Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Emas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Emas"

Transkripsi

1 Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Emas Pertambangan emas pertama kali dilakukan di daerah alluvial, dengan metoda pengolahan cara gravitasi atau cara amalgamasi dengan air raksa. Sejak tahun 1860 kegiatan pertambangan bawah tanah dilakukan untuk endapan primer dengan metoda pengolahan emas cara sianidasi. Perkembangan selanjutnya teknologi pengolahan emas dengan cara flotasi dilakukan pada tahun Dan tahun 1960 metoda pengolahan heap leaching yang dasarnya seperti pengolahan sianidasi diterapkan untuk pengolahan bijih emas kadar rendah. Teknologi proses pengolahan emas skala komersial yang umum digunakan terdiri dari tahap : 1. Comminution / Kominusi Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan (meliberasi) mineral emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk. Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar : Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan induk Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.

2 Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang akan diolah, dengan menggunakan : Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu C, biasanya sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada batuan oksidis. Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi <12,5 mm, misalnya dengan menggunakan Roll Crusher, Jaw Crusher, Cone Crusher, Stamp Mill, dll. Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -200#. Ada beberapa alat yang digunakan dalam proses milling, salah satunya ialah Ballmill. Ballmill ialah alat penggilingan bijih emas yang telah dikecilkan dari batuan yang sangat besar. Ballmill merupakan suatu penggiling dengan bola-bola besi dengan ukuran tertentu. Bijih emas yang diperoleh dimasukan kemudian digiling sampai halus sehingga emas terlepas dari tanah. Setelah emas terlepas dari ikatannya dilanjutkan dengan proses pengayakan. Proses pengayakan didasarkan pada perbedaan massa jenis. Emas memiliki massa jenis lebih besar dari tanah sehingga pada proses pengayakan emas berada dibagian bawah maka tanah berada dibagian atas dapat dengan mudah dibuang. Hasil pengayakan ditambah air kemudian dialirkan di atas lembaran tembaga yang bagian atasnya telah diberi Hg. Aliran air menyebabkan butiran emas dan perak atau logam-logam lain melekat pada raksa sedangkan air, tanah dan kotoran-kotoran yang lain terus mengalir. 2. Concentration / separation

3 Setelah ukuran bijih diperkecil, proses selanjutnya dilakukan proses konsentrasi/pemekatan dengan memisahkan mineral emas dari mineral pengotornya, sehingga diperoleh kadar bijih tinggi. Pada endapan emas aluvial, bijih hasil penggalian langsung memasuki tahap ini tanpa tahap kominusi terlebih dahulu. Pemekatan dapat dilakukan melalui dua teknik pemisahan, yaitu pemisahan secara fisis dan pemisahan secara kimia : a. Gravity Separation / Pemisahan gaya berat. Pemisahan gaya berat ( gravity separation ), adalah proses pemisahan mineral yang didasarkan atas perbedaan massa jenis antara partikel bijih dan partikel pengotor. Konsentrasi/separasi dengan metode gravitasi memanfaatkan perbedaan massa jenis emas (19.3 ton/m3) dengan massa jenis mineral lain dalam batuan (yang umumnya berkisar 2.8 ton/m3). Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas native, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih putih. Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan diameter yang sama/seragam, karena pada perbedaan diameter yang besar perilaku material ringan (massa jenis kecil) akan sama dengan material berat (massa jenis besar) dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan proses Screening and Classifying : o Grizzlies, non moved screens

4 o Vibrating screens o Spiral classifier Pada proses ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik, sebab dengan memilah ukuran bijih hasil kominusi akan menyeragamkan besaran umpan (feeding) ke proses konsentrasi. Sedangkan bijih yang masih belum seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu kominusi. Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip gravitasi yang umum digunakan pada pertambangan emas skala kecil antara lain adalah : Dulang (panning), adalah alat konsentrat emas yang menggunakan prinisp gravitasi paling sederhana. Palong (Sluice Box) lebih banyak digunakan karena mempunyai effisiensi yang sama dengan peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai konstruksi yang lebih sederhana daripada spiral konsentrator, meja goyang dan jig, serta dapat memproses lebih banyak bijih per hari daripada dulang. Spiral Concentrator mampu memisahkan logam berat pada kisaran ukuran 3 mm hingga 75 micron (6 200mesh). Meja goyang (shaking table) efektif memisahkan emas dari batuan oxydis pada 200 micron, batuan sulfidis 400 micron, dan silik 100 micron. Jigs, merupakan alternatif konsentrator yang mudah dioperasionalkan, Secara umum dapat berjalan efektif pada ukuran terbesar 2 cm dan yang terkecil 10 mesh. Hasil dari proses ini berupa konsentrat yang mengandung bijih emas dengan kandungan yang besar, dan lumpur pencucian yang terdiri atas mineral-mineral pengotor pada bijih emas. Konsentrat emas selanjutnya diolah dengan proses ekstraksi. b. Froth Flotation / Pemisahan pengapungan.

5 Pengapungan buih (froth flotation) adalah proses pemisahan mineral menjadi bijih dari pengotor dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih. Froth Flotation / Pengapungan buih yaitu pemisahan bijih emas dari pengotor dengan cara mengapungkan bijih ke permukaan melalui pengikatan dengan buih dengan menggunakan bahan kimia tertentu dan udara. Selain pemisahan bijih emas, prosess ini banyak dipakai untuk beberapa bijih seperti Cu, Pb, Zn, Ag, dan Ni. Teknik pengerjaannya dilakukan dengan cara menghembuskan udara ke dalam butiran mineral halus (telah mengalami proses crushing) yang dicampur dengan air dan zat pembuih. Butiran mineral halus akan terbawa gelembung udara ke permukaan, sehingga terpisahkan dengan materi pengotor (gangue) yang tinggal dalam air (tertinggal pada bagian bawah tank penampung). Pengikatan butiran bijih akan semakin efektif apabila ditambahkan suatu zat collector. Prinsip dasar pengikatan butiran bijih oleh gelembung udara berbuih melalui molekul collector adalah : Butiran zat yang mempunyai permukaan hidrofilik akan terikat air sehingga akan tinggal pada dasar tank penampung. Butiran zat yang mempunyai permukaan non-polar atau hidrofob akan ditolak air, jika ukuran butirannya tidak besar, maka akan naik ke permukaan dan terikat gelembung udara. Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hidrofil, sehinga partikel tersebut dapat diikat air. Dengan penambahan zat collector, permukaan mineral yang terikat molekul air akan terlepas dan akan berubah menjadi hidrofob. Dengan demikian ujung molekul hidrofob dari collector akan terikat molekul hidrofob dari gelembung, sehingga mineral (bijih) dapat diapungkan. Molekul collector mempunyai struktur yang mirip dengan detergen. Metoda ini digunakan di beberapa industri pertambangan dengan menggunakan reagen utama Xanthate sebagai Collector (misalnya : potassium

