Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols"

Transkripsi

1 Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols 32 Tia Rostaman, Antonius Kasno, dan Linca Anggria Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No 12 Cimanggu, Bogor 16114, Abstrak. Abu vulkanik merupakan mineral yang memiliki potensi sebagai penambah sekaligus berfungsi memperkaya tanah dan memperbaiki sifat fisik. Tiap tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda. Penelitian untuk mempelajari pengaruh abu vulkanik terhadap kesuburan tanah sangat diperlukan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian dosis abu vulkanik terhadap berbagai jenis tanah. Penelitian merupakan percobaan pot yang berisikan tanah Oxisols di Rumah Kaca Laladon, Bogor, Jawa Barat, yang dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan April Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Dosis abu vulkanik yang diberikan adalah 0, 5, 10, 20, 40, dan 80 t ha -1. Setiap perlakuan ditambahkan 300 kg urea ha -1, 150 kg SP-36 ha -1, dan 200 kg KCl ha -1 sebagai pupuk dasar. Tanaman jagung hibrida varietas Pioneer 12 ditanam sebagai tanaman indikator. Parameter yang diamati hanya pertumbuhan vegetatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah yang digunakan untuk percobaan ini sedang, yang ditunjukkan oleh kadar C organik 2,20%, N-total 0,04%, P terekstrak Bray1 33 mg P 2 O 5 kg -1, K-dd 0,01 cmol (+) kg -1, dan KTK 11,76 cmol (+) kg -1. Tanah yang dicampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang berbeda, tidak nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung serta terhadap kesuburan tanah untuk pertanian maupun perubahan sifat-sifat tanah terutama sifat kimianya. Kata kunci: Abu vulkanik, dosis pupuk, pertumbuhan Abstract. Volcanic ash is a mineral that has the potential to function as an enhancer as well as enrich the soil and improve physical properties. Each land has a different level of fertility. Research to study the effects of volcanic ash on soil fertility is necessary that further research is needed regarding the dosing of volcanic ash to various types of soil. Research is an experimental pot containing Oxisols soil in greenhouse Laladon, Bogor, West Java, which began in February to April The study was conducted using a completely randomized design with 6 treatments and 3 replications. Doses given volcanic ash were 0, 5, 10, 20, 40, and 80 t ha -1. Each treatment added 300 kg urea ha -1, 150 kg SP-36 ha -1, and 200 kg KCl ha -1 as basal fertilizer. Pioneer 12 hybrid corn varieties planted as an indicator. Parameters observed only vegetative growth. The results showed that the level of fertility of land used for the experiment was shown by C-organic content of 2.20%, 0.04% N-total, P extracted Bray1 33 mg P2O5 kg -1, K-dd 0.01 cmol (+) kg -1, and CEC cmol (+) kg -1. Soils of volcanic ash mixed with varied content and different levels of fertility, not real high boost maize and on soil fertility for agriculture and changes in soil properties, especially its chemical properties. Keywords: Volcanic ash, doses of fertilizer, growth 357

2 Tia Rostaman et al. PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah yang dikelilingi oleh pegunungan berapi paling aktif di dunia, yang tersebar di berbagai pulau. Pada akhir tahun 2010 yang lalu, meletusnya gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah telah menimbulkan kerusakan disekitarnya, tetapi untuk jangka panjang sangat menguntungkan petani karena dapat menyuburkan tanah. Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa (Anda, 2010). Abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu (Anda dan Wahdini 2010). Mineral tersebut berpotensi sebagai penambah cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut (Sediyarso dan Suping, 1987). Penelitian mengenai abu vulkanik sebagai amelioran sebelumnya telah dilakukan oleh Sediyarso dan Suping (1987) yang menggunakan abu Gunung Galunggung sebagai amelioran. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan abu vulkanik dapat meningkatkan ph dan K dd (Ca dan Mg). Menurut Sediyarso, pemberian abu vulkanik dengan dosis semakin tinggi dapat meningkatkan tinggi tanaman, berat kering bagian atas, dan akar tanaman jagung. Tanah marjinal di Indonesia antara lain Ultisol dan Oxisols. Tanah Oxisols memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me 100 g -1 liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Warna tanah cokelat gelap kemerahan (2,5 YR 2,5/4) hingga merah ungu (10R 3/2). Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan bata-batas horison yang tidak jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang pengaruh dosis abu vulkanik terhadap sifat kimia tanah Oxisols serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan jagung. Tanah yang bercampur abu vulkanik dengan kandungan bervariasi serta tingkat kesuburan yang berbeda, diduga nyata berpengaruh, baik terhadap kegunaan tanah untuk pertanian maupun perubahan sifat-sifat tanah terutama sifat kimia. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah, Laladon, Bogor, pada bulan Februari-April Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, 6 perlakuan 358

3 Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik dan 3 ulangan. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Oxisols yang diambil dari daerah Kecamatan Cigudeg, Bogor Barat, serta menggunakan contoh abu vulkanik yang diambil dari Dusun Kopeng, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta (07 o S, 110 o E). Perlakuan dilakukan dengan penambahan abu vulkanik Gunung Merapi. Dosis abu vulkanik yang ditambahkan adalah 0; 5; 10; 20; 40, dan 80 t ha -1. Abu vulkanik yang digunakan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan berdiameter 600 mikron. Contoh tanah yang akan digunakan ditumbuk, diayak, dan dianalisis terlebih dahulu kadar haranya. Penelitian dilakukan menggunakan 2 kg contoh tanah. Contoh tanah yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam pot, kemudian ditambah abu vulkanik Gunung Merapi yang kehalusannya sudah diketahui sesuai dengan dosisnya. Contoh tanah dan abu vulkanik dicampur sampai homogen. Kemudian disiram sampai pada kapasitas lapang. Campuran tanah dan abu vulkanik diinkubasi selama 1 minggu. Selain ditambah abu vulkanik, campuran tanah dan abu vulkanik ditambah dengan pupuk urea dengan dosis 300 kg ha -1, 200 kg KCl ha -1, dan 150 kg SP-36 ha -1. Selanjutnya tanah ditanami jagung varietas Pioneer 12 digunakan sebagai tanaman indikator dan diamati hanya vegetatifnya sampai 42 HST. Jagung ditanam kedalam ember plastik berisi 5 bibit jagung serumpun. Selain itu, dilakukan juga analisis sampel tanah seperti ph, P- Bray, KTK dan NTK, serta kemasaman dapat ditukar setelah inkubasi 7 hari, 28 dan setelah 42 hari. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada umur 28, 42 hari setelah tanam. Pada saat umur tanaman 42 hari, tanaman diamati berat kering tanaman. Tanah setelah 42 hari dianalisis ph, P Bray, Ca, Mg, K, Na dan KTK terekstrak NH 4 OAc 1N ph 7, dan kemasaman dapat ditukar (Al dan H) terekstrak KCl 1N. Contoh tanaman dianalisis hara N, P, K. Untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik Gunung Merapi terhadap sifat kimia tanah, pertumbuhan dan jumlah daun jagung, serapan hara dianalisis menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan DMRT dengan tingkat ketelitian 5% dengan menggunakan program IRRISTAT. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah awal Oxisols yang digunakan untuk percobaan pengaruh dosis abu vulkanik merapi disajikan pada (Tabel 1). 359

4 Tia Rostaman et al. Tabel 1. Hasil analisis tanah awal Oxisols Sifat Tanah Satuan Oxisols Cigudeg ph H 2 O 4,66 KCl 4,00 Tekstur Pasir % 2 Bahan Organik Ekstrak HCl 25% Debu % 8 Liat % 90 C % 2,20 N % 0,04 C/N 60 P 2 O 5 mg 100 g -1 60,7 K 2 O mg 100g -1 3 P-Bray 1 P 2 O 5 mg kg NTK K cmol (+) kg -1 0,01 Na cmol (+) kg -1 0,02 Ca cmol (+) kg -1 0,20 Mg cmol (+) kg -1 0,06 KTK cmol (+) kg -1 11,76 Al dd cmol (+) kg -1 1,83 H dd cmol (+) kg -1 0,13 KB % 2 Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis tanah Oxisols yang digunakan untuk percobaan bertekstur liat, bersifat masam ph dalam air lebih tinggi daripada dalam 1 N KCl, hal ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan bermuatan negatif sehingga tanah dapat memegang hara yang ditambahkan melalui pupuk maupun yang ada dalam tanah. Kandungan C organik termasuk kategori sedang dan N-total rendah, kandungan P potensial terekstrak HCl 25% tinggi, dan kandungan K sangat rendah. KTK tanah sedang, dan kejenuhan basa 2 %, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kation dalam tanah adalah kation bersifat asam. Menurut Maidhal (1993) Oxisols dicirikan oleh adanya ketersediaan unsur P dan K di tanah Oxisols sangat rendah, sebagai akibat dari pelapukan lanjut, dan terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman, yaitu Fe- P, Al-P, FeAl-P dan bentuk lainnya. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Oxisols dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Bila lapisan tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Sedangkan ph tanah sangat berpengaruh pada ketersediaan hara tanaman dan mikroorganisme. Pada ph rendah kadar Al, Mn, dan Fe menjadi lebih larut dan dapat bersifat toksik bagi tanaman. Kandungan P 2 O 5 potensial dan P 2 O 5 tersedia tergolong tinggi dengan kandungan K 2 O potensial juga tergolong sangat rendah. Selain itu, diperoleh kandungan Al dd hasil 360

5 Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik analisis sebesar 1,83 cmol (+) kg -1. Rendahnya kandungan Al pada tanah Oxisols juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kandungan P 2 O 5 di dalam tanah. Fosfat dapat diikat kuat oleh Al dan Fe pada tanah-tanah masam sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Tabel 2. Analisis abu vulkanik merapi Parameter Satuan Hasil ph H 2 O 5,90 KCl 5,30 Tekstur Pasir % 70 Debu % 26 Liat % 4 Bahan Organik C % 0,21 N % 0,01 C/N 15 Ekstrak HCl 25% P 2 O 5 mg 100g ,3 K 2 O mg 100g -1 9,6 P-Bray 1 P 2 O 5 mg kg NTK K cmol (+) kg -1 0,01 Na cmol (+) kg -1 0,04 Ca cmol (+) kg -1 0,42 Mg cmol (+) kg -1 0,03 KTK cmol (+) kg -1 0,18 KB % >100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa abu vulkanik merapi bersifat agak masam dengan tekstur berpasir. Kandungan C dan N sangat rendah dengan nisbah C/N tergolong sedang. P 2 O 5 potensial dan tersedia tergolong sangat tinggi sedangkan K 2 O tergolong sangat rendah. Nilai K termasuk rendah, Na dan Ca masuk kategori rendah, serta Mg kategori sangat rendah dengan nilai KTK sangat rendah. Nilai kejenuhan basa abu merapi termasuk sangat tinggi. Analisis tanah setelah inkubasi 7, 28, dan 42 hari Tanah setelah inkubasi 7 hari, dilakukan analisis tanah meliputi ph, P-Bray, NTK dan KTK, serta kemasaman dapat ditukar (Al dan H). Tujuan dari analisis tersebut untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah. Reaksi tanah (ph) perlu diketahui karena setiap tanaman memerlukan lingkungan ph tertentu. Selain itu, ph juga mempengaruhi ketersediaan unsur hara di dalam tanah. 361

6 Kadar Al cmol (+)/Kg Kadar H cmol (+)/Kg ph H 2 O ph KCL Tia Rostaman et al. Dosis Abu Vulkanik t.ha -1 Dosis Abu Vulkanik t.ha -1 Gambar 1. Nilai ph setelah inkubasi 7, 28, dan 42 hari (1a) ph H 2 O, (1b) ph KCl 1M ( :7,: 28 dan: 42 hari). Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan nilai ph pada tanah setelah 42 hari dibandingkan setelah inkubasi 7 hari. Berdasarkan hasil analisis, setelah inkubasi selama 7 hari pada tanah pada berbagai dosis abu nilai ph terus mengalami kenaikan dengan semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan. Pemberian abu vulkan pada tanah gambut meningkatkan ph dibandingkan kondisi awal. Dosis pemberian abu vulkanik t.ha -1 Dosis pemberian abu vulkanik t.ha -1 Gambar 2. Kadar Al 3+, H + setelah inkubasi 7, 28 dan 42 hari (1a) Al dd (1b) H dd ( :7, :28 dan: 42 hari). Gambar 2 menunjukkan bahwa kadar Al dan H setelah 42 hari menurun dibandingkan setelah 7 hari inkubasi tetapi pada 28 hari terjadi kenaikan. Berdasarkan hasil analisis juga menunjukkan bahwa setelah inkubasi 7 hari penurunan kadar Al dibandingkan tanah awal. Kadar Al dd sangat berhubungan dengan ph tanah. Semakin rendah ph tanah, semakin tinggi Al dd dan sebaliknya (Rosmarkam dan Yuwono 2002). Tanah yang mengandung ion Al 3+ tinggi menyebabkan tanah mempunyai ph rendah. Kelarutan Al meningkat pada tanah bereaksi masam. Ion OH - dapat menarik Al 3+ dari permukaan koloid tanah sehingga terbentuk Al(OH) 3 yang tidak aktif. Kondisi Alumunium yang tidak aktif dapat mengurangi sumber ion H + yang disumbangkan dari kelarutan Al 3+. Adanya kemungkinan koloid tanah 362

7 Bray l P 2 O 5 mg/kg Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik menjerap ion H + dalam larutan akibat tergantikannya Al 3+ juga dapat mengurangi kemasaman aktif sehingga ph tanah dapat meningkat (Mahbub dan Suryanto 2010). Kation-kation Al pada tanah masam dapat juga meningkatkan kemasaman tanah karena apabila ion-ion Al mengalami hidrolisis akan meningkatkan konsentrasi ion H + di dalam tanah sehingga ph tanah menurun (Muzar 2008). Dosis Abu Vulkanik t/ha Gambar 3. Kadar P tersedia setelah inkubasi 7, 28 dan 42 hari (: 7,: 28 dan :: 42 hari). Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar P tanah setelah 28 hari cenderung menurun dibandingkan setelah 7 hari inkubasi, lalu mengalami peningkatan pada saat 42 hari, Berkurangnya kadar P di dalam tanah salah satunya dikarenakan penyerapan P oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pada dosis rendah, yaitu 0 dan 2,5 t ha -1 kadar P justru meningkat, berarti meningkatnya kadar P di dalam tanah menunjukkan P tidak diserap tanaman. Hal ini dapat dilihat pada pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun, pada dosis tersebut pertumbuhan tanaman tidak terlalu bagus. Bila dilihat dari kandungan P-tersedia, menunjukkan bahwa setelah inkubasi selama 7 hari, nilai P 2 O 5 tersedia cenderung naik bila dibandingkan analisis tanah awal yang hanya 33 mg kg -1. Kadar P 2 O 5 meningkat seiring dengan meningkatnya dosis abu yang ditambahkan. Status hara P-tersedia setelah inkubasi maupun setelah panen sudah tergolong sangat tinggi menurut kriteria analisis tanah. 363

8 Kadar KTK cmol (+)/Kg Tia Rostaman et al. Dosis pemberian abu vulkanik t.ha -1 Gambar 4. Analisis KTK tanah setelah 7, 28 dan 42 hari inkubasi (: 7,: 28 dan: 42 hari). Gambar 4 menunjukkan perbandingan nilai KTK setelah 7 hari inkubasi, 28 dan 42 hari. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa nilai KTK terjadi penurunan setelah pengamatan 7 hari inkubasi, 28 dan 42 hari. Penurunan yang terjadi sangat drastis. Selain itu, berdasarkan hasil analisis diketahui pada dosis abu vulkanik 0 dan 5 t ha -1, nilai KTK juga cenderung meningkat. Akan tetapi pada dosis abu vulkanik 10, 20, 40 dan 80 t ha -1 baik pada analisis tanah setelah 7 hari inkubasi maupun setelah 42 hari, nilainya menurun dibandingkan analisis tanah awal. Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan hara Na, K dan Mg setelah 42 hari mengalami kenaikkan dibandingkan setelah 7 hari inkubasi, kecuali kadar Ca justru mengalami penurunan. Kenaikkan kadar hara Na, K dan Mg di dalam tanah salah satunya dikarenakan sebagian hara sudah dilepaskan tanaman. Berdasarkan analisis tanah setelah inkubasi, adanya penambahan abu vulkanik merapi tidak selalu berpengaruh positif terhadap sifat kimia tanah. Abu vulkanik merapi untuk jangka panjang bermanfaat meningkatkan kesuburan tanah. Akan tetapi, kesuburan tanah mungkin berpengaruh negatif untuk jangka pendek karena kandungan mineral abu mungkin tidak tersedia untuk diambil tanaman sehingga perlu dibantu dengan pemupukan untuk memelihara kesuburan tanah. Dalam jangka panjang, penambahan abu vulkanik merupakan penambah hara dan cadangan mineral. Dengan berjalannya waktu, pelapukan mineral-mineral menjadi sumber penambah kation dan anion yang kemudian dapat dimanfaatkan tanaman. 364

9 Kadar N (%) Kadar P (%) Kadar Ca cmol (+)/Kg Kadar Mg cmol (+)/Kg Kadar K cmol (+)/Kg Kadar Na cmol(+)/kg Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Dosis Pemberian abu vulkanik t.ha -1 Dosis pemberian abu vulkanik t.ha -1 Dosis pemberian abu vulkanik t.ha -1 Dosis pemberian abu vulkanik Gambar 5. Nilai NTK (K, Na, Ca, dan Mg) inkubasi 7, 28 dan 42 hari (: 7, :28 dan: 42 hari) Analisis jaringan tanaman Selain analisis tanah dilakukan juga analisis terhadap jaringan tanaman yaitu daun. Jenis analisis yang dilakukan yaitu kandungan hara seperti N, P dan K. 0 AV 5 AV 10 AV 20 AV 40 AV 80 AV Dosis Pemberian Abu Vulkanik Dosis Pemberian Abu Vulkanik daun Gambar 6. Analisis kandungan nitrogen (N) dan fosfat (P) tanaman jagung Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar nitrogen terdapat pada daun jagung. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion NO 3 - atau NH 4 + dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman sekitar 2% berat kering. Tanaman di 365

10 Kadar K (%) Tia Rostaman et al. lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO 3 - relatif lebih besar dibandingkan dengan ion NH 4 +. Berdasarkan analisis juga diketahui bahwa semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan, kandungan nitrogen pada tanaman cenderung mengalami penurunan. Pada Gambar 6 dapat diketahui bahwa kadar optimal fosfor dalam tanaman saat pertumbuhan vegetatif adalah 0,11%-0,12% dari berat kering tanaman jagung. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H 2 PO 4 -) dan ion ortofosfat sekunder (HPO 4 2- ). Kandungan fosfor pada daun jagung tergolong rendah. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) fosfor ditemukan relatif dalam jumlah lebih banyak dalam buah dan biji tanaman. 0 AV 5 AV 10 AV 20 AV 40 AV 80 AV Dosis Pemberian Abu Vulkanik t.ha -1 Gambar 7. Analisis kandungan kalium (K) tanaman jagung (: daun). Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa kalium pada daun tergolong sedang. Umumnya, bila penyerapan K tinggi menyebabkan penyerapan unsur Ca, Na, dan Mg menurun. Unsur yang mempunyai pengaruh saling berlawanan dan satu sama lain berusaha saling mengusir. Berdasarkan hasil analisis hara tanaman diketahui bahwa sebagai besar hara N, P, dan K yang diserap tanaman kandungan hara bervariasi seiring dengan peningkatan dosis abu yang ditambahkan. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) penyebaran hara dalam tanaman tidak merata, artinya kadar suatu unsur pada daun tidak sama dengan kadar unsur tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu. Pengamatan tanaman Hasil penambahan dosis abu vulkanik tertera pada Tabel 3, dan menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung umur 2, 4, dan 6 MST menunjukkan tidak berbeda nyata (P > 0,05). 366

11 Perbaikan Sifat Tanah dengan Dosis Abu Vulkanik Tabel 3. Pengaruh dosis abu terhadap tinggi tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST 0 AV 33,200 ab 48,167 a 66,967 a 5 AV 28,733 b 50,400 a 72,067 a 10 AV 32,067 ab 48,667 a 70,000 a 20 AV 36,033 a 50,300 a 73,100 a 40 AV 31,567 ab 49,667 a 72,200 a 80 AV 34,300 a 48,100 a 64,233 a K.K. 100% 7,1 4,7 6,7 Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan maka tinggi tanaman juga semakin meningkat, kecuali pada sampel 40 t ha -1. Pada dosis 40 t ha - 1 nilainya lebih rendah dibandingkan dosis 20 t ha -1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh dosis abu terhadap tinggi tanaman tidak berbeda nyata pada minggu ke 2, 4, dan 6 MST. Tabel 4. Pengaruh dosis abu terhadap jumlah anakan Perlakuan Jumlah anakan 2 MST 4 MST 6 MST 0 AV 22,67 ab 35,67 ab 36,67 a 5 AV 21,33 b 35,67 ab 36,67 a 10 AV 23,67 a 35,33 b 37,00 a 20 AV 23,33 a 36,33 ab 37,67 a 40 AV 23,33 a 36,33 ab 36,33 a 80 AV 24,33 a 37,67 a 37,00 a K.K. 100% 3,8 3 3,8 Tabel 4 menunjukkan bahwa, semakin tinggi dosis abu yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan ini bisa dilihat dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh dosis abu terhadap jumlah anakan tidak berbeda nyata pada minggu ke 2, 4, dan ke 6 MST. Berdasarkan Tabel 2 dan 3 juga dapat diketahui bahwa untuk penelitian ini dosis terbaik penambahan abu sebesar 20 t ha -1. KESIMPULAN 1. Pada tanah Oxisols pemberian dosis abu vulkanik akan meningkatkan nilai ph tanah, NTK (K, Na, Ca, dan Mg) dan KTK berdasarkan jumlah dosis yang diberikan. Akan tetapi, nilainya lebih rendah dibandingkan tanah awal. Abu vulkanik menurunkan kemasaman (Al dd dan H dd ) pada tanah Oxisols. 367

12 Tia Rostaman et al. 2. Analisis hara tanaman menunjukkan bahwa sebagian besar hara N, P, dan K yang diserap tanaman kandungan hara bervariasi seiring dengan peningkatan dosis abu yang ditambahkan. 3. Penambahan dosis abu vulkanik pada tanah Oxisols tidak berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan dan jumlah anakan jagung. DAFTAR PUSTAKA Anda, M. dan W. Wahdini Sifat, Komposisi Mineral, dan Kandungan Berbagai Unsur pada Abu Erupsi Merapi, Oktober-November 2010 [Unpublish]. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Mahbub, I.H. dan Suryanto Aplikasi Abu Janjang Kelapa Sawit Sebagai Amelioran Beberapa Sifat Kimia Ultisol. Jambi: Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Maidhal Perbandingan sifat fisika tanah lapisan atas Oxisols di dataran tinggi dan dataran rendah (skripsi). Universitas Andalas Fakultas Pertanian. Padang. Muzar, A Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit terhadap Tanah Ultisol dan Pengaruhnya pada Tanaman Kedelai. Jurnal Agrivigor 8: Rosmarkam, Yuwono Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius. Sediyarso, M. dan S. Suping Pengaruh Abu Galunggung terhadap Tanah Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian Tanah. 368

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara IV. HASIL 4.. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Data fisikokimia tanah awal percobaan disajikan pada Tabel 2. Andisol Lembang termasuk tanah yang tergolong agak masam yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan 4 TINJAUAN PUSTAKA Debu Vulkanik Gunung Sinabung Abu vulkanik merupakan bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan.secara umum komposisi abu vulkanik terdiri atas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah yang miskin akan unsur hara, salah satunya adalah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 35 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri dari penelitian survei dan penelitian pot. Penelitian survei pupuk dilaksanakan bulan Mei - Juli 2011 di Jawa Barat, Jawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007) Unsur Hara Lambang Bentuk tersedia Diperoleh dari udara dan air Hidrogen H H 2 O 5 Karbon C CO 2 45 Oksigen O O 2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah

TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).

TINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001). TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit mengalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Kimia Abu Terbang PLTU Suralaya Abu terbang segar yang baru diambil dari ESP (Electrostatic Precipitator) memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Kering di desa Cibadung Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Tanah di lokasi penelitian masuk dalam sub grup Typic Hapludult.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I) Lampiran 1. Bagan Percobaan U V4(IV) V5 (II) V1 (II) V3(III) V2 (II) V3 (I) V3 (II) V4 (I) V1(IV) V2(III) V5(III) V0 (II) V0 (I) V4 (II) V0(IV) V2(IV) V5 (I) V1(III) V4(III) V5(IV) V3(IV) V0(III) V2 (I)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI. Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/ ILMU TANAH

DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI. Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/ ILMU TANAH DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/070303022 ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH

IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT - SIFAT KIMIA TANAH Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui percobaan rumah kaca. Tanah gambut berasal dari Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Jambi, diambil pada bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian terak baja berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah (Tabel Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan tanah gambut dari Kumpeh, Jambi dilakukan pada bulan Oktober 2011 (Gambar Lampiran 1). Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut. Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kelarutan P dari Fosfat Alam Rataan hasil pengukuran kadar P dari perlakuan FA dan pupuk N pada beberapa waktu inkubasi disajikan pada Tabel 1. Analisis ragamnya disajikan pada Lampiran

Lebih terperinci

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Tanah Andisol Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) : 1. Didalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Andisol Lembang Data sifat fisikokimia tanah Andisol Lembang disajikan pada Tabel 1. Status hara dinilai berdasarkan kriteria yang dipublikasikan oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut 29 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber K Tanah Sumber hara kalium di dalam tanah adalah berasal dari kerak bumi. Kadar kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut mengandung

Lebih terperinci

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P.

Lampiran 3. Analisis AwalLimbah Padat Kertas Rokok PT. Pusaka Prima Mandiri Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji. 14,84 IK.01.P. Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Kandungan Al dd Al dd yang diperoleh adalah : 1.6 me Al-dd/100 g tanah 1 me CaCO 3 /100 g : 100/2 mg CaCO 3 /100 g Kebutuhan Kapur L0 : Tanpa Perlakuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN LR. Widowati dan S. Rochayati ABSTRAK Salah satu upaya pemenuhan pangan nasional adalah

Lebih terperinci

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION Jurnal AGRIFOR Volume XIII Nomor 1, Maret 2014 ISSN : 1412 6885 PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION Zulkarnain 1 1 Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat

TINJAUN PUSTAKA. Sifat sifat Kimia Tanah. tekstur tanah, kepadatan tanah,dan lain-lain. Sifat kimia tanah mengacu pada sifat TINJAUN PUSTAKA Sifat sifat Kimia Tanah Tanah memiliki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi. Sifat fisik dan biologi tanah dapat dilihat secara kasat mata dan diteliti dengan warna tanah, tekstur

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH AGRIC Vol.25, No. 1, Desember 13: 58-63 PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH EFFECT OF ORGANIC FERTILIZER WITH HIGH IRON CONTENT ON THE GROWTH AND PRODUCTION

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT KIMIA TANAH IV. SIFAT KIMIA TANAH 5.1 Koloid Tanah Koloid tanah adalah partikel atau zarah tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan contoh tanah dilaksanakan di petak percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang, Jawa Barat. Sementara analisis tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

111. BAHAN DAN METODE

111. BAHAN DAN METODE 111. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah dan Rumah Kaca Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Penelitian terdiri dari

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT KIMIA ULTISOL DAN HASIL BIJI KEDELAI VARIETAS ANJASMORO AKIBAT PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT. Oleh

KAJIAN BEBERAPA SIFAT KIMIA ULTISOL DAN HASIL BIJI KEDELAI VARIETAS ANJASMORO AKIBAT PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT. Oleh KAJIAN BEBERAPA SIFAT KIMIA ULTISOL DAN HASIL BIJI KEDELAI VARIETAS ANJASMORO AKIBAT PEMBERIAN ABU JANJANG KELAPA SAWIT Oleh Rumiris Siringoringo 1, Dr. Ir. H. M. Syarif, MS 2, dan Dr. Ir. Asmadi Saad,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO NERACA HARA KEBUN KAKAO PRODUKSI = f (Tanaman, Tanah, Air, Cahaya) Tanaman = bahan tanam (klon, varietas, hibrida) Tanah = kesuburan tanah Air = ketersediaan air Cahaya = intensitas cahaya KOMPOSISI TANAH

Lebih terperinci

KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005

KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005 KESUBURAN DAN PEMUPUKAN TANAH HUTAN Oleh : Dr.Ir.Haryono Kamis, 15 September 2005 Kesuburan berasal dari kata dasar Subur atau Fertililty Kesuburan Tanah atau Soil Fertility Fertilizer atau Pupuk, sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung

Pemberian Bahan Organik Kompos Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Pemberian Bahan Organik Jerami Padi dan Abu Sekam Padi dalam Memperbaiki Sifat Kimian Tanah Ultisol Serta Pertumbuhan Tanaman Jagung Application of Organic Rice Straw Compost and Rice Ash to Improve Chemical

Lebih terperinci

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT Iurnal Tanah dan Lingkungan,Vol. 6 No. 1, April 2004: 7-13 ISSN 1410-7333 HUBUNGAN NISBAH K/Ca DALAM LARUTAN TANAH DENGAN DINAMIKA HARA K PADA ULTISOL DAN VERTISOL LAHAN KERING I/ Relationship between

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS AMELIORAN ABU VULKANIK MERAPI DALAM MENGUBAH SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN KEDELAI ZUMI NURHASANAH

EFEKTIVITAS AMELIORAN ABU VULKANIK MERAPI DALAM MENGUBAH SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN KEDELAI ZUMI NURHASANAH 1 EFEKTIVITAS AMELIORAN ABU VULKANIK MERAPI DALAM MENGUBAH SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN KEDELAI ZUMI NURHASANAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI A. Kasno dan Nurjaya ABSTRAK Padi merupakan makanan pokok yang mempunyai nilai strategis dalam keamanan pangan nasional. Swasembada

Lebih terperinci

TINJUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

TINJUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol TINJUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Di Indonesia tanah jenis Ultisol cukup luas yaitu sekitar 38,4 juta hektar atau sekitar 29,7% dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahankelemahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

I. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan

I. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan I. PENDHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, apabila tidak disertai dengan kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Tanah Ultisols termasuk ke dalam tanah marginal dan umumnya belum tertangani dengan baik. Pemanfaatan tanah Ultisol akan dihadapkan pada berbagai kendala pada sifat fisik dan kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur. Analisis sifat kimia tanah dan analisis jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci