BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses
|
|
- Yanti Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kesenjangan Ekonomi Wilayah Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses terhadap sumberdaya ekonomis. Penyebab yang paling kategorikal dari kesenjangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Kesenjangan Fungsi Produksi dan Distribusi Nilai Tambah Dalam teori ekonomi, produktivitas adalah fungsi dari faktor-faktor produksi. Pada masyarakat yang struktur pasarnya mendekati pasar persaingan sempurna, produktivitas sangat di tentukan oleh faktor produksi tenaga kerja dan faktor kapital (dalam bentuk peralatan produksi). Maka produktivitas adalah fungsi dari tenaga kerja dan kapital, dengan munculnya pemikiran baru sebagian dari unit produksi mentransformasikan faktor produksi dalam bentuk human capital yang bersubtantif dari kemajuan teknologi dan pengetahuan. Kesenjangan terjadi sebagai akibat dari perbedaan produktivitas. Perbedaan ini dapat terjadi antara sektor pertanian dan industri, sektor tradisional dan moderen. Di sektor pertanian, susunan kapital masih rendah sehingga produktivitas yang dimiliki rendah dan faktor produksi sederhana. Sementara transformasi faktor produksi di sektor industri susunan kapital sudah terjadi dan menjadi lebih produktif dibandingkan dengan sektor pertanian. 30
2 Masalah yang timbul dalam distribusi nilai tambah adalah keadilan pembagian hasil antar pemasok tenaga kerja, modal dan intelektual. Masalah ini muncul dalam unit produksi disebabkan pembagian nilai tambah tidak dapat dilakukan melalui mekanisme pasar secara sempurna. Jika tingkat industrialisasi yang tinggi, sehingga mekanisme ketidakadilan nilai tambah mengakibatkan kesenjangan antar daerah dan golongan. 2. Perbedaan Tingkat Monetisasi antar Daerah Asumsinya daerah yang memiliki tingkat monetisasi yang lebih tinggi akan lebih makmur karena akan menikmati kemudahan memperoleh akses dana sehingga akan memudahkan investasi dalam bentuk fisik kapital dan meningkatkan kapasitas produksi. Tingkat susunan dan akumulasi kapital cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah yang memiliki tingkat monetisasi yang lebih rendah. Dalam melaksanakan pembangunan, pembiayaan diperoleh dari tiga kelompok sumber dana yaitu pertama, dana pendapatan asli daerah (PAD); kedua alokasi dari pusat; ketiga, dana melalui investasi swasta. Kelompok pertama umumnya relatif kecil dibandingkan dengan alokasi dana dari pusat. Sedangkan investasi swasta sangat tergantung pada insentif yang tercipta di daerah yang bersangkutan. Insentif tersebut dapat bersifat artifisial misalnya keringanan pajak, penyederhanaan prosedur (deregulasi dan debirokratisasi) serta penyediaan infrastruktur, dan dapat pula merupakan faktor alamiah seperti kekayaan sumber daya di daerah tersebut. Sehingga keseimbangan pembangunan dan kesenjangan antara KBI dan KTI juga dipengaruhi oleh faktor pembiayaan. 31
3 Menurut wood (1994) pencapaian pendidikan, dianggap akumulasi human capital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Romer (1989) juga mendukung hal tersebut dan memasukkan kualitas sumber daya manusia sebagai Research and Development (R&D), hal ini dapat melengkapi antara satu dengan yang lainnya Penyebab Ketimpangan Menurut Adi 2001, ketimpangan suatu daerah dapat juga disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan PDRB antar wilayah, dimana yang dipengaruhi oleh pembentukkan modal, struktur ekonomi/ industri dan perbedaan tingkat keterbukaan (openess) ekonomi secara relatif (Adi, 2001). a. Pembentukan Modal Bruto Pada model Harrod-Domar, pembentukan modal bruto terdiri dari investasi pihak perusahaan swasta, pihak masyarakat lainnya dan pihak pemerintah. Besarnya dana dari pihak pemerintah dilihat dari APBN dan APBD. Penanaman modal oleh pihak swasta selalu memperhatikan potensi daerah karena dari potensi tersebut dapat menghasilkan keuntungan, karena pada umumnya investasi swasta lebih bermotifkan keuntungan. Dalam situasi prasarana dan sarana yang belum memadai, investasi akan sulit dilakukan. Beda halnya investasi yang dilakukan oleh pemerintah yang tidak hanya bertujuan menghasilkan pendapatan daerah yang tinggi, tapi juga bertujuan untuk sosial. Kebijakan pembangunan suatu negara dengan wilayah yang luas dan terdiri dari pulau-pulau serta penyebaran penduduk yang tidak merata tidak akan sama dengan negara yang wilayahnya relatif kurang luas dan tidak terdiri dari banyak pulau. Dimana pada tahap awal pembangunan dana yang dikumpulkan 32
4 pemerintah untuk pembangunan relatif kecil sehingga pembangunan seluruh wilayah sekaligus tidak mungkin dilakukan. Bila hal ini dilakukan secara merata tidak akan menguntungkan. Selain itu wilayah yang berpenduduk banyak memerlukan pembentukan modal yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksi sebagai suatu cara untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk menampung tambahan tenga kerja yang memasuki pasaran kerja. b. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor ekonomi. Struktur ekonomi wilayah di Indonesia dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki wilayah yaitu sumber-sumber yang ada. Sektor tersebut dikelompokkan dalam sektor primer yaitu sektor pertanian dan pertambangan, sektor sekunder yaitu pengolahan lebih lanjut produksi sektor primer, dan sektor tersier yaitu berhubungan dengan jasa. Pada tahap awal pembangunan suatu negara menunjukkan sektor primer mempunyai peranan yang penting dalam pembentukkan pendapatan suatu negara/ wilayah. Pada tahun berikutnya peran sektor primer terhadap pendapatan berkurang dan kontribusi sektor sekunder lebih besar. Berkembangnya sektor sekunder tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Pada beberapa daerah, kebijakan pemerintah ini sangat besar pengaruhnya tapi di sebagian daerah lainnya tidak berpengaruh. c. Keterbukaan (Openness) Para ekonom berpendapat bahwa liberalisasi perdagangan mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi menciptakan lingkungan yang membuat liberalisasi perdagangan terjadi. Liberalisasi perdagangan memerlukan 33
5 masuknya barang modal yang akan berdampak pada pembangunan. Pemasukan barang modal dari dalam negeri memberikan dampak peningkatan kemampuan untuk memproduksi. Keterbukaan yang dimaksud adalah ratio/ jumlah nilai ekspor dan impor dibagi dengan nilai PDRB. Besar kecilnya angka ratio keterbukaan sangat dipengaruhi oleh besar ekspor, impor dan PDRB. Tingginya ekspor suatu daerah menunjukan daerah tersebut mempunyai comparative advantage (daya saing) dari komoditi yang diekspornya dan mempunyai arti terhadap efisiensi dan produktivitas. Efisiensi pada beberapa sub sektor akan mempengaruhi sektor atau sub sektor ekonomi lainnya. Tingginya impor menunjukkan selain besar impor untuk komoditi konsumsi dalam negeri juga untuk bahan baku bagi keperluan industri yang sebagian ada yang diekspor serta untuk barang modal Teori Perdagangan Menurut Heckscher-Ohlin, Adam Smith dan David Ricardo, perdagangan antar negara akan terjadi apabila ada perbedaan ongkos produksi yang sangat di pengaruhi oleh persediaan sumber daya alam, terutama tenaga kerja dan kapital. Negara-negara yang melakukan perdagangan Internasional akan mendapatkan keuntungan (gain from trade) dari division of labour melalui spesialisasi produksi menurut keunggulan komparatifnya. Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Kindleberger dan Linder (1991) dalam Purmono (2004) menyatakan bahwa volume ekspor suatu komoditi tertntu dari suatu negara lain merupakan selisih antara penawaran domstik dan perminrtaan domestik yang disbut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). 34
6 Di sisi lain kelebihan penawaran dari suatu negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebiahn permintaan (excess demand). Secara teoritis, jika ada suatu negara yaitu negara A dan B, yang memiliki fungsi permintaan dan penawaran domestik masing-masing sebesar D A san S A untuk negara A, serta D B dan S B untuk negara B. Asumsi yang digunakan sebelum terjadinya perdagangan bahwa struktur harga di negara A yang lebih rendah dari negara B, sehingga keseimbangan awal masing-masing negara yaitu E A dan E B. P P P P A b S A P I x E d m E A D A o Q Q Q QA QI QB S D D D P B S B E B Negara A Pasar Internasional Negara B Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional a D B Suplai di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih besar dari P A, sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. Pada saat harga Internasional sebesar P A maka di negara B terjadi excess demand sebesar a, sedangkan jika harga internasional sebesar P B maka negara A akan terjadi excess supply sebesar b. Dari a dan b tersebut maka terjadi kurva ES dan ED, dimana ES dan ED adalah kurva excess suppy dan excess demand di pasar internmasional. Perpaduan ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional, yaitu sebesar PI. Dengan adanya perdaganagn tersebut maka negara A akan mengekspor sebesar x, sedangkan negara B mengimpor sebesar m. Di pasar internasional besarnya x 35
7 akan sama dengan m yaitu sebesar QI. Dengan kata lain besarnya ekspor dalam perdagangan internasional akan sama dengan besarnya impor komoditi tersebut. Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya mempengaruhi harga dunia Faktor Penghambat Perdagangan Kegiatan perdagangan yang masih terhambat oleh berbagi faktor, secara umum terdapat dua kendala utama yang menghambat perdagangan tersebut. Pertama adalah kendala internal dan kedua adalah kendala eksternal, yaitu: 1. Kendala internal diantaranya: a. Melemahnya daya saing komoditas ekspor, padahal persaingan semakin ketat. Penyebabnya terutama karena munculnya komoditas yang serupa dengan kualitas lebih baik dan harga lebih murah. Penyebab lainnya karena penggunaan bibit yang bukan bibit unggul serta kemampuan untuk memproduksi barang dalam jumlah dan kualitas sehingga mutu menjadi tidak konsisten. b. Faktor ekonomi biaya yang tinggi terutama disebabkan oleh banyaknya pungutan tidak resmi dan menghadapi jalur birokrasi yang panjang yang menghambat kelancaran dalam pengurusan barang-barang untuk diekspor. 36
8 c. Sumber daya manusia yang rendah, dimana SDM ini mencerminkan tersedianya knowledge resources antara lain dalam bentuk institusi penelitian dan pengembanagn (R&D), selain itu hambatan dari penguasaan teknologi. 2 Kendala eksternal diantaranya: a. Permintaan dan daya beli di pasar atau negara tujuan semakin menurun, karena jumlah dan kualitas yang belum memenuhi standar. Selain itu kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi atau kehendak pasar baik dalam variasi produk, distribusi, harga, ketentuan pembayaran dan sebagainya. b. Tidak adanya standar efisiensi pelabuhan yang sama dengan pelabuhan internasional, sehingga banyak hambatan seperti kurangnya infrastruktur yang mendukung diantaranya sektor transportasi yang belum efisien dalam operasinya dan fasilitas lainnya. c. Kurangnya peran pemerintah untuk mencapai keunggulan kompetitif, melalui kebijakan regulasi, deregulasi, anti-monopilo, dan sebagainya yang belum mampu mempengaruhi persaingan yang ada. 3.2 Metode Analisis Pemetaan Pemetaan merupakan bentuk khusus dari grafis yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis wilayah. Menurut Fienberg (1979) dalam Susetyo menyatakan bahwa peta dapat memberikan pengertian mengenai suatu masalah atau untuk menyajikan informasi secara rapi. 37
9 Selain itu dengan pemetaan memberikan gambaran hubungan antara fenomena yang diselidiki, secara aktual dan akurat mengenai fakta-fakta. Pada Hubungan tersebut meliputi produksi dan ekspor produk pertanian tiap tahun dari setiap provinsi di Indonesia Analisis Tipologi Daerah Analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola masing-masing daerah melalui pemetaan (mapping) kategorisasi wilayah. Penetapan tipologi wilayah sangat diperlukan oleh setiap wilayah untuk memahami permasalahan wilayah secara spesifik maupun mempermudah dalam perumusan kebijakan atau strategi pencapaian tujuan pembangunan daerah. Tipologi daerah memberikan bentuk penyajian khusus dari hasil analisis daerah berdasarkan indikator-indikator yang digunakan. Selain itu dengan adanya tipologi daerah ini dapat memperoleh informasi perbandingan terhadap daerahdaerah lain, termasuk mengenai keunggulan suatu daerah dan hubungannya dengan daerah lain Uji Mann-Whitney Tes Mann-Whitney digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel yang independen apakah telah ditarik dari populasi yang sama. Data berbentuk ordinal dan dua sampel yang berukuran tidak sama. Uji ini merupakan uji yang sering digunakan diantara uji non-parametrik lainnya untuk menguji 2 sampel independen. Tes ini merupakan alternatif lain untuk tes t 38
10 parametik yang paling berguna ketika pengukuran dalam penelitian lebih lemah dari skala interval. 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional Pembangunan Indonesia yang tidak merata menimbulkan kesenjangan tidak hanya secara wilayah namun secara keseluruhan kegiatan perekonomian. Hal ini menggambarkan bahwa pembangunan masih terpusat pada Kawasan Barat Indonesia serta karena jauhnya Kawasan Timur dari pusat pemerintahan. Kegiatan perekonomian khususnya perdagangan banyak dilakukan di Kawasan Barat yang berdampak pada tingginya perekonomian wilayah tersebut. Hal ini didukung pula dengan adanya fasilitas dalam kegiatan perdagangan tersebut baik domestik maupun perdagangan luar negri. Pelabuhan yang merupakan salah satu fasilitas yang harus tersedia dalam kegiatan perdagangan, dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya perolehan pendapatan untuk daerah tersebut. Selain itu pelabuhan ini berperan sebagai jembatan dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Pertanian salah satu sektor penting yang masih mengalami berbagai hambatan. Terlihat dari adanya perbedaan antara tingkat produksi dan ekspor di Kawasan Barat dan Timur. Padahal produk pertanian berpeluang besar di perdagangan Internasional untuk meningkatkan devisa Negara. Diantara berbagai produk pertanian sektor yang memiliki prospek cerah adalah perkebunan dan hortikultura. Tanaman perkebunan yang menjadi andalan Indonesia adalah kelapa sawit, kopi, kakao, karet dan teh. Sedangkan untuk 39
11 komoditas hortikutura buah dan sayur yaitu mangga, manggis, pisang, nenas, jeruk, kentang, kubis, tomat, bawang merah dan bawang putih. Selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun dapat dilihat penyebaran produksi dan ekspor di Indonesia yang dilakukan dengan pemetaan. Sehingga dapat terlihat dengan jelas perbedaan tingkat produksi dan ekspor pada produk pertanian, yang dijelaskan melalui perbedaan warna antara satu wilayah dengan wilayah lainnya berdasarkan penyebaran yagng berbeda-beda berdasarkan komoditas. Setelah pemetaan dilakukan, untuk mengetahui wilayah bagian mana yang memiliki pertumbuhan produksi dan ekspor yang tinggi. Dengan kata lain untuk melihat wilayah pangsa ekspor yang besar serta kontribusi dari setiap pulau untuk ekspor pertanian, maka digunakan tipologi daerah yang membagi daerah tersebut berdasarkan besarnya tingkat pertumbuhan produksi dan ekspor selama kurun waktu lima tahun. Tipologi daerah ini akan membagi daerah menjadi empat karakteristik wilayah. Kesenjangan dari tiap komoditas tersebut dapat terlihat dari tingkat produktivitasnya, yang menggambarkan besarnya produksi setiap 1 ha lahan yang diusahakan, serta besarnya volume ekspor yang mengindikasikan seberapa besar kemampuan wilayah tersebut dapat melakukan kegiatan perdagangan baik dalam negri maupun luar negri pada Kawasan Barat dan Timur Indonesia. Setiap wilayah Indonesia yang memiliki keadaan geografis yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kemampuan tingkat produksi pertanian sehingga berdampak pada kegiatan ekspornya. Namun hal ini juga menjadi masalah apakah wilayah yang produksinya tinggi akan melakukan kegiatan ekspor tinggi pula atau sebaliknya, 40
12 padahal kegiatan ekspor dilakukan apabila ada kelebihan dari produksi. Sehingga hal ini digambarkan oleh besarnya rasio antara ekspor dan produksi. Untuk melihat adanya perbedaan kesenjangan antara produktivitas, ekspor, rasio antara ekspor dan produksi di KTI dan KBI, maka digunakan Uji Mann- Whitney. Uji ini digunakan karena sampel yang dianalisis merupakan dua sampel bebas. Sampel pertama menunjukkan kawasan barat dan sampel kedua untuk kawasan timur pembagian sampel ini berdasarkan wilayah provinsinya. Dari tahapan analisis tersebut maka diperoleh besarnya tingkat signifikansi kesenjangan diantara KBI dan KTI yang dilihat dari nilai P-value nya. Bagan alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2. 41
13 Pemerataan Pembangunan di Indonesia Kesenjangan Ekonomi kawasan Indonesia KBI KTI Perkebunan : Kelapa sawit, Kopi, Kakao, Karet, dan Teh Produksi Ekspor Sektor Pertanian Produktivitas Rasio ekspor dan produksi Hortikultura: 1. Buah: Mangga, Manggis, Pisang, Nenas, Jeruk 2. Sayur: Kentang, Kubis, Tomat, Bawang Merah, Bawang Putiih Pemetaan Tipologi daerah berdasarakan pertumbuhan produksi dan ekspor Uji Mann-Whitney Perbedaan Signifikansi antara KBI dan KTI Pada produk pertanian Gambar 2. Kerangka Operasional 42
14 3.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran serta permasalahan yang ingin ditelaah, maka dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut: 1. Produktivitas yang mengindikasikan hasil tiap 1 Ha lahan komoditi pertanian yang diusahakan di wilayah KBI lebih besar dibandingkan wilayah KTI dari tahun 2001 hingga Rasio yang menggambarkan besarnya volume ekspor tiap produksinya di wilayah KBI lebih besar daripada KTI, begitu pula dengan volume ekspor di kedua kawasan tersebut. Hal ini menunjukkan besarnya kemampuan wilayah tersebut untuk berproduksi, dan dengan hasil produksi tersebut dapat mengekspor komoditi pertaniannya. 43
KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A
KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A1453 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciKESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA. Disusun Oleh: Ainun Mardiah A
KESENJANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR PRODUK PERTANIAN ANTARA KAWASAN BARAT DENGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA Disusun Oleh: Ainun Mardiah A14303053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciTEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF Wahono Diphayana 1. MERKANTILISME a. Pandangan Merkantilisme Mengenai PI Suatu negara akan kaya atau makmur dan kuat
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pada hakekatnya pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor pertanian dalam sektor perekonomian diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta pertahanan dan keamanan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN
BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi
Lebih terperinciBAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT
BAGIAN KEEMPAT MEMBANGUN AGRIBISNIS MEMBANGUN EKONOMI RAKYAT Sebagai Sektor Utama Ekonomi Rakyat: Prospek dan 16Agribisnis Pemberdayaannya Pendahuluan Satu PELITA lagi, Indonesia akan memasuki era perdagangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA
Karya Tulis PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2003 DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya,
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kearah yang lebih baik dan lebih merata serta dalam jangka panjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan bidang pertambangan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain
Lebih terperinciBAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang
BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena
Lebih terperinciPROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk tanaman perkebunan pada umumnya berorientasi ekspor dan diperdagangkan pada pasar internasional, sebagai sumber devisa. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciTEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik) 1 Merkantilisme suatu kelompok yang mencerminkan cita-cita dan ideologi kapitalisme komersial, serta pandangan tentang politik kemakmuran suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat menjamin pertumbuhan ekonomi, kesempatan lcerja dan memperbaiki kondisi kesenjangan yang ada. Keunggulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Hasalah
1.1 Latar Belakang Hasalah Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir semua negara disertai dengan perubahan struktur produksi yaitu menurunnya pangsa sektor pertanian dan meningkatnya pangsa sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinciagribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar daerah dan meningkatkan kualitas pelayanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah
8 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan tindakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan wilayah tersebut dengan meningkatkan pemanfaatan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri suatu daerah diarahkan untuk menjamin pemanfaatan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah melalui keterkaitan antara budidaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciProspek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005
Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,
Lebih terperinciPELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA
PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengembangan wilayah (Regional Development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iklim yang bervariasi serta lahan yang subur menjadikan Indonesia kaya akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumberdaya alamnya. Iklim yang bervariasi serta lahan yang subur menjadikan Indonesia kaya akan ragam hasil pertanian.
Lebih terperinciJl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,
ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU
PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk
Lebih terperinci