarana ekspor-impor bahan minyak dan gas (migas). Kawasan ini disebut Lamongan Integrated Shorebase(LIS). Kawasan industri ini juga dilengkapi dengan dermagakhusus untuk melayani pengangkutan barangbarang, termasuk migas. Sebuah dermaga khusus lain untuk melayani pengangkutan penumpang telah dibangun di desa Paciran; prasarana transportasi laut ini dikenal dengan nama Pelabuhan Paciran. Pelabuhan ini melayani kapalkapal penumpang berkapasitas 50 orang untuk rute Paciran-Bawean dan Paciran- Surabaya (Anaz 2012). Kegiatan transportasi barang dan penumpang memerlukan jalur dan kawasan untuk operasi, sandar kapal, dan bongkar muat setiap waktu dan harinya. Adanya pembangunan tiga jenis sarana/prasarana industri dan transportasi laut di pesisir Lamongan tersebut diperkirakan akan memberikan dampak pada kegiatan perikanan tangkap lokal, dan sebaliknya kegiatan perikanan tangkap

51 2 akan memberikan dampak pada industri yang ada di pesisir tersebut. Di satu sisi, dampak tersebut dapat mencakup pengurangan luasan daerah penangkapan ikan, perubahan unit penangkapan ikan, jumlah hasil tangkapan. Di sisi lain, perikanan tangkap dapat menyediakan tenaga kerja dan sarana untuk kegiatan wisata, suplai ikan untuk wisatawan dan para pekerja di industri pesisir, serta layanan jasa lain untuk para pekerja tersebut. Pengetahuan tentang interaksidi antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lain di pesisir Kabupaten Lamongan sangat penting untuk mengelola perikanan tangkap secara harmonis di tengah pembangunan pesisir yang diperkirakan akan semakin gencar dilakukan berbagai pihak, tidak hanya di Lamongan tetapi juga di tempat-tempat lain di Indonesia. Dengan alasan itulah, penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi dari studi kasus di Kabupaten Lamongan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruhkegiatan perikana tangkap terhadap kegiatan pariwisata, kawasan industri, dan transportasi laut di pesisir Kabupaten Lamingan dan pengaruh sebaliknya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada semua pihak yang ingin mewujudkan hubungan harmonis antara kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan lainnya di pesisir Kabupaten Lamongan. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Kegiatan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Januari 2014 untuk mengumpulkan informasi awal terkait kondisi perikanan Lamongan secara umum dan kondisi kegiatan lain yang ada di pesisir Kabupaten Lamongan secara khusus. Kegiatan penelitian utama untuk pengumpulan data dilaksanakan selama tiga minggu, sejak tanggal 17 Maret hingga 9 April 2014, di Lamongan, Jawa Timur. Daerah yang menjadi objek penelitian meliputi kawasan pesisir sepanjang pantai di Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang meliputikawasan wisata bahari, kawasan pelabuhan transportasi, serta kawasan pelabuhan ekspor impor di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Lampiran 1). Peralatan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah peta yang dibuat dengan aplikasi google maps (Gambar 1), kuesioner, komputer/laptop, alat

52 tulis, kamera serta alat rekam yang digunakan dalam membantu pengumpulan data dan pengolahan data. Peta tersebut digunakan untuk memudahkan responden dalam menjelaskan pendapatnya dan memudahkan peneliti dalam melakukan verifikasi. Kuesioner dirancang untuk mencatat respons atau tanggapan responden tentang kondisi umum perikanan/industri di pesisir dan interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan industri pesisir. 3 Metode Penelitian Pengumpulan data dilakukan melalui survei yang dilakukan peneliti dengan mendatangi lokasi penelitian, melakukan wawancara dengan nara sumber dan nelayan, serta mempelajari data sekunder yang tersedia. Dari survei ini peneliti akan dapat membuat deskripsi atau gambaran tentang kondisi umum perikanan tangkap, kondisi umum pembangunan di pesisir Lamongan, interaksi di antara kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan industri di pesisir, serta mengetahui tanggapan nelayan terhadap dampak pembangunan pesisir terhadap kegiatannya (Nazir, 1988). Jenis dan Metode Pengambilan Data Data yang diambil selama penelitian ada 2 kelompok, yaitu data tentang perikanan tangkap dan data tentang kegiatan di pesisir meliputi pariwisata, kawasan industri dan pelabuhan transportasi. Data perikanan tangkap meliputidata daerah penangkapan ikan, data jenis alat tangkap, data jumlah alat tangkap, data jumlah hasil tangkapan,dan penggunaan ruang. Data tentang kegiatan pariwisata,industri non perikanan, dan transportasi laut meliputi data jumlah pekerja di kawasan industri, suplai ikan, dan penggunaan ruang di daratan maupun di lautan. Data tersebut diperoleh dari PPN Brondong dan Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan serta narasumber dari masing-masing jenis industri.jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Narasumber dari kalangan petugas PPN Brondong dan PPI, Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, WBL dan LIS ditentukan secara purposive. Pendekatan ini dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan, lingkup tugas dan kesediaan untuk diwawancarai (Nazir 1988). Selain dari para nara sumber, data dan informasi juga diperoleh dari nelayan. Mengingat ada 6 jenis unit penangkapan ikan, responden dari kalangan nelayan ditentukan dengan pendekatan stratified sampling (Karya 2013) sehingga nelayan dikelompokkan menurut jenis unit penangkapan ikan. Setiap jenis unit penangkapan ikan, peneliti mengambil 4 responden yang dipilih secara acak. Mengingat nelayan-nelayan dari jenis unit penangkapan ikan yang sama selalu berkumpul dalam kelompok-kelompok yang berisirahat tempat-tempat yang berbeda-beda, peneliti menentukan kelompok nelayan yang akan diwawancarai dengan memilih tempat istirahat secara acak. Kepada nelayan yang ada di dalam kelompok di tempat istirahat yang terpilih, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan 4 orang di antaranya. Nelayan yang dipilih menjadi responden harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi perikanan masa lalu dan