6 amyl xanthate, C5H11OCS2K), Pine Oil sebagai Frother dan campuran bahan kimia organik lainnya sebagai ph Modifiers. Reagents yang digunakan untuk pengapungan pada umumnya tidak beracun, yang berarti bahwa biaya pembuangan limbah / tailing menjadi rendah. Keuntungan lain dari proses pengapungan adalah pada umumnya cukup efektif pada bijih dengan ukuran yang cukup kasar (28 mesh) yang berarti bahwa biaya penggilingan bijih dapat diminimalkan. Froth Flotation sering digunakan mengkonsentrasi emas bersama-sama dengan logam lain seperti tembaga, timah, atau seng. Partikel emas dari batuan oxydis biasanya tidak merespon dengan baik namun efektif terutama bila dikaitkan dengan emas sulfida seperti pyrite. 3. Extraction/Ekstraksi Ekstraksi emas dalam skala industri yang paling umum dilakukan yaitu : a) Liquation Separation Pemisahan pencairan ( liquation separation ), adalah proses pemisahan yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan terpisahkan dari pengotor. Yang menjadi dasar untuk proses pemisahan metode ini, yaitu : Density ( berat jenis ) Melting point ( titik cair ) Contoh : memisahkan emas dan perak Titik cair emas pada suhu oC, sedangkan titik cair perak pada suhu oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32 gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis perak.

7 Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai tidak ada lagi perak yang terapung. Dengan metode akan dihasilkan Au bullion dan Ag bullion. b) Amalgamasi Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas dengan merkuri ( Hg ). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas-perak dan merkuri yang dikenal sebagai amalgam ( Au Hg ). Amalgam adalah sebuah kombinasi atau campuran air raksa dengan logam lain atau dengan alloy. Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua logam kecuali besi dan platina. Amalgam yang terbentuk dikumpulkan pada saat-saat tertentu untuk proses selanjutnya sedangkan Hg yang tidak ada amalgam dikembalikan untuk digunakan kembali. Hg ini masih mengandung emas dan perak yang dapat dimurnikan dengan proses sianidasi. Amalgam yang terbentuk selanjutnya dilakukan proses penyulingan. Proses penyulingan ini bertujuan memisahkan emas, perak atau logam-logam lain dari raksa. Raksa yang bersifat volatil dengan titik didih 37 C sedangkan amalgam memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni sekitar 1000 C. Melalui penyulingan ini raksa dapat diperoleh kembali setelah mengalami pengembunan pada kondensor. Residu yang diperoleh dari penyulingan masih mengadung emas yang dapat dimurnikan dengan proses elektrolisis. Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun penggunaan secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar 1895 eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan, meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih diperdebatkannya.

8 Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah, namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200 mesh ( mm ) dan dalam membentuk emas murni yang bebas ( free native gold ). Tiga bentuk utama dari amalgam adalah AuHg2, Au2Hg and Au3Hg. Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan, maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam. Selain sederhana cara pengolahannya dan murah biaya operasionalnya, pengolahan bijih emas dengan metoda amalgamasi ini juga mudah dalam pemasaran produknya karena baik dalam bentuk amalgam, bullion maupun berupa logam emas sudah bisa dipasarkan dengan harga standar berdasarkan kualitas produk dan harga pasar logam emas murni internasional yang berlaku saat itu. Oleh sebab itu, metoda ini menjadi pilihan utama bagi pertambangan rakyat pada umumnya. Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut : Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap. Pada hasil konsentrat akhir yang (amalgamasi) dilakukan selama + 1 jam. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam diperoleh ditambah merkuri basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam (filtrasi). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat

9 pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung % emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas. Ekstraksi Amalgamasi yang baik : o Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan. o Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin. o Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas. o Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah banjir. o Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai. c) Sianidasi Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain. Ekstraksi emas dengan menggunakan leaching sianida ditemukan pertama kali oleh J. S. Mac Arthur di Glasgow, Scotland tahun 1887, dan sekarang telah dipakai sebagian besar produksi emas dunia. Walau sesungguhnya banyak lixiviants (leaching agen) lainnya yang dapat digunakan, antara lain : Bromides (Acid and Alkaline)

10 Chlorides Thiourrea / Thiocarbamide (CH4N2S) Thiosulphate (Na2S2O3) Iodium-Iodida Proses sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer. Bahan yang akan diolah dapat berupa bijih emas yang telah digiling atau Hg dari proses amalgamasi. Proses ini didasarkan pada sifat emas dan perak yang dapat larut dalam garam sianida dengan adanya oksigen. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan serbuk seng untuk mengendapkan emas dan perak. Proses penambahan seng ini disebut proses Merill Crowe. Berikut adalah reaksi yang terjadi dari setiap proses: Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + 2H2O(l) 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq) 4Ag(s) + 8NaCN(ag) + O2(g) + 2H2O(l) 4NaAg(CN)2(aq) + 4NaOH(aq) NaAg(CN)2(aq) + Zn(s) 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Ag(s) NaAu(CN)2(aq) + Zn(s) 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Au(s) Sebenarnya selain seng aluminum pun dapat digunakan untuk mengendapkan emas dan perak namun harganya relatif lebih mahal, sehingga pengendapan lebih sering digunakan seng. Selain aluminium logam alkali dan alkali tahan misalnya natrium dan magnesium dapat pula digunakan untuk mengendapkan emas dan perak, namun larutan dari proses sianidasi mengandung air dalam jumlah yang cukup banyak, maka akan terjadi reaksi yang hebat apabila ditambahkan logam alkali maupun logam alkali tanah. Pengendapan yang terbentuk berkaitan dengan deret volta atau deret atau urutan kereaktifan logam, dimana logam-logam yang berada disebelah kiri dapat mereduksi (mengantikan) logam-logam yang ada disebelah kanannya dalam senyawaannya. Deret volta atau deret kereaktifan logam adalah sebagai berikut: Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au

11 Proses Sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan / pelindian (leaching) dan proses pemisahan emas (recovery) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses cyanidasi adalah Sodium Cyanide (NaCN), Potassium Cyanide (KCN), Calcium Cyanide [Ca(CN) 2], atau Ammonium Cyanide (NH4CN). Pelarut yang paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut lainnya. Ada banyak teori tentang pelarutan emas mulai dari Teori Oksigen Elsner, Teori Hidrogen Janin, Teori Hidrogen Peroksida Bodlanders, Teori korosi Boonstra, sampai Teori Pembuktian Kinetika dari Habashi. Teori yang paling banyak dipakai adalah Teori Oksigen Elsner dan Pembuktian Kinetika Habashi. Teori Oksigen Elsner, reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida adalah sebagai berikut : 4Au + 8CN- + O2 + 2H2O 4Au(CN)2- + 4NaOH4Ag + 8CN- + O2 + 2H2O 4Ag(CN)2- + 4NaOHTeori Pembuktian Kinetika ( Habashi ), reaksi pelarutan Au dan Ag adalah sebagai berikut : 2Au + 4CN- + O2 + 2H2O 2Au(CN)2- + 2OH- + H2O2 2Ag + 4CN- + O2 + 2H2O 2Ag(CN)2- + 2OH- + H2O2 Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia. Walaupun penggunaan metode ini sama halnya dengan metode ekstraksi yang lain yang masih memiliki potensi dampak berupa efek beracunnya bagi pekerja dan lingkungan, ekstraksi emas dengan menggunakan metode leaching sianida saat ini telah menjadi proses utama ekstraksi emas dalam skala industri, karena metode ini menawarkan tehnologi yang lebih efektif dan efisien, antara lain adalah : 1) Heap leaching (pelindian tumpukan) : pelindian emas dengan cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di

12 kumpulkan untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas berkisar %. 2) VAT leaching (pelindian rendaman) : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas (diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses pelindian berlangsung antara 3 7 hari dan setelah itu tangki dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Efektifitas ekstraksi emas berkisar %. 3) Agitated tank leaching (pelindian adukan) : pelindian emas yang dilakukan dengan cara mengaduk bijih emas yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan diaerasi dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas dapat mencapai lebih dari 90 %. Tank leaching (tong pengolahan emas) dapat menggunakan beberapa model, selain model tangki silinder dilengkapi propeler sebagai agitator (pengaduk), dapat pula menggunakan tong kerucut dengan menggunakan tenaga angin dari kompresor sebagai aerator sekaligus agitator. Tong pengolahan emas model kerucut dapat terbuat dari plat besi dengan rangka besi sebagai penyangga sehingga posisi tong menjulang tinggi. Atau membuat sumur yang dengan konstruksi bata daan semen atau dilapisi terpal plastik agar kedap air. d) Refinning / Pemurnian

13 Refining, yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian tinggi, dengan tahapan sebagai berikut : Smelting (peleburan) adalah proses reduksi bijih (abu hasil roasting atau cake hasil electrowinning) pada suhu tinggi (1.200 oc) hingga mendapatkan material lelehan. Dengan menambahkan Flux formula, salah satunya Borax - Sodium Borate (Na2B4O7. 10H2O) sebagai bahan kimia tambahan untuk proses smelting. Fungsi borax dalam proses smelting yaitu mengikat kotoran penggangu selain logam (slag/terak). Sehingga ketika mencair, matte (logam lelehan) akan berada di bawah sedangkan bagian atas disebut slag / terak yang ditangkap oleh silika berupa semacam kaca yang mudah untuk dipecahkan. Produk reduksi selama proses pelelehan disebut Dore bullion (Au-Ag alloy). Size Reduction (Pengecilan ukuran) yaitu mereduksi dore bullion (Au-Ag alloy) yang masih berukuran besar menjadi butiran-butiran kecil, sebelum diproses ke tahap parting. Idealnya besaran butiran sekitar diameter 2-3 mm dengan kadar emas 25% atau kurang. Bila perlu dilakukan Quartering, yaitu menurunkan kadar emas dengan penambahan yang tepat dari tembaga atau perak agar tercapai kadar emas 25%. Proses ini dilakukan berdasarkan proses perlakuan kimia untuk bahan fase padat yang umumnya sangat dipengaruhi oleh luas permukaan dari bahan padat tersebut. Semakin luas permukaannya, maka perlakuan kimia akan semakin baik. Dimana luas permukaan dari suatu bahan padat berhubungan erat dengan ukuran dari bahan tersebut, artinya semakin kecil ukuran dari bahan padat, maka permukaannya akan semakin luas. Parting, yaitu proses untuk memisahkan emas dengan perak dan logam dasar dari dore bullion (Au-Ag alloy) dengan larutan asam nitrat (HNO 3). Dipasaran kita dapat temukan asam nitrat kadar 68%. Hasil setelah perebusan terakhir, endapan yang ada sudah halus dan berwarna coklat seperti bubuk kopi. Endapan ini merupakan bullion emas (High Au Bullion) dengan kadar emas mencapai 98%, untuk hasil lebih baik dapat diproses dengan Aqua Regia agar dapat diperoleh kadar hingga 99.6%.

14 Sedangkan air hasil bilasan yang ditampung diember dilanjutkan pada proses hydrometalurgi untuk diambil peraknya. Melting, Untuk mendapatkan logam emas, endapan bullion emas (High Au Bullion) selanjutnya dilebur dengan penambahan borax (Na2B4O7 10H2O). Tujuan pemakaian borax di sini adalah selain untuk mengikat kotoran yang masih ada, juga untuk menahan bullion agar tidak beterbangan saat terkena hembusan dari blander nantinya. Setelah bullion dilebur akan tampak menggumpal seperti gumpalan di dasar kowi. Biarkan dingin dahulu beberapa detik hingga membeku sebelum dicongkel. Bila menginginkan emas berwarna kuning mengkilat, caranya : dimasak dalam panci yang dipanaskan hingga dua kali proses pemasakan dengan larutan yang terdiri dari : Salpeter / sendawa sebanyak 2 % Tawas sebanyak 1 %, NaCl sebanyak 1 %, Air Pembahasan Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk, UBPE Pongkor

15 Gambar Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk, UBPE Pongkor Proses Pengolahan Bijih Emas di PT Antam Tbk, UBPE Pongkor meliputi 3 unit proses yaitu unit sianidasi, unit recovery, dan unit tailing treatment. Secara umum proses pengolahan emas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini : 1. Unit Sianidasi Unit sianidasi merupakan unit proses pertama dalam proses pngolahan emas yang meliputi proses yaitu crushing, milling dan leaching. Proses-proses ini pada dasarnya merupakan proses untuk mereduksi ukuran bijih emas menjadi ukuran yang memenuhi agar reaksi pelarutan berlangsung dengan baik sedangkan leaching merupakan pelarutan selektif emas oleh reagen tertentu

16 1.1 Crushing (Peremukan) Crushing merupakan proses peremukan bijih emas (ore) yang berasal dari tambang menjadi ukuran yang lebih kecil dari ukuran 400 mm menjadi ukuran sekitar 12.5 mm untuk meningkatkan derajat liberasi, membebaskan logam berharga dari pengotornya dan memperbesar luas permukaan bijih sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat berlangsung dengan baik. Ore dari dalam tambang diangkut dengan menggunakan (Load Hauling Dump) yang selanjutnya diangkut oleh lori (granby) ke stockfile. Ore dari stockfile akan diangkut oleh dump truck untuk dimasukan dedalam ROM (run off mine) bin. Pada ROM bin dipasang grizzly berupa besi yang disusun menyilang untuk memisahkan ore yang berukuran lebih besar dari 40 cm dengan yang lebih kecil dari 40 cm. Ore yang tidak lolos di grizzly akan dihancurkan di tempat jika ukuran lebih terlalu besar atau diangkut kembali ke stockfile untuk direduksi ukurannya menggunakan excavator breaker. Ore yang lolos di grizzly akan jatuh ke apron feeder yakni feeder berupa bantalan besi yang berjalan sesuai setting yang telah ditentukan. Pada bagian keluarnya ROM dipasang rantai besar untuk mengatur jumlah ore yang masuk kedalam primary crusher (jaw crusher) dan mencegah terjadinya coking. Jika terjadi coking digunakan rock grab untuk ore yang menyebabkan terjadinya coking atau menyemprot air untuk melarukan clay yang menempel.

17 (a) (b) (c) Gambar 2.1 Peralatan Crushing (a) Grizzly (b) Apron Feeder (c) Jaw Crusher Ada dua jenis crusher yang digunakan yaitu primary crusher dan secondary crusher. Primary crusher yang digunakan jaw crusher tipe double toggle dan cone crusher sebagai secondary crusher. Ore yang masuk ke jaw crusher akan dihancurkan menjadi ukuran yang lebih kecil dari 40 cm. Setelah itu ore akan ditransportasikan lagi menggunakan conveyor 01 menuju tramp iron magnet yang berfungsi sebagai penangkap sisa logam-logam yang terbawa dari tambang seperti bijih besi, paku, baja dan logam pengotor lainnya agar tidak merusak screen dan tidak merobek belt conveyor. Ore selanjutnya dibawa menggunakan conveyor 02 menuju primary screen yang berfungsi untuk memisahkan ore yang lebih kecil dari 12.5 mm (undersize) dengan ore yang lebih besar dari 12.5 mm (oversize). Jenis primary screen yang digunakan jenis inclined vibrating cone crusher dust enclosure. Jenis ini memiliki dua deck dengan ukuran deck atas 32 mm dan 16 mm untuk deck bawah yang terbuat dari rubber. Oversize dari primary screen akan dibawa oleh conveyor 03 menuju cone crusher untuk dihancukan lagi sehingga ukurannya kurang dari 12.5 mm, setelah direduksi ukurannya ore akan masuk ke conveyor 01, conveyor 02 dan primary screen.. Sedangkan undersize dari primary screen masuk ke secondary screen.

18 g (a) (b) (c) Gambar 2.2 (a) Cone Crusher (b) Primary Screen (b) Secondary Screen Umpan yang masuk ke secondary screen merupakan undersize dari primary screen. Jenis secondary screen yang digunakan adalah horizontal vibrating double. Deck. Jenis ini memiliki dua deck vibrating screen yaitu 1 mm dibagian atas dan 0.5 mm dibagian bawah. Undersize dari secondary screen akan masuk ke sump tank dan kemudian akan di pompakan ke FST Thinkener sedangkan oversize-nya akan dibawa oleh conveyor 04 menuju Fine Ore Bin (FOB) 1 dan Fine Ore Bin (FOB) 2.

19 Gambar 2.3 Fine Ore Bin (FOB) 1 dan Fine Ore Bin (FOB) 2.

20 Gambar Diagram Alir Proses Crushing

21 1.2 Milling (Penggerusan) Milling atau grinding merupakan proses reduksi ukuran bijih dengan cara penggerusan bijih (ore) menggunakan grinding ball yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran ore dari -12 mm sampai +5 mm menjadi -200 mesh atau 74 mikron sehingga dapat masuk ke tahap selanjutnya (pelindian). Proses ini merupakan proses lanjutan dari proses crushing. Alat milling yang digunakan adalah jenis ballmill tipe discharge mill. Sedangkan liner yang digunakan jenisnya lifter bar dan shell plate. Akibat adanya lifter bar ini muatan yang ada di dalam ballmill akan terangkat saat ballmill berputar. Bagian lifter bar yang ada lengkungannya atau yang tidak ada bagian miring, merupakan bagian yang berfungsi untuk mengangkat muatan di dalam ballmill. Umpan dalam ball mill I berasal dari FOB I melalui belt conveyor 05 dengan pengumpan mill feeder, selain itu umpan lain yang masuk ke dalam ball mill yang berasal dari (Fine Stock Tank) Thickener, underflow cyclone dan endapan Inline Leach Reactor (ILR). Sedangkan ball mill II berasal dari FOB 2 melalui belt conveyor 06 dengan proses yang sama seperti pada FOB 1. Parameter parameter yang harus dijaga dalam proses milling adalah : 1. Ukuran bijih hasil gerusan 80% yang berukuran 200 mesh atau agar derajat liberasi dari logam berharga dapat ditingkatkan. 2. Bijih dari belt conveyor 05 dan 06 sebelum masuk ke milling proses, ditambah lime (kapur) untuk mengatur ph antara pada proses leaching. Jika ph kurang dari rentang tersebut maka kemungkinan terbentuk asam sianida saat proses leaching dan jika kelebihan akan menyebabkan terbentuknya H2O2 yang akan menyebabkan reaksi leaching menjadi lambat. 3. Persen solid harus berkisar antara 38% - 42% Di ujung ball mill terdapat trommel screen yang memisahkan produk dari ball mill antara oversize dan undersize dengan bantuan spray water. Oversize dari

22 trommel screen pada plant 1 akan diangkut menggunakan wheel loader ke hopper dan dimasukan kembali ke conveyor 05 menuju ball mill lagi. Sedangkan pada plant 2 akan langsung dimasukkan ke conveyor 06. Sedangkan undersize-nya berupa slurry akan ditampung di sump discharge ballmill, lumpur itu akan dipompakan ke mill cyclone. Di mill cyclone akan terjadi pemisahan antara fraksi kasar dan fraksi halus akibat gaya sentrifugal dan gaya tangensial. Underflow atau fraksi kasar dari mill cyclone akan dikirim kembali ke ballmill, sedangkan overflow atau fraksi halus akan dikirim ke tangki leaching setelah melalui trash screen untuk memisahkan slurry dari pengotor-pengotorya. (a) (b) (c) Gambar 2.4 (a) Ball Mill (b) Mill Cyclone (c) Trash Screen 1.3 Leaching Leaching merupakan proses pelarutan emas dari bijihnya menggunakan pelarut tertentu. Proses leaching yang dilakukan oleh PT Antam Tbk, UBPE Pongkor merupakan agitation leaching yang menggunakan pelarut sianida yang diperoleh dari hasil pelarutan natrium sianida (NaCN) dengan di mixing Tank.

23 Persamaan reaksi pada proses leaching adalah sebagai berikutnya: 4 Au + 8 NaCN H2O 4 NaAu(CN) + 4 NaOH 4 Ag + 8 NaCN H2O 4 NaAg(CN) + 4 NaOH Pada masing-masing plant waktu tinggal slurry dalam tangki leaching selama 15 jam. Pada tangki leaching terjadi reaksi antara larutan sianida dengan logam Au, Ag dan logam-logam lain seperti Fe, Cu, Ni, Zn, Cd, dan Co yang merupakan impurities. Adanya impurities meningkatkan kebutuhan sianida bebas (CN) untuk melarutkan logam berharga dalam bijih. Parameter utama pada proses leaching adalah : Konsentrasi Sianida Konsentrasi sianida bergantung kadar bijih emas atau ore. Semakin tinggi kadar logam berharga dalam ore maka konsentrasi sianida yang digunakan semakin tinggi. Untuk mengolah ore dengan kadar emas 5-7 gpt diperlukan ppm sianida. ph operasi pada tangki leaching Pada proses sianidasi ph dijaga pada rentang Jika Ph berada dibawah rentang itu, maka reaksinya akan lambat karena NaCN akan berubah menjadi HCN dan juga menyebabkan beracun yang berbahaya bagi kesehatan selain itu jumlah sianida bebas dalam slurry berkurang sehingga menurunkan ekstraksi logam berharga. CN- + H20 HCN(g) + OH- Persen solid pada tangki leaching 38%-42% Persen solid pada tangki leaching pada rentang 38%-42%. Jika persen solid dibawah 38% menunjukkan larutan encer dan bijih emas yang bereaksi dengan sianida terlalu sedikit. Sedangkan jika persen solid-nya di atas 42% akan mengurangi oksigen yang terlarut dan selain itu jika persen solid yang tinggi akan membutuhkan energi yang lebih besar untuk pengadukan.

24 Dissolved Oksigen (DO) atau oksigen terlarut Konsentrasi oksigen terlarut dalam tangki leaching antara 3-7 ppm. Jika konsentasi oksigen terlarut dkurang dari 3 ppm, slurry akan mengental dan kontak antara logam berharga dalam bijih dengan reagen leaching sulit terjadi. Oksigen terlarut ini berasal dari kompressor dan dialirkan melaui distributor pada shaft agitator. Waktu tinggal Pada plant 1 terdapat dua buah leaching tank yang berkapasitas 340 m3 dengan waktu tinggalnya yaitu 7.5 jam. Sedangkan pada plant 2 memiliki satu buah leaching tank yang berkapasitas 1000 m3 dengan waktu tinggal 15 jam. Jadi masing-masing waktu tinggal pada plant 1 maupun plant 2 yaitu 15 jam. Temperatur pada leaching tank Temperatur pada leaching tank biasanya pada temperatur C. Jadi temperatur pada proses leaching sama dengan temperatur di lingkungan sekitar. 2. Unit Recovery 2.1 Carbon In Leach (CIL) Carbon in leach merupakan proses absorbsi emas yang telah larut saat proses leaching oleh carbon aktif. Proses yang terjadi di CIL ini adalah penangkapan senyawa kompleks NaAu(CN)2 dan NaAg(CN)2 oleh carbon aktif. Persamaan reaksi: 2[Au(CN)2-] + Ca2+ + C Ca[C Au (CN)2]2

25 2[Ag(CN)2-] + Ca2+ + C Ca[C Ag (CN)2]2 Pada plant 1, tangki leaching berkapasitas 290 m3 yang terdiri dari 5 tangki. Sedangkan untuk plant 2 berjumlah 7 tangki dengan tangki CIL 1 dan CIL 2 dengan kapasitas 340 m3 dan tangki CIL 3 sampai CIL 7 dengan kapasitas 290 m3. Tangki CIL dilengkapi dengan carbon interstage screen (ukuran bukaan 0.8 mm) tipe kambalda screen yang berfungsi untuk mencegah agar karbon tidak ikut bersama dengan aliran overflow slurry ke tangki berikutnya, sehingga slurry tetap akan mengalir ke tangki berikutnya melalui launder (talangan). Distribusi karbon aktif ini berlawanan arah (Cunter current) dengan aliran surry yaitu untuk plant 1 dimasukkan dari tangki CIL 7 baru kemudian masuk tangki CIL 6 dan seterusnya sampai ke tangki CIL pertama dengan cara menggunakan carbon forwarding pump untuk memompakan karbon tersebut. Aliran ini dirancang untuk mencapai distribusi karbon di tangki CIL sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Tujuan dari dari penambahan fress carbon di tangki CIL terakhir agar penyerapan ion Au/Ag kompleks lebih efektif, karena kandungan Au-Ag di tangki CIL terakhir paling rendah sehingga diharap kandungan Au-Ag di tangki CIL terakhir seluruh ion Au-Ag kompleks dapat diadsorpsi olek fresh carbon yang masih tinggi tingkat absorbsinya. Distribusi karbon di tangki CIL awal dan akhir sekitar 30 gr/l, sedangkan di tangki CIL tengah sekitar 8 gr/l. Pada prosesnya, umpan yang masuk ke tangki CIL berupa overflow dari tangki leaching melalui launder, slurry mengalir dari tangki CIL 1 sampai ke tangki CIL berikutnya. Pada tangki terakhir CIL ini di pasang carbon safety screen lubangnya jenis square straight yang berukuran 0.5 mm. Carbon safety screen bertujuan untuk mengurangi hilangnya carbon yang ikut terbawa oleh aliran slurry ke thickener. Karbon yang keluar dari tangki CIL 1 (diharap memiliki kandungan emas 700 ppm-1000 ppm di pompa ke loaded carbon surge bin yang terlebih dahulu

26 melewati loaded carbon screen. Setelah melewati loaded carbon screen karbon kaya masuk ke surge bin yang berkapasitas 6 ton, sedangkan cairan yang ikut bersama karbon akan di kembalikan ke tangki CIL pertama masing-masing plant. Gambar 2.5 Jajaran Tangki Leaching dan CIL 2.2 Elution Elution merupakan proses pelepasan emas dari karbon yang telah dimasukkan di tangki CIL. Metoda elution yang dipakai di UBPE Pongor adalah Anglo American Research Laboratory (AARL). Sebelum dilakukan elution terlebih dahulu dilakukan loaded carbon yaitu carbon dalam CIL diangkat ke surge bin melalui pemompaan. Loaded carbon dilakukan setelah kadar emas dalam karbon di CIL mencapai minimal 1000 gpt dengan kapasitas 6 ton. Setelah proses loaded carbon selesai, dilakukan proses elution di dalam elution column. Proses elution dilakukan dalam 6 tahap, namun sebelumnya dilakukan pencucian carbon dalam column dengan menggunakan fresh water yang bertujuan untuk membersihkan karbon dari lumpur yang masih menempel. Tahapan tahapan elution adalah : 1. Tahap pencucian dengan Asam (acid wash) Asam yang digunakan untuk mencuci karbon pada tahap ini adalah asam klorida. Pencucian dengan HCL ini bertujuan untuk menghilangkan atau

27 melarutkan pengotor seperti ion organik, senyawa kalsium karbonat, magnesium karbonat dan silika yang teradsorbsi dan menutupi pori pori karbon aktif. Persamaan reaksi : CuCO3 + 2 HCL = CaCl2 + CO2 + H2O MgCO3 + 2 HCL = MgCl2 + CO2 + H2O Ca[C-Au(CN)2]2 + 2 H+ = Ca2+ + [2/n] [C-AuCN] + 2 HCN Konsentrasi HCL yang dibutuhkan untuk proses elution adalah 3% wt. Asam klorida ini diperoleh dengan cara mengencerkan larutan asam klorida yang mempunyai kemurnian 33% wt. Proses pengencerannya dilakukan dengan cara mengalirkan fresh water dari water tank dengan menggunakan elution water pump secara bersamaan masuk ke elution column. Larutan HCL yang telah digunakan dialirkan ke tangki terakhir CIL dengan tujuan untuk menjaga apabila sewaktu-waktu proses elution tidak berjalan dengan lancar (kemungkinan masih ada Au di dalam larutan), kandungan emasnya tidak terbuang. Selain itu larutan hasil pencucian asam bisa menurunkan ph sehingga proses pengendapan tailing di thickener bisa berjalan dengan baik. 2. Tahap Pencucian Air (Water Fresh) Tahap pencucian ini dilakukan dengan air panas yang bertujuan untuk mengeluarkan pengotor yang terlarut oleh HCL dari column. Air yang digunakan berasal dari fresh water tank yang terlebih dahulu melewati RHE (Recycle Heat Exchanger) dan PHE (Plate Heat Exchanger) untuk dipanaskan. Panas dalam PHE dihasilkan dari glycol yang dipanaskan oleh elution heater sedangkan RHE belum panas karena belum ada larutan yang keluar dari elution column. Air hasil dari pencucian keluar dari valve discharge elution column dan dialirkan ke tangki terakhir CIL adsorbtion. Pada tahap ini dilakukan sampling pada saat akhir tahap 1 atau menit awal tahap 2 dan sampling kedua dilakukan saat menit terakhir.

28 3. Tahap pre-treatment (pre-soak) Pada tahap ini, emas dan perak mulai terlepas dari karbon dengan cara melemahkan ikatan antara senyawa kompleks emas dan perak dengan karbon. Prosesnya berlangsung dalam column dengan cara loaded carbon disemprot dengan larutan caustic cyanide, yang merupakan campuran antara caustic (NaOH) dan cyanide (NaCN) yang dilarutkan dengan air dalam caustic cyanide tank yang dilengkapi dengan agitator. Konsumsi masing-masing reagent adalah kg NaOH, kg cyanide dan selebihnya air untuk mencapai cyanide strenght antara ppm atau masing-masing 3% NaOH dan 3% NaCN dengan Ph larutan sebesar 12,8. Larutan caustic cyanide melewati PHE untuk dinaikkan temperatur sampai C. Penyemprotan dengan caustic cyanide ini bertujuan untuk melemahkan ikatan kompleks Au/Ag dengan karbon dan tujuan dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. 4. Tahap Pendaur Ulangan Eluate (Recycle Elution) Tahap ini merupakan puncak tahap pemisahan senyawa kompleks emas dan perak oleh air dari karbon. Senyawa kompleks emas dan perak dilarutkan oleh recycle water yang masuk ke dalam column. Hasil dari proses recycle elution masuk ke dalam eluate tank yang merupakan larutan kaya atau larutan elektrolit. Reaksi : [C-Au(Au)]n + nnacn = nna+ + n[au(cn)2]- + C C-OH +OH- = [C-O]- + H2O Sebelum masuk ke eluate tank larutan kaya terlebih dahulu melalui suatu saringan electrolyte filter. Alat ini terdiri dari dua buah filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang terbawa oleh larutan sebelummasuk ke recycle tank dan eluate tank.

29 5. Tahap Water Elution Setelah melewati tahap keempat, masih ada kemungkinan emas dan perak tertinggal dalam karbon. Sehingga untuk mendapatkan emas dan perak yang masih tersisa ini, maka karbon yang masih ada di eluate column pada tahap ini disemprot atau dibilas dengan air panas. Air yang digunakan berasal dari fresh water tank yang dipanaskan terlebih dahulu di RHE dan PHE sampai suhunya kurang lebih 110 C, pada proses inielution heater masih dijalankan (elution heater beroperasi dari awal tahap dua sampai akhir tahap lima) demikian juga dengan pompa sirkulasi panas. Air bilasa pada proses ini dialirkan ke recycle tank untuk elution berikutnya. 6. Tahap Pendinginan (Cooling) Pada tahap ini semua alat atau proses didinginkan, elution heater dimatikan tetapi pompa sirkulasinya masih berjalan. Air yang digunakan untuk mendinginkan karbon di elution column dialirkan ke recycle tank yang akan digunakan untuk proses elution selanjutnya bersama air yang berasal dari tahap lima.

30 (a) (b) (c) Gambar 2.6 (a) Column (b) Eluate Tank (c) Elution Heater 2.3 Elektrowining

31 Electrowinning adalah proses pengambilan logam-logam yang terkandung di dalam air kaya dengan cara prinsip elektrolisa, yaitu mengendapkan logam yang diinginkan dari larutan kaya dengan memberikan arus lisrik searah pada elektroda yang digunakan sehingga terjadi proses reduksi dan oksida. Proses ini bertujuan mengambil Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya. Dari eluate tank, larutan kaya akan di pompa menuju electrowinning cells dengan menggunakan eluate pump dengan laju aliran 1 m3/jam. Electrowinning terdiri dari lima bak electrowinning yang dipasang secara parallel, dimana pada setiap bak electrowinning terpasang 11 wire mesh anode sebagai kutub positif dan 10 wire mesh cathode sebagai kutub negatif. Wire mesh anode berbentuk segi empat dengan lubang-lubang yang lebih besar dari lubang-lubang katoda. Wire mesh anode dan wire mesh cathode terbuat dari bahan SS-316. Pada setiap bak electrowinning dilengkapi dengan sebuah rectifier yang berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC. Pada prosesnya digunakan arus listrik sebesar Ampere dan tegangan 8 Volt. Larutan kaya yang telah diambil logam emas dan peraknya disebut spent electrolyte. Au dan Ag yang terkandung dalam larutan kaya akan menempel pada katoda. Hal ini karena Au dan Ag bermuatan positif, sedangkan katodanya bermuatan negatif. Pada katoda, tidak hanya ion Au dan Ag yang tereduksi menjadi bentuk solid (cake) akan tetapi terdapat logam pengotornya lain yang ikut tereduksi menjadi bentuk solid, sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi yaitu perubahan ion OH- menjadi H2O. Reaksi elektrolisis yang terjadi pada proses electrowinning : Anoda : 2OH- O2 + H2O + 2e- Katoda : 2Au(CN)2-+ 2e- 2Au + O2 + H2 + 4CN- Total : 2Au(CN)2-+ 2OH- 2Au + O2 + H2 + 4CN- Pelepasan cake dari batang katoda dilakukan dengan menyemprotkan air pada batang katoda, air sisa penyemprotan di tampung di dalam spent sump. Sedang overflow dari electrowinning cells akan masuk ke dalam spent return sump

32 sebagai barren solution dengan kandungan Au kurang dari 2 ppm dan Ag kurang dari 20 ppm. Barren solution masuk ke dalam cyanide holding tank yang akan digunakan sebagai make up cyanide karena masih mengandung emas sianida sebesar 3000 ppm dan digunakan untuk menaikkan ph di tangki leaching pertama. Gambar 2.7 Electrowinning Cells 2.4 Smelting (Peleburan) Proses smelting merupakan proses pemisahan logam emas dan perak alam bentuk cake dari slag (pengotor) pada titik leburnya dengan bantuan reagent flux (boraks). Cake yang merupakan hasil dari proses electrowinning dilakukan pengurangan kadar air hingga 20% dengan memasukkan ke dalam vacuum filter. Setelah dilakukan pengurangan kadar air dalam vacuum filter dilakukan penggarangan diatas tungku dengan suhu oC hingga kadar air mencapai 15%. Setelah di dilakukan penggarangan cake didinginkan lalu kemudian ditambahkan boraks sebanyak 5-6 kg/300 cake. Penambahan boraks ini bertujuan untuk memisahkan pengotor dari mineral berharga sehingga pengotor terapung di

33 atas logam cair dan membentuk slag. Setelah penambahan boraks, cake dilebur didalam morgan furnace pada suhu oC kemudian dore bullion dituangkan ke dalam cetakan (bullion morgan). Komposisi dore bullion adalah 715% dan 80-92%, kurang dari 2% dan memiliki dimensi mm3. Pengotor (slag) yang terbentuk pada saat proses peleburan berupa kalsium karbonat, dan boraks dipisahkan dari logam cairnya dengan cara manual. Pemisahan dengan cara manual ini mengakibatkan kemungkinan terbawanya emas dan perak pada slag dengan peleburan menggunakan monarch furnace. Peleburan slag biasanya dilakukan setelah beberapa kali peleburan utama. Setelah dilebur, slag didinginkan dan dipisahkan dari pengotornya. Logam Au dan Ag yang dihasilkan selanjutnya diikut sertakan bersama peleburan utama, sedangkan slag akan dikirimkan ke ball mill untuk digerus bersama dengan ore. Setiap selesai peleburan dore bullion akan dikirimkan ke Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) di Pulogadung, Jakarta untuk dipisahkan dan dimurnikan antara emas dan perak. F. JENIS-JENIS EMAS Seperti yang telah disinggunag pada bagian terdahulu emas merupakan unsur yang sangat lunak. Emas dengan kemurnian tinggi (24K) sangat mudah untuk dibengkokan tetapi sangat mematahkan atau memutuskan emas. Hal ini disebabkan atom-atom penyusun emas terikat sangat kuat. Salah satu cara yang banyak digunakan adalah Mencampur emas dengan logam lain yang disebut alloi. Alloi dapat dilakukan dengan meleburkan atau melelehkan emas terlebih dahulu kemudian ditambahkan lelehan unsur yang akan dipadukan. Syarat utama terbentuknya alloi adalah logam yang ditambahkan, baik unsur logam maupun nonlogam, tidak bereaksi dengan logam yang dijadikan

34 logam induk, dalam hal ini emas adalah logam induknya. Selain dengan cara ini emaspun sering dilapisi pada logam-logam lain dengan cara elektrokimia yang disebut penyepuhan atau elektoplating. Emas Putih Gambar emas putih 18K Emas putih (white gold) merupakan salah satu aloi emas yang banyak digunakan sebagai perhiasan. Emas putih yang digunakan merupak aloi dari emas dengan nikel atau dengan paladium. Selain itu kadang mengandung perak, tembaga dan zink dalam jumlah kecil. Sekarang nikel jarang digunakan karena dapat memberikan reaksi tertentu pada orang yang menggunakan perhiasan dari emas putih. Sekarang emas putih yang banyak digunakan sebagai perhiasan merupakan aloi dari emas dengan perak dan paladium. Dan untuk menghasilkan kilau putih yang lebih bagus emas putih seringkali dilapisi dengan rodium (Rh). Seperti pada emas kuning (yellow gold) kandungan emas pada emas putih juga dinyatakan sebagai karat, dimana kandungan emas pada emas putih 18 karat sama dengan kandung emas pada emas kuning 18 karat. Emas Ungu Emas ungu atau emas lembayung merupakan aloi antara emas dengan dengan aluminium. Emas ungu yang diproduksi biasnya memiliki kadar 18K atau mengandung 79% emas selebihnya berupa aluminium. Emas Biru Gambar cincin emas putih 18K yang bagian tengahnya dihiasi emas biru Emas biru merupakan aloi antara emas dengan indium. Selain itu, emas biru dapat diperoleh dari aloi antara emas dengan besi. Dengan konsentrasi emas 75% dan besi 25%. Emas Hitam Emas hitam dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni

35 a. Melapisis emas dengan rhodium hitam atau ruthenium. b. Aloi antara emas dengan kobalt atau kromium. Jenis emas ini sangat sukar untuk dioksidasi. Oleh sebab itu, kilau yang dihasilkanpun sangat stabil dalam kurun waktu yang lama.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor (PT Antam Tbk. UBPE Pongkor) merupakan perusahaan pertambangan yang memiliki beberapa unit bisnis dan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Aneka Tambang (Antam), Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor adalah salah satu industri penambangan dan pengolahan bijih emas. Lingkup kegiatannya adalah

Lebih terperinci

LAPORAN MAGANG INDUSTRI. PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UBPE PONGKOR PROCESS PLANT DEPARTEMENT

LAPORAN MAGANG INDUSTRI. PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UBPE PONGKOR PROCESS PLANT DEPARTEMENT LAPORAN MAGANG INDUSTRI PT. ANEKA TAMBANG Tbk. UBPE PONGKOR PROCESS PLANT DEPARTEMENT Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma IV Teknik Kimia Produksi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pengolahan bahan galian (mineral dressing) adalah istilah umum yang digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang berupa mineral, batuan, bijih atau bahan

Lebih terperinci

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB V DASAR-DASAR PENGOLAHAN BAHAN GALIAN 5.1. Pengolahan Bahan Galian Pengolahan Bahan Galian (Mineral dressing) adalah pengolahan mineral dengan tujuan untuk memisahkan mineral berharga dan gangue-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor

BAB I PENDAHULUAN. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam (Persero) Tbk. UBPE (Unit Bisnis Pertambangan Emas) Pongkor merupakan salah satu tambang emas bawah tanah (underground) yang terdapat di Indonesia yang terletak

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan emas. Produk utama dari perusahaan ini

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan

Lebih terperinci

KIMIA ELEKTROLISIS

KIMIA ELEKTROLISIS KIMIA ELEKTROLISIS A. Tujuan Pembelajaran Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi elektrolisis larutan garam tembaga sulfat dan kalium iodida. Menuliskan reaksi reduksi yang terjadi di

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN. Hand Out HUKUM FARADAY Disusun untuk memenuhi tugas work shop PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna Oleh: LAURENSIUS E. SERAN 607332411998 Emel.seran@yahoo.com UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT

PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 23 Tahun 2008 Tanggal : 31 Desember 2008 PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode expost facto. Ini berarti analisis dilakukan berdasarkan fakta dan data yang sudah terjadi. Dengan demikian penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS

PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS Herling D. Tangkuman 1, Jemmy Abidjulu 1 dan Hendra Mukuan 1 1 Jurusan Kimia Fakultas MIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Tangkuman, H. D., J. Abidjulu and H.

Lebih terperinci

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BAB II TAHAPAN UMUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN Pengolahan Bahan Galian (Ore Dressing) pada umumnya dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu : preparasi, konsentrasi, dan dewatering. 2.1. PREPARASI Preparasi

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses II. DESKRIPSI PROSES A. Macam- Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Umum Hasil pemeriksaan SSA sampel (limbah fixer) memiliki kadar Ag sebesar 6000.365 ppm. Kadar Ag tersebut apabila dikonversi setara dengan 0.6% (Khunprasert et al. 2004).

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis

Lebih terperinci

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A

UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A UH : ELEKTROLISIS & KOROSI KODE SOAL : A Selesaikan dengan cara!!! 1. Reduksi 1 mol ion SO 4 2- menjadi H 2S, memerlukan muatan listrik sebanyak A. 4 F D. 6 F B. 8F E. 16 F C. 20 F 2. Proses elektrolisis

Lebih terperinci

PELEBURAN LANGSUNG KONSENTRAT EMAS SEBAGAI ALTERNATIF MERKURI AMALGAMASI DI TAMBANG EMAS SKALA KECIL

PELEBURAN LANGSUNG KONSENTRAT EMAS SEBAGAI ALTERNATIF MERKURI AMALGAMASI DI TAMBANG EMAS SKALA KECIL PELEBURAN LANGSUNG KONSENTRAT EMAS SEBAGAI ALTERNATIF MERKURI AMALGAMASI DI TAMBANG EMAS SKALA KECIL Workshop on Sustainable Artisanal dan Small Scale Miners (PESK) Practices Mataram, Indonesia, 9-11 February

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA MODUL 8 9 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA ( ) TINGKAT : XII PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 8-9 Logam Murni Logam murni

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Preparasi dan Laboratorim Flotasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 ALAT DAN BAHAN Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan meliputi: 1. Lemari oven. 2. Pulverizing (alat penggerus). 3. Spatula/sendok. 4. Timbangan. 5. Kaca arloji

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( ) Sn & Pb Kelompok I Anggota: Dian Agustin (1113023010) Diantini (1113023012) Ika Nurul Sannah (1113023030) M Weddy Saputra (1113023036) Sumber dan Kelimpahan Sumber dan Kelimpahan Sn Kelimpahan timah di

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PERLAKUAN MEKANIK GRINDING & SIZING Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Laporan Praktikum Proses Pemisahan & Pemurnian Dosen Pembimbing : Ir. Ahmad Rifandi, MSc 2 A TKPB Kelompok

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

Soal-soal Redoks dan elektrokimia

Soal-soal Redoks dan elektrokimia 1. Reaksi redoks : MnO 4 (aq) + C 2 O 4 2- (aq) Mn 2+ (aq) + CO 2 (g), berlangsung dalam suasana asam. Setiap mol MnO 4 memerlukan H + sebanyak A. 4 mol B. 6 mol D. 10 mol C. 8 mol E. 12 mol 2. Reaksi

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

REDOKS DAN ELEKTROKIMIA REDOKS DAN ELEKTROKIMIA 1. Bilangan oksidasi dari unsur Mn pada senyawa KMnO4 adalah... A. +7 B. +6 C. +3 D. +2 E. +1 Jumlah bilangan oksidasi senyawa adalah nol, Kalium (K) mempunyai biloks +1 karena

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION 1 LOGO Analisis Kation 2 Klasifikasi Kation Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari: Klorida (asam klorida) Sulfida, (H 2

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

2. Logam Mg dapat digunakan sebagai pelindung katodik terhadap logam Fe. SEBAB Logam Mg letaknya disebelah kanan Fe dalam deret volta.

2. Logam Mg dapat digunakan sebagai pelindung katodik terhadap logam Fe. SEBAB Logam Mg letaknya disebelah kanan Fe dalam deret volta. ELEKTROKIMIA 1. Pada elektrolisis Al2O3 (pengolahan Aluminium) sebanyak 102 kg dihasilkan Al. (Al = 27, O =16) A. 102 kg D. 30 kg B. 80 kg E. 12 kg C. 54 kg Al2O3 102 kg = 102000 gram 1 mol Al2O3 dihasilkan

Lebih terperinci

1. Pengertian Perubahan Materi

1. Pengertian Perubahan Materi 1. Pengertian Perubahan Materi Pada kehidupan sehari-hari kamu selalu melihat peristiwa perubahan materi, baik secara alami maupun dengan disengaja. Peristiwa perubahan materi secara alami, misalnya peristiwa

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING. Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.

MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING. Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M. MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA BAB II ZAT DAN WUJUDNYA Zat adalah : Sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Wujud zat ada 3 macam : padat, cair, dan gas 1. MASSA JENIS ZAT ( ) Yaitu perbandingan antara massa dan volume zat

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap barang-barang elekronik seperti handphone, komputer dan laptop semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan (swelling) tanah lempung tanpa elektrokinetik Hasil pengujian pengembangan tanah lempung tanpa elektrokinetik dapat dilihat pada Lampiran

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

Pabrik Pemurnian Emas Menggunakan Metode Cyanidation Agitated Tank Leached

Pabrik Pemurnian Emas Menggunakan Metode Cyanidation Agitated Tank Leached Pabrik Pemurnian Emas Menggunakan Metode Cyanidation Agitated Tank Leached Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT 19580703 198502 2 001 Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT 19580703 198502

Lebih terperinci

BAHAN GALIAN LOGAM EMAS

BAHAN GALIAN LOGAM EMAS BAHAN GALIAN LOGAM EMAS EMAS SIFAT EMAS Emas merupakan logam transisi ( trivalen dan univalen ) yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 3 ( skala Mohs ). Emas dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik Hasil pengujian berikut dilakukan sebagai pembanding bagaimana nilai pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hidrogen Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA BEDA POTENSIAL SEL VOLTA Disusun oleh : Faiz Afnan N 07 / XII IPA 4 SMA NEGERI 1 KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I. Praktikum ke : II ( Kedua ) II. Judul Praktikum : Beda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Logam Emas Pada Pengolahan Bijih Emas Dengan Metode Sianida (Heap Leaching) Berdasarkan Perbedaan Ukuran Butir Umpan

Perbandingan Hasil Logam Emas Pada Pengolahan Bijih Emas Dengan Metode Sianida (Heap Leaching) Berdasarkan Perbedaan Ukuran Butir Umpan Perbandingan Hasil Logam Emas Pada Pengolahan Bijih Emas Dengan Metode Sianida (Heap Leaching) Berdasarkan Perbedaan Ukuran Butir Umpan Maharani Rindu Widara 1, Abdul Rauf 2 Mahasiswa Magister Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN Review II A. ELEKTROLISIS 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 O 4H + + O 2

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida dari Bauksit dengan Proses Bayer Kapasitas Ton / Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 74 3.1. Size Reduction 1. Crusher 01 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES Kode : SR-01 : Mengecilkan ukuran partikel 50 mm menjadi 6,25 mm : Cone Crusher Nordberg HP 500 : 2 alat (m) : 2,73 Tinggi (m)

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS)

LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN BESI (NONOFERROUS) LOGAM BUKAN - BESI ( NONFERROUS ) Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan logam bukan besi. Indonesia merupakan negara penghasil bukan besi

Lebih terperinci

Bijih BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bijih BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Emas dan Perak Secara umum proses pengolahan emas dan perak di PT Antam UBPE Pongkor disajikan di Gambar 2.1. Bijih Penghancuran Penggerusan & Klasifikasi Gravity

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MINERAL DI ALAM MINERAL EMAS (AU)

PEMBENTUKAN MINERAL DI ALAM MINERAL EMAS (AU) PEMBENTUKAN MINERAL DI ALAM MINERAL EMAS (AU) Oleh : Abdul Latif 1001089 Mahasiswa Teknik Perminyakan, STT-MIGAS Balikpapan Email : jackabdul@gmail.com, phone : 081254502244 ABSTRAK Emas adalah unsur kimia

Lebih terperinci