IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN AYU LESTARI PROGRAM ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN AYU LESTARI PROGRAM ILMU SOSIAL DAN POLITIK"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN AYU LESTARI PROGRAM ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fatari_12@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan pusat perbelanjaan dan toko modern di Indonesia semakin pesat seiring berjalannya waktu. Salah satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di Depok Kabupaten Sleman, kini telah banyak didirikan pusat perbelanjaan baik yang bersifat modern maupun tradisional. Demi menjaga iklim yang kondusif serta salah satu upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam penataan pusat perbelanjaan dan toko modern Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang dimana sangat diperlukan mengingat perkembangan pusat perbelanjaan dan toko modern sangat berkembang dengan pesat, terutama untuk toko modern yang masuk kategori minimarket. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi dan observasi.peneliti menggunakan teori implementasi kebijakan publik yang dimana implementasi kebijakan publik yang di ungkapkan oleh Edward III dilihat dari struktur birokrasi, adanya sumberdaya, adanya komunikasi serta dilihat dari disposisi yang berarti sikap kecenderungan.hasil pada penelitian ini Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern Kabupaten sleman belum berjalan secara efektif dan maksimal dilihat dari fakta yang ada semakin berkembangnya jumlah toko modern dari tahun ke tahun serta banyaknya pelanggaran yang dilakukan. Adanya pelanggaran zonasi/ jarak terhadap pasar tradisonal meter, pelanggaran mengenai status jalan serta tidak adanya sosialisasi yang dilakukan. Kesimpulan dari penelitian ini implementasi kebijakan perizinan toko modern di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, pemerintah sebaiknya meningkatkan kembali pengawasan kepada terhadap pusat perbelanjaan dan toko modern agar tidak kembali melakukan pelanggaran serta meningkatkan pembinaan kepada UMKM agar nantinya antara pemilik toko modern khususnya minimarket dapat bersaing sehat dengan pasar tradisional. Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Perizinan, dan Toko Modern A. PENDAHULUAN Keberadaan toko modern tidak hanya memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif kepada para pedagang kecil dan pedagang menengah. Toko modern juga memberikan fasilitas pelayanan 24 jam (dua puluh empat jam), strategi tersebut membuat omset pedagang kecil dan menengah semakin berkurang. Meskipun demikian, anggapan yang yang mengatakan bahwa kehadiran toko modern menjadi salah satu penyebab tersingkirkannya pasar tradisional tidak seluruhnya benar dikarenakan sebagian pasar tradisional masih bergelut dengan kondisi pasar yang bermodelkan lama dengan minimnya sarana dan prasarana yang sangat minim, keadaan ini secara tidak langsung menguntungkan pihak toko modern. Maka daripada itu penertiban toko modern yang melanggar Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 dinilai belum berjalan dengan efektif serta masih belum optimal dengan adanya kasus, salah satu contoh yang terjadi di Dusun Prayan, Kelurahan Condong Catur Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman DIY sebuah toko modern yang telah melanggar peraturan daerah karena tidak memiliki Izin

2 Usaha Toko Modern (IUTM), IMB, HO maupun SIUP ditutup paksa oleh warga sekitar padahal sebelumnya Satuan Polisi Pamong Praja sudah datang dan melakukan penutupan. 1 Berdasarkan keterangan yang disampaikan Perwakilan warga Dusun Krodan dan Pugeran, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Widodo menyampaikan sejak berdirinya toko modern yang tidak mengantongi izin banyak warga yang mempunyai toko/warung kelontong mengalami penurunan omzet rata-rata antara Rp Juta. 2 Adanya dampak negatif akibat munculnya toko modern maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatur dengan baik keberadaan toko modern tersebut, sehingga antara pasar tradisional dan usaha kecil lainnya mampu tumbuh secara berdampingan. Adanya pertumbuhan toko modern jumlah terbanyak setiap tahunnya di Kecamatann Depok maka peneliti berminat untuk mengetahui bagaimana implementasi dan pengawasan dari Pemerintah Kabupaten Sleman terhadap perizinan toko modern dalam pemberian izin serta sanksi terhadap keberadaan toko modern seperti Alfamart dan Indomaret yang semakin marak berkembang di Kabupaten Sleman khusunya di Kecamatan Depok tahun B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tahun 2016 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Perizinan Toko Modern dalam membatasi toko di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tahun D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Untuk memperluas dan memperdalam pemahaman dibidang Pengimplementasian pemberian izin mengenai keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan program dalam strata 1 ( S1 ) pada program studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. b. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan masukan bagi pemerintah daerah dan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kinerja dalam pemerintahan. c. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca termasuk bagi pemerintah dan investor/ pembisnis dalam hal perizinan. 1 Ita Mutiara Dewi,Implementasi kebijakan Perencanaan Penataan Toko Modern berjaringan Nasional di Kabupaten Sleman dalam Studi Ekonomi Politik, Yogyakarta tahun 2012 diakses pada tanggal 19 september 2016 pukul WIB, hal 3 2 Ita Mutiara Dewi,Implementasi kebijakan Perencanaan Penataan Toko Modern berjaringan Nasional di Kabupaten Sleman dalam Studi Ekonomi Politik, Yogyakarta tahun 2012 diakses pada tanggal 19 september 2016 pukul WIB, hal 3

3 E. KERANGKA TEORI 1. KEBIJAKAN PUBLIK Menurut Harold Las Harold Laswell dan Abraham Kaplan 3 mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktik-praktir tertentu. Carl I. Friedrick 4 mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. 2. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK Menurut Edwar III, implementasi kebijakan merupakan tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Dalam bukunya yang berjudul Implementing Public Policy, Edward mengemukakan pendapatnya bahwa terdapat empat faktor atau variabel kritis dalam implementasi kebijaan publik. Adapun empat faktor yang dijelaskan oleh Edwards III, yaitu : 5 1) Komunikasi Implementasi dapat efektif penanggungjawab implementasi sebuah keputusan harus mengetahui apa yang mesti dilakukan. Dalam mengimplementasikan kebijakan, perintah untuk mengimplementasikan kebijakan harus ditransmisikan kepada personal yang tepat dan perintah harus jelas, akurat dan konsisten. 2) Sumberdaya Untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara efektif maka dibutuhkan sumberdaya yang cukup. Implementasi kebijakan tidak akan efektif apabila para implementator kekurangan sumberdaya yang penting untuk melaksanakan kebijakan. Sumberdaya yang penting untuk mengimplementasi kebijakan meliputi staf dengan jumlah yang sesuai dan dengan keahlian yang memadai dan relevan dengan implementasi kebijakan, kewenangan dan fasilitas. 3) Disposisi (Sikap Kecenderungan) Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, maka kemungkinan besar mereka akan melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal. Demikian juga sebelumnya apabila sikap-sikap dan perspektif implementator berbeda dari pembuatan keputusan, maka proses pelaksaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. 4) Struktur Birokrasi Menurut Edwards III struktur yang tepat dapat memberikan dukungan kuat terhadap kelancaran implementasi kebijakan. Terdapat dua hal penting dalam struktur birokrasi yaitu prosedur-prosedur kerja standar (Standard Operating procedures) dan fragmentasi 3. KEBIJAKAN PERIZINAN Perizinan juga disebut simpul utama dari pengaturan mengenai peyiaran. Dalam rangkaian daur proses pengaturan penyiaran, perizinan menjadi tahapan keputusan Negara. Dengan kata lain, perizinan juga menjadi instrument pengendalian tangung jawab secara kontinyu dan berkala agar setiap lembaga penyiaran tidak melenceng dari misi pelayanan informasi kepada publik. Salah satu bentuk dari kewenangan yang dimiliki oleh daerah adalah perizinan yang bertujuan untuk mengendalikan setiap perilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh individu atau golongan. 6 Dengan demikian izin ini akan 3 Riant, Nugroho, Public Policy, Elexmedia, Jakarta Pusat, hlm 83 4 Ibid 5 Dyah, Mutiarin dan Arif Zaenudin,2014.Manajemen Birokrasi dan Kebijakan,Pustaka Pelajar,Yogyakarta hal 38 6 Sumarto Hetifa Sj, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, (Bandung: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm 45.

4 digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti mengikuti cara yang dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit 4. TOKO MODERN Menurut Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Toko Modern adalah Toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Minimarket waralaba adalah minimarket yang melaksanakan kegiatan usahanya yang menggunakan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai barang secara eceran, berdasarkan perjanjian waralaba dan merupakan jejaring usaha berskala nasional. 7 Minimarket cabang adalah minimarket yang melaksanakan kegiatan usahanya yang menggunakan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dan merupakan cabang usaha berskala nasional. 8 Minimarket waralaba lokal adalah minimarket yang melaksanakan kegiatan usahanya yang menggunakan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran, berdasarkan perjanjian waralaba dan merupakan jejaring usaha berskala lokal atau regional Daerah Istimewa Yogyakarta. 9 Minimarket cabang lokal adalah minimarket yang melaksanakan kegiatan usahanya yang menggunakan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran dan merupakan cabang usaha yang berskala lokal atau regional Daerah Istimewa Yogyakarta. 10 Minimarket non waralaba dan non cabang adalah minimarket yang bukan minimarket waralaba, minimarket cabang, minimarket waralaba lokal, dan minimarket cabang lokal. 11 Supermarket Merupakan sebuah toko yang umumnya menyediakan produk teoletris, food, drink, paresible dengan luas toko >1000 m2. <5000 m2 tetapi kegiatannya terus meningkat hingga penyediaan pakaian dan beberapa homewares tertentu. Membaiknya iklim bisnis retail membuat sejumlah pengusaha supermarket mulai menambah jumlah outletnya pada tahun 2000 sampai Supermarket yang berhasil menambah jumlah outlet dan melakukan ekspansi usaha antara lain adalah Hero dan Indomaret. 12 Hypermarket merupakan sebuah toko distribusi self service dengan area penjualan seluas 5000 m2 atau lebih, menjual variasi barang konsumsi yang lebih luas berisikan gabungan produk makanan dan non makanan dalam berbagai ukuran transaksi atau kuantitas dan dalam berbagai bentuk kemasan. Konsep yang dikembangkan oleh hypermarket adalah one stop shopping. Keunggulan yang menjadi diferensiasinya adalah permodalan, luas ruang outlet, kelengkapan barang, teknologi maupun manajemen sehingga mendapatkan harga yang lebih murah dibanding supermarket lain. Hypermarket yang telah meramaikan bisnis retail di Indonesia antara lain Carrefour dan Giant. 13 Perkulakan Perkembangan bisnis supermarket berimbas positif pada bisnis perkulakan. Hingga saat ini di Indonesia beroperasi lima pusat perkulakan, yaitu PT. Alfa Retailindo, PT. Makro Indonesia, PT. Goro Batara Sakti, PT. Indo Grosir dan The Club Store. Prinsip dari bisnis perkulakan adalah menjual harga secara grosir yang relatif lebih murah, meskipun dapat juga menjual secara eceran.meskipun keuntungan perkulakan tidak terlalu besar untuk tiap satuan produk, namun karena kuantitas yang dijualnya dalam 7 Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Kabupaten Sleman, Pasal 1, hlm 5 8 ibid, hlm 5 9 ibid 10 Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Kabupaten Sleman, Pasal 1, hlm 5 11 ibid, 12 diakses pada 17 Februari 2017 pukul WIB 13 ibid, hlm 3,4

5 partai besar maka secara keseluruhan bisnis perkulakan masih mendapatkan keuntungan yang cukup besar. 14 Department Store Merupakan sebuah toko retail dengan luas area yang bervariasi, biasanya berhubungan dengan proses retailing, penyortiran barang konsumsi yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia atau gaya hidup, self service atau pelayanan penjualan biasanya di bawah satu manajemen umum. Sebuah department store boleh meliputi sebuah supermarket yang luasnya tidak lebih dari 2000 m2. Bisnis department store di Indonesia dijalani oleh sejumlah perusahaan seperti Matahari, Ramayana, atau Rimo Department Store sedangkan peritel asing yang memasuki bisnis departement store dalam skala besar antara lain Sogo Department Store, Yaohan dan Seibu. Kehadiran department store asing tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja department store lokal karena segmen pasar antara department store asing dan lokal sudah jelas, di mana department store lokal lebih berkonsentrasi untuk pasar menengah ke bawah sedangkan department store asing lebih memfokuskan pada pasar kelas atas. Persaingan department store ini umumnya terjadi di pusat-pusat perbelanjaan mewah yang dibangun dengan konsep mall, yaitu memadukan aspek berbelanja dengan unsur rekreasi. 15 F. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Dinas Perindsutrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman khususnya di Depok dikarenakan merupakan daerah yang memiliki pusat perbelanjaan dan toko modern terbanyak di Daerah Istimewa Yogyakarta terlebih Alfamart dan Indomaret. 2. Jenis Penelitian Bogdat dan Taylor menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-rang yang di amati 3. Jenis Data Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder, yaitu : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau dari masyarakat. Dalam penelitian ini data primer merupakan data asli atau baru. Data hasil wawancara dengan Fitriana Nurhayati S.E M.Ec. Dev, Kepala Seksi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Rusdi Rais Kasi Penegak Peraturan Daerah Satpol PP Kabupaten Sleman dan Usman Masyarakat Condongcatur b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diambil untuk menjadi rujukan menyelesaikan masalah yang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dari literature, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara wawancara ini dilakukan kepada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman, Kepala Kasi Penegak Peraturan Daerah dan masyarakat b. Dokumentasi Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini. 17 c. Observasi Observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati ke objek langsung untuk melihat kegiatan yang dilakukan. 14 ibid 15 ibid, hlm 4 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm Sofiyan, Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, hlm 17

6 G. HASIL PENELITIN DAN PEMBAHASAN 1. Struktur Birokrasi Kebijakan Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman, sudah memiliki SOP dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Kabupaten Sleman, Peraturan Daerah ini diperkuat dengan adanya Peraturan Bupati Sleman Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dan memiliki tujuan yang baik dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 yaitu : 1) Mengatur dan menata keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern 2) Mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan UMKM 3) Mewujudkan sinergi antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan pasar tradisional 4) Memberdayakan potensi ekonomi lokal 5) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Daerah tersebut, pusat perbelanjaan dan toko modern diharapkan dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi daerah dan tidak menghambat prekonomian para pedagang pasar tradisional serta mengoptimalkan pelaksanaan kemitraan dengan toko modern agar nantinya dapat berjalan berdampingan dan tidak adanya saling menjatuhkan satu sama lainnya. 2. Sumber Daya Masih banyaknya pelanggaran mengenai zonasi, yang kurang dari Meter seperti halnya yang telah di ungkapkan, Bapak Rusdi Rais, Kasi Penegak Peraturan Daerah Satpol PP Kabupaten Sleman mengungkapkan : Toko modern yang telah melanggar zonasi kurang dari kami pihak Satpol PP berikan Surat Peringatan (SP) 1 hingga SP 3 jika tidak diperdulikan oleh pemilik toko kami akan melakukan penutupan segera, akan disegel secara paksa tetapi biasanya yang sudah berikan SP tetap beroperasi dikarenakan adanya pihak yang berkepentingan yang mempunyai uang dibelakangnya itu yang membuat agak susah mba tetapi kita tetap melakukan penutupan toko tersebut 18 Berdasarkan wawancara di atas, Bapak Rusdi telah menjelaskan bahwa telah memberikan Surat Peringatan sebelumnya, hanya saja adanya pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya sehingga membuat toko berjejaring tersebut sulit untuk di tegakkan. Pasal 23 Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 menyebutkan pemilik izin toko akan diberikan sanksi karena telah melanggar zonasi yang telah diberlakukan, antara lain : 19 a) Peringatan Tertulis b) Pembekuan Izin Sementara c) Pencabutan Izin d) Penyegelan e) Penutupan Sementara f) Penutupan Tempat Usaha Apabila setelah dilakukan pembekuan atau penyegelan pemilik izin masih melakukan pelanggaran, maka akan dilakukan pencabutan izin sesuai ketentuan perundangundangan tetapi dalam faktanya sanksi yang diberikan tidak memberikan efek jera kepada pihak pemilik izin dilihat dari masih banyaknya toko berjejaring di Kabupaten Sleman yang melanggar isi Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Penutupan toko modern adalah salah satu bagian dari 18 Wawancara dengan Rusdi Rais, Kasi Penegak Peraturan Daerah Satpol PP Kabupaten Sleman 27 Desember 2016 pukul WIB 19 Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 23

7 penegakan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012, yang dimana jika pemilik izin terus menerus beroperasi membuka toko modern, pemilik izin sengaja telah mempermainkan isi dari Peraturan Daerah. Sedangkan ketentuan pidana yang dikenakan terhadap setiap pemilik izin usaha yang tidak memiliki IUPP dan IUTM diancam pidana kurungan paling lama 3(tiga) bulan atau denda paling banyak Rp ,-(Lima puluh juta rupiah). 20 Menurut pernyataan wawancara di atas, Satpol PP telah melakukan penutupan toko modern setelah dilakukannya pemberian sanksi berupa pemberitahuan tertulis sampai pemberitahuan tertulis ke-3 dari Dinas Perindagkop. Apabila setelah dilakukan pembekuan dan penyegelan pemilik izin masih melakukan pelanggaran maka akan dilakukan pencabutan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 14 (empat belas) hari. Toko modern yang telah beroperasi di Depok Kabupaten Sleman terdapat 29 unit dan 14 unit melanggar ketentuan status jalan belum termasuk melanggar jam operasional yang dimana jam tutup toko modern minimarket waralaba lokal, minimarket cabang lokal, dan minimarket non waralaba dan non cabang hari senin sampai dengan hari Jum at, mulai pukul WIB sampai dengan pukul WIB, hari Sabtu dan hari Minggu, mulai pukul WIB sampai dengan pukul WIB sedangkan hari besar keagamaan dan hari libur nasional, mulai pukul WIB sampai dengan pukul WIB. Masih banyaknya minimarket yang buka 24 jam, demi mendapatkan kuntungan sendiri sebaiknya Pemerintah Daerah lebih mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang telah di buat karena sungguh sangat disayangkan jika Peraturan Daerah yang dibuat oleh Pemerintah ini tidak diimbangi dengan ketegasan dari berbagai pihak untuk menegakkan Peraturan Daerah ini maka untuk apa di buat Peraturan Daerah jika hanya untuk dilanggar. Dalam mengimplementasikan kebijakan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kabupaten Sleman, pelaksanaannya tentu saja membutuhkan sumber daya finansial dan anggaran. Sumber daya yang ada di Dinas Perindagkop sebanyak 12 orang seharusnya sudah dapat menjalankan kebijakan perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern untuk di Kabupaten Sleman, dengan sumber daya tersebut Dinas dapat membagi tugas masingmasing disetiap wilayah di Kabupaten Sleman. Hal tersebut diharapkan agar tidak ada lagi wilayah yang melakukan pelanggaran mendirikan pusat perbelanjaan dan toko modern. Implementasi kebijakan secara lapangan adalah Satpol PP yang mengerahkan lebih banyak sumber daya daripada Disperindagkop jumlah personil yang di turunkan oleh Satpol PP cukup banyak hal tersebut dikarenakan Satpol PP sebagai implementator dalam melaksanakan kebijakan perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern. Pelaksanakan dalam kebijakan publik harus disertai dengan adanya anggaran sebagai alat pendukungnya yang dimana dana dialokasikan khusus dari Kementerian Perdagangan maupun dana APBD Kabupaten Sleman keduanya sudah dimiliki tetapi dalam fakta yang ada dalam penegakan Peraturan Daerah masih belum berjalan secara maksimal. 3. Komunikasi Demi kelancaran implementasi kebijakan pusat perbelanjaan dan toko modern pemerintah sebelumnya telah melakukan sosialisasi yang nantinya akan mempertemukan pelaku dan UMKM lainnya yang tujuannya akan lebih memperlancar dalam urusan izin pusat perbelanjaan dan toko modern serta akan membuat pemilik izin usaha lebih memahami apa saja yang harus dilakukannya sebelum pendirian pusat perbelanjaan dan toko modern agar pelanggaran dapat diantisipasi. Untuk membuat toko modern dan pasar tradisional tumbuh berdampingan serta saling menguntungkan Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Perindagkop melakukan beberapa hal berikut ini, yaitu: 21 1) Mempertemukan pengelola toko modern dengan UMKM dengan tujuan kemitraan dari pihak toko modern dan UMKM. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan usaha besar yang disertai dengan pembinaan dan pengawasan oleh usaha menengah dan usaha besar serta memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 20 Laporan Pendataan Toko Modern Kabupaten Sleman, hlm10 21 Laporan Pendataan Toko Modern Kabupaten Sleman

8 2) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta instansi terkait lainnya selain melakukan kemitraan juga melakukan pendekatan secara insten agar nantinya antara pemerintah dapat lebih mengontrol pemilik izin usaha agar serta mampu bersaing sehat dengan pemilik izin usaha kecil. Pendekatan ini juga dilakukan untuk menyadarkan pemilik maupun pengembang toko modern untuk mau menyesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Peraturan Daerah No 18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan toko Modern. Pelaku usaha kemudian harus melakukan sosialisasi sebelum mengajukan permohonan izin usaha. Pertama sosialisasi dilaksanakan dengan melibatkan paling sedikit 50 (lima puluh) Kepala Keluarga warga masyarakat termasuk toko terdekat yang sejenis disekitaran lokasi serta Ketua Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, Dukuh, Kepala Desa dan Camat setempat. Kedua, keterlibatan Ketua Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, Dukuh, Kepala Desa dan Camat setempat tidak termasuk kedalam hitungan kepala keluarga warga masyarakat setelah dilakukannya sosialisasi hasil sosialisasi menyetujui operasional kegiatan usaha minimarket waralaba dan minimarket cabang oleh paling sedikit 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah peserta dan 75% (tujuh puluh lima persen) khusus yang memiliki usaha toko sejenisnya. 22 Komunikasi yang dijalin oleh pemilik izin usaha pusat perbelanjaan dan toko modern di Kabupaten Sleman. Dalam pelaksanaanya pemilik izin usaha pusat perbelanjaan dan toko modern tidak melakukan komunikasi yang baik serta tidak sesuai dengan isi Peraturan Bupati Nomor 54 Tahun 2015 dan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 yang telah diterangkan diatas masih banyaknya informasi-informasi dari masyarakat bahwa sosialisasi tidak dilakukan sesuai dengan isi Peraturan Bupati dan Peraturan Daerah tersebut yang seharusnya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan sosialisasi toko modern berjejaring ini sangat mempengaruhi keberadaan pusat perbelanjaan dan toko modern berjejaring tersebut. 4. Disposisi Pemerintah maupun implementator dalam melaksanakan tugas harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang terkait, serta sikap atau cara yang digunakan dalam pengimplementasian suatu peraturan yang mengatur tentang kebijakan perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern. Dengan menjamurnya toko modern bahwa dalam pengimplementasian pusat perbelanjaan dan toko modern belum berjalan secara maksimal. Hal ini tentu saja menjadi suatu kendala pemerintah dalam melakukan penertiban izin pusat perbelanjaan dan toko modern. Ketegasan dari implementator perlu ditingkatkan agar dapat menyesuaikan masalah tersebut sehingga nantinya akan sesuai dengan peraturan yang mengaturnya serta pemerintah dan pemilik izin juga harus meningkatkan kesadaran bahwa peraturan dibuat bukan untuk dilanggar dan tidak terpengaruh jika di iming-imingkan dengan uang. Untuk mencapai suatu perubahan dalam suatu pengimplementasian pusat perbelanjaan dan toko modern, suatu kebijakan mempunyai faktor pendukung serta penghambat dalam melaksanakan implementasian pusat perbelanjaan dan toko modern. Faktor pendukung dalam implementasi kebijakan pusat perbelanjaan dan toko modern yaitu adanya anggaran dan adanya sumber daya Seperti yang telah dijelaskan oleh Ibu Fitriana Nurhayati, SE. M.Ec. Dev Kepala Seksi Perdagangan Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Sleman : Pemerintah dalam implementasinya didukung oleh adanya anggaran dan sumber daya manusia 23 Menurut paparan di atas, anggaran dan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor utama yang mendukung jalannya suatu kebijakan. Sumber daya dan anggaran saling keterkaitan untuk mencapai suatu tujuan kebijakan tersebut, jika sumber daya memadai tetapi anggaran tidak terpenuhi maka kebijakan tidak akan berjalan dan begitu juga sebaliknya. Penggunaan anggaran yang baik perlu dikelola oleh sumber daya 22 Peraturan Bupati Sleman Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal Wawancara dengan Fitriana Nurhayati S.E M.Ec. Dev, Kepala Seksi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan tanggal 19 Desember 2016 pukul WIB

9 manusia yang baik pula agar pembagian penggunaan anggaran dapat disalurkan dan digunakan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing. Pelaksanaan kebijakan pusat perbelanjaan dan toko modern selain mendapat dukungan, ada juga beberapa hambatan yang tidak bisa dihindari. Hambatan-hambatan tersebut dapat diketahui saat implementasi dilakukan diantaranya seperti : 1) Adanya perbedaan pendapat 2) Kurangnya pemahaman tentang hukum Seperti yang diungkap oleh Ibu Fitri : Komitmen menjadi salah satu hambatan dalam pembuat kebijakan salah satunya dibagian Pimpinan Daerah, pembuat kebijakan di pemerintah daerah, sisi UMKM serta tenaga kerja lainnya. Sebagaimana yang telah dimaksud jika komitmen dari atasan jelas maka dibawah juga pasti ikut jelas 24 hambatan yang ada saat implementasi dilakukan yaitu terjadinya perbedaan pendapat terhadap isi Peraturan Daerah sehingga menyebabkan perbedaan tingkat komitmen diantara keduanya suatu kebijakan akan berjalan dengan baik apabila antara pemimpin dan bawahan mempunyai komitmen yang sama agar pelaksanaan dari isi Peraturan Daerah tersebut berjalan secara maksimal. Namun bukan hanya itu saja pemilik izin usaha menengah dan besar juga harus ikut memberdayakan pasar tradisional agar nantinya bisa hidup saling berdampingan tanpa ada masalah apapun didalamnya sehingga membuat pemerintah lebih mudah dalam mengimplementasikan peraturan yang ada. Kemitraan dengan UMKM yaitu adanya kerjasama antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan UMKM disertai pembinaan dan pengembangan dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pelaksanaan kerjasama antara pusat perbelanjaan dan toko modern dengan UMKM dapat berupa : 1) Penempatan gerai bagi pelaku UMKM paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari keseluruhan gerai yang disediakan pusat perbelanjaan. 2) Penempatan gerai bagi pelaku UMKM pada lingkungan toko modern. 3) Penempatan produk UMKM paling sedikit 5% dari keseluruhan komoditas yang dijual oleh toko modern. 4) Pengemasan ulang produk UMKM. Untuk pelaksanaan kemitraan dengan UMKM pemilik izin usaha toko modern diberikan pilihan untuk penempatan gerai bagi pelaku UMKM 10% atau penempatan produk paling sedikit 5% dari keseluruhan komoditas yang dijual di toko modern. Pada faktanya, dalam wawancara bersama Ibu Fitriani : Pemilik izin usaha lebih memilih untuk penyerapan 5% (lima persen) penempatan produk. Tetapi dalam faktanya, penyerapan 5% produk lokal masih belum terlaksana masih diusahakan 25 Dari wawancara di atas, untuk masalah kemitraan pemilik izin toko modern lebih memilih untuk penyerapan 5% penempatan produk hasil UMKM. Tetapi, meskipun telah memilih melakukan penyerapan 5% pada faktanya pemilik izin usaha tidak menepati apa yang telah disepakati sebelumnya namun sebagian pemilik izin usaha juga telah memasukkan produk lokal kedalam toko modern miliknya tetapi hanya berupa jajanan pasar. Bapak Rusdi Rais juga mempunyai hambatan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah, yang dimana telah diungkapkannya dalam wawancara : Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dibelakangnya yang menjadi salah satu faktor Peraturan Daerah susah untuk ditegakkan 26 Berdasarkan wawancara di atas, bukan hanya komitmen Kepala Daerah dan bawahan yang menjadi hambatan tetapi juga dari komitmen pemilik izin usaha mengikuti aturan yang sudah dituangkan kedalam regulasi yang ada serta tidak melanggar peraturan-peraturan dan mengikuti pasal demi pasal yang ada didalam regulasi tersebut serta sebagai Warga 24 Wawancara dengan Fitriana Nurhayati S.E M.Ec. Dev, Kepala Seksi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan tanggal 19 Desember 2016 pukul WIB 25 Wawancara dengan Fitriana Nurhayati S.E M.Ec. Dev, Kepala Seksi Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan tanggal 19 Desember 2016 pukul WIB 26 Wawancara dengan Rusdi Rais, Kasi Penegak Peraturan Daerah Satpol PP Kabupaten Sleman tanggal 27 Desember 2016 pukul WIB

10 Negara yang taat hukum harus memahami aturan serta menerima konsekuensi jika telah melanggar regulasi. Dengan adanya regulasi akan mentertibkan pemilik izin usaha yang nantinya akan membuat dampak baik bagi pusat perbelanjaan dan toko modern. Sebaliknya jika aturan-aturan di dalam regulasi selalu dilanggar oleh toko modern Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2012 ini belum maksimal. Untuk itu, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi serta instansi terkait lainnya harus berani bertindak tegas dan memilah kembali terkait pemberian izin usaha toko modern. Pemberian izin semakin ketat diberlakukan agar nantinya para pemilik izin usaha tidak semena-mena dalam pendirian toko modern dan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan berhasil menjadi regulasi bagi perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kabupaten Sleman. Memperkuat koordinasi antara pihak Dinas Perindagkop dan pihak penegak Satpol PP beserta instansi terkait lainnya agar implementasi kebijakan berjalan dengan baik dikarenakan terlihat dari fakta-fakta yang ada di atas implementasi belum berjalan efektif meskipun sebuah kebijakan memiliki tujuan yang baik jika dari pihak implementator kurang memiliki pemahaman akan tugas dan fungsinya maka hasil dari pelaksanaan kebijakan menjadi kurang maksimal serta diperlukannya keseriusan dan tanggung jawab yang besar terhadap pelaksanaan kebijakan dalam melakukan implementasi kebijakan Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern agar pelanggaran dapat di atasi dengan baik. H. KESIMPULAN DAN SARAN Pada uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dalam mengimplementasikan kebijakan perizinan toko modern dalam ini sudah dilaksanakan dari tahun 2012 dan ditetapkan lah regulasi mengenai toko modern yaitu Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 Tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern akan tetapi dalam pengimplementasian Peraturan Daerah tersebut belum berjalan secara efektif dan maksimal dilihat dari realita yang ada semakin berkembangnya jumlah toko modern dari tahun ke tahun mengenai zonasi yang dilanggar serta kurangnya komunikasi oleh pemilik izin pusat perbelanjaan dan toko modern. Tata letak toko modern yang dekat bahkan berdempetan dengan pasar tradisional serta tidak adanya Izin Usaha Toko Modern (IUTM) khususnya untuk Alfamart dan Indomaret. Pengimplementasian Peraturan Daerah tersebut juga mengalami hambatan dikarenakan adanya pihak-pihak terkait yang mempunyai kepentingan tersendiri dalam toko modern tersebut. Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 ini juga tidak dapat berjalan dengan lancar secara maksimal disebabkan karena didalam Peraturan Daerah tersebut menghilangkan tentang perlindungan terhadap pasar tradisional yang jaraknya dengan toko modern dihapuskan sehingga membuat pasar tradisional semakin kalah bersaing dengan toko modern. Tidak saja hal itu fasilitas dalam pasar tradisional juga terbatas hal ini semakin menyebabkan toko modern dan pasar tradisonal tidak bersaing dengan sewajarnya tanpa adanya pemberdayaan maka akan semakin membuat eksistensi toko modern dan pasar tradisonal tersingkirkan. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Sleman Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dalam implementasi kebijakan toko modern sebaiknya meningkatkan sosialisasi lebih optimal lagi. 2. Pemerintah Kabupaten Sleman sebaiknya melakukan pengawasan secara berkala tehadap pusat perbelanjaan dan toko modern yang semakin marak di Kabupaten Sleman. 3. Pemerintah Kabupaten Sleman sebaiknya mendorong pelaku usaha tradisonal agar dapat bersaing dengan pelaku-pelaku usaha toko modern dengan cara melakukan program pendampingan dan pelatihan. 4. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan pedagang-pedagang kecil dengan cara memberikan sosialisasi atau pengetahuan modal guna mengembangkan usaha pemilik pedagang kecil.

11 5. Bagi pemilik izin untuk mengurus dan melengkapi izinnya, yaitu Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) bagi usaha pusat pebelanjaan dan Izin Usaha Toko Modern (IUTM). I. DAFTAR PUSTAKA Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2012 Mutiarin, Dyah dan Arif Zaenudin.Manajemen Birokrasi dan Kebijakan,Pustaka Pelajar,Yogyakarta, Nugroho, Riant,.Public Policy,Elexmedia,Jakarta Pusat, Siregar, Sofiyan, Metode Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta, Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Suprayoga Imam dan Tabrani, Metodologi Penelitian sosial Agama, PPT Rosdakarya, Bandung, 2001 Wahab,S. A., Analisis Kebijaksanaan: dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: 1997 Bumi Aksara Winarno, Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode dan Teknik, Bandung, Winarno, Budi.Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Presindo.Yogyakarta 2002 Mutiara, Ita Dewi,Implementasi kebijakan Perencanaan Penataan Toko Modern berjaringan Nasional di Kabupaten Sleman dalam Studi Ekonomi Politik, Yogyakarta tahun diakses pada 28 September 2016 pukul WIB Santosa Awan & Indoroyono Puthut, Nasionalisme Kemandirian Ekonomi, Swara33,Yogyakarta, ri_20131_doc/swara33_2011mei_001.pdf diakses pada 18 september 2016 pukul WIB. MA. Arafat II Metode Penelitian. (online) diakses pada tangal 1 Maret 2017 pukul WIB Kossa Zainab Munwir, Kebijakan Perizinan Penebangan Hutan Dalam Kaitannya Dengan Kelestarian Lingkungan Hidup Di Kabupaten Mimika Propinsi Papua,skripsi,Yogyakarta,2012 Alipuddin Muhamad, Analisa Implementasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul Tentang Pengelolaan Toko Modern ,skripsi, Yogyakarta,2011 Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Perizinin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Peraturan Bupati Sleman Nomor 54 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sleman Nomor 44 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern diakses pada 20 September 2016 pukul WIB pdf,diakses pada 6 November 2016 pukul WIB pukul WIB diakses tanggal 07 Januari

12 diakses pada taggal 8 Januari 2017 pukul WIB diakses pada tanggal 28 september 2016 pukul WIB di akses pada tanggal 10 mei 2017 pukul WIB

BAB III IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. A. Analisa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012

BAB III IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. A. Analisa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 BAB III IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN A. Analisa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012 tentang Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 1. Struktur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN Hasil PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran) LAMPIRAN (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko Modern yang Melakukan Pelanggaran) i (Data Jumlah Toko Modern di Kabupaten Sleman April 2017) ii (Data Jumlah Toko Modern

Lebih terperinci

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN, PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1149, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Usaha Toko Modern. Waralaba. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/M-DAG/PER/10/2012 TENTANG WARALABA UNTUK JENIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi antara pembeli dan penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 831 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN, TOKO MODERN, DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALI TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 41 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN TOKO SWALAYAN Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor 10

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA PUSAT PERBELANJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I (S-1) Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta. Hal tersebut ditandai dengan lahirnya Pasar Beringharjo pada tahun 1758

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016 BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta selain dikenal dengan keindahan kota wisatanya juga tidak dapat dipisahkan dengan sebutannya sebagai kota pelajar. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pasar menjadi inti dari usaha atau industri dan merupakan mata rantai yang menghubungkan antara produsen dan konsumen, ajang pertemuan antara penjual dan pembeli, antara

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN TOKO MODERN SERTA PERLINDUNGAN USAHA KECIL, WARUNG/TOKO DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISONAL, PUSAT

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISONAL, PUSAT PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 SERI E.102 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DAN PENATAAN SERTA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN,

WALIKOTA PEKALONGAN, WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/12/2008 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 4 2010 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SERI: E PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.10,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan kedua, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Izin Gangguan. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGATURAN MINI MARKET PENGELOLA JARINGAN USAHA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 11 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1520, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Penataan. Pembinaan. Pasar Tradisional. Pusat Perbelanjaan. Toko Modern. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN RUANG BAGI PEDAGANG KAKI LIMA DI PUSAT PERBELANJAAN DAN PUSAT PERKANTORAN DI KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : Mengingat :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta, BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta, maka dapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA GAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PENEBANGAN POHON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, maka pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya usaha baru yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 10 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. BUPATI BOGOR, bahwa sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat ekonomi yang tinggi adalah salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan niat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang memiliki konsep convenience store di Kota Bandung. Menurut data dari Dinas KUKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang menyulut perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Liberalisasi

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG mencakup Lembaga / Instansi lain dan atau kepentingan umum di luar Lembaga / Instansi pencipta arsip dan kegunaannya sebagai bahan bukti dan bahan pertanggungjawaban Nasional. Nilai guna Sekunder meliputi

Lebih terperinci

3. Apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan perencanaan? Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pencapaian?

3. Apakah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan perencanaan? Mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pencapaian? LAMPIRAN I DAFTAR PERTANYAAN A. Daftar pertanyaan yang diajukan kepada Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul 1. Apakah hasil yang diinginkan dari adanya kebijakan revitalisasi pasar sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa guna peningkatan ketertiban pasar menuju terciptanya ketertiban pedagang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 19 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 20 DESEMBER 2012 NOMOR : 19 TAHUN 2012 TENTANG : PERIZINAN DAN PENDAFTARAN BIDANG PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN 1 BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2008

Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 53/M-DAG/PER/12/2008 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM : Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM : 1215151034 ABSTRAK Akibat dari munculnya minimarket yang kian lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat dalam sebuah pemukiman tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan warga setempat. Fasilitas umum yang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN - 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang cukup fantastis. Berbagai jenis pasar modern seperti supermarket, hypermarket maupun mall-mall

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN ANTARA PASAR MODERN DAN TOKO MODERN DENGAN USAHA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUNINGAN PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2011TENTANG PENATAAN,PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN, PASAR TRADISIONAL

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 107/MPP/Kep/2/1998 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 107/MPP/Kep/2/1998 TENTANG MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107/MPP/Kep/2/1998 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN

Lebih terperinci

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM 1 2 3 UU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN PERMENDAG NO.07 TH 2017 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha pada persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri ritel belakangan ini menunjukkan kemajuan yang begitu berarti ditandai dengan makin banyaknya toko ritel modern di perkotaan. Industri ritel

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa keberadaan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci