BAB II LANDASAN TEORI. Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogike. Ini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogike. Ini"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Keluarga Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani Paedagogike. Ini adalah kata majemuk yang terdiri dari kata Pais yang berarti Anak dan kata Ago yang berarti Aku membimbing. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak (Hadi, 2008 : 17). Sedangkan Hasabullah (2009 : 1), menyatakan bahwa pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terncana untuk mendewasakan peserta didik. Keluarga menurut Siti Partini (dalam Novianto : 2011) adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak (bila ada) yang terikat atau didahului dengan perkawinan. Sedangkan Khairudin H.SS (dalam Novianto : 2011), menyatakan bahwa keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, pertalian antara suami istri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah dan kadang kala adopsi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan suatu ikatan yang didasari perkawinan. Keluarga bisa saja dengan mempunyai anak sendiri ataupun adopsi, bisa juga tanpa anak. Pendidikan yang terjadi di rumah tangga/ di lingkungan keluarga (termasuk pendidikan informal). Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak orang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap manusia. Seseorang lebih banyak berada dalam rumah tangga dibandingkan dengan di tempat-tempat lain Philip H. Coombs (dalam Idris, 1986:58). 19

2 Tujuan pendidikan keluarga ialah anak dan anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya untuk menjadi seseorang yang mandiri dalam masyarakat dan dapat menjadi insan produktif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya itu. Kemudian setiap anggota keluarga berkembang menjadi orang dewasa yang mengerti tindak budaya bangsanya dan menjadi seorang yang bertaqwa sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI, 2011). Pendidik merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena pendidik itulah yang bertanggung jawab dalam membimbing dan membentuk pribadi anak didiknya. Dalam keluarga orang tua berperan sebagai pendidik, sehingga sikap dan tindakannya sehari-hari memberi stimulus terhadap tingkah laku anak. Kesalahankesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mengakibatkan anak dalam perkembangannya tidak mampu mandiri dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak mendapat rangsangan maupun hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan, mulai mengenal masyarakat sekitarnya, mempelajari norma dan aturan-aturan permainan hidup dalam masyarakat dari orang tua. Anak tidak saja mengenal tetapi dilatih menghargai dan mengikuti norma-norma dan aturan hidup bermasyarakat lewat kehidupan keluarga. B. Fungsi Pendidikan Keluarga Menurut Ihsan (2005 : 18-19), beberapa fungsi lembaga pendidikan keluarga yaitu: a. Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam pengetahuan pribadinya. b. Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan pribadi anak. 20

3 c. Di dalam keluarga akan terbentuk pendidikan moral. Keteladanana orang tua di dalam bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak di dalam keluarga tersebut, guna membentuk manusia susila. d. Di dalam keluarga akan tumbuh sikap tolong menolong/ tenggang rasa sehingga tumbuhlah keluarga yang damai dan sejahtera. e. Keluarga merupakan lembaga yang memang berperan dalam meletakan dasar-dasar pendidikan agama. f. Di dalam konteks membangun anak sebagai makhluk individu diarahkan agar anak dapat mengembangkan dan menolong dirinya sendiri. Dalam kontek ini keluarga cenderung untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuhkan perkembangan inisiatif, kreativitas, kehendak, emosi, tanggungjawab, ketrampilan dan kegiatan lain sesuai dengan yang ada dalam keluarga. C. Peran Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak Keluarga merupakan suatu kesatuan hidup (sistem sosial), namun setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Pemaparan secara detail mengenai peran anggota keluarga adalah sebagai berikut: 1) Peran Ibu Peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut: a. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang, b. Pengasuh dan pemelihara, c. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, d. Pendidik dalam segi-segi emosional (Purwanto, 2011 : 82). 21

4 Menurut Kartono (1992 : 8), peran ibu adalah sebagai berikut: a. Sebagai istri dan teman hidup (companion) b. Sebagai partner seksual. c. Sebagai pengatur rumah tangga (home-maker) d. Sebagai ibu dari anak-anak dan pendidik. Dari kedua pendapat tersebut tidak ada perbedaan tetapi saling melengkapi. Ibu sebagai istri dan teman hidup harus bisa mendampingi suami dalam keadaan apapun seperti mengatur kehidupan rumah tangga. Sebagai ibu dari anak-anak dan pendidik, maka ia harus mengasuh dan memelihara serta memberi rasa kasih sayang kepada anak-anaknya. Ibu merupakan pendidik dari segi emosional. 2) Peran Ayah Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, maka dapat dikemukakan bahwa peran ayah dalam mendidik anak yang lebih dominan adalah: a. Sebagai sumber kekuasaan di dalam keluarga. b. Pelindung terhadap ancaman dari luar. c. Pendidik dari segi rasional (Purwanto, 2011 : 83). Sikun pribadi (dalam Salim : 2009), menjelaskan bahwa peran ayah terdiri dari: a. Pemimpin keluarga. b. Pencari nafkah. c. Pendidik anak-anak. d. Membantu mengurus rumah tangga. Kedua pendapat tersebut tidak berbeda justru saling melengkapi. Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga disebut juga kepala keluarga atau kepala rumah tangga. Oleh karena itu, ayah memegang kekuasaan di dalam keluarga dan melindungi keluarga 22

5 terhadap ancaman dari luar. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional. Tugas ayah sebagai pencari nafkah sangat penting dalam keluarga, sebab segala segi kehidupan dalam keluarga perlu biaya untuk sandang, pangan, papan, pendidikan, dan pengobatan, sehingga ia juga turut berperan dalam mengurus rumah tangga. 3) Peran Nenek dan Kakek Selain oleh ibu dan ayah, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari nenek atau kakek atau keduanya. Umumnya nenek atau kakek mencurahkan kasih sayang yang berlebih-lebihan kepada cucu-cucunya. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucunya, mereka semata-mata hanya memberi, oleh sebab itu kebanyakan nenek atau kakek akan memanjakan cucu-cucunya dengan berlebihan (Purwanto, 2011 : 83). Berpijak pada pengalaman tersebut, maka demi kepentingan anak, ada baiknya orangtua anak tidak hidup serumah dengan nenek dan kakeknya. Untuk memberikan kasih sayang dan menyenangkan cucu-cucunya cukup dengan kunjungan nenek dan kakek dalam waktu tertentu. 4) Pembantu Rumah Tangga Keluarga yang berkecukupan ekonominya sering kali memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga. Tugas pekerjaan pembantu rumah tangga, disamping membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, menyetrika pakaian, bersih-bersih dan sebagainya, sering pula diserahi mengasuh dan memelihara anak. Bahkan ada pula pembantu rumah tangga yang khusus diserahi tugas untuk mengasuh dan 23

6 memelihara anak-anak yang masih kecil (babysitter), karena kedua orangtua anak-anak sibuk bekerja di luar rumah. Dalam hal demikian, pembantu rumah tangga dapat dikatakan termasuk anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam keluarga (Purwanto, 2011 : 84). Pada umumnya pembantu rumah tangga (yang bukan babysitter) tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mendidik atau mengasuh anakanak, apalagi pembantu rumah tangga yang masih muda atau belum berumah tangga. Oleh karena itu, bagi orangtua betapapun sibuk dan terbatasnya waktu yang ada, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada pembantu rumah tangga. Peranan pembantu rumah tangga sebaiknya sebatas pembantu dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dalam menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua yaitu ayah dan ibu. D. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga Nilai adalah sesuatu yang menarik bagi manusia, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan (Bartens, 2001 : 139). Sedangkan menurut Kaelan (2004 ; 174), nilai adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu. Kesimpulannya nilai adalah sesuatu yang penting berupa sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Dalam keluarga diberikan bermacam-macam kemampuan, jika diperhatikan kegiatan di dalam rumah tangga terjadi transformasi nilai-nilai yang beraneka ragam. Anak laki-laki bersama-sama ayahnya mencuci sepeda motor, memperbaiki sesuatu di rumah, ia bersama- 24

7 sama sembahyang dengan ayahnya di rumah atau di masjid. Anak putri bersama ibu membantu memasak, mengatur tempat tidur, menyapu dan sebagainya. Fenomena kehidupan ini dapat dilihat sebagai suatu proses kegiatan mendidik. Dari semua aspek dalam mengasuh anak, tidak ada bagian yang sama pentingnya dengan membesarkan anak dengan nilai-nilai yang luhur/ baik. Linda dan Richard Eyre (dalam Nugroho : 2008), membagi nilai yang dapat diajarkan orangtua kepada anak menjadi 2 yaitu: 1). Nilai Nurani Nurani adalah hati nurani atau hati (Haryono, dkk. 609). Dengan demikian nilai nurani merupakan nilai yang bersumber dari hati nurani seseorang. Purwanto (2011 : 158), menggunakan istilah lain untuk menyebut nurani yaitu kesusilaan. Maksud dan tujuan kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala sesuatu yang baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. Nilai nurani terdiri dari kejujuran, keberanian, cinta damai, disiplin diri, dan kemurnian dan kesucian. a. Kejujuran Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Haryono, dkk : 399). Sedangkan menurut Zuriah (2008 : 83), jujur merupakan sikap atau perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan. Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai adanya kesamaan antara 25

8 realitas (kenyataan) dengan ucapan, dengan kata lain apa adanya. Kesuma, ddk. (2011:16), menyatakan bahwa jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (Dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jujur merupakan sikap atau perbuatan yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, apa adanya atau sesuai dengan realitas yang ada serta berani mengakui kesalahan. Ciri-ciri orang jujur menurut Kesuma, ddk. (2011:16) antara lain: 1. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan; 2. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya); 3. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya. b. Keberanian Keberanian artinya tidak takut dalam menghadapi bahaya atau kesulitan (Haryono, dkk : 125). Sedangkan menurut Samani (2012:119), keberanian berarti tetap teguh memegang pada kebenaran, tidak peduli pada tekanan negative, tidak takut gagal, tidak takut menyarakan suara hati, dan berani berbuat karena benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebenaran merupakan sikap atau perilaku tidak takut menghadapi segala persoalan karena dirinya benar. c. Cinta Damai Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya (Haryono, dkk : 162). Sebagai 26

9 makhluk sosial, manusia harus memiliki sikap cinta damai untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dengan memiliki sikap tersebut, seseorang diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat orang lain merasa aman jika bersama dengan dirinya. d. Disiplin Diri Disiplin diri adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Haryono, dkk : ). Sedangkan menurut Samani (2012 : 130), disiplin diri berarti mengontrol tindakan, perilaku, dan kebiasaan diri sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa disiplin diri merupakan suatu perilaku atau tindakan untuk mengontrol diri sendiri dengan cara mematuhi segala peraturan yang berlaku. Disiplin merupakan sikap atau perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan atau kebiasaan menaati peraturan, hukuman, dan perintah. e. Kemurnian dan Kesucian Kemurnian atau kesucian berarti bersih dalam arti keagamaan atau kepercayaan, artinya sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya (Haryono, dkk : 713). Bersih dalam arti agama juga dapat diarikan memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap adanya Tuhan dengan berbuat sesuai dengan perintah dan tuntunan-nya serta menjauhi segala larangan-nya (Samani, 2012:122). 2). Nilai memberi Nilai memberi merupakan nilai yang dapat diberikan seseorang kepada orang lain baik berupa perkataan maupun perbuatan. Nilai tersebut terdiri dari setia, hormat, cinta dan kasih sayang, peka, tidak egois, adil, dan murah hati. 27

10 a. Setia Setia adalah tetap dan teguh hati, taat, berpegang teguh pada pendirian dan janji (Haryono, dkk : 809). Menurut Mu in (2011 : 244), kesetiaan merupakan sikap yang menjaga hubungan dengan tindakan-tindakan untuk menunjukkan baiknya hubungan, bukan hanya memberi, melainkan juga menerima hal-hal positif untuk terjalinnya hubungan. Kesetiaan bukanlah tindakan patuh dan tunduk saja, melainkan juga tindakan melakukan sesuatu karena ia ikut mendapatkan sesuatu yang membuatnya untung dan tumbuh kepribadiannya. b. Hormat Hormat merupakan rasa menghargai atau menghormati setiap perbuatan, atau sopan terhadap orang lain (Haryono, ddk : 333). Menurut Mu in (2011 : 212), esensi penghormatan adalah untuk menunjukkan bagaimana sikap kita secara serius dan khidmat pada orang lain dan diri sendiri. Ada unsur rasa kagum dan bangga di sini. Dengan memperlakukan orang lain secara hormat, berarti membiarkan mereka mengetahui bahwa mereka aman, bahagia, dan mereka penting karena posisi dan perannya sebagai manusia di hadapan kita. Rasa hormat biasanya ditunjukkan dengan sikap sopan dan juga membalas dengan kebaikhatian. Aturan penghormatan adalah bahwa seluruh individu pada dasarnya penting (untuk dihormati) dan pada dasarnya tiap manusia memiliki tujuan moral. Jangan sampai memperlakukan orang lain sebagai sarana untuk memperoleh kesenangan diri sendiri, jangan sampai mendapatkan kehormatan dari memperalat dan mengeksploitasi orang lain. Respek atau penghormatan bukanlah sesuatu hal yang diminta, melainkan diberikan. 28

11 c. Cinta dan Kasih Sayang Cinta dan kasih sayang adalah memiliki rasa sangat kasih dan sayang terhadap orang lain (Haryono, ddk : 163). Sedangkan menurut Samani (2012 : 125), cinta merupakan suatu perasaan yag diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang mencerminkan kasih sayang yang dalam dan penuh kelembutan terhadap orang lain, sehingga timbul perasaan memiliki satu sama lain. Dalam keluarga ideal maka hubungan ayah-ibu dan anak-anaknya berlandaskan kasih sayang (Partowisastro, 1983 : 50). Kasih sayang yang diterimanya dari orangtuanya menimbulkan rasa aman bagi anak. Dari kasih sayang akan tercipta pergaulan yang wajar berlandaskan saling mempercayai. Belaian dan pelukan merupakan bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya. d. Peka Peka merupakan sikap peduli terhadap orang lain (Haryono, dkk : 653). Menurut Mu in (2011 :231), kepedulian adalah perekat masyarakat. Kepedulian adalah sikap yang membuat pelakunya merasa apa yang dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, kadang ditunjukkan dengan tindakan memberi atau terlibat dengan orang lain tersebut. e. Tidak Egois Tidak egois artinya tidak mementingkan diri sendiri (Haryono, dkk : 206). Manusia memiliki kekuarangan dan kelebihan masing-masing, mereka membutuhkan kerjasama untuk menyelesaikan segala urusan hidupnya. Sehingga, diantara mereka tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri. 29

12 f. Adil Adil merupakan sikap tidak berat sebelah, tidak pandang bulu, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang (Haryono, dkk : 9). Keadilan bisa mengacu pada aspek kesamaan (samaness) atau memberikan hak-hak orang lain secara sama. Sikap adil merupakan kewajiban moral. Kita diharapkan memperlakukan semua orang secara adil. Adil harus dilakukan baik dalam pikiran dan perbuatan. Dalam membuat kebijakan dan keputusan, yang dikatakan adil adalah jika didasarkan atau mempertimbangkan semua fakta, termasuk pandangan yang menantangnya, yang harus dipertimbangkan sebelum keputusan dibuat. Keputusan harus didasarkan pada suatu pertimbangan yang tidak boleh setengah-setengah (impartial decisions), harus menggunakan beberapa kriteria, aturan, dan memnuhi standar bagi semua orang (Mu in, 2011: 225). g. Murah Hati Murah hati artinya suka memberi atau menolong orang lain (Haryono, dkk : 592). Murah hati merupakan perilaku yang baik dan harus ditanamkan sejak dini. Pada dasarnya setiap orang dilahirkan dengan tidak berdaya, mereka membutuhkan pertolongan orang lain terutama orang tuanya dalam melakukan segala aktivitasnya. Maka dari itu, setiap manusia harus memiliki sikap murah hati. E. Alat-alat pendidikan Purwanto (2011 : 176), menyatakan bahwa di dalam ilmu pendidikan, usaha-usaha atau atau perbuatan-perbuatan si pendidik untuk melaksanakan tugas mendidik itu disebut alat-alat pendidikan. Sedangkan Hasabulah (2009 : 26), menyatakan bahwa alat pendidikan 30

13 adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa alat pendidikan adalah usaha-usaha pendidik dalam bentuk tindakan yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat-alat pendidikan berupa perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang secara konkret dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil. Hasabullah (2009 : 27), mengemukakan bahwa ditinjau dari segi wujudnya alat-alat pendidikan itu dapat berupa perbuatan pendidik yang terdiri dari teladan, larangan, perintah, pujian dan hadiah, teguran, dan hukuman. 1. Teladan Baharits (2007 : 36), menyatakan bahwa Keteladanan merupakan sarana pendidikan yang paling penting. Suri teladan yang baik memiliki dampak yang besar pada kepribadian anak. Sebab, mayoritas yang ditiru anak berasal dari orangtuanya. Bahkan, dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orangtua (Suwaid, 2010 : 139). Teladan sangat bermanfaat untuk anak. Dengan contoh konkret dari orangtua, anak mudah menyerap sebuah perilaku (Rezky, 2010 : 42). Pada masa anak masih kecil yang pertama kali dikenal adalah orangtuanya. Pada masa perkembangan selanjutnya juga sebagian besar waktu dihabiskan dalam lingkungan keluarga, dengan demikian pada masa anak mengembangkan diri dalam segala aspek kepribadiannya akan menjadikan perilaku orang tuanya sebagai teladan. Cara dan gaya orangtua berperilaku akan menjadi sumber percontohan bagi anak, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Jika orangtua biasa berperilaku dan bertutur kata sopan, lemah-lembut, menghindari sikap marah-marah, menghindari perbuatan kasar, maka anak-anaknya akan cenderung berperilaku mendekati sikap orang 31

14 tua. Begitupun sebaliknya apabila orangtua memperlihatkan sikap-sikap perilaku yang negatif, maka anak akan cenderung bersikap yang menjurus pada perilaku yang negatif. 2. Larangan Larangan merupakan tindakan pendidik melarang anak didik melakukan atau menghindari tingkah laku tertentu demi tercapainya pendidikan tertentu. Hal yang harus diperhatikan adalah diusahakan alasan larangan diketahui dan diterima oleh anak didik (Hasabulah, 2009 : 29). Larangan biasanya dikeluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat membahayakan dirinya. Menurut Purwanto (2011 : ), Ada beberapa syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam melakukan larangan yaitu: a) Larangan harus diberikan dengan singkat, supaya mudah dimengerti. b) Jika mungkin, larangan itu diberi penjelasan singkat. c) Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak baik. 3. Perintah Suwaid (2010 : 205), menyatakan bahwa perintah dilakukan untuk mempengaruhi jiwa anak, sehingga anak menuruti dan melaksanakan perintah. Sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan anak, maka perlu ada perintah dari orangtua kepada anak untuk melakukan sesuatu yang positif. Apabila anak yang masih usia balita, tentu saja perintah-perintah yang sederhana seperti, mandi dulu sebelum bermain, cuci tangan sebelum makan, berdoa setiap melakukan kegiatan-kegiatan dan lain sebagainya. Dengan perintah-perintah seperti itu anak akan mengambil pelajaran tertentu sehingga bisa lebih 32

15 memahami harapan-harapan dan keinginan orangtua. Menurut Purwanto (2011 : 179), perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus ditaati oleh anakanak. Tiap-tiap perintah atau dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan. Jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. Supaya perintah-perintah pendidik terhadap anak didiknya dapat ditaati sehingga dapat mencapai apa yang dimaksud, hemdaklah perintah-perintah itu memenuhi sayaratsyarat sebagai berikut: a) Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak. b) Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak. c) Jangan terlalu banyak dan berlebih-lebihan, sebab dapat menyebabkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang. (Purwanto, 2011 : 180). 4. Pujian dan Hadiah Purwanto (2011: 182), menggunakan istilah lain untuk menyebut pujian dan hadiah yaitu ganjaran. Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud dari ganjaran itu ialah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Dengan ganjaran, diharapkan anak lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki da mempertinggi prestasi yang telah dicapainya. Menurut Suwaid (2010 :207), hadiah dapat berupa pujian, orang tua memberikan pengaruh pada perkembangan karakteristik anak dengan cara memberi hadiah karena berbuat sesuatu yang positif, misalnya telah membantu pekerjaan orang tua, karena mendapat rangking, karena naik kelas, karena diterima di sekolah favorit, dan sebagainya. 33

16 5. Teguran Satu hal yang perlu disadari, bahwa manusia bersifat tidak sempurna, maka kemungkinan-kemungkinan untuk berbuat khilaf dan salah, menyimpang dari anjurananjuran selalu ada. Perlu diperhatikan bahwa anak-anak juga memiliki sifat pelupa, cepat melupakan larangan-larangan, atau perintah yang baru saja diberikan kepadanya. Karenanya, sebelum kesalahan itu berlangsung lebih jauh perlu adanya koreksi atau teguran. teguran dapat berupa kata-kata, isyarat-isyarat seperti pandangan mata yang tajam, dan lain sebagainya (Hasabullah, 2009 : 30). 6. Hukuman Purwanto (2011 : 186), mendefinisikan hukuman sebagai penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang sesudah terjadi suuatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan. Hukuman yang dimaksud di sini bukanlah hukuman yang sangat menakutkan dan membuat jiwa merasa ngeri. Tetapi, yang bersifat mendidik, misalnya tidak membelikan mainan karena tidak mau belajar (Suwaid, 2010 : 207). Perlu diperhatikan bahwa dalam memberikan hukuman apabila terlalu sering dan keras juga akan berakibat negatif bagi perkembangan jiwa anak, atau bahkan anak menjadi kebal dan akibatnya hukuman tidak lagi efektif. Hukuman hendaknya diberikan apabila anak sudah terlalu menyimpang dari aturan yang ada. Hukuman merupakan masalah etis, yang menyangkut soal baik dan buruk, soal norma-norma. Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaknya: a) Sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan. b) Selalu bertujuan ke arah perbaikan, hukuman hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri (Purwanto, 2011 : 186). 34

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan pemerintah, sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan sah yang dapat membentuk sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk membina keluarga yang bahagia maka semua anggota keluarga harus menunaikan hak dan kewajiban. Hak harus di terima sedang kewajiban harus ditunaikan. Jika ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.156, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kode Etik. Disiplin Kerja. PNS PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan akan membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa yang penting dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan suatu perusahaan. Disiplin kerja digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) merumuskan bahwa, Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citra merupakan image yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak BAB II KAJIAN TEORI 1. Definisi Anak Mansur (2007) menyatakan bahwa anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik dan orang tua adalah sebagai tukang kebun dan sekolah merupakan rumah kaca

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA

SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA SEGI TIGA KESEIMBANGAN: TUHAN, MANUSIA DAN ALAM RAYA MANUSIA MAKHLUK BUDAYA: HAKEKAT MANUSIA Manusia Makhluk ciptaan Tuhan, terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai kesatuan utuh. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN Lingkungan Lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan

Lebih terperinci

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu:

Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mendidik, yaitu: II. Faktor Pendidik Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik. Pendidik meliputi orang dewasa, guru, orang tua, pemimpin masyarakat dan pemimpin agama. Karakteristik yang harus dimiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar eksistensi suatu masyarakat yang dapat menentukan struktur suatu masyarakat dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama C. Lembaga Sosial 1. Pengertian Lembaga Sosial dan Norma Lembaga Sosial suatu sistem norma yg bertujuan utk mengatur tindakan tindakan maupun kegiatan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disiplin Kerja 2.1.1 Pengertian Disiplin Menurut Sastrohadiwiryo (2005:291) Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian MSDM Menurut Hasibuan (2009:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut oleh kasih sayang dan cinta orang tua yang siap berkorban apa saja agar bisa memberi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Pengertian Kode Etik BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Kode Etik 1. Kode Etik adalah sebuah pola aturan yang didasarkan pada nilai-nilai moral yang diharapkan selalu menuntun pelaksanaan tugas, kewajiban, dan pekerjaan.

Lebih terperinci

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA 21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd BIODA TA My name is Achmad Sopian, S.Pd. I Was born in Jakarta, 30 Juni 1982 I live in Kebonjeruk Jakarta Barat I Work for Pusdiklat Kependudukan dan KB BKKBN Pusat Telp. 081281665572

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Untuk memahami apa itu manajemen sumber daya manusia, kita sebaiknya meninjau terlebih dahulu pengertian manajemen itu sendiri. Manajemen berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Surat Paulus kepada Titus

Surat Paulus kepada Titus Titus 1:1-4 1 Titus 1:6 Surat Paulus kepada Titus 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, yang

Lebih terperinci

Tugas Seorang. Istri

Tugas Seorang. Istri Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan makhluk kecil ciptaan Allah SWT yang telah diamahkan pada sepasang suami - isteri untuk menjalankan perannya sebagi figur sebagai orangtua. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH : PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MORAL SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 95/I OLAK KECAMATAN MUARA BULIAN SKRIPSI OLEH : SRI WAHYUNI A1D109028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Disiplin Berbicara masalah disiplin kerja pada organisasi atau instansi, maka sasarannya tertuju pada proses pelaksanaannya dan tingkat keberhasilan kegiatan yang

Lebih terperinci

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani

1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani Surat Paulus kepada Titus 1 1-4 Kepada yang kekasih saudara saya seiman Titus yaitu anak rohani saya yang sesungguhnya karena mempunyai keyakinan yang sama: Salam dari Paulus, hamba Allah dan rasul Kristus

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan sistem sosialisasi bagi anak, dimana anak mengalami pola disiplin dan tingkah laku afektif. Walaupun seorang anak telah mencapai masa remaja dimana

Lebih terperinci

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN

NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN NILAI ANAK BAGI ORANG TUA DAN DAMPAK TERHADAP PENGASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : DESI DWI WULANDARI F 100 050 064 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT. HERU SASONGKO, S.FARM.,APT. PROFESI FARMASI DI MASYARAKAT 4/1/2013 2 SWOT ANALYSIS KEKUATAN : KECENDERUNGAN MAYORITAS WANITA BASIC KNOWLEDGE YANG DAPAT DIANDALKAN REGULASI YANG MENYANGKUT PROFESI FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi adalah sebuah kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Tak hanya manusia, binatang juga melakukan proses komunikasi diantara sesamanya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT Pada bab ini, peneliti akan menganalisis kegiatan bimbingan agama Islam anak karyawan PT. Pismatex di desa Sapugarut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Tujuan Pembangunan Karakter Anak : Membangun sikap dan watak seseorang sehingga mempunyai sebuah sikap yang dapat dinilai sebagai sikap yang baik menurut

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK SOSIOLOGI PENDIDIKAN * Oleh: Farida Hanum, M.Si **

PERLINDUNGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK SOSIOLOGI PENDIDIKAN * Oleh: Farida Hanum, M.Si ** PERLINDUNGAN ANAK DILIHAT DARI ASPEK SOSIOLOGI PENDIDIKAN * Oleh: Farida Hanum, M.Si ** Menurut Konvensi Hak Anak dan Undang-Undang No. 23/2003 tentang perlindungan anak, yang disebut anak adalah mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL 1. Faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial Enam faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial: sugesti, imitasi, identifikasi, simpati,

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber) Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber) Masalah berawal dari guru Tujuannya memperbaiki pembelajaran Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu No Karakter Pengertian No Kasih sayang Bermutu Hormat Benar / Jujur Bersih Syukur Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Hormat adalah perilaku menghargai terhadap perbuatan dan perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

Lebih terperinci

MENGHAYATI PERAN ISTRI

MENGHAYATI PERAN ISTRI MENGHAYATI PERAN ISTRI Perhiasan yang paling indah Bagi seorang abdi Allah Itulah ia wanita shalehah Ia menghiasi dunia.. --------------------------------------------------------------------- Ada yang

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Bagaimana kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi keluarga,

Lebih terperinci

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK

MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK MENGUKIR KARAKTER DALAM DIRI ANAK KARAKTER YANG BAIK dan KARAKTER SEPERTI KRISTUS, apa bedanya? Oleh : G.I. Magdalena Pranata Santoso, D.Min. Pendahuluan Meskipun akhir-akhir ini semakin banyak orang tua

Lebih terperinci