BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN NASIONALISME MELALUI PERS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN NASIONALISME MELALUI PERS"

Transkripsi

1 42 BAB III PERANAN IPPI DALAM MENYEBARKAN GAGASAN NASIONALISME MELALUI PERS Perkembangan dan perjalanan pers di Indonesia yang senantiasa mengalami pasang surut perubahan tentunya menuntut adanya penjelasan background sejarah media itu sendiri. Menurut Edward C. Smith dalam Pembreidelan Pers di Indonesia, peran media sebagai alat perjuangan di dalam revolusi kemerdekaan telah menjadikan hal ini sebagai pengalaman dan menjadi latar belakang kepribadian pers Indonesia. Dengan demikian nama pers perjuangan pada dasarnya harus dapat diterapkan sebagai media policy/kebijakan media bagi setiap penerbitan di Indonesia, tidak hanya pada masa revolusi perjuangan Indonesia, tetapi juga diterapkan pada masamasa selanjutnya. 1 Pers di Indonesia merupakan alat perjuangan bangsa yang dapat menjamin kemerdekaan nasional yang bukan merupakan kata-kata kosong belaka, tetapi kemerdekaan nasional yang meliputi the freedom to be free agar dapat membentuk struktur kemasyarakatan dan mencerminkan keadilan sosial dan perdamaian abadi. 2 1 Edward C. Smith., Sejarah Pembreidelan Pers di Indonesia, (Jakarta: Grafiti, 1983), hlm I. Taufik., Sejarah Dan Perkembangan Pers Di Indonesia, (Jakarta: P.T. Triyinco, 1997), hlm

2 43 Pers memperjuangkan cita-cita bangsa Indonesia dan sebagai alat yang tidak mengenal kompromi dengan sistem yang bertentangan dengan cita-cita nasional, selain itu pers juga sebagai senjata mental bagi bangsa Indonesia dan alat pembangunan untuk ke arah tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Semakin tajam pers Indonesia sebagai alat pembangunan, maka semakin cepat pula tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. 42 Pers pada masa perjuangan pergerakan nasional, telah menampakkan keterlibatannya sebagai media komunikasi. Pers cenderung menjadi alat perjuangan dari kaum pergerakan, sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pers nasional merupakan bagian tak terpisahkan dari perjuangan pergerakan nasional karena sesungguhnya pers merupakan bagian dari perjuangan itu. Menurut Syamsul Basri bahwa pers dan wartawan dengan tulisan dan sepak terjangnya waktu itu, berusaha menggalang dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk bercita-cita memerdekakan Indonesia dari penjajah. 3 Menurut M. Tabrani, seorang wartawan dan tokoh pergerakan, memberikan karakteristik pers nasional: Pertama, harus bercorak nasional dalam arti seluasluasnya dan kedua, menjadi pendukung gagasan kemerdekaan, namun harus berpendapat luas dalam mengolah peristiwa dan fakta yang di dalam masyarakat selalu terdapat perbedaan, ketiga; tenggang menenggang. 4 Bung Karno ketika memberikan kata sambutan pada hari ulang tahun koran Sipatahoenan yang ke-10 di tahun 1933, mengatakan bahwa tiada perjuangan kemerdekaan secara modern yang 3 Syamsul Basri., Pers dan Wartawan Sebagai Pembangkit Kesadaran Bangsa Melawan Penjajah, (Jakarta: Deppen RI, 1987), hlm Tabrani., Pers Nasional Sebagai Bagian dari Masyarakat yang Berjuang Mencapai Kemerdekaan. (Jakarta: Deppen RI, 1987), hlm

3 44 tidak perlu memakai penyuluhan, propaganda dan agitasi dengan pers. 5 Pengakuan semacam ini diungkap pula oleh Muhammad Hatta sewaktu membina koran PNI Baru, Daulat Rakjat, yakni: Memang majalah gunanya untuk menambah pengetahuan, menambah pengertian dan menambah keinsyafan. Dan bertambah insyaf kaum pergerakan akan kewajiban dan makna bergerak, bertambah tahu kita mencari jalan bergerak. Sebab itu majalah menjadi pemimpin pada tempatnya. Dan anggota-anggota pergerakan yang mau memenuhi kewajibannya dalam perjuangan tidak dapat terpisah dari majalahnya. 6 Pengakuan yang diungkapkan tersebut memberi gambaran akan pentingnya peranan pers dalam perjuangan pergerakan nasional. Peranan pers nasional sebagai alat perjuangan dengan orientasinya yang mendukung perjuangan pergerakan nasional telah mengambil bagian penting dari episode perjuangan dalam upaya mencapai kemerdekaan. Di samping sebagai wadah di mana ide-ide dan aspirasi organisasi disuarakan, juga telah berperan dalam menyadarkan dan membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan yang kemudian menjadi senjata ampuh melawan politik pecah belah Belanda. A. Kondisi Pers Nasional Pasca Kemerdekaan Pada awal sejarahnya, pers di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang berhubungan dengan keadaan masyarakat, politik, dan budaya. Sejarah pertumbuhan pers di Indonesia mencerminkan struktur masyarakat yang majemuk, dengan adanya golongan penduduk yang terpisah satu sama lain, seperti penduduk Belanda, China, 5 Ibid., hlm. VI. 6 Mohammad Hatta., Memoir, (Jakarta: Tintamas, 1979), hlm. 329.

4 45 Arab, dan India. Penduduk Indonesia sendiri pada zaman kolonial berada dalam batas-batas hidup kesukuan. Dengan itu maka bahasa yang dipakai pun berbeda, dan pers dipakai sebagai media pemberitaan dan pendapat yang berbeda pula, dan tidak jarang merupakan suara pendukung berbagai ideologi. Tempat terbit dan penyebaran surat kabar Belanda hanya terbatas pada kotakota besar yang penting bagi administrasi maupun sebagai pusat perdagangan perusahaan-perusahaan Belanda. Pada awal abad ke dua puluh beberapa pers Belanda mewakili orientasi politik tertentu, yang walaupun ada perbedaan, namun bercorak mempertahankan kolonial di Indonesia. 7 Isi dari pers Belanda sendiri sudah tentu berorientasi ke Eropa dan kepentingan Eropa, serta menutup mata bagi keadaan dan kepentingan Indonesia, bahkan untuk mengetahui apa yang terdapat dalam pers masyarakat Indonesia saja dirasa tidak perlu, kecuali Bataviaasch Nieuwsblad dan De Locomotief, pada umumnya corak pers mereka dapat disebut sebagai pers kolonial. Dengan ciri pers Belanda yaitu dengan sistem rasial, apabila suatu media masa yang dapat membuka kemungkinan untuk mengeluarkan pendapat umum terhadap kebijaksanaan pemerintah maka tidak akan mendapatkan izin terbit. Namun sejak berlakunya ketentuan Liberalisasi, khusunya keputusan penguasa untuk menghapuskan pra sensor sebelum mulai tahun 1906, wartawan Indonesia mempunyai peluang untuk menerbitkan surat kabar sendiri. Liberalisasi di negara jajahan tentu mengandung kontradiksi-kontradiksi pasal-pasal karet dalam undang- 7 Abdurrachman Surjomihardjo., Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers, (Jakarta: Kompas, 2002), hlm. 34.

5 46 undang yang masih diberlakukan, bahkan pers breidel ordonantie tahun 1931 tetap merupakan senjata pengekangan dan penindasan. Puncak dari politik pemerintah terhadap kebijaksanaan pers adalah ketika disahkannya peraturan dan pemberangusan pers pada tanggal 7 September Dalam pasal 1, disebutkan bahwa pers breidel ordonantie atau pemberangusan pers merupakan hak Gubernur Jendral untuk melarang terbit penerbitan tertentu yang dinilainya bisa mengganggu ketertiban umum, sedangkan dalam pasal 2 disebutkan adanya pelarangan percetakan, penerbitan dan penyebaran sebuah surat kabar paling lama delapan hari, tetapi jika sesudah terbit surat kabar yang bersangkutan dinilai mengganggu lagi ketertiban umum, maka larangan terbit bisa menjadi lebih lama, meskipun tidak terbit lebih lama dari tiga puluh hari berturut-turut. Dari pasal-pasal peraturan yang ada pada masa pemerintahan Belanda, jelas sangat menyempitkan ruang gerak setiap gerakan pers yang berada di luar kepentingan kolonial. Tidak seperti di zaman kekuasaan Belanda, pers di zaman penguasa militer Jepang banyak sekali menguntungkan bangsa Indonesia, disamping ada juga faktor-faktor penekanan. Zaman pemerintahan militer Jepang, sarana publikasi dan komunikasi diatur dengan undang-undang nomor 16 yang dikeluarkan oleh penguasa Jawa dan Madura. Dua segi yang menonjol dari undang-undang ini ialah sistem izin terbit dan sensor preventif. Dalam pasal 1 disebutkan, bahwa semua barang cetakan harus memiliki izin terbit dan izin publikasi. Pasal 2 menyebutkan, bahwa penerbitan yang sebelumnya memusuhi Jepang dilarang untuk meneruskan penerbitan. Adapun mengenai sensor preventif ditegaskan dalam pasal 4 yang menyatakan semua barang

6 47 cetakan, sebelum diedarkan harus melewati bagian sensor Bala Tentara Jepang. Ketegasan Jepang dalam peraturan persnya terasa sekali dengan ditempatkannya Shi Doo In (penasehat) dalam staf redaksi setiap surat kabar, yang bertugas untuk melakukan kontrol langsung terhadap setiap terbitan sebuah surat kabar, bahkan sering para penasehat tersebut menulis sendiri artikel-artikel dengan menggunakan anggota redaksi. Untuk mengelola penerbitan surat kabar tersebut pemerintah Jepang mendirikan Jawa Shinbun Kai, yang merupakan serikat Persurat-kabaran di bawah pemerintah militer. Pengaturan kehidupan pers oleh pemerintah Jepang sudah barang tentu menyempitkan kedudukan pers sebagai sarana informasi kepada umum, namun tak dapat disangkal bahwa juga memberi sumbangan berharga bagi perjuangan kemerdekaan dan pertumbuhan pers Indonesia setelah kemerdekaan. Dapat dicatat bahwa larangan terhadap penggunaan bahasa Belanda meratakan penggunaan bahasa Indonesia ke seluruh pelosok Indonesia untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Hal tersebut diperhebat pada masa penguasa Jepang sehingga orang-orang Indonesia sendiri mendapat latihan mengenai berbagai aspek pengelolaan pers dan menduduki posisi pada semua tingkat yang bertanggung jawab. 8 Zaman pendudukan Jepang mendorong perubahan masyarakat dengan membuka jabatan-jabatan baru bagi bangsa Indonesia, yang pada zaman kolonial Belanda tidak terjadi. Pada saat Jepang kalah perang dan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah siap dengan berbagai jabatan yang diperlukan dalam menyusun kemerdekaan. 8 Ibid., hlm. 86.

7 48 Pers Indonesia sebagian tergantung kehidupannya pada situasi dan kondisi di zaman Jepang, terutama sekali karena keterbatasan sarana seperti kertas dan mesin cetak. Akibat dipindah-pindahkan menurut kemauan siasat Jepang, tetapi di mana dahulu terbit surat kabar-surat kabar Jepang, di situ terbit surat kabar Republik. 9 Demikian pula halnya dengan yang terjadi di beberapa daerah, baik itu mengenai motifnya maupun tujuan dari setiap surat kabar yang ada, tidak akan terlepas dari sejarah pertumbuhan persurat-kabaran, masyarakat, situasi dan kondisi saat itu. Surat kabar sebagai salah satu media massa mempunyai peranan penting dan kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat, terutama pada masa revolusi fisik. Walaupun disadari bahwa baru kalangan tertentu dan sebagian kecil dari masyarakat yang membeli surat kabar pada waktu itu, sehingga dapat dikatakan bahwa surat kabar masih merupakan barang langka. Apabila dibandingkan dengan bentuk-bentuk media massa lainnya maka surat kabar merupakan sarana komunikasi massa yang paling murah dan mudah dijangkau masyarakat pada umumnya. Mengingat kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari memerlukan alat untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, maka pada masa revolusi fisik, sarana komunikasi massa yang berupa surat kabar ini menduduki posisi yang amat penting bagi perjuangan. Surat kabar pada waktu itu merupakan penyampai semangat dan pesan serta informasi kepada masyarakat dan pejuang. Fungsi yang amat penting adalah sebagai pelopor dan pembangkit semangat perjuangan, tetapi surat kabar juga 9 Sumanang, Beberapa Soal Tentang Pers dan Jurnalistik. (Jakarta: Balai Pustaka, 1952), hlm. 24.

8 49 merupakan alat kontrol sosial, mengadakan kontrol, dan membina para pejuang untuk tetap teguh pada pendirian di dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 1. Kondisi Surat Kabar Pasca Kemerdekaan Awal berdirinya surat kabar-surat kabar pada masa kemerdekaan masih sederhana dalam bentuk dan sistem pengelolaannya. Bentuk perusahaan pada waktu itu belum berdasarkan peraturan badan hukum, melainkan hanya semacam bentuk gotong royong, saling percaya, kerja sama atas dasar kepentingan perjuangan, tidak terikat oleh suatu peraturan badan hukum. Pada masa revolusi fisik untuk mendirikan surat kabar yang terpenting adalah memiliki idealisme dan agak mengesampingkan segi ekonomis. Untuk mempertahankan idealismenya tidak jarang seorang pemimpin perusahaan harus berkorban materi, akibatnya tidak jarang surat kabar atau majalah hanya mampu bertahan beberapa bulan bahkan hanya beberapa kali terbit. Tidak mampu bertahannya suatu surat kabar atau majalah juga disebabkan oleh masalah teknis seperti sulitnya kebutuhan pokok seperti tinta, kertas, mesin cetak dan lainlain, selain itu tidak terlepas dari kondisi masyarakatnya, kebudayaan maupun politik. Para karyawan surat kabar pada masa itu bekerja atas dasar perjuangan demi kemerdekaan, tetapi walaupun demikian tidak berarti pihak penerbit tidak memperhatikan kesejahteraan karyawan. Bagi karyawan sendiri pada prinsipnya yang penting surat kabar dapat terbit, soal gaji tidak jadi masalah. Apalagi yang menjadi wartawan perang, keduanya mempunyai sikap yang sama yaitu bekerja untuk kemerdekaan Republik Indonesia.

9 50 Mengenai keadaan dan bentuk persurat-kabaran pada masa itu masih sangat sederhana. Kebanyakan menggunakan kertas merang yang ukuran maupun tebal tipisnya tidak sama, di satu sisi licin dan halus yang lain kasar dan tidak rata. Terdiri dari dua halaman yang masing-masing surat kabar lebarnya tidak sama, kebanyakan setengah lembar koran sekarang. Mengenai masalah pengerjaan surat kabar dari proses pencarian berita hingga penyajiannya, para karyawan pers pada masa itu tidak terpancang kepada tugas dan posisinya dalam perusahaan pers, tetapi mereka saling membantu tanpa memandang posisi dan tugasnya. 2. Peranan Ikatan Pelajar Indonesia di Bidang Pers Para pemuda, pelajar dan mahasiswa menghimpun tenaga dan kekuatan untuk berjuang dalam bidang media masa yang memiliki kekuatan untuk mendorong semangat perjuangan seluruh komponen elemen rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaannya sendiri dan mampu memberi tekanan pada pihak penjajah terutama terhadap NICA-Belanda yang berusaha menduduki kembali Pemerintahan Indonesia pada tanggal 29 September Beberapa cabang dari Ikatan Pelajar Indonesia menerbitkan organnya masingmasing, pada saat itu segala sesuatunya dikerjakan dengan tekad tanpa pamrih dan semua ditunjukan untuk perjuangan kemerdekaan. Para penyelenggara berstatuskan masih pelajar, disamping giat dan aktif dalam organisasi, menulis artikel majalah masing-masing dan menghadiri konferensi pers yang diadakan oleh Kementerian 10 Slamet Muljana., Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan Jilid II, (Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2008), hlm. 54.

10 51 Penerangan atau ormas-ormas, mereka tetap terkena kewajiban masuk sekolah dan tetap harus mengikuti ulangan umum untuk kenaikan kelas ataupun ujian penghabisan sekolah. Selain tetap harus wajib belajar dan bersekolah, pembagian kerja di kantor pun diatur sebaik-baiknya dan di jadwal secara bergiliran. Ada yang datang pada saat pagi hari dan adapula yang bekerja di sore hari. Demikian pula tata usahanya telah diatur dari mulai mengambil majalah dari percetakan, menulis alamat para pelanggan, mengurus pembukuan dan ekspedisi sampai pengiriman ke kantor pos mereka lakukan sendiri. Semua itu tanpa adanya honor, mereka juga tidak menjagakan bantuan dari pihak lain karena mereka melakukannya dengan sistem gotong royong, percaya kepada diri sendiri dan ikhlas tanpa pamrih. Penyerbuan Belanda ke wilayah de facto RI menghentikan semua kegiatan penerbitan secara legaal. Para pemuda, pelajar dan mahasiswa tetap terus berjuang di luar kota dan tidak sedikit pula yang bersikap pasif dengan Belanda. Pelajar dan pemuda yang berjuang ke luar kota sebagian tergabung dalam Tentara Pelajar ataupun yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan gerilya. Setelah kedaulatan RI diakui Belanda para pemuda yang semula ada di luar kota dan berjuang di hutanhutan kembali ke kota untuk meneruskan belajar dan kembali aktif menuntut ilmu di sekolah atau diperguruan tinggi masing-masing. 11 Selama itu nampak tidak banyak organ yang ditebitkan oleh para pelajar dan mahasiswa ini dikarenakan mereka mengejar ketinggalan yang selama ini mereka tinggalkan pada saat berada di daaerah pedalaman. 11 Marwati Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto., Sejarah Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 272.

11 52 a. Pelita Zaman Ikatan Pemuda Indonesia di Jawa Timur yang berpusat di Mojokerto menerbitkan majalah Pelita Zaman dengan dipimpin oleh Mohammad Icksan dan mengenai isinya dipercayakan kepada Dachlan dan Sujati. Pelita Zaman menyuarakan mengenai bahasa Indonesia yang dinilai sebagai bahasa persatuan dan perjuangan yang harus diterapkan dan memiliki kedudukan yang sangat penting. Editorial Tjamboek pada tanggal 20 Januari 1946 menunjukkan para pemimpin yang berusaha menerapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting meski dibawah pemerintahan Belanda, berita-beritanya antara lain: Editorial Tjamboek pada tanggal 20 Januari 1946 : Bahasa Indonesia, Bahasa Persatoean Dan Perdjoeangan Perkataan Bahasa Melajoe diganti dengan perkataan Bahasa Indonesia, Soenggoeh soeatoe tindakan jang sekali goes mereboet hati kita. Bertahoentahoen dalam zaman pemerintahan Hindia-Belanda dahoeloe kita perdjoeangkan soal bahasa Indonesia itoe. Para pemimpin tidak berhentiberhentinja beroesaha soepaja bahasa Indonesia itoe diakoei oleh pemerintah ketika itoe tetapi tersia-sia belaka, betapa djoega hebatnja perdjoeangan diloear dan didalam badan perwakilan seperti Volksraad, Provinciale Raad dan Stadsgemeenteraad. Tentang kedoedoekan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdjoeangan, koerang sekali didapati penerangan. Angkatan moedalah jang telah banjak berdjasa dalam hal ini. Jaitoe beroepa soempahnja, bahwa kita bertanah air satoe; bangsa Indonesia; berbahasa satoe, bahasa Indonesia. Soempah angkatan moeda ini meloeas mendjadi soempah seloeroeh bangsa Indonesia. Ini memang tidak bisa lain karena kalau kita berdjoeang oentoek mentjapai Indonesia Merdeka, dengan sendirinja tanah air kita itoe haroes bernama Indonesia, bangsa kita bergelar bangsa Indonesia. Amat djanggallah djika misalja tanah air dan bangsa bertjap Indonesia. Sedang bahasanja bahasa Melajoe atau bahasa Djawa misalnja. Poen sebaliknja, djanggal poela biamana bangsa dan bahasa diseboetkan Indonesia, tetapi tanah air dinamakan Djawa atau Soematera. Djadi teranglah, bahwa bahasa Indonesia itoe boekan hanja bahasa persatoean. Tetapi, djoega bahasa perdjoeangan menoedjoe Indonesia merdeka jang boelat, jang tidak terpetjah-petjah, ibaratkan Indonesia merdeka

12 53 itoe sapoe lidi. Maka bahasa Indonesia itoe adalah tali jang mengikatnja poeloehan lidi itoe mendjadi satoe. 12 Berita di atas, memuat mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, kaena bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan tanah air Indonesia. Selain bahasa persatuan, sebagai bahasa perjuangan menuju Indonesia merdeka dan bertujuan untuk mengusir kaum penjajah. Pada tanggal 15 November 1946 ditandatangani Perjanjian Linggarjati, Belanda menyerang Mojokerto dan semua penerbitan yang ada di Mojokerto termasuk Pelita Zaman menjadi kacau dan pemuda pelajar yang menanganinya harus mengungsi dan meneruskan perjuangan di tempat yang baru. 13 b. Pemuda Merdeka Selain Pelita Zaman, IPI cabang Kediri memiliki majalah bernama Pemuda Merdeka dan dipimpin oleh Moerdjimin seorang pelajar Taman Guru Taman Siswa Kediri. Tetapi Moerdjimin gugur ditembak Belanda ketika naik rakit hendak menyeberangi Sungai Brantas untuk kembali ke kotanya Nganjuk dengan melaksanakan tugas organisasinya di sana. Selain Moerdjimin kedua temannya anggota redaksi Sanyoto Padmodimulyo dan Pranata Sastrosuprapto yang juga pelajar Taman Siswa juga terkena tembakan Belanda dan tenggelam hanyut di Sungai Brantas. Pemuda Merdeka banyak menyuarakan informasi mengenai perjuangan bagi seluruh pemuda di Indonesia dan jalannya usaha mempertahankan kemerdekaan baik itu pemberitaan mengenai jalannya berperang melawan imperialisme Belanda, 12 Pelita Zaman, 20 Januari 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional 13 Rushdy Hoesein., Terobosan Sukarno Dalam Perundingan Linggarjati, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 6.

13 54 maupun dampak dari pertempuran antara pemuda Indonesia dan Belanda. Seperti yang diterangkan oleh tulisan Trisula menerangkan keadaan para wanita, anak-anak dan kaum laki-laki yang dirampas hak dan diperbudak oleh tentara-tentara Belanda. Selain itu, perjuangan pemuda dalam menghadapi dan memperjuangkan kemerdekaannya tulisan-tulisannya antara lain : Editorial Suryo Timur 15 Djoeli 1946 : PEMOEDA Banjak sedikitnja kita semoea soedah tahoe tentang perang Diponegoro. Oleh sebab itoe, soedah bisalah membajangkan bagaimana keadaan masjarakat dikala itoe. Bisa poela membajangkan bagaimana hidoep dimasa itoe. Sebeloem perang disana-sini, dipermoekaan Noesantara kita ini, kaki imperialisme Belanda mengindjak-indjak semaoe-maoenja. Sesoedah perang, sampai kepada zaman baroe ini kaki imperialisme Belanda jang mengindjak itoe diperkoeat. Teroetama oleh tangan-tangan berkoekoe tadjam jang hebat menjengkeram. Tangan-tangan imperialisme Amerika-Inggris kalau sedikit sadja Indonesia kita ini bergerak makin berloemoeran darahlah loeka-loeka tjengkeraman imperialis itoe. Selama berperang, desa-desa dibakar, pertanian diroesakkan, ternak dirampas, perempoean dan kanak-kanak ditangkap. Lakilaki dipaksa bekerdja mendirikan benteng-benteng moesoeh. Diboenoeh mati sesoeka hatinja. Hanja mereka jang toeroet berperang sadja jang hindar dari keboeasan ini. Mereka jang toeroet berperang sadja menikmatkan bahagia merdeka!. Mereka jang toeroet berperang djoega jang diloehoerkan selamalamanja!. Dalam membajangkan semoea ini sekarang, kiranja tidak berlebih-lebih kalau dikatakan: tiap temboesan peloeroe lawan jang menoempahkan darah nenek mojang kita, tiap djerit wanita dan kanak-kanak jang disiksa, tiap adoeh manoesia jang dibakar roemahnja, dirampas ternaknja, dipaksa bekerdja dengan semena-mena. Dan memangnjalah, semoeanja itoe pasti akan berlakoe kembali kalau kaki imperalis itoe mengindjak tanah air kita ini kembali. Oleh sebab itoe, disaat moesoeh itoe mendekat-dekat hendak mengindjakkan kaki diboemi kita lagi, kita mesti soedah mempoenjai sikap dan terlahirkan sebagai bangsa jang baroe. 14 Pemuda Merdeka kemudian digabung dengan majalah Pelajar Pejuang dengan berganti nama Patria pada tanggal 10 Juli 1946 dengan dipimpin redaksinya 14 Peladjar Merdeka, 15 Djoeli 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

14 55 oleh Soetomo dari Sekolah Guru Laki-Laki Blitar dan di kemudian hari di kenal dengan Vifa Soetomo. c. Patria Patria sering menerbitkan mengenai penyampaian ide, misi dan perjuangan melawan penjajahan Belanda. Selain itu, Patria juga menggambarkan mengenai perjuangan Pemuda pelajar. Pada Patria edisi No. 5 tertanggal 25 Oktober 1946 menerbitkan artikel berjudul Pemoeda Dan Kemadjoean Bangsa, antara lain: Peladjar penting oentoek masa pembangoenan, salah soeatoe kewadjiban jang amat penting bagi pemoeda dan pemoedi bangsa kita ialah keberanian, bahwa merekalah pemangkoe nasib bangsa. Kepada para pemoeda pemoedilah harapan bangsa ditoedjoekan. Dari mereka diharap sifat dinamis (gerak) jang dapat meroebah keadaan jang pintjang, meroebah keadaan setjepat-tjepatnja. Rasa kebangsaan, rasa satoe dengan bangsanja, rasa tjinta pada tanah air adalah salah satoe hal yang perloe oentoek menggelorakan djiwanja dan membakar semangat perdjoeangannja. Haroes poela pemoeda kita siap oentoek bertempoer dengan moesoeh djika tanah air terantjam. Kaoem pemoedi dalam oesaha dan persiapan haroes tahoe menempatkan dirinja pada tempat-tempat jang lowong karena ditinggalkan pemoeda kemedan perang, jang dapat diganti dengan tenaga pemoedi dan disitoelah lapangan oentoek mentjoerahkan tenaganja dan memenoehi djandjinya.. 15 Artikel ini menyebutkan para pelajar memiliki rasa berjuang untuk mempertahankan bangsa Indonesia. Pemuda pelajar adalah harapan untuk merubah dan menentang kaum penjajah. Perjuangan pemuda adalah perjuangan rakyat, para pemuda harus menjadi paling depan dalam menghadapi ancaman pihak luar. Selain itu, Patria menerbitkan sajak dari Usmar Ismail yang memiliki makna menceritakan kekecewaan rakyat yang telah tertipu oleh penjajah dan rakyat masih memiliki 15 Patria, 25 Oktober 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

15 56 harapan akan kemerdekaan. Sajak ini diterbitkan pada tanggal 25 September 1946, seperti berikut ini : Tjaja Merdeka Kepada Tanah Airkoe. Sekali akoe terbangoen dalam tjerkammoe, Dari dalam djoerang jang gelap-hitam Kau renggoet akoe hingga akar-djiwakoe, Kau angkat akoe memboeboeng Menatap wadjah Soeria Merdeka Boeta akoe disorot ni mat sinar gemilang, Diseret hanjoet gelora aroesmoe, Kemoedian kau lemparkan dakoe Kepantai tindakan njata! Telah kau remoek akoe, Bersatoe padoe dengan sinarmoe, Ta moengkin akoe kan soeroet lagi Sampai lipoer tjajamoe dalam matikoe Akan mengemboes angin dari tepi koeboerkoe setiap pendjoeroe, Membawa ni mat Tjaja Merdeka Dan soedjoedlah akoe dihadirat Toehankoe menoenggoe. 16 Patria berkantor di Mojokerto tetapi di cetak di Kediri dan bila percetakan telah selesai, majalah diikat menjadi satu dan di angkut dengan kereta api ke Mojokerto ke rumah Mas Isman komandan TRIP Jawa Timur yang sekaligus di jadikan kantor majalah tersebut. d. Obor Ikatan Pelajar Indonesia juga menerbitkan majalah dengan nama Obor yang berarti Suluh di Blitar yang di kenal sebagai Kota Pelajar. Terbit dalam Bahasa Jawa dimaksudkan untuk memberi penerangan kepada rakyat pedesaan yang memang 16 Patria, 25 September 1946, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

16 57 belum begitu paham dengan Bahasa Indonesia. 17 Pemimpin Redaksi Obor adalah Masroeroen di bantu oleh Siti Sudarmani, keduannya adalah pelajar SGL dan SGP setempat. Bentuk majalah ini sangat sederhana dan terkadang menggunakan kertas merang, ukurannya pun disesuaikan dengan kemampuan percetakan yang ada di Kota Blitar masa itu. Namun yang terpenting adalah isinya yang sungguh bermanfaat bagi para rakyat pedesaan terutama bagi perjuangan bangsa dan tetap menggalang persatuan seluruh bangsa Indonesia. Berlawanan sekali dengan penerbitan pihak Belanda yang meskipun menggunakan bahasa Indonesia tetapi isinya mengajak kealam penjajahan kembali, seperti media masa yang diterbitkan atas prakasa Dinas Penerangan Belanda Regeerings Voorlichttings Dients. Beberapa media Belanda tersebut seperti: Warta Indonesia (Jakarta), De Courant (Bandung) dan Het Dagblaad voor Sumatera (Medan). e. Soeara Moeda Kemudian disusul Soeara Moeda yang diterbitkan oleh Ikatan Pelajar Indonesia daerah Surakarta mula-mula terbit secara mingguan kemudian diterbitkan tiga kali seminggu dan merupakan penerbitan IPI yang bertahan paling lama. Soeara Moeda mula-mula berbentuk lembaran kemudian berbentuk majalah dan nomor penerbitan perdananya terbit pada 1 November Soeara Moeda berkantor di Jl. Purwosari Solo dan harga langganan untuk 3 bulan adalah F1 5.25; sedangkan untuk eceran seharga F atau tiga puluh sen. Dicantumkan sebagai penyelenggara Boestami dan Idham sedangkan redaksinya Slamet Moeljono, Singgih, hlm Soebagijo., Sebelas Perintis Pers Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1976),

17 58 Soeharto, Soekarto dan Soetikno dan sebagai Tata Usaha Rahoela, Toni Darto dan Hartono. 18 Pada waktu itu Soeara Moeda mempunyai rubrik pojok yang di beri nama ndjomplang dengan penjaga pojok Srempet. Tiga minggu kemudian terjadi perubahan susunan baik dalam bidang redaksi maupun tata usaha dan pembaharuan redaksi di cantumkan nama-nama Soekarto, Soetikno, Moeljoto, Soetadi, Soeharto, Moeljono, Singgih, Hartoko dan Soemantri, sedangkan tata usaha antara lain Seno, Roesman dan Sri Tartani. Dalam sejarah pers Indonesia, Soeara Moeda merupakan korban pertama dari Pemerintah Republik Indonesia yang terkena persbreidel atau di batasi. Ini disebabkan penguasa setempat (Polisi Militer) Solo mempunyai penafsiran bahwa Soeara Moeda dianggap mendukung pihak swa-praja tetapi sebenarnya ialah anti swa-praja. Selain itu Soeara Moeda terbitan IPI Solo ini pula di catat sebagai usaha pelajar pedalaman yang mengirimkan wartawannya untuk menyertai konferensi pers dengan Letnan Gubernur Jenderal Van Mook yang mewakili Mahkota Belanda di Indonesia pada masa itu. f. Api Merdeka Ikatan Pelajar Indonesia di Daerah Yogyakarta pun memiliki majalah bernama Api Merdeka dan sebagai modal dalam menerbitkan majalah adalah kertas pembungkus roti yang diperoleh dari sumbangan Komite Nasional Indonesia Daerah. Api Merdeka baru menerbitkan dua nomor dan penerbitan di lanjutkan bersama dengan PB IPI yang pada saat itu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dan bermarkas di Tugu Kulon Ibid., hlm. 85.

18 59 Penyelenggara majalah Api Merdeka adalah sebagai berikut : Pemimpin Umum : Achmad Dahlan Ranoewihardjo Pemimpin Redaksi : Soebagijo Ilham Notodidjojo Pemimpin Administrasi : Rikoesworo Dirdjokoesoemo Anggota Redaksi : Abdoel Madjid H. Ibrahim, Djalioes Djalil, Tjiptohardjono, Sartini dan Astoeti Anggota Administrasi : Soedarsono, Soemarto, Soepomo, Soemardjan, Indroharto, Siti Soemar, Soegijanti dan Soeharti. 19 Api Merdeka mempunyai pengaruh sampai ke luar Jawa ini dikarenakan para pelajar di Sumatra yang di ketuai Boestaman menerbitkan majalah dengan nama Menyala, penerbitan ini di namakan dengan Menyala sebab agar Api Merdeka di Yogyakarta agar selalu menyala terus di Sumatra. Contoh tulisan Tjinta Tanah Air terbitan Api Merdeka pada tanggal 19 Agustus 1947 yang membuat semua rakyat memiliki semangat yang terus menyala, berisikan : Djika sempit, wahai tanah airkoe, djika sempit boeat dirikoe lapanganmoe, moga-moga langkahmoe akan bertambah lebar, lantaran pengorbanankoe. Bilakah lantaran tjinta kepadamoe, akoe akan naik tiang gantoengan soepaja sesoedahkoe hilang kelak bisa naik poela kekoersi mahtigai kemoeliaanmoe. Kita semoea haroes beroesaha soepaja penglaksanaan perdjoeangan berhasil, berbahagialah soeatoe tanah air jang poetera-poeteranja mentjintainja lebih daripada tjinta kepada diri sendiri. Akan djajalah soeatoe bangsa, akan sentausalah soeatoe masjarakat jang anggautanja siap sedia mentiadakan diri sendiri, mengenjampingkan diri sendiri, goena kehormatan agama, bangsa dan negara. 20 Suara yang tercermin dalam beritanya menunjukkan bahwa Api Merdeka sangat berharap besar bagi para putra-putri Indonesia dalam melaksanakan 19 Susunan Lengkap Pengurus Majalah Api Merdeka, Tahun Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Susunan PB IPPI, No Api Merdeka, 19 Agustus 1947, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

19 60 perjuangan yang bertujuan untuk kehormatan agama, bangsa dan negara. Kehadiran majalah Api Merdeka di Sumatra di bawa oleh pemuda yang di kirim oleh pemerintah untuk mengadakan propaganda sekaligus menjadi penghubung antara pemerintah pusat di Yogyakarta dengan Pemerintah RI di Pulau Perca tersebut. Peran media masa terutama majalah sering memuat tulisan mengenai usaha mempertahankan kemerdekaan disebabkan masa itu adalah masa di mana Indonesia sedang melakukan usaha dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. B. Peranan IPPI di Bidang Pers Tahun IPPI merupakan penyatuan dari organisasi SMI dan IPI yang lahir pada tanggal 2 febuari 1948 melalui kongres pemuda ketiga di Yogyakarta. Penyatuan ini dimaksudkan untuk menghimpun pengalaman dan kekuatan para pelajar dan mahasiswa dalam sebuah wadah perjuangan. IPPI terus-menerus mempelopori usahausaha mempertahankan dan mengobarkan semangat persatuan yang pada saat itu Belanda masih berusaha untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Wujud perjuangan IPPI sebagai sebuah organisasi pelopor perjuangan dari pemuda pelajar dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia antara lain melalui bidang pers. Seiring dengan bangkitnya kesadaran nasional, pers telah dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarluaskan cita-cita mencapai Indonesia merdeka Anwar Kurnia dan Moh. Suryana., Sejarah 2, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 27.

20 61 1. Menyala Pada masa pergerakan nasional, terbit surat kabar yang dikelola organisasi IPPI di Sumatra menerbitkan majalah Menyala yang ke dua dengan nomor terbitan 25 Juni 1949 seharga Rp.50,- dan sampul bertuliskan: Diterbitkan IPPI Sumatra Tengah. Pemimpin redaksinya adalah Sukardjo Wirjopranoto dan Adinegoro, majalah ini berisikan mengobarkan semangat kemerdekaan, semangat Republik, semangat pengabdian kepada negara dan bangsa. Seperti ditulis pada tanggal 30 Juni 1949 oleh Poenggoek berisikan : BOEAH PIKIRAN SEORANG PEMOEDA Bangsa kita, jaitoe bangsa Indonesia. Bangsa jang tidak merdeka, tjitatjitanja hanja satoe, dan paling penting, jaitoe Indonesia Merdeka. Ra yat Merdeka. Kemerdekaan itoe ada seperti satoe boeah jang bergantoeng di pohon dan jang kita dapat petik kalau kita hendak menaik, hendak mengeloerakan tenaga kita dan peloeh kita. Kalau berdiam dibawah pohon itoe dan hanja melihat sadja tentoe kita tidak dapat boeah itoe. Kemerdekaan itoe adalah soeatoe hak segenap rakyat, maka soedah seharoesnja soeatoe ra jat djadjahan mengorbankan harta bendanja, tenaga dan fikiran oentoek mendapatkan kemerdekaan itoe jang telah moesna. Djikalau kita menanja kenapa hanja orang asing sadja jang mempoenjai gedong-gedong besar maka sebagai djawaban kita senantiasa dapat : salah bangsa Indonesia Sendiri, tanah air kita adalah negeri jang kaja sendiri. Walaupoen begitoe toch kita terhitoeng mahloek jang paling melarat. Segala initiatief, kemaoean oentoek berdiri sendiri padam. Bagi pemoeda hidoep sengsara boekanlah mendjadi soal lagi. Tidak banjak tempat pekerdjaan karena masih hoetan. Sekarang soedah waktoenja kita membikin hoetanhoetan itoe mendjadi keboen-keboen. Sebab kita toch tidak akan selamanja memboentoeti kaoem kapitalisten sadja. 22 Suara yang tercermin dalam petikan diatas menunjukkan dasar dan tujuan berjuang untuk tetap tegaknya kemerdekaan Republik Indonesia, muatan tulisan tersebut menunjukkan bahwa Menyala sangat bersemangat untuk menyadarkan 22 Menjala, 30 Juni 1949, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional.

21 62 segenap rakyat bahwa bangsa Indonesia memiliki hak untuk merdeka dan menyatukan tenaga dan pikiran untuk berjuang mendapatkan kemerdekaan. Buktinya adalah tulisan-tulisannya yang selalu lantang dalam menyebarkan kesadaran dan semangat bagi segenap rakyat Indonesia. Mengingat majalah ini diterbitkan di pedalaman oleh sebab itu proses penerbitan dengan alat dan bahan seadanya dengan menggunakan stensilan berukuran kwarto atau folio dan sebagai kop majalah di bagian kiri di lukis burung hantu di atas buku dengan menggunakan tinta, pena dan kertas di bagian kanan. Sedang di tengah ada gambar api menyala, sebagai semboyannya di pilihlah Suara Pelajar Republik. 2. Gerinda Selain majalah Menyala, pemuda pelajar juga menerbitkan Gerinda di Semarang yang memuat tulisan yang bersifat politis. Kata Gerinda di ambil dari alat yang di pakai untuk mempertajam pisau, gunting dan sebagainya. Pada saat itu majalah Gerinda di resmikan di rumah Moh. Nugroho dan menerbitkan majalah bersifat politis karena setelah pihak Belanda dengan pasukannya melalui harian Suluh Rakyat berusaha menyebarkan paham federalis dan spontan membuat IPPI bergerak melalui tajuk rencana di majalah Gerinda menentang paham federalis tersebut. Susunan redaksi Gerinda antara lain Moh. Nugroho, V. Sugiono, Hartono, Abdullah dan Poeji Rahajoe. Akibat perlawanan pemuda pelajar melalui media pers melawan paham federalis, ketua IPPI yuwono di tangkap Belanda karena melakukan beberapa kesalahan yaitu mengenai agitasi jangan masuk sekolah Belanda, propaganda RI melalui majalah Gerinda dan menyebarkan pamflet gelap. Propaganda yang dilakukan oleh para pemuda membahas mengenai memberikan semangat dan

22 63 mengajak untuk bersatu melawan Belanda terutama memberi gambaran dalam perang gerilya yang pernah terjadi pada tanggal 25 November 1828, seperti tulisan yang berjudul Merdeka Atau Mati diterbitkan oleh Gerinda pada tanggal 17 September 1948 berisikan tentang : Oleh Karena itoe, dengan bersaksi kepada Toehan Jang Maha Esa, kami tetap berdiri tegak atas ketegoehan hati teroes meneroes berdjoeang oentoek mentjapai kemenangan achir dan Indonesiaa Merdeka. Kami memperhebat segala tenaga oentoek mendorongkan rakjat agar seloeroeh djiwanja dilipoeti oleh keinginan memiliki Indonesia Merdeka dengan semangat pertempoeran joega. Berkobar-kobar laksana api jang. Membakar berjala-njala penoeh dengan keichlasan mengatasi segala kesoekaran dan pengoerbanan, walaupoen akan menghadapi maoet. Kita dengan ketegoehan bathin dan ketetapan hati teroes-meneroes berdjoeang dengan sembojan : Merdeka Atau Mati!. Dan betapa akibatnja penjerangan Goerila dari tentara Diponegoro itoe dapat kita lihat dalam soerat pelapor Ledel kepada Goepenoer Djenderal De Kock tertanggal Tegalweroe, 25 Nopember 1828 No.338, jang berboenji: Kita kira, oentoek mendoedoeki daerah sini (Tegalwero) kita haroes memboetoehkan riboe militer lengkap-koeat dengan sendjata api, sedang tentara tamtama jang ada disekitar goenoeng itoe hanja terdiri atas 100 orang Demikianlah hebat perang Goerila dan kalau kita mengingat, bahwa loekisan diatas ini diberikan oleh penoelis Belanda (E.S. De Klerck dalam boekoenja,, Java Oorlong ) maka sidang pembatja dapat membajangkan bahwa perang Goerilla jang dilakoekan itoe lebih hebat. Alangkah hebatnja perkataan itoe, hebat menggetarkan kalboe. Perkataan itoe mendjadi poentjak soempah jang kita moelai dengan penjataan : Kita tidak maoe didjadjah lagi! Kita lebih soeka melihat seloeroeh Indonesia tenggelam di bawah gelombang Semoedera Hindia dia daripada memilikinja sebagai djadjahan orang lain!! Dengan soempah inilah kita menjosongsong Indonesia Merdeka. Merdeka atau mati! Soedah insjaflah semoea kita aka misi dan konsekwensi dari perkataan itoe? Isi perkataan itoe ialah: perdjoeangan tidak akan kita hentikan sebeloem seloeroeh imperialisme roentoeh. Kalau moesoeh berani mengindjakan kakinja di Tanah Air kita, maka dengan serentak seloeroeh rakjat haroes bangkit melawannja Gerinda, 17 September 1948, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional

23 64 Tulisan ini memiliki makna besar untuk berani menentang penjajah dan memiliki keteguhan untuk terus berjuang sampai seluruh kaum imperialisme pergi. Tulisan ini juga memberikan semangat melalui gambaran perang Gerilya yang dihadapi tentara Diponegoro untuk tidak takut menghadapi musuh dan memiliki prinsip untuk lebih baik mati karena bencana daripada harus mati ditangan penjajah yang berartikan bangsa lemah. Selain Yuwono, Soebijantoro yang mengambil alih pimpinan IPPI kemudian di tangkap dan di jebloskan di penjara ke dalam tahanan oleh IVG di Tilema-plein Semarang. Ini merupakan bukti kekuatan dan ketahanan pemuda pelajar melalui tulisan-tulisan yang di muat betapapun sederhana bentuknya tetapi memiliki makna mendalam bagi bangsa Indonesia. 3. Pemuda Masyarakat Pada tahun 1951 IPPI Jakarta Raya memiliki majalah Pemuda Masyarakat yang mula-mula merupakan bulletin dan memiliki perkembangan di cetak secara modern dengan ukuran menyesuaikan pada waktu itu. Djafar Husin Assegaff seorang tentara pelajar, sebelumnya aktif di Ikatan Pemuda Pelajar Pejuang Lampung, ketika sekolah di Jakarta bergabung menjadi anggota IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) dan Ormas ini punya majalah Pemuda Masyarakat dan di sana Assegaff belajar menulis artikel. 24 Majalah Pemuda Masyarakat ini beralamatkan Jalan Subang No.16 Jakarta, majalah ini terbit tiap satu bulan sekali dan di jual dengan harga Rp.2,- tiap nomor, tetapi sebagai anggota IPPI hanya berharga Rp.3,- untuk tiga nomor. Di 24 Djafar Husin Assegaff, Wartawan Tak Kenal Pensiun, indonesia.com//biografi//article//90286-direktori//1066wartawantidakkenalpensiun, (diakses tanggal 11 April 2015 Pukul WIB).

24 65 sampul depan majalah Pemuda Masyarakat tertera lambang IPPI dan di tengah lambang dari IUS yang menandakan bahwa IPPI adalah anggota IUS, tetapi setelah IPPI keluar dari IUS maka nama IUS pun sudah tidak di cantumkan sebagai lambang majalah Pemuda Masyarakat. 25 Pimpinan Umum Redaksi majalah Pemuda Masyarakat adalah Eddy Abdurrachman dan pemimpin Redaksi adalah Roestam Anwar, tetapi jabatan itu tidak berlangsung lama karena Eddy Abdurrachman terkena pemecatan dan di gantikan oleh Makkateru Syamsuddin dan staff redaksinya adalah A. Hamid, Rostan dan Erno A.S dan tata usahanya adalah Sagaf Sofjan. Pemuda Masyarakat mempunyai koresponden atau pembantu tetap di beberapa kota bahkan ada di luar negeri. Beberapa kota yang bertanggung jawab dalam redaksi majalah Pemuda Masyarakat antara lain : 1. Jakarta di ketuai oleh Syahril dan Dodong Djiwapradja 2. Tegal di ketuai oleh Isw. Sukimin 3. Yogyakarta di ketuai oleh Suwardja S. 4. Padang di ketuai oleh Temas 5. Makasar di ketuai oleh Akhas Pangerang 6. Serang di ketuai oleh Andhrijs Djunaedi 7. Bandung di ketuai oleh Djayusman 25 International Union of Student (IUS) berdiri di Praha, Cekoslovakia pada tahun IUS bergabung dengan IPPI karena dilandasi kesamaan visi dan misi perjuangan IPPI, yang berazaskan masyarakat yang bertujuan untuk membebaskan rakyat tertindas dan menciptakan keadilan serta kemakmuran pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat. Dan pada tahun 1954 PB IPPI Boestaman memutuskan hubungan dengan IUS karena menjadikan anggotanya tidak produktif karena selama ini IUS hanya menguntungkan salah satu blok dunia yang membuat IPPI tidak netral.

25 66 8. Sambas di ketuai oleh Aspia Mahjus 9. Singaraja di ketuai oleh Suwita M.S. 10. Dan di luar negeri Nederland di ketuai oleh Salamun dan Surjanto Utomo. Salah satu redaksi majalah Pemuda Masyarakat di Bandung yang diketuai oleh Djayusman menerbitkan artikel dengan judul Setia Bangsa Dan Tanah Air yang membahas peranan penting pemuda dalam menjalani kewajiban pembangunan Negara Indonesia serta menanamkan nilai rasa cinta tanah air, memperteguh dan membela persatuan tanah air. Artikel ini diterbitkan pada tanggal 20 April 1951 berisikan seperti : Indonesia. Setia Bangsa Dan Tanah Air Seloeroeh doenia kini mendjadi medan pertempoeran, api dan darah dimanamana. Djoega di tanah air kita. Doenia lama sedang roentoeh dan doenia baroe sedang timboel dari gelombang dan badai zaman. Jaitoe Negara Indonesia Merdeka. Kewadjiban pemoeda dalam masa peperangan dan pembangoenan ini hanjalah satoe, jaitoe ikoet berjoeang. Ikut berjoeang, soepaja berwoedjoed tjita-tjita jang menjadi taroeh segenap bangsa Asia Merdeka jang bebas dari imperialisme. Ikoet berdjoeang, soepaja berwoedjoed tjita-tjita jang dikandoeng setiap anak Indonesia jang tidak mendoeharkai Tanah Airnja, jaitoe Indonesia Merdeka!. Pemoeda pertjaja, bahwa doenia ini dapat dibentoeknja menoeroet kehendaknja. Pemoeda merasa bahwa didalam dirinya ada daja sjakti jang menjala sebagai api. Itoelah sebabnja, maka setiap zaman pantjaroba pertjaja kepada pemoeda, pertjaja bahwa tangan pemoeda akan dapat membangoenkan boemi baroe dan langit baroe jang lebih indah dari doenia lama, membangoenkan manoesia baroe jang akan hidoep berbahagia sebagai dewa didalam doenia!. Djoega kakak-kakak kita pertjaja kepada pemoedanja. Dengarkanlah oetjapan boeng Karno jang berboenji: Siapa jang menggenggam pemoeda, dialah jang menggenggam masa datang!. Dan boeng Hatta ada mengoetjapkan perkataan jang sederhana, tapi indah bagai intan. Jang berboenjinja pemoeda, engkau pahlawan dalam hatikoe! Pemoeda Masyarakat, 20 April 1951, Koleksi Arsip Monumen Pers

26 67 Isi artikel Djayusman ini memiliki makna bahwa dalam kondisi buruk yang terjadi pada bangsa Indonesia pada saat itu, pemuda memiliki kewajiban untuk ikut berjuang dengan tujuan terwujudnya cita-cita segenap bangsa Indonesia merdeka dan bebas dari imperialism. Bung Karno dan Bung Hatta percaya bahwa pemuda memiliki peran penting untuk melanjutkan cita dan harapan bangsa. Majalah Pemuda Masyarakat ini bertahan sampai tahun ke-iv dan setelah para pengurusnya terlibat dalam berbagai kegiatan dan akhirnya pengelolaan majalah menjadi terbengkalai. 4. Bulletin Organisasi Intern Sepuluh tahun kemudian Departemen Penerangan Pengurus Besar IPPI pada tahun 1965 menerbitkan Bulletin Organisasi Intern, namun hanya berbentuk bulletin, Pengurus Bulletin Organisasi Intern ini adalah Abd. Kahar Dangka sebagai pimpinan umum, pimpinan redaksi oleh Rachmat Timur dan penanggung jawab di pegang oleh Jusuf A., Rawis, Zimmi Nata, Munawar Hasan dan Hari. Bulletin Organisasi Intern ini berkantorkan di Jalan Tanah Abang No. III/24 Jakarta. 27 Bulletin ini terbit tiap satu bulan sekali dan di jual dengan harga Rp 5,- tiap nomor, tetapi sebagai anggota IPPI hanya berharga Rp 4,- untuk tiga nomor. Namun bulletin Organisai Intern ini tidak bertahan lama karena adanya kerusuhan Gestapu. Seperti halnya surat kabar-surat kabar pejuang lain pada umumnya, surat kabar terbitan dari IPPI dengan motivasi dasar menegakkan kemerdekaan guna mencapai kehidupan yang adil dan sejahterah serta mendorong semangat 27 Susunan Lengkap Pengurus Bulletin Organisasi Intern IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) Tahun 1968, Koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia, Arsip Susunan PB IPPI, No. 87.

27 68 nasionalisme yang menggerakkan para pemimpin nasionalis dengan suatu kebutuhan yang mendesak untuk berbicara secara bebas, meskipun dalam keadaan serba kekurangan. Dari kondisi tersebut dapat dirasakan bahwa pada dasarnya pers Indonesia pada masa awal berdirinya dan pada masa revolusi fisik masih dan hanya menekankan dari segi perjuangan, sedangkan dari segi komersilnya belum mendapat tempat dan perhatian khusus. Bangsa Indonesia dalam berjuang mempertahankan republik mempunyai tekat: Merdeka atau Mati, maka surat kabar Indonesia pun berorientasi dengan pedoman : Lebih baik mati dari pada dijajah. 28 C. Hambatan IPPI Dalam Menjalankan Perannya Pada saat Belanda mengacau dan menyerang wilayah Indonesia, dengan sendirinya juga dilakukan terhadap pers Republik Indonesia. 29 Demikian pula pada saat terjadi agresi militer Belanda pertama pada tanggal 21 Juli 1947, keadaan pers Republik (disebut pers Republiken pada waktu itu) bertambah berat. Pihak Belanda mulai pula menerbitkan koran-koran propaganda sendiri. 30 Aksi-aksi Belanda sewaktu agresi militer baik yang pertama maupun kedua terhadap kegiatan adalah pertama, merampas alat-alat percetakan pada setiap penerbitan pers yang dilakukan rakyat Indonesia. Tentu saja tujuannya agar alat percetakan tersebut tidak dipergunakan oleh para penulis untuk memojokkan kedudukan mereka di Indonesia. Kedua, menangkap para penerbit dan menahannya agar tidak bisa bekerja melakukan 28 Gerinda, 17 September 1948, Koleksi Arsip Monumen Pers Nasional 29 Tribuana Said., Sejarah Pers Nasional dan Pembangunan Pers Pancasila, (Jakarta: Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1987), hlm Ibid., hlm. 78.

28 69 kegiatannya sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Ketiga, seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu menerbitkan koran-koran propaganda sendiri, tetapi biasanya tidak pernah mendapat tanggapan dan simpati dari masyarakat. Disamping kesulitan-kesulitan yang telah dikemukan di atas berhubungan dengan adanya pendudukan Belanda, kesulitan yang dihadapi Pers Republik di daerah-daerah pendudukan kecuali pemberangusan dan penangkapan, juga persediaan kertas koran dan percetakan. Masalah ini disadari oleh para penerbit pers nasional, seperti terbukti ketika mereka berkumpul di Surakarta pada bulan Februari 1946 untuk menyatukan barisan. Blokade militer Inggris dan Belanda di satu pihak, dan pembreidelan pers di lain pihak, jelas memukul eksistensi dan pertumbuhan pers republik. Blokade menutup jalur persediaan kertas, sedang pembreidelan pers mengakibatkan penyusutan dana karena tertutup sumber pemasukan penerbit. Demikian pula penangkapan-penangkapan terhadap para penerbit maupun penulis republik pun jelas mematikan pers Republik. Menyadari pentingnya kehadiran pers sebagai media komunikasi massa untuk penerangan dan meneguhkan semangat perjuangan mutlak ditingkatkan. Oleh karena itu sejak proklamasi dan selama perang kemerdekaan, jumlah surat kabar meningkat pesat karena memang tidak ada pembatasan dari pemerintah. Bahkan, pemerintah Republik menganjurkan kepada pemuda pelajar agar memperbanyak penerbitan artikel perjuangan dan pertahanan. 31 Seperti: Pelita Zaman, Pemuda Merdeka, Patria, Obor, Soeara Moeda, Api Merdeka, Menyala, Gerinda, Pemuda Masyarakat dan Bulletin Organisasi Intern. 31 Ibid., hlm. 80.

29 70 Pada saat Belanda berhasil menduduki Yogyakarta dengan agresi militernya yang kedua yaitu pada bulan Desember 1948, surat-surat kabar nasional tidak ada yang terbit. Sebagian besar dari para penulis dan penerbit yang berhasil meloloskan diri dari tawanan Belanda memilih berpindah daerah yang dianggap aman dan mendukung dalam nelakukan kegiatan penulisan maupun penerbitan yang tidak lain untuk tetap berjuang menyebarkan semangat dan anti kolonialisme kepada rakyat Indonesia. Menyadari rakyat memerluhkan siaran dan penerangan, terutama yang diterbitkan oleh golongan Republiken, bahwa gerilya kita masih kuat dan bertambah kuat dan Belanda sudah mulai kalap, dan juga uraian-uraian untuk meninggikan semangat juang rakyat seluruhnya. Para pemuda pelajar tidak segan-segan pula memanggul senjata untuk ikut berperang sehingga pemuda pelajar memiliki tugas ganda, yaitu sebagai pejuang perang dan juga sebagai wartawan maupun penerbit. Sebagai pemuda pelajar, harus selalu menunjukkan sikap pejuang yang gigih. Hal yang menarik dari perjuangan para pemuda pelajar ini adalah apabila siang hari mereka turut berperang secara fisik, maka apabila malam hari mereka bekerja di kantor untuk memuat tulisan-tulisan yang baru saja mereka saksikan di medan pertempuran. Walau saat pendudukan Belanda berhasil merampas alat-alat percetakan, tetapi para pemuda pelajar tetap melaksanakan kegiatan menulis dan menerbitkan meskipun harus dengan menggunakan bahan kertas sederhana, seperti menggunakan kertas pembungkus roti dan meminjam alat percetakan kepada salah satu anggota pemuda pelajar yang memiliki alat percetakan sederhana. Semua resiko tidak pernah dipikirkan oleh mereka, karena memang semboyan yang ada merupakan tekad mengusir penjajah dari bumi Indonesia, dengan slogan Merdeka atau Mati.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak perjuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sejarah Indonesia pada periode 1945-1950 merupakan sejarah yang menentukan masa depan bangsa ini, karena pada periode inilah bangsa Indonesia mencapai titik puncak

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha perjuangan pembelaan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipikul oleh rakyat Indonesia dengan mengangkat dan siasat perang untuk mempertahankan hak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penghadangan terhadap tentara Jepang di daerah Kubang Garut oleh

Lebih terperinci

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh : Purwanto, S.Pd.SD SD Negeri 3 Slogohimo Multimedia Pembelajaran IPS Sekolah Dasar Kelas V B Skip >> SK/KD TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah yang diungkapkan oleh Ir. Soekarno untuk mengenang dan menghargai jasa jasa

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Desember 1941, Jepang menyerang Honolulu, Hawai, negara bagian ke-50 Amerika Serikat, dari udara. Pada waktu itu juga Amerika dan Inggris menyatakan perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan yang telah bangsa Indonesia dapatkan merupakan suatu perjalanan yang sangat panjang yang diwarnai dengan bentuk perjuangan rakyat Indonesia. Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan informasi adalah pers. mengembangkan pers di Indonesia pada saat itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia. Informasi ini bisa didapatkan melalui media seperti: media cetak dan juga media elektronik.

Lebih terperinci

AMANAT MENTERI SOSIAL RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2O16

AMANAT MENTERI SOSIAL RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2O16 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI SOSIAL RI PADA UPACARA PERINGATAN HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2O16 Assalamu alaikum. Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua; Saudara - saudara para peserta

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955)

atau sesuatu hal berupa objek yang mempunyai kedudukan, fungsi di masyarakat ( departemen pendidikan dan kebudayaan : 1999:955) 10 Dari kedua pendapat diatas maka penulis mengartikan Partisipasi adalah keikut sertaan (tindakan) yang dilakukan Lembaga, Institusi ataupun individu dalam suatu peristiwa. B. Konsep Peranan Peranan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio. Tugas IPS. Drama : Sejak pagi hari sebelum naskah Proklamasi dikumandangkan, sejumlah pemuda yang mengikuti pertemuan di kediaman Maeda disibukkan dengan kegiatan menyebarkan berita Proklmasi. Dengan semangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang Medan Area merupakan suatu peristiwa dimana perjuangan rakyat Medan melawan sekutu yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia memproklamasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERTEMUAN DENGAN VETERAN DAN PEJUANG PERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan pers di masa Kolonial Belanda khususnya di daerah kota Medan pada masa kolonial belanda, menjadikan sebuah awal di masa lalu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Pendidikan itu diperoleh dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang.

Indikator. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Materi Pokok dan Uraian Materi. Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Bentuk-bentukInteraksi Indonesia-Jepang Dampak Kebijakan Imperialisme Jepang di Indonesia Uji Kompetensi 2. Kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah manifestasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1954 TENTANG TANDA KEHORMATAN SEWINDU ANGKATAN PERANG PRESIDEN, Menimbang : 1.bahwa masa satu windu, sejak saat diresmikan berdirinya Angkatan Perang Republik Indonesia pada

Lebih terperinci

Gambar: Pertemuan pemuda Indonesia

Gambar: Pertemuan pemuda Indonesia Pada 1908, rakyat Indonesia mulai memiliki kesadaran untuk bersatu melawan penjajah. Para pemuda di berbagai wilayah di Indonesia mulai mem bentuk per kum pulan untuk menentang penjajah. Perkumpulan pemuda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Waktu: 8 x 45 Menit (Keseluruhan KD) Standar Kompetensi: Memahami Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan Hakikat Bangsa Dan Unsur-unsur Terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2 + Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2 + Revolusi Amerika Revolusi Amerika dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Amerika Merupakan perang kemerdekaan Amerika untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jepang-pun dapat dengan mudah masuk ke wilayah Indonesia. Jepang datang ke 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan bangsa Eropa ke bumi Nusantara pada mulanya sekedar mencari rempah-rempah. tetapi, keuntungan yang berlipat ganda membuat mereka menjadi buta dan lupa diri.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang sebelumnya dijajah oleh Jepang selama 3,5 tahun berhasil mendapatkan kemerdekaannya setelah di bacakannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Bahasan utama dalam kesimpulan ini merupakan intisari dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911 1989) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengusulan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Pahlawan

Lebih terperinci

ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008

ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008 ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2008, DI ISTANA NEGARA JAKARTA, 20 MEI 2008 Rabu, 21 Mei 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 100 TAHUN PERINGATAN KEBANGKITAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa mengenal lelah. Terlebih-lebih mereka mengalami penderitaan yang amat sangat dilakukan oleh

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku

Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Bab V Daerah Tempat Tinggalku, Negara Kesatuan Republik Indonesia Negaraku Ayo bersama mencintai NKRI! Sumber: bipa.ut.ac.id Gambar 5.1 Peta Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk melalui

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia Sabtu, 3 Agustus 2013 14:51 WIB Saya iseng bertanya ke mesin pencari Google: Siapa Walikota Perempuan Pertama di Indonesia? Sejumlah nama pun muncul.

Lebih terperinci

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA Nama : Chikita Putri M. Kelas : 8A Panitia Sembilan Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Panitia Sembilan ini adalah panitia yang beranggotakan

Lebih terperinci

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Tema 7 Negara Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu menampilkan rasa bangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

VI. PENUTUP. A. Kesimpulan. dalam waktu singkat, yaitu mulai tahun 1961 sampai dengan Dalam kurun lima

VI. PENUTUP. A. Kesimpulan. dalam waktu singkat, yaitu mulai tahun 1961 sampai dengan Dalam kurun lima VI. PENUTUP A. Kesimpulan Pembangunan monumen masa pemerintahan Orde Lama di Jakarta dibangun dalam waktu singkat, yaitu mulai tahun 1961 sampai dengan 1965. Dalam kurun lima tahun, pemerintahan Bung Karno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA

SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Surat Kepercayaan Gelanggang SURAT KEPERCAYAAN GELANGGANG SENIMAN MERDEKA INDONESIA Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. kami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda memang membuka kesempatan banyak bagi pemudapemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode 1945-1949 merupakan tahun-tahun ujian bagi kehidupan masyarakat Indonesia, karena selalu diwarnai dengan gejolak dan konflik sebagai usaha untuk merebut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa Kota Ambarawa merupakan kota yang terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini luasnya mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional Kebangkitan Nasional adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan 2. Makna Proklamasi Kemerdekaan Perhatikanlah, bagaimana kemeriahan yang terjadi ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dirayakan. Sungguh meriah, bukan? Kemeriahan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk wilayah Indonesia bagian barat. Karena letaknya berada pada pantai selat Malaka, maka daerah

Lebih terperinci

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN

MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN MAKALAH PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN OLEH : (XI-IIS.1) FIKRI NUR WAFA (16) FIRJATULLAH AL F. (17) HANIFATUL WAHDA (18) ISYFA MAULANA A. (19) JIHAN FADIYAH M. (20) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini?

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini? UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disusun dalam masa revolusi namun nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah nilai-nilai yang luhur universal dan

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila

C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila C. Semangat dan Komitmen Kebangsaan Para Pendiri Negara dalam Perumusan dan Penetapan Pancasila 1. Nilai Semangat Pendiri Negara Sebelum kamu mempelajari tentang semangat kebangsaan para pendiri negara

Lebih terperinci

GERAKAN RAKYAT YOGYAKARTA PADA MASA REVOLUSI Oleh : Suratmin

GERAKAN RAKYAT YOGYAKARTA PADA MASA REVOLUSI Oleh : Suratmin GERAKAN RAKYAT YOGYAKARTA PADA MASA REVOLUSI Oleh : Suratmin Untuk memperoleh gambaran Gerakan rakyat Yogyakarta setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 kiranya terlebih dahulu diuraikan

Lebih terperinci

GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM

GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 LIZA TANURA NIM GERAKAN PEREMPUAN MELALUI SURAT KABAR PEREMPOEAN BERGERAK DI MEDAN 1919 JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH: LIZA TANURA NIM. 309 321 023 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah sebuah media penyambung ilmu yang efektif bagi pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain menambah banyak ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda

Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Peran koran Tionghoa buat Sumpah Pemuda Senin, 30 Oktober 2017 06:00Reporter : Rendi Perdana Koran Sin Po. 2017 Merdeka.com/rendi Merdeka.com - Alunan biola di tengah Kongres Pemuda II pada 28 Oktober

Lebih terperinci