Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (

Transkripsi

1 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SUMATERA UTARA KHAIRIAH dan PRAMA YUFD1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara Jl. A.HNasution No. I B Medan ABSTRAK Selama ini jerami adalah limbah dan menimbulkan masalah bagi petani dalam mengatasinya. Tulisan ini bertujuan melihat persepsi masyarakat terhadap jerami padi sebagai pakan ternak sapi dalam rangka mengetahui fenomena tersebut dilakukan pengkajian dengan metode survei melalui wawancara dengan kuesioner secara mendalam, dan focus groups discussion berpola partisipatif pada petani koperator di desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 16 responden dan luar koperator sebanyak 26 responden yang mewakili setiap Kabupaten di Sumatera Utara. Data dilengkapi dengan data sekunder, berupa laporan Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Sumut Dalam Angka Semua data yang ada dipilih sesuai tujuan penelitian, lalu dibuat dalam bentuk tabel-tabel, selanjutnya di analisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebelum adanya program SIPT masyarakat tidak mengetahui dan tidak pernah memberikan jerami padi sebagai pakan ternak sapi. Sosialisasi jerami sebagai pakan ternak sapi telah disebarkan melalui liflet, folder dan petunjuk teknis serta pelatihan-pelatihan di kelompok tani, PPL dan petugas pertanian terkait. Kata kunci: Persepsi, jerami, pakan sapi PENDAHULUAN Pembangunan peternakan masa mendatang, termasuk upaya mencapai kecukupan daging 2010, masih akan dihadapkan pada masalah semakin terbatasnya ketersediaan sumber daya alam berupa lahan sebagai basis penyediaan pakan (khususnya ruminansia). Sumatera Utara merupakan wilayah yang bisa diandalkan mampu memberi kontribusi yang cukup signifikan dalam mensuplai ternak guna penyediaan daging yang dibutuhkan kalau sumber pakan dari limbah tnaman dimanfaatkan. Hal ini karena Sumatera Utara penghasil jerami dan dedak tertinggi di Sumatera. Selama ini pengolahan jerami sebagai pakan belum banyak diketahui petani/ peternak, karena sumber pakan konvensional masih tersedia dan mudah didapat, yaitu melalui penggembalaan ternak, khususnya sapi, maupun pemotongan rumput (cut and carry system). Pada tahun 2005 petani/peternak diperkenalkan teknologi SIPT yaitu sistem integrasi padi dan ternak sapi dengan teknologi mengolah limbah jerami padi menjadi pakan ternak, dan kotoran ternak beserta sisa pakannya menjadi pupuk kompos (HARJANTO, 2003). Kondisi ini menunjukkan suatu peluang dalam mendukung pengembangan sapi dilahan persawahan pada khususnya, atau peningkatan populasi sapi di Sumatera Utara pada umumnya. Mengubah kebiasaan petani tidak mudah, untuk itu makalah ini membahas tentang persepsi masyarakat terhadap jerami padi sebagai pakan ternak sapi di Sumatera Utara. METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 dengan melibatkan 16 petani koperator SIPT di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan dan 26 petani/peternak non koperator yang memelihara ternak sapi, mewakili setiap Kabupaten di Sumatera Utara. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur terbuka, wawancara mendalam, serta mengamati dan melibatkan diri pada komunitas masyarakat dalam konteks yang alami (natural setting) (DENZIN dan LINCOLN, 1994). Data sekunder dikumpulkan dari laporan Dinas Peranian, BPTP Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. (Sumatera Utara Dalam Angka). Data ditabulasi dan disajikan secara kualitatif 82

2 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak (BUNGIN, 2003), dan kuantitatif, data dianalisa secara deskriptif (SINGARIMBUN dan EFFENDI, 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik wilayah Luas dataran Provinsi Sumatera Utara adalah kmz, meliputi 18 Kabupaten dan 7 Kota Madya. beriklim tropis dan mempunyai musim kemarau dan musim penghujan. Jumlah penduduk bulan Juni 2004 diperkirakan sebesar jiwa. Jumlah perempuan jiwa sedikit lebih banyak dari laki-laki jiwa. Sumatera Utara penghasil jerami dan dedak tertinggi di Sumatera. Dengan luas panen padi sawah ha diperkirakan memproduksi jerami ton dengan daya tampung ternak ekor (STATISTIK PERTANIAN, 2004). Populasi ternak sebanyak kemampuan wilayah untuk pengembangan ternak ruminansia ekor (KUSNADI et al., 2006). Desa Melati II adalah desa yang diperkenalkan sistem integrasi padi dan ternak sapi setelah Desa Lubuk Bayas terletak sekitar ± 6 km dari Kota Kecamatan Perbaungan, desa ini tidak jauh dari ibukota Kabupaten (± 17 km) dan sekitar 46 Km ke Ibukota Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat dikatakan sebagai semi urban, dengan batas wilayah sbb : Sebelah utara dengan Melati II Sebelah Selatan dengan Melati Kebun Sebelah Barat dengan PTP VI Adolina Sebelah Timur dengan Desa Jati Mulia Penduduk Desa Melati II berjumlah orang laki-laki dan perempuan, umumnya didominasi oleh suku Jawa (98%) dengan luas lahan sawah ha (66.35%). Pola tanam sejak tahun 2005 adalah padi - padi - palawija (kedelai), yaitu mengikuti musim tanam Mei - Agustus, September/ Oktober - Desember serta Februari - April. Karakteristik responden Responden yang terpilih dijadikan sampel adalah petani koperator penerima sapi SIPT di Desa Melati II dan yaitu petani peternak yang sudah biasa memelihara sapi berjumlah 26 responden diambil dari setiap kabupaten di Sumatera Utara Adapun profil responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Profit petani koperator Desa Melati II dan luar koperator petani peternak Sumatera Utara Umur/tahun Pendidikan keatas 12, ,50 37,50 12,50 23,07 26,92 19,23 23,08 7,69 Sekolah Dasar 56,25 30,76 SMP 12,5 46,15 SMA 31,25 19,23 PT 0 3,85 Kepemilikan sawah < 0,2 6,25 11,53 0,2-0, ,23 0,5 < x < 1,0 18,75 19,23 Persepsi terhadap jerami Tanaman padi tidak hanya menghasilkan gabah tetapi juga jerami. Satu hektar pertanaman padi menghasilkan jerami sebanyak 5-6 ton. Jerami ini jarang atau tidak Kepemilikan sapi 1-5 ekor 87,5 23, ekor 6,25 46, ekor 6,25 30,76 pernah dikembalikan kedalam tanah, bahkan 100% responden mengatakan pernah membakar jerami dengan alasan menghemat tenaga dan waktu pada saat mengolah tanah. Adapun pola pemeliharaan sapi dapat dilihat pada Tabel 2. 83

3 Lokakatya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sisten, Integrasi Tanarnan - Ternak Tabel 2. Pola pemeliharaan sapi koperator dan luar koperator.. No Parameter 1. Jenis usaha Pembibitan temak sapi 2. Jumlah sapi 16 ekor induk dan 16 ekor anak sapi bantuan dan 10 ekor sapi pembelian sendiri 3 Jenis sapi Madras, Brahman, Simental, dan lain-lain 4 Perkandangan Kandang Kelompok (lunit), sistim sewa lahan 5. Pola pemeliharaan Dikandangkan terns menerus, pola potong angkut 5. Pemberian pakan Jerami fermentasi, rumput lapang dan sisa pertanian, konsentrat, mineral block 6. Pemberian minum 50 liter/hari Untuk sapi dewasa 7. Sistim perkawinan Inseminasi buatan (IB) 8. Sistem pbngelolaan SIGUTIWASKAT ternak Pembibitan, Penggemukan 479 ekor sapi Madras, lokal, Brahman, Simental, dan lain-lain Kandang pribadi Digembalakan dan pola potong angkut rumput lapang dan sisa pertanian, Pemberian konsentrat 23.07% liter Kawin alam dan IB Pribadi dan gaduhan Pola pemeliharaan sapi diluar koperator adalah penggembalaan disekitar perkebunan (kebun karet, sawit, kelapa, cokelat, kopi, tebu) dan di padang alam. Sebagian besar peternak pada sore hari mencari rumput untuk disajikan pada malam hari (sistem' potong angkut atau cut and carry system). Jarak antara sumber rumput dengan kandang 50 sampai 2000 meter. Peternak menyadari pemberian pakan secara terus menerus (ad libitum) atau sekitar kg ekor/hari, dan sejumlah ini diperkirakan mencukupi. Sumber pakan berasal dari pematang sawah, kebun, lapangan, sepanjang pinggiran saluran irigasi dan dari limbah pertanian. Rumput unggul alam cukup tersedia disamping itu petani juga menanam rumput raja dan rumput Kingras. Sejalan dengan adanya program SIPT yaitu sistem integrasi padi dan temak sapi, peternak sapi mulai memanfaatkan jerami sebagai pakan sapi dengan terlebih dahulu memfertasikannya untuk meningkatkan nilai gizi pakan sebelum diberikan pada sapi. TEKNOLOGIPENGOLAHANJERAMI Jerami padi hasil panen dikumpulkan. Jerami masih mengandung air sekitar 65%. Jerami ditumpuk setebal 20 cm, ditaburi dengan urea dan probiotik atau starbio. Setelah itu di atasnya ditumpuk lagi jerami hingga tebal 20 cm diikuti oleh penaburan urea dan probiotik atau starbio dan seterusnya sampai setinggi 1-2 m. Jumlah urea dan probiotik atau starbio yang digunakan masing-masing adalah 5 kg setiap ton jerami segar. Setelah urea dan probiotik ditaburkan secara merata pada jerami, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses fermentasi berlangsung dengan baik. Jerami proses fermentasi lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering dan disimpan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Jerami hasil fermentasi dapat diberikan pada sapi sebagai pakan untuk menggantikan rumput segar. Karena kebiasaan sapi yang selalu memakan rumput segar dan peternak kasihan kalau melaparkan sapi, dalam melatihnya agar mengkonsumsi jerami, maka jerami dicampur kecap, namun sapi tidak mau memakannya, akhirnya jerami dicampur dengan rumput segar pertama 25% jerami 75% rumput hijau selanjutnya 50% jerami, 50% rumput hijau. Persiapan jerami sebagai pakan ternak sapi hanya untuk dua bulan, selanjutnya sapi kembali memakan rumput segar sebagai satusatunya pakan basal (onggok) dan konsentrat ampas ubi, Pada waktu panen pada MH 2006 terjadi banjir di lokasi SIPT, jerami tidak diambil oleh peternak. Persepsi petani/peternak terhadap jerami sebagai pakan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel

4 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak Tabel 3. Persepsi masyarakat terhadap jerami padi sebagai pakan temak sapi No Uraian 1 Apakah bapak /ibu mengetahui jerami dapat Tahu 100% Tahu 23,07% diberikan sebagai pakan ternak sapi Tidak tahu 0% Tidak tahu 76,93% 2 Apakah bapak/ibu pernah memberikan Pernah 100% Pernah 0% jerami sebagai pakan ternak sapi Tidak pernah 0% Tidak pernah 100% 3 Jerami yang diberikan : Pada saat masih hijau 12,5% 7,69% Sudah dipermentasi 100% 0% Tidak difermentasi 3,85% 0% 4 Kendala pembuatan jerami permentasi Starbio-nya tidak terdapat ditempat 100% 100% Petani/peternak sebenarnya masih enggan memberikan jerami sebagai pakan ternak sapi, mengingat masih banyak terdapat hijauan. Walaupun demikian sosialisasi jerami sebagai pakan ternak sapi telah disebarkan melalui liflet, folder dan petunjuk teknis serta pelatihan - pelatihan di kelompok tani, PPL dan petugas pertanian terkait. Kendala yang dihadapi petani untuk menjadikan jerami sebagai pakan ternak sapi adalah starbio yang dibutuhkan tidak terdapat dilokasi. Salah satu dampak SIPT di Desa Melati II adalah perkembangan sapi di Desa Melati II, Desa Bingkat, Sukaraja, Gajahan dan Desa Suko Sari semakin berkembang Pada masa yang akan datang, rumput disekitar diperkirakan akan kurang mencukupi jerami olahan sebagai pakan ternak sapi sangat dibutuhkan. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan ternak ruminansia ditinjau dari daya dukung pakan, ketersediaan sumber pakan dan dari limbah hasil pertanian tanaman dan potensi ternak. 2. Pada mulanya petani merasa kasihan memberikan jerami kering pada sapinya karena disekitar masih banyak terdapat rumput segar. 3. Sebagian kecil saja petani/peternak yang mengetahui jerami sebagai pakan akan tetapi tidak pernah memberikan jerami padi sebagai pakan ternak sapi sebelum adanya SIPT. 4. Sosialisasi jerami sebagai pakan ternak sapi telah disebarkan melalui liflet, folder dan petunjuk teknis serta pelatihan - pelatihan di kelompok tani, PPL dan petugas pertanian terkait. 5. Dengan berkembangnya ternak sapi di sekitar Desa Melati II, Bingkat, Sukosari, Gajahan, Sukaraja diharapkan teknologi fermentasi jerami juga berkembang. Implikasi kebijakan Hendaknya probiotik yang dibutuhkan petani/ peternak dalam rangka memfermentasi jerami mudah didapat dilokasi peternak. DAFTAR PUSTAKA BUNGIN, B Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis ke arah penguasaan model aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. DENZIN, K. NORMAN dan Y.S. LINCOLN Introduction, entering the field of qualitative research. Dalam DENZIN, NORMAN K. dan Y.S. LINCOLN (eds.) Handbook of Qualitative Research. SAGE Publication. HARYANTO, B Sistem integrasi padi ternak (SIPT). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Depetemen Pertanian. KHAIRIAH Pengembangan sistem integrasi padi dan ternak sapi di Sumatera Utara. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. 8 5

5 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanainan - Ternak KUSNADI U, SETIADI B dan JUARINI E Analisa SINGARIMBUN, M. dan SOFIAN EFFENDI potensi wilayah di Pulau Sumatera. Makalah Metode penelitian survai. Penerbit PT. Utama Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor Pustaka LP3ES Indonesia, Cetakan Kedua. disampaikan dalam Seminar Peternakan pada Tanggal September 2006 di Padang Sumatera Barat. STATI Rep blik In IAN Departemen Pertanian epulik donesia. 8 6