informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang juga telah memacu perkembangan teknologi informasi pada masyarakatnya masing-masing, sehingga teknologi informasi mendapatkan kedudukan yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi informasi memegang peran penting, baik dimasa kini maupun masa mendatang. Teknologi informasi diyakini membawa keuntungan dan kepentingan yang besar bagi negara-negara di dunia. Setidaknya ada dua hal yang membuat teknologi informasi dianggap begitu penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi dunia, Pertama, teknologi informasi mendorong permintaan atas produk-produk teknologi informasi itu sendiri, seperti komputer, modem, sarana untuk membangun jaringan internet dan sebagainya. Kedua, adalah memudahkan transaksi bisnis terutama bisnis keuangan disamping bisnis-bisnis lainnya. 1 Dengan demikian, teknologi informasi telah berhasil memicu dan memacu perubahan tatanan kebutuhan hidup masyarakat dibidang sosial dan ekonomi, yang notabene sebelumnya bertransaksi ataupun bersosialisasi secara konvensional menuju transaksi ataupun sosialisasi secara elektronik. Hal ini dinilai lebih efektif dan efisien. Teknologi telekomunikasi telah membawa manusia kepada suatu peradaban baru dengan struktur sosial beserta tata nilainya. Artinya, masyarakat 1 Agus Rahardjo, 2002, Cybercrime-Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Bandung: Citra Aditya Bakti, halaman 1.

2 berkembang menuju masyarakat baru yang berstruktur global dimana sekat-sekat negara mulai memudar. Pada perkembangannya, dengan ditemukannya komputer sebagai produk ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadilah konvergensi antara teknologi telekomunikasi, media dan komputer. Konvergensi antara teknologi komunikasi, media dan komputer menghasilkan sarana baru yang disebut dengan internet. Sebagai akibat dari perkembangan yang demikian, maka secara lambat laun, teknologi informasi dengan sendirinya juga telah mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Disamping itu, perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial secara signifikan berlangsung demikian cepat. Sehingga dapat dikatakan teknologi informasi saat ini telah menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Dengan terjadinya perbuatan-perbuatan melawan hukum tersebut, maka ruang lingkup hukum harus diperluas untuk menjangkau perbuatan-perbuatan tersebut. 2 Semakin maju dan modern kehidupan masyarakat, maka semakin maju dan modern pula jenis dan modus operansi kejahatan yang terjadi di masyarakat. Hal ini seolah membenarkan suatu adagium, bahwa dimana ada masyarakat disitu ada kejahatan. Faktanya adagium tersebut memang terbukti. Realitas perkembangan kehidupan masyarakat disatu sisi menampakkan potret yang sebenarnya, bahwa setiap tahapan perkembangan yang terjadi ditengah perubahan 2 Ahmad Ramli,2004, Cyber Law dan HAKI- Dalam System Hukum Indonesia, Bandung: Rafika Aditama, halaman 1.

3 sosial bisa diniscayakan diikuti dengan berbagai kenyataan lain yang kurang menyenangkan, sebab realitas yang tidak menyenangkan ini adalah berbentuk perilaku yang menyimpang, dan kejahatan merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang. 3 Dengan internet manusia dapat melakukan aktivitas layaknya kehidupan di dunia nyata (real). Manusia dapat melakukan berbagai aktivitas disana seperti ngobrol, kongkow-kongkow, transaksi bisnis dan lain sebagainya. Internet seakan membentuk suau realitas baru yang menjadikannya realitas baru yang menjadikannya realitas kehidupan manusia terbagi secara dikontomis menjadi real life (kehidupan nyata) dan virtual life (kehidupan maya). Seseorang yang ingin membeli barang tak perlu datang ke tempat penjual untuk melihat barang yang akan dibeli atau orang yang gemar shopping tak perlu susah payah ke mall, tapi cukup didepan komputer yang tersambung dengan jaringan internet, dengan menekan tuts-tuts pada komputer terlihatlah barang yang diinginkan. Selanjutnya bila tertarik dapat dilakukan transaksi dengan memasukkan nomor kartu kredit beserta alamat rumah. Langsung barang dikirim. Sangat mudah. Aktivitas didalam internet dapat menjangkau seluruh belahan bumi dengan melampaui batas negara. Sesuatu yang dalam dunia nyata jauh dihadapan kita, dalam dunia maya dapat kita hadirkan didepan kita. 4 Tetapi dalam aktifitas finansial secara online tersebut masih belum diiringi dengan kesadaran akan keamanan dan privasi di dunia maya. Masih banyak 3 Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime) Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya. Jakarta: Rajawali Press, halaman Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Jakarta: PT Refika Aditama, halaman

4 pengguna yang mengungkap data pribadinya di dunia maya tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Pemanfaatan internet dalam berbagai bidang kehidupan tidak saja membuat segalan sesuatunya menjadi lebih mudah, namun juga melahirkan sejumlah permasalahan termasuk masalah hukum. Salah satu masalah hukum yang muncul adalah masalah yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi (the protection of privacy rights). Sering kali apabila seseorang melakukan transaksi atau pendaftaran di suatu situs di internet, maka ia harus mengirimkan data-data pribadi tertentu. Sering terjadi bahwa pengguna internet tersebut kemudian menerima berbagai junk mail dalam inbox-nya, yang kemungkinan besar bermula dari kebocoran data pribadi yang telah diberikannya tersebut. 5 Pengiriman junk mail merupakan pelanggaran penggunaan data pribadi dalam bentuk yang ringan, karena seringkali data pribadi itu digunakan untuk tindak kriminal lain yang lebih berat, seperti pembobolan rekening, pemerasan, bahkan penipuan yang menggunakan data pribadi orang lain. Kejahatan pada dasarnya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, tidak ada kejahatan tanpa masyarakat atau seperti ucapan Lacassagne bahwa masyarakat mempunyai penjahat sesuai dengan jasanya. Betapapun kita mengetahui banyak tentang faktor kejahatan yang ada dalam masyarakat, namun yang pasti adalah bahwa kejahatan merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang perkembangannya terus sejajar dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. 5 Asril Sitompul, 2001, Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Di Cyberspace, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, halaman 25.

5 Sudah banyak terjadi kasus pembobolan data pribadi. Contohnya sekelompok hacker membobol jaringan playstation Sony apa tahun 2011 dan mencuri data lebih dari 77 juta account. Serangan ini dipercaya terbesar dalam sejarah Internet yang menyebabkan Sony menutup Playstation Network. Akibat pembobolan itu, perusahaan memperkirakan bakal kehilangan keuntungan hingga Rp 1,45 trilun 6. Ancaman penyalahgunaan data pribadi di Indonesia menjadi kian mengemuka terutama sejak pemerintah menggulirkan program KTP elektronik (e- KTP) yang merupakan program perekaman data pribadi oleh pemerintah. Program e-ktp pertama kali diluncurkan pada awal tahun 2011, yang merupakan implementasi dari program Nomor Indu Kependudukan (NIK). Program ini menghendaki identitas tunggal setiap penduduk, yang berlaku seumur hidup, satu kartu untuk setiap penduduk, yang di dalamnya terdapat NIK. Selanjutnya perekaman data penduduk dilakukan pemerintah dalam rangka pelaksanaan program ini. Seluruh informasi pribadi warga negara direkam, termasuk identitas dan ciri-ciri fisiknya. Khusus perekaman ciri-ciri fisik, dilakukan dengan pemindaian terhadap sidik jari dan retina mata, yang akan digunakan untuk validasi biometrik pemegang KTP. Menurut informasi Kemendagri, hasil dari perekaman data tersebut kemudian akan ditanam di dalam KTP, dengan terlebih dahulu dienkripsi menggunakan algoritma kriptografi tertentu. Data pribadi yang 6 Tempo, Jaringan Sony Dibobol Lagi, Jutaan Data Dicuri, diakses 6 Oktober 2016.

6 terekam dalam e-ktp rawan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, terutama apabila pengamanannya kurang. 7 Dan masih banyak pula kasus-kasus lain yang tidak terekspos di media. Salah satunya pernah terjadi kasus penipuan dengan menggunakan identitas orang lain sebagai jaminan dalam transaksi tersebut. Kronologis kasus tersebut ada sebuah online shop yang yang mencuri foto ktp seseorang yang di upload di media sosial instagram, dia menggunakan KTP sebagai jaminan identitas dirinya pada saat melakukan penipuan. Secara tidak langsung juga ini merupakan pencemaran nama baik terhadap pemilik asli KTP tersebut. Mengingat pentingnya perlindungan privasi warga negara, sebagai bagian dari hak asasi manusia, tentu mendesak bagi pemerintah dan DPR untuk segera merealisasikan peraturan yang khusus melindungi privasi seseorang, termasuk data pribadi dan penggunaannya. Pertimbangan lain adalah kian bertambahnya pengguna internet di Indonesia, yang akan sangat berkorelasi dengan makin mudahnya penyalahgunaan data pribadi seseorang, karena makin mudahnya data pribadi seseorang terpapar melalui internet. Menurut data Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sudah mencapi 63 juta pada Berkaitan dengan hal itu, perlu diperhatikan sisi keamanan dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Peran negara untuk melindungi privasi warganya menjadi sangat dibutuhkan, apalagi dengan minimnya kesadaran 7 Wahyudi Djafar, Kita Perlu UU Perlindungan Data Pribad, diakses tanggal 8 Oktober 2016.

7 masyarakat tentang arti penting melindungi privasi. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Dan selanjutnya akan dijadikan suatu karya ilmiah dalam bentuk proposal dengan judul Analisis Kebutuhan Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi di Internet (Studi di Polres Malang Kota). B. Rumusan masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perlindungan data pribadi dari akses dan intervensi ilegal di internet? 2. Bagaimana tindakan aparat penegak hukum (Polres Malang Kota) dalam menangani kasus pembobolan data pribadi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan mengenai data pribadi yang ada di internet dari akses intervensi ilegal. 2. Untuk mengetahui bagaimana tindakan aparat penegak hukum dalam menangani kasus-kasus pembobolan data pribadi di internet. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah dan memperluas pengetahuan mengenai perlindungan data pribadi yang ada diinternet dan bagaimana pengaturannya di Indonesia.

8 b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang 2. Manfaat Praktis Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai bentuk perlindungan data pribadi yang ada di internet, sebagai referensi bagi mahasiswa dan masyarakat. E. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam rangka menunjang pengembangan ilmu bagi penulis pada khususnya, mahasiswa fakultas hukum dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat mengenai perlindungan data pribadi. Pada umumnya hampir semua orang mempunyai akun yang berisikan data pribadi namun tidak mengetahui bagaimana bentuk perlindungan terhadap data pribadi tersebut. 3. Bagi Aparat Penegak Hukum Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi aparat penegak hukum khususnya aparat Kepolisisan agar dapat menindaklanjuti secara tepat apabila terjadi kasus pembobolan data pribadi di internet. F. Kerangka Teori 1. Cybercrime a. Pengertian

9 Cybercrime adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer ataujaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. 8 Cybercrime meliputi semua tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi itu sendiri, serta sistem komunikasi yang merupakan sarana untuk penyampaian/pertukaran informasi kepada pihak lainnya. 9 b. Karakterisrik 1) Perbuatan dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etis tersebut terjadi dalam ruang/wilayah siber/cyber(cyberspace), sehingga tidak dapat dipastikan yurisdiksi negara mana yang berlaku terhadapnya. 2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang terhubung dengan internet. 3) Perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian materiil maupun immateril (waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasiaan informasi) yang cenderung lebih besar dibandingkan kejahatan konvensional. 4) Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta applikasinya. 5) Perbuatan tersebut sering dilakukan secara transnasional/melintasi batas negara Data Pribadi Bila hendak didefinisikan, maka yang dimaksud dengan data pribadi adalah data yang berupa identitas, kode, simbol, huruf atau angka penanda 8 diakses tanggal 24 Oktober Didik M Arief Mansur dan Elisataris Ghultom, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: Refika Aditama, halaman Op.Cit, Abdul Wahid dan M. Labib, halaman 3.

10 personal seseorang yang bersifat pribadi. Pembahasan dalam tulisan ini dibatasi pada data pribadi yang berkaitan langsung dengan data elektronik. Istilah perlindungan data pertama kali digunakan di Jerman dan Swedia pada tahun an yang mengatur perlindungan data pribadi melalui undang-undang. Alasan dibuatnya perlindungan karena pada waktu itu mulai dipergunakan komputer sebagai alat untuk menyimpan data penduduk terutama untuk keperluan sensus penduduk. Ternyata dalam prakteknya, telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Karena itu agar penggunaan data pribadi tidak disalahgunakan maka diperlukan pengaturan. 11 Pasal 84 UU Adminduk menjelaskan data pribadi penduduk yang harus dilindungi meliputi: a. nomor KK (Kartu Keluarga); b. NIK (Nomor Induk Kependudukan); c. tanggal/bulan/tahun lahir; d. keterangan tentang kecacatan fisik dan/atau mental; e. NIK ibu kandung; f. NIK ayah; dan g. beberapa isi catatan Peristiwa Penting. 12 Terkait hal tersebut dapat simpulkan bahwa setiap informasi pribadi yang berisi nomor KK, NIK (nomor KTP), tanggal/bulan/tahun lahir, keterangan 11 Shinta Dewi, 2009, CyberLaw: Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E- CommerceMenurut Hukum Internasional, Bandung: Widya Padjajaran, halaman Undang Undang No 24 Tahun 2013.

11 tentang kecacatan fisik dan/atau mental, NIK ibu kandung, NIK ayah, dan beberapa isi catatan Peristiwa Pentingyang ada dalam internet sebagaimana pasal 84 UU Adminduk merupakan bagian dari sebuah data pribadi yang wajib dilindungi. Tiap-tiap negara menggunakan peristilahan yang berbeda antara informasi pribadi dan data pribadi. Akan tetapi secara substantif kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama sehingga kedua istilah tersebut sering digunakan bergantian. Amerika Serikat, Kanada, dan Australian menggunakan istilah informasi pribadi sedangkan negara-negara Uni Eropa dan Indonesia sendiri dalam UU ITE menggunakan istilah data pribadi. 13 Pada berbagai negara maju, digunakan juga istilah privacy/privasi sebagai hak yang haru dilindungi, yaitu hak seseorang untuk tidak diganggu kehidupan pribadinya. Konsep privasi untuk pertam kalinya dikembangkan oleh Warren dan Brandheis yang menulis sebuah artikel di dalam jurnal ilmia Sekolah Hukum Universitas Harvard yang berjudul The Right to Privacy atau hak untuk tidak diganggu. Dalam jurnal tersebut menurut Warren dan Brandheis dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi maka timbul suatu kesadaran masyarakat bahwa telah lahir suatu kesadaran bahwa ada hak seseorang untuk menikmati hidup. Hak untuk menikmati hidup tersebut diartikan sebagai hak seseorang untuk tidak diganggu kehidupan pribadinya baik oleh orang lain, atau oleh negera. Oleh karena itu hukum harus mengakui dan melindungi hak privasi tersebut. 14 Privasi 13 Op.cit, Shinta Dewi, halaman Ibid. hal 10

12 merupakan suatu konsep yang sangat sulit untuk didefinisikan karena setiap orang akan memberi batasan yang berbeda tergantung dari sisi mana orang akan menilainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, privasi berarti bebas, kebebasan atau keleluasaan. Hak atas privasi ini juga dimuat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) / Universal Declaration of Human Rights (UDHR) pasal 12, yang menyatakan: Tidak seorangpun boleh diganggu secara sewenangwenang dalam urusan pribadi, keluarga, rumah tangga atau hubungan suratmenyuratnya, juga tidak boleh dilakukan serangan terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap orang berhak mendapat perlindungan hukum terhadap gangguan atau penyerangan seperti itu 3. Teknik Phising Untuk Mendapatkan Identitas Diri Phising atau Identity theft adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, PIN, nomor rekening, nomor kartu kredit secara tidak sah melalui palsu kepada seseorang atau suatu perusahaan atau suatu organisasi dengan menyatakan bahwa pengirim adalah suatu entitas bisnis yang sah. 15 Aksi ini semakin marak terjadi. Tercatat secara global, jumlah penipuan bermodus phising selama Januari 2005 melonjak 42% dari bulan sebelumnya. Anti-Phishing Working Group (APWG) dalam laporan bulanannya, mencatat ada baru dan unik serta situs palsu yang digunakan sebagai sarana phishing Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Jakarta: Grafiti halaman Sharon Gaudin, Online Phising Scams Exploding, itmanagement.earth.com, diakses tanggal 24 Oktober 2016.

13 Selama tahun 2014 Anti-Phishing Working Group (APWG) dalam laporannya, mencatat ada baru dan unik serta situs palsu yang digunakan sebagai sarana phishing dan diketahui situs palsu diyakini dibuat oleh phiser.4 Selain terjadi peningkatan kuantitas, kualitas seranganpun juga mengalami kenaikan. Artinya, situs-situs palsu itu ditempatkan pada server yang tidak menggunakan protokol standar sehingga terhindar dari pendeteksian. Teknik ini bisa saja dilakukan melalui vuln xss dengan membuat halaman fake login atau login palsu. 17 G. Metode Penetilian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis ialah metode pendekatan yuridis sosiologis, yakni melihat hukum sebagai perilaku dalam masyarakat. Dalam penulisan hukum ini penulis melakukan penelitian menengai perlindungan hukum terhadap data pribadi di internet. 2. Lokasi Penelitian Penulis akan mengambil lokasi penelitian di Kepolisian Resor Malang Kota yang berlokasi di jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19 Malang.. Lokasi ini dipilih karena pihak terkait yang menindak lanjuti apabila terjadi kasus-kasus pembobolan data pribadi di internet. 3. Jenis Data a. Data Primer adalah jenis data dokumen tertulis, file, rekaman, informasi, pendapat, dan lain-lain yang diperoleh dari sumber yang utama atau pertama. Dalam pengumpulan jenis data primer ini bisa dilakukan dengan langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan 17 antiphising.org, diakses tanggal 24 Oktober 2016.

14 wawancara dengan salah satu petugas polisi di Kepolisian Resor Malang Kota. b. Data Sekunder adalah dokumen berupa data valid yang bisa diperoleh dari literatur buku-buku sebagai penunjang dalam penulisan penelitian hukum yang diteliti, bentuk skripsi dari penelitian orang lain, jurnal ilmiah maupun perundang-undangan yang berlaku. c. Data tersier adalah jenis data mengenai pengertian baku, istilah baku yang diperoleh dari ensiklopedi, kamus, glossary, dan lain-lain. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah penulis akan melakukan pencarian data secara langsung dilokasi penelitian untuk menemukan data-data yang terkair dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. b. Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab kepada pihak pihak terkait yaitu petugas Kepolisian Resor Malang Kota. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan bahan dari Kepolisian Resor Malang Kota berupa catatan kasus yang terjadi di kota Malang seperti foto, gambar untuk mempermudah dalam memberi informasi pada saat penulisan penelitian. d. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan yang digunakan oleh penulis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang terdapat dalam buku-buku, literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, penelitian sebelumnya serta media massa maupun media elektronik yang terkait dengan penelitian. e. Studi Internet

15 Studi Internet yaitu penulis melakukan penelitian dengan cara pencarian bahan-bahan yang terdapat diberbagai website resmi yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini. 5. Metode Analisa Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan Teknik Analisa Data Secara Deskriptif Kualitatif. Dimana mengangkat fenomena yang terjadi dimasyarakat melalui penggalian kasus-kasus konkrit dan keadaan hukum dilapangan yang terfokus pada pengkajian terhadap pemikiran, makna dan cara pandang yang baik masyarakat, ahli hukum ataupun dalam hal ini penulis sendiri terkait gejala yang menjadi objek penelitian sehingga diperoleh suatu kesimpulan. 18 H. Rencana Jadwal Penelitian N O Nama Kegiatan Waktu Pelaksanaan X XI XII I II 1 Pengajuan Out Line XX 2 Pengajuan Proposal XX 3 Seminar Proposal X 4 Revisi Proposal XX 5 Proses Ijin Penelitian XXX 6 Penelitian XXXX XXX 7 Analisis Data XXXX XXX 8 Penulisan Laporan XX XXXX XXXX 9 Ujian I. Rencana Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 18 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, halaman 57.

16 Dalambab ini memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab II ini menguraikan secara jelas dan lebih dalam mengenai teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan judul penulisan. Teori ini bisa didapat dari studi kepustakaan dan studi internet untuk memudahkan dalam mengerjakan penulisan hukum. BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menguraikan permasalahan yang ada dalam penulisan penelitian hukum ini. Menguraika hasil penelitian pembahasan dan wawancara mengenari pembobolan data pribadi di internet. BAB IV PENUTUP Dalam bab IV ini memberikan kesimpulan seluruh dari pembahasan yang menjadi permasalahan dalam penelitian serta memberikan saran yang membangun dari permasalahan yang diangkat dan ditelti. Buku : DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), Jakarta: PT Refika Aditama. Agus Rahardjo, 2002, Cybercrime-Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Bandung: Citra Aditya Bakti. Ahmad Ramli,2004, Cyber Law dan HAKI- Dalam System Hukum Indonesia, Bandung: Rafika Aditama. Asril Sitompul, 2001, Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Di Cyberspace, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

17 Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime) Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya. Jakarta: Rajawali Press. Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta. Didik M Arief Mansur dan Elisataris Ghultom, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: Refika Aditama. Shinta Dewi, 2009, CyberLaw: Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E-Commerce Menurut Hukum Internasional, Bandung: Widya Padjajaran. Sutan Remy Syahdeini, 2009, Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Jakarta: Grafiti. Internet antiphising.org, diakses tanggal 24 Oktober diakses tanggal 24 Oktober Sharon Gaudin, Online Phising Scams Exploding, itmanagement.earth.com, diakses tanggal 24 Oktober Tempo, Jaringan Sony Dibobol Lagi, Jutaan Data Dicuri, diakses 6 Oktober Wahyudi Djafar, Kita Perlu UU Perlindungan Data Pribad, diakses tanggal 8 Oktober 2016.

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN MEMPEROLEH DATA IDENTITAS DIRI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PHISING Oleh I Gede Arya Utamayasa Ida Bagus Surya Dharma Jaya I Gusti Ayu Dike Widhiyaastuti Bagian Hukum Pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan industri yang merupakan hasil dari budaya manusia membawa dampak positif, dalam arti teknologi dapat di daya gunakan untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) A. Pengertian Cyber Crime Membahas masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) telah membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia di seluruh dunia. Dengan kemampuan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini BAB III PENUTUP Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini penulis mencoba menyimpulkan hasil penulisan sesuai dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi perkembangan dan kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling menonjol adalah dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing. Apa itu phishing? Bagaimana phishing dilakukan?

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing. Apa itu phishing? Bagaimana phishing dilakukan? Waspadai Penipuan Bermodus Phishing Hati-hati jika Anda akan mereply e-mail yang meminta informasi tentang rekening Anda, seperti User ID, PIN, nomor rekening/nomor kartu ATM, atau pemberitahuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan adanya perkembangan di seluruh aspek kehidupan yaitu ekonomi, budaya, hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar-Belakang Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN SOFTWARE SEBAGAI SARANA KEJAHATAN CYBERPORN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SKRIPSI Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS

INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS Chapter 5 Management Information Systems, 10th Edition, Raymond McLeod,Jr, George P. Schell, Pearson Education Pokok Bahasan Hubungan SI dengan isu-isu etika dan sosial

Lebih terperinci

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. Ketentuan Umum :berisi hal yang berkait dengan ITE II. Yurisdiksi Pengaturan teknologi informasi yang diterapkan oleh suatu negara berlaku untuk

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK I. UMUM Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki beragam hak sejak ia dilahirkan hidup. Hak yang melekat pada manusia sejak kelahirannya ini disebut

Lebih terperinci

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing

Waspadai Penipuan Bermodus Phishing Waspadai Penipuan Bermodus Phishing Apa itu phishing? Phishing adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, PIN, nomor rekening bank, nomor kartu kredit Anda secara tidak sah dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya. Beragam agama, ras, suku bangsa, dan berbagai golongan membaur menjadi satu dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi*) Kelompok Kerja e-security, suatu unit aktivitas di dalam wadah Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pacific (APEC) kembali menggelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di Dunia sangat dirasakan manfaatnya dalam berbagai sektor Industri, Perbankan maupun Usaha Kecil-Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi.fenomena kecepatan perkembangan teknologi informasi ini telah merebak di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda dengan masa awal kehadirannya. Era globalisasi telah menempatkan peranan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. Dunia maya (cyberspace) adalah media yang tidak mengenal batas, baik batas-batas

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang sering dihasilkan oleh kemajuan teknologi, tentu mempunyai berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek penyalahgunaannya. Dari

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. menawarkan produk salah satu caranya dengan media SMS atau. menawarkan produk bank secara masal atau broadcast message,

BAB III PENUTUP. menawarkan produk salah satu caranya dengan media SMS atau. menawarkan produk bank secara masal atau broadcast message, 60 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan teknologi dewasa ini memberikan begitu banyak pilihan khususnya bagi bank dalam hal menawarkan produknya. Bank menawarkan produk salah satu caranya dengan

Lebih terperinci

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan jawaban atas permasalahan yang diajukan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: 1. Upaya-upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang didalamnya terdapat berbagai hubungan dari sebuah masyarakat tertentu yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam Perspektif Hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya upaya yang dilakukan dalam pembuktian

Lebih terperinci

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank

BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET. A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MEDIA INTERNET A. Pihak-Pihak yang Terkait dalam Kasus Pencurian Dana Nasabah Bank melalui Internet Kecanggihan teknologi komputer telah memberikan kemudahankemudahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek hukum yang berlaku. Kemajuan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan, seperti juga lembaga perasuransian, dana pensiun, dan pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan yang menjembatani antara pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Tema : Kejahatan Multimedia di Media Sosial @HOM Platinum Hotel Yogyakarta, 17 Nopember 2015 Dr. Mochamad Wahyudi, MM, M.Kom, M.Pd, CEH, CHFI wahyudi@bsi.ac.id

Lebih terperinci

oleh perdagangan secara konvensional. 1

oleh perdagangan secara konvensional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Dalam hal ini setiap individu memiliki hak dan kemampuan untuk

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PENCURIAN INFORMASI PRIBADI MELALUI DUNIA CYBER DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE) Oleh: R.Caesalino Wahyu

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL Dosen : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom Oleh : Nama : Achmad Syauqi NIM : 15917101 MAGISTER

Lebih terperinci

STUDI KASUS. Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime)

STUDI KASUS. Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime) Bram Ratya Setiadi Offering I : 120413423791 STUDI KASUS Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime) Kasus: Penipuan Yang Pernah Terjadi Di Indonesia Menggunakan Media Komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi itu pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan di muka bumi.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh : Ni Gusti Ayu Putu Nitayanti Ni Made Ari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu dibentuknya undang-undang

Lebih terperinci

CYBER LAW & CYBER CRIME

CYBER LAW & CYBER CRIME CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, hampir seluruh negara di dunia dapat mengakses internet. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses yang sangat mudah untuk menggunakan internet.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer.

I. PENDAHULUAN. (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk inovasi teknologi telekomunikasi adalah internet (interconnection networking), yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Internet adalah seluruh jaringan

Lebih terperinci

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Cyber crime adalah sebuah bentuk kriminal yang mana menggunakan internet dan komputer sebagai alat atau cara untuk melakukan tindakan kriminal. Masalah yang berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, telah membawa berbagai dampak dan perubahan dalam kehidupan manusia. Globalisasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi tercapainya suatu keadilan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum perlindungan konsumen selalu berhubungan dan berinteraksi dengan berbagai bidang dan cabang hukum lain, karena pada tiap bidang dan cabang hukum itu senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi informasi. Fenomena kecepatan perkembangan teknologi ini telah merebak di seluruh belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke 21 perkembangan dunia terasa semakin pesat. Internet merupakan suatu jaringan komunikasi digital dan merupakan jaringan komputer terbesar yang menghubungkan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dapat dikatakan sebagai lokomotif yang dipergunakan dalam proses globalisasi di berbagai aspek kehidupan. 1 Dengan adanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah pesat, berbagai macam alat elektronik bermunculan dari berbagai merk, model dan keunggulan. Bila mengkaji tentang

Lebih terperinci

Kejahatan Mayantara (Cybercrime)

Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Kejahatan Mayantara (Cybercrime) Dalam era globalisasi memberikan pengaruh thd perkembangan teknologi informasi, shg telah memberikan pengaruh thd terjadinya berbagai bentuk kejahatan yg sifatnya modern

Lebih terperinci

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE Pertemuan 5 Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE 4. Celah Hukum Cybercrime I. Cyberlaw Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Seringkali masalah keamanan berada di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang

Bab 1 PENDAHULUAN. Seringkali masalah keamanan berada di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keamanan merupakan salah satu aspek penting dari sebuah sistem informasi. Seringkali masalah keamanan berada di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian. pembuktian terhadap perkara dibidang cybercrime tidak

BAB III PENUTUP. 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian. pembuktian terhadap perkara dibidang cybercrime tidak BAB III PENUTUP A. Kesimpulan berikut : Berdasarkan uarian pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian Asas legalitas dalam hukum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh: Dr Jamal Wiwoho, Dr I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani 4/30/2012 model pengaturan ITE www.jamalwiwoho.com 1 Saat ini telah lahir suatu rezim hukum

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Domain Name Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Perlindungan Hukum Domain Name Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Perlindungan Hukum Domain Name Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Dan 2001 1) Anik Tri Haryani 1) Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun Abstract Information and communication

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan tetapi merupakan masalah lama yang baru banyak muncul pada saat sekarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, mengatakan bahwa Teknologi Informasi semakin dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dan

Lebih terperinci

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN ANALISIS DAN IMPLIKASI YURIDIS TINDAK PIDANA MENYEBARKAN BERITA BOHONG DAN MENYESATKAN BERDASARKAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA

HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA 1. Bagaimanakah proses pemeriksaan kasus yang dilakukan polisi setelah adanya pengaduan dari masyarakat? Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet berkembang demikian pesat sebagai kultur masyarakat modern, dikatakan sebagai kultur karena melalui internet berbagai aktifitas masyarakat cyber seperti

Lebih terperinci

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS ABSTRAK Oleh I Made Agus Windara AA. Ketut Sukranatha Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Seperti yang kita

Lebih terperinci

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime

cybercrime Kriminalitas dunia maya ( cybercrime cybercrime Kriminalitas dunia maya (cybercrime) atau kriminalitas di internet adalah tindakan pidana kriminal yang dilakukan pada teknologi internet (cyberspace), baik yang menyerang fasilitas umum di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer

I. PENDAHULUAN. hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) belum mengatur hubunganhubungan hukum tentang kejahatan yang berkaitan dengan komputer ( computer crime) yang kemudian berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam konteks itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum berfungsi untuk mengatur seluruh

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanggulangi tindak penipuan perdagangan online dapat dikemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. dan akan menghasilkan sesuatu dari rangkaian tersebut. Misalnya. rangkaian radio menghasilkan suara, handphone menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Barang elektronik merupakan barang yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Barang elektronik merupakan suatu rangkaian dari berbagai komponen yang bisa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap

III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (normative legal research) 63 yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara demokrasi tuntutan masyarakat terhadap keterbukaan informasi semakin besar. Pada masa sekarang kemajuan teknologi informasi, media elektronika dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke 21 ini dunia semakin penuh dengan peradaban teknologi yang semakin maju. Globalisasi yang tak terelakan menjadikan tidak ada lagi sekat antar daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak konsumen, karena lebih mempunyai banyak pilihan dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pihak konsumen, karena lebih mempunyai banyak pilihan dalam mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan kegiatan perdagangan di masyarakat sekarang ini telah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi melalui

Lebih terperinci

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing

Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing Teknik-teknik Kriptografi untuk Menangkal Praktek Phishing Imam Habibi, Keeghi Renandy, Yohanes Seandy Sunjoko Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail

Lebih terperinci

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 The World We Are Facing Today A Borderless,

Lebih terperinci

BAB IPENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum. Lebih lanjut pada Pasal 28 D ayat (1) menyatakan : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

BAB IPENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum. Lebih lanjut pada Pasal 28 D ayat (1) menyatakan : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (3) menyatakan : Negara Indonesia adalah negara hukum. Lebih lanjut pada Pasal 28 D ayat (1) menyatakan : Setiap orang berhak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyarakat. Internat dapat menjadi sarana informasi,

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyarakat. Internat dapat menjadi sarana informasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Internet pada saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat familiar bagi semua kalangan masyarakat. Internat dapat menjadi sarana informasi, komunikasi, serta

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada. terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada. terhadap penentuan status pribadi dan status hukum setiap peristiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya berkewajiban untuk memberikan

Lebih terperinci

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup BAB IV ANALISIS TERH}ADAP CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Analisis Cara Melakukan Kejahatan

Lebih terperinci

Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena aktual yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III TINDAKAN PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET. Kemajuan teknologi sangat potensial terhadap munculnya berbagai

BAB III TINDAKAN PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET. Kemajuan teknologi sangat potensial terhadap munculnya berbagai BAB III TINDAKAN PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET A. Situs Jejaring Sosial Kemajuan teknologi sangat potensial terhadap munculnya berbagai bentuk tindak pidana, internet

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat maka interaksi tersebut akan memiliki dampak yang positif.

BAB V PENUTUP. masyarakat maka interaksi tersebut akan memiliki dampak yang positif. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Permainan judi online yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan hasil dari sebuah interaksi sosial yang terjadi diantara mereka. Intensitas kebersamaan antar sesama mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, hal ini diatur tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara hukum asas taat dan hormat

Lebih terperinci