53 4 saat ini. Jika jumlah nelayan yang layak dijadikan responden kurang dari 4 orang, peneliti akan mencari nelayan dari kelompok lain yang juga ditentukan secara acak. Dengan cara demikian, penelitian ini mendapatkan informasi dari 24 orang nelayan, yaitu 4 orang dari masing-masing 6 jenis unit penangkapan ikan. Interaksi di antara perikanan tangkap terhadap kegiatan dari 3 jenis industri ditentukan dengan melihat aliran barang atau jasa yang dihasilkan perikanan tangkap terhadap industri yang berbasis di pesisir dan sebaliknya, serta melihat pengaruh yang ditimbulkan dari keberadaan salah satu pihak terhadap pihak lain.informasi tentang pengaruh ini dikumpulkan dalam bentuk respons atau tanggapan nelayan terkait ruang bersandar kapal, lintasan pelayaran, dan perpindahan daerah penangkapan ikan. Tanggapan tersebut dicatat dan dikelompokkan dalam 3 kategori tanggapan, yaitu sangat berpengaruh (skor 3), cukup berpengaruh (skor 2), dan tidak berpengaruh (skor 1). Sebagai contoh, : sangat berpengaruh (skor 3): setelah ada pembangunan, daerah penangkapan ikan harus pindah karena ada larangan beroperasi cukup berpengaruh (skor 2): kapal besar dilarang beroperasi dan bersandar, namun kapal ikan kecil masih boleh beroperasi dan bersandar di pantai sama seperti sebelum ada pembanguan tidak berpengaruh (skor 1): tidak ada perubahan sama sekali dalam praktek penangkapan ikan. Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian Perikanan Tankap Jenis data Teknik pengambilan Sumber data Wawancara dan Nelayan kuisioner 1. Deskripsi unit penangkapan (ukuran kapal dan alat tangkap) 2. Daerah penangkapan ikan 3. Jenis hasil tangkapan 4. Peristiwa yang terjadi di Pesisir Lamongan 5. Hubungan interaksi antara Perikanan tangkap dan Industri pesisir 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah penangkapan ikan 7. Keadaan umum daerah penelirian 8. Laporan Tahunan statistic perikanan tangkap PPN Brondong. 9. Rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa Timur Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Studi literature Studi literatur Studi literatur Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Skripsi PPN Brondong Perda No.6 Provinsi Jawa Timur Tahun 2012

54 5 Lanjutan... Industri 1. Keadaan umum kawasan industri dan perkembangan (Pariwisata, Kawasan Industri, Transportasi Laut) 2. Jumlah SDM/ jumlah buruh yang bekerja di industri 3. Penggunaan ruang di daratan maupun di laut Studi literatur Studi literatur Studi literatur Penelusuran pustaka Penelusuran pustaka Penelusuran pustaka dan pegawai industri Pengolahan dan Analisis Data Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan di lapangan mengenai sesuatu yang diteliti. Persepsi nelayan skala kecil terhadap daerah penangkapan ikan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah yaitu editing, tabulasi dan analisis. Informasi terkait pembangunan di kawasan pesisir Lamongan diolah dan dianalisis untuk membuat garis waktu atautimeline. Dari timeline ini dapat diketahui gambaran urutan perkembangan atau peristiwa yang terjadi pada perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Dalam penelitian dibuat 2 timeline, yaitu untuk perikanan tangkap dan untuk kegiatan industri pesisir. Analisis difokuskan pada area dimana terjadi pemanfaatan ruang oleh perikanan tangkap dan kegiatan lain dan tanggapan nelayan tentang pengaruh kegiatan industri terhadap perikanan tangkap di pesisir Lamongan. Data tanggapan nelayan diolah untuk menghitung rata-rata pada setiap indikator untuk setiap unit penangkapan. Skor dari ketiga indikator kemudian dijumlahkan untuk menentukan jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi oleh pembangunan pesisir. Unit penangkapan ikan dengan jumlah skor yang paling besar adalah jenis unit penangkapan ikan yang paling dipengaruhi.

