PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE)"

Transkripsi

1 SSBM 04 = SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN GEDUNG PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN GEDUNG (SITE SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Salah satu modul pelatihan yang akan diberikan kepada peserta pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung adalah mengenai Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung. Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para Peserta Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Perawatan Bangunan Gedung. Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

3

4 LEMBAR TUJUAN MODUL PELATIHAN : Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance ) MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Mampu mengawasi pekerjaan perawatan bangunan gedung sesuai dengan metode dan prosedur yang dapat diterima, dinyatakan pada gambar teknik dan spesifikasi seperti pada dokumen kontrak dan perjanjian kerja. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. 2. Melaksanakan sesuai spesifikasi struktur bangunan gedung. 3. Melaksanakan sesuai spesifikasi arsitektur bangunan gedung. 4. Melaksanakan sesuai spesifikasi utilitas bangunan gedung. 5. Membuat alokasi waktu dan penjadwalan. 6. Membuat perhitungan rancangan anggaran biaya. 7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. 8. Menggunakan teknologi bahan, bangunan dan konstruksi. 9. Menggunakan Komputer 10. Menjelaskan rekayasa bangunan. 11. Menggunakan perlengkapan dan metode kerja. 12. Melaksanakan manajemen pemeliharaan & perawatan bangunan gedung. 13. Melaksanakan manajemen supervisi lapangan & pelaporan. 14. Menjelaskan pranata pembangunan.

5 NO. DAN JUDUL MODUL : SSBM 04 SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN GEDUNG TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari modul, peserta mampu melaksanakan sesuai spesifikasi utilitas bangunan gedung dan menerapkan prinsip perawatan dan pemeliharaan bangunan gedung sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan perawatan bangunan gedung sesuai peraturan yang berlaku sehingga layak difungsikan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Membaca gambar Instalasi terpasang pada gedung 2. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem transportasi Vertikal yang ada dalam gedung 3. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem plumbing dan pompa mekanik 4. Melaksanakan sesuai spesifikasi dan sistem pengkondisian udara dan ventilasi yang ada dalam gedung 5. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem instalasi listrik dan penerangan yang ada 6. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem tata suara dan komunikasi yang ada dalam gedung 7. Melaksanakan sesuai spesifikasi sistem proteksi kebakaran yang ada dalam gedung.

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... LEMBAR TUJUAN... DAFTAR ISI... DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG (Site Supervision of Building Maintenance)... DAFTAR MODUL... PANDUAN INSTRUKTUR... BAB I GAMBAR UTILITAS BANGUNAN GEDUNG 1.1 Penyajian Gambar i ii iv vii viii ix 1.2 Skala Gambar I Tata Letak dan Kelengkapan I - 1 G a m b a r

7 BAB II SPESIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL 2.1 Umum I Tata Letak Lift I I Perancangan Lift I I Waktu Perjalanan Bolak I I - 7 B a l i k ( T )

8 2.3.2 Beban Puncak Lift... II Jumlah Lif... II Kebutuhan Ruang Lif... II-14 BAB III SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING DAN POMPA MEKANIK 3.1 Sistem Pemipaan Pada B a n g u n a n I I - 8 T i n g g i I I I Jaringan Pipa Air Bersih... III-2

9 I Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Jaringan Pipa Air Kotor d a n P i p a V e n t i l a s i Peralatan Pengolah Air I I I - 7 L i m b a h

10 I I Sampah... III Sumur Resapan... III Integrasi Pemipaan... III Perancangan Kebutuhan Air B e r s i h I I I Kebutuhan Keseharian... III Kebutuhan Boiler... III Kebutuhan Pencegahan d a n P e n g e

11 n d a l i a n K e b a k a r a n I I I Kebutuhan Tata Udara... III-22 BAB IV SPESIFIKASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN VENTILASI 4.1 Mutu Udara Dalam Bangunan I V

12 4.2 Sistem Tata Udara Perancangan Tata Udara I V - 5 I V Beban Pendingin... IV Aplikasi Sistem Tata U d a r a BAB V Kebutuhan Ruangan... IV-11 SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN 5.1 Dasar Instalasi Listrik I V - 1 0

13 5.2 Lampu-Lampu Sebagai Sumber V - 1 C a h a y a V Lampu-lampu pijar... V Lampu-lampu pelepasan l i s t r i k Lampu-lampu pelepasan V - 7 l i s t r i

14 k ( l a n j u t a n ) Efisiensi Lampu... V Sistim-Sistim Illuminasi V Klasifikasi sistim V i l l u m i n a s i

15 Faktor-faktor V p e r t i m b a n g a n i l l u m i n a s i. V -

16 Spesifikasi Illuminasi V Beberapa kriteria... V Illuminasi Yang D i a n j u r k a n V Kwalitas Warna... V Perimbangan Terhadap C a h a y a

17 A l a m i 5.5 Standar Penerangan Buatan Di D a l a m V G e d u n g - G e d u n g V -

18 Ruang lingkup... V Pengertian-pengertian... V Prinsip-prinsip Umum... V Persyaratan Penerangan B u a t a n V BAB VI SPESIFIKASI TATA SUARA DAN KOMUNIKASI BAB VII SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 7.1 Sistem Pencegahan dan P e n a n g g u

19 l a n g a n B a h a y a K e b a k a r a n P a s i f V I I - 1

20 7.1.1 Pintu Keluar... VII Koridor dan Jalan Keluar... VII Kompartemen... VII Evakuasi Darurat... VII Pengendalian Asap... VII Pencegahan Dan P e n a n g g u l a n g a n B a h a y a K e b a k a r a

21 n A k t i f V I I Alat P e n g i n d e r a a n / P e r i n g

22 a t a n D i n i ( D e t e k t o r ) V I I Hidran dan Selang K e b a k a

23 r a n V I I Sprinkler... VII Pasokan Air... VII-21 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT

24 DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG (Site Supervision of Building Maintenance) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing -masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance).

25 DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SSBM 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2 SSBM 02 Spesifikasi Struktur Bangunan Gedung 3 SSBM 03 Spesifikasi Arsitektur Bangunan Gedung 4 SSBM 04 Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung 5 SSBM 05 Alokasi Waktu dan Penjadwalan 6 SSBM 06 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya 7 SSBM 07 Dokumen Kontrak 8 SSBM 08 Teknologi Bahan, Bangunan & Konstruksi 9 SSBM 09 Komputer 10 SSBM 10 Rekayasa Bangunan 11 SSBM 11 Perlengkapan dan Metode Kerja 12 SSBM 12 Manajemen Pemeliharaan & Perawatan Bangunan Gedung 13 SSBM 13 Manajemen Supervisi Lapangan dan Pelaporan 14 SSBM 14 Pranata Pembangunan

26 PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : PELATIHAN PELAKSANA MADYA PERAWATAN BANGUNAN GEDUNG (SIT E SUPERVISOR OF BUILDING MAINTENANCE) KODE MODUL : SSBM - 04 JUDUL MODUL : SPESIFIKASI UTILITAS BANGUNAN GEDUNG DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan Gambar instalasi terpasang (as built drawings), Spesifikasi sistem transportasi vertikal, Spesifikasi sistem plambing dan pompa mekanik, Spesifikasi sistem pengkondisian udara dan ventilasi, Spesifikasi sistem listrik dan penerangan, Spesifikasi sistem tata suara dan komunikasi, Spesifikasi sistem proteksi kebakaran untuk pelatihan Pelaksana Madya Perawatan Bangunan Gedung (Site Supervisor of Building Maintenance). TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 4 (Empat) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit)

27 B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan/ Bab I, Pendahuluan Menjelaskan tujuan instruksional umum(tiu) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Menjelaskan maksud dan tujuan spesifikasi utilitas bangunan gedung. Menjelaskan pengertian spesifikasi utilitas bangunan gedung. Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengikuti penjelasan maksud dan tujuan spesifikasi utilitas bangunan gedung. Mengikuti penjelasan pengertian spesifikasi utilitas bangunan gedung. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab II, Gambar instalasi terpasang (as built drawings) Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Gambar instalasi terpasang (as built drawings). Waktu : 25 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 3. Ceramah : Bab III, Spesifikasi sistem transportasi vertikal Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem transportasi vertikal. Waktu : 25 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 4. Ceramah : Bab IV, Spesifikasi sistem plambing dan pompa mekanik Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem plambing dan pompa mekanik. Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT Waktu : 25 menit 5. Ceramah : Bab V, Spesifikasi sistem pengkondisian udara dan ventilasi Memberikan penjelasan, uraian Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur OHT

28 atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem pengkondisian udara dan ventilasi. dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. Waktu : 25 menit 6. Ceramah : Bab VI, Spesifikasi sistem listrik dan penerangan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem listrik dan penerangan. Waktu : 25 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 7. Ceramah : Bab VII, Spesifikasi sistem tata suara dan komunikasi Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem tata suara dan komunikasi. Waktu : 25 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 8. Ceramah : Bab VIII, Spesifikasi sistem proteksi kebakaran Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Spesifikasi sistem proteksi kebakaran. Waktu : 25 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT

29 Bab I: Gambar Instalasi Terpasang BAB I GAMBAR INSTALASI TERPASANG 1.1. PENYAJIAN GAMBAR a. Secara umum gambar harus dilengkapi dengan keterangan yang menggunakan Bahasa Indonesia. b. Teknik menggambar harus benar dengan notasi yang baku (mis.: untuk sistem plambing, listrik, mekanikal, dll). c. Skala mengikuti ketentuan yang umum, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. d. Ukuran kertas A1 atau A SKALA GAMBAR Skala gambar tergantung dari jenis struktur bangunan gedung, yang biasanya dibedakan antara untuk sistem plambing, listrik, tata udara, mekanikal, proteksi kebakaran, dan tata suara (lihat tabel 1) Tabel 1.1: Skala Gambar NO Jenis Gambar Denah/ Potongan 1 Plambing 1 : : Mekanikal 1 : Listrik dan Penerangan 1 : : : 200 Detail 1 : 20 1 : 40 1 : 20 1 : 40 1 : 20 1 : 40 Keterangan Kelengkapan Gambar - Mutu Bahan - As Horizontal dan Vertikal - Denah kunci - Diameter Pipa - Elevasi dan Kemringan - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi fikstur - Mutu Bahan - As Horizontal dan Vertikal - Denah Kunci - Elevasi - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi tfikkstur - Mutu Bahan - Ukuran kabel - As Horizontal dan Vertikal - Denah Kunci - Elevasi - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi fikstur

30 Bab I: Gambar Instalasi Terpasang NO Jenis Gambar Denah/ Potongan 4 Tata udara 1 : : Proteksi Kebakaran 1 : : Transportasi Vertikal 1 : : 200 Detail 1 : 20 1 : 40 1 : 20 1 : 40 1 : 20 1 : 40 Keterangan Kelengkapan Gambar - Mutu Bahan - Ukuran ducting - As Horizontal dan Vertikal - Denah Kunci - Elevasi - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi fikstur - Mutu Bahan - Ukuran pipa - As Horizontal dan Vertikal - Denah Kunci - Elevasi - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi fikstur - Mutu Bahan - Ukuran lif/eskalator/travelator - As Horizontal dan Vertikal - Denah Kunci - Elevasi - Jenis dan tata letak peralatan - Notasi fikstur 1.3. TATA LETAK DAN KELENGKAPAN GAMBAR Gambar utilitas pada umumnya terdiri dari gambar instalasi terpasang ( as built drawings): - Gambar sistem plambing - Gambar sistem elektrikal dan elektronik - Gambar sistem mekanikal - Gambar sistem tata udara - Gambar sistem transportasi vertikal Kelengkapan Gambar (bila diperlukan): - Isometrik Plambing (Gambar 1.1) - Konsep Perencanaan Utilitas Bangunan - Analisa Perhitungan Mekanikal dan Elektrikal

31 Bab I: Gambar Instalasi Terpasang Gambar 1.1: Diagram Isometrik Saluran Air Kotor dan Ventilasi

32 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal BAB II SPESIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL 2.1. UMUM Pada abad ke-19, tambang dan katrol digunakan untuk mengangkut orang dan barang pada bangunan bertingkat. Peralatan ini digerakkan oleh tenaga air atau uap, yang selanjutnya berkembang dengan ditemukannya motor listrik. Pada tahun 1852 William Otis mendemonstrasikan lif untuk pertama kali dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan manusia dan gedung pencakar langit yang pertama menggunakan lif dengan mesin traksi yang diletakkan di puncak bangunan adalah gedung Woolworth yang dibangun di New York tahun Dewasa ini, terdapat dua jenis lif yang umum digunakan, yaitu jenis dengan motor penggerak (traction lift) dan jenis dengan dongkrak hidrolik (hydraulic lift). Untuk lif dengan motor penggerak. peletakan mesin dapat berada di atas ruang luncur (di penthouse) atau di basemen (di samping ruang luncur). Kedua jenis peletakan ini dapat terlihat pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. Kecepatan lif hidrolik antara 0,30 sampai 0,90 meter/detik dan kapasitas angkut maksimumnya 10 ton (dengan tuas tunggal) dan dapat mengangkut sampai dengan beban 50 ton (dengan tuas ganda). Lif hidrolik ini mempunyai karakteristik: Gambar 2.1: Lif Hidrolik

33 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal a. Tidak mengakibatkan tambahan beban di puncak bangunan b. Hanya digunakan untuk kecepatan yang relatif rendah c. Hanya digunakan untuk melayani lantai yang jumlahnya sedikit d. Ada kemungkinan bau minyak merebak ke dalam kereta lif e. Sangat baik untuk mensangkut beban" berat f. Alas lantai kereta dapat berada pada level bangunan secara tepat g. Tidak membutuhkan beban pengimbang (counter weight) h. Memmbulkan suara yang lebih berisik dibandingkan dengan lif yang digerakkan oleh motor traksi. Gambar 2.2: Lif dengan Motor Traksi Kecepatan lif dengan penggerak motor di atas adalah antara 2.5 sampai 9 meter/ detik. Lantai kereta lif mempunyai perbedaan sekitar 6 mm dengan permukaan lantai bangunan. Pergerakan lif tipe ini sangat halus dan sangat efisien dalam penggunaan energi listrik, namun harganya termasuk yang termahal dibandingkan sistem lif lainnya. Lif dengan motor di bawah hanya dapat digunakan untuk melayani paling banyak delapan lantai dan biayanya sekitar 50% lebih mahal dibandingkan yang bermesin di atas. Di samping itu, kecepatannya juga terbatas (sekitar 1 meter/detik).

34 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal 2.2. TATA LETAK LIFT Ruang luncur lif ditentukan dari jumlah dan konfigurasi tata letak lif dengan jumlah maksimal empat buah dalam satu deretan. Diagram pada Gambar 2.3. menunjukkan tata letak sekelompok lif yang baik dan alternatif lain yang masih dapat dilakukan. Perlu diingat bahwa semua hambatan yang dapat mengganggu arus lalu lintas perlu dihilangkan. Tata letak lain yang juga sering dijumpai adalah bentuk Cul-de-Sac (jalan buntu) dan melingkar (Gambar 2.4). Gambar 2.3: Tata Letak Konfigureasi Lif

35 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Gambar 2.4: Tata Letak Lif Cul de-sac dan Malingkar Untuk bangunan yang tingginya lebih dari 25 lantai, dianjurkan untuk membagi layanan lif dengan mengelompokkan lantai yang dilayani, konsep zona, di mana tiap zona dilayani oleh sejumlah lif tertentu. Jika pembagian zona ini masih mengakibatkan jumlah lif tetap banyak. dapat digunakan sejumlah lif dengan pintu masuk (entrance) terpisah dan ditempatkan pada lantai transfer yang disebut "sky lobby', Sky lobby ini digunakan untuk tempat transfer dari zona yang lebih rendah ke zona di atasnya. Di samping itu, areal sky lobby ini dapat digunakan untuk tempat penampungan sementara pada kondisi darurat (kompartemen kebakaran) dan kebutuhan aktivitas lainnya, seperti ruang mekanikal elektrikal (mesin pengkondisian udara dan pompa air), bak penampungan air (reservoir), restoran. lobby hotel, ruang pengelola, ruang rapat, kolam renang. dan lain-lain. Mengingat sky lobby memuat peralatan mekanik dan elektrik, maka secara strukturai lantainya sangai kaku dan kukuii, nehingga menarnbah ketahanan bangunan terhadap gaya-gaya lateral yang diakibatkan oleh angin atau gempa burni. Pada bangunan yang tinggi dan luas, jumlah lif yang diperlukan meningkat sebanding dengan jumlah lantai yang dilayani. Dengan demikian, jika mencapai suatu ketmggian tertentu. maka areal luas yang digunakan untuk menempatkan lif menjadi meningkat dan melebihi ketentuan ekonomis (di atas 20% luas lantai). Jadi. pada umumnya sebuah lif hanya melayani sekitar lantai, agar tidak melampaui batas tunggu dan jumlah waktu perjalanan yang disyaratkan. Jika hal tersebut dijumpai dalam suatu bangunan tinggi. maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan: a. Sejumlah lantai dibagi atas beberapa zona: group I melayani sejumlah lantai zona bawah, group II melayani sejumlah lantai zona tengah, dan group III

36 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal melayani sejumlah lantai zona atas. Dengan pembagian zona tersebut, beban lif menjadi berkurang. Namun pembagian zona tidak memberi dampak pada pengurangan luas inti, sebab ruang mesin lif tetap berada di lantai yang sama, yang letaknya di atas group III (di penthouse). b. Untuk mengurangi luas inti, khususnya pada lantai-lantai bagian atas, gedung dibagi atas beberapa lobby yang ditempatkan pada lantai-lantai tertentu. Selanjutnya, lif dengan kapasitas besar dan berkecepatan tinggi melayani penumpang dari lobby utama di lantai dasar ke sky lobby, atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby berikutnya. Dari sky lobby orang dapat pindah dengan menggunakan eskalator ke sejumlah lif yang melayani zona di atasnya (Gambar 2.5.). Gambar 2.5: Zona Lif dan Sky Lobby

37 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Konsep ini memungkinkan dikuranginya ruang yang digunakan untuk lubang lif. sebab alur perjalanan lif tidak perlu setinggi bangunan. Penggunaan sky lobby ini memungkinkan bangunan berfungsi ganda: memuat apartemen atau hotel di bagian atas, perkantoran di bagian tengah, dan fasilitas perbelanjaan serta parkir di bagian bawah. c. Jika penggunaan sky lobby belum juga dapat memenuhi ketentuan luas inti yang disyaratkan, maka dapat digunakan lif double decker (Gambar 2.6). Gambar 2.6: Lif Double Decker

38 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Pengaturan tata letak lif pada lobby yang dikaitkan dengan pembagian zona layanan lif dapat dilihat pada Gambar 2.7. Tiap zona lif biasanya melayani lantai, dan 4 zona merupakan batas maksimum. Jika memerlukan zona lif lebih dari empat, maka harus digunakan sky lobby (minimum dua lantai), dan di atas sky lobby masih dimungkinkan untuk ditambah 2-3 lantai tambahan untuk ruang mekanik/elektrik. Gambar 2.7: Tata Letak Lif pada Lobby dan Zona Layanan Lif 2.3. PERANCANGAN LIFT Rancangan, instalasi, dan pemeliharaan untuk berbagai jenis peralatan lif sangat tergantung pada peraturan dan ketentuan daerah setempat. Di Indonesia rekomendasi penggunaan lif diberikan oleh Departemen Ketenagakerjaan, karena menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja orang yang ada pada bangunan tersebut. Ketentuan rancangan juga berkaitan dengan dimensi ruang mesin, akses yang diperlukan, pencahayaan dan ventilasi. Persyaratan dan peraturan mungkin berbeda antar daerah yang satu dengan yang lainnya. tetapi pada dasarnya menuntut disediakannya suatu sistem peralatan, baik yang manual maupun yang otomatis, sehingga lif dapat secara aman dioperasikan untuk kepentingan umum. Kapasitas atau daya angkut suatu sistem lif harus cocok dengan kebutuhan transportasi vertikal pada bangunan tertentu yang secara konsisten mengacu pada kriteria rancangan kualitas bangunan. Rancangan yang tepat dapat dilakukan

39 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal berdasarkan jumlah mesin, ukuran, dan kecepatannya. Meskipun demikian perhitungan perjalanan penumpang dilakukan berdasarkan anggapan yang diperoleh dari pengalaman atau pengamatan terdahulu. Perhitungan harus dilakukan secara realistis terhadap kebutuhan sekarang dan per-kiraan di masa yang akan datang, mengingat sangat sulitnya kita melakukan modifikasi setelah sistem lif terpasang. Penyempumaan hanya mungkin dilakukan dengan mening-katkan sistem pengendalian, atau mungkin menambah kecepatan mesin lif. Secara ideal, lif dirancang untuk melayani beban puncak (peak atau rush hour) Waktu Perjalanan Bolak Balik (T) Waktu perjalanan bolak balik lif (Round Trip Time - RTT) adalah waktu yang dibutuhkan seseorang secara total, mulai dari masuk di lobby sampai ke lantai yang dituju. Untuk itu, perlu diperhitungkan dan dijumlahkan waktu yang diperlukan selama perjalanan tersebut: a. Lif berhenti di lobby b. Pintu lif terbuka c. Orang/Penumpang masuk ke dalam lif. d. Pintu lif tertutup e. Lif bergerak sampai kecepatan maksimum f. Lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap g. Laju kecepatan lif menurun untuk berhenti h. Pintu lif terbuka i. Orang/Penumpang ke luar j. Pintu lif tertutup Pada bangunan yang tidak begitu tinggi, sulit terjadi lif melaju dalam kecepatan maksimum yang tetap, karena sebelum mencapai kecepatan maksimum. laju kecepatan lif sudah menurun untuk berhenti di lantai tertentu. Buka tutup pintu lif merupakan bagian terbesar dari waktu yang diperlukan dalam RTT, karenanya akan lebih baik untuk menggunakan pintu dengan kecepatan buka-tutup yang tinggi atau menggunakan dua daun pintu. Dari hal tersebut di atas, maka RTT untuk satu zona pelayanan, secara pendekatan terdiri dari: a. Pintu membuka di lobby lantai dasar, membutuhkan 2 detik

40 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal b. Orang/Penumpang masuk dengan kecepatan 1,5 detik/orang. Jadi jika kapasitas lif adalah 'm'. maka dibutuhkan 1,5 m detik. c. Pintu lif tertutup, membutuhkan waktu 2 detik. d. Pintu lif membuka di setiap lantai, membutuhkan 2(n - 1) detik e. Orang/Penumpang ke luar di setiap lantai membutuhkan 1,5 m detik f. Pintu lif menutup di setiap lantai, membutuhkan 2(n - 2) detik g. Perjalanan bolak balik 2h ( n 1) detik s Maka jumlah waktu yang dibutuhkan: ( 2h 4s )( n 1) s( 3m 4) T detik s Persamaan 2.1 di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m) s adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) n adalah jumlah lantai yang dilayani lif m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) Kecepatan lif untuk berbagai ketinggian bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.1., sedangkan kapasitas lif dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.1: Kecepatan Lif yang direkomendasi (m/det) Jumlah Lantai Kecil Menengah Besar Lif Barang Kantor Diatas 60 Gedung Parkir Hotel Apartemen, Asrama/ Rumah Sakit

41 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Tabel 2.2: Rekomendasi Kapasitas Lif (kg) Jumlah Lantai Kecil Menengah Besar Lif Barang Kantor Parkir Komersial Hotel Apartemen Rumah Sakit Catatan: 1250/ / Kapasitas Lif (kg) / / Kapasitas Penumpang (Orang) / / Meskipun kecepatan lif bisa mencapai 9 m/detik, pada umumnya penggunaan lif dibatasi pada kecepatan 7 m/detik, agar tidak mendekati kecepatan gravitasi bumi (9,8 m/detik). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rasa tidak nyaman (mual) bagi penumpang lif Beban Puncak Lift Beban puncak lift dilakukan berdasarkan perhitungan empiris terhadap jumlah penghuni gedung yang harus dapat diangkat oleh lif yang tersedia dalam lima menit pada waktu tersibuk di bangunan tersebut. Sebagai batasan, biasanya ditentukan dalam persentase (%) jumlah penghuni gedung, sebagaimana tertera dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3: Persentase Beban Puncak lif di Indonesia Jenis Bangunan Kantor Apartemen Hotel % x Penghuni Bangunan Perkiraan Penghuni Bangunan (PB) 4 m 2 lantai netto/orang 3 m 2 lantai netto/orang 5 m 2 lantai netto/orang Dua kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas kinerja lif: a. Waktu Tunggu (WT) Waktu Tunggu (waiting interval) adalah waktu maksimum, yang diukur dalam detik, antara pemanggilan lif (ditekannya tombol lift) di lobby utama lantai dasar pada beban puncak dan datangnya lif (terbukanya pintu lif).

42 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal T WT Persamaan 2.2 N dimana : N adalah jumlah lif. Ketentuan perkiraan batas waktu tunggu tertera pada tabel berikut. Tabel 2.4: Waktu Tunggu yang ideal Jenis Bangunan Kantor/Rumah Sakit Apartemen Hotel Asrama Kampus WT (detik) b. Kapasitas Daya Angkut (Handling Capacity HC) Kapasitas lif tergantung dari kapasitas muat lif dan frekuensi masul/keluarnya penumpang, yang diukur untuk jangka waktu lima menit waktu tersibuk bangunan itu. Daya angkut suatu lif dalam lima menit ditentukan berdasarkan: m m. N 300. m. N HC WT T T Persamaan 2.3 Dimana : m adalah daya angkut/kapasitas lif (75 kg/orang) WT adalah waktu tunggu (detik) N adalah jumlah lif T adalah waktu perjalanan bolak balik lif (detik) Jumlah Lif a. Jumlah lift utuk Satu Zona Pelayanan (Single Zone Service) Jika beban puncak lif dalam suatu bangunan dihitung berdasarkan perkiraan dari jumlah penghuni gedung (lihat tabel 2.3), maka beban puncak lif (BPL): BPL P( Lbruto Lint PB i ) n Persamaan 2.4 Di mana : P adalah % beban puncak lif (lihat Tabel 2.3) L bruto adalah luas bruto per lantai (m 2 ) L inti adalah luas inti bangunan (m 2 ) L netto n adalah luas netto per orang adalah jumlah lantai bangunan

43 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal PB adalah perkiraan penghuni bangunan (Tabel 2.3) Jumlah lif yang dibutuhkan : BPL N Persamaan 2.5 HC dengan mensubstitusikan Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 dalam Persamaan 2.5 maka diperoleh : Lnetto P T N Persamaan PB m Sebagai perkiraan, jumlah lif untuk kantor adalah satu lif untuk tiap m 2 luas lantai bruto, dan tambahan satu lif barang untuk 5 6 lif penumpang. Jumlah dan kapasitas lif untuk bangunan perkantoran dapat juga diperoleh dengan bantuan Tabel 2.5. Untuk tabel 2.5 dapat digunakan dengan pertimbangan klasifikasi hotel, dan hal-hal sebagai berikut: 1) Untuk setiap 100 kamar perlu disediakan sati lift barang. 2) Untuk pelayanan yang memuaskan, setiap 75 kamar dilayani oleh satu lif. 3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 16 orang. 4) Lif yang digunakan harus mampu mengangkut barang bawaan tamu yang berat (koper atau meja saji makanan). 5) Ruang kamar tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif. Tabel 2.5: Perkiraan Jumlah dan Kapasitas Lif (Bangunan Perkantoran) Lantai Yang Luas Lantai Bruto (x 100 m 2 ) Dilayani c 5c 5d 6d 17 4b 4d 5c 5e 6d 16 3c 4c 5c 5d 6d 6e 15 3b 4b 4d 5c 5d 6d 6e 14 4b 4c 4d 5c 5d 6d 6e 13 3b 4b 4c 4d 4d 5d 5e 6d 6d 12 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5d 5e 6d 6e 11 3b 3b 3c 4b 4c 4d 4e 5b 5d 5e 6d 6d 10 2e 3b 3c 4b 4c 4c 4d 5c 5d 6e 6c 6d 9 2c 2d 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d 4e 5c 5d 8 2a 2c 2d 3a 3b 3b 3c 3d 4b 4b 4c 4d 7 2a 2a 2b 2c 2e 3a 3b 3b 3c 3d 4b 6 2a 2a 2a 2a 2v 2c 2d 2e 3a 3b 5 1c 1c 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2a 2b 4 1b 1b 1b 1c 1c 1c 1c 2 2a Catatan: a = kapasitas lif 10 orang b = kapasitas lif 12 orang c = kapasitas lif 16 orang d = kapasitas lif 20 orang e = kapasitas lif 24 orang Bangunan yang tingginya kurang dari empat lantai harus dilengkapi dengan minimal dua buah tangga, ramp, eskalator, atau lif untuk

44 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal penyandang tuna daksa. Untuk luas lantai bruto > m2, perlu ada satu lif barang Untuk apartemen, perlu diperhatikan : 1) Bagi setiap 300 unit perlu disediakan satu lif barang 2) Lif barang diperlukan jika blok hunian di mana pintu utama berada ditempatkan pada ketinggian dua lantai dari lantai dasar. 3) Kapasitas lif yang digunakan minimal untuk 12 orang. 4) Unit hunian tidak boleh berdekatan dengan ruang mesin lif. b. Jumlah lift utuk Banyak Zona Pelayanan (Multi Zone Service) Perhitungan Jumlah Lif dilakukan untuk setiap zona pelayanan : 1) Perhitungan untuk zona 1 dengan n 1 lantai yang dilayani: Waktu perjalanan bolak balik zona 1 (T 1) adalah: T ( 2h 4s )( n 1) s ( 3m 4) Persamaan 2.7 s1 di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m) s 1 adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 1 n 1 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 1 m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 1 (N 1) adalah Lnetto n1 P T1 N1 300 PB m Persamaan 2.8 dengan waktu tunggu di zona 1 (WT 1) adalah: T1 WT1 N Persamaan ) Perhitungan untuk zona 2 dengan n 2 lantai yang dilayani: Waktu perjalanan bolak balik zona 2 (T 2) adalah: T 2h( n 1) ( 2h 4s )( n 1) s ( 3m 4) Persamaan 2.10 s2 s2 di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m) s 2 adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) pada zona 2 n 2 adalah jumlah lantai yang dilayani lif pada zona 2 m adalah daya angkut / kapasitas lif (orang) dan jumlah lif yang dibutuhkan pada zona 2 (N 2) adalah

45 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Lnetto n2 P T2 N 2 Persamaan PB m dengan waktu tunggu di zona 2 (WT 2) adalah: T2 WT2 N 2 Persamaan 2.12 Dengan pendekatan yang sama, dapat dihitung waktu perjalanan bolak balik (T), jumlah lif (N) dan waktu tunggu (WT) untuk bangunan dengan pembagian zona lebih dari dua (dengan maksimum empat zona). c. Lif Ekspres Bangunan yang menggunakan sku lobby, semestinya dilengkapi dengan lif ekspres yang melayani orang/penumpang dari loby utama ke sky lobby di atasnya, atau dari sky lobby yang satu ke sky lobby yang lainnya. Waktu perjalanan bolak balik untuk mencapai sky lobby adalah : T 2h( n 2) e e ( 3m 8) Persamaan 2.13 se di mana: h adalah jarak lantai ke lantai (m) s e n e m adalah kecepatan rata-rata lif ekspres (m/detik) adalah jumlah lantai yang dilalui lif ekspres adalah daya angkut / kapasitas lif ekspres (orang) dan jumlah lif ekspres yang dibutuhkan adalah N e Lnetto ne P Te Persamaan PB m dengan waktu tunggu lif ekspres adalah: WT e Persamaan Kebutuhan Ruang Lif a. Ruang Luncur Lif (Lift Shaft) Secara umum kebutuhan ruang lif adalah: 1) Luas ruang luncur, antara 0,30 0,36 m 2 /orang. Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,36 m 2 /orang. T N e e

46 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal 2) Luas kereta lif (car lift), antara 0,18 0,22 m 2 /orang Dalam rancangan biasa diambil nilai 0,20 m2/orang dengan jarak antar kereta kurang lebih 0,30 meter (Gambar 2.8). Gambar 2.8: Dimensi Ruang Luncir Lif b. Ruang Lobby Lif Jarak bebas koridor dan bukan lif dapat dilihat pada gambar 2.9. Gambar 2.9: Dimensi dan Jarak Bebas Lobby Lif c. Dimensi Ruang Mesin Lif/Pit Dimensi ruang mesin perlu disediakan untuk motor penggerak traksi yang ditempatkan tepat di atas ruang luncur lif, dan pit perlu disediakan di dasar ruang luncur menahan mendaratnya lif di lantai dasar (Gambar 2.10).

47 Bab II: Spek. Sistem Trans. Vertikal Gambar 2.10: Dimensi Ruang Mesin dan Pit Lif

48 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik BAB III SPESIFIKASI SISTEM PLAMBING DAN POMPA MEKANIK 3.1 SISTEM PEMIPAAN PADA BANGUNAN TINGGI Instalasi pipa pada bangunan tinggi digunakan untuk mengalirkan air bersih (panas dan dingin), air es untuk keperluan tata udara, air untuk keperluan pencegahan dan penang-gulangan bahaya kebakaran, pembuangan air kotor, air buangan, air hujan, dan air limbah. Di samping itu, ada pula jaringan pipa untuk ventilasi dan saluran gas, dan di rumah sakit terdapat pula saluran oksigen. Jenis pipa yang digunakan juga beragam jenisnya: air bersih dialirkan melalui pipa besi (steel pipe atau black pipe), pipa galvanis, pipa Poly Vinyl Chloride (PVC) atau pipa tembaga (copper pipe). Pipa yang digunakan untuk keperluan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran (hidran dan sprinkler), dituntut untuk mampu menahan tekanan tertentu. Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal (riser, down feed, atau stand pipe) yang disembunyikan dalam saluran di dalam tembok (shaft) sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1, sedangkan pada arah horizontal, biasanya ditempatkan di atas langit-langit atau di lantai instalasi (lantai mekanik dan elektrik). Untuk membedakan antara pipa yang satu dengan yang lainnya, maka pipa diberi warna dan diberi arah alirannya (Tabel 3.1.) Tabel 3.1: Warna Pipa Air Bersih dan Air Kotor Fungsi Pipa Air Bersih Air Buangan Air Limbah Air untuk Sprinkler Warna Pipa Biru Kuning Coklat Merah

49 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Gambar 3.1: Tipikal Saluran Pipa Air Bersih dan Air Kotor Jaringan Pipa Air Bersih Untuk memasok kebutuhan air bersih pada bangunan tinggi, biasanya digunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah dan jika bangunannya sangat tinggi, maka Jaringan pemipaan dibagi atas beberapa zona. Diagram distribusi air bersih (air dingin dan air panas), pasokan untuk kotak hidran dan menara pendingin, serta Jaringan air buangan untuk bangunan tinggi yang dibagi atas beberapa zona (zona utilitas biasanya melayani sekitar 15 lantai), diperlihatkan pada Gambar 3.2.

50 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Tangki Air Pompa Tekan (PT) Pompa Menara Pendingain JP Kotak Hidran Lantai 45 AD JP AB Kotak Hidran ZONA 3 JP AP Tangki Air Kotak Hidran JP PA Kotak Hidran Lantai 30 AD JP AB Kotak Hidran ZONA 2 JP Tangki Air AP Kotak Hidran PA Jaringan Sprinkler (JP) Kotak Hidran Lantai 15 JP AP AB Kotak Hidran ZONA 1 JP Kotak Hidran Lantai Dasar Pompa PT Pemanas Air (PA) Tangki Air Bawah Tanah Air Buangan NOTASI: AD = Air Dingin AP = Air Panas AB = Air Buangan Meter Air Pasokan Utama Gambar 3.2: Skema Pemipaan untuk Bangunan Tinggi. Pada umumnya terdapat dua sistem pasokan air bersih yaitu sistem pasokan ke atas (up feed), (baik dengan atau tanpa tangki penampung air), dan pasokan ke bawah (down feed). Pada sistem pasokan ke atas (up feed) air bersih dialirkan dengan tekanan pompa (Gambar 3.3.a. dan gambar 3.3.b.), sedangkan pada pasokan ke bawah (down feed), pompa digunakan untuk mengisi tangki air di atas atap. Dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa akan berhenti bekerja,

51 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik jika air dalam tangki sudah penuh dan selanjutnya air dialirkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi (Gambar 3.3.c.). Pompa yang biasa digunakan untuk bangunan tinggi adalah pompa sentrifugal (Gambar 3.4.). Gambar 3.3: Sistem Pasokan Air Bersih Gambar 3.4: Pompa Air untuk Bangunan Tinggi

52 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Selanjutnya, air panas biasa dihasilkan oleh peralatan pemanas air, dari yang kapasitasnya kecil (Gambar 3.5.) sampai dengan yang kapasitasnya besar (Gambar 3.6.). Pemanas air ini ada yang menggunakan pembakaran gas, listrik, atau tenaga surya (Gambar 3.7). Gambar 3.5: Pemanas Air Kapasitas Kecil Gambar 3.6: Pemanas Air Kapasitas Besar Gambar 3.7: Pemanas Air Kapasitas Besar

53 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Pada bangunan yang membutuhkan pasokan air dengan mutu terjamin (bebas dari polutan) atau penggunaan air yang didaur ulang, seperti halnya pada keperluan untuk kolam renang, maka pasokan air perlu disaring melalui alat penyaring bertekanan (pressure filter) sebagaimana terlihat pada Gambar 3.8. Selanjutnya, pasokan air tersebut ditambahi kaporit untuk mematikan kuman-kuman yang ada melalui alat pemberi kaporit (Gambar 3.9.). Gambar 3.8: Alat Penyaring Air Bertekanan Gambar 3.9: Alat Pemberi Kaporit

54 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Jaringan Pipa Air Kotor dan Pipa Ventilasi Dalam praktek, gambar pemipaan biasanya menggunakan diagram isometrik, seperti yang terlihat dalam jaringan pemipaan air buangan, air kotor dan ventilasi (Gambar ). Penggunaan diagram isometrik dimaksudkan agar secara rinci kita dapat mengetahui jenis, jumlah dan ukuran pipa beserta alat penyambungnya. Gambar 3.10: Diagram Isometrik Saluran Air Kotor dan Ventilasi Untuk lebih menjelaskan bagaimana pipa-pipa pembuangan air kotor dan pipa ventilasi tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, Gambar memperlihatkan salah satu contoh aplikasi yang biasa dilakukan pada bangunan tinggi.

55 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Gambar 3.11: Percabangan Jaringan Pipa Air Kotor dan Ventilasi Untuk menghindari masuknya udara yang baunya tak sedap, maka pada saluran pembuangan dipasang perangkap udara, berupa genangan air yang tenahan akibat adanya sekat perangkap (menggunakan konsep pipa bejana berhubungan). Perangkap udara dapat berbentuk pipa, tabung (Gambar 3.12.), bak kontrol (Gambar 3.13), atau leher angsa (Gambar 3.14). Perangkap udara ini juga dapat mencegah masuknya binatang kecil (kecoa, tikus, dll.) ke dalam ruangan melalui pipa.

56 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Gambar 3.12: Perangkap Udara dan Tabung Gambar 3.13: Bak Kontrol Gambar 3.14: Leher Angsa

57 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Selanjuttnya, untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak (air buangan dari dapur perlu digunakan perangkap minyak (grease trap) seperti yang terlihat pada Gambar Dan untuk memudahkan perbaikan atau pembersihan saluran pipa, jika terjadi penyumbatan oleh benda-benda atau kotoran, pada saluran pembuangan disediakan lubang kontrol untuk pembersihan (clean out), yang dapat ditempatkan pada lantai atau berupa sumbat pada ujung pipa (Gambar 3.16.). Gambar 3.15: Perangkap Lemak Gambar 3.16: Lubang Kontrol untuk Pembersihan

58 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Untuk menghemat penggunaan pipa vertikal, lubang saluran pemipaan (plumbing shaft) untuk fiistribusi air bersih, air kotor. air buangan, dan pipa ventilasi biasanya diletakkan di dalam dinding di antara dua ruang WC yang bersebelahan (Gambar 3.17.) Gambar 3.17: Tipikal Letak Lubang Saluran Pemipaan Peralatan Pengolah Air Limbah Pada bangunan rumah tinggal, air buangan/air kotor dibuang melalui septik tank dan selanjutnya dialirkan kembali ke dalam tanah melalui rembesan. Namun, pada bangunan tinggi, penggunaan septik tank dirasa kurang memadai, oleh karenanya uniumnya digunakan sistem pengolahan air limbah (SPT - Sewage Treatment Plant). Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama, yaitu proses mekanik, berupa penyaringan, pemisahan, dan pengendapan, serta proses biologi/kimia, berupa proses aktivitas bakteri yang memanfaatkan O 2,

59 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik dari udara (aerob) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti aerasi dengan menggunakan molekul O 2, proses pengolahan endapan aktif (activated sludge process), dan pemusnahan kuman (desinfection) dengan menggunakan kaporit (chlorine). Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada Gambar Gambar 3.18: Skema Tipikal Sistem Pengolahan Limbah Sampah Corong pembuangan sampah dibuat serong ke bawah agar sampah yang dibuang dari atas tidak masuk ke lantai di bawahnya. Sampah akan mengisi bagian bak dan terdesak oleh sampah yang dibuang belakangan. Setelah penuh, sampah akan dipadatkan dan selanjutnya bak penampungan yang sudah penuh akan dibuang keluar bangunan dengan kendaraan (Gambar 3.19). Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang, saluran sampah dilengkapi dengan alat pembakar sampah (incinerator), di mana sampah disalurkan melalui pengangkut sampah spiral ke dalam ruang pembakaran,

60 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik dan sampah yang dibuang berupa abu (Gambar 3.20). Penampungan sampah dengan alat pembakaran ini baik unruk sampah yang mengandung bakteri (seperti yang ada pada rumah sakit). Gambar 3.19: Saluran Pembuangan Sampah Sumur Resapan a. Sumur Resapan Biasa Sebagai salah satu upaya melestarikan air tanah, kita membuat sumur resapan yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan curahan air hujan, sehingga dapat menambah kandungan air tanah. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 115 tahun 2001, sumur resapan dapat ditempatkan di areal pekarangan, pada

61 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik daerah yang tidak mudah longsoran/atau terjal, dan tidak dibuat pada lokasi timbunan sampah dan/atau tanah yang mengandung bahan pencemar. Oleh sebab itu, lokasi sumur resapan diharapkan sejauh mungkin dari resapan septik tank dan hanya boleh diisi oleh air hujan yang langsung tau melalui atap atau talang bangunan (Gambar 3.21). Gambar 3.20: Alat Pembakaran Sampah b. Sumur Resapan Tirta sakti Perbedaan yang mendasar antara sumur resapan yang umumnya dikenal (SRB - Sumur Resapan Biasa) dengan sumur resapan Tirta Sakti (SRTS) terletak pada optimasi dan pendayaguna annya, serta manfaat yang diperolehnya. SRTS merupakan sumur resapan yang dirancang berdasarkan kondisi setempat, sehingga model SRTS untuk penggunaan umum tidak dapat dibuat. Namun demikian, secara prinsip

62 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik SRTS mempunyai kesamaan dalam hal gagasan dasar dan proses kerjanya. Gambar 3.21: Sumur Resapan Biasa Pada SRB (Gambar 8.20.) yang dibuat secara benar, sumur hanya bertungsi pada musim penghujan, di mana pasokan air diperoleh dari curah hujan yang kemudian dialirkan ke lapisan tidak kedap air melalui sumur resapan. Pada musim kemarau, di mana tidak ada pasokan air hujan, lapisan yang tadinya terisi air akan kembali kosong, disebabkan karena penguapan dan/atau pemompaan sumur-sumur, sehingga akan mengakibatkan terjadinya rongga-rongga di dalam lapisan tidak kedap air dan berpotensi untuk diisi oleh air laut (intrusi atau kemungkinan terjadinya penurunan muka tanah, yang disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga di dalam tanah akibat tertekan oleh beban di atasnya, baik yang berasal dari bangunan maupun kendaraan. Pada SRTS, di kala musim hujan, sebagaimana halnya SRB, pasokan air diperoleh dari air hujan. Mengingat SRTS mampu mengalirkan air hujan pada beberapa lapisan tanah di bawahnya, baik pada lapisan tidak kedap air, maupun lapisan akifer (aquifer), maka permukaan tanah terhindar dari genangan air yang diakibatkan oleh jenuhnya tanah permukaan dan/atau perkerasan. Pada musim kemarau, di mana pasokan air ke sumur resapan tidak ada/berkurang, maka untuk mengganti pasokan air hujan digunakan air limbah rumah tangga

63 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik (limbah domestik) yang sudah disaring (difilter). Proses filtrasi ini dilakukan dengan menggunakan kotak Tirta sakti, sebagai bagian integral dari SRTS. Dengan demikian SRTS dapat berfungsi sepanjang tahun, baik pada waktu musim hujan maupun musim kemarau, sehingga rongga-rongga dalam lapisan tanah yang tidak kedap air dan lapisan akifer selalu terisi pengganti air tanah (air tawar) yang hilang akibat pemompaan dan/atau penguapan. Untuk menjamin agar air laut tidak mengisi rongga-rongga di dalam lapisan tanah tidak kedap air dan/atau lapisan akifer, rancangan SRTS yang dilengkapi dengan bak penampungan air tawar (yang telah difilter). Bak ini dimaksudkan agar dapat menampung sejumlah air dengan volume yang cukup besar sebelum mengalirkannya secara vertical melalui pipa yang diameternya jauh lebih lebih kecil dibandingkan dengan diameter bak penampung di atasnya. Hal ini dimaksudkan agar dihasilkan tekanan hidrostatik yang cukup tinggi pada lubang bukaan dan/atau ujung pipa yang berada pada lapisan tanah tidak kedap air dan/atau lapisan akifer di bawahnya. Tekanan ini diperoleh akibat gaya gravitasi yang berasal dari berat sendiri air dalam bak penampungan, yang besar tekanannya dapat dihitung dengan menggunakan rumusrumus hidrolika. Akibat tekanan yang cukup besar tadi, maka tekanan air tawar ini akan berpengaruh hingga radius tertentu. Mengingat rancangan SRTS mengacu pada kondisi setempat, maka untuk memperoleh pemanfaatan SRTS yang optimal diperlukan penyelidikan tanah (soil investigation tests). Dari hasil contoh tanah (boring log) dapat diketahui secara rinci jenis dan ketebalan lapisan tanah yang dibutuhkan untuk menentukan koefesien rembesan tanah (pada lapisan tidak kedap air) beserta kedalaman dan tebal lapisannya. Hal ini diperlukan untuk dapat menentukan kedalaman pipa yang perlu dipasang. dimensi pipa dan jumlah serta besaran lubang pada pipa Selanjutnya diperlukan data-data mengenai kebutuhan debit pasokan air, curah hujan rata-rata dan tingkat penguapan pada musim kemarau, untuk dapat menentukan volume bak penampungan. Kondisi limbah domestik, dalam hal ini yang sudah berupa grey water perlu dianalisis untuk menentukan rancangan kotak Tirta Sakti, baik dalam penentuan jumlah bilik, dimensi kotak dan bahan filter yang digunakan (G ambar

64 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik 8.22). Kotak Tirta Sakti, seperti diuraikan sebelumnya, berfungsi sebagai tempat untuk menyaring air kotor/limbah rumah tangga (limbah domestik). Kotak ini terdiri dari beberapa sekat yang saling berhubungan dengan kapasitas kotak antara m3. Pada kotak ini, akibat adanya reaksi dan proses un-aerob, terjadi akumulasi panas yang suhunya mencapai sekitar 50 C (thermophilic digestion). Pada suhu sekitar 50 C konsentrasi oksigen yang terlarut menjadi sangat rendah (5,6 ppm), dan dapat membunuh mahluk hidup, termasuk bakteri coli yang biasanya banyak terdapat dalam air limbah domestik. Gambar 3.22: Sumur Resapan Tirta Sakti Meskipun air hujan boleh secara langsung diserap ke dalam tanah, namun mengingat kota-kota besar yang penuh dengan kendaraan dan sampah berpotensi bagi pencemaran air hujan yang ada dalam selokan, maka aliran air hujan yang ada dalam selokan, jika hendak dialirkan ke dalam sumur resapan, perlu melalui proses penyaringan yang dilakukan di dalam kotak Tirta Sakti, agar mutu air yang masuk ke dalam

65 Kebutuhan air bersih dapat dihitung berdasarkan: Modul SSBM-04: Spesifikasi Utilitas Bangunan Gedung Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik tanah tidak tercemar. Pemeriksaan atas mutu air perlu dilakukan agar lapisan akifer tidak dicemari oleh unsur-unsur yang dapat menyebabkan terkontaminasinya sumber daya air. Pencemaran air pada lapisan akifer harus dihindarkan, mengingat kontaminasi air pada lapisan tanah ini dapat berdampak buruk di kemudian hari dan sangat sulit diperbaiki. Persyaratan mutu baku limbah cair didasarkan pada Surat Keputusan Gubemur Kepala Daerah Ibu Kota Jakarta No. 582 tahun 1995 (Baku Mutu Limbah Cair Industri/ Perusahaan/Badan) dan Peraturan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 03/MENKLH/1991, sedang persyaratan air bersih yang digunakan adalah persyaratan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990 (Air Bersih). Pemeriksaan mutu air perlu dilakukan pada dua titik; pertama pada selokan sebelum air dialirkan ke dalam kotak Tirta Sakti (inlet), dan kedua pada bilik terakhir kotak Tirta Sakti (outlet) sebelum air tersebut dialirkan ke bak kedua, yang merupakan bak penampungan, sebelum air tersebut 'disuntikkan' ke dalam lapisan tidak kedap air dan/atau lapisan akifer Integrasi Pemipaan Adakalanya mesin pendingin air yang biasa digunakan untuk sistem tata udara berfungsi pula sebagai pemanas air, khususnya yang menggunakan Absorption Chiller/Heater. Gambar berikut ini menunjukkan integrasi pemipaan yang digunakan untuk air dingin, air es, air hangat, air panas, pipa pembuangan, dan pemasok bahan bakar, serta cerobong asap (Gambar 3.21). 3.2 PERANCANGAN KEBUTUHAN AIR BERSIH Perhitungan perkiraan kebutuhan air dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai volume tangki penyimpanan air yang perlu disediakan dalam suatu bangunan dan kapasitas pompa yang diperlukan Kebutuhan Keseharian

66 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik 1) Jumlah standar pemakaian rata-rata per hari per unit (orang, tempat duduk atau tempat tidur, dan lain-lain), seperti terlihat pada Tabel 3.2. untuk air dingin dan Tabel 3.3. untuk kebutuhan air panas. 2) Jumlah dan jenis peralatan saniter yang digunakan (Tabel 3.5.) 3) Beban peralatan saniter (Tabel 3.6.) Gambar 3.23: Integrasi Sistem Pemipaan Tabel 3.2: Kebutuhan Air Bersih (Air Dingin) per hari Fungsi Bangunan Unit Kebutuhan (liter) Apartemen Bioskop Orang Kursi

67 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Hotell Orang Kantor Restoran Rumah Sakit Orang Kursi Tempat tidur Sekolah Tanpa asrama Murid Dengan Asrama Murid Tabel 3.3: Kebutuhan Air Panas per hari Fungsi Bangunan Unit Kebutuhan (liter) Apartemen Dengan shower Dengan bak mandi Rumah Sakit Pasien Paramedis/dokter Pengunjung Laundry Hotel Kantor Dengan shower Dengan bak mandi Karyawan Pengunjung Kolam renang Restoran/Dapur Laundry Karyawan Pengunjung Orang Orang Orang Orang Orang Kg cucian Orang Orang Orang Orang Orang Orang Kg cucian Orang Orang **) *) 20 **) Catatan: *) 3 x jumlah tempat tidur + 2 x jumlah kursi restoran **) 3 7 kg per tempat tidur (untuk rumah sakit) 3 5 kg per kamar (untuk hotel) Kebutuhan Boiler Jika kebutuhan akan air panas mencapai jumlah yang cukup besar. seperti pada hotel, maka air panas yang dihasilkan diperoleh dari Boiler, dengan kebutuhan air: V boiler 20 / liter / PK jam Persamaan 3.5 air / Kebutuhan air dapat juga dihitung dengan pendekatan luasan bangunan, seperti tertera pada Tabel 3.4. berikut ini. Tabel 3.4: Kebutuhan Air per m 2 Bangunan Fungsi Bangunan Kebutuhan per hari (liter)

68 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Apartemen Hotel Kantor Pertokoan Rumah Sakit Tabel 3.5: Jumlah Peralatan Saniter Minimum Jenis Apartemen Kantor Hotel Kloset 1 unit/keluarga < 10 orang = 1 unit 1 unit/kamar orang = 2 unit orang = 3 unit orang = 4 unit orang = 5 unit orang = 6 unit Dst. 1 unit untuk setiap tambahan 40 orang Wastafel 1 unit/keluarga < 20 orang = 1 unit 1 unit/kamar orang = 2 unit orang = 3 unit orang = 4 unit orang = 5 unit orang = 6 unit orang = 7 unit orang = 8 unit orang = 9 unit Dst. 1 unit untuk setiap tambahan 30 orang Bak Mandi 1 unit/keluarga 2 unit/kantor 1 unit/kamar Shower 1 unit/keluarga 2 unit/kantor 1 unit/kamar Bak Cuci 1 unit/keluarga 1 unit/kantor 1 unit/lantai (dapur) Urinoir -- < 75 orang = 1 unit orang = 2 unit orang = 3 unit Dst. 1 unit untuk setiap tambahan 120 orang Bak Cuci (pakaian) 1 unit/keluarga Tabel 3.6: Beban Peralatan Saniter Jenis Peralatan Saniter Daya Buang Kebutuhan Air Kloset Wastafel Bak Mandi Shower Bak Cuci (dapur) Urinoir Bak Cuci (pakaian) Bidet Pipa Tegak Diameter 1¼ inci Diameter 1½ inci Diameter 2 inci Diameter 2½ Inci Diameter 3 inci Diameter 4 inci 120 liter/menit 60 liter/menit 90 liter/menit 60 liter/menit 90 liter/menit 120 liter/menit 60 liter/menit 90 liter/menit 60 liter/menit 240 liter/menit 720 liter/menit 1260 liter/menit 1800 liter/menit liter/menit 10,0 liter/menit 5,0 liter/menit 7,5 liter/menit 5,0 liter/menit 7,5 liter/menit 10,0 liter/menit 5,0 liter/menit 7,5 liter/menit

69 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Diameter 5 inci Diameter 6 inci Diameter 8 inci Diameter 10 inci Diameter 12 inci Hidran Diameter 3 inci Diameter 4 inci Diameter 5 inci Diameter 6 inci liter/menit liter/menit liter/menit liter/menit liter/menit 70 liter/menit 130 liter/menit 200 liter/menit 300 liter/menit Atau kebutuhan dihitung berdasarkan pendekatan penggunaan peralatan saniter, maka kebutuhan air dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3.7. Tabel 3.7: Kebutuhan Air Peralatan Saniter Jenis Bangunan Kloset Wastafel Bak Mandi Shower Bak Cuci (dapur) Urinoir Bak Cuci (pakaian) Volume air tiap penggunaan (liter) Kebutuhan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Sprinkler dan hidran membutuhkan cadangan air yang diperhitungkan untuk jangka waktu selama 30 menit. Selang waktu ini diambil dengan asumsi bahwa jika api belum juga padam, maka petugas pemadam kebakaran sudah tiba di lokasi. 18 liter V air sprinkler sprinkler 30 Persamaan liter V air hidran hidran 30 Persamaan Kebutuhan Tata Udara Pada sistem tata udara, air diperlukan untuk air es yang disirkulasikan dari chiller, AHU, cooling tower dan kembali lagi ke chiller. Di samping itu, air juga dibutuhkan untuk menurunkan suhu air pada proses yang terjadi di cooling tower:

70 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik V sirkulasi 8 13liter / menit TR Persamaan 3.3 air / V air pendingin 1, 5 2% V Persamaan 3.4 air sirkulasi Adapun perkiraan populasi untuk bangunan dapat dilihat pada Tabel 3.8.

71 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Tabel 3.8: Perkiraan Populasi Fungsi Bangunan Unit Orang Apartement Unit hunian 4,50 5,00 Kantor Karyawan Pengunjung M 2 0,10 0,15 M 2 0,01 0,015 Sekolah Hotel Murid Pengajar Karyawan Pengunjung Tamu Karyawan Restoran Pengunjung Rumah Sakit Pasien Paramedis/dokter Karyawan Pengunjung - Murid Murid Murid Tempat tidur Tempat tidur Kursi Tempat tidur Tempat tidur Pasien Pasien Pasien Sesuai dengan yang ada 0,05 0,01 0,02 0,05 1,00 2,50 3,00 2,00 4,00 0,02 0,05 1, ,50 1,00 Jadi kebutuhan air bersih : q d V V V V Persamaan 3.6 air boiler air keseharian air kebakaran air AC di mana : V V air keseharian air kebakaran V V air dingin air sprinkler V air panas V air hidran V air AC V air sirkulasi V air pendingin Dengan diketehuinya kebutuhan air, q d maka kapasitas tangki penampungan air dapat dihitung: Volume tangki bawah tanah : V 40% Persamaan 3.7 bt q d Volume tangki atas : V 15% Persamaan 3.8 a q d

72 Bab III: Spek. Sistem Plambing & Pompa Mekanik Volume tangki penyimpanan air minimal 60 m 3 dan volume tambahan tangki penyimpanan air bawah tanah berdasarkan luas lantai bangunan dapat pula dilakukan sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.9: Perkiraan Volume Tambahan Tangki Bawah Tanah Fungsi Bangunan Apartemen Hotel Perbelanjaan Perkantoran Rumah Sakit X luas lantai bangunan (m 3 ) Sedang kapasitas pompa diambil pada kebutuhan air pada waktu puncak (Q max), yaitu : Q maks c qd 3 ( m / menit ) Persamaan 3.9 T di mana : T adalah waktu pemakaian air rata-rata per hari: T = 8 10 jam untuk kantor, hotel, apartemen & rumah sakit T = 5 7 jam untuk restoran, sekolah & gedung pertemuan c adalah faktor pemakaian pada jam puncak (c = 1,5 2,0) Dan kapasitas pompa : P 0, 163 1, 2 Q maks H t air KW Persamaan 3.10 di mana: air adalah berat jenis air (= 1 kg/liter) h adalah efisiensi motor pompa (h = 0,40 0,70) H t adalah tinggi angkat total h n H t 1,3 Persamaan 3.11 di mana: h adalah jarak dari lantai ke lantai n adalah jumlah lantai bangunan

73 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi BAB IV SPESIFIKASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DAN VENTILASI 4.1 MUTU UDARA DALAM BANGUNAN Pada bangunan, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang terkait dengan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena secara langsung hal ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan. kesehatan, dan kenikmatan penghuni atau pengguna bangunan. Ventilasi dibuat demi menjamin tersedianya udara luar yang masuk ke dalam ruangan. sebab jika pertukaran udara cukup baik, penghawaan dan pengkondisian udara dalam bangunan tidak begitu diperlukan. Orientasi matahari berhubungan dengan cahaya yang dapat dimanfatkan dalam ruang, agar tidak diperlukan pencahayaan buatan. Namun perlu pula dipertimbangkan agar radiasi panas dapat dikurangi, sehingga suhu udara tidak meningkat, yang berakibat diperlukannya pengkondisian udara atau ventilasi mekanik. Kedua faktor tersebut. ventilasi dan orientasi matahari, akan terkait pada rancangan bangunan. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar penggunaan energi untuk penghauaan/pengkondisian udara dan pencahayaan buatan dapat dibuat seefisien mungkin. Dewasa ini perancangan dan penyelenggaraan bangunan yang dilakukan dengan pendekatan teknologi modern dimaksudkan untuk menghasilkan tingkat kenyamanan dan kenikmatan yang tinggi bagi pengguna atau penghuni bangunan. Namun demikian. tanpa disadari, bangunan modern juga mendatangkan permasalahan yang terkait dengan menurunnya mutu lingkungan. Metode dan penggunaan bahan bangunan yang digunakan saat ini banyak yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan pencemaran lingkungan, mengingat bahwa sebagian besar bahan bangunan yang digunakan merupakan bahan buatan pabrik yang diolah dan dibuat dengan menggunakan

74 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi campuran bahan kimia atau menggunakan sumber daya alam secara tidak teratur dan tidak terencana. Bangunan modern yang dirancang agar dapat melindungi manusia dari gangguan luar (ruaca, binatang dan kejahatan manusia), merupakan suatu wadah fisik yang terlindungi dari cuaca dengan atap yang tidak bocor, jendela yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara yang sudah tercemar, dan dilengkapi dengan penghawaan dan pencahayaan buatan serta diperindah dengan penutup lantai, dinding, dan plafon yang terbuat dari bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari, bangunan modern seperti ini memberi peluang menurunnya mutu udara di dalam bangunan. akibat pertukaran udara yang kurang baik. Mutu udara di dalam bangunan bertambah buruk dengan digunakannya obat pembasmi serangga (nyamuk, kecoa, dan serangga lainnya), tanaman bias di dalam ruangan, asap rokok dan debu, serta gas beracun lainnya yang berasal dari dapur dan garasi. Penurunan mutu udara di dalam ruangan menyebabkan meningkatnya jumlah anak yang terkena penyakit asma dan alergi. Hal ini disebabkan sebagian besar akitivitas manusia dilakukan di dalam ruangan (manusia menggunakan sekitar 90% waktunya di dalam ruangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/kantor). Penyebab menurunnya mutu udara di dalam bangunan yang dapat dikategorikan sebagai penyebab polusi udara dalam ruang adalah: a. Campuran Bahan Organik yang mudah menguap Ini terdiri atas bahan alamiah dan sintetik yang mengandung karbon hidrogen pada tingkat molekuler, baik berupa benda padat, cair maupun gas. Campuran ini mudah menguap pada temperatur kamar, seperti: gas methan, gas hidrokarbon, kapur barus, parafin, formaldehida, aseton, karbit, lilin, minuman keras, deterjen, cat dan serat sintetik. Campuran ini banyak ditemukan dalam bentuk kayu lapis, papan nartikel (particle board), perekat, cat, fiberglass, cairan pembersih, karpet, plastik dan tenunan. b. Pestisida Secara teknis, ada pestisida yang dapat dikategorikan sebagai bahan campuran organik yang mudah menguap, tetapi penggunaannya dapat membawa dampak yang lebih luas pada kesehatan manusia dan

75 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi lingkungan. Meskipun bahan-bahan beracun juga banyak digunakan dalam aktivitas bangunan, namun secara khusus pestisida digunakan untuk tujuan membasmi tanaman dan binatang. Pestisida umumnya digunakan untuk perbaikan tanah, sebelum dilakukannya proses pelaksanaan pembangunan, perlindungan terhadap kayu, cat dan karpet. Beberapa hal yang sering kali dapat mendatangkan masalah bagi penghuni/pengguna bangunan, yang menyebabkan diperlukannya pestisida, di antaranya adalah: bekas pohon yang ditebang dan kemudian menjadi sarang rayap kayu yang ditumbuhi jamur atau sarang serangga (lebah. rayap dan semut) bukaan yang tidak tertutup secara baik atau tidak diberikan kawat kasa. dinding atau atap yang mengalami kebocoran atau meresapnya air. c. Bahan yang Mudah Terbakar/Meletup Bahan-bahan seperti gas, minyak, arang, kayu, dan tembakau yang terbakar di dalam ruangan akan menghasilkan asap atau gas (emisi). Emisi yang dapat mendatangkan bahaya, di antaranva adalah emisi dari: Nitrogen Dioksida Nitrosen Oksida Sulfur Oksida Hidrogen Sianida Karbon Mono-oksida Karbon Dioksida Formaldehida Hidrokarbon Bahan-bahan ini dapat ditemukan jika dilakukan hal-hal tertentu, di amaranya: Penerangan dengan menggunakan bahan bakar minyak/gas Alat masak yang diletakkan dalam ruangan yang kurang ventilasinya Garasi yang tidak terisolasi secara baik dengan ruang tinggal Tungku pembakaran yang terbuka Asap rokok

76 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi d. Bahan Alamiah yang Polutan Gas Radon yang terkumpul dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam bangunan dapat menyebabkan dampak buruk akibat kandungan radioaktif yang terkandung di dalamnya. Logam tertentu. seperti aluminium, tembaga, dan timbal yang terakumulasi dalam jaringan tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit hati, kerusakan otak dan gagal ginjal. Oleh sebab itu, air yang ingin dikonsumsikan, terutama yang berasal dari sumur, perlu diuji mutu airnya, apakah laik untuk digunakan bagi keperluan sehari-hari. Air yang digunakan dapat pula tercemar oleh bakteri dan residu pestisida. Polutan yang berasal dari unsur biologis, di antaranya yang berasal dari tepung sari bunga, debu rumah tangga. serangga/kutu dan jamur, dapat dikurangi dengan melakukan penyaringan (filtrasi) udara dan air. e. Medan Elektromagnet Medan Elektromagnet mungkin merupakan polutan yang paling kontroversial. Penelitian dalam dua dekade terakhir menunjukkan bahwa medan elektromagnet dapat menyebabkan timbulnya penyakit kanker tertentu atau meningkatkan jumlah bayi yang lahir cacat. Medan Elektromagnet dapat timbul akibat pemasangan jaringan kabel listrik yang tidak sempurna, peralatan yang menggunakan motor, lintasan kabel tegangan tinggi, atau tidak tersedianya sistem pembumian (grounding system) pada panel listrik. f. Kelembaban Udara Sebagian besar gangguan kesehatan. baik yang berdampak pada kondisi fisik maupun psikis, umumnya diakibatkan oleh rendahnya mutu udara di dalam bangunan, akibat adanya pencemaran. Di samping itu, kelembaban udara juga dapat membawa pengaruh pada mutu udara yang dikaitkan dengan kemungkinan adanya bakteri, virus, jamur, serangga, dan gangguan kesehatan lainnya, sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.1.

77 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi Gambar 4.1: Tingkat Kelembaban Relatif dalam Ruang 4.2 SISTEM TATA UDARA Mesin pengkondisian udara (AC - Air Conditioning) atau sistem tata udara yang dipusatkan menggunakan Unit Penghantar Udara (Air Handling Unit), semakin banyak digunakan pada bangunan tinggi. Penggunaan sistem tata udara ini sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan manusia untuk mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan. Fungsi sistem tata udara adalah mempertahankan suhu dan kelembaban dalam ruangan dengan cara menyerap panas yang ada dalam ruangan. Agar terjadi proses penyerapan panas dalam ruangan, maka hams terjadi penguapan. Untuk penguapan suatu zat diperlukan kalori (panas), di mana panas diperoleh dari panas zat yang ada di sekiiar zat yang menguap tadi, sehingga zat yang ada di sekitar zat yang menguap tersebut akan kehilangan panasnya. Dengan diserapnya sebagian panas zat tersebut. maka zat tadi akan menjadi dingin.

78 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi Bahan yang mudah sekali menguap biasa disebut dengan istilah refrigerant, dan bahan yang sering digunakan dikenal dengan istilah Freon (CCI 3F CH 4 - Trichloro Mono Fluoro Methan. CCl3F 3 CH 4 - Dichloro Difluoro Methan, CCl 3F C,H4 -Trichloro Trifluoro Ethane, C2Cl 2F 4 C 2H 6 - Dichloro Tetrafluoro Ethane). Mesin tata udara terdiri dari kompresor yang berfungsi untuk mengalirkan zat pendingin (refrigerant) ke dalam pipa tembaga yang berbentuk kumparan (coil). Udara ditiupkan oleh kipas udara (blower ataufan) di sela-sela kumparan tadi, sehingga panas yang ada dalam udara diserap oleh pipa refrigerant dan kemudian mengembun. Udara yang melalui kumparan, dan telah diserap panasnya. masuk ke dalam ruangan dalam keadaan sejuk/dingin. Selanjutnya udara dalam ruang diisap dan selanjutnya proses penyerapan panas diulang kembali. 4.3 PERANCANGAN TATA UDARA Kenyamanan bagi orang di dalam ruangan umumnya sekitar 10 C di bawah suhu rata-rata tubuh manusia (sekitar 26 C). Namun tentunya persyaratan suhu dan kelembaban udara dalam ruangan kadang-kadang ditentukan pula oleh persyaratan yang dibutuhkan oleh peralatan/perlengkapan bangunan yang ada di dalamnya (khususnya peralatan/ perlengkapan elektronik). Zona kenyamanan untuk tiap daerah juga berbeda, sehingga persyaratan tata udara perlu dirancang sesuai dengan kondisi setempat (Gambar 4.2).

79 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi Gambar 4.2: Zona Nyaman untuk Wilayah dengan Iklim Berbeda Beban Pendingin Persyaratan tata udara, khususnya yang terkait dengan pasokan udara untuk ventilasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1: Persyaratan Udara untuk Berbagai Fungsi Ruang Tipe Ruang m 3 per jam per orang Pasokan Udara Untuk Ventilasi Tipe Ruang Pertukaran Udara per jam Sekolah Hal Pertemuan Ruang Kelas Bowling/biliard Ruang Pertemuan Pabrik Ruang Senam/O.R. 70 Gedung Parkir 6 10 Bioskop W.C. Umum Rawat Inap R.S Ruang Ganti/Locker 6 10 Ruang Isolasi R.S Binatu Ruang Makan Ruang Operator 6 10 Hall Pesta Ruang Merokok Untuk kebutuhan udara dingin, sebagai pendekatan dapat digunakan Tabel 4.2. Tabel 4.2: Bahan Pendingin Fungsi Bangunan Apartemen Hotel Kampus Kantor Rumah Sakit Beban per 100 m3 Ruangan (TR) Catatan: 1 TR = BTU = 1,5 HP = 1.12 KW Untuk perhitungan beban pendingin secara rinci, perlu diketahui ukuran ruangan (panjang, lebar dan tinggi), suhu (t 0) dan kelembagaan (RH 0) di luar ruangan, suhu (t 1) dan kelembaban (RH 1, biasanya sekitar 50 80%) di dalam ruangan, kulit bangunan, tinggi jendela dan langit-langit, serta tingkat penghunian bangunan (okupansi). Okupansi burto Persamaan 4.1 L L per orang

80 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi di mana : L per-orang = luas per orang diambil antara per m 2 a. Beban Sensibel Bangunan Selanjutnya, untuk menghitung beban sensibel, baik beban kalor yang melalui bidang kaca, maupun beban kalor yang disebabkan oleh transmisi bidang dinding, kita perlu menentukan nilai-nilai yang terkait (Tabel 4.3). Tabel 4.3: Beban Kalor (BTU/jam/m 2 ) Bidang Kulit Bangunan Beban Kalor (BTU/jam/m 2 ) Kaca: Sisi Utara Sisii Selatan Sisi Timur Sisi Barat Dinding: Arah Utara Arah Selatan Arah Timur Arah Barat Catatan: Untuk Indonesia : (t0 t1) = 5 = C 2,15 (t0 t1) 2,15 (t0 t1) 2,15 (t0 t1) 2,15 (t0 t1) Jadi Beban Sensibel Bangunan (BSD) : BSD L bidang Beban kalor Persamaan 4.2 b. Beban Kalor Internal Beban kalor internal terdiri dari beban sensibel orang, yang dihitung dari tingkat metabolik untuk kegiatan tertentu (Tabel 2.4), atau melalui pendekatan dapat digunakan nilai Beban Sensibel Orang (BSO) dan Beban Laten Orang (BLO), sebagai berikut : BSO = okupansi 200 BTU Jam Persamaan 4.3 BSO = okupansi 250 BTU Jam Persamaan 4.4 Beban sensibel Flourescent (TL), digunakan :

81 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi BSL = ( wat)(1,25) (3,4) BTU Jam Persamaan 4.5 Tabel 4.4: Tingkat Metabolik untuk Kegiatan Tertentu Kegiatan Tingkat Metabolik Watt/m 2 Istirahat: - Tidur - Berbaring - Duduk diam - Berdiri - Relaks - Berjalan (permukaan datar): - Lambat (9 m/s) - Sedang (1,3 m/s) - Cepat (1,7 m/s) Kegiatan kantor: - Duduk membaca - Menulis - Mengetik - Mengarsip, duduk - Mengarsip, berdiri - Berjalan mondar-mandir - Mengangkat barang Kegiatan kesehatan: - Memasak - Membersihkan rumah - Duduk, bergoyang-goyang - Menggergaji (di meja) - Peralatan listrik ringan - Peralatan berat - Mengangkat beban 50 kg - Menyekop Kegiatan santai: - Berdansa - Latihan gerak - Bermain tenis (tunggal) - Bermain bola basket - Gulat (pertandingan) Catatan: 1 unit metabolik = 58,2 watt/m c. Beban Ventilasi atau Infiltrasi Kebutuhan udara dapat dihitung dengan rumus pendekatan : 1) CFM Infiltrasi (CFM 1), yaitu :

82 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi P L TAC 35, 31 CFM1 BTUJam 60 Persamaan 4.6 di mana : P adalah panjang ruangan (meter) L adalah lebar ruangan (meter) T adalah tinggi ruangan (meter) AC adalah jumlah pertukaran udara per jam (menggunakan nilai pada Tabel 4.1 atau AC minimum = 2) 2) CFM Ventilasi (CFM 2), yaitu : CFM 2 = [(t 0 t 1)] 1,08 + (RH 0 RH 1) 0,67] Persamaan 4.7 Jadi beban pendingin (BP) : BP = BSB + BSO + BLO +BSL + CFM 1 + CFM 2 Persamaan 4.8 di mana : BSB adalah Beban Sensibel Bangunan (Persamaan 4.2) BSO adalah Beban Sensibel Orang (Persamaan 4.3) BLO adalah Beban Laten Orang (Persamaan 4.4) BSL adalah Beban Sensibel Lampu (Persamaan 4.5) CFM 1 adalah Beban Infiltrasi (Persamaan 4.6) CFM 2 adalah Beban Ventilasi (Persamaan 4.7) Kapasitas Tata Udara :

83 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi BP Kapasitas TR Persamaan Aplikasi Sistem Tata Udara Pada bangunan perkantoran, pusat perbelanjaan dan pertokoan yang menggunakan AC Central, unit penghantar udara AHU dapat ditempatkan di setiap lantai, atau satu AHU melayani dua atau beberapa lantai (tergantung dari kapasitas AHU yang digunakan). Hotel, asrama dan rumah sakit umumnya menggunakan uit fan coil di setiap ruangan, agar suhu udara tiap ruangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, sedang ruang besar yang ada di hotel dapat menggunakan AC Paket dengan saluran horizontal. Rumah sakit membutuhkan mutu udara dalam ruangan yang harus terjaga kebersihannya untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri, maka setiap ruangan yang ada dibagi menjadi beberapa zona, sehingga tidak terjadi percampuran udara yang mengandung kuman penyakit. Di samping itu digunakan penyaringan udara (filter) yang khusus Kebutuhan Ruangan Secara sederhana, kebutuhan ruangan bagi sistem tata udara dapat ditentukan sebagai berikut : 2 Ruang AHU 0,5m pertr Persamaan 4.10 L ducating CFM 929 Persamaan 4.11 V udara di mana : L ducatingadalah luas penampang saluran udara CFM adalah CFM 1 + CFM 2 V udara adalah kecepatan aliran udara ( fpm) Sedang syarat dimensi saluran udara : B ( 1 2) Persamaan 4.12 ducating T ducating di mana : B ducating adalah lebar saluran udara T ducating adalah tinggi saluran udara dan minimum jarak bebas langit-langit (JBL):

84 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi JBL ( Tducating 10) cm Persamaan 4.13 Jarak maksimum saluran udara (L max) : L maks ( 30 40)meter Persamaan 4.14 Untuk perhitungan beban pendingin dan dimensi ruangan tata udara dapat pula digunakan grafik yang tertera pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4. Selanjutnya, kebutuhan luas ruangan akan digunakan untuk menata pembagian ruang dalam inti bangunan atau bagian lantai tertentu, sedangkan kapasitas beban pendingin digunakan untuk menghitung : Daya listrik yang dibutuh : 1 TR = Btuh = 1,5, PK = 1,12 kw Persamaan 4.12 Pasokan air yang dibutuhkan untuk sirkulasi adalah 8 11 liter/menit/tr, dan tambahan 1,5 2% air sirkulasi untuk menara pendingin.

85 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi Gambar 2.3: Kebutuhan Ruang untuk Peralatan AC Sentral

86 Bab IV: Spek. Sistem Pengkomdisian Udara dan Ventilasi Gambar 2.4: Kebutuhan Ruang untuk Peralatan AHU dan Saluran Udara

87 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan BAB V SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN 5.1 DASAR INSTALASI LISTRIK Sumber daya listrik digunakan untuk keperluan penerangan, menjalankan pompa, lif, dan transportasi vertikal (Gambar 5.1). Daya listrik PLN dialirkan ke panel distribusi untuk selanjutnya dialirkan ke lokasi dalam bangunan dengan menggunakan berbagai ragam kabel (Gambar 5.2) yang kemudian dibedakan warnanya (Gambar 5.3). Gambar 5.1. Diagram Tipikal Pasokan Listrik

88 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan TIPE KABEL KONSTRUKSI PENGGUNAAN NYA Berkawat satu atau lebih Ukuran: 0,5-400 mm2 Berkawat halus lebih dari satu Ukuran: 0,5-400 mm2 Untuk instalasi tetap di dalam pipa Untuk instalasi luar (tanpa pipa) di luar jangkauan tangan NYAF Isolasi dari plastik PVC Sebagai kabel penyambung dalam panel listrik Tegangan: Volt. NYM Berkawat satu atau lebih Isolasi dari plastik PVC Jika lebih dari satu, maka dipilin dan dibungkus oleh selubung dalam Di ruangan kering, lembab, dan basah Di bengkel, gudang, dan di udara terbuka (tidak dalam tanah) Ukuran: 1 x (1,5-16 mm2) Untuk instalasi tetap di dalam (2-5) x (1,5-35 mm2) atau luar tembok Tegangan: 500 Volt Berinti dua atau tiga yang terdiri dari Di ruangan kering untuk alatkawat tembaga halus yang sejajar alat listrik kecil, seperti: radio, NYZ satu dengan lainnya dan berisolasi dan lain-lain. plastik PVC Tegangan: 380 Volt Ukuran: NYZ : 2 x (0,5-0,75 mm2) NYD NYD : 3 x (0,5-0,75 mm2) Penghantar dari kawat-kawat Di ruangan kering untuk alattembaga halus berisolasi alat listrik yang dapat dipindahplastik PVC, penghantar sejajar pindahkan, alat-alat yang NYLHY (dua inti) atau dipilin ringan atau setengah berat, seperti: alat bor tangan, dan Ukuran: lain-lain NYLHY : ( ) x (0,5-1,5 mm2) NYMHY: ( ) x (0,75-2,5 mm2) Tegangan: NYLHY Volt NYMHY NYMHY Volt Gambar 5.2: Jenis-Jenis Kabel

89 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan TIPE KABEL KONSTRUKSI PENGGUNAAN Inti berkawat satu atau lebih berisolasi plastik PVC Di ruangan kering, lembab, dan basah NYY (NAYA) Jika berinti lebih dari satu, maka Di bengkel, gudang, dan pabrik dipilin dan dibungkus dengan selubung dalam. Selubung luar dari plastik PVC Untuk instalasi tetap, juga untuk di dalam tanah, jika Ukuran: 1 x (1,5-400 mm2) pada waktu pemasangan tidak (2-5) x (1,5-200 mm2) ada gangguan mekanis (7-40) x (1,5-2,5 mm2) Tegangan: 600 / Volt Inti berkawat satu atau lebih. Khusus untuk ditanam di Bentuk bulat atau sektor, berisolasi dalam tanah, di dalam ruangan, plastik PVC. Inti-inti dibungkus oleh dan di udara terbuka selubung dalam sebagai pelindung terhadap gangguan mekanis. Tegangan: 600 / Volt NYFGbY Kawat baja berbentuk pipih (F) atau / Volt (NYRGbY) bulat (R) yang berlapis timah dibalut pita baja NAYFGbY (NAYRGbY) Ukuran: (3-4) x ( mm2) NYCY (NAYCY) Inti berkawat satu atau lebih. Bentuk bulat atau sektor, berisolasi plastik PVC. Sebagai pelindung terhadap bahaya listrik, setelah lapisan selubung dalam, terdapat kawat-kawat tembaga sebagai penghantar konsentris. Selubung luar dari plastik PVC Ukuran: (3-4) x ( mm2) Khusus untuk instalasi tetap di dalam tanah, di dalam ruangan, dan di udara terbuka Tegangan: 600 / Volt Gambar 5.2: Jenis-Jenis Kabel (lanjutan) Gambar 5.3: Kode Warna Kabel

90 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan 5.2 LAMPU-LAMPU SEBAGAI SUMBER CAHAYA Lampu-lampu pijar Jenis lampu ini dahulu diperkembangkan oleh Thomas Alva Edison dengan memakai zat arang sebagai filamennya. Kini terutama dipakai filamen tungsten, mengingat suhu operasi dan effisiensinya yang tinggi di dalam mengubah energi listrik menjadi cahaya, di samping relatif murah serta mudah pengerjaannya. Filamen ini akan menguap sehingga lambat laun berkurang ukurannya, dan berkurang pula cahaya yang dipancarkan. Untuk sedapat-dapatnya mencegah penguapan tersebut, lampu dapat diisi gas nitrogen, argon, krypton, hydrogen, atau campuran dan padanya, bertekanan 0,8 atm. Gas ini bersifat inert, yaitu tidak dapat bersenyawa dengan bahan filamennya. Untuk mencegah menghitamnya bola lampu, dapat ditambahkan sedikit halogen (iodine, fluorine, bromine, dll.). Karakteristik beberapa lampu pijar sebagai sumber cahaya ialah sebagai berikut : Watt Lumen Lumen per Watt ,8 10,4 11,6 13,9 16,2 17,3 18,2 19,5 19,9 21,0 22,3 Sekali lagi angka-angka tersebut sekedar menunjukkan orde kebesaran, namun cukup membuktikan bahwa effisiensi pengubahan listrik menjadi cahaya (dinyatakan dalam lumen per watt) bertambah baik pada lampulampu yang lebih tinggi watt-nya. Effisiensi lampu bervariasi antara 7,5 untuk lampu pijar 10 Watt sampai 22 untuk lampu Watt.

91 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Effisiensi ini juga tergantung pada voltase nominal. Lampu-lampu yang didesign untuk voltase rendah (seperti untuk kereta-api dan pesawat terbang) agak lebih tinggi efflsiensinya, sedang lampu-lampu bervoltase tinggi agak lebih rendah effisiensinya. Jikalau lampu dioperasikan pada voltase lebih rendah daripada semestinya, cahayanyapun segera berkurang. Jikalau voltase turun 10 % misalnya, fluks cahaya tidak tanggung-tanggung turunnya yaitu kira-kira 30 %. Turunnya lumen itu dapat dihitung dengan rumus: lumen LUMEN k volt VOLT lumen = fluks cahaya pada voltase operasional LUMEN = fluks cahaya pada voltase design volt = voltase operasional VOLT = voltase design k = eksponen yang bernilai 3,38 3,51. Lampu-lampu untuk penerangan bangunan lazim didesign untuk jam-pijar, artinya ialah bahwa rata-rata umurnya mencapai jam dengan probabilitas kira-kira 55 %. Di dalam jangka waktu itu fluks cahaya yang dipancarkan akan menurun sampai kira-kira 82 %, dan daya yang dikonsumsi menurun sampai kira-kira 95 %. Jikalau lampu dioperasikan pada voltase lebih rendah daripada semestinya, umurnya akan bertambah panjang menurut rumus umur UMUR VOLT volt d d = eksponen bernilai 13,1 13,5. Namun cara-cara penanganan dan pembersihan lampu serta getaran-getaran dapat saja memperpendek umurnya. Lampu-lampu yang telah mencapai dan melampaui umur design, tidak effisien kerjanya sehingga cahaya yang diperoleh tidak sepadan dengan harga energi listrik yang dikonsumsi, lagi pula dalam waktu dekat diperkirakan lampu itu toh akan mati. Maka untuk

92 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan bangunan-bangunan yang menggunakan banyak lampu akan lebih ekonomis untuk serempak mengganti semua lampunya jika telah mencapai % dan umur design lampu, karena output cahaya dalam lumen sudah kurang dan 70 %. Di dalam rumah tinggal pun lebih ekonomis untuk mengganti lampu jika telah berwarna hitam (karena endapan uap filamen kepada bola -lampunya), daripada menunggu matinya. Ekonomi lampu diukur menurut harga yang kita bayar per juta lumen-jam (yaitu kira-kira output cahaya dan lampu 100 Watt selama umur rata-rata 750 jampijar). Harga itu dihitung menurut rumus: L H 10 E WU T H = harga per juta lumen-jam, dalam US dollar E = lumen per Watt rata-rata selama umur design L= harga lampu terpasang dalam socket, dalam dollarsen W = Watt rata-rata selama umur design U = umur design, dalam ribuan jam T= tarif kwh, dalam dollar sen. kita mengenal bermacam-macam finishing dan warna lampu-pijan, rnasingmasing dengan karaktenistik dan untuk maksud tertentu. Misalnya: bola lampu diberi frosting di sebelah dalam, untuk sekedar mendifusikan cahayanya sehingga kurang menyilaukan serta mengurangi bayangbayang; frosting ini menyerap kira-kira 1-1,5 % dan cahaya lampu; bola lampu berkaca putih atau diberi berlapis putih, untuk lebih sempurna mendifusikan cahayanya; tetapi 15 % dan cahaya akan terserap; bola lampu diberi lapisan untuk merefleksikan 80 % cahaya, terutama untuk mengarahkan dan mendifusikan cahaya sehingga menghindarkan kesilauan dan melembutkan bayang-bayang; bola lampu berkaca biru-hijau yang menyerap sebagian sinar-sinar merah dan kuning sehingga cahayanya lebih putih, disebut daylight ; bola lampu yang kacanya berwarna atau diben lapisan berwarna (di sebelah dalam ataupun luar) ataupun berlapis keramik/ berwarna; jenis yang

93 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan kacanya berwarna agak lebih mahal harganya, tetapi sebaliknya jenis yang berlapis 20 % lebih rendah effisiensinya dalam melalukan cahaya; bola lampu diberi berlapis perak atau aluminium sebagai cermin reflektor; di dalam koordiriasi dengan posisi dan bentuk filamen dapat tercapai berbagai pola berkas cahayanya; misalnya untuk penerangan showcase, spotlighting, floodllghting, dsb Lampu-lampu pelepasan listrik Tokoh yang mengembangkan lampu-lampu ini ialah Sir Humphry Davy. Kita mulai dengan meninjau lampu pelepasan listrik benisi gas air raksa bertekanan rendah (sekitar 0,00008 atmosfir), yang disebut lampu fluorescent. Gas air raksa mi mengubah 60 % dan input Watt menjadi radiasi ultraungu dengan panjang gelombang 2537 Angstrom dan 2,25 % menjadi cahaya yang kelihatan dengan panjang gelombang-gelombang tertentu 4.047, 4.358, 5.461, dan Angstrom. Sebelah dalam dan tabung lampunya diberi berlapis zat-zat kimia fluorescent, seperti fosfor dan berbagai persenyawaan dan cadmium, zink, magnesium, calcium, dsb. Zat-zat fluorescent ini lazim disebut fosfor. Zat fosfor inilah yang merubah sebagian radiasi ultraungun pada panjang gelombang 2537 Angstrom menjadi cahaya berpanjang gelombang kontinu dalam spektrum yang kelihatan. Dengan mengatur pilihan dan campuran dan fosfor nya, pancarannya dapat bervariasi antara sampai Angstrom, dengan puncaknya menggeser dan sampai Angstrom. Sebagian lain dan radiasi ultraungu tadi dirubah menjadi pancaran dalam daerah inframerah. Sehingga akhirnya sekitar 20 % dan input Watt tadi diubah menjadi cahaya dalam spektrum yang kelihatan, sedang selebihnya berupa pancaran inframerah dan panas. Maka effisiensi lampu fluorescent ialah di sekitar 58 lumen per Watt, yaitu 5 yang langsung diubah oleh gas air raksa dan listrik menjadi cahaya yang kelihatan, dan 53 lagi yang pengubahannya liwat zat fluorescent ( fosfor ). Maka tampaklah betapa pentingnya peranan yang dipegang oleh zat fluorescent yang dilapiskan pada tabung lampu sebelah dalam. Semua lampu fluorescent bekerja menurut prinsip tersebut diatas, baik yang tersedia dalam buku-buku katalog dan diproduksi secara massa maupun yang diberi berbentuk

94 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan khusus menurut keperluan pemakai. Semuanya menggunakan uap mercury bertekanan rendah yang dilalui oleh pelepasan listrik sehingga beradiasi terutama dalam daerah ultraungu pada panjang gelombang 2537 A. Radiasi ini menyebabkan eksitasi pasa zat fluorescent fosfor yang melapisi sebelah dalam tabung lampu, sehingga fosfor itu memancarkan cahaya pada warna tertentu: Zat Flourescent Cahaya Warna Lampu Phospor 360 BL A Ultra biru Phospor E A Ultra biru Calcium tungstate A Biru Magnesium tungtaste A Biru keputihan Zinc silicate A Hijau Zinc berylium silicate A Kuning-keputihan Cadmium silicate A Kuning-merah jambu Cadminium borate A Merah jambu Effisiensinya bermacam-macam, mulai dan 4-5 lumen/ watt untuk lampu warna merah, lumen/watt untuk lampu-lampu berwarna biru dan merahjambu, sampai 70 lumen/watt untuk lampu hijau. Warna putih dicapai dengan campuran dan zat-zat fluorescent yang memancarkan beraneka warna, sehingga dapat diperoleh berbagai derajat keputihan seperti beberapa jenis daylight, white, dsb. Kini telah diperkembangkan lampu-lampu fluorescent generasi baru yang di samping effisiensi yang tinggi (lebih dan 80 lumen per watt) juga distribusi speltralnya mendekati grafik kepekaan mata sehingga baik effeknya kepada warna obyek-obyek yang diterangi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa warna cahaya lampu-lampu pijar meridekati warna siriar matahari antara setengah sampai satu jam sesudah terbit, sedang warna cahaya lampu-lampu fluorescent daylight mendekati warna sinar matahari lebih dan satu jam setelah terbit Lampu-lampu pelepasan listrik (lanjutan)

95 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Kita beralih sekarang kepada lampu-lampu pelepasan listrik yang berisi uap bertekanan lebih tinggi. Jenisjenis uap yang ekonomis dan praktis ialah mercury, sodium dan neon. Jenis uap dan tekanannya menentukan panjang gelombang (jadi : warna) cahaya yang dipancarkan. Makin tiriggi tekanan uapnya, panjang-gelombangnya makin bergeser ke arah waina merah. Uap mercury bertekanan tinggi memancarkan pada 4 panjang-gelombang dalam spektrum yang kelihatan, yaitu 4047, 4358, 5461 dan 5780 A yang berwarna ungu, biru, hijau dan kuning. Distribusi energi diantara 4 warna itu ditentukan oleh tekanan uapnya. Hasilnya ialah cahaya berwarna biru-hijau keputihan, dengan effisiensi lumen/watt. Karena unsur-unsur jingga dan merah tidak terdapat dalam cahaya putih itu, obyek-obyek yang disinari akan mengalami distorsi warna. Ungu, biru, hijau, dan kuning tampak lebih cemerlang, sedang jingga dan merah tampak coklatkehitaman. Untuk menanggulangi hal tersebut lampu-lampu mercury dapat dikombinasikan dengan lampu-lampu pijar. Ataupun tabung lampu mercury diberi lapisan zat phosphor untuk mengubah radiasi ultraungunya menjadi cahaya merah. Lampu mercury memerlukan waktu 7-8 menit untuk mencapai out-put penuh. Lampu ini sangat peka terhadap voltase, yang tidak boleh menyimpang lebih dan 2,5-5,0 % terhadap design voltase. Jikalau voltase turun 2,5 %, cahayanya akan merosot hampir 30 %. Jikalau voltase sering melebihi 5 %, lampu akan cepat berkurang umurnya atau malahan rusak karena terlalu panas. Umur design lampu mercury ialah misalnya sekitar 6000 jam, kalau tiap kali dinyalakan untuk sekurangnya 10 jam. Umur itu merosot menjadi 3000 jam, kalau hanya dinyalakan selama 5 jam tiap kalinya. Lampu mercury banyak dipakai di dalam pabrik, studio televisi, untuk penerangan halaman luar dan jalan raya, dll. Pada lampu metal halide ditambahkan iodide seperti indium, thallium dan sodium, untuk lebih memperbaiki effisiensi lampu dan distribusi spektral. Cocok untuk lapangan olah-raga, pusat keramaian kota, halaman parkir kendaraan, dll. Effisiensinya sampai III lumen per watt.

96 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Lampu berisi uap sodium memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai output penuh. Umur design adalah sekitar 3000 jam kalau dipergunakan untuk penerangan jalan raya. Lampu berisi uap neon biasanya berdaya kecil, antara 0,25 sampai 5 watt. Effisiensinyapun rendah, sekitar 0,3 lumen/watt. Berhubung output cahayanya kurang, praktis tidak dipakai untuk keperluan penerangan. Namun banyak dipakai sebagai lampu sinyal, dengan umur design 3000 jam Efisiensi Lampu Bab tentang lampu sebagai sumber cahaya ini akan kita akhiri dengan tinjauan umum mengenai perkembangan effisiensi lampu-lampu sepanjang masa. Lampu pijar dengan filamen dan zat arang pada tahun 1880 masih sangat rendah effisiensinya, yaitu hanya menghasilkan fluks cahaya 3 lumen untuk setiap watt yang dikonsumsi. Setelah beralih kepada filamen dan tungsten tercapai kemajuan-kemajuan pesat, yaitu melampaui 10 lumen/watt sekitar tahun 1905, melampaui 20 lumen/watt sekitar 1950, dan bahkan mencapai 30 lumen/watt sesudah tahun Filamen karbon 3 lumen/watt Filamen tungsten vakum 10 lumen/watt gas 20 lumen/watt grosted 14 lumen/watt argenta 14 lumen/watt halogen lumen/watt Lampu fluorescent yang diperkembangkan sejak tahun 1930-an, mulai dengan effisiensi sekitar 40 lumen/watt, telah melampaui 50 lumen/watt dalam perang dunia ke 2, melampaui 70 lumen/watt sekitar tahun 1960, dan bahkan melampaui 80 lumen/watt sebelum tahun Filamen karbon 3 lumen/watt Fluorescent warna warm white 44 lumen/watt. daylight 49 lumen/watt. White 80 lumen/watt.

97 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan generasi baru 80 lumen/watt. Lampu pelepasan gas mercury intensitas tinggi mulai dalam tahun 1930-an dengan effisiensi sekitar 30 lumen per watt, mencapai 40 lumen/watt sekitar tahun 1950, melampaui 50 lumen/watt sebelum tahun Dengan tambahan iodide malahan melampaui 70 lumen sebelum tahun 1970, dan kini mendekati 90 lumen/ watt. Mercury dengan gelas terang 56 lumen/watt, ditambahi iodide 83 lumen/watt. Lebih impressif lagi adalah perkembangan lampu pelepasan gas sodium intensitas tinggi. Dimulai dengan 55 lumen/watt pada tahun 1930-an, mencapai 75 lumen/ watt di tahun 1940-an, 100 lumen/watt di tahun an, 125 lumen/watt di tahun 1960-an, 150 lumen/watt di tahun 1970-an, dan kini sudah menuju ke 190 lumen/ watt. Sodium bertekanan tiriggi 118 lumen/watt. bertekanan rendah 185 lumen/watt. Ditinjau dalam masa krisis energi, maka gambaran penghematan energi ialah sebagai berikut: Lampu pijar memerlukan listrik watt per 1000 lumen cahaya. Lampu fluorescent memerlukan listrik watt per 1000 lumen cahaya. Lampu mercury memerlukan listrik watt per 1000 lumen cahaya. Lampu sodium memerlukan listrik 7-11 watt per 1000 lumen cahaya. Gambaran penghematan energi ini masih terus bertambah baik di masa yang akan datang. 5.3 SISTIM-SISTIM ILLUMINASI Klasifikasi sistim illuminasi. Kita dapat membedakan 5 jenis sistim illuminasi, yaitu I. Sistim illuminasi langsung (direct lighting). II. Sistim illuminasi semi-langsung (semi direct lighting) III. Sistim illuminasi diffus (general diffuse lighting)

98 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan IV. Sistim illuminasi semi-tidak-langsung (semi-indirect lighting) V. Sistim illuminasi tidak-langsung (direct lighting). Pada sistim langsung, % daripada cahaya di arahkan secai-a langsung kepada permukaan yang perlu diterangi. Sistim mi paling effektif dalain menyediakan penerangan, namun juga mengakibatkan adanya bayangan-bayangan yang mengganggu, serta memungkinkan kesilauankesilauan baik karena penyinaran langsung maupun karena pemantulan sinar lampu). Langit-langit dinding dan obyek-obyek di dalam ruangan perlu diberi warna-warna cerah supaya tampak menyegarkan. Pada sistim semi-langsung, % daripada cahaya di arahkan langsung kepada permukaan yang perlu diterangi, sedang selebihnya menerangi (serta dipantulkan oleh) langit-langit dan dinding. Dengan demikian dapat kita kurangi keberatan-keberatan daripada sistim langsung di atas. Kita catat bahwa plesteran putih memiliki effisiensi pemantulan 90 %, sedang cat putih (mat) antara 75 dan 90 %. Sistim illuminasi disebut diffus kalau separo cahaya diarahkan kepada permukaan yang perlu diterangi, sedang separohnya lagi menyinari (serta dipantulkan oleh) langit -langit dan dinding. Di dalam jenis sistirn illuminasi mi termasuk sistim direct-indirect yang memancarkan separo cahaya ke bawah dan separo ke atas, dan tidak atau kurang ke arah mata kita. Masalah-masalah bayangan dan kesilauan masih terdapat pada sistim illuminasi diffus ini. Pada sistim semi-tidak langsung, % daripada cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, dan sisanya ke bawah. Maka langit-langit perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik. Masalah bayangan praktis tidak ada, dan kesilauanpun dapat dikurangi. Pada sistim-tidak-langsung, % daripada cahaya diarahkan ke langitlangit dan dinding bagian atas, untuk dipantulkan kemudian menerangi seluruh ruangan berupa cahaya diffus. Keseluruhan langit-langit menjadi sumber cahaya, maka perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik, dengan warna yang muda namun mat supaya tidak menyilaukan. Lampunya sendiri perlu dibersihkan secara berkala, karena lapisan debu dan kotoran dapat menyerapkan lebih dan 25 % output cahaya. Sistim tidak-langsung ini cocok untuk perkantoran, kamar gambar, serta tempat-tempat kerja lain.

99 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Lampu-lampu fluorescent kini semakin populer, terutama dalam bentuk ditanarnkan (diinterg rasikan) ke dalam langit-langit, baik dalarn bangunanbangunan umum maupun dalam rumah-rumah kediaman. Umumya yang panjang membuatnya sangat cocok untuk dipasang pada tempat-tempat yang menyulitkan penggantian lampu. Lampu-lampu spotlight/downlight yang dipasang pada langit-langit atau dinding untuk menerangi permukaanpermukaan tertentu juga kian populer Faktor-faktor pertimbangan illuminasi. Secara sederhana, design illuminasi menyangkut periyediaan sejumlah fluks cahaya (lumen) dan sumber cahaya ke suatu permukaan yang perlu diterangi. Lux, yaitu satuan fluks cahaya yang effektif mencapai tiap meter persegi daripada permukaan itu yang tentu saja sebanding dengan kekuatan radiasi daripada sumber cahayanya yang dinyatakan dalam candles. Lux itu berbanding terbalik dengan kwadrat daripada jarak antara sumber cahaya dengan permukaan yang perlu diterangi. Kalau permukaan itu tidak tegak lurus pada berkas cahayanya, perlu dimasukkan pula cosinus sudutnya. LUX CANDLES JARAK x COSINUS SUDUT Rumus ini tidak praktis, karena sumber cahaya perlu diumpamakan sebagai sesuatu titik (jadi tidak cocok untuk lampu fluorescent, terlebih -lebih kalau jaraknya kurang dan 5 kali ukuran lampunya sendiri). Begitupun rumus ini tidak memperhitungkan cahaya yang dipantulkan oleh langit-langit, dinding dll. ke arah permukaan yang perlu disinari. Lagi pula kalau terdapat beberapa sumber cahaya, maka perlu dihitung sumbangan lux dan masing-masing sumber tersebut. Pertimbangan-pertimbangan yang lebih praktis ialah sebagai berikut. Design sistim illuminasi pada umumnya ditujukan kepada penyebaran tingkat penerangan yang seragam ke seluruh ruangan, supaya terhindar timbulnya sudut-sudut atau bagian-bagian yang gelap dan seluruh Iuangan itu secara merata menjadi cocok untuk penggunaan yang dimaksudkan. Untuk tujuan tersebut disebarlah titik-titik penerangannya; sedang jumlab titik ini ditentukan oleh jarak yang diperbolehkan antara titik-titik cahaya tersebut; jarak ini diatur

100 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan lagi oleb tinggi pemasangannya di atas iantai (atau lehih tepat di a tas permukaan yang perlu diterangi). Jarak dan tinggi itu dipengaruhi juga oleh karakteristik distribusi dan sumber-sumber cahaya yang dipakai. Pada umumnya jarak di antara titik-titik cahaya itu kira-kira sama dengan tinggi pemasangannya di atas lantai, dan maksimal 1,5 kali jarak antara sumber cahaya dengan permukaan yang perlu diterangi. Namun untuk memberikan cahaya penerangan secara khusus atau terarah, jarak di antara titik-titik cahaya itu dapat lebih pendek dan tingginya di atas lantai; hal ini tergantung lagi pada karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya. Karakteristik distribusi cahaya itu ditetapkan oleh lampu beserta armatur (luminaire) yang dipakai, antara lain oieh reflektornya yang merrghasilkan berkas cahaya yang sempit terarah ataupun berka.s yang lebar diffus. Lalu dikelompokkan ke dalam 5 jenis sistim illuminasi yang sudah disinggung di atas : sistim penerangan langsung, sistim penerangan semi-langsung, sistim penerangan diffus, sistim penerangan semi-tidak-langsung, sisitim penerangan tidak-langsung. Faktor pemantulan cahaya oieh langit-langit.periu diperhitungkan juga, misalnyà 30, 50 atau 70 %. Begitupun faktor pemantulan cahaya olehdindingdinding, misalnya 10, 30 atau 50 %. Faktor pemantulan itu tergantung dan warna dan finishing; dinding yang diber jendela, pintu, furnishing (gordijn, dll.) kurang memantulkan, dan dinding kaca bahkan praktis tidak memantulkan cahaya. Pemantulan ini tidak penting pada sistim penerangan langsung, namun sangat penting pada sistim-sistim penerangan tidak-langsung dan semi-tidak-langsung. Permukaan yang perlu diterar. juga dapat memantulkan cahaya, misalnya 10 atau 30%. Lantai juga memantulkan cahaya sekitar 10 %. Ukuran-ukuran ruangan sudah tentu juga banyak pengaruhnya. Ruangan yang luas lebih effisien dalam pemanfaatan cahaya daripada ruangan yang sempit, karena kurang dinding-dindingnya yang dapat menyerap cahaya. Begitupu ruangan yang tinggi langit-iangitnya iebih effisien penerangannya daripada ruangan yang rendah. Untuk sistim penerangan langsung dan semi-langsung,

101 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan yang berpangaruh ialah tingginya pemasangan sumber cahaya di atas permukaan yang perlu diterangi. Untuk sistim penerangan tidak-langsung dan semi-tidak-langsung, tingginya langit-langit adalah menentukan. Ukuran ukuran ruangan ini dinyatakan pengaruhnya dalam indeks-ruangan K: K p x 1 t p 1 P = panjangruangan 1 = lebar ruangan T = tinggi pemasangan sumber cahaya di atas permukaan yang perlu diterangi. Indeks-ruangan Kini bervariasi antara 0.60 dan Beberapa. kali telah disebutkan permukaan yang perlu diterangi. Yang dimaksudkan ialah suatu permukaan horizontal, pada ketinggian mana kita lakukan pekerjaanpekerjaan dalam ruangan termaksud. Jikalau kita bekerja sambil duduk,. tingginya kirakira cm, dan jikalau kita berdiri kira-kira cm. Maka berdasaratas output dan karakteristik distribusi cahaya dan lampu-lampunya, pemantulan oleh langit-langit dan dinding serta oleh permukaan yang perlu diterangi, indeks-ruangan, dan cara penyebaran/pemasangan sumber-sumber cahaya di dalam ruangan itu, dapatlah ditentukan suatu faktor-utilisasi (atau rendemen penerangan). Faktor-utilisasi ialah prosentase cahaya dan lampu-lampu yang secara nyata mencapai dan bermanfaat pada permukaan yang perlu diterangi. Untuk masing-masing armatur (luminaire) disediakan tabel daripada faktor utilisasi ini, sebagal fungsi daripada indeks-ruangan dan pemantulan oleh langit-langit, din- ding serta permukaan yang perlu diterangi. Faktorutilisasi ini bervariasi antara, misalnya 0,27 dan 0,78. Kita perlu juga memperhitungkan depresiasi daripada lampu, reflektomya, permukaan-permukaan yang memantulkan, dsb. karena depresiasi itu turut mengurangi taraf illuminasi. Selama umur design-nya, lampu ratarata remancarkan % daripada lumen pada awal dipakainya. Debu yang menempel pada lampu, reflektornya dan pada permukaan-permukaan yang memantulkan menyerap % lagi, meskipun dibersihkan secara teratur. Maka dalam keadaan baikpun hanya tercapai illuminansi sekitar 70 % daripada keadaan awalnya, yang dinyatakan

102 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan dengan faktor-pemeliharaan 0,70. Dengan sistim penerangan langsung di dalam ruangan yang bebas daripada debu dan asap dapat tercapai faktorpemeliharaan yang lebih tinggi, sampai 0,90. Sebaliknya dengan sistim penerangan tidak-langsung memakai armatur yang terbuka ataupun sumber cahaya yang sukar dicapai sehingga jarang dibersihkan, faktorpemeliharaan dapat merosot sampai 0,55. Untuk keadaan rata-rata sering dipergunakan nilai 0,65 kalau pembersihan lampu-lampu dilakukan setahun sekali. Maka fluks cahaya yang diperlukan untuk menerangi sesuatu ruangan lazim dihitung dengan rumus: fluks cahaya illuminasi x luas ruangan faktor utilisasi x faktor depresiasi Fluks cahaya yang diperlukan diukur dalam lumen. Illuminansi atau kekuatan penerangan yang diinginkan pada permukaan yang perlu diterangi diukur dalam lux. Luas ruangan (lebth tepat luas permukaan yang perlu diterangi) diukur dalam m2. Maka jumlah armatur yang perlu kita pasang ialah: fluks yang diperlukan fluks armatur fluks per armatur Di dalam tiap armatur dapat dipasang satu ataupun lebih lampu-lampu, sehingga: fluks per armatur jumlah lampu per armatur x fluks per lampu Dan sebaliknyapun kita dapat menghitung illuminasi atau kekuatan penerangan pada permukaan yang perlu diterangi, dengan rumus: illuminasi = jumlah lampu x fluks per lampu x faktor utilisasi x faktor depresiasi luas ruangan

103 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan 5.4 SPESIFIKASI ILLUMINASI Beberapa kriteria Kriteria-kriteria pokok di dalam menerapkan illuminasi ialah: supaya tugas-tugas visuil dapat terlaksana secara baik, yaitu cepat dan tepat (visual performance); supaya tercapai komfort dan suasana-santai bagi mata (visual comfort and pleasantness); supaya diperhitungkan faktor-faktor ekonomi. Di samping itu illuminasi yang banyak dimanfaatkan sebagai sarana untuk dekorasi, pemberi warna, dan pencipta suasana, sebagai hasil daripada banyaknya variasi lampu yang tersedia sekarang ini serta perkembangannya yang masih terus berlangsung secara cepat. Memusatkan perhatian kita kepada Indonesia, perlu pula diperhitungkan taraf perkembangan sosialekonomi Negara kita dewasa ini dan dalam masa 10 tahun mendatang; lebih khusus lagi taraf hidup rakyat banyak dan taraf elektrifikasi serta penyebaran listrik untuk keperluan illuminasi, di dalam rangka turut mewujudkan Sila V Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sehingga kepada kriteriakriteria umum di atas perlu ditambahkan kriteria khusus supaya diperhitungkan juga faktor-faktor sosial. Riset mengenai permukaan yang cerah dan banyak memantulkan cahaya (80 %) dibandingkan terhadap permukaan yang gelap dan sedikit memantulkan cahaya (8 %), menunjukkan bahwa permukaan yang gelap itu memerlukan illuminasi (lux) yang 10 kali lebih besar. Selanjutnya ditemukan (dalam percobaan dengan sistim penerangan yang secara kontinu diperbesar cahayanya) bahwa untuk mampu mengamati perbaikan dalam daya lihat kita, diperlukan illuminasi (lux) yang 2-2,5 kali lebih besar daripada semula. Daya-lihat (atau lebih tepat : visual performance) ini akan terus bertambah baik dengan membesarnya illuminasi itu, sampai menjenuh pada sekitar 1000 lux (yaitu 1000 lumen untuk tiap-tiap m 2 ). Visual performance in selain ditentukan oleh illuminasi, juga dipengaruhi oleh ukuran daripada obyek-obyek yang perlu dilihat, oleh kontras dalam warna dan dalam illuminasi terhadap lingkungannya, serta oleh jaraknya ke mata kita.

104 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Kontras tersebut tadi, terutama kontras dalam illuminasi, juga sangat penting untuk visual comfort and pleasantness. Seyogyanya kontras dalam illuminasi itu tidak ada, artinya obyek yang perlu difihat sama illuminasi dengan lingkungan sekitamya; kontras ini sebaiknya tidak melebihi faktor tiga. Berdasarkan atas pertimbangan inilah meja-meja tulis, meja-meja sekolah, mesin-mesin, alat-alat kantor, tegel dan penutup lantai dianjurkan berwarna muda, yaitu untuk mengurangi kontras terhadap lingkungannya. Kontras itu mengakibatkan kelelahan, terlebih-lebili kalau mata sudah sub-normal. Kelelahan itu seterusnya dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, dan malahan kecelakaan. Komfort dan suasanasantai juga terganggu oleh kesilauan. Kesilauan ini tergantung dan ukuran dan outputcahaya serta penyebaran dan sumber-sumber cahayanya, jaraknya, sudut pengamatan, tingkat illuminasi umumnya, ukuran ruangannya, jenis tugas visuilnya, lamanya waktu pengamatan, kemampuan adaptasi dan mata, serta kepekaan dan reaksi psykologis dan masing-masing individu. Kesilauan ini terutama mengganggu kalau berasal dan sumber-sumber cahaya yang berbeda dalam sudut antara 45 dan 85 derajat di atas mata kita (diukur dan vertikal di atas mata kita). Kesilauan ini dibagi dalam 4 derajat: tiada kesilauan, kesilauan yang tampak, kesilauan yang mengganggu, kesilauan yang tidak dapat ditolerir. Derajat kesilauan yang mengganggu itu mengurangi kemampuan untuk melihat jelas dan melaksanakan tugas visuil secara cepat dan tepat, di samping menimbulkan rasa tidak nyaman. Derajat kesilauan yang tidak dapat ditolerir bahkan dapat meniadakan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas visuil. Maka di dalam design sistim illuminasi hanya dibenarkan derajat kesilauan yang tampak namun belum mengganggu. Kesilauan juga dapat disebabkan oleh obyek-obyek dengan permukaan mengkilat yang memantulkan cahaya dan lampu (atau dan matahani). Pantulan cahaya itu menimbulkan rasa tidak nyaman di samping mengurangi kontras di

105 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan permukaan tempat kerja sehingga mengganggu pelaksanaan tugas visuil. Untuk mengurangi pantulan cahaya sedemikian disarankan: 1) Penempatan sistim penerangan dan permukaan tempat kenjanya sedemikian nupa sehingga tugas visuilnya tidak terletak pada atau di dekat sudut cermin antara lampu dan mata. 2) Menggunakan armatur (luminaire) berukuran besar nam un agak rendah output-cahayanya. 3) Menambah cahaya penerangan dan arah samping, kira-kira tegak-lurus pada arah pengamatan. 4) Menggunakan permukaan meja, peralatan, kertas, dll. dengan finishing mat untuk mengurangi effek pemantulan cahaya Illuminasi Yang Dianjurkan Sampailah kita sekarang kepada taraf-taraf illuminasi yang dianjurkan di negara-negara yang sudah maju, berdasar atas percobaan-percobaan dengan mengerahkan banyak pengamat. Untuk Indonesia dewasa ini kiranya tepatlah kita anjurkan batas-batas bawah/minimum, dengan mengingat pula bahwa penerangan alamiah (natural lighting) dapat lebih dimanfaatkan di Indonesia daripada di Amerika Serikat dan Eropah Barat. (catatan: 1 footcandle = 10,764 lux). EROPA BARAT AMERIKA SERIKAT Lux Uraian Footcandle Uraian 20 Minimum untuk dapat membedakan wajah orang; minimum untuk daerah-daerah sirkulasi di luar bangunan 30 Daerah penyimpanan ternak dan barang di luar bangunan -5 Membedakan obyek-obyek besar dan sekedar melihat; kurang/berbahaya untuk tugastugas visuil dan untuk melihat secara cepat dan jelas. 50 Garasi, serta langit-langit dan jalan orang di luar bangunan

106 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan EROPA BARAT AMERIKA SERIKAT Lux Uraian Footcandle Uraian 75 Dok dan kade pelabuhan 100 Teater dan concert hall, serta kamar tidur dan kamar mandi dalam hotel 5-10 Tugas-tugas visuil yang tidak terusmenerus, serta tidak perlu membedakan detail-detail yang halus dan kurang kontrasnya. 150 Daerah-daerah sirkulasi di dalam kantor, pabrik, toko dan gudang 200 Minimum untuk dapat mengamati wajah orang secara jelas; minimum untuk ruangan-ruangan tempat tinggal dan bekerja Tugas-tugas perkantoran dan pabrik yang tidak lama, membaca dan menjahit pada bahan berwarna muda. 300 Pekerjaan-pekerjaan membaca dan filling, pekerjaan perbengkelan, industri makanan, dsb. 500 Perkantoran umum, toko, gudang, assembling kendaeraan, percetakan, perbengkelan yang lebih halus Pekerjaan-pekerjaan administrasi dan pabrik yang agak lama, pekerjaan-pekerjaan membaca, perbengkelan, menjahit, menyulam, dsb. 750 Ruang gambar, pekerjaan koreksi, mesin-mesin perkantoran 1000 Menggambar yang teliti, mewarnai, pekerjaan-pekerjaan assembling dan perbengkelan yang halus 1500 Pekerjaan bengkel dan mesin yang sangat luas, assembling alat-alat presisi dan elektronik, pemeriksaan onderdil-onderdil kecil Menggambar, membaca yang sulit, koreksi, reparasi arloji, pekerjaan mesin yang halus, dsb. 100 Tugas-tugas visuil yang sangat berat dan/atau lama, seperti mengukir halus, menulis halus, assembling halus, inspeksi daripada detail-detail halus dan kurang kontras, menjahit pada bahan berwarna gelap, dsb.

107 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Illuminasi sampai 1000 lux atau 100 footcandle ialah berupa penerangan umum untuk keseluruhan ruangan, sedang illuminasi di atas 1000 lux atau di atas 100 footcandle adalah berupa tambahan penerangan secara lokal untuk tugastugas visuil yang memerlukan ketepatan sangat tinggi atau sangat berat. Dan tabel untuk Eropah-Barat dapat disimpulkan bahwa 20 lux adalah minimum untuk daerah-daerah sirkulasi yang bukan tempat tinggal dan bukan tempat kerja. Kemudian, 200 lux adalah minimum untuk ruanganruangan tempat tinggal dan kerja. Illuminasi oprimum untuk ruangan-ruangan tempat kerja ialah antara 1000 dan 3000 lux. Illuminasi 2000 lux ternyata memuaskan jumlah pengamat yang paling banyak. Tugas visuil yang permukaannya banyak memantulkan cahaya cukup diterangi dengan 1000 lux, misalnya, sedang permukaan yang kurang memantulkan perlu diterangi dengan 3000 lux, misalnya. Tambahan penerangan secara lokal itu malahan dapat mencapai lux Kwalitas Warna Suatu aspek lain yang perlu dipertimbangkan ialah kwalitas-warna dan lampulampu. Kwalitas-warna ini dibedakan lagi ke dalam Warna lampunya sendiri (appearance), Effek kepada warna obyek-obyek yang diterangi (colour rendering capability). Warna lampunya sendiri tidak merupakan indikasi ten- tang effeknya kepada warna obyek-obyek, bahkan dua lampu yang saling mirip warnanya dapat berbeda sekali komposisi spektralnya sehingga sangat berbeda juga effeknya kepada warna obyek-obyek yang diterangi. Lampu-lampu yang berwarna putih lazim dikelompokkan lagi menjadi: putih kemerahan (warna hangat), putih benar-benar (warna sedang), putih kebiruan (warna sejuk). Warna lampunya ini perlu dikaitkan kepada illuminasi yang perlu kita peroleh dan lampu-lampu itu, supaya dapat tercipta suasana yang menyenangkan/nyaman. Untuk illuminasi di bawah 1000 lux disarankan memilih lampu yang warnanya hangat yaitu putih-kemerahan. Illuminasi lux sebaiknya memakai lampu berwarna sedang ytitu putih benar-benar.

108 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Sedang untuk illuminasi di atas 2000 lux seyogyanya dipilih warna sejuk yaitu putih-kebiruan. Jadi secara umum, makin tinggi illuminasi yang diperlukan makin sejuklah warna lampu yang dipilih, supaya tercipta suasana yang nyaman. Untuk mengukur effek sesuatu lampu kepada warna obyek-obyek, dipergunakan suatu indeks yang menyatakan bagaimana tampaknya 14 buah warna-percobaan (secara psykophysik) kalau diterangi oleh lampu itu dibanding kalau disinari dalam kondisi sama oleb sumber cahaya referensi yang mirip warna lampunya. Kalau warna-warna percobaan itu tampakriya sama maka lampu itu diben colour rendering index 100, dan kalau berbeda diberi indeks lebih kecil dan 100. Lampu yang indeksnya mendekati nilai 100 memberikan effek yang baik kepada warna obyek-obyek yang diterangi, sedang lampu yang indeksnya jauh kurang dan 100 mengakibatkan distorsi warna pada obyekobyek. Ruangan dengan obyek-obyek yang memerlukan effek warna yang baik, seperti bahan tekstil, cat, percetakan, pameran, toko, rumah sakit, hotel, restoran dan rumah tinggal, seyogyanya menggunakan lampu indeks Ruangan dengan obyek-obyek yang kurang memerlukan effek warna yang baik, seperti perkantoran, sekolah dan pabrik, dapat memilih lampu dengan indeks Ruangan yang tidak menghiraukan warna obyek-obyek di dalamnya dapat menggunakan lampu berindeks kurang dan 70. Lampu-lampu pijar mempunyai indeks yang sangat baik, tetapi effisiensi lampunya agak rendah. Lampu-lampu fluorescent generasi baru (dengan puncakpuncak energi di daerah biru, hijau, dan jingga) juga baik indeknya tetapi rendah effisiensinya, ataupun sebaliknya lampu-lampu pelepasan listrik bertekanan (lebih) tinggi sangat baik indeksnya tetapi rendah effisiensinya, atau sebaliknya. Jikalau faktor warna lampu (appearance) dan faktor effek kepada warna obyekobyek yang diterangi (colour rendering capability) kita gabungkan, diperoleh skema sebagai berikut: Penerangan untuk Hotel, restoran, rumah tinggal Pameran, toko, rumah sakit Warna lampu Hangat Sedang Indeks efek kepada warna obyek-obyek

109 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Bahan tekstil, cat percetakan Perkantoran, sekolah, pabrik di daerah dingin Idem di daerah sedang Idem di daerah panas Ruangan yang tidak mementingkan warna obyek-obyek didalamnya Sumber : Philips Lighting Manual. Sejuk Hangat Sedang Sejuk Kurang dari 70 Warna-warna yang diterapkan dalam sesuatu ruangan juga turut menentukan visual comfort and pleasantness. Langit-langit lazimnya dicat putih sedang permukaanpermukaan lain diberi warna-warna muda pastel, supaya membantu tercapainya effisiensi penerangan yang tinggi. Warna-warna pastel sedemikian merupakan latar-belakang yang aman/neutral untuk beraneka jenis obyek yang ditempatkan dalam ruangan. Namun kadang-kadang dapat juga dipilih warna latar-belakang yang sangat gelap. Warna latar-belakang itu lebih mempengaruhi kesan kita tentang warna sesuatu obyek dibanding terhadap pengaruh dan warna cahaya penerangannya. Warna latar-belakang yang tepat dapat mengurangi effek buruk dan lampunya. Sedang warna latar-belakang yang salah pilih dapat merusak effek baik dan lampunya. Wanita urnumnya menyukai warna-warna hangat (merah, merah -kekuningan, kuning), sedang pria lebih condong kepada warna-warna sejuk (biru, biru -kehijauan, hijau). Namun untuk latar-belakang tetap dianjurkan memilih warna muda yang tidak jenuh (desaturated). Taraf illuminasi untuk langit-langit dan dinding (latar belakang) ini seyogyanya agak di bawah taraf untuk permukaan tempat kerjanya sendiri. Untuk obyekobyeknya sendiri umumnya dianjurkan warna violet-biru, biru-hijau, dan hijau, yang dipandang aman/neutral. Ataupun dapat dipilih warna merah dan jingga. Pilihan terakhir ialah kuning. Warna obyek-obyek ini sebaiknya jenuh (highly saturated). Obyek-obyek yang berdekatan letaknya hendaknya tidak terlalu berbeda warnanya, agar lebih harmonis tampaknya. Namun warna di dalam ruangan harus tetap segar, hidup dan bervariasi, agar tidak monoton sehingga menjemukan. Obyek-obyek yang berwarna hangat, begitu juga bahan-bahan makanan, akan lebih sedap tampaknya kalau diterangi dengan lampu-lampu berwarna hangat pula.

110 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Namun lampu-lampu berwarna hangat itu sering merusak wajah dan obyekobyek berwarna sejuk. Maka untuk ruangan berisi obyek-obyek dan beraneka warna lebih aman dipilih lampu-lampu berwarna sedang, yang bersifat allround. Pada pemilihan lampu-lampu fluorescent lazimnya perlu dipilih antara ekonomi/effisiensi lampu dan colour rendition, karena effisiensi yang tertinggi tidak dapat dikombinasikan dengan colour rendering yang terbaik; yang satu hanya tercapai dengan mengorbankan yang lain. Maka lampu-lampu fluorescent lazim dibagi dalam 3 kelompok : bereffisiensi tinggi, effisiensi cukup dikombinasikan dengan colour rendering cukup, serta colour rendering yang baik. Dengan dikaitkan pada warna cahaya lampu misalnya terdapat type-type sebagai berikut : Cahaya lampu Efisiensi tinggi Efisiensi cukup, colour rendering Colour rendering baik Hangat Warm white Warm white de lux Warm white special de lux Sedang White White de lux White special de lux Sejuk Cool daylight Daylight/55 Daylight/ Perimbangan Terhadap Cahaya Alami Ruangan berjendela yang tidak cukup diterangi oleh penerangan alami siang hari perlu memperoleh penerangan-buatan yang bersifat supplementer. Penambahan ini terutama dimaksudkan untuk bagian-bagian ruangan yang terjauh dan jendela, serta untuk menanggulangi kontraskontras yang tajam dan mengganggu. Supplemen penerangan-buatan itu pada siang hari perlu mempunyai illuminasi 500 lux atau lebih untuk mencapai keseimbangan yang baik terhadap penerangan alami siang hari. Ruangan yang sangat luas tanpa ada penerangan alami siang hari yang menembus plafond, memerlukan penerangan buatan. Penerangan ini dimaksudkan, di samping untuk menyediakan illuminasi yang memadai guna pelaksanaan pekerjaan dan untuk menciptakan kondisi yang komfortabel bagi mata serta untuk meniadakan kesilauan dan jendela-jendela, juga untuk

111 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan mengatasi hambatan psykologis yaitu keengganan berada dalam ruangan yang agak terasa terpisah dan cahaya alami untuk jangkajangka waktu yang lama. Pertimbangan psykologis ini terlebih-lebih berlaku untuk ruangan yang sama sekali tanpa cahaya alami, atau dihubungkan dengan alam bebas hanya oleh jendela-jendela sempit (sebaiknya dipasang memanjang vertikal). Dalam ruangan-ruangan sedemikian taraf illuminasi seyogyanya 1000 lux. Jendela-jendela ruangan dapat merupakan sumber kesilauan olen masuknya sinai matahari. Kesilauan mulai mengganggu kalau illuminasi dan jendelajendela ini mencapai lux dan lebih. Dalam hal ini jendela-jendela perlu diberi sarana pencegah kesilauan. 5.5 STANDAR PENERANGAN BUATAN DI DALAM GEDUNG-GEDUNG Ruang lingkup Standar mi mencakup pedoman-pedoman pokok untuk sistim penerangan buatan di dalam gedung-gedung. Bagian pertama (IV -3) memuat uraian mengenai prinsipprinsip umum yang menyangkut fungsi, tujuan dan rancangan. Bagian kedua (IV -4) memuat persyaratan-persyaratan penerangan untuk beberapa jenis gedung dan petunjukpetunjuk guna memenuhinya Pengertian-pengertian Penerangan umum,

112 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

113 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

114 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

115 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Penerangan primer,

116 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

117 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

118 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Penerangan dalam keadaan bahaya atau penerangan sekunder, iaiah

119 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

120 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

121 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

122 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Prinsip-prinsip Umum Fungsi penerangan buatan Fungsi pokok penerangan buatan di dalam gedung-gedung; baik diterapkan secara tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari, adalah : menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat detail-detail dan tugas dan kegiatan visuil secara mudah dan tepat. memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.

123 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan menciptakan lingkungan visuil yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi. Instalasi penerangan perlu memenuhi fungsi pokok itu secara terpercaya dalam kondisi pemakaian yang normal dengan pemeliharaan yang wajar. Sejak dan taraf awal rancangan sesuatu gedung, sudab perlu dipikirkan hubungan timbal balik antara penerangan alami siang hari dengan penerangan buatan. Rancangan gedung akan menentukan peranan dan bobot dan masing-masing sumber penerangan tersebut. Ada kalanya penerangan buatan perlu menunjang dan melengkapi penerangan alami siang hari secara sinambung. Atau penerangan buatan perlu menunjang dan melengkapi apabila penerangan alami siang hari sedang tidak inencukupi, untuk ruangan yang dirancang supaya diterangi oleh penerangan alami siang hari sepenuhnya. Penerangan buatan juga dapat menggantikan penerangan alami siang hari secara penuh dan berlanjut pada siang hari. Sewaktu memulai rancangan instalasi penerangan, perlu diperhatikan efek penerangan buatan atas warna-warna yang diperlukan dalam tiap ruangan. Tugas visuil tertentu memerlukan efek penerangan yang baik, untuk dapat membedakan warna-warna atau untuk dapat menilai warna secara tepat. Jikalau penerangan buatan perlu mirip sekali dengan penerangan alami siang hari, maka baik efeknya kepada warna-warna yang diterangi maupun warna cahayanya sendiri atau kromatisitasnya sama pentingnya. Efek kepada warna objek yang diterangi, ditentukan oleh spektrum emisi dan lampunya. Sesuai dengan petunjuk dan International Commission on Illumination, efek kepada warna dan suatu lampu dibandingkan terhadap efek kepada warna dan lampu standar, dinyatakan dalam indeks Ra. Indeks 100 menyatakan bahwa efek kepada warna sama dengan lampu standar, yaitu menampakkan warna-warna secara alamiah, sedang indeks yang jauh di bawah 100 menyatakan sangat merubah warna aslinya.

124 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Maka lampu-lampu lazim dikelonipokkan sebagai berikut Efek warna tingkat 1 : Indeks 85 atau lebih (high fidelity). Efek warna tingkat 2 : Indeks (medium fidelity). Efek warna tingkat 3 : Indeks (low fidelity). Indeks ini tidak merupakan petunjuk tentang warna cahaya lampunya sendiri. Warna cahaya lampu dapat menciptakan suasana sejuk (putih kebiruan), suasana sedang (putih), suasana hangat (putih kemerahan). Warna cahaya tidak memberikan petunjuk tentang efeknya kepada warna obyek yang diterangi, karena cahaya yang mirip warnanya dapat berbeda spektrum cahayanya. Warna cahaya lampu juga dapat dinyatakan dalam suhu warna, yaitu di atas 5000 K (sejuk), antara 3300 K dan 5000 K (sedang), dan di bawah 3300 K (hangat) Lingkungan Visuil Penerangan dikatakan berhasil melaksanakan fungsi pokoknya secara baik, jikalau tercipta kondisi visuil yang nyaman. Berhasilnya fungsi penerangan tidak terjamin oleh tersedianya illuminasi yang cukup atau tinggi. Keuntungan daripada illuminasi yang cukup atau tinggi bahkan dapat terhapuskan kalau tidak disertai oleh kenyamanan visuil. Illuminasi yang direkomendasikan dalam standar ini merupakan nilai minimal untuk ruangan tempat mengerjakan tugas visuil tertentu. Tugas visuil itu dibedakan derajat kesukarannya, seperti detail yang perlu diamati dan kontras yang dibutuhkan untuk membedakan detail tsb. Persyaratan ini kemudian dihubungkan kepada data- data experimentil tentang illuminasi yang diperlukan untuk mencapai ketajaman pengamatan yang memadai serta efisien dalam visual performance, di dalam suasana nyaman dengan memperhitungkan pula segi ekonomis. Faktor yang sangat mempengaruhi taraf kenyamanan visuil ialah adanya atau kurang adanya kontras yang menyolok. Maka kita menyesuaikan daya lihat kepada nilai rata-rata luminasi di dalam ruang pandangan. Jikalau dalam ruang pandangan itu terdapat hagian

125 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan bagian yang sangat kontras terhadap luminasi rata-rata, timbullah ketidak nyamanan dan pengurangan dalam kemampuan melihat. Maka kontras yang tinggi perlu ditanggulangi dengan jalan menamhah luminasi dan hagian yang relatif gelap atau mengurangi luminasi dan bagian yang terlalu terang atau kedua-duanya. Inilah salah satu pertimbangan untuk memilih warna-warna yang muda dan cerah untuk langit-langit, dinding dan permukaan-permukaan lain. Ketidak nyamanan juga diakibatkan oleh kesilauan, dan kesilauan yang sangat bahkan dapat meniadakan kernampuan untuk melihat. Faktor-faktor yang menyebabkan kesilauan ialah antara lain a. luminasi dan sumber cahaya. b. luminasi dan latar belakang. c. ukuran sumber cahaya. d. posisi sumber cahaya dalam ruang pandangan. e. pemantulan cahaya oleh langit-langit, dinding dan permukaanpermukaan lain. f. perimbangan cahaya yang dipancarkan ke bawah dan ke atas oleh armatur lampu. Dengan mengatur dan mengubah faktor faktor tersebut kita dapat menanggulangi kesilauan. Di Amerika Serikat dan Canada berlaku sistem untuk mengukur taraf kenyamanan visuil yaitu Visual Comfort Ratings/Probability System. Di Inggeris, Belgia, negara-negara Skandinavia dan Afrika Selatan berlaku sistem untuk mengukur taraf kesilauan yaitu Glare Index System. Di Perancis, Jerman, Nederland, Austria dan Italia berlaku sistem untuk membatasi taraf kesilauan yaitu Glare Limiting Method. Di Australia berlaku sistem untuk membatasi luminasi dan lampu atau armatur yaitu Luminance Limit System. International Commission on Illumination pada tahun 1975 menyajikan Interim Glare/Luminance Limiting Method, sambil menantikan penyusunan International Glare Evaluation Method. Dengan perkembangan penerangan buatan dalam gedung-gedung di Indonesia di kemudian hari, perlu ditetapkan sistem pengukur dan pembatas kesilauan untuk mencapai taraf kenyamanan visuil yang memadai.

126 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Peranan yang dipegang oleh penerangan alami siang hari perlu ditetapkan, yaitu apakah penerangan alami siang hari diharap memberikan sumbangan penting kepada penerangan di dalam gedung, atau apakah jendela-jendela hanya dimaksudkan untuk memungkinkan melihat ke luar gedung. Jikalau sumbangan cahaya matahari terbatas sifatnya, perlu ditunjang dan dilengkapi dengan penerangan buatan supplementer. Untuk ruangan yang sangat lebar sehingga hanya sebagian terjangkau oleh penerangan alami siang hari, atau ruangan yang berjendela hanya untuk maksud memandang keluar, ataupun ruangan yang tidak berjendela, perlu disediakan penerangan buatan permanen. Kombinasi permanen antara penerangan alami siang hari dan penerangan buatari dikenal sebagai Permanent Supplementary Artificial Lighting in Interiors (PSALI) dengan tingkat illuminasi penerangan buatan 500 lux. Tingkat illuminasi yang diharapkan dan penerangan buatan ini pada siang hari dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah dan pada malam hari, untuk masing-masing bagian ruangan tersendiri. Maka dapat dipilih tingkat illuminasi yang lebih tinggi untuk diterapkan sepanjang hari dan malam, ataupun disediakan sakelar untuk mengatur tingkat illuminasi itu. Warna cahaya dan penerangan buatan perlu disesuaikan kepada warna cahaya dan penerangan alami siang hari, misalnya dengan memilih lampu-lampu tabung pelepasan listrik berwarna daylight. Jendela-jendela dapat memerlukan penerangan / illuminasi untuk mengurangi kontras, ataupun sarana-sarana khusus untuk mengurangi kesilauan dan langit yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan. Pemantulan cahaya oleh langit-langit, dinding, dan permukaan-permukaan lain di dalam ruangan, dapat menimbulkan kesilauan juga, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan, dan mengurangi kontras yang dibutuhkan untuk tugas visuil. Oleh sebab itu dianjurkan menerapkan finishing yang matt bagi langit-langit, dinding dan permukaan-permukaan lain. Kontras yang menyolok, yaitu dengan perbandingan luminasi melebihi 12:1 perlu dihindari. Namun kontras tetap diperlukan, baik untuk pelaksanaan tugas visuil yang bersangkutan maupun untuk menciptakan suasana yang hidup dan menimbulkan gairah.

127 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Jadi variasi tetap perlu ada, berupa kontras, variasi dalam warna, variasi dalam bentuk-bentuk permukaan yang diterangi, dan sebagainya. Jikalau illuminasi yang ingin dicapai adalah lebih dan 300 lux, sebagai sumber cahaya dapat dipergunakan keseluruhan langit-langit. Jikalau kurang dan nilai tersebut, penggunaan keseluruhan langit-langit sebagai sumber cahaya akan menciptakan suasana suram; dalam hal ini dianjurkan untuk menggunakan sebagian saja dan seluruh langit-langit sebagai sumber cahaya. Pemilihan seluruh langit-langit sebagai sumber cahaya harus juga memperhitungkan timbulnya kesilauan. Maka luminasi langit-langit pada sudut pandangan mata yang normal sebaiknya tidak melampaui 500 candela per m2. Ruangan-ruangan museum, pameran dan lain-lain kadang-kadang dapat menyimpang dan pedoman-pedoman di atas, berdasarkan pertimbanganpertimbangan khusus. Luminasi perlu disebarkan secara tepat di dalam ruangan, untuk memusatkan perhatian kepada bagian-bagian interior tertentu ini didasarkan atas fakta bahwa mata kita secara otomatis akan tertarik kepada bagian-bagian yang tampak paling terang ataupun paling kontras terhadap lingkungannya. Di dalam ruang baca, halaman-halaman yang sedang dibaca hendaklah tampak lebih terang dan pada permukaan mejanya, dan permukaan meja tampak lebih terang dan pada lantai di bawahnya. Untuk ini dianjurkan pemilihan warna-warna secara tepat, serta sistem penerangan buatan yang sesuai pula Rancangan penerangan buatan Keputusan-keputusan tentang penerangan buatan perlu diambil pada tahap awal rancangan sesuatu gedung, oleh bouwheer, arsitek, ahli penerangan huatan, dan pihak-pihak lain yang lang- sung berkepentingan (misalriya ahli tata-udara dan ahli-akustik). Sebagai bahan pertimbangan diperlukan gambargambar rencana dan penampang masing-masing ruangari, detail-detail konstruksi langit-langit dan dinding, saluran saluran dan pipa pipa yang akari dipasang, warna dan finishing dan langit-langit dan dinding serta lantai.

128 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Demikian juga rencana dekorasi interior, perabot-perabot dan mesinmesin. Langkah pertama ialah menentukan tugas-tugas visuil yang kan dilakukan dalam gedung itu, serta persyaratan-persyaratan umum yang diakibatkan oleh tugas visuil tersebut. Langkah kedua ialah menentukan peranan yang akan dipegang oleh penerangan buatan, baik dalam menciptakan suasana dan kepribadian di dalam interior gedung tersebut maupun dalam menampakkan dan menonjolkan bentuk gedungnya. Kemungkinan perubahan dalam pemakaian gedung tersebut dikemudian hari, sebaiknya juga dipertimbangkan. Dengan jalan menyelami tugas-tugas visuil yang akan dilaksanakan dalam masing-masing ruangan, dapatlah dipertimbangkan sistem penerangan yang paling cocok serta lokasi dan pengaturan armatur lampu. Pada umumnya dikenal 3 type sistem penerangan, yaitu: a. Sistem penerangan merata. b. Sistem penerangan terarah. c. Sistem penerangan setempat. Sistem penerangan merata memberikan illuminasi yang tersebar secara cukup seragam di seluruh ruangan. Dengan demikian terciptalah kondisi visuil yang merata untuk seluruh ruangan. Keadaan ini cocok bagi ruangan yang tidak mempunyai tempat untuk pelaksanaan tugas-tugas visuil yang khusus. Pada sistem penerangan merata ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langitlangit. Pada sistim penerangan terarah, seluruh ruangan memperoleh cahaya dan suatu jurusan tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek, untuk menciptakan hayangan bayangan supaya lebih tampak bentuk dan susunannya, atau untuk menyoroti permukaan tertentu yang kemudian menjacli sumber cahaya sekunder dengan jalan memantulkan cahaya. Sistem penerangan terarah dapat juga digabungkan dengan sistem penerangan merata, dengan maksud mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh penerangan merata. Sistem penerangan terarah dicapai dengan memakai lampu pelepasan listrik yang reflektomya diarahkan, ataupun memakai spotlight dengan reflektor bersudut lebar.

129 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Pada sistem penerangan setempat, cahaya dikonsentrasikan pada tempat melaksanakan tugas visuil. Sistim penerangan setempat diperlukan untuk: tugas visuil yang lebih kritis. mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dan arab tertentu. melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang mencapai sesuatu bagian ruangan. membantu para pekerja yang sudah tua dan! atau telah berkurang daya lihatnya. menunjang suatu tugas visuil yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruang tersebut Penerangan setempat dicapai dengan memasang sumber cahaya dilangitlangit yang sempit berkasnya (disebut local ized lighting), atau dengan memasang sumber cahaya itu langsung di dekat tempat pelaksanaan tugas visuil (local lighting). Penerangan setempat pada umumnya dikombinasikan dengan sistem penerangan umum atau sistem penerangan terarah. Penerangan buatan dirancang sebagai sub-system dan pada keseluruhan interior, dan diperhitungkan hubungan timbal-baliknya dengan penerangan alami siang hari dan begitu pula kemungkinan integrasinya dengan sistem tata udara dan akustik. Perimbangan antara keseluruhan biaya pembangunan gedung dengan biaya untuk sistem penerangan buatan perlu diketahui seawal mungkin. Begitu pula perimbangan antara biaya investasi dan biaya operasi (termasuk biaya pemeliharaan) untuk sistem penerangan buatan. Arsitek dan ahli penerangan buatan kemudian dapat mendiskusikan detaildetail, misalnya dengan urutan sebagai berikut : a. Seberapa jauh penerangan buatan akan dipergunakan tersendiri ataupun untuk menunjang dan melengkapi penerangari alami siang hari. b. Tingkat illuminasi yang diperlukan, baik untuk melaksanakan tugas visuil tertentu maupun untuk penerangan umum dan interior gedung.

130 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan c. Distribusi dan variasi luminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior. d. Arah cahaya yang diperlukan untuk menonjolkan hentuk dan kepribadian gedung. e. Warna-warna yang akan dipergunakan dalam gedung dan efek warna dan cahaya. f. Catatan tentang kesilauan di dalam keseluruhan lingkungan visuil. Untuk ruangan kerja dipilih faktor-faktor reflektansi langit-langit 0,7 atau lebih. dinding 0,7-0,5 lantai 0,3 perahot 0,4 Illuminasi pada langit-langit, dinding, lantai dan perabot, hendaknya kurang dan tugas visuilnya. Sistem penerangan buatan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut di atas perlu direncanakan dalam koordinasinya dengan aspek-aspek lain dan gedung. Perlu dipertimbangkan pula segi-segi yang menyangkut pemeliharaan system penerangan buatan di kemudian hari, seperti lokasi dan armatur, herat, mudah dicapai, dan sehagainya. Setelah gedung selesai dihangun, pemilik atau penghuni perlu diheri gambar gambar instalasi penerangan buatan, dengan petunjuk lengkap untuk operasi dan pemeliharaannya, termasuk pula petunjuk tentang lampu yang dianjurkan untuk masing-masing titik cahaya Persyaratan Penerangan Buatan Mengingat banyaknya jenis-jenis gedung, maka dalam standar penerangan buatan ini akan dipilihkan beberapa yang umum Perumahan Penerangan buatan di dalam perumahan (domestic lighting) perlu bersifat luwes; maka di samping titik-titik cahaya yang tetap perlu disediakan stopkontak-stopkontak dalam jumlah yang cukup, bahkan dianjurkan

131 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan memasang stopkontak kembar karena lebih rapi dan lebih aman daripada memakai stekker cabang tiga. Jumlah stopkontak yang diperlukan khusus untuk penerangan buatan di: ruang tamu/duduk 2 atau 3 buah ruang makan 1 buah ruang tidur 1 atau 2 buah ruang bekerja/belajar 2 buah serambi 1 buah Untuk perumahan tidak diperlukan penerangan umum yang merata dengan taraf illuminasi yang tinggi; sebagai ancar-ancar ialah lux, dengan cahaya lampu yang berwarna sedang atau hangat. Penerangan umum dengan tingkat illuminasi rendah, dilengkapi oleh peneranganpenerangan setempat, sudah cukup. Penerangan setempat ini sering juga berfungsi untuk memberikan effek dekoratif. Sakelar untuk penerangan umum dipasang di samping pintu utama. Ruang tamu/duduk lazim diberi lebih dan satu titik cahaya untuk bisa menambah atau mengurangi illuminasi keseluruhan ruangan, menyebarkan cahaya ke bagianbagian tertentu dan ruangan (seperti meja, lukisan, dsb), meningkatkari effek dekoratif, dsb. Ruang makan memerlukan penerangan yang memusatkan perhatian ke permukaan meja makan. Dapat pula ditambah dengan penerangan umum untuk keseluruhan ruangan, dengan sakelar tersendiri. Dapur memerlukan penerangan dengan illuminasi lebih tini dan 100 lux, misalnya 200 lux, yang memusatkan perhatian ke permukaan tempat kerja. Lampu tabung fluorescent sangat cocok karena kurang menimbulkan bayangan, namun perlu dipilih lampu dengan indeks efek warna sekurangkurangnya 70. Dapat pula ditambah dengan penerangan merata untuk keseluruhan ruangan dapur, dengan sakelar tersendiri. Kamar tidur (atau zit -slaapkamer) sebaiknya diberi lampu dan sakelar di atas ujung kepala tempat tidur. Pula diperlukan lampu dengan illuminasi tinggi di atas cermin tempat berhias, di atas meja tulis dan di atas wastafel.

132 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Berhubung penempatan tempat tidur dan mejameja kadang-kadang belum pasti, diperlukan beberapa stopkontak dalam kamar tidur. Di atas gordijn jendela dapat dipasang lampu-lampu tabung fluorescent. Kamar mandi sebaiknya diberi illuminasi lebih tinggi dengan penerangan merata minimum 100 lux. Terutama diperlukan lampu di atas wastafel dengan illuminasi 200 lux, untuk mana dianjurkan lampu tabung fluorescent dengan indeks efek warna di atas 85. Juga perlu diperhatikan lampu-lampu di muka pintu keluar masuk, garasi, gudang, almari yang dalam, loteng tempat menyimpan barang, jalan dan pekarangan di sekitar rumah, jalan keluar darurat, kesemuanya dengan sakelar yang ditempatkan dekat pintu yang bersangkutan. Lampu tabung fluorescent yang kecil sangat ekonomis untuk keperluan ini. Untuk jalan masuk mobil ke garasi dianjurkan illuminasi 10 lux Hotel dan Flat Pedoman-pedoman pada berlaku selain untuk perumahan, juga untuk flat, hostel, hotel dan sejenisnya. Di dalam ruangan tangga, lampu perlu dipasang sedemikian rupa agar seluruh tangga diterangi tanpa ada kesilauan. Sakelar dua jalan perlu dipasang, baik di bawah maupim di atas tangga. Jikalau tangga terletak dalam hall yang besar, sakelar bawah dipasang dekat pintu utama. Tangga diberi illuminasi lux. Koridor diberi illuminasi sekurang-kurangnya 1/5 illuminasi penerangan merata di dalam kamar, minimum 20 lux. Dianjurkan bagian koridor di depan pintu elevator diberi illuminasi lebih tinggi. Hall, lounge, lobby dsb. perlu diberi penerangan merata yang cukup untuk membaca sepintas. Jikalau ada meja tulis di situ, perlu diheri penerangan lokal yang tidak menimbulkan kesilauan. Reception Counter diberi illuminasi lebih tinggi untuk menarik perhatian hadirin. Hotel perlu diberi sistim penerangan darurat, terutama dalam koridor dan tangga di atas pintu-pintu keluar. Untuk portal hotel dianjurkan 100 lux Perkantoran

133 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Lazimnya ada variasi dalam penerangan buatan untuk ruang kantor pejabat, ruang kantor yang besar/umum, ruang gambar dan sebagainya. Penerangan itu tergantung pula dan ada atau tidaknya dinding-dinding penyekat di dalam ruang yang bersangkutan. Jikalau tidak ada dindingdinding penyekat, atau penyekat-penyekat itu sudah pasti penempatannya, dapatlah direncanakan titik-titik cahaya yang tetap berikut sakelarsakelarnya. Jikalau dinding-dinding penyekat belum diketahui penempatannya, ataupun masih dapat diubah, instalasi penerangannya perlu bersifat fleksibel agar penempatan armatur-armatur dapat disesuaikan kemudian kepada letaknya penyekat-penyekat. Fleksibilitas ini dapat tercapai dengan jalan a. memasang titik-titik cahaya secara tetap dalam jumlah yang cukup menurut sistem modul, sehingga armaturarmatur dapat disebarkan secara memuaskan tanpa tergantung dan penyekatan ruangan, b. menggunakan rel-rel penyambung lampu, sehingga armatur-armatur dapat digeserkan sesuai dengan penyekatan ruangan. Sakelar-sakelar kadang-kadang juga perlu dibagi menurut penyekatan ruangan, yaitu dipasang pada dinding-dinding penyekat atau memakai talitali penarik yang tergantung dan langit-langit. Untuk perkantoran lazimnya cukup dipasang penerangan merata di langitlangit dalam baris-baris yang lurus. Ruangan kantor yang lebar tidak sepenuhnya terjangkau oleh penerangan alami siang hari, sehingga diperlukan integrasi antara penerangan alami siang hari dan penerangan buatan secara berimbang, dengan tetap mempertahankan suasana/efek penerangan secara alamiah. Juga perlu diperhatikan kecenderungan untuk memasang meja-meja tulls di dekat jendela. Illuminasi yang dianjurkan untuk perkantoran ialah 300 lux atau lebih. Illuminasi ini terutama diperlukan pada permukaan meja-kerja, yaitu kira-kira 75 cm di atas lantai. Ada armatur-armatur yang jumlah lampu yang menyala di dalamnya dapat diatur. Warna cahaya lampu yang dianjurkan ialah sedang. Timbulnya kesilauan langsung perlu dicegah, pula kesilauan karena pemantulan

134 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan cahaya oleh permukaan-permukaan perabot, mesin dan kertas yang mengkilap, dinding-dinding penyekat yang berkaca dan lain-lain. Dalam perkantoran modern, penerangan buatan lazim di-integrasikan dengan sistim tata udara dan sistim akustik (integrated environmental design). Keputusan untuk ini sebaiknya diambil sedini mungkin dalam tahap rancangan bangunan. Tiga jenis instalasi penerangan buatan yang lazim ialah a. Armatur-armatur dipasang pada langit-langit atau digantungkan dan langit-langit. b. Armatur-armatur ditanamkan ke dalam langit-langit. c. Keseluruhan langit-langit dijadikan sumber cahaya. Armatur-armatur yang ditanamkan ke dalam plafond kurang cocok untuk interior yang tidak cerah permukaannya, lagi pula kurang menerangi plafondnya sendiri. Jikalau keseluruhan plafond dijadikan sumber cahaya, luminasi dibatasi sampai 500 candela per m2 untuk sudut-sudut pandangan yang normal, supaya tidak menimbulkan ketidaknyamanan karena kesilauan. Supaya tercapai pernanfaatan cahaya yang baik, langitlangit seyogyanya mempunyai pemantulan 70% dan dinding 50%. Begitupun perabot-perabot dan lantai seyogyanya berwarna muda dan cerah. Di dalam hal perlu diterapkan warna-warna yang tua, sebaiknya ditambahkan penerangan tambahan secara terarah pada obyek-obyek yang bersangkutan. Dan segi ekonomi dianjurkan memakai lampu-lampu tabung fluorescent untuk penerangan umum dalam perkantoran. Jikalau diperlukan penerangan ekstra secara lokal, dapat dipilih lampu pijar atau lampu tabung fluorescent lagi. Untuk ruang kantor dengan perabot dan hiasan-hiasan bermutu (misalnya ruang kantor penjabat), ataupun ruang kantor dengan banyak karyawati berpakaian warnawarni, perlu dipilih lampu fluorescent dengan indeks efek warna yang tinggi, di atas 70. Jikalau penerangan buatan perlu di-integrasikan dengan penerangan alami siang hari, maka waina cahaya lampunya juga harus tepat, misalnya day

135 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan light. Ruang sidang cukup diberi illuminasi 200 lux, karena terutama dimanfaatkan untuk diskusi. Penerangan ini harus dapat diredupkan atau dikurangi, untuk menunjukkan slides, film dan sebagainya. Ruang gambar memerlukan tingkat illuminasi yang lebih tinggi, yaitu 500 lux pada permukaan meja gambar. ini dicapai dengan memasang barisbaris lampu fluorescent yang kontinu (atau hampir kontinu) sepanjang langit-langit, tegak lurus kepada baris-baris meja gambarnya, dan terletak di kin dan kanan meja-meja gambar. Dapat juga masing-masing meja gambar diberi tambahan penerangan lokal untuk m&engkapi penerangan umum dalam ruangan, dan diatur supaya tidak menimbulkan kesilauan. Koridor diberi illuminasi 50 lux, sekurang-kurangnya 1/5 daripada illuminasi ruangan kantornya Sekolah Ruang sekolah harus dapat dipergunakan untuk beraneka jenis tugas visuil, seperti membaca, menggambar, percobaan-percobaan laboratorium, kerajinan tangan yang halus, dst. Di dalam satu ruangan kadang-kadang berlangsung beberapa tugas visuil yang saling berbeda. Maka penerangan buatan perlu menyajikan illuminasi umum ke seuruh ruangan yang memungkinkan penggunaan aneka ragam, termasuk pula dinding-dinding. Kemudian dapat ditambahkan penerangan lokal seperlunya, misalnya untuk papan tulis, meja kerja, meja baca, bagian pameran, terlebih-lebih kalau letaknya jauh dan jendela. Panggung kuliah memerlukan penerangan yang memungkinkan pemusatan perhatian hadinin, dengan kemungkinan untuk memakai berbagai jenis alat pendidikan rupa rungu (audio-visuil). Maka penerangannya harus dapat diredupkan, sebaiknya dan suatu panel sakelar di pangung itu. Penerangan buatan untuk sekolah luar biasa bagi anakanak yang kurang sempurna penglihatannya memerlukan perhatian khusus; umumnya diperlukan penerangan tambahan secara lokal dengan illuminasi yang tinggi, tanpa menimbulkan kesilauan.

136 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Untuk ruang pelajaran dianjurkan illuminasi merata minimum 200 lux. Tugas-tugas visuil yang memerlukan ketepatan tinggi sebaiknya dilakukan dalam ruangan dengan illuminasi 300 lux. Papan tulis dan panggung ditambah penerangan lokalnya sampai 500 lux. Kenyamanan visull perlu diperhatikan benar-benar agar para pelajar senang berada dalam ruangan sekolah. Maka kesilauan baik langsung dan armaturarmatur maupun dan pantulan permukaan-permukaan dan jendelajendela perlu dihindarkan. Illuminasi masing-masing armatur perlu dibatasi, dan langit-langit perlu diberi illuminasi cukup agar armatur-armatur tidak terlalu kontras terhadap latar belakangnya. Begitupun dipilih cahaya lampu berwarna sedang atau hangat, dengan indeks efek warna sekurangkurangnya 70. Penyebaran illuminasi dalam ruangan perlu mengarahkan perhatian pelajar-pelajar kepada guru, papan tulis dan alat-alat peragaan di depan kelas, serta kepada permukaan meja tulis pelajar-pelajar itu. Untuk itu diperlukan bukan hanya sistim penerangan yang baik melainkan juga pemilihan warna dengan faktor refleksi yang tepat. Penimbangan antara penerangan langsung dan tidak langsung, variasi dalam bentuk-bentuk permukaan yang diterangi, kontras visuil yang membangkitkan gairah belajar dan tidak menjemukan, merupakan sarana-sarana untuk menciptakan kenyamanan visuil. Benda-benda kesenian memerlukan penerangan dengan efek warna berkwalitas tinggi. Koridor diheri illuminasi sekurang-kurangnya 1/5 dan illuminasi ruangan yang dilayani dengan minimum 50 lux Industri Persyaratan-persyaratan penerangan huatan dalam industn ditentukan oleh tugas visuilnya dan oleh kondisi lingkungannya. Tugas-tugas visuil itu jauh lebih beraneka ragam daripada dalam kantor atau sekolah, clengan detail yang besar ataupun sangat kecil, dengan detail berwarna terang ataupun sangat gelap, dengan kontras yang jelas ataupun sangat kabur. Makin herat tugas visuilnya, makin tinggi illuminasi yang diperlukan dan makin ketat persyaratan penghindaran kesilauan.

137 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Untuk penerangan umum dipasang armatur-armatur dalam baris-baris teratur di seluruh langit-langit. Baris- baris lampu sebaiknya tegak lurus kepada baris-baris meja atau mesin (ag ar mengurangi bayangan dan kesilauan), namun dapat juga dipasang sejajar (agar lebih santai). Kalau dalam bagian-bagian ruangan tertentu dilakukan pekerjaan yang lebih teliti, illuminasinya dapat dipertinggi dengan memasang lampu-lampu yang kuat dan/atau memperkecil jarak antara armatur-armatur pada satu baris ataupun antara baris-baris, atau juga dengan menambahkan penerangan lokal. Di dalam merencanakan sistem penerangan buatan, peranan penerangan alami siang hari perlu diperhitungkan. Lazimnya penerangan alami siang hari itu masuk dan jendela-jendela di dinding dan tidak cukup menerangi seluruh ruangan yang lebar; maka penerangan buatan perlu menunjang dan melengkapinya, dan sebaiknya dapat dinyatakan baris demi baris yang sejajar dengan jendela. Untuk pekerjaan-pekerjaan kasar dan rutin, pekerjaan pekerjaan dengan detail berukuran besar, dan pekerjaan pekerjaan dengan bahan yang jelas kontrasnya, cukup dengan illuminasi 100 lux lux. Untuk pekerjaan sedang, tanpa konsentrasi yang besar dipenlukan illuminasi 200 lux lux. Makin halus pekerjaannya dan menyangkut inspeksi serta quality control, ataupun makin halus detailnya dan kurang kontrasnya; makin tinggi illuminasi yang diperlukan, yaitu 500 lux lux. Pekerjaan yang amat halus, tepat dan teliti seyogyanya diberi penerangan dengan illuminasi 1000 lux 2000 lux. Bagian pabnik yang mernerlukan pengamanan visuil sewaktu tidak beroperasi, dapat diberi illuminasi merata 20 lux. Untuk ruangan atau bagian ruangan tempat pemeriksaan warna secara teliti, sebaiknya diberi illuminasi 750 lux dengan lampu yang kwalitas efekwarnanya tinggi, di atas 85.

138 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Lampu dengan kwalitas efek warna yang tinggi, biasanya mempunyai efisiensi lebih rendah daripada lampu untuk penerangan umum. Tinggi rendahnya pemasangan armature dan langitlangit mempengaruhi penyebaran daripada sumber cahaya-sumber cahaya itu serta pemilikan jenis reflektornya. Kalau armatur-armatur dipasang dalam baris-baris teratur, maka jarak diantara baris-baris itu tidak boleh lebih dan 1,5 kali tinggi armatur dan meja-kerja, supaya tercapai illuminasi yang seragarn. Kalau tinggi langitlangit kurang dan 7 m lazimnya dipilih reflektor yang menyebarkan cahaya. Kalau langit-langit lebih dan 7 m tingginya, lebih ekonomis memilih rellektor yang memusatkan cahaya ke bawab dalam berkas sempit. Reflektor-reflektor ini perlu memancarkan sebagian cahayanya ke atas (semi-langsung) agar supaya tercegah suasana seperti dalam terowongan, dan untuk mengurangi kontras antara armatur dengan langit-langit. Lebih baik lagi kalau langit-langit itu rata dan berwarna putih. Di dalam industri dapat ditemui kondisi lingkungan yang mengakibatkan perlunya dipilih lampu, armatur dan tindakan-tindakan pengaman yang khusus. Kondisi-kondisi termaksud ialah a. banyak debu, b. banyak air, c. banyak cairan atau uap yang korrosif, d. banyak debu atau uap yang memungkinkan ledakan, e. bersuhu tinggi, atau rendah. Armatur-armatur lazim digantungkan pada balok-balok atap. Perlu ditinjau kemungkinan pemasangan rel-rel penyambung lampu, demi fleksibilitas di dalam penyebaran maupun di dalam jumlah armature. Dengan pemilihan lampu yang lebih kuat maka jumlah armatur yang diperlukan dapat dikurangi. Armatur harus mudah dipasang dan dipelihana serta lampunya mudah diganti.

139 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Sakelar-sakelar jangan tersebar di seluruh ruangan, melainkan dipusatkan pada beberapa tempat yang memungkinkan pengawasan secara menyeluruh. Jikalau penerangan buatan hanya dimaksudkan untuk menunjang penerangan alami siang hari apabila cuaca sedang gelap, dapat dipertimbangkan penggunaan photo-cell untuk menyalakan lampu secara otomatis. Lampu dan arinatur harus mudah dicapai tanpa mengganggu proses produksi dalam industri. Untuk ruanganruangan yang sangat tinggi dapat dipertimbangkan penggunaan catwalk (atau sarana lain sejenis) untuk memudahkan pemeliharaan dan penggantian lampu. Dengan demikian akan menekan biaya pemeliharaan lampu, meningkatkan mutu penerangan, dan pula lebih aman, sehingga dalam jangka panjang dapat mengimbangi biaya investasinya. Lazimnya dipilih lampu-lampu pelepasan listrik karena effisiensinya tinggi dan umurnya panjang. Kalau tinggi langit-langit di atas 7 m dapat dipertimbangkan penggunaan metal halide, lampu sodium bertekanan tinggi, atau lampu mercury bertekanan tinggi dengan koreksi warna; lampu-lampu ini cocok, baik dan segi teknik maupun dan segi pemeliharaan dan ekonomi. Pada lampu-lampu pelepasan listrik dapat timbul efek stroboskopis berpengaruh kurang baik, dan bahkan membahayakan sehingga perlu diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Untuk melaksanakan tugas-tugas visuil yang khusus, ditambah penerangan lokal yang ditempatkan secara khusus pula yaitu sesuai dengan persyaratan visuilnya. Penerangan tambahan ini berfungsi untuk menonjolkan kontras antara detail yang perlu diamati dengan latar belakangnya dan antara detail-detail itu sendiri. Tugas-tugas seperti memeriksa obyek-obyek kecil atau merakit onderdil halus, mengecek ukuran/dimensi, memeriksa obyek yang bergerak/berputar, memeniksa bahanbahan seperti kaca, dan lain-lain, memerlukan peralatan penerangan yang khas. Misalnya kaca pembesar dengan lampu di dalamnya, proyektor untuk membesarkan gambar obyek,

140 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan stroboskop yang melihatkan obyek berputar seolah-olah diam, cahaya monokromatis seperti dan lampu sodium bertekanan rendah, dan lain-lain Pertokoan Toko-toko yang besar, toko serta ada dan sebagainya pada umumnya kurang menerima penerangan alami siang hari, sehingga terutama tergantung pada penerangan buatan. Penerangan umum diperlukan untuk memungkinkan pengunjung bergerak secara aman dalam semua ruangan yang terbuka untuk umum, sedang untuk counter, pameran dan penjualan diperlukan illuminasi yang lebih tinggi. Maka kita dapa menyediakan penerangan merata dengan illuminasi 100 lux, lalu menambahkan illuminasi sampai 500 lux untuk bagian-bagian pameran dan penjualan. ini banyak diterapkan pada butik, toko mas, dsb. Ataupun kita dapat memberikan penerangan merata dengan illuminasi 500 lux, seperti dalam toko bertingkat dan supermarket. Kalau langit-langit tinggi, sebagian cahaya perlu diarahkan ke atas. Cara yang pertama memerlukan (dan memungkinkan) fleksibilitas, yaitu penyesuaian penerangan kepada display yang berubah-ubah. Pemakaian rel-rel penyambung dapat dipertimbangkan, baik untuk spotlights maupun untuk armatur-armatur yang tergantung. Dianjurkan untuk memakal kombinasi dan lampu pijar dengan lampu tabung pelepasan listrik dengan tekanan rendah dan kalau penlu juga lampu pelepasan listrik hertekanan tinggi. Lampu-lampu pijar (spot lighting) memberikan efek warna dengan kwalitas tinggi, lebih menonjolkan bentuk permukaan yang diterangi dan barangbarang yang dipamerkan, serta rnnciptakan suasana cemerlang dan bergairah. Lampu-lampu pelepasan listrik mempunyai effisiensi tinggi dan umur panjang, cocok untuk penerangan umum dan kurang menimbulkan panas. Juga cocok untuk menerangi rak-rak, karena diameternya kecil dan dapat dipilih berbagai variasi warna. Lampu mercury bertekanan tinggi dapat ditambahkan kalau diinginkan illuminasi yang ekstra tinggi. Effisiensinya tinggi kurang memerlukan

141 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan tempat, dan cocok dan segi esthetika. Namun lebih menimbulkan kesilauan dan panas. Lampu-lampu pelepasan listrik bertekanan rendah dan mercury bertekanan tinggi dipilih yang mempunyai efek warna yang baik, yaitu di atas 70. Warna cahaya lampu dipilih yang dapat menciptakan suasana sedang. Untuk ruang pameran dan penjualan yang terbuka, cahaya dapat diarahkan pula kepada dindingdinding, untuk memberikan perspektif kepada pameran serta menunjukkan batas-batas dan ruangan. Spotlights sering diletakkan tersembunyi, tetapi kadang-kadang justru ditonjolkan untuk memusatkan perhatian kepada barang dagangan yang perlu dilihat. Cara memamerkan barang-barang di dalam etalase disesuaikan kepada lingkungannya, dan begitu pula cara penerangan dan tingkat illuminasinya disesuaikan kepada lingkungan tersebut. Kalau etalase diterangi oleh penerangan alami siang hari, sedang penerangan buatan juga dinyalakan pada siang hari, maka diperlukan tingkat illuminasi yang sangat tinggi untuk mampu menyaingi penerangan alami siang hari dan mengatasi pemantulan oleh kaca etalase. Untuk etalase toko di daerah perumahan dianjurkan illuminasi lux. Sedang di daerah pertokoan yang ramai dianjurkan lux, atau lebih. Nilainya sebagai ikian dan segi esthetika-nya perlu menonjol. Kalau etalase hanya akan dipandang dan satu jurusan, penerangan utama harus datang dan arah depan, sedang penerangan-penerangan tambahan dan arah belakang dan samping. Hal ini dimaksudkan untuk memusatkan perhatian kepada bagian-bagian tertentu. Lampunya sendiri tidak boleh terlihat agar supaya tidak menimbulkari kesilauan. Lazimnya dipilih kombinasi dan beberapa jenis lampu, seperti dalam studio foto. Penerangan umum lazimnya diberikan oleh lampu-lampu tabung fluorescent, sedang penerangan khusus diberikan oleh lampu-lampu pijar di dalam armatur-armatur yang cocok; kadang-kadang dipakai filter berwarria dan sistem penerangan kinetis untuk menciptakan efek-efek khas. Etalase barang mahal seperti perhiasan dan parfum melulu diterangi oleh lampu-lampu pijar.

142 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Penerangan dalam etalase sering diubah sehingga sistem penerangannya perlu luwes. ini tercapai dengan banyak stop kontak yang tetap dan atau dengan rel-rel penyambung. Ventilasi dalam etalase harus cukup agar lampulampu dan barang-barang yang dipamerkan tidak terlalu panas. Kalau penerangan buatan hanya ingin dinyalakan pada waktu penerangan alami siang hari berkurang, maka dapat dipasang sakelar yang dikendalikan oleh photo-cell. Pada larut malam biasanya hanya sebagian penerangan etalase yang masih dinyalakan. Untuk penerangan merata dapat dipilih lampu-lampu tabung fluorescent yang effisiensinya tinggi, namun untuk menampakkan warna-warna barang yang dipamerkan secara menanik seyogyanya dipilih lampu-lampu dengan efek warna yang baik, walaupun lebih rendah effisiensinya, misalnya lampu-lampu fluorescent jenis colour matching atau northlight dengan indeks Pemilihan jenis lampu ini perlu diperhitungkan sejak awal tahap perancangan. Toko-toko sebaiknya diberi sistem penerangan dalam keadaan bahaya, di samping dan terlepas daripada sistem penerangan umum Restoran dan function room Ke dalam jenis gedung ini kita masukkan juga ruang makan, function room, bar, nightclub, kantin pabrik, ruang makan asrama dan lain sejenisnya. Restoran dan ruang makan hotel memerlukan penerangan buatan yang menciptakan suasana dan kepribadian tertentu, sedang illuminasi merata cukup 100 lux di permukaan meja-meja makan. Sering penerangan ini lebih dibatasi lagi hingga 20 lux, untuk menciptakan suasana intim bagi masing-masing meja secara individuil dengan memasang lampu hias yang dapat memberikan perspectif. Lampu pijar yang dipasang dalam armatur di atas meja acap kali dipakai untuk maksud di atas, untuk menonjolkan peralatan makanan dan sekedar menerangi wajah orang-orang di sekeliling meja. Dapat pula digunakan armatur yang tergantung dan langit-langit sampai dekat di atas meja makan. Di sepanjang dinding ditambahkan lampu-lampu dinding untuk memberikan perspektif dan menunjukkan batas-batas ruangan, serta menambah penerangan umum secara terbatas.

143 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Function room yang dipergunakan untuk beraneka jenis acara diberi sistem penerangan umum dengan illuminasi, 300 lux atau lebih, namun semua lampu harus dapat diredupkan secara kontinu dan serempak. Cara meredupkan tidak boleh dicapai dengan mematikan sebagian lampu-lampu di dalam suatu armatur, karena dapat menimbulkan kesan tidak merata. Penerangan umum itu dapat dilengkapi dengan lampu-lampu dinding, spotlights dsb. dengan sakelar tersendiri. Jikalau function room juga diterangi oleh penerangan alami siang hari, biasanya masih perlu ditambah dan dilengkapi dengan penerangan buatan. Maka penerangan buatan ini perlu luwes, untuk penggunaan pada siang hari, pada waktu cuaca agak gelap, dan pada malam hari. Kantin pabrik, ruang makan asrama dan sejenisnya biasanya hanya diberi penerangan umum oleh lampu pada langit-langit. Namun tetap perlu diikhtiarkan untuk menciptakan suasana santai, dengan memilih lampu yang warnanya hangat dan dengan indeks efek warna di atas 70. Tingkat illuminasi sebaiknya mendekati 200 lux dan sekurang-kurangnya 100 lux. Bar, nightclub dsb. diberi penerangan merata sekurangkurangnya 20 lux, sedang bar-counter, meja-meja, biduanita dan pemusik-pemusik dsb, diberi penerangan tambahan untuk menarik perhatian, misalnya sampai 200 lux. Sedang daerah pelayanan (service areas) diberi illuminasi yang lebih tinggi, dengan diberi penerangan tambahan untuk dapur/spenkamer, kassa dll dengan memakai armatur-armatur lokal. Botol-botol minuman di belakang bar-counter sebaiknya diterangi secara menarik, dan arah belakang ataupun depan. Untuk bagian terbesar sistem penerangan dalam bar, nightclub dsb. dipergunakan lampu pijar berkekuatan rendah dalam armatur-armatur yang mengutamakan efek dekoratif. Untuk daerah-daerah pelayanan ditambah dengan lampu-lampu tabung fluorescent berwarna hangat dalam armatur-armatur yang tertanam. Namun bar, nightclub dsb harus dapat pula diberi penerangan umum dengan illuminasi lebih tinggi, untuk keperluan pembersihan dan pemeliharaan sewaktu tidak ada tamu.

144 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Di dalam dapur restoran, dapur hotel, dapur pabrik/ asrama, spenkamers, dsb dimana dilakukan berbagai kegiatan yang bersangkutan dengan persiapan dan penyajian hidangan-hidangan, maka penerangan umum harus sesuai untuk berbagai kegiatan termaksud yaitu berilluminasi 200 lux. Untuk kegiatan-kegiatan penting sampai 300 lux, semuanya dengan indeks efek warna di atas 70. Armatur-armatur yang berdekatan dengan tempat memasak harus tahan terhadap panas dan lembab dan mudah dibersihkan. Semua pintu perlu diberi tanda exit dan sistem penerangan dalam keadaan bahaya perlu disediakan disamping sistem penerangan umum Gedung pertemuan umum Di dalam jenis gedung ini termasuk gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedurig pameran, dll. Disamping sistem penerangan umum perlu dipasang sistem penerangan dalam keadaan bahaya yang segera harus menyala jikalau penerangan umum terganggu, untuk memungkinkan hadirin meninggalkan gedung secara cepat dan aman. Foyer lazim dibuat terang dengan iliuminasi 200 lux supaya berfungsi sebagai ikian yang besar daya tariknya. Penggunaan lampu-lampu tabung fluorescent maupun lampulampu pijar untuk foyer, berdasar atas pertimbanganpertimbangan esthetika. Armatur-armatur dipilih yang menonjol efek dekoratifnya, namun dengan illuminasi cukup. Disamping fungsinya sebagai ikian, foyer harus memungkinkan adaptasi visuil baik bagi hadirin yang akan memasuki ruang pertunjukan maupun bagi yang meninggalkan gedung itu, baik pada siang maupun pada malam hari. Untuk keperluan itu illuminasi dalam koridor-koridor dan foyer yang menuju ke ruang pertunjukan, diturunkan secara bertahap. Ruang pertemuan atau perturijukan (auditorium) diberi penerang an buatan yang menciptakan suasana yang sesuai dengan acaranya. Jikalau auditorium itu dimanfaatkan untuk beranekajenis acara, maka penerangannya harus luwes; antara lain illuminasinya harus dapat diubah

145 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan dengan meredupkan lampu-lampu secara kontinu, ataupun dengan menyalakan beberapa janing lampu-lampu secara tersendiri. Sebagai ancar-ancar untuk illuminasinya ialah lux. Auditorium dapat diterangi secara langsung, secara tidak langsung, ataupun kombinasi dan keduanya. Armatur-armatur yang tampak harus dekoratif yang sesuai dengan keseluruhan interior. Warna cahaya lampu dipilih sedang atau hangat. Pentas diberi penerangan yang berfungsi menonjolkan dan menciptakan suasana yang tepat untuk pementasan di atasnya. Illuminasi di atas panggung lebih tinggi dan pada dalam auditorium, supaya perhatian hadirin terarah ke panggung, misalnya sampai 500 lux. Ruang pameran diterangi secara seragam oleh penerangan merata dengan illuminasi 200 lux dan indeks efek warna yang baik, di atas 70. Disediakan juga titik-titik cahaya dan stopkontak-stopkontak untuk menambahkan penerangan lokal bagi stand-stand pameran. Ruang dansa diberi penerangan merata berilluminasi 50 lux yang dapat diredupkan dan meliputi lantai dansa serta daerah sekitarnya. ini dapat dicapai dengan lampu-lampu fluorescent berwarna hangat, ditambah lampu-lampu pijar yang cahayanya terarah untuk membubuhkan efek cemerlang dan menonjolkan bentuk tertentu. Penggunaan filter berwarna atau cahaya ultraungu, untuk menciptakan efek-efek khas, dapat juga diterapkan dalam ruang dansa. Semua pintu keluar harus diberi tanda exit, sedang auditorium dan koridor-koridor serta tangga-tangga yang menuju keluar perlu diberi sistem penerangan dalam keadaan bahaya. Pada waktu pertunjukan dinyalakan penerangan primer, sedang dalam waktu istirahat dinyalakan penerangan umum. Sistim penerangan dalam keadaan bahaya harus sepenuhnya terpisah dan sistem penerangan umum, dengan generator atau batery yang dipasang tersendiri dalam ruangan tahan-kebakaran, dan dengan jaring-jaring listrik yang sejauh mungkin letaknya dan jaring jaring penerangan umum dan yang tidak dapat terpengaruh olehnya.

146 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Sakelar-sakelar untuk penerangan ruangan-ruangan yang terbuka bagi umum dapat dikumpulkan dalam satu sakelar yang letaknya memungkinkan pengawasan secara umum Gedung Kebudayaan Dalam jenis gedung ini termasuk museum, gedung pameran barang kesenian dan perpustakaan. Museum. Agar supaya tercapai penerangan yang Lungsionil tepat dan juga esthetis bermutu; maka perencana penerangan perlu bekerjasama erat dengan perencana bangunan di dalam semua tahap perencanaan. Untuk masing-masing gedung dan ruangan perlu dinilai persyaratanpersyaratan fungsionilnya, kemudian ditentukan pemanfaatan sebaikbaiknya dan pada penerangan alami siang hari dan penerangan buatan atau kombinasi dan pada keduanya. Menurut persyaratan fungsi, warna cahaya lampu dapat dipilih sejuk atau sedang atau hangat. Konservasi barang-barang yang sangat bernilai dan tidak dapat digantikan merupakan pertimbangan pokok untuk museum dan gedung pameran barang kesenian. Maka kemungkinan efek-efek merusak dan radiasi penerangan perlu diperhitungkan. Lukisan-lukisan cat minyak, cat air, manuskrip-manuskrip tua, dsb. dapat mengalami kekaburan dan perubahan warna, atau kerusakan dan lapisan dasarnya sebagai akibat dan radiasi penerangan, terutama radiasi ultraungu, dan juga radiasi inframerah. Radiasi ultraungu terutama berasal dan lampu-lampu pelepasan listrik, termasuk lampu-lampu tabung fluorescent (tenle bih-lebih yang single coated). Maka perlu diambil tindakan-tindakan pengamanan, misalnya dengan menggunakan ultra-violet absorbing varnishes, cellulose acetate sleeves. Lampu pijar tungsten hanya sedikit memancarkan ultraungu, dan lampu pijar tungsten halogen malah lebih sedikit lagi, sehingga lampulampu ini lebih aman. Namun lampu pijar itu memancarkan inframerah, sehingga perlu diamankan dengan filter penyerap panas.

147 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Illuminasi yang diterapkan untuk barang-barang yang kurang peka terhadap cahaya seperti lukisan cat minyak dan barang-barang dan kulit, dapat mencapai 150 lux. Sedang untuk barang yang peka terhadap cahaya, seperti lukisan cat air, barang cetakan, barang-barang tekstil, karpet, dsb. tidak boleh melebihi 50 lux. Sewaktu tidak ada pengunjung, penerangan ini perlu dikurangi. Efek visuil dan lampu-lampu yang dipergunakan tergantung dan kwalitas spektralnya. Sering diperlukan kwalitas spektral yang mendekati cahaya matahani, walaupun kadangkadang hal ini kurang penting. Jikalau efek warna sangat penting, dipilih lampu-lampu dengan indeks lebih dan 85. Warna cahaya lampunya juga penting, supaya menciptakan suasana yang serasi dengan obyek-obyek yang dipamerkan. Namun sebaiknya diadakan percobaan dengan lampulampu pijar dan lampu-lampu tabung fluorescent sebagai bahan perbandmgan unt uk pemilihannya. Tujuan pokok dan pada penerangan dalam museum dan gedung pameran barang kesenian adalah menerangi permukaan tempat pemasangan barang, tanpa kesilauan yang menimbulkan ketidak nyamanan atau mengurangi kemampuan pengamatan. Lazimnya diperlukan cahaya tambahan yang terarah kepada obyek-obyek, dengan skema penerangan yang serasi dengan bentuk dan corak obyeknya serta keseluruhan arsitektur ruangan. Maka lampu-lampu ditempatkan sedemikian rupa agar menghindarkan timbulnya pantulan cahaya yang mengganggu obyek-obyek yang diterangi. Bayanganbayangan harus sekecil mungkin sesuai dengan maksudnya. Warna, kecerahan dan finishing yang dipilih untuk langit-langit, dinding dan lantai juga turut menentukan penglihatan, maka perlu diperhitungkan masak-masak. Ruangan dengan illuminasi tinggi jangan ditempatkan berdampingan dengan ruangan yang hanya diberi illuminasi terbatas (demi konservasi barang-barang kesenian di dalamnya). ini dimaksudkan untuk menghindarkan kesan yang menyeramkan, dan untuk menghindarkan hambatan dalam adaptasi penglihatan, sebab hambatan sedemikian akan mengurangi kemampuan visuil.

148 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Mengingat bahwa letak dan corak dan pada barang pameran akan berubah-ubah, maka tiap ruangan perlu ditangani secara tersendiri. Datadata detail tentang pameran perlu disediakan untuk ahli penerangan, agar dapat dipersiapkan penerangan yang tepat. Penerangan umum yang memakai lampu tabung fluorescent dengan illuminasi merata yang kurang daripada illuminasi benda yang dipamerkan ditambah dengan penerangan khusus memakai lampu-lampu puar, lazimnya memenuhi harapan. Untuk memungkinkan perubahan-perubahan dalam layout pamerannya, dapat dipertimbangkan cara penyambungan lampu yang luwes, misalnya memakai rel-rel. Perpustakaan. Di dalam perpustakaan dilakukan beraneka tugas visuil, seperti membaca (sepintas lalu ataupun terus menerus), meneliti gambar dan peta, menulis, mengatur dan memilih bukubuku dalam almari, mengetik dan mengatur kartu-kartu indeks, dll. Demikianlah persyaratan-persyaratan untuk perpustakaan kecil, sedang untuk perpustakaan yang besar ditambah lagi dengan penggunaan peralatan rupa, rungu dan rupa rungu, peminjaman peralatan tersebut serta pemeriksaan teliti sewaktu dikembalikan, dsb. Seperti pada perkantoran, perhatian khusus perlu diberikan kepada pencegahan kesilauan, haik yang langsung maupun yang dipantulkan, misalnya dalam pemilihan perabot, mesin dan dekorasi yang tidak mengkilap permukaannya. Perpustakaan yang modern tidak permanen lay-outnya melainkan dapat dirubah sesuai dengan perkembangannya. Maka pemasangan penerangan lokal pada meja-meja kurang begitu lazim lagi, dan digantikan oleh penerangan merata yang tidak tergantung pada lay-out perpustakaan. Namun mengingat bentuk ruangannya ( misalnya langit-langit yang tinggi) dan pertimbangan ekonomi sering juga dihasilkan kompromi. Illuminasi untuk penerangan merata dianjurkan 200 lux, sedang pada meja baca dapat dipertinggi sampai 300 lux. Ruangan untuk buku referensi yang jarang dibaca atau jarang penuh, dapat diberi penerangan merata yang lebih rendah illuminasinya dan dilengkapi dengan penerangan-penerangan lokal. Begitupun gudang almari buku yang hampir setinggi langit-langit lebih tepat diberi penerangan lokal untuk masing-masing baris almari.

149 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Untuk penerangan lokal dipilih armatur yang sesuai dengan bentuk meja dan ukuran yang akan dibaca. Kesilauan langsung dan lampu perlu dihindarkan, sedang kesilauan oleh pemantulan dapat dihindarkan dengan memasang armatur di sebelah pembaca dan bukan di depannya. Penerangan tidak-langsung dapat dicapai dengan lampu yang dipasang secara tersembunyi di atas almari-almari buku dan yang diletakkan dalam ruangan secara simetris. Namun langit-langit yang terlalu terang akan mengalihkan perhatian pembaca, di samping mungkin menimbulkan kesilauan. Begitupun biaya listrik dan pemeliharaan menjadi tinggi, kecuali kalau digunakan juga penerangan-penerangan lokal. Di dalam almari-almari buku, cara penempatan buku serta labelnya mempengaruhi penglihatan. Sempitnya ruangan di antara almari-almari buku menyulitkan penyebaran illuminasi secara seragam dan atas sampai ke bawah. Maka warna almari dan warna lantai perlu dipilih yang muda supaya turut memantulkan cahaya ke bagian bawah almani. Illuminasi 50 lux pada punggung buku-buku sudah cukup, terlebih-lebih kalau hurufnya cukup kontras terhadap latar belakangnya. Baris kontinu dan pada lampulampu tabung fluorescent yang dipasang tepat di tengah antara baris-baris almari buku merupakan penyelesaian yang memadai. Armaturnya harus dipilih yang tidak menyilaukan kalau kita memandang sepanjang gang di antara baris-baris almari, dan tinggi pemasangannya tidak boleh mengganggu pengambilan buku-buku dan almari. Untuk menghemat biaya listrik, tiap baris lampu dapat diberi sakelar tersendiri Gedung Indah Penerangan umum dalam gedung ibadah perlu sesuai dengan keseluruhan arsitektur interior dan turut menciptakan suasana khidmat upacara ibadah. Maka warna cahaya lampu dipilih sedang atau hangat. Seterusnya perlu diberikan illuminasi yang cukup untuk memungkinkan pemuka ibadah dan seluruh jemaah membaca secara mudah. Illuminasi umum dianjurkan lux.

150 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Jikalau gedung ibadah ini kompleks dalam desainnya, akan diperlukan sistim penerangan yang cukup rumit untuk dapat menonjolkan detail-detail arsitekturnya. Armatur dapat disembunyikan di belakang balok atap, dalam jendela, di belakang mimbar, di belakang altar, dsb agar dapat memusatkan perhatiari jemaah kepada altar, pemuka agama, paduan suara, dsb. Pusat perhatian itu diberi illuminasi 300 lux atau lebih. Armatur-armatur dapat pula dipasang pada dinding, tiang, dsb. asal bentuknya sesuai dengan latar belakangnya, dan keseluruhan ruangan sedap dipandang mata, serta tidak terletak dalam garis pandangan jemaah. Timbulnya kesilauan, baik langsung dan lampu maupun karena pantulan oleh permukaan yang mengkilap, perlu dihindarkan. Interior yang berbentuk memanjang dengan langitlangit yang tinggi cocok untuk diheni sistem penerangan yang menunjukkan arah perhatian ke ujung interior. Untuk itu dapat dipasang armatur floodllght secara tersembunyi, yang mengarahkan cahayanya ke ujung interior. Jikalau cabaya datang hanya dan satu arah, maka bentuk/model dan arsitektur akan lebih menonjol. Begitupun barang seni di ujung ruangan akan tampak detailnya. Arab dan pada cahaya penerangan buatan ini tidak perlu sama dengan arab masuknya cahaya matabari. Untuk sudut pandangan yang umum/ lazim, kesilauan yang mungkin ditimbulkan oleh cabaya terarah ini perlu dihindarkan. Interior memanjang juga dapat diterangi dengan armatur-armatur tergantung, tetapi efek modelling lalu kurang tercapai. Kalau penerangan buatan terutama terarah ke bawah, perlu ditamhabkan penerangan ke arab atas agar langit-langit tidak gelap dan menyeramkan. Kalau dipasang armatur-armatur yang tertanam dalam langit-langit, perlu diperhatikan agar armatur itu tidak kontras terhadap latar-belakangnya Rumah Sakit

151 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Rumah sakit mempunyai tata-letak yang kompleks; masing-masing ruangan dengan persyaratan penerangan tersendiri. Dalam standar ini dicakup dua kelompok besar : a. Ruangan untuk pasien, b. Ruangan operasi, recovery atau intensive care, anaesthetika, pemeriksaan, laboratorium, plaster, endoskopi, dsb. Kelompok-kelompok lainnya, seperti daerah pelayanan (dapur, ruang makan, ruang sterilisasi, ruang inkuhasi, ruang cucian, bengkel-bengkel pemeliharaan dsb), ruang main anak-anak, ruang therapi, ruang kuliah, ruang resepsi, dan ruangan perkantoran sudah tercakup dalam standar terdahulu. Dahulu ruangan untuk pasien memerlukan penerangan buatan yang memenuhi persyaratan klinik dan staf medis, dan sekaligus menciptakan suasana menyenangkan penuh optimisme bagi para pasien. Maka warna cahaya memainkan peranan yang penting, yaitu dipilih yang sedang atau hangat. Kini pasien lazimnya tidak diperiksa di tempat tidurnya, melainkan diangkut ke ruang pemeriksaan khusus. Maka dalam ruangan untuk pasien tidak lagi diperlukan penerangan yang memenuhi persyaratan-persyaratan klinik. Ruangan untuk pasien kini lazimnya diperuntukan tidak lebih dan 6 tempat tidur, namun taraf penyembuhan masing-masing pasien dapat berbedabeda. Maka penerangan umum harus mencukupi untuk pasien-pasien yang lebih sembuh, tanpa mengganggu pasien-pasien yang masih sakit. Dianjurkan untuk memasang penerangan umum dengan illuminasi 100 lux, dengan lampu-lampu tabung fluorescent jenis daylight atau white de luxe dan indeks efek warna di atas 70. Untuk ruangan pasien dengan tinggi langit-langit 3 meter atau lebih dipilihkan armatur yang digantung, sedang untuk yang lebih rendah dipilihkan armatur yang dipasang pada atau ditanam dalam langit-langit. Tinggi pemasangan armatur tersebut berhubungan dengan sudut penglihatan pasien dan perawat maupun dengan penerangan langit-langit.

152 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Ruangan yang berisi 3 tempat tidur atau lebih biasanya tidak cukup diterangi dengan lampu-lampu dinding saja. Armatur yang digantung harus memancarkan lebih dan 10 % cahayanya ke langit-langit. Armatur harus terbatas luminasinya agar tidak menyebabkan kesilauan langsung bagi pasien yang berbaning. Armatun ini harus mudah dipasang dan dibersihkan debunya. Sakelarnya dipasang di samping pintu. Di atas ujung kepala tempat tidur perlu dipasang lampu yang dapat dinyalakan oleh pasien. illuminasinya harus cukup untuk membaca dsb tanpa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien-pasien lainnya. Illuminasi di ujung kepala tempat tidur 100 lux, dan lampunya kurang menghasilkan panas. Armaturnya harus memungkinkan pasien membaca sambil berbaring ataupun duduk, dan juga tidak mengganggu penggeseran tempat tidur, perabot dan peralatan lainnya. Luminasi armatur jangan melebihi 350 candela per m 2. Pada malam han, sewaktu pasien tidur, masih perlu ada illuminasi untuk memungkinkan perawat bergerak dalam ruangan. Untuk ruangan anak dianjurkan 0,5 lux dan untuk ruangan dewasa 0,1 lux, dan tidak boleh langsung menyinani pasien melainkan menerangi lantai. Kadang-kadang cahaya yang masuk dan gang ke dalam ruangan sudah cukup. Pasien yang sakit keras perlu diberi penerangan khusus untuk tetap diawasi pada malam hari. Untuk itu lampu di atas ujung kepala tempat tidur harus dapat diredupkan, atau di dalam armatur itu ditambahkan lampu lain yang berkekuatan rendah. Illuminasi di bawab 5 lux sudah cukup untuk tugas jaga malam ini. Sakelarnya ditempatkan di luar jangkauan pasien. Perlu disediakan stopkontak guna menyambungkan lampu khusus untuk pemeriksaan; kalau sewaktuwaktu perlu. Berkas cahayanya diarahkan ke tempat tidur dengan illuminasi 300 lux atau lebih dan dengan indeks efek warna yang baik yaitu di atas 85. Koridor dibeni penerangan yang seimbang dengan kamar-kamar pasien, agar supaya perawat tidak mengalami kesulitan visuil dalam berpindah dan satu kamar ke kamar lainnya. Lampu tidak perlu dipasang di tengah

153 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan koridor; melainkan boleh di dekat dinding berhadapan dengan pintu dan terutama menerangi dinding termaksud. Penyebaran lampu secara tidak symetris ini kurang menyilaukan pasien yang didorong dalam koridor, sedang dinding yang terang itu memudahkan adaptasi visuil. Illuminasi pada siang hari 100 lux (kalau tidak memperoleh cahaya matahani), dan pada malam hari cukup 5 lux atau kurang. Persyaratan-persyaratan terpenting untuk ruang operasi ialah kemampuan untuk memeriksa aneka detail dan kulit, janingan dan organ-organ tubuh, serta kemampuan mengendalikan instrumen-instrumen bedah di meja operasi. Ukuran kritis dan pada detail yang perlu diamati sangatlah kecil dan kontrasnya juga sedikit sekali, sehingga illuminasi yang diperlukan pada daerah operasi luas (sekitar 500 cm2) sang at tinggi yaitu lux dan bahkan sampai lux. Illuminasi ini harus dapat divariasikan. Untuk meja operasi dikenal 2 sistem penerangan a. Armatur yang mengandung sistem optis tergantung dan langit-langit dengan cantilever suspension dan dapat diatur oleh ahli bedah atau assistennya. Armatur itu berisi satu atau lebih lampu pijar yang mudah diganti lampunya, dan sederhana pengaturannya. Cahayanya harus mencapai daerah operasi dan sudut yang lebar supaya tidak menimbulkan bayang-bayang yang mengganggu. Kritik utama terhadap sistem ini ialah bahwa kebersihan armatur sukar dijamin dan bahwa armatur itu menghasilkan radiasi panas yang terpusat secara lokal. b. Beberapa proyektor tertutup dipasang pada langitlangit yang transparant, serta dapat diatur dan kejauhan (remote control) untuk mengarahkan berkas-berkas cahaya ke meja operasi. Sistem penerangan ini fleksibel sekali, dan bermanfaat untuk teaching hospital karena tidak menutupi pemandangan para peninjau. Namun lebih kompleks dan memerlukan ketrampilan untuk mengatur proyektorproyektor itu dan kejauhan. Merigingat tingginya illuminasi pada meja bedah, maka keseluruhan ruang operasi diberi penerangan umum dengan illuminasi 300 lux. ini diperlukan

154 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan untuk melakukan tugas-tugas bantuan dan menjalankan peralatanperalatan lainnya. Peralatan elektronik yang peka terhadap cahaya, perlu dilindungi secara khusus. Armatur untuk ruang operasi harus tertutup sepenuhnya, agar memenuhi persyaratan-persyaratan kebersihan yang ketat dan mencegah jatuhnya pecahan lampu ke meja operasi andaikata terjadi kerusakan. Untuk penerangan langsung meja operasi dipilih lampu pijar tungsten karena efek warnanya mendekati sinar matahari, dan terlebih penting lagi sudah dikenal benar-benar oleh para dokter bedah. Untuk penerangan umum bagi keseluruhan ruang operasi dipilih lampulampu tabung fluorescent dengan warna cahaya sejuk dan indeks efek warna di atas 85. Suatu keuntungan lampu fluorescent alah kurang menghasilkan panas. Penerangan umum dalam ruang-ruang anaesthetika, recovery, plaster, endoskopi dan laboratorium harus sama dengan ruang operasi, yaitu dengan illuminasi 300 lux dan efek warna yang sama (85). Dalam ruang recovery perlu tersedia stopkontak-stopkontak guna menyambung lampu khusus untuk pemeriksaan, sedang lampu di atas masing-masing tempat tidur harus dapat diredupkan maupun ditingkatkan illuminasinya sampai 300 lux. Demikian juga dalam ruang anaesthetika perlu disediakan lampu untuk pemeriksaan, yaitu spotlight yang permanen atau yang dapat dipindah-pindahkan; di sini lampu-lampu penerangan umum harus juga dapat diredupkan guna menciptakan kondisi lingkungan yang paling cocok. Untuk penerangan umum dalam ruangan-ruangan tempat melakukan pemeriksaan, dipilih lampu tabung fluorescent jenis white de luxe. Ruangan X-ray cukup diberi penerangan umum dengan illuminasi lux, misalnya dengan lampu-lampu dinding yang menciptakan suasana tenteram. Sistem penerangan amat penting bagi ruang-ruang operasi, anaesthetika, recovery dan sterilisasi. Sistem ini harus terpercaya, aman serta permanen. Khusus untuk meja operasi sistem penerangan dalam keadaan

155 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan bahaya harus mampu menyediakan penerangan yang sepenuhnya sama dengan sistem penerangan normal, tanpa terputus penerangannya. Semua daerah lalulintas dan pintu-pintu ke luar juga harus diterangi oleh sistem dalam keadaan bahaya tersebut Laboratorium Ada laboratorium yang memerlukan pengendalian lingkungan, hal mana sukar tercapai dengan jendela-jendela besar dan mahal. Ada pula laboratorium yang memerlukan penggelapan sepenuhnya, atau yang memerlukan banyak dinding untuk penempatan barang-barang. Maka sering sekali laboratorium itu berjendela kecil, dan penerangan alami siang hari di integrasikan dengan penerangan buatan. Pekerjaan dalam laboratorium kadang-kadang hanya berupa membaca dan menulis ataupun tugas visuil lainnya yang sederhana, dengan detaildetail berukuran cukup besar dan jelas kontrasnya. Namun dapat pula mencakup tugas visuil yang sangat cermat, dengan detail-detail yang halus dan kurang kontras, misalnya membaca angkaangka pada skala pengukur yang kecil, membedakan zat-zat dengan mengamati warna dan corak ragamnya, menguraikan bahan mengidentifikasikan obyek-obyek yang hergerak cepat dan lain-lainnya. Kadang-kadang ada pekerjaan ilmiah yang pelaksanaannya akan lebih lancar kalau diberi penerangan yang menonjolkan bentukbentuk/modelling. Jni dapat dicapai dengan penambahan armatur lokal yang dapat diatur, dengan menghindarkan kesilauan yang mengganggu. Ruangan tertutup atau almari yang dalam sebaiknya diberi lampu yang dinyalakan oleh terbukanya pintu. Beberapa laboratoria mengandung uap atau debu yang korosif ataupun ekplosif, maka perlu dipilih armaturarmatur khusus. Kebanyakan laboratoria memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi, maka armatur-armatur sebaiknya polos dan mudah dibersihkan. Penerangan umum dalam laboratorium mempunyai illuminasi 300 lux atau lebih. Warna cahaya lampu dipilih yang sejuk atau sedang. Untuk keperluan tugas-tugas visuil yang berat ditambahkan penerangan lokal, misalnya dengan armatur yang ditaruh pada meja dan dapat diatur.

156 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Beberapa peralatan, seperti mikroskop, sudah mempunyai lampu tersendiri. Langit-langit dinding, Iantai dan permukaan-permukaan lain yang luas seyogyanya diberi warna yang muda dan polos untuk menghindarkan kontras yang menyolok dan mengganggu, mengingat beraneka ragamnya peralatan dan tugas visuil. Namun kadangkadang untuk permukaan meja kerja dipilih warna yang gelap, seperti kayu yang dipeliter. Beberapa laboratoria memerlukan efek warna yang baik, untuk mengidentifikasikan bahan-bahan atau untuk menentukan tahap-tahap dalam suatu proses. Maka perlu dipilih lampu yang efeknya mendekati cahaya matahari, yaitu dengan indeks di atas 85. Dalam hal ini diperlukan illuminasi 500 lux Gedung Olah Raga Maksud utama penerangan buatan di sini ialah memenuhi keperluan visuil para pemain, dengan catatan bahwa masing-masing cabang olah raga mempunyai persyaratan yang berbeda. Selanjutnya perlu dipenuhi keperluan visuil para perionton, dan begitu pula untuk televisi dan film. Akhirnya penerangan perlu diintegrasikan dengan, serta menonjolkan arsitektur bangunannya. Penerangan harus memadai untuk memungkinkan pemain dan penonton serta televisi mengikuti seluk-beluk permainan secara mudah. Hal ini tergantung dan jenis permainan, ketepatan dan kecepatan, ukuran dan bentuk/modelling serta warna dan detail-detail, derajat kontras terhadap latar belakangnya, jarak dan para penontbn dan dan kamera TV, dan lainlain. Untuk TV hitam putih diperlukan paling sedikit illuminasi 300 lux pada ketinggian 1,5 m di atas lantai/kanvas, sedangkan untuk TV berwarna diperlukan paling sedikit 1000 lux. Jenis dan penempatan armatur harus memperhitungkan kemungkinan tertumbuk dalam permainan olah raganya. Pemeliharaannya harus mudah dan murah. Kesilauan pada para pemain perlu dibatasi sedapat-dapatnya. Namun timbul kesulitan kalau pemain harus bebas melihat kesegala jurusan;

157 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan dalam hal ini diatur agar pemasangan armatur-armaturnya setinggi mungkin, dan agar supaya kesilauan dan sumber-sumber cahaya itu secara adil mempengaruhi semua pemain. Kemungkinan kesilauan karena pemantulan oleh langit-langit, dinding-dinding dan lantai juga perlu dicegah. Latar belakang ini harus memberikan kontras yang jelas untuk seluk-beluk permainan, tanpa menghasilkan kesilauan. Faktor pemantulan langit-langit hendaknya 60 %, untuk dinding % dan untuk lantai 25 % saja. Dan segi penerangan, cabang-cabang olah raga dikelompokkan ke dalam 4 golongan: a. Golongan olah raga kecekatan, seperti berenang. b. Golongan olah raga combat, seperti tinju. c. Golongan olah raga sasaran, seperti bowling. d. Golongan olah raga bola, seperti bulutangkis. Olah raga kecekatan memerlukan ruangan luas dengan penerangan umum yang baik dengan illuminasi 200 lux dengan tambahan penerangan khusus. Kolam renang diterangi baik dan arah atas maupun dan bawah air, dengan tambahan penerangan untuk papan loncat. Penerangan dan arah atas dengan sistem langsung, tidak-langsung ataupun kombinasinya, menggunakan lampu-lampu tabung fluorescent dan atau lampu sorot (lampu tungsten halogen, metal halide atau sodium bertekanan tinggi). Penerangan dibawah air menggunakan lampu-lampu sorot yang dipasang 60 cm di bawah permukaan air, dengan daya 100 watt per m2 permukaan air. Armatur harus tahan terhadap kelembaban yarg tinggi dan chlorine. Olah raga dengani track diberi penerangan khusus yang menonjolkan track tersebut. Pada olah raga combat, penerangan dikonsentrasikan dan dibatasi pada daerah combat yang relatif kecil dengan illuminasi 1000 lux atau lebih, tanpa menyebabkan kesilauan pada pemain maupun pada penonton serta TV. Lampu-lampu sorot dipasang 6 meter di atas kanvas/lantai.

158 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan Pada olah raga sasaran ditambahkan penerangan khusus yang terarah pada sasaran dan sumber cahayanya tidak tampak dan tempat pemain maupun dan tempat penonton, sehingga sasaran merupakan bagian yang paling tinggi illuminasinya dalam lingkup pandangan. Pencegahan kesilauan dan armatur-armatur penerangan umum juga perlu diperhatikan. Illuminasi umum yang dianjurkan ialah lux. Pada olah raga bola, baik pemain maupun penonton dan TV hams dapat mengamati jalannya bola terhadap latar belakang langit-langit, dinding dan lantai. Maka bola itu perlu diterangi secara seragam pada seluruh perjalanannya. Illuminasi yang diperlukan lux. Armatur-armatur perlu ditempatkan secara cermat sepanjang tepi kin dan kanan, dan ditutupi seperlunya untuk membatasi kesilauan. Untuk pertandingan-pertandingan bertaraf nasional maupun internasional hendaklah diikuti peraturanperaturan dan federasi yang bersangkutan. Gedung olah raga untuk beraneka jenis olah raga diberi sistem penerangan umum dengan illuminasi 200 lux, di samping beherapa sistemsistem penerangan khusus untuk cabang-cabang olah raga tertentu. Sistem penerangan umum itu dapat berwujud barisbaris lampu fluorescent sepanjang langit-langit, dengan lampu type white de luxe dan colour rendering di atas 70. Sistem penerangan khusus/terarah dapat berwujud lampu-lampu pijar yang disebar secara teratur di seluruh langit-langit. Sistem penerangan khusus itu dapat digunakan sebagai pelengkap kepada penerangan umum atau secara tersendiri. Jikalau gedung olah raga itu juga dipergunakan untuk pertemuan besar, pertunjukan musik, pesta dan Sebagainya, perlu disediakan kemungkinan untuk tambahan penerangan yang bersifat fleksibel. Maka sistem penerangari umum juga dibuat luwes, misalnya hanya dinyalakan penerangan dan langit-langit atau dan dinding-dinding, dengan illuminasi rata-rata 200 lux yang juga dapat diubah. Dekorasi-dekorasi ruangan dipilih yang berwarna muda, agar dapat meningkatkan illuminasi dan mengurangi kesilauan. Warna cahaya lampu dipilih sejuk atau sedang.

159 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan

160 Bab V: Spek. Sistem Listrik & Penrangan BAB V...1 SPESIFIKASI SISTEM LISTRIK DAN PENERANGAN DASAR INSTALASI LISTRIK LAMPU-LAMPU SEBAGAI SUMBER CAHAYA Lampu-lampu pijar Lampu-lampu pelepasan listrik Lampu-lampu pelepasan listrik (lanjutan) Efisiensi Lampu SISTIM-SISTIM ILLUMINASI Klasifikasi sistim illuminasi Faktor-faktor pertimbangan illuminasi SPESIFIKASI ILLUMINASI Beberapa kriteria Illuminasi Yang Dianjurkan Kwalitas Warna Perimbangan Terhadap Cahaya Alami STANDAR PENERANGAN BUATAN DI DALAM GEDUNG-GEDUNG Ruang lingkup Pengertian-pengertian Prinsip-prinsip Umum Persyaratan Penerangan Buatan...44

161 Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi BAB VI SPESIFIKASI TATA SUARA DAN KOMUNIKASI Berbeda dengan sistem penerangan yang menggunakan arus bolak balik ( AC), sistem komunikasi (Gambar 6.1) dan tata suara (Gambar 6.2) pada umumnya menggunakan arus searah (DC). Atap Dari Telkom JB-Tlp JB-Tlp Operator Console PABX MDF - Tlp JB-Tlp JB-TS Dari MDF FA JB-Tlp 220 Volt - 50 Hz PLN / Genset Surge Arrestor Rectifier S = JB-Tlp Battery RUANG PENGENDALIAN Pembumian maksimum 0,5 Ohm Lt. 2 JB-Tlp,2 Lt. 1 JB-Tlp,1 Lt. Dasar JB-Tlp,D Basement JB-Tlp,B Gambar 6.1: Jaringan Instalasi Komunikasi dalam Bangunan

162 Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi Atap CS VC JB-TS W S CS VC JB-TS W S CS VC Power Amplifier JB-TS W S CS VC MDF-TS JB-TS W S CS VC JB-TS W S Radio AM/FM Pembumian maks. 1 Ohm CS VC Cassette Recorder, dll. Equalizer Speaker Selector JB-TS W S CS All Call VC Sirene Microphone Mixer Pre-Amplifier Lt. 2 JB-TS,2 W S CS VC Priority Line Lt. 1 JB-TS,1 W S Daya Listrik PLN / Genset Rectifier S = Lt. Dasar CS VC W S JB-TS,D CS Dari MCP - FA RUANG PENGENDALIAN VC JB-TS,B W S Basement VC : Volume Control CS : Ceiling Speaker W S : W all Speaker Gambar 6.2: Jaringan Instalasi Tata Suara Ruang untuk jaringan elektrik dan telepon harus disusun secara baik agar memudahkan keperluan pemeriksaan (Gambar 6.3).

163 Bab VI: Spek. Tata Suara & Komunikasi Gambar 6.3: Tipikal Ruang Panel Untuk Ruang Distribusi jaringan Telepon dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1: Ukuran Tipikal Ruang Telepon Luas Lantai Tipikal 500 m m m 2 Dimensi Ruang 50 x 350 cm 125 x 225 cm 250 x 250 cm

164 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran BAB VII SPESIFIKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 7.1. SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PASIF Sistem pencegahan secara pasif bertumpu pada rancangan bangunan yang memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau kondisi darurat lainnya Konstruksi Tahan Api Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu. sistem yar.g mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang. hal ini dianggap tidak cukup. dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Defmisi ini menyatakan beberapa ketentuan yang terka.it pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa mengalami perubahan benruk (deformasi) yang berarti. dan mencegah menjalarnya api ke seluruh bangunan. Dengan demikian. setiap komponen bangunan, dinding, lantai. kolom, dan balok harils dapat tetap bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Meskipun bahan baja tidak dapat terbakar (fire proof), baja akan meleleh jika terkena panas yang tinggi (non-fire resistant). Oleh karenanya perlu dilindungi agar panas yang ditimbulkan oleh api dapat dihambat penjalaran panasnya, terutama pada kolom bangunan (Gambar 7. 1.). Untuk balok baja, dapat digunakan pendekatan yang sama, atau bisa juga kita menggunakan langit-langit yang dapat mencegah perambatan api/panas.

165 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.1: Beberapa Cara untuk Menjadikan Baja Tahan terhadap Api Pintu Keluar Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.2), di antaranya adalah: a. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam. b. Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel. Gambar 7.2: Pintu Darurat

166 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran c. Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer). d. Pintu dilengkapi dengan tuas/tungkai pembuka pintu yang berada di luar ruang tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam ruang tangga), dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang memudahkan, terutama dalam keadaan panik (panic bar). e. Pintu dilengkapi tanda peringatan: "TANGGA DARURAT - TUTUP KEMBALI" f. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m 2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu. g. Pintu harus dicat dengan \varna merah. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah lokasi pintu keluar dan jarak dari pintu keluar ke tempat yang aman di luar bangunan, sebagaimana tertera pada Tabel 7.1. Tabel 7.1: Jarak Tempuh Keluar Fungsi Batasan Lorong Buntu (m ) Jarak Tempuh Maksimal Tanpa Sprinkler (m ) Dengan Sprinkler (m ) Ruang Pertemuan Pendidikan Sistem terbuka TP Sistem fleksibel TP Kesehatan - Bangunan baru Bangunan yang adal TP Hunian - Hotel Apartemen Asrama Rumah Tinggal TP TP TP Komsersial - Pengunjung > 100 orang Ruang terbuka 0 TP TP - Mal tertutup Perkantoran Catatan: TP : Tidak Perlu.

167 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Koridor dan Jalan Keluar Koridor dan jalur keluar harus dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan arah dan lokasi pintu keluar (Gambar 7. 3.). Tanda 'EXIT' atau 'KELUAR' dengan anak panah menunjukkan arah menuju pintu keluar atau tangga kebakaran/darurat, dan harus di-tempatkan pada setiap lokasi di mana pintu keluar terdekat tidak dapat langsung terlihat. Tanda 'EXIT' harus dapat dilihat dengan jelas, diberi lampu yang menyala pada kondisi darurat, dengan kuat cahaya tidak kurang dari 50 lux dan luas tanda minimum 155 cm2 serta ketinggian huruf tidak kurang dari 15 cm (tebal huruf minimum 2 cm.). Gambar 7.3: Lokasi Tanda EKSIT (EXIT)

168 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Kompartemen Kompartemen merupakan konsep yang penting dalam usaha penyelamatan manusia dalam menghadapi bahaya kebakaran. Gagasan dasarnya adalah menahan dan membatasi penjalaran api agar dapat melindungi penghuni atau pengguna bangunan dan barang-barang dalam bangunan untuk tidak secara langsung bersentuhan dengan sumber api. Pada bangunan tinggi, di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah suatu hal yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api di-padamkan atau jalur menuju pintu keluar sudah aman (Gambar 7.4.). Gambar 7.4: Kompartemen untuk Tuna Daksa Evakuasi Darurat Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar (Gambar 7.3), di antaranya adalah: a. Tangga Darurat/Tangga Kebakaran Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, terutama pada bangunan tinggi, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan hams bebas dari gas panas dan beracun. Ruang tangga yang bertekanan (presurized stair well) diaktifkan secara otomatis pada saat kebakaran (Gambar 7.5.) Pengisian ruang tangga dengan udara segar benekanan positif akan mencegah menjalarnya asap dari lokasi yang terbakar ke dalam ruang tangga. Tekanan udara dalam ruang tangga tidak boleh melampaui batas aman, karena jika tekanan udara dalam ruang tangga terlalu tinggi, justru akan menye-babkan pintu tangga sulit/tidak dapat dibuka. Pada gedung yang

169 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran sangat tinggi perlu ditempatkan beberapa kipas udara (blower) untuk memastikan bahwa udara segar yang masuk ke dalam ruang tangga jauh dari kemungkinan masuknya asap. Di samping itu, bangunan yang sangat tinggi perlu dilengkapi dengan lif kebakaran (Gambar 7.6.) Gambar 7.5: Penempatan Peralatan Tekanan Udara

170 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.6: Tangga dan Lif Kebakaran b. Evakuasi Darurat pada Bangunan Tinggi Dengan makin banyaknya ancaman bahaya teror pada bangunan tinggi, perlulah dicari upaya untuk dapat mengevakuasi orang dalam waktu kurang dari 30 menit tanpa menggunakan tangga atau lif. Suatu sistem yang dikembangkan baru-baru ini di Amerika Serikat merupakan fasilitas evakuasi sebagai upaya yang terakhir jika orang terperangkap pada bangunan tinggi. Teknologi ini bergantung pada tahanan udara dinamik. Pada saat evakuasi darurat, di mana tangga dan lif tidak lagi berfungsi, maka penghuni/pengguna bangunan akan menggunakan sejenis sabuk pengaman yang dikaitkan pada gulungan kabel. Begitu gulungan ini terkunci pada sistem inti, yang merupakan perangkat kipas udara yang kokoh dan diangkur pada bangunan, maka orang dapat melompat dan mendarat di tanah dengan selamat (Gambar 7. 7.). Tahanan dari bilah baling-baling kipas udara akan

171 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran berputar pada saat gulungan kabel terurai pada kecepatan di bawah 3,7 meter/detik. Gambar 7.7: Sistem Evakuasi Darurat Sistem inti yang terlihat pada Gambar 7.7. ini terdiri riari Unas nrlara dengan empat bilah baling-baling yang lebarnya 30 cm. di mana ujung yang satu terkunci pada sumbu gulungan. Rangka utama ini dilengkapi dengan landasan luncur yang menjorok sekitar 30 cm. keluar bukaan jendela atau balkon. Orang dengan berat sekitar 45 kilogram akan mendarat pada kecepatan 2,4, sampai 2,7 meter/detik, sama dengan kecepatan orang yang melompat dari ketinggian kursi. Setiap orang memiliki gulungannya masing-masing dan akan terlepas dengan sendirinya begitu orang tersebut tiba di tanah, sehingga gulungan kabel dapat digunakan oleh orang berikutnya. Evakuasi darurat lain yang dapat digunakan adalah menggunakan semacam kantong peluncur (chute system) yang ditempatkan pada ruang tangga (Gambar 7.8.). Dengan adanya sistem ini, orang dapat memilih untuk keluar bangunan melalui tangga darurat atau menggunakan kantong peluncur. Chute system ini dapat digunakan dengan aman oleh orang cacat untuk mencapai lantai dasar dengan aman dan cepat.

172 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.8: Chute System Pengendalian Asap Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga disebabkan oleh dampak timbunan asap yang mencari jalan keluar dan dapat tersedot melalui lubang vertikal yang ada, seperti ruang tangga. ruang luncur lif, ruang saluran vertikal (shaft) atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi melalui saluran tata udara yang ada dalam bangunan. Pengalaman menunjukkan bahwa ruang yang luas, seperti pusat perbelanjaan, mal, bioskop dan ruang pertemuan/konvensi. berpeluang untuk menghasilkan timbunan asap dan panas pada waktu terjadinya kebakaran. Pada situasi seperti ini. asap dapat menjalar secara horizontal, menghalangi petugas pemadam kebakaran dan menyebabkan terjadinya panas lebih awal sebelum api menjalar ke tempat itu. Asap panas dapat menimbulkan titik api baru dan mensurangi efektivitas sistem sprinkler. Untuk mencegah terjadinya penjalaran asap secara horizontal, dalam gedung perlu dipasang tirai penghalang asap (Gambar 7.9.).

173 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.9: Tirai Penghalang Asap Mengalirkan asap dari dalam gedung akan mengurangi bahaya bagi petugas pemadam kebakaran dan akan mempercepat pencarian sumber api. Pengeluaran asap melalui atap akan menyebabkan terjadinya pertukaran udara lebih dingin yang berasal dari luar yang masuk dari lantai yang lebih rendah. Masuknya udara segar ini akan menyebabkan api bertambah besar (merupakan tambahan pasokan oksigen). Hal ini tentunya bukan sesuatu hal yang dilematis, karena pertimbangan utamanya adalah mengurangi jumlah asap dalam bangunan dan memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk dapat melihat dengan lebih jelas, sehingga mengetahui dengan pasti permasalahan yang dihadapi. Adanya pengaliran asap memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk mengendalikan api tanpa mengalami kesulitan pandangan. Di samping itu, bekerja pada kondisi yang lebih dingin tanpa menggunakan alat bantu pernapasan akan lebih memudahkan pekerjaan pemadaman api. Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari fungsi dan luas bangunan, di antaranya: a. Jendela, pintu, dinding/partisi dan lain-lain yang dapat dibuka sebanding dengan luas lantai. b. Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis. Sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis (exhaust fan atau blower) sebagaimana terlihat pada Gambar 7.10.

174 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.10: Pengendalian Asap pada Bangunan Tinggi c. Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis. (Gambar 7.11.). d. Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan. Gambar 7.11: Ventilasi Atap Bangunan Sebelum tahun atrium dilarang pada bangunan tinggi, karena atrium dikuatirkan dapat menjadi 'cerobong asap' bagi penjalaran api dan asap ke seluruh bangunan. Tetapi sekarang banyak bangunan tinggi mempunyai atrium di dalamnya. Hal ini diijinkan dengan memperthnbangkan hal-hal sebagaimana yang terlihat pada Gambar Di samping itu, terdapat tambahan persyaratan yang perlu diperhatikan. yaitu: a. Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu tahan api. b. Bangunan dengan fungsi hotel, apartemen dan asrama hanya boleh mempunyai atrium maksimal 110 m 2 dan dilengkapi dengan pintu keluar yang tidak menuju atrium.

175 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.12: Dimensi Minimum Atrium c. Adanya pemisahan vertikal, sehingga lubang atrium maksimal terbuka setinggi tiga lantai. d. Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi ruang pertemuan dengan kapasitas 300 orang atau lebih dan perkantoran yang berada di bawah apartemen, hotel, atau asrama. e. Mesanin dibuat dengan bahan yang tahan api sekurang-kurangnya dua jam. f. Ruangan yang bersebelahan dengan mesanin dibuat dengan bahan tahan api sekurang-kurangnya satu jam. g. Jarak dan lantai dasar ke lantai mesanin sekurang-kurangnya adalah 2,2 meter, h. Mesanin tidak boleh terdiri dari dua lantai. i. 10% dari luas mesanin dapat ditutup (misalnya untuk kamar kecil, ruang utilitas dan kompartemen). j. Ruang mesanin yang tertutup harus mempunyai dua pintu keluar. k. Jarak tempuh antar pintu keluar maksimum adalah 35 meter. Berikutnya diperlihatkan beberapa tipikal tangga kedap asap, baik yang menggunakan ventilasi alamiah (Gambar a. dan Gambar 7.13.b.) maupun menggunakan ventilasi mekanik (Gambar 7.13.c.)

176 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.13: Tipil Tangga Kedap Asap

177 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Pengendalian asap dapat dilakukan dengan beberapa cara: a. Dengan jendela dan pintu yang dapat dibuka (Sistem 'A') b. Terintegrasi dengan sistem tata udara (Sistem 'B') c. Menggunakan ventilasi atap (Sistem 'C') d. Penghisapan asap melalui saluran udara buang (exhaust fan) di atas bangunan (sistem 'D') PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN AKTIF Tinggi bangunan merupakan faktor utama dalam penanggulangan bahaya kebakaran. Di beberapa negara maju, bangunan yang mempunyai ketinggian maksimum 25 meter dapat dengan mudah dipadamkan dari luar dengan menggunakan tangga dan selang penyemprot yang dibawa oleh petugas pemadam kebakaran. Untuk bangunan yang tingginya melebihi 25 meter, pemadamannya perlu dilakukan dari dalam gedung. Oleh karena itu, bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter perlu dilengkapi dengan penyembur air (sprinkler) yang bekerja secara otomatis, dan perlu juga disediakan lif darurat yang dapat digunakan oleh petugas pemadam kebakaran Alat Penginderaan/Peringatan Dini (Detektor) Kecepatan evakuasi orang pada bangunan pada saat kebakaran baru saja terjadi akan mengurangi kemungkinan banyaknya penghuni/pengguna bangunan yang mengalami celaka/luka. Untuk keperluan ini, detektor asap dan panas akan memberikan peringatan dini dan dengan demikian memberikan banyak manfaat pada bangunan, karena biasanya evakuasi orang keluar gedung membutuhkan waktu yang cukup panjang. Ada beberapa jenis detektor yang dapat digunakan dalam gedung (Gambar 7.14.). Detektor ionisasi umumnya ditempatkan di dapur atau ruangan yang berisi gas yang mudah terbakar/atau meledak. Detektor ini akan memberikan peringatan jika terjadi kebocoran gas pada tingkat tertentu, sebelum terjadinya kebakaran. Detektor asap me-rupakan alat yang diaktifkan oleh fotoelektrik/fotoelektronik atau sel ion sebagai sensornya, sedang detektor panas terdiri dari sebuah elemen yang sensitif terhadap perubahan suhu dalam ruangan, yang diaktifkan oleh sirkuit elektronik. Selanjutnya, detektor ini dihubungkan dengan alarm dan juga papan indikator untuk mengetahui lokasi sumber api.

178 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.14: Jenis-jenis Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Hidran dan Selang Kebakaran Jika kebakaran diketahui secara lebih awal, maka kebakaran yang terjadi dapat di-tanggulangi oleh penghuni/pengguna bangunan itu sendiri, sebelum api menjadi besar dan tak terkendali. Sangat penting untuk segera memberitahukan barisan/unit pemadam kebakaran tentang adanya suatu kebakaran. Pemadam Api Ringan (PAR - Fire Extinghuiser) telah membuktikan kegunaan praktisnya sebagai pencegah kebakaran kecil, termasuk oleh orang yang tidak berpengalaman. Berdasarkan lokasi penempatan, jenis hidran kebakaran dibagi atas: 1. Hidran Bangunan (Kotak Hidran - Box Hydrant) Lokasi dan jumlah hidran dalam bangunan diperlukan untuk menentukan kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprotkan air. Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 meter satu dengan lainnya, karena panjang selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air. Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu

179 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran juga disediakan hidran untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan (Gambar 7.15). Gambar 7.15: Kotak Hidran Hidran/selang kebakaran haras diletakkan di tempat yang mudah terjangkau dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat (Gambar 7.16.). Gambar 7.16: Tipikal Letak Pipa Kebakaran dan Kotam Hitam 2. Hidran Halaman (Pole Hydrant) Hidran ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api (Gambar 7.17.) dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup 'Siamese' (Gambar 7.18.).

180 Bab VII: Spek.Sis. Proteksi Kebakaran Gambar 7.17: Jarak Aman Hidran Halaman Gambar 7.18: Hidran Halaman dan Katup Siamese 3. Hidran Kota (Fire Hydrant) Hidran kota bentuknya sama dengan Hidran halaman, tetapi mempunyai dua atau tiga lubang untuk selang kebakaran. Komponen hidran kebakaran terdiri dari: sumber air, pompa-pompa kebakaran, selang kebakaran, penyambung, dan perlengkapan lainnya. Untuk hidran kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan sebagai berikut: 1. Sumber persediaan air untuk hidran harus diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit. 2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dan sumber daya listrik darurat. 3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm.) harus terbuat dari bahan yang tahan panas. dengan panjang maksimum 30 meter.

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1

Jadwal Kuliah. Utilitas-MG 03-Nensi 1 Jadwal Kuliah 13:30-14:30 : Materi 14:30-15:30 : Tugas Kelas Menggambar Denah dan Potongan Jaringan Air Kotor 15:30-16:00 : Tugas Kelas Menghitung Kebutuhan Talang 16:00-16.10 : Presentasi Mahasiswa Terbaik

Lebih terperinci

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA

MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN (SITE SUPERVISOR) PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LIFT DAN ESKALATOR (SSLE) MODUL SSLE 05 : INSTALASI DAYA KENDALA DAN PROTEKSI 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya

INSTALASI PLUMBING. 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor) 3. Sarana peralatan sanitair dan perlengkapannya INSTALASI PLUMBING I. SISTEM PLUMBING Sistem plumbing di dalam gedung meliputi beberapa sarana yang terdiri dari: 1. Sarana sumber air bersih 2. Sarana pemipaan dalam gedung (air bersih dan air kotor)

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK

TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK TUGAS BESAR PERANCANGAN SISTEM MEKANIK SURVEY DAN ANALISIS LIFT GEDUNG C FEB UNDIP Disusun oleh: Ricky Petra F S- 1 TEKNIK MESIN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 Lift Gedung C FEB Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT)

PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT) PERHITUNGAN BEBAN SIRKULASI VERTIKAL (LIFT) Mekanisasi bangunan, terutama bangunan tinggi menjadi hal yang menonjol dengan timbulnya kebutuhan akan gedung-gedung tinggi di seluruh dunia. Bangunan-bangunan

Lebih terperinci

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN 1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN Topik kajian dalam modul ini hanya terbatas pada Instalasi Plambing Air Bersih, Air Panas, Uap, Air Kotor/Air Kotoran, Ven dan Air Hujan. Sebelum tahapan

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Perancangan Asrama Mahasiswa Universitas Mercu Buana ini diharapkan dapat menjadi hunian asrama yang nyaman aman dan mudah dijangkau bagi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat Sabtu, 02 Januari 2016 Pada artikel kali ini saya akan membahas sedikit masalah kelengkapan sistem utilitas bangunan khususnya jenis bangunan gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Laporan Tugas Akhir Konsep dasar dari perancangan kampus fakultas kedokteran gigi dan mulut yaitu keselarasan dengan lingkungan sekitar dimana berada dalam kawasan kampus Universitas

Lebih terperinci

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT

AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT AIR BERSIH GEDUNG BERTINGKAT DIFINISI AIR BERSIH Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009

INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 INSTALASI PLUMBING (AIR BERSIH DAN AIR KOTOR) Kuliah 7, 26 Oktober 2009 PENDAHULUAN Instalasi plumbing (pemipaan) sangat penting untuk menunjang operasional bangunan. Sebagai sarana penyaluran air, gas,

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air kotor. Adalah system pembuangan untuk air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Konsep Manusia Pelaku Kegiatan No. Pelaku 1. Penghuni/Pemilik Rumah Susun 2. Pengunjung Rumah Susun 3. Pengunjung Pasar Tradisional

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan kostel ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi mahasiswa Binus University, khususnya

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Massa Bangunan Konsep massa bangunan di ambil dari axis terhadap site di Tapak dan lingkungan sekitar. 1. Letak site yang berdempetan dengan kawasan candi prambanan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ELEVATOR PADA GEDUNG GRHA WIDYA MARANATHA

ANALISIS KEBUTUHAN ELEVATOR PADA GEDUNG GRHA WIDYA MARANATHA ANALISIS KEBUTUHAN ELEVATOR PADA GEDUNG GRHA WIDYA MARANATHA INDRA DWI GUNA 0221074 Pembimbing : Yohanes Lim D. Adianto, Ir.,MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Mulai. Mempelajari Gambar Tender (Gambar Forkon) Survei Kondisi Lapangan. Studi Pustaka 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK Adapun alur proses pelaksanaan kerja praktik Pembuatan Gambar Kerja Instalasi Plambing ini adalah seperti diagram alur proses

Lebih terperinci

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan:

KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN. Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: KLASIFIKASI SISTEM PEMBUANGAN Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015 Klasifikasi berdasarkan jenis air buangan: Sistem pembuangan air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2016 KEMENKES. Rumah Sakit. Bangunan dan Prsarana. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS

Lebih terperinci

Perencanaan Lift Hotel Bertingkat Tiga Puluh Berdasarkan SNI Nomor:

Perencanaan Lift Hotel Bertingkat Tiga Puluh Berdasarkan SNI Nomor: Perencanaan Lift Hotel Bertingkat Tiga Puluh Berdasarkan SNI Nomor: 03-6573-2001 Ahmad Zayadi Cahyono HP Masyhudi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Sains Universitas Nasional Jakarta Korespondensi:

Lebih terperinci

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT Unknown Add Comment Arsitek, sipil Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem utama seperti dibawah berikut ini

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tatacara ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara pengerjaan bangunan utama

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep tampilan eksterior dan interior bangunan berdasarkan hasil temuan analisis yang

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan Gambar 5.1 Lokasi Proyek Luas total perancangan Luas bangunan : 26976 m 2 Luas tapak : 7700 m 2 KDB 60% : 4620 m 2

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters

Jenis transportasi vertikal. 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Jenis transportasi vertikal 1. elevator/lift 2. Gondola 3. Dumb waiters Tranportasi vertikal Elevator Kriteria kualitas pelayanan elevator adalah : 1. Waktu menunggu (Interval, Waiting time) 2. Daya angkut

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL

BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL 6.1. KONSEP TAPAK Gambar 6.1 : Konsep Tapak Monumen Gempa Bantul 89 Site yang terletak di kawasan semi-urban ke urban mempunyai pertumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA Oleh : A.A.M Fungsi Pintu dan Jendela: - Akses keluar/masuk ruangan - Penerangan (Lighting) - Penghawaan (Ventilation) Syarat: - Stabil, kuat dan aman Rangka pintu & jendela

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan V.1.1. Luas Total Perancangan Total luas bangunan adalah 6400 m 2 Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR

Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR Bagian III: JARINGAN AIR KOTOR PENGERTIAN Air buangan atau Air Limbah (Waste Water) adalah air yang telah selesai digunakan oleh berbagai kegiatan manusia (rumah tangga, industri, bangunan umum dll.).

Lebih terperinci

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa dapat mengkritisi issue issue yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Kegiatan Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama mahasiswa Universitas Bina Nusantara, adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Jumlah Populasi penghuni dalam Gedung Apartemen 17 Lantai Gambar 4.1 Data asumsi perhitungan jumlah populasi (Dokumen Pribadi) Pada gambar 4.1 diatas merupakan perkiraan

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN SISTEM FIRE HYDRANT DI TOWER SAPHIRE DAN AMETHYS APARTEMEN EASTCOAST RESIDENCE SURABAYA DESIGN OF PLUMBING AND FIRE HYDRANT SYSTEM IN SAPHIRE AND AMETHYS TOWER EASTCOAST

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin Universitas Mercu Buana Disusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR VI.I Konsep Dasar Permasalahan dalam dari perencanaan dan perancangan bangunana Taman Pintar ini adalah, bagaimana

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG 5.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN Berdasarkan dari uraian bab sebelumnya mengenai analisis dan pemikiran didasarkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Peraturan pada tapak Lokasi Tapak : Jl. Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur Luas Lahan : 18.751,5 m 2 KDB : 40 % Luas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang lingkup Tata cara ini memuat pengertian dan ketentuan umum dan teknis dan cara

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung A III LANDASAN TEORI A. Evaluasi Sistem Proteksi ebakaran Gedung Evaluasi terhadap sistem proteksi kebakaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu jenis pedoman. Salah satu pedoman yang bisa dipakai

Lebih terperinci

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL 5.1 Masalah Air Limbah Layanan Kesehatan Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah rumah sakit,

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan V.1.1 Kebutuhan Luas Ruangan Gedung Asrama Putri Ruang Standart Sumber Kapasitas Jumlah Luas (m 2 ) Unit 2 orang 12,25 m 2 / kmr Asumsi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar BAB IV KONSEP 4.1 Ide awal perancangan Ide awal perancangan rumah susun ini adalah rumah susun sebagai miniatur kota dengan fungsi-fungsi yang sederhana dan mandiri. Kota sebagai produk peradaban modern

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga. BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga bertujuan untuk meningkatkan minat siswa di keahlian kuliner di kecamatan Banyumanik,

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas

Lebih terperinci

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Tata Atur Ruang Pusat perbelanjaan kerajinan Konsep tata atur ruang pusat perbelanjaan kerajinan dihasilkan dan organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan.

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Audit Keselamatan Kebakaran Gedung PT. X Jakarta Tahun 2009 DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA Data Umum Gedung a. Nama bangunan : b. Alamat

Lebih terperinci