PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA TELAAH PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS DAN PRINSIP MENCARI PASANGAN DALAM BUDDHIS BIDANG KEGIATAN PKM-GAGASAN TERTULIS Disusun Oleh: Nama : Arif Cahyono ( /2013) SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI (STABN) RADEN WIJAYA WONOGIRI JAWA TENGAH 2016 i

2 ii

3 RINGKASAN Perkembangan ilmu dan teknologi di era modern menjadikan informasi lebih mudah diakses masyarakat. Salah satu dampak negatif teknologi adalah kemudahan dalam mengakses informasi tentang pornografi. Konten pornografi mengakibatkan sebagian anak terpengaruh dan terdorong berbuat asusila. Hal ini terbukti dari berbagai kasus seks pranikah, kehamilan diluar nikah, kekerasan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga serta tingginya tingkat perceraian yang diterbitkan melalui media cetak maupun media elektronik. Peran orang tua penting dalam mengatasi permasalahan seks pranikah menarik untuk di teliti dengan tujuan meminimalisir tindakan seks pranikah pada anak. Menurut Crooks dan Carla (dalam Daryanto,2009:30) mendiskripsikan seks pranikah sebagai hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang terjadi sebelum ada ikatan resmi (pernikahan). Orang tua juga perlu membantu anak menemukan pasangan hidup yang baik. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah kajian pustaka (library research) yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari bahan pustaka, literatur yang relevan, jurnal, dan statistik yang diberikan secara berskala dan semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian kajian pustaka (Gulo, 2002:123) Perilaku seks pranikah harus diminimalisir karena seks pranikah mempunyai dampak negatif dari fisik maupun dampak dari lingkungan masyarakat. Kerugian jasmani pelaku seks dapat berupa kemunculan berbagai penyakit menular seksual hingga kehamilan. Dampak negatif dari lainnya dapat berupa sanksi, hukum adat maupun hukum negara serta dikucilkan dalam lingkungan masyarakat.orang tua diharapkan tidak lagi berpikir bahwa seks merupakan topik yang tabu untuk dibahas.orang tua harus memiliki wawasan seks sehingga dapat memberikan pendidikan seks. Pendidikan dilakukan dengan mempertimbangkan penggunaan kata, kondisi psikis, tempat dan waktu yang tepat sesuai usia anak. Energi anak dapat diarahkan pada minat dan bakat anak agar anak menjadi sibuk pada hobi positif. Selain itu orang tua membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik serta memberikan keteladanan dalam kebijaksanaan dan moralitas. Kotbah Buddha dalam Sigalovada Sutta (DN.III.31)dapat menjadi pedoman orang tua dalam membantu anak menemukan pasangan hidup. Konsep mencari pasangan sesuai dengan kotbah Buddha (AN.II.60) bertujuan untuk mengarahkan anak mencari pasangan yang idealsehingga mampu menjalani kehidupan perumah tangga dengan harmonis dan Hitha Sukhaya.Anak perlu dilatih untuk memperkenalkan teman dekatnya. Orang tua wajib menjalin komuninikasi baik dengan anak. Orang tua perlu mengarahkan anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan aktif dalam organisasi Buddhis agar berkesempatan mendapatkan teman yang setara dalam keyakinan, moral, kedermawanan dan kebijaksanaan. Orang tua diharapkan mendidik anak menjadi baik terlebih dahulu agar pantas menjadi pasangan yang baik. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan pengetahuan agar anak memiliki kebijaksanaan dalam melakukan setiap perbuatan dan konsekuensinya sehingga anak menjadi bijaksana, berbudi luhur, bermoral menghindari perbuatan buruk seperti seks pra nikah serta memahami kriteria pasangan yang baik. Kata Kunci : perang, orang tua, Seks, Pranikah, Pasangan, Buddha. iii

4 PENDAHULUAN Kemajuan teknologi dan informasi memberikan kemudahan bagi berbagai kalangan. Informasi yang diperoleh di era ini sebagaian besar berasal dari media elektronik. Kalangan anak pada usia remaja remaja sangat familiar dengan media elektronik karena terdapat berbagai faktor yang mendukung. Beberapa hal yang mengondisikan informasi mudah diakses antara lain; penggunaan smartphone, pertemanan di akun media sosial, jaringan internet ekstra cepat dan kemudahan mendapatkan fasilitas wifi, sarana dan prasarana lainnya. Berbagai informasi muncul dengan mudah tanpa mendapatkan filter. Kebebasan mengakses internet memungkinkan anak masa kini menjelajah situs-situs porno tanpa pengawasan. Berawal situs porno lalu kemudian muncul rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu anak apabila tidak disertai dengan pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup maka akan mengakibatkan anak terdorong untuk melakukan seks pranikah. Hal ini tergambar dari dokumen Dinas Kesehatan DIY 2015 yang mencatat ada remaja yang melakukan persalinan, dari jumlah itu 976 diantaranya hamil di luar nikah baik itu pelajar maupun pemuda-pemudi biasa (mstaqim,2016). Sebagian besar dari anak tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Naluri seks pada masa perkembangan remaja menjadi sorotan utama dalam dalam berbagai media sosial. Hal tersebut dikarenakan pada masa remaja mengalami kematangan alat reproduksi. Pada masa tersebut anak perlu mendapatkan bimbingan yang tepat dari orang tua maupun lembaga sekolah, masyarakat dan tokoh Agama. Bimbingan yang tepat akan membantu anak terhindar dari perilaku seks pranikah. Kewajiban orang tua dalam Agama Buddha tertuang dalam Sigalovada Sutta yang terdiri dari lima kewajiban, yaitu: Mencegah anak berbuat jahat, menganjurkan anak berbuat baik, memberikan pendidikan profesional kepada anak, mencarikan pasangan yang sesuai untuk anak dan menyerahkan harta warisan kepada anak pada saat yang tepat (DN.III.31). Berdasarkan kotbah Buddha dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban terhadap anak dengan selalu mengarahkan atau mendidik anak dengan baik. 1

5 Orang tua berkewajiban menuntun anak agar mampu memilik pergaulan yang tepat. Kelemahan orang tua dalam memberikan pengawasan kepada anak mengakibatkan anak salah pergaulan. Pergaulan yang salah menyebabkan prilaku yang tidak baik. Salah satu efek terjadi di lingkungan anak Indonesia adalah kehilangan masa belajar akibat melakukan seks pranikah. Dampak seks pranikah bagi pelaku adalah dikucilkan, putus sekolah, pada perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Selain itu tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut karena tindakan tersebut adalah tindakan yang tidak bermoral (Darmasih. 2009:20). Seks pranikah apabila dilakukan dengan terus menerus pasti akan membawa dampak buruk pada kesehatan. Resiko-resiko yang menyangkut kesehatan bagi para pelaku hubungan seksual dini meliputi trauma seksual, meningkatnya pertumbuhan kanker servix (leher rahim), terkena penyakit menular seksual dan juga kehamilan di usia muda (Atar.2004:9). Perilaku seks pranikah di kalangan anak harus dihindari karena berdampak pada kehidupan sosial maupun kesehatan. Seks pranikah dalam pandangan Agama Buddha tidak dibenarkan, tindakan tersebut bertentangan dengan Pancasila Buddhis sila ketiga yang berbunyi : Kāmesumicchācārā veramaṇī sikkhā-padaṁ samādiyāmi. Kalimat tersebut merupakan tekad melatih diri menghindari perbuatan atau tidak melakukan asusila atau tidak bermoral. Kāmesumicchācārā terdiri dari kata Kama, miccha, dan cara. Kata miccha berarti salah atau menyimpang dan cara berarti pelaksanaan sedangkan kamesu merupakan bentuk jamak dari kata kama berarti nafsu. Jadi Kāmesumicchācārā berarti pemuasan nafsu indriawi nafsu indriawi yang menyimpang atau memuaskan nafsu indria secara salah. Pelanggaran Pancasila Buddhis sila ketiga tersebut disimpulkan bahwa melakukan hubungan seks pranikah atau hubungan kelamin tidak diperbolehkan. Terdapat empat hal dikatakan melanggar sila ketiga: 1) Orang yang tidak patut di setubuhi ( Agamantavatthu ) 1. Mempunyai niat untuk menyetubuhi orang tersebut (tasmim sevacittam ) 2. Melakukan usaha untuk menyetubuhi ( sevanappayoga ) 3. Berhasil menyetubuhi (maggena maggapatipatti adhivasenam) Yang dimaksud dengan berhasil menyetubuh adalah berhasil memasukan alat kelaminnya ke dalam salah satu dari lubang vagina, dubur dan mulut walaupun sedalam biji wijen (Rashid,1997:33-34). 2

6 Kewajiban lain yang penting bagi orang tua adalah mencarikan pasangan yang sesuai untuk anak. Hal ini juga tidak boleh diabaikan oleh orang tua, pemberian materi-materi tentang mencari pasangan yang tepat bagi anak sangatlah penting agar anak kelak dapat membangun keluarga yang harmonis. Dewasa ini sering ditemui beberapa kasus kekerasan dalam rumah tangga. Salah satu kasus yang dimuat dalam metro.sindonews.com yang menjelaskan bahwa kekerasan rumah tangga di Depok dengan tersangka bernama Alex yang tega menganiaya istrinya lantaran istri tidak mau membuat kopi. Berdasarkan pengakuan tersangka, motif lain penganiayaan disebabkan Alex melihat SMS dari HP istrinya yang bermesraan dengan orang lain, sehingga Alex semakin murka dan menghaniaya istrinya. Itulah salah satu contoh dari kurang harmonisnya suatu keluarga dalam lingkungan masyarakat (Purnama, 2016). Muliawan (2013) melakukan riset di Pontianak dan mengungkap bahwa pernikahan diusia muda sangat berpengaruh pada tingginya tingkat penceraian. Perkawinan yang terlalu muda mengakibatkan peningkatan kasus perceraian. Perceraian banyak terjadi karena perselisihan dan ketidakharmonisan salah satunya di sebabkan karena faktor psikologis yang masih labil sehingga perlu adanya persiapan mental dan jasmani bagi kedua mempelai. Berdasarkan beberapa kasus yang terjadi di masyarakat, maka orang tua perlu berperan aktif mentransformasi pengetahuan seks sesuai usia anak dengan tujuan anak terhindar dari perilaku seks pranikah. Selain itu orang tua perlu membekali anak dengan spiritualitas. Orang tua juga perlu mengarahkan anak untuk menemukan pasangan yang ideal. Pasangan yang ideal akan mendukung rumah tangga yang harmonis dan bahagia dalam kehidupan berumah tangga. 3

7 GAGASAN Hubungan seks pranikah sebagai suatu fenomena yang disoroti oleh masyarakat merupakan efek dari pergaulan bebas di kalangan anak. Anak memiliki naluri untuk mengikuti perkembangan jaman tanpa berpikir realistis berkaitan seks sehingga mengesampingkan norma dalam bermasyarakat. Dalam hal ini orang tua perlu memberikan pengetahuan dan juga wawasan tentang seks. Wawasan seks kepada anak bertujuan agar tidak terjadi hubungan seks pranikah. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada anak sejak anak mulai dapat diajak berkomunikasi.orang tua dapat memulai memberikan pengetahuan berkaitan sistem reproduksi. Pemilihan bahasa yang tepat dapat membantu anak memahami materi seks yang disampaikan orang tua. Selain itu orang tua harus mempunyai wawasan seks yang memadai sebelum melakukan transformasi pengetahuan terhadap anak. Tujuanya agar orang tua dapat menjelaskan seks secara tepat sehingga pengetahuan yang disampaikan kepada anak dapat diterima anak dengan baik. Pemilihan waktu yang tepat dalam memberikan materi seks dapat dilakukan pada saat santai dan anak terfokus dengan pembicaraan. Apabila anak sedang sibuk, maka anak tidak dapat berkonsentrasi dalam menerima pengetahuan yang disampaikan oleh orang tua. Pemilihan bahasa konkret dan ilmiah juga disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak mencerna bahasa. Orang tua dituntut untuk membekali anak untuk memilih teman yang baik. Orang tua perlu memperhatikan pergaulan anak karena pemilihan teman dapat mempengaruhi kepribadian anak. Pemilihan teman yang baik akan membuat anak berkembang dengan positif. Kategori teman dalam Sigalovada Sutta yang disampaikan Sang Buddha dibedakan menjadi dua yaitu (Kalyanamitta) dan (Akalyanamitta) sahabat palsu atau tidak baik sahabat sejati atau sahabat yang baik. Maka dari itu orang tua harus menasehati dan mengarahkan anak agar bergaul dengan teman yang baik. Seks pranikah merupakan perbuatan yang dicela baik itu dalam pandang masyarakat maupun pandangan Agama. Orang tua tidak cukup memilihkan teman dalam bergaul, orang tua juga perlu dapat menanamkan etika didalam lingkungan bermasyarakat. Orang tua dapat memberikan pengetahuan berkaitan efek 4

8 pelanggaran seks pranikah yang akan mengakibatkan anak dikucilkan dikalangan masyarakat. Selain sanksi sosial, seks pranikah juga memicu timbulnya penyakit. Beberapa penyakit akibat seks pranikah antara lain kanker serviks, sifilis, AIDS, dan sebagainya. Kegiatan untuk mengasah bakat dan minat anak juga dapat menjadi solusi pendukung dari beberapa saran di atas. Aktifitas yang mengarah pada pengembangan potensi dapat membantu anak menjadi sibuk. Kesibukan anak yang diarahkan secara baik dapat mendorong kreatifitas sehingga meminimalisir anak terjerumus pada konten berbau porno dan tindakan seks pranikah. Contohnya jika anak mempunyai bakat dibidang tarik suara, orang tua dapat membantu menyediakan fasilitas serta guru yang dapat membantu bakat yang dimiliki. Komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam meminimalisir perilaku seks pranikah. Orang tua yang komunikatif akan memberi dampak positif terhadap perkembangan anak. Anak menjadi tidak ragu atau canggung dalam meminta saran nasehat dari orang tua. Setiap kali anak menemukan masalah maka anak dapat bercerita langsung dan mengeluarkan keluh kesah kepada orang tua. Orang tua yang mengetahui permasalahan anak akan lebih mudah memberikan solusi terbaik bagi anak. Spritualitas merupakan pondasi penting dalam menentukan perilaku dan moralitas anak. Peran orang tua dalam membangkitkan spritulitas anak sangat besar karena orang tua merupakan figur bagi anak. Orang tua dapat menanamkan spiritual dengan mengajak anak mendalami nilai agama. Misal saja nilai-nilai yang termuat dalam Pancasila Buddhis tentang usaha untuk menghindari lima perbuatan buruk. Pada sila ketiga terdapat tekad untuk melatih diri menghindari perbuatan asusila. Perbuatan asusila salah satunya adalah hubungan seks pranikah. Penanaman nilai spiritual akan mendukung anak mempunyai pandangan benar dalam bertingkah laku. Pandangan benar membantu anak memiliki pemahaman bahwa melakukan seks pra nikah sebagai wujud perbuatan salah. Meskipun dalam pandangan Agama Buddha pernikahan tidak merupakan kewajibkan bagi setiap umat Buddha. Karena dalam pandangan Agama Buddha mempunyai dua pandangan bagi umat dalam menjalani kehidupan, yaitu sebagai 5

9 pabbajita dan gharavasa. Pabbajita adalah orang yang menjalani hidup meninggalkan kehidupan berumah tangga, sedangkan gharavasa adalah kehidupan sebagai perumah tangga atau melakukan perkawinan. Namun pemilihan pasangan bagi orang yang memilih menjalani kehidupan sebagai perumah tangga sangatlah penting, demi tercapainya tujuan pernikahan bahagia sekaligus sebagai upaya meminimalisir perpindahan agama yang dilakukan pemuda atau pemudi Buddhis karena faktor pernikahan. Kasus kekerasan rumah tangga maupun peceraian merupakan contoh ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga juga sampai pada tahapan yang urgent sehingga pemerintahpun turut tanggan dalam menetapkan undang-undang perlindungan anak dan perempuan. Kasus kekerasan dan perceraian sesungguhnya dapat ditanggulangi apabila setiap anak mendapatkan pengawasan, pengarahan dan bekal spritual yang memadai. Peran orang tua dalam menuntun anak mencari pasangan yang tepat bagi anak sangatlah penting agar anak setelah berkeluarga dapat menjadi keluarga harmonis Pengetahuan tentang mencari pasangan dapat disampaikan oleh orang tua sesuai dengan ajaran Buddha. Orang tua perlu memberikan saran agar anaknya dapat memilih pasangan hidup yang tepat. Orang tua menjelaskan kepada anak sesuai dengan kotbah Buddha (AN. II. 62) bahwa; sepasang suami isteri ingin selalu bersama-sama (berjodoh) dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan yang akan datang, maka ada empat hal yang harus diperhatikan. Suami istri harus setara dalam keyakinan, komoralan, kemurahan hati, kebijaksanaan (Anggawati, 2006). Pengertian setara dalam keyakinan, moral, kemurahan hati dan kebijaksaan dijelaskan oleh Virya (2007:45-48) bahwa: 1) Kesamaan keyakinan(samma-saddha) kesamaan kepercayaan akan memudahkan pasangan untuk beribadah, menentukan pemberkahan dan upacara kematian tanpa selisih paham. 2) Kesamaan Moral (samma-sila) yaitu pasangan memiliki seserasian dalam bertingkah laku serta melaksanakan pancasila Buddhis. 3) Kesamaan kemurahan hati (Samma--caga) dimaksudkan agar masing-masing individu memberi segala sesuatu demi kebahagiaan orang yang dicintai. 4) Kesamaan kebijaksanaan (Samma-pañña) adalah kesamaan dalam kebijaksanaan diperlukan agar bila menghadapi masalah hidup, pasangan mempunyai wawasan yang sama. Wawasan yang sama akan mempercepat penyelesaian 6

10 masalah. Perbedaan kebijaksanaan akan menghambat dan memboroskan waktu. Tujuan pernikahan adalah membentuk keluarga yang bahagia. Pernikahan adalah ikatan antara suami istri yang mempunyai tujuan sama untuk bahagia dalam bahtera rumah tangga. Buddha bersabda (AN.IV.32) tentang pedomanpedoman yang dapat dipergunakan untuk membina hubungan sebagai suami istri yang harmonis. Salah satunya dengan memperhatiakan keempat hal di bawah ini: 1) Kerelaan (Dana). Dalam Hukum Kamma (SN.III, 415) telah disebutkan bahwa sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pula buah yang akan petik. Pembuat kebajikan akan memperoleh kebahagiaan. Kebajikan dari memberi akan menghasilakan akibat yang baik. Dengan memberikan dana kepada orang yang membutuhkan maka akan mendapatkan hasil dari perbuatan baik tersebut. Demikian pula apabila ingin dicintai orang maka mulailah dengan mencintai. Cinta yang dimaksud bukanlah sekedar hasrat untuk memiliki, melainkan hasrat kerelaan untuk membahagiakan orang yang dicintai. 2) Ucapan yang Baik/Halus (Piyavaca) Setiap orang pasti suka mendengar kata-kata halus dan tidak suka mendengar ucapan kasar.menghindari caci maki dan gemar berdana ucapan yang menyenangkan pendengar, akan sangat membantu dalam membina hubungan dengan pasangan hidup. Dengan kata-kata halus yang tetap berisi kebenaran akan menjadi daya tarik yang kuat dalam menjaga keharmonisan hubungan. 3) Melakukan Hal yang Bermanfaat (Atthacariya) Pengembangan konsep berdana, sudah ditekankan akan adanya pembentukan sikap mental: Semoga semua mahluk hidup berbahagia. Demikian pula dengan pasangan hidup yang juga suatu mahluk yang harus diberi kesempatan berbahagia pula. Orang harus berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan pasangan karena kebahagiaan orang yang dicinta adalah kebahagiaan orang yang mencintai. 7

11 4) Batin Seimbang dan Tidak Sombong (Samanattata) Segala sesuatu selalu disebabkan oleh banyak unsur lain yang mendukung suatu kondisi timbul. Keseimbangan batin mengondisikan seseorang menyadari bahwa kebahagiaann muncul karena buah lampau maka penyadaran tersebut akan dapat menghindarkan seseorang dari sifat sombong, kesombongan selain tidak sedap didengar juga akan menjengkelkan calon maupun pasangan kita dalam kehidupan berumah tangga. Orang tua juga perlu memberikan pengetahuan tentang prinsip mencari pasangan hidup yang tepat dalam Buddhis. Orang tua berkewajiban mendidik anak untuk menajadi pribadi yang baik agar layak sebagai pasangan ideal terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak menuntut pasangan yang baik tapi berusaha menjadi baik terlebih dahulu. Orang tua mengarahkan anak untuk aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti membaca parita-parita suci, bermeditasi dan sebagainya. Selain itu orang tua juga dapat mengarahkan anak untuk mengikuti kegiatan organisasi Buddhis. Jika anak mulai aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan keorganisasian Buddhis maka anak mempunyai spiritual dan didukung oleh teman yang sama dalam kepercayaan. Memberikan rasa nyaman kepada anak dalam pergaulan dapat pula digunakan sebagai salah satu solusi. Orang tua mendukung agar anak terbiasa untuk memperkenalkan teman maupun sahabat dekatnya kepada orang tua agar dapat memantau pergaulan anak. Satu hal yang juga penting adalah komunikasi yang bebas dan terbuka antara orang tua dan anak. Komunikasi yang terjalin baik dapat membuat anak nyaman bercerita atau menyampaikan masalah yang dihadapi oleh anak. Dengan demikian orang tua dapat lebih mudah menyampikan kriteria yang pasangan hidup yang tepat dan dapat dijadikan pedoman oleh anak. Beberapa cara di atas merupakan peran penting orang tua guna meminimalisir seks pranikah dan prinsip mencari pasangan hidup dalam Buddhisme. Diharapkan dari penerapan metode di atas dapat memecahkan permasalahan seks pranikah dan kesalahan dalam memilih pasangan hidup. Upaya pencegahan seks pranikah dapat ditekan melalui penciptaan lingkungan kondusifserta penanaman prinsip pada anak agar mampu memilih pasangan hidup yang tepat. 8

12 KESIMPULAN Peran orang tua dalam mengatasi konten porno yang mudah diakses anak yaitu dengan melakukan pengawasan terhadap teknologi informasi sebagai fasilitas yang tepat bagi anak. Pengawasan dan pemberian wawasan seks pranikah pada anak dilakukan secara beriringan. Proses transformasi pengetahuan dari orang tua kepada anak harus memperhatikan waktu, usia dan bahasa yang digunakan. Orang tua juga perlu membantu anak untuk menyeleksi teman dalam bergaul. Bakat dan minat anak difasilitasi agar hasrat anak terhadap hal negatif teralihkan pada hobi dan kegiatan positif. Peran orang tua membantu anak menemukan pasangan hidup yang tepat dengan cara melakukan komunikasi yang baik agar anak leluasa bercerita tentang permasalahan yang dialami. Orang tua juga perlu menanamkan kualitas spiritual anak dengan pemberian pemahaman agama. Pendalaman agama didapat anak dari kebiasaan melakukan ritual atau kegiatan keagamaan serta pergaulan positif seperti pada organisasi Buddhis. Orang tua terlebih dahulu mengondisikan agar anak menjadi layak sebagai seorang pasangan yang idel. Dengan demikian maka anak akan terkondisi untuk mendapatkan teman baik (kalyanamitta) sehingga akan memudahkan anak mendapatkan pasangan hidup yang memiliki kesetaraan dalam keyakinan (Sammasaddha), kesetaraan kemoralan (Sammasila), kesetaraan kebijaksanaan (Sammacaga) dan kesetaraan kebijaksanasaan (Sammapanna). Demikianlah peran orang tua dalam menanggulani seks pranikah pada anak dan mengarahkan anak untuk mendapatkan pasangan yang baik sesuai ajaran Buddha. Pendidikan yang diberikan orang tua akan mendukung anak memperoleh pasangan yang ideal. Pasangan yang ideal akan membantu anak mewujudkan hubungan rumah tangga yang harmonis dan Hita Sukhaya. 9

13 DAFTAR PUSTAKA Anggawati, L KitabSuciAnguttaraNikaya 2.ViharaBodhivamsa.Klaten.., KitabSuciSamyuttaNikaya 3.ViharaBodhivamsa. Klaten. Athar,S Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Pustaka. Jakarta Daryanto, T Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Indekost di Malang. Skripsi, Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi. Universitas Negeri Malang. Malang Darmasih R Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 pukul Gulo, W Metode Penelitian. PT. Grasindo. Jakarta. Mulyawan, I Pengaruh perkawinan usia muda terhadap tingginya tingkat perceraian dipengadilan agama Pontianak. Jurnal Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Untan. Vol. 1 No 2. Di akses 3 Oktober Mustaqim, A Di DIY, Pelajar Hamil Diluar Nikah 976 Orang. M. Metronews.com/read/ /27/ Diakses tanggal 2 Februari Purnama, RR Alex Aniaya Istri Setelah Lihat SMS Mesra Dengan Pria Lain. Metro.sindonews.com/read/ /170/alex-aniaya-istri-setelahlihat-SMS-mesra-dengan-pria-lain Diakses tanggal 12 Oktober Rashid,T. S.M Sila dan Vinaya. Buddhis Bodhi. Jakarta. Jhana, V Membina Keluarga Hita Sukhaya. CV. Yanwreko Wahana Karya. Jakarta. Walshe,M Digha Nikaya. DhammaCitta Press. 10

14 LAMPIRAN-LAMPIRAN Biodata Diri A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Arif Cahyono Jenis Kelamin L/P Laki-laki Program Studi Dharmacarya NIM/NIDN Tempat dan Tanggal Lahir Pati, 12 Maret Arifcahyono1203@gmail.com Nomor Telepon/HP B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SD N 01 Cluwak SMP N 01, Cluwak SMK N 01 Cluwak Jurusan - - Otomotif Tahun Masuk- Lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan

15 Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan proposal PKM-GT Mahaniti Wonogiri, 20 Oktober 2016 Pengusul Arif Cahyono NIM

16 Biodata Pembimbing A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Metta Puspita Dewi, S.Pd.B., M.Pd 2 Jenis Kelamin Perempuan 3 Program Studi Dharmaduta 4 NIM/NIDN Tempat dan Tanggal Lahir Malang, 09 Juli puspitametta@gmail.com 7 Nomor telepon/hp B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SDN 1 Balearjosari SMPN 14 Malang SMAN 12 Malang Jurusan Tahun Masuk- Lulus C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah 1 Seminar Skripsi Keberhasilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar Melalui Iddhipada 2 Seminar Tesis Kepemimpinan Bhikkhu dalam Membangun Budaya Organisasi dan Hubungan Masyarakat pada STAB Kertarajasa Batu 3 Seminar Proposal Peran Budaya Organisasi Penelitian Dosen terhadap Spiritualitas Waktu dan Tempat STAB Kertarajasa Malang Universitas Negeri Malang 2016 STABN Raden Wijaya D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima 13

17 sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah pelaksanaan program PKM-GT. Wonogiri, 20 Oktober 2016 Pembimbing Metta Puspita, S.Pd.B.,M.Pd. NIDN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual memiliki nilai simbolik yang sangat besar sehingga dapat menjadi barometer masyarakat. Dari dahulu sampai sekarang, seksualitas bukan hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti melewati beberapa fase perkembangan, salah satunya yaitu fase remaja. Fase atau masa remaja adalah masa dimana anak berusia 12 sampai 19 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi suka duka hidup di dunia bersama sama. Setelah akad nikah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah episode penting dalam hidup dua anak manusia yang berlainan jenis untuk mengikat diri dalam suatu akad dan janji demi mengarungi suka duka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM), kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi guru agar mampu dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi lengkap dengan teknologinya tentu membawa dampak yang bersifat positif dan tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian tentang Faktor dan Dampak Maraknya Fenomena Hamil di Luar Nikah pada Masyarakat Desa wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen ini menunjukan bahwa: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : DWI ARI

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja dalam memasuki masa peralihan tanpa pengetahuan yang memadai tentang seksual pranikah. Hal ini disebabkan orang tua merasa tabu membicarakan masalah seksual

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh : FAJAR TRI UTAMI F 100 040 114 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat

Lebih terperinci

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan. Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa SMA di Klaten Laporan Hasil Survey Tentang Kekerasan terhadap Perempuan dan Perilaku Seksual Terhadap Siswa

Lebih terperinci

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI

SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI SEMINAR BAHAYA PORNOGRAFI [A. Ernest Nugroho, SMA ST. CAROLUS SURABAYA] - Berita Umum Seminar ini bertujuan Ibu/Bapak guru memahami apa itu pornografi, memahami dampak dari bahaya Pornografi kepada para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat memprihatinkan. Dalam rentang waktu kurang dari satu tahun terakhir, kenakalan remaja yang diberitakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang pria dengan seorang wanita menimbulkan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Disampaikan pada : Seminar Pra Nikah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGAM BUBIDAYA PARKIT UNTUK KESEHATAN MANUSIA BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN.

PROPOSAL PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGAM BUBIDAYA PARKIT UNTUK KESEHATAN MANUSIA BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN. PROPOSAL PROGAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGAM BUBIDAYA PARKIT UNTUK KESEHATAN MANUSIA BIDANG KEGIATAN PKM KEWIRAUSAHAAN Diusulkan Oleh : MUHAMMAD RINTO SURYO K ( F3615051 / 2015 ) MIKO DWI PRASETYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang umum berlaku pada mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah hidupnya karena keturunan dan perkembangbiakan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUKU AJAIB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUKU AJAIB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUKU AJAIB SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN ORANG TUA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS Diusulkan Oleh: HASNA ROSYIDA

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GRIYA ILMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI KECANDUAN GADGET PADA ANAK

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GRIYA ILMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI KECANDUAN GADGET PADA ANAK PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM GRIYA ILMU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI KECANDUAN GADGET PADA ANAK BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Diusulkan oleh : Kartikaningtyas

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM RANSEL CONSERVATION (RANCO) dengan Berbagai Warna dan Desain Menarik Sebagai Inovasi Pembuatan Tas Ransel Ramah Lingkungan Di Kampus Konservasi UNNES

Lebih terperinci

LOMBA PENULISAN KREATIFITAS MASYARAKAT (PKM) TINGKAT NASIONAL 2015 ALARM NUSANTARA UNTUK ANAK INDONESIA

LOMBA PENULISAN KREATIFITAS MASYARAKAT (PKM) TINGKAT NASIONAL 2015 ALARM NUSANTARA UNTUK ANAK INDONESIA LOMBA PENULISAN KREATIFITAS MASYARAKAT (PKM) TINGKAT NASIONAL 2015 ALARM NUSANTARA UNTUK ANAK INDONESIA BIDANG KEGIATAN KREATIFITAS GAGASAN TERTULIS INOVATIF Disusun Oleh: Bunga Septria Vionita (120401140193/2012)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL SMK MUHAMMADIYAH 1 SENTOLO RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL Tugas Perkembangan 3 : Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Sentolo Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah Saw kepada umatnya. Beliau menganjurkan agar segera menikah apabila telah sampai pada masanya dan ada kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat. 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan salah satu sunatullah yang berlaku pada semua mahluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dengan naluri mahluk, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa dimana remaja mulai mengalami kematangan seksual, kesuburan, dan kemampuan untuk bereproduksi. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern berpengaruh terhadap penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang baru,

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK DI TK NEGERI SIWI RAHAYU SOLO DENGAN PELATIHAN SENI DAN BUDAYA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 174 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai selfesteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual pranikah di Universitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian mengenai cerai

Lebih terperinci

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI DI SMK PGRI KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA <<JUDUL PROGRAM>> BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA. Diusulkan oleh :

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA <<JUDUL PROGRAM>> BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA. Diusulkan oleh : PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM KARSA CIPTA Diusulkan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun ternyata tidak mudah dan banyak terdapt

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pendidikan seksualitas remaja Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Alasan pentingnya pendidikan seksualitas remaja Manfaat pendidikan seksualitas remaja Pendidikan seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku seksual di kalangan remaja yang yang belum menikah menunjukkan tren yang tidak sehat. Hal ini dapat dipengaruhi era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebenaran dan kebaikan. Maka dari itu dapat dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 : BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan sunnahtullah yang berlaku kepada semua makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh bagi umat manusia untuk mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga dan

Lebih terperinci

BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN MASYARAKAT. Diusulkan oleh:

BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN MASYARAKAT. Diusulkan oleh: PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN MASYARAKAT PELATIHAN MEMBUAT DAN MENGELOLA WEB BLOG GURU-GURU SMP SE-KUDUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI Suci Lestari; Priscillia Andrianita Effendy; Nia Hidayanti Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa. Lazimnya masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali

Lebih terperinci

Template Penulisan PKM-GT

Template Penulisan PKM-GT Template Penulisan PKM-GT Penjelasan Program Kreativitas Mahasiswa PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) merupakan salah satu upaya yang dilakukan DITLITABMAS (Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan salah satu pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan kecukupan pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan satu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19 tahun, sedangkan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kehidupan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menggeser perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di akses kapanpun tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan mengemban tugas pembangunan pada masa yang akan datang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA Menurut WHO (world Health Organization) Expert Committee Tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dilatar belakangi banyak masyarakat di pedesaaan yang lebih memilih menikah diusia muda dimana kematangan emosinya masih belum siap untuk membina sebuah

Lebih terperinci