55 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi pesisir di Kabupaten Lamongan Wilayah pesisir kabupaten Lamongan terletak dipantai Utara Jawa. Kawasan pantai pesisirnya berada di Kecamatan Brondong dan Paciran dengan luas wilayah pesisir 131,41 km 2, dengan panjang pantai mencapai 47 km (Pemkab Lamongan 2014). Kawasan pesisir Lamongan memiliki berbagai potensi diantarnya pertambakan, hutan mangrove, hatchery, dan industri perikanan lainya. Infrastruktur yang digunakan untuk menopang kegiatan ekonomi masyarakat nelayan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) yang ada di desa Weru, Kranji, dan Brondong atau tempat sandar perikanan yang ada di setiap basis desa nelayan. Begitu juga dalam sektor industri memilki berbagai infrastruktur seperti LIS (Lamongan Integrated Shorebase) di dusun Kemantren, ASDP di dusun Tunggul, PT DOK, dan Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berpadu dengan wisata gua Maharani. Adanya kondisi perubahan dan pembangunan dikawasan pesisir di Kabupaten Lamongan dalam 10 tahun terakhir baik disektor usaha produksi perikanan maupun industri tentu akan berdampak pada perubahan pemanfaatan potensi wilayah dan lingkungan maupun sosiologis masyarakatnya. Gambar 1 Sketsa kondisi perubahan pesisir di Kabupaten Lamongan

56 7 Tabel 2 Perkembangan pembangunan kawasan pesisir Lamongan Tahun Juni Maret 2003 September 2004 November Juli 2012 Maret 2013 Januari Timeline peristiwa yang terjadi Pembangunan PPI Kranji dan Peningkatan status PPI Brondong menjadi PPP Brondong Peresmian Museum Sunan Dradjat yang merupakan salah satu wisata yang masih bertahan hingga sekarang. Dibuka sebagai kawasan wisata pantai dengan daya tarik Batu Kodok dan Gua Maharani. Saat itu wisata tersebut merupakan satusatunya industri wisata yang terletak di pesisir Lamongan. Peningkatan kelas Pelabuhan tipe C PPP Brondong menjadi Pelabuhan tipe B PPN Brondong 1. Berdirinya PPI Labuhan, PPI Belimbing, PPI Lohgung, PPI Weru. 2. Hanyaterdapat wisata tanjung kodok dan industri pengolahan ikan. Belum banyak perkembangan pembangunan kegiatan perikanan, wisata, industry, dan transportasi laut. Berdirinya PT LINTECH yang merupakan industri pabrikasi. Pembangunan kawasan Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Lamongan. PT Lamongan Integrated Shorebase (PT LIS) bekerjasama dengan perusahaan asal Singapura, PT Easlog Ltd memulai pembangunan kawasan industri pergudangan dan migas. Peresmian Wisata Bahari Lamongan oleh PT Bumi Lamongan Sejati Pembangunan pelabuhan transportasi laut di desa Paciran Perluasan PPN Brondong menjadi dermaga PPDI di barat dermaga PPN Brondong Perusahaan galangan kapal PT Dok dan Perkapalan Surabaya mengawali tahap pembangunan Galangan Brondong Lamongan, Jawa Timur, karena banyaknya permintaan pembangunan kapal di wilayah Brondong. Terbitnya Perda Kabupaten Lamongan No. 06 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun Peresmian pelabuhan Paciran oleh pemerintah Kabupaten Lamongan. Sumber : hasil wawancara dan penelusuran pustaka

57 8 Gambar 2 menyajikan perkembangan terakhir yang terjadi di kawasan pesisir Kabupaten Lamongan. Kegiatan wisata yang terdapat di Kabupaten Lamongan yang terkenal di antaranya Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang berada di desa Paciran, pantai pasir putih yang terdapat di desa Weru, serta pemandian air panas yang berada di desa Sedayu. Kegiatan industri ekspor dan impor dikenal dengan industri Lamongan Integrated Shorebase(LIS). LIS merupakan industri yang bergerak di bidang jasa bongkar muat serta pergudangan untuk kepentingan ekspor dan impor migas dengan luas 100 hektar di darat dan 500 meter dari garis pantai (Fidzikri 2012). Kegiatan pelabuhan transportasi untuk penumpang jarak dekat. Pelabuhan ini terletak di kecamatan Paciran, biasanya pelabuhan ini beroperasi satu minggu sekali untuk mengantar para penumpang rantau yang hendak pulang maupun menuju kota Surabaya dan Pulau Bawean. Adapun pembangunan untuk sektor perikanan seperti dermaga PPDI PPN Brondong untuk kegiatan bongkar muat maupun persiapan perbekalan (a) (b) (c ) (d) Gambar 2 Kondisi pesisir perairan Kabupaten Lamongan; (a) kegiatan wisata, (b) kegiatan industri ekspor dan impor, (c) kegiatan pelabuhan perikanan, dan (d) kegiatan transportasi umum. Sumber: PPN Brondong 2014 Kondisi perikanan tangkap di pesisir Lamongan Di Kabupaten Lamongan terdapat satu pelabuhan perikanan nusantara (PPN) di Brondong dan empat pangkalan pendaratan ikan (PPI) di Lohgung, Labuhan, Kranji, dan Weru. Alat penangkapan ikan yang banyak digunakan nelayan

58 Lamongan mini purse seine, dogol besar, dogol kecil, payang, rawai, gillnet, dan alat pengumpul. Jenis alat tangkap yang paling banyak jumlahnya dalam 5 tahun terakhir adalah dogol (Lampiran 3). Payang dan dogol umumnya beroperasi di perairan Masalembu, Kangean dan Pulau Bawean sedangkan gillnet beroperasi di perairan Lamongan, tepatnya di kawasan Talang Air yang jaraknya 15 mil dari pantai. Armada purseseineumumnya beroperasi di tempat yang paling jauh, hingga mendekati perairan Kalimantan. Kapal-kapal purse seine yang berukuran besar (> 28 GT) ini umumnya beroperasi di bagian utara laut Jawa, yaitu di perairan Masalembu, Talang Air, dan Bawean. Menurut hasil wawancara dengan nelayan ada pula yang beroperasi hingga perairan Kalimantan yang berjarak lebih dari 230 mil dengan waktu tempuh 10 sampai 15 hari dari PPN Brondong. Sebaliknya, kapal-kapal ikan yang berukuran kurang dari 10 GT beroperasi dengan modus one day fishing biasanya melakukan penangkapan di perairan Lamongan dengan jarak 2 mil dari garis pantai. Armada rawai beroperasi di perairan Matasiri, i yang jaraknya 5 sampai 10 kilometer dari garis pantai. Jenis ikan yang dominan didaratkan di PPN Brondong adalah ikan kapaskapas (Gerres penetatus), ikan ayam-ayam(cantligaster uslentini), ikan beloso (Sauridatumbil), ikan kurisi (Upeneus sp.), dan swangi atau mata besar (Priyacanthus tayenus). Dogol adalah penyumbang terbesar terhadap produksi ikan setempat pada tahun 2013, yaitu ton (Gambar 3).Alat pengumpul menghasilkan ikan sebanyak ton, rawai menghasilkan 646 ton ikan, payang menghasilkan 55 ton ikan, dan pukat cincin hanya 20 ton. Produksi ikan dari pukat cincin ini sangat aneh karena terlalu rendah untuk kapal-kapal besar yang beroperasi jauh. Diduga kuat, sebagian besar ikan-ikan hasil tangkapannya tidak didaratkan di PPN Brondong. 9 Dogol Pengumpul 7790 Rawai Payang Gillnet Purse Seine Sumber : dokumen PPN Brondong 2013 Gambar 3 Produksi ikan dari enam jenis alat penangkapan ikan di pesisir Lamongan pada tahun 2013; dogol adalah penyumbang terbesar produksi ikan laut. Saat pengumpulan data di lapangan, akses nelayandisekitar kawasan wisata, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan transportasi telah dibatasi. Awalnya,

59 10 yaitu sebelum ada pembangunan kawasan pariwisata pada tahun 2004, kawasan ini terbuka bagi nelayan. Setelah adanya pembangunan kegiatan bisnis di pesisir ini, kawasan tersebut menjadi tertutup karena diterbitkannyaperaturan Daerah Kabupaten Lamongan nomor 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan yang menyatakan bahwa kapal penangkap ikan dilarang bersandar maupun mendekati kawasan tersebut pada radius 1 sampai 5 km. Sekitar tahun 1999 sebelum berkembangnya pembangunan di pesisir Lamongan, nelayan masih menggunakan armada perikanan tradional yang terdiri dari kapal-kapal ikan dari kategori perahu tanpa mesin (PTM) dengan ukuran kecil. Nelayan hanya menangkap di perairan sekitar pesisir kabupaten Lamongan paling jauh jaraknya hanya sampai perairan Talang Air yang ditempuh dengan perjalan 3 jam, berdasarkan pengamatan peneliti jaraknya 50 mil dari garis pantai. Rata-rata masyarakat setempat bermata pencaharian sebagai nelayan penuh. Tabel 3 Perkembangan perikanan tangkap di Pesisir Lamongan Tahun Timeline peristiwa yang terjadi 1) Nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional dan perahu tanpa motor (PTM) 2) Masih banyak nelayan menggunakan alat tangkap purse seine dan payang. 3)Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak - Jarak daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap rawai dan perangkap (bubu)masih di sekitar perairan Lamongan - Alat tangkap purse seine, dogol, dan payang rata-rata daerah penangkapan ikannya >50 mil dari garis pantai. Jumlah produksi berdasarkan jenis alat tangkap cenderung fluktuatif seperti yang ditunjukkan pada (Lampiran 2). 1)Produksi nelayanpuse seine, gillnet dan payang produksi tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebelum adanya pembangunan industry pesisir 2)Alat tangkap rawai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2003, jenis alat tangkap pengumpul produksi tertinggi pada tahun 2008 dan 3)Untuk alat tangkap dogol produksi tertinggi terjadi pada tahun Hal ini bukan merupakan dampak karena adanya pembangunan industry pesisir di Kabupaten Lamongan. Sumber: hasil wawancara dan penelusuran pustaka Tabel 3 menunjukkan kegiatan perikanan tidak sepadat dan seramai sekarang. Kegiatan bongkar muat, kegiatan pelelangan, dan industri pengolahan yang masih sangat jarang, hanya penjual ikan dan tengkulak yang menjual ke

60 pasar. Pelabuhan perikanan di Brondong sudah menjadi pelabuhan tipe B tetapi saat itu, terdapat tempat-tempat pendaratan ikan berskala kecil yang terdapat di desa sepanjang pesisir. Pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan penangkapan sepenuhnya diberikan pada nelayan pemilik dan nelayan buruh hanya diberikan upahsesuai ketentuan pemilik kapal. Jumlah produksi di Kabupaten Lamongan meliputi produksi dari PPN Brondong, PPI Lohgung, PPI Labuhan, PPI Kranji, dan PPI Weru. Sejak tahun 2003 produksi perikanan tangkap Kabupaten Lamongan cenderung mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2004 dan 2006 terjadi penurunan. Namun, pada tahun 2008 produksi perikanan laut mencapai ton (Tabel 4). Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah alat tangkap pada tahun 2007 seperti pada Tabel 5. Tabel 4 Produksi perikanan tangkap menurut Pelabuhan dan nilai produksi di Kabupaten Lamongan tahun Pelabuhan Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp) 1. Lohgung Labuhan Brondong Kranji Weru Kabupaten Lamongan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan Tabel 5 Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Lamongan tahun No Alat Penangkapan Ikan/ Tahun Fishing Gear Pukat cincin (purse seine) Payang Rawai (bottom longline) Dogol Jaring insang (gillnet) Lain-lain (collecting devices) Jumlah Sumber : Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Lamongan Jenis alat penangkapan ikan tidak banyak berkembang di Kabupaten Lamongan. Dogol merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan pesisir Lamongan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Jumlah alat tangkap di

61 12 Kabupaten Lamongan mengalami penurunan pada tahun 2005, namun pada tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan. Dilihat dari jumlahnya, dogol di Kabupaten Lamongan merupakan alat tangkap yang dominan, dengan jumlah sekitar 50% dari semua alat tangkap yang ada. Tabel 6 Jumlah kunjungan kapal yang bongkar di PPN Brondong tahun No. Tahun Jumlah Tonase ( GT ) < Jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong berdasarkan ukurannya terjadi peningkatan pada ukuran GT tetapi pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan pada tahun Sedangkan ukuran 10 GT, GT, GT cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan Tabel 3, 4, 5, dan 6 hasil data yang diperoleh tersebut bukan merupakan pengaruh dari dampak adanya pembangunan kegiatan yang berbasis di pesisir. Data tersebut diindikasi karena kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapan dan bersandar di PPN Brondong maupun PPI lainnya tidak hanya berasal dari Lamongan dan kapal-kapal tersebut tidak melakukan penangkapan di perairan Lamongan. Tabel 7 Skor dampakpembangunan kegiatan industri di pesisir terhadap 6 jenis unit penangkapan ikan. Alat Tangkap No Indikator Purse Dogol Seine Gillnet Payang Rawai Pengumpul 1 Ruang bersandar Kapal Lintasan Pelayaran Daerah Penangkapan Ikan Jumlah Kapal dogol, purse seine, gillnet, payang pada indikator ruang bersandar kapal sangat berpengaruh karena yang awalnya mereka dapat bersandar

62 dibelakang rumah mereka tetapi saat ini ruang untuk bersandar menjadi terbatas karena adanya pembangunan kegiatan industri yang menyebabkan kapal-kapal ukuran lebih dari 10 GT harus bersandar di PPN atau PPI karena dianggap mengganggu aktiitas bahari lainnya. Kapal pancing rawai dan pengumpul tidak berpengaruh karena kapal mereka tidak terlalu banyak memakan ruang dan umumnya kapal yang mereka gunakan adalah kapal berukuran kecil > 10GT. Lintasan pelayaran dan daerah penangkapan ikan tidak berpengaruh bagi kapal-kapal besar, tetapi kapal yang berukuran kecil merasa terganggu karena apabila kapal yang hendak menuju pelabuhan LIS dan menunggu antrian masuk pelabuhan LIS maka kapal nelayan tidak boleh melakukan penangkapan di area tersebut. Berdasarkan hasil skor dapat dilihat bahwa armada penangkapan ikan yang berdampak paling besar yaitu armada jaring insang (gillnet) untuk peringkat kedua adalah armada rawai dan pengumpul karena umumnya merupakan armada penangkapan ikan yang berukuran kecil. Sedangkan untuk armada dogol, purse seine dan payang tidak berpengaruh. Perkembangan pembangunanindustri pesisir di Kabupaten Lamongan Perkembangan industri pariwisata Parwisata adalah salah satu sektor kegiatan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi Indonesia. Pembangunan pariwisata bahari pada hakekatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata bahari di seluruh pesisir dan lautan Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah (pantai), keragaman flora dan fauna, seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias yang diperkirakan sekitar 263 jenis (Dahuri 2003). Pesisir Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Seperti di daerah dekat PPN Brondong terdapat monumen tenggelamnya kapalvan der Wijck yang terletak di wilayah PPN Brondong, obyek wisata pantai Pasir Putih,Wisata Bahari Lamongan dan Goa Maharani yang terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura (jalan Raya Daendels dengan sebutan jalan Anyer - Panarukan). Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat makam Sunan Drajat dandan Sunan Maulanan Malik Ibrahim, dua penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kawasan wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun dari luar daerah. Tahun 2008 jumlah pengunjung mencapai pengunjung (Badan Pusat Statistik 2012). Pengunjung berasal dari pulau Jawa bahkan sampai di luar pulau Jawa seperti Lampung, Bali, dan Nusa Tenggara. Kegiatan di Wisata Bahari Lamongan terdapat kegiatan yang memerlukan kawasan perairan sebagai arena untuk melakukan aktivitas berenang, kano, sepeda air, banana boat, wisata perahu dan lainnya. Di kawasan ini terdapat pula Batu Kodok, yaitu tanjung atau batu yang menjorok ke laut dan bentuknya mirip seperti kodok. Kawasan pantai pasir putih memiliki hamparan pasir yang berwarna putih sehingga air terlihat jernih, serta terdapat tempat penyewaan perahu apabila wisatawan ingin menikmati pemandangan perairairan yang di kelilingi gunung kapur. 13

63 14 (c ) (d) (a) (b) (c) (d) Gambar 4 Kegiatan wisata di pesisir Lamongan (a) Monument van der Wijck; (b) Maharani ; (c) Pantai pasir putih ; (d) Sunan drajat. (a) (b) Gambar 5 Obyek wisata yang memerlukan area perairan untuk beraktivitas (a) Batu kodok ; (b) Wisata Bahari Lamongan. Wisata Goa Maharani terletak di seberang jalan dari Wisata Bahari Lamongan (WBL), merupakan wisata yang memanfaatkan gunung kapur sebagai obyek wisata yang memiliki keunikan batu stalagtit dan stalagmit dengan gemericik sumber air yang menetes dari atas. Wisata Goa Maharani selain menawarkan keindahan alam, terdapat kebun binatang yang memiliki jenis hewan langka dan dilindungi.

64 15 Perkembangan Industri pengolahan perikanan dan non perikanan Kawasan industri yang berdiri di pesisir Kabupaten Lamongan disebut Lamongan Integrated Shorebase (LIS), tepatnya terletak di Desa Paciran. Kawasan inimerupakan lokasi bagi industri yang memproduksi komoditasekspor dan impor migas serta fasilitas pergudangan, selain fasilitas bongkar muat kapal.kawasan industri ini berdiripadatahun 2003dengan luas daratan 92,28 hektar. Selain industri LIS, Kabupaten Lamongan juga memilikikawasan industri lain, sepertiarea dimana tujuh industri cold storage dan pengolahan ikan berada. Di kawasan ini terdapat unit usaha berupa KUD Mina Tani, PT Bahari Biru Nusantara, PT QL Hasil Laut dan UD ANELA yang berada di Kecamatan Brondong dan industri pengolahan ikan yang dilakukan oleh PT Starfood Internasional, PT Enam Delapan Sembilan dan PT Hasil Alam Tani Nelayan Indonesia (HATNI) di Desa Paciran. Kecuali UD ANELA yang berorientasi pasar di dalam negeri, 6 industri lainnya memasarkan produk olahannya hingga ke manca negara, seperti Malaysia, Jepang, Korea, Amerika dan beberapa negara di Eropa. Jumlah pegawai yang bekerja di kawasan industri LIS saat penelitian dilakukanadalah 269 karyawan, diantaranya adalah 20 orang pemilik lahan yang sekarang dipekerjakan oleh manajemen LIS, 100 orang pekerja lokal dan sisanya pekerja yang berasal dari luar Kabupaten Lamongan. Industri pengolahan ikan umumnya memperkerjakan penduduk lokal (Arif 2014). Gambar 6 kegiatan industrilamongan Integrated Shorebase di Desa Paciran.

65 16 Perkembangan industri transportasi laut di Lamongan Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan tahun 2013 kegiatan pelabuhan transportasi laut merupakan transportasi yang melayani rute Paciran Bawean dan Paciran Surabaya. Pelabuhan transportasi laut berdiri sejak tahun 2004 di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Kabupaten Lamongan. Pembangunan Dermaga Paciran ini dilatarbelakangi karena adanya permintaan (demand) angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan, Sulawesi, NTT dan NTB. Belum ada dermaga khusus angkutan penyeberangan antar pulau di Jawa Timur, yang sementara ini masih bersandar pada fasilitas dermaga milik PT. Pelindo III. Pelabuhan Tanjung Perak melayani angkutan penyeberangan dari Jawa Timur ke Kalimantan dan Sulawesi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi menimbulkan harapan Jawa Timur akan menjadi pusat transportasi laut menuju Indonesia Timur. Gambar 7 Kegiatan transportasi laut rute Paciran-Bawean dan Paciran - Surabaya. PengaruhKegiatan Perikanan Tangkap terhadappembangunan Industri pesisir di Kabupaten Lamongan Perikanan tangkap terhadap pembangunan pariwisata Kegiatan perikanan tangkap dengan kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang saling memiliki keterkaitan. Keterkaitan tersebut diantaranya mempengaruhi luasan kawasan pembangunan yang menyebabkan daerah penangkapan menjadi terbatas bagi nelayan kapal kecil, akses kegiatan perikanan yang awalnya terbuka

66 menjadi terbatas di beberapa sektor, serta ancaman menurunnya kualitas perairan karena pencenaran akibat kunjungan wisatawan. Kegiatan pariwisata yang terdapat di pesisir kabupaten Lamongan diantaranya wisata yang memiliki daya tarik kekayaan atraksi sumberdaya alam yaitu wisata pantai pasir putih dan wisata alam tanjung batu kodok. Selain itu, adapula jenis kegiatan yang telah dikembangan oleh pemerintah dan swasta seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL) yang merupakan wisata berbasis wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olah raga (sport tourism). diantaranya terdapat wisata pemancingan, berenang, ski air, perahu kano, sepeda air,berlayar, dan rekreasi pantai. Adanya kegiatan pariwisata bahari yang memerlukan ruang untuk melakukan kegiatan di wilayah pesisir Lamongan membuat para nelayan pengumpul dan kapal-kapal <10GT berpindah tempat untuk mencari lokasi fishing ground yang lebih jauh dan aman untukruang menangkap ikan atau area untuk memasang alat tangkap dan meletakkan peralatan penangkapan ikan. Adanya kegiatan pariwisata juga membuat nelayan kapal kecil kesulitan untuk melintasi kawasan tersebut karena peraturan yang membatasi untuk melintasi kawasan wisata tersebut. Dampak lain terhadap perikanan tangkap adalah berpindahnya mata pencaharian. Sebelum adanya pembangunan lokasi pariwisata, masyarakat pesisir Lamongan umumnya bermata-pencaharian sebagai nelayan. Namun setelah adanya pembangunan pariwisata tersebut banyak masyarakat pesisir yang beralih profesi, misalnya sebagai penyedia layanan transportasi menuju lokasi wisata, sebagai pedagang oleh-oleh, bahkan adapula yang beralih profesi menjadi pemandu wisata. Hal ini berarti ada pengalihan tenaga kerja dari sektor perikanan ke sektor lainnya. 17 Perikanan tangkap terhadap kegiatan industri non peikanan Kegiatan industri yang dikenal di kabupaten Lamongan selain industri pengolahan perikanan adalah Lamongan Integrated Shorebase (LIS). Kegiatan industri ini mencakup kegiatan ekspor dan impor migas dan penyedia pergudangan, selain itu terdapat juga jasa fasilitas bongkar muat kapal di dermaga tersebut.salah satu pendorong ekonomi suatu daerah adalah kemajuan industrinya. Adapun dampak yang ditimbulkan dari kemajuan industri tersebut seperti dampak positif dan negatif. Dampak positif adanya industri adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru, infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya. Namun, adanya kegiatan industri tersebut malah berdampak negatif. Adanya kegiatan industri tersebut mengakibatkan berapa kendala bagi nelayan kapal cantrang yang berukuran >10GT serta nelayan kapal-kapal kecil. Kebijakan yang diterapkan Pemerintah adalah memberikan kemudahan dan keselamatan bagi kapal-kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju dermaga LIS. Oleh karena itu, kapal-kapal ikan harus mengalah. Saat ini terdapatperaturan yang dibuat oleh pihak swasta dan pemerintah setempat untuk membatasi akses mendekati kawasan tersebut. Hal ini

67 18 menyulitkan nelayan yang mengoperasikan kapal-kapal kecil karena daerah tersebut sebelumnya merupakan daerah penangkapan ikan mereka. Kawasan tersebut telah ditutup untuk kepentingan dan keamanan pihak kawasan industri. Kapal-kapal ikan yang sebelumnya beroperasi disekitar perairan tersebut harus mencari daerah penangkapan ikan alternatif. Selain kawasan industri LIS, kawasan industri pengolahan perikanan yang terdapat di pesisir juga diduga menjadi penyebab populasi ikan di pesisir menurun karenalimbah industri dibuang langsung ke laut.beberapa jenis limbah yang dihasilkan kegiatan rumah tangga dan industri adalah limbah padat (lumpur, sampah), air kakus (black water),air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Nelayan-nelayan pengumpul mengindikasi faktor limbah ini menyebabkan pendapatan dari usahanya semakin berkurang. Menurut Rancak 2013, limbah tersebut dapat menimbulkan degradasi lingkungan. Penurunan produksi ikan di pesisir kabupaten Lamongan dialami nelayan payang ukuran > 20 GT dan nelayan rawai. Hal ini membuat nelayan payang untuk berpindah ke lokasi lain yang lebih jauh sehingga diperlukan waktu tempuh yang lebih panjang. Daerah penangkapan sebelum adanya pembangunan kawasan industri tersebut rata-rata jauhnya hanya sekitar 5 mil sampai 10 mil tetapi setelah adanya pembangunan kawasan industri serta pembangunan lain nya menjadi lebih dari 50 mil. Pengaruh kegiatan industri juga menyebabkan sejumlah nelayan beralih profesi. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan perikanan tangkap karena jumlah nelayan setiap tahunnya juga meningkat akibat ada nelayan baru. Perikanan tangkap terhadap kegiatan transportasi laut Kabupaten Lamongan memiliki pelabuhan transportasi laut untuk mengalayani angkutan penumpang yang tepatnya berada di desa Paciran. Infrastruktur tersebut berupa dermaga Kawasan tersebut jaraknya dari bibir pantai kurang lebih 1 mil. Daerah tersebut tidak terdapat peraturan bagi yang melintas. Banyak nelayan yang memarkir kapalnya disekitar daerah tersebut. Pelabuhan transportasi ini beroperasi tidak setiap hari, saat ini hanya melayani setiap satu pekan bagi para perantau dari Surabaya.Kegiatan transportasi laut ini tidak terlalu mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap di kabupaten lamongan sehingga nelayan tetap dapat melakukan operasi daerah penangkapan disekitar kawasan pelabuhan transportasi tersebut hanya saja tidak memarkir kapalnya di sekitar dermaga pelabuhan. Berdasarkan pengolahan data maka interaksi antara kegiatan perikanan dengan kegiatan industri pesisir di Kabupaten Lamongan terjadi dalam hal penggunaan ruang daratan, jasa akomodasi, tenaga kerja, suplai ikan atau produk olahan, dan penggunaan ruang di lautan dapat dilihat pada Gambar 8.

68 19 Gambar 8 Hubungan interaksi antara perikanan tangkap dan pembangunan industri di pesisir Lamongan. Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan Kegiatan industri merupakan salah satu pendorong perokonomian suatu daerah.adapun pengaruh yang ditimbulkan dari kemajuan industry tersebut seperti pengaruh positif dan pengaruh negative. Dampak positif di satu posisi adalah perkembangan kawasan menjadi lebih maju dan penduduk setempat mendapat manfaat, misalnya karena ada lapangan pekerjaan baru infrastruktur menjadi lebih baik dan sebagainya. Keberadaan industri yang berada dikawasan pesisir memiliki pengaruh terhadap keberadaan kegiatan perikanan tangkap. Adanya hal ini mengakibatkan mengakibatkan sedikit terganggunya alur pelayaran untuk merapatnya kapal tongkang yang hendak berlabuh menuju LIS dan sebaliknya harus menjaga jarak agar tidak bersinggungan dengan kapal perikanan. Sebenarnya dalam hal ini alur perikanan sudah terdapat perda no. 6 tahun 2012 tentang batas wilayah perairan dengan jarak 5 km dari lokasi LIS kapal perikanan dilarang mendekati maupun menangkap ikan di kawasan tersebut. Peraturan ini juga diberlakukan sama pada lokasi kawasan pelabuhan transportasi bahwa kapal perikana dilarang bersandar atau memarkir kapalnya di area pelabuhan Paciran. Namun adanya keberadaan perikanan tangkap disatu sisi memiliki pengaruh positif terhadap kawasan wisata bahari. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Brondong maupun PPI lainnya menjadi tersuplai dengan mudah. Pasokan untuk ketersediaan untuk konsumsi maupun produk olahan perikanan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain itu, beralihnya sebegian tenaga kerja dari sektor perikanan ke sector industry juga menjadi salah satu pengaruh yang dialami. Menurut Darsono (2004) dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 nelayan yang beralih profesi ke sektor industri mencapai 150 orang tetapi hal ini tidak mempengaruhi

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6 51 54 sampai dengan

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN Kawasan strategis merupakan kawasan potensial yang sangat penting dalam lingkup Kabupaten karena mempunyai pengaruh terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan identik dengan upaya meningkatkan suatu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan identik dengan upaya meningkatkan suatu pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan identik dengan upaya meningkatkan suatu pendapatan perkapita atau lebih sering di sebut dengan pertumbuhan ekonomi karena kedua faktor tersebut saling barkaitan.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah

BAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perbandingan daratan dan lautan 38% : 62%, memiliki 17.508 pulau, dimana 6000 di antaranya telah bernama dan 1000 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim. Sebagai wilayah dengan dominasi lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di bidang perikanan dan kelautan.

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D 098 448 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT

Oleh: Diterima: 18 Februari 2009; Disetujui: 1 September 2009 ABSTRACT PRIORITAS PEMILIHAN LOKASI PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN DI KABUPATEN REMBANG Location Selection Priority of Fishing Port Development at Rembang Regency Oleh: Iin Solihin 1* dan Muhammad Syamsu Rokhman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO

ABSTRACT. KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO ABSTRACT KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO SRIWIYONO and SUGENG HARI WISUDO. As one of the factors

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa berlokasi di Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara, pelabuhan secara geografis terletak pada 06 06' 30" LS,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini orang menganggap Kebumen sebagai wilayah perlintasan bagi para pengguna kendaraan yang akan menuju kota-kota tujuan utama di Pulau Jawa. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT ANALISIS SUPPLY CHAIN DALAM AKTIVITAS DISTRIBUSI DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU (PPNP) Supply Chain Analysis on the Distribution Activity in Palabuhanratu Archipelago Fishing Port Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kondisi Pariwisata Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata Internasional. Kondisi geografis serta iklim yang unik dan menarik yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR

PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR PERSEPSI WISATAWAN MANCANEGARA TERHADAP ATRAKSI PARIWISATA AIR DI KAWASAN GILI TRAWANGAN TUGAS AKHIR Oleh : ISNURANI ANASTAZIAH L2D 001 437 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci