MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA SRI WULAN MAGDALENA SAMOSIR A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Sri Wulan Magdalena Samosir NIM A

4

5 ABSTRAK SRI WULAN MAGDALENA SAMOSIR. Manajemen Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Dibimbing oleh NI MADE ARMINI WIENDI. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai bulan Juni 2014 di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Tujuan khusus kegiatan magang adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis dan memahami berbagai permasalahan dalam proses pembibitan tanaman kelapa sawit. Selain itu juga untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit. Selama melakukan kegiatan magang penulis mengikuti seluruh kegiatan budidaya kelapa sawit, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Pembibitan Kebun Padang Halaban menggunakan ramet dan kecambah kelapa sawit varietas Dami Mas sebagai sumber bibit. Daya tumbuh kecambah Dami Mas cukup tinggi dengan persentase hidup sebesar 98.21%. Persentase hidup kecambah yang tinggi menunjukkan bahwa kecambah Dami Mas memiliki mutu yang sangat baik untuk digunakan sebagai sumber bibit. Pertumbuhan vegetatif bibit asal ramet di pembibitan utama memiliki rata-rata tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah bibit lebih tinggi dibanding standar pertumbuhan bibit perusahaan maupun standar pertumbuhan bibit PPKS. Hasil seleksi bibit menunjukkan bahwa bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan utama sebesar 14.98%. Kata kunci: Elaeis guineensis, pembibitan, ramet, seleksi, Dami Mas ABSTRACT SRI WULAN MAGDALENA SAMOSIR. Management of Oil Palm Nursery (Elaeis guineensis Jacq.) at Padang Halaban Estate PT SMART Tbk, North Sumatera. Supervised by NI MADE WIENDI ARMINI. Internship have been done at Padang Halaban Estate PT SMART Tbk, North Sumatera. Internship carried out for 4 months starting from February 2014 until June The objective of internship are to improve knowledge and skills in analyzing and understanding the various problems in the process of oil palm nurseries, technical aspects and managerial of oil palm plantation. Oil palm nursery at Padang Halaban Estate of PT SMART Tbk used ramet or zygotic embryos Dami Mas variety as a source for seedling. After 4 month observation, Dami Mas s seedlings have the highest percentage of survival rate compared to PPKS variety. At pre nursery, it was %. This is the indicator that Dami Mas s seedling have a good quality as a seedling source. The vegetative growth seedlings of ramet at main nursery have average of high, diameter of stem, and number of midrib are higher than growth standard of companies seedling or standard of PPKS seedling. The result of seedling selection showed that abnormal seedlings were selected as much as 14.89% in main nursery. Keywords: Elaeis guineensis, nursery, ramet, selection, Dami Mas

6

7 MANAJEMEN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PADANG HALABAN PT SMART Tbk, SUMATERA UTARA SRI WULAN MAGDALENA SAMOSIR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9

10

11 PRAKATA Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga skripsi yang berjudul Manajemen Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun berdasarkan kegiatan magang selama kurang lebih empat bulan di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, secara khusus penulis sampaikan kepada orangtua saya Bapak Basirun Samosir dan Ibu Donda Rajagukguk, serta seluruh keluarga besar atas doa dan motivasinya. Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dari awal persiapan magang hingga penyelesaian skripsi. Prof Dr Ir Anas Dinurrohman Susila, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama kegiatan perkuliahan. Dr Ir Ade Wachjar, MS dan Dr Ir Supijatno, Msi selaku dosen penguji atas arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi. Bapak Ruslianto, BBA selaku Senior Estate Manager atas dukungan, bimbingan dan fasilitas yang diberikan selama magang. Seluruh asisten Kebun Padang Halaban selaku pembimbing lapang yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Hari Prasetyo teman seperjuangan atas bantuan dan kerjasamanya selama kegiatan magang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat Bogor, Desember 2014 Sri Wulan Magdalena Samosir

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Kelapa Sawit 2 Morfologi Kelapa Sawit 2 Ekologi Kelapa Sawit 3 Pembibitan 3 Persiapan Pembibitan 4 Sumber Bibit Kelapa Sawit 4 Sistem Pembibitan 5 Seleksi Bibit 7 METODE MAGANG 8 Tempat dan Waktu 8 Metode Pelaksanaan 8 Pengumpulan Data 8 Analisis Data 10 KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 10 Lokasi Administratif Kebun 10 Keadaan Iklim dan Tanah 10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 11 Keadaaan Tanaman dan Produksi 11 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 12 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 23 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 Kondisi Umum Pembibitan Kebun Padang Halaban 25 Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Dami Mas di Pembibitan Awal 26 Pertumbuhan Vegetatif Bibit Asal Ramet di Pembibitan Utama 28 Seleksi Bibit Kelapa Sawit 30

14 Pembiayaan Pembibitan 32 Pengelolaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Harian 33 Permasalahan Pembibitan 34 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Saran 36 DAFTAR PUSTAKA 36 LAMPIRAN 38

15 DAFTAR TABEL 1 Tahapan perbanyakan bibit kelapa sawit dengan metode kultur jaringan 5 2 Data produksi Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk tahun Daya tumbuh kecambah kelapa sawit Dami Mas di pembibitan awal Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 26 4 Pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 28 5 Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit Dura Pisifera asal kecambah di pembibitan 29 6 Pertambahan pertumbuhan bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 29 7 Seleksi bibit abnormal kelapa sawit di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 31 8 Biaya produksi bibit kelapa sawit di pembibitan awal 32 9 Biaya produksi bibit kelapa sawit di pembibitan utama Prestasi kerja penulis dan BHL di pembibitan Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk 34 DAFTAR GAMBAR 1 Kebun pembibitan Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 13 2 Tata letak polibag pada bedengan di pembibitan awal Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 14 3 Kegiatan pengisian polibag di pembibitan awal Kebun Padang Halaban: (a) proses pengisian tanah, (b) polibag hasil pengisian tanah 15 4 Kecambah kelapa sawit Dami Mas produksi PT Dami Mas Sejahtera 15 5 Proses penanaman kecambah di pembibitan awal: (a) penghitungan dan seleksi kecambah, (b) pembuatan lubang tanam, (d) pemberian naungan 16 6 Penyiraman bibit kelapa sawit di pembibitan Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) di pembibitan awal, (b) di pembibitan utama 17 7 Kegiatan semport rumput di pembibitan utama Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk 17 8 Pemupukan bibit kelapa sawit umur 4 bulan di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 18 9 Proses seleksi bibit kelapa sawit di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) bibit abnormal hasil seleksi, (b) pencincangan bibit, (c) penimbunan bibit Pemangkasan pelepah daun bibit kelapa di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Kegiatan tumbang (a) dan cacah (b) pohon kelapa sawit di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Proses penanaman bibit kelapa sawit umur 2 tahun di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) lubang tanam, (b) penanaman bibit, (c) penimbunan lubang tanam, (d) bibit hasil penanaman Kegiatan pemupukan di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk:

16 (a) muat pupuk ke dalam truk, (b) tabur pupuk Kondisi kecambah kelapa sawit umur 2 MST di pembibitan awal: (a) kecambah mati, (b) kecambah hidup Bibit kelapa sawit terserang penyakit Curvularia di pembibitan awal Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Bibit abnormal hasil seleksi di pembibitan utama Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk: (a) bibit crinkle leaf, (b) bibit juvenile 32 DAFTAR LAMPIRAN 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 39 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 40 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 42 4 Peta Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 45 5 Data curah hujan tahun Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 46 6 Data klasifikasi tanah Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 47 7 Sumber bibit kelapa sawit Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 48 8 Struktur organisasi Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 49 9 Rencana anggaran biaya tenaga kerja Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Rencana anggaran biaya bahan Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang sangat diminati untuk diusahakan serta memiliki prospek pengembangan yang baik. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya merupakan penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi negara (Sastrosayono 2006). Saat ini perkebunan kelapa sawit berkembang sangat pesat di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan selama tahun Tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 7.87 juta ha dan terus mengalami peningkatan hingga menjadi 9.14 juta ha di tahun Produksi kelapa sawit dalam wujud minyak sawit mentah (CPO) juga cenderung meningkat selama tahun Tahun 2009 produksi minyak sawit Indonesia sebesar juta ton, mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi juta ton (Pusat Data dan Informasi 2013). Volume ekspor CPO nasional selama tahun juga mengalami peningkatan. Ekspor CPO tahun 2009 mencapai juta ton, dan terus meningkat menjadi 21.2 juta ton pada tahun 2013 (Pusdatin 2013). Seiring dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit, maka diperlukan pula ketersediaan bibit kelapa sawit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Bibit kelapa sawit juga dibutuhkan untuk peremajaan (replanting) untuk mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tua dan produksinya sudah tidak menguntungkan dari segi ekonomi. Kegiatan replanting biasanya dilaksanakan oleh perusahaan setelah tanaman kelapa sawit berumur 25 tahun di lapangan. Oleh karena itu, penyediaan bibit kelapa sawit dalam jumlah yang besar dan berkualitas sangat dibutuhkan pada saat replanting (Hartawan 2008). Bibit kelapa sawit berkualitas merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi, karena dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit, produktivitas yang tinggi merupakan sumber keuntungan bagi perusahaan. Bibit berkualitas akan menjamin pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang optimal. Konsekuensinya, sumber bibit yang digunakan harus bermutu tinggi. Sumber bibit kelapa sawit dapat berasal dari hasil persilangan organ reproduktif berupa biji atau hasil perbanyakan organ vegetatif berupa ramet. Benih kelapa sawit yang digunakan sebagai sumber bibit adalah biji yang telah membentuk plumula (calon daun) dan radikula (calon akar) biasa disebut kecambah kelapa sawit. Ramet adalah bibit kelapa sawit hasil perbanyakan organ vegetatif melalui teknik kultur jaringan. Pardamean (2008) menyatakan bahwa memilih sumber bibit secara selektif menjadi dasar penentuan nilai komersial perkebunan dan menentukan tingkat produktivitas tanaman. Sumber bibit memiliki kontribusi input 7-8% dari total biaya produksi, namun kualitas dan karakteristiknya sangat menentukan proses pertumbuhan dan produktivitas. Mutu bibit selain bergantung pada genetiknya juga sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tumbuhnya (Socfindo 2012). Oleh karena itu, penggunaan sumber bibit bermutu tinggi saja tidak cukup, diperlukan suatu upaya agar sumber bibit tersebut tumbuh menjadi bibit yang berkualitas.

18 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan. Kegiatan pemeliharaan akan menyediakan lingkungan tumbuh yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan pembibitan antara lain: penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta seleksi bibit (Pahan 2012). Perencanaan dan pengelolaan pembibitan harus dilaksanakan secara tepat dan bijaksana sehingga nantinya perusahaan tidak mengalami kerugian dana, waktu, dan tenaga. Pahan (2012) menyatakan bahwa faktor utama dalam perencanaan dan pengelolaan pembibitan dilakukan atas dasar sebagai berikut: (1) pertimbangan dalam menentukan lokasi pembibitan; (2) pertimbangan dalam menentukan sistem pembibitan yang akan dipakai. Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efisiensi pengelolaan pembibitan, kualitas bibit yang dihasilkan, dan jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit. Tujuan khususnya adalah memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis dan memahami berbagai permasalahan dalam proses pembibitan tanaman kelapa sawit. TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman tahunan (perennial crops), termasuk dalam famili Arecaceae yang paling besar habitusnya. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak nabati tertinggi dibanding jenis tanaman lainnya. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledoneae Famili : Arecaceae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Morfologi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang memiliki bagian-bagian vegetatif dan bagian-bagian generatif yang khas. Bagian vegetatif tanaman kelapa

19 sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium), sedangkan bagian generatifnya meliputi bunga (flos) dan buah (fructus) (Pahan 2012). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar yang keluar dari pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman. Akar tertier dan kuarterner merupakan akar yang paling aktif mengambil hara dan air dari dalam tanah. Batang kelapa tumbuh tegak lurus ke atas, berbentuk silindris dan berdiameter cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Kecepatan tumbuh tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertambahan tinggi sekitar cm per tahun (Setyamidjaja 2006). Daun pada kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets), tempat melekat anak daun (rachis), tangkai daun (petiole), seludang daun (sheath). Kelapa sawit merupakan tanaman monoecius (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen atau bunga majemuk (Pahan 2012). Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri atas dua bagian utama yaitu pericarp dan biji. Pericarp terdiri dari epicarp (kulit buah yang keras dan licin) dan mesocarp (daging buah), sedangkan biji terdiri dari endocarp (cangkang) dan endosperm disebut juga kernel atau daging biji (Fauzi et al. 2012). Ekologi Kelapa Sawit Lama penyinaran matahari yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit antara 5-12 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan mm, temperatur optimal C. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara m di atas permukaan laut. Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Fauzi et al. 2012) Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (ph) yang optimum untuk kelapa sawit adalah Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase dan beririgasi baik serta memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15 0 (BBPPTP 2008). 3 Pembibitan Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan mengembangkan benih menjadi bibit yang siap tanam. Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan (Pardamean 2012). Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan.

20 4 Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa melalui pembibitan kelapa sawit akan dihasilkan bibit unggul yang merupakan modal dasar bagi perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Menurut PPKS (2010), bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat penanaman di lapangan. Persiapan Pembibitan Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga kegiatan persiapan pembibitan harus efektif dan efisien agar hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa tahapan perencanaan kegiatan sebelum pembibitan meliputi pemilihan lokasi, penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan, penyediaan sumber bibit, penyediaan media dan wadah tanam, persiapan dan penanaman di pembibitan (pre nursery dan main nursery), dan perawatan pembibitan (Pahan 2012). Sumber Bibit Kelapa Sawit Kecambah Kelapa Sawit Benih kelapa sawit yang digunakan sebagai sumber bibit harus dipastikan berasal dari sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Saat ini sumber benih kelapa sawit yang dianjurkan untuk digunakan sebagai sumber bibit berasal dari varietas Tenera yang merupakan hasil dari persilangan varietas Dura Pisifera. Benih kelapa sawit disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Kebutuhan kecambah setiap hektarnya adalah 140% dari jumlah bibit yang akan ditanam. Pemesanan kecambah harus dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah (PPKS 2010). Benih kelapa varietas Tenera memiliki beberapa keunggulan yaitu tempurung tipis (0.5-4 mm), daging buah sangat tebal, kandungan minyak pada mesocarp lebih tinggi. Keunggulan tersebut berasal dari hasil persilangan tanaman induknya yaitu Dura dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina memiliki ciri buah antara lain: tempurung tebal (2-8 mm), tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis 35-50% terhadap buah, kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah. Varietas Pisifera sebagai induk jantan memiliki ciri antara lain: temperung sangat tipis, daging buah tebal, kernel (daging biji) sangat tipis. Hasil persilangan Dura Pisifera telah terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibanding varietas lain sehingga lebih disukai untuk penanaman komersial (Fauzi et al. 2012). Ramet (Bibit Kelapa Sawit Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan) Ramet adalah bibit kelapa sawit hasil perbanyakan organ vegetatif melalui teknik kultur jaringan (Pahan 2012). Kriteria tanaman induk yang dijadikan sebagai sumber eksplan antara lain: toleran terhadap penyakit, berproduksi tinggi, dan berbatang pendek. Sumber eksplan dapat berasal dari daun muda, ujung akar

21 dan bunga (inflorescence). Sumber eksplan ini masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Eksplan dari daun muda mempunyai keunggulan yaitu dapat diperoleh dalam jumlah banyak ( eksplan per ortet), eksplan relatif steril karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Kelemahannya adalah merusak ortet dan pemulihannya membutuhkan waktu lama tahun. Eksplan dari bunga keunggulannya tidak terlalu merusak ortet, permukaannya steril karena masih terbungkus pelepah bunga. Kelemahan eksplan dari bunga adalah jumlah eksplan yang diperoleh sedikit ( eksplan per tandan) dan induksi kalus membutuhkan waktu lama (satu tahun). Eksplan ujung akar keunggulannya tidak merusak ortet. Kelemahan eksplan ujung akar adalah kontaminasi mencapai 90-95% dan ada kemungkinan keliru dengan ortet yang terpilih karena akar tanaman simpang siur di dalam tanah (Ginting dan Fatmawati 2003). Tahapan metode kultur jaringan tanaman kelapa sawit melalui embriogenesis somatik (tidak langsung) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Tahapan perbanyakan bibit kelapa sawit dengan metode kultur jaringan Fenomena Tahapan Waktu (Bulan) Sumber jaringan (daun muda) - Pembentukan Kalus Kallogenesis (induksi kalus) 3 Embriogenesis (embrioid) 1-4 Multiplikasi (perbanyakan embrioid) 2-4 Perbanyakan Pembentukan daun 2 Pembentukan akar (rhizogenesis) 2 Planlet - Adaptasi Penyesesuaian di luar (hardening) 1 Pembibitan (pre nursery) 2 Sistem Pembibitan Sistem pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery), sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap (double stage) dilakukan pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu selama 3 bulan pada polibag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (main nursery) dengan polibag berukuran lebih besar selama 9 bulan (Pardamean 2012) Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain: (1) kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama, (2) terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama, dan (3) seleksi bibit yang ketat 5-10% di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polibag besar di pembibitan utama (Ditjenbun 2007). 5

22 6 Pembibitan Awal (Pre Nursery) Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam sebelum dipindahkan ke pembibitan utama (Pardamean 2012). Bibit kelapa sawit di pembibitan awal dipelihara secara intensif sampai berumur 3 bulan atau memiliki 3-4 helai daun. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pembibitan awal antara lain: persiapan lahan dan media tanam, penanaman kecambah, pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan seleksi bibit, pemindahan dan pengangkutan (Pahan 2012). Tahap awal pekerjaan di pembibitan utama adalah persiapan lahan dan media tanam. Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan dan meratakan areal pembibitan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bedengan. Bedengan biasanya terbuat dari bambu atau kayu, berfungsi untuk tempat meletakkan bibit agar tersusun baik dan teratur (Lubis 2008). Media tanam yang digunakan harus berasal dari bagian atas tanah (top soil) pada ketebalan cm. Tanah yang digunakan memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi. Proses pengayakan tanah perlu dilakukan agar media tanam bebas dari sampah atau material lain (Ditjenbun 2007). Penanaman kecambah dilakukan setelah proses pengisian tanah ke dalam polibag selesai dilakukan. Kecambah ditanam tepat di tengah polibag dengan kedalaman 2-3 cm di bawah permukaan tanah, kemudian diberi naungan agar kecambah tersebut terhindar dari sinar matahari langsung dan deraan hujan. Biasanya plumula akan muncul di permukaan tanah 7-10 hari setelah tanam. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan kebutuhan air liter per bibit. Penyiraman harus dilakukan dengan hatihati agar kecambah atau bibit tidak terbongkar (Lubis 2008). Pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, serta seleksi bibit harus dilakukan agar pertumbuhan bibit seragam. Pengendalian gulma di pembibitan awal biasanya dilakukan secara manual, sedangkan pengendalian hama dan penyakit biasanya dilakukan secara kimiawi. Pemupukan dapat menggunakan pupuk Urea atau pupuk majemuk dalam bentuk larutan. Pemberian pupuk dilakukan setelah bibit berumur satu bulan dengan interval waktu setiap minggu. Setelah tiga bulan di pembibitan awal maka dilakukan seleksi bibit. Bibit yang tumbuh kerdil dan abnormal dibuang untuk dimusnahkan, sedangkan bibit normal dipindahkan ke pembibitan utama (Fauzi et al. 2012). Pembibitan Utama (Main Nursery) Pembibitan utama (main nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Bibit kelapa sawit dipelihara secara intensif sampai berumur 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi di kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkan. Beberapa kegiatan di pembibitan utama antara lain: persiapan lahan dan media tanam, transplanting, pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan seleksi bibit, pemindahan dan pengangkutan (Ditjenbun 2007). Persiapan lahan di pembibitan utama dilakukan dengan membersihkan areal pembibitan dari gulma (semak), kemudian dilakukan pemancangan jarak tanam. Jarak tanam berbentuk segitiga sama sisi dengan ukuran 90 cm 90 cm 90 cm.

23 Pengisian polibag dilakukan setelah pemancangan selesai dilakukan. Tanah yang akan diisi kedalam polibag berukuran 40 cm 50 cm harus diayak terlebih dahulu. Setiap 100 kg tanah dicampur gram pupuk SP-36. Polibag yang telah berisi tanah disusun sesuai dengan pancang yang telah dibuat. Pengisian polibag harus dilakukan 4 minggu sebelum kegiatan transplanting dilakukan (Pahan 2012). Transplanting bibit dari pembibitan awal ditanam tepat di tengah polibag dengan lebih dahulu membuat lubang tanam berdiameter cm. Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan bambu atau besi. Bibit ditanam setelah polibag dirobek kemudian dipisahkan dengan hati-hati agar tanah disekitar bibit tetap menyatu dengan bibit. Pangkal batang ditanam cm dibawah permukaan tanah, tanah ditekan ke bawah dan ke samping agar tanah tidak mudah terbongkar saat dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan kebutuhan air 1-3 liter per bibit per hari. Penyiraman bibit di pembibitan utama biasanya dilakukan secara mekanis menggunakan sprinkler (Lubis 2008) Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, seleksi bibit. Gulma yang tumbuh di dalam polibag dikendalikan dengan cara dicabut atau digaruk, sedangkan gulma di luar polibag dikendalikan dengan cara kimiawi menggunakan herbisida. Penyemprotan menggunakan herbisida harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai bibit yang dapat menyebabkan daun seperti terbakar. Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida dan fungisida (Lubis 2008). Pemberian pupuk pada bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pemupukan di pembibitan utama dilakukan pada minggu kedua setelah bibit dipindahkan. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk majemuk NPKMg 15:15:6:4, NPKMg 12:12:17:2, dan pupuk Kieserit. Jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan harus disesuaikan dengan umur bibit. Pemberian pupuk dilakukan setiap 2 minggu (Pardamean 2012). Seleksi bibit di pembibitan utama perlu dilakukan untuk memisahkan bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan fenotip lainnya (BBPPTP 2008). Seleksi Bibit Pengawasan dan seleksi bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, terjangkit hama atau penyakit, mempunyai kelainan genetis dan penyimpangan lain harus dibuang (Setyamidjaja 2006). Seleksi bibit bertujuan untuk menjamin bibit yang akan ditanam di lapangan melalui dua tahapan seleksi, yaitu di pre nursery dan main nursery (Ditjenbun 2007). Darmosarkoro et al. (2008) menyatakan bahwa tidak semua bibit yang disemaikan di pembibitan awal dan dipelihara di pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari jumlah benih yang akan disemai akan dikeluarkan dari pembibitan karena tumbuh abnormal. Seleksi bibit di pre nursery dilakukan 2 tahap, yaitu pada umur 4-6 minggu dan 3 bulan. Persentase bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan awal 5-10% dari bibit yang ditanam. Seleksi bibit di main nursery dilakukan 4 tahap, yaitu pada umur 4, 6, 8 bulan dan pada saat akan pindah tanam ke lapangan. Persentase bibit 7

24 8 abnormal yang terseleksi di pembibitan utama 25-35% dari total bibit yang ditanam (Pahan 2012) melintir, daun seperti rumput, chimaera, daun menggulung, bibit kerdil, titik tumbuh abnormal Seleksi bibit di pembibitan awal dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas yaitu bibit dengan daun. Seleksi bibit di main nursery dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas seperti bibit tegak (erect), etiolasi (tumbuh meninggi), anak daun rapat, pertumbuhan terhambat, anak daun jarang, daun seperti rumput, daun menggulung, dan penyakit tajuk (PPKS 2012). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Magang berlangsung selama 4 bulan dimulai dari tanggal 24 Februari 2014 sampai 23 Juni Metode Pelaksanaan Magang dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan budidaya kelapa sawit, baik aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Kegiatan magang sebagai BHL dilaksanakan selama satu bulan dengan melakukan pekerjaan harian yang ada di pembibitan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi BHL disajikan pada Lampiran 1. Satu bulan berikutnya sebagai pendamping mandor, penulis membantu mengawasi pekerjaan harian di lapangan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping mandor disajikan pada Lampiran 2. Dua bulan terakhir menjadi pendamping asisten divisi, penulis bersama asisten melakukan kontrol lapangan. Seluruh kegiatan yang dilakukan penulis selama menjadi pendamping asisten disajikan pada Lampiran 3. Pengumpulan data dan informasi juga dilakukan dalam pelaksanaan magang. Metode pengumpulan data dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan mengumpulkan data primer untuk setiap kegiatan budidaya dan pembibitan, pengamatan langsung di lapangan, diskusi dan wawancara dengan staf dan karyawan kebun. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan manajerial dan arsip kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka. Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan pengelolaan pembibitan yaitu pada kegiatan

25 pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Data pengamatan tersebut dijadikan sebagai sumber data primer. Beberapa pengamatan langsung yang dikumpulkan sebagai data primer dalam pembahasan seperti: 1. Persentase hidup bibit dan seleksi bibit di pre nursery. Data persentase hidup bibit digunakan untuk mengetahui kualitas dari kecambah yang ditanam. Persentase hidup bibit diamati mulai dari 2 minggu setelah tanam (MST) sampai dengan 4 minggu setelah tanam (MST), sedangkan seleksi bibit dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas yaitu bibit dengan daun melintir, daun seperti rumput, khimera, daun menggulung, bibit kerdil, titik tumbuh abnormal (PPKS 2012). Seleksi dilakukan 2 tahap, yaitu pada umur 4-6 minggu dan pada saat umur 3 bulan. 2. Pertumbuhan vegetatif bibit dan seleksi bibit di main nursery. Data pengamatan tersebut digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada umur bibit tanaman yang berbeda. Tinggi bibit diukur dengan meteran dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi. Diamater batang diukur dengan cara melilitkan meteran pada batang sekitar 1 cm dari permukaan tanah. Pelepah daun yang dihitung hanya daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna. Data diambil dari 30 tanaman contoh dari masing-masing blok, sebanyak 2 blok (blok I umur 4 bulan dan blok II umur 7 bulan). Pengamatan dilakukan sebulan sekali selama 3 bulan sehingga diperoleh data pertumbuhan vegetatif bibit umur 4, 5, dan 6 bulan untuk bibit pada blok I serta bibit umur 7, 8, dan 9 bulan pada blok II. Seleksi bibit di main nursery dilakukan secara bertahap yaitu pada umur 4, 6, 8 bulan dan saat akan ditanam di lapangan. Seleksi dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas seperti bibit tegak (erect), etiolasi (tumbuh meninggi), anak daun rapat, pertumbuhan terhambat, anak daun jarang, daun seperti rumput, daun menggulung, dan penyakit tajuk (PPKS 2012). 3. Kegiatan teknis dan manajemen pembibitan. Data yang diperoleh dari pengamatan terhadap aspek teknis berupa data prestasi kerja penulis dan karyawan untuk setiap kegiatan di pembibitan. Data tersebut akan dibandingkan dengan standar (norma) kerja yang berlaku. Pengamatan terhadap aspek manajerial berupa data terkait kegiatan manajemen seperti pengelolaan dan pengawasan tenaga kerja, penentuan kebutuhan alat dan bahan serta biaya operasional dari setiap kegiatan yang dilakukan. Data tersebut akan dianalisis secara deskriptif. Data sekunder diperlukan untuk mendukung data primer, seperti data kondisi umum dan data manajerial kebun. Data sekunder kondisi umum yang dikumpulkan antara lain: peta kebun, curah hujan, luas areal, kondisi lahan dan tanaman, produksi dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan, serta biaya dan administrasi. Khusus untuk aspek pembibitan, data sekunder yang diperlukan seperti kondisi lahan pembibitan, umur bibit tanaman pada setiap blok areal pembibitan, data penerimaan kecambah dan ramet, persediaan bibit, serta rekomendasi pemupukan bibit. 9

26 10 Analisis Data Data primer yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif yaitu analisis yang dilakukan untuk mengolah data primer maupun data sekunder secara kuantitatif untuk memperoleh rata-rata dan persentase. Hasil olahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel/grafik, kemudian dibahas secara deskriptif dengan membandingkan data terhadap standar yang ditetapkan oleh kebun maupun studi pustaka (literatur). KONDISI UMUM LOKASI MAGANG Kebun Padang Halaban merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT SMART TBk. Perusahaan ini berbasis perkebunan kelapa sawit yang terintegrasi di Indonesia, didirikan pada tahun Luas total areal perkebunan kelapa sawit milik PT SMART Tbk sekitar ha (termasuk perkebunan plasma). Kegiatan di SMART Tbk adalah penanaman dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO), serta rafinasi CPO menjadi produk dengan nilai tambah seperti minyak goreng, margarin dan shortening. Lokasi Administratif Kebun Lokasi Kebun Padang Halaban terletak di Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi Kebun Padang Halaban dapat ditempuh melalui jalan darat dengan lama perjalanan ± 1.5 jam dari ibu kota kabupaten. Secara administratif, lokasi Kebun Padang Halaban adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Aek Korsik, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Simpang Empat, sebelah timur berbatasan dengan Desa Patok Besi, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pulo Jantan. Peta Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran 4. Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim Kebun Padang Halaban termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson. Penentuan tipe iklim menurut klasifikasi ini didasari perhitungan bulan kering dan bulan basah. Berdasarkan data curah hujan Kebun Padang Halaban sepuluh tahun terakhir, ratarata bulan kering sebanyak 1.1 bulan dan bulan basah sebanyak 9.3 bulan. Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 2004 sampai 2013 cukup tinggi yaitu mm per tahun, dengan hari hujan rata-rata 194 hari per tahun. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi mencapai mm pada bulan September, sedangkan curah hujan bulanan terendah mm pada Februari. Hari hujan rata-rata bulanan maksimum sebesar 20 hari terdapat pada bulan Oktober dan minimum 12 hari pada bulan Juni. Data curah hujan Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran 5.

27 Keadaan topografi di kebun Padang Halaban umumnya adalah lahan datar hingga berombak karena didominasi dengan kondisi lereng 0-15%. Secara umum, jenis tanah didominasi oleh Typic Hapludults, luasnya mencapai ha atau 64.95% dari luas total areal kebun. Typic Hapludults merupakan jenis tanah yang dicirikan oleh solum yang dalam sampai sangat dalam, tekstur lempung berliat, struktur gumpal, konsistensi gembur, agak tebal dan sedikit elastis. Data klasifikasi tanah Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal konsesi Kebun Padang Halaban berdasarkan hak guna usaha (HGU) seluas ha dengan luas lahan yang telah ditanami kelapa sawit ha, dan luas lahan yang belum ditanami ha. Kebun Padang Halaban terdiri atas 8 divisi dan satu areal pembibitan. Luas areal masing-masing divisi adalah Divisi I seluas ha, Divisi II seluas ha, Divisi III seluas ha, Divisi IV seluas ha, Divisi V seluas ha, Divisi VI seluas ha, Divisi VII dan areal pembibitan seluas ha, Divisi VIII seluas ha. Luas areal Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran 6. Keadaan Tanaman dan Produksi Sumber bibit tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun Padang Halaban berasal dari produsen benih yang berkualitas, seperti: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Marihat) untuk tahun tanam 1971, ,1987, , Socfindo untuk tahun tanam 1982, , 1992, , 2003, 2010, Costarica untuk tahun tanam 1997, Dami Mas untuk tahun tanam 1999, 2000, 2004, Asal sumber bibit tersebut disajikan pada Lampiran 7. Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun Padang Halaban telah mencapai tahap tanaman menghasilkan (TM) karena umur tanaman yang paling muda adalah tahun tanam Pola tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Kebun Padang Halaban adalah pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam 8.8 m 8.8 m 8.8 m dengan jarak antar baris 7.6 m sehingga populasi per hektarnya 148 pokok. Jarak tanam tersebut digunakan untuk lahan bekas infeksi jamur Ganoderma bonensis. Data produksi Kebun Padang Halaban disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Data produksi Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk tahun Tahun Produksi Total Produksi (ton) Luas Lahan (ha) Produktivitas (ton/ha) Rata-rata

28 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional sesuai ketentuan PT SMART Tbk. SEM bertanggung jawab atas segala kegiatan kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia, dan keamanan kebun. Seorang SEM dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua senior asisten (asisten kepala) yang membawahi sembilan orang asisten. Bagian administrasi, SEM dibantu oleh kepala tata usaha (KTU) dan seorang kepala administrasi serta beberapa karyawan. Setiap asisten mengelola satu divisi dan bertanggung jawab mengelola seluruh aset perusahaan tingkat divisi. Saat kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja, asisten dibantu oleh dua orang mandor yaitu mandor panen dan mandor perawatan, sedangkan untuk bagian administrasi asisten dibantu oleh seorang krani divisi. Sistem upah karyawan di Kebun Padang Halaban tergantung status dan golongannya. Karyawan tetap (SKU) mendapatkan gaji selama satu bulan sebanyak dua kali, yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan dan pembagian gaji besar pada akhir bulan. Bagi buruh harian lepas (BHL) hanya sekali mendapat gaji pada akhir bulan sesuai dengan hasil yang didapatkan. Struktur organisasi Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran 8. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis lapangan dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan teknis budidaya kelapa sawit di lapangan produksi pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor sampai dengan pendamping asisten divisi. Kegiatan teknis yang dilakukan di divisi meliputi kegiatan replanting, pemeliharaan seperti: pemupukan, dongkel anak kayu (DAK), dan pemanenan. Kegiatan teknis yang dilakukan di pembibitan meliputi kegiatan persiapan lahan dan media tanam di pre nursery, penanaman kecambah, penyiraman, pemupukan, seleksi bibit, pemangkasan, dan pengendalian gulma. Perencanaan Pembibitan Susunan rencana kerja pembibitan di Kebun Padang Halaban sebelum dilakukan penanaman kecambah meliputi penentuan kebutuhan kecambah dan luas areal, serta persiapan pembibitan. Tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam persiapan pembibitan antara lain: persiapan lahan dan media tanam (pembuatan bedengan dan pengisian polibag), pemesanan kecambah, persiapan bahan (polibag, tanah, rock phosphate, Mikorhriza, Trichoderma) dan kebutuhan tenaga kerja. Rencana penanaman kecambah di pembibitan awal Kebun Padang Halaban sebanyak kecambah. Kebutuhan kecambah tersebut ditentukan berdasarkan perhitungan kerapatan tanam di lapangan, perkiraan bibit abnormal

29 sebanyak 30% dan kebutuhan bibit untuk penyisipan sebanyak 10% dari total kebutuhan kecambah. Berdasarkan data kebutuhan kecambah tersebut, maka dibutuhkan polibag kecil, 44 bedengan, 56.4 m 3 tanah, 1.41 ton rock phosphate, kg Mikorhiza, dan kg Trichoderma. Kebutuhan pekerja untuk kegiatan persiapan lahan dan media tanam sebanyak 15 orang pekerja dengan pembagian kerja sebagai berikut: 9 orang mengisi polibag, 2 orang mengayak tanah, 4 orang mengangkut dan menyusun polibag. Kebutuhan pekerja untuk kegiatan penanaman kecambah sebanyak 15 orang pekerja dengan pembagian kerja sebagai berikut: 3 orang menghitung dan menyeleksi kecambah, 8 orang menanam kecambah, 1 orang membuat lubang tanam, 1 orang memberi naungan, dan 2 orang memberi Mikorhiza dan Trichoderma. Lokasi Pembibitan Kebun pembibitan Padang Halaban berada di atas tanah mineral dengan kelas kesesuaian lahan S2. Lahan bibitan tersebut tepatnya berada dalam areal Divisi VII. Kebun pembibitan terletak di dua lokasi yang berbeda. Luas areal pembibitan I seluas 16 ha, sedangkan luas areal pembibitan II dan cadangan seluas 20 ha, maka total luas areal kebun pembibitan Padang Halaban seluas 36 ha. Areal pembibitan tersebut terdiri dari pembibitan awal dan pembibitan utama. Lokasi pembibitan berada di lahan datar dan terbuka, berdrainase baik dan tidak terkena banjir. Selain itu, lokasi pembibitan dekat dengan sumber air untuk penyiraman dan aman dari gangguan binatang liar. Kebun pembibitan Padang Halaban disajikan pada Gambar Gambar 1 Kebun pembibitan Padang Halaban, PT SMART Tbk Sistem Pembibitan Pembibitan di Kebun Padang Halaban menerapkan sistem pembibitan dua tahap (double stage) yang terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pre nursery merupakan tahapan awal dari kegiatan pembibitan yang bertujuan memberi waktu yang cukup untuk persiapan areal bibitan, memudahkan pemeliharaan, serta memudahkan pengamatan dan seleksi. Bibit yang ada di pembibitan awal sebanyak bibit yang terdiri dari bibit asal kecambah sebanyak bibit dan bibit asal ramet bibit. Bibit yang telah berumur 3-4 bulan di pre nursery harus dipindahkan ke main nursery. Bibit tersebut dipelihara secara intensif di main nursery sampai berumur bulan. Bibit yang ada di pembibitan utama sebanyak bibit, dengan jumlah populasi bibit siap tanam sebanyak bibit.

30 14 Persiapan Lahan Sebelum dilakukan penanaman kecambah maupun bibit, lahan untuk pembibitan harus dalam keadaan bersih. Adapun kegiatan persiapan lahan yang harus dilakukan seperti pembersihan lahan, meratakan areal pembibitan, pemancangan bedengan pre nursery, pembuatan bedengan pre nursery, dan pemancangan baris tanam main nursery. Pada pembibitan awal, kegiatan pemancangan bedengan dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat bedengan. Tujuan pemancangan bedengan untuk mengatur jarak antar satu bedengan dengan bedengan yang lain. Setelah dilakukan pemancangan, maka kegiatan selanjutnya pembuatan bedengan. Jumlah dan ukuran bedengan yang akan dibuat harus disesuaikan dengan jumlah kecambah yang akan ditanam. Satu bedeng dapat menampung polibag kecil. Lebar bedeng 80 cm dan panjang disesuaikan dengan luasan lahan yang ada, sedangkan jarak antar bedeng 70 cm. Penyusunan polibag disesuaikan dengan ukuran bedengan. Susunan polibag berdasarkan lebar bedengan berjumlah 8 polibag. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan pemeliharaan bibit seperti kegiatan pemupukan, penyiangan gulma, penambahan tanah pada polibag. Pada pembibitan utama, pemancangan dilakukan untuk menentukan jarak tanam dan jarak antar baris bibit sehingga diperoleh pertanaman yang teratur. Jarak tanam 90 cm 90 cm 90 cm, sedangkan jarak antar baris 78 cm. Tata letak polibag pada bedengan di pembibitan awal disajikan pada Gambar 2. polibag 70 cm 80 cm Gambar 2 Tata letak polibag pada bedengan di pembibitan awal Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk Persiapan Media Tanam Pengisian polibag harus sudah selesai 4 minggu sebelum dilakukan penanaman. Tahapan-tahapan kerja pengisian tanah ke polibag, yaitu tanah terlebih dahulu dihancurkan agar tidak ada gumpalan dan dibersihkan dari sampah dan kotoran. Kemudian dicampur dengan rock phosphate sebanyak 50 kg untuk 2 m 3 tanah, lalu diaduk hingga merata. Seharusnya tanah yang akan diisi ke dalam polibag harus diayak terlebih dahulu. Namun kenyataan di lapangan, proses pengayakan tanah hanya dilakukan untuk kegiatan penambahan tanah pada polibag saja.

31 Tanah hasil campuran tersebut dapat mengisi kurang lebih polibag kecil. Kantong polibag yang digunakan berwarna hitam berukuran 23 cm 15 cm mm untuk polibag kecil, dan ukuran 50 cm 40 cm 0.15 mm untuk polibag besar. Pengisian tanah dilakukan sampai mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polibag, pada waktu pengisian polibag harus diguncang dan ditambah tanah bila diperlukan. Pekerjaan pengisian tanah ke polibag biasanya dilakukan secara borongan. Setiap pekerja mendapat borongan mengisi 750 polibag kecil atau 250 polibag besar. Kegiatan pengisian polibag disajikan pada Gambar a b Gambar 3 Kegiatan pengisian polibag di pembibitan awal: (a) proses pengisian tanah, (b) polibag hasil pengisian tanah Sumber Bibit Sumber bibit yang digunakan di kebun pembibitan Padang Halaban berasal dari kecambah (germinated seed) dan ramet. Kecambah tersebut diproduksi oleh PT Dami Mas Sejahtera, sedangkan ramet diproduksi oleh Plant Production Division milik PT SMART Tbk. Kecambah Dami Mas yang diproduksi merupakan hasil persilangan Deli Dura Dami Mas dan Pisifera Dami Mas terpilih. Pemilihan Deli Dura Dami Mas sebagai tanaman induk betina berdasarkan hasil pemuliaan dan seleksi. Pemuliaan dan seleksi lebih lanjut untuk Deli Dura Dami Mas sedang dilakukan di SMART Research Institute. Pemilihan Pisifera Dami Mas sebagai tanaman induk jantan berdasarkan hasil percobaan pemuliaan kelapa sawit yang telah terbukti sebagai penghasil serbuk sari terbaik untuk produksi bibit Dura Pisifera. Kecambah Dami Mas yang digunakan di pembibitan Kebun Padang Halaban disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Kecambah kelapa sawit Dami Mas produksi PT Dami Mas Sejahtera

32 16 Penananam Kecambah. Pekerja dibagi kedalam beberapa regu, seperti regu penghitung dan seleksi kecambah, regu pembuat lubang tanam, regu penanaman kecambah, dan regu pembuat naungan. Regu penghitung dan seleksi kecambah bertugas mendata jumlah kecambah yang ada di dalam kemasan dan memisahkan kecambah normal dengan kecambah abnormal. Penghitungan dan seleksi kecambah disajikan pada Gambar 5a. Sebelum dilakukan penanaman, polibag yang telah berisi tanah disiram terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengerjaan pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam disajikan pada Gambar 5b. Lubang tanam kemudian diberi Mikorhiza 10 gram per polibag dan Trichoderma 10 gram per polibag untuk mencegah penyakit Ganoderma. Selanjutnya kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2 cm di bawah permukaan tanah polibag. Penanaman kecambah disajikan pada Gambar 5c. Setelah kecambah ditanam, lalu diberi naungan berupa alang-alang yang diletakkan di atas permukaan polibag. Pemberian naungan disajikan pada Gambar 5d. Kegiatan penanaman kecambah di pembibitan awal disajikan pada Gambar 5. a b c Gambar 5 Proses penanaman kecambah di pembibitan awal: (a) penghitungan dan seleksi kecambah, (b) pembuatan lubang tanam, (c) penanaman kecambah, (d) pemberian naungan d Penyiraman Penyiraman bibit dimulai pada pukul WIB hinggal pukul WIB. Penyiraman dilakukan kembali pada pukul WIB sampai pukul WIB, selama 30 menit setiap kali penyiraman yang setara dengan 6 mm curah hujan untuk setiap kali penyiraman. Kegiatan penyiraman bibit di pre nursery dilakukan secara manual menggunakan selang dengan kepala gembor, sedangkan penyiraman bibit di main nursery menggunakan sprinkler. Kebutuhan air untuk bibit di pre nursery 0.25 liter per bibit, sedangkan kebutuhan air untuk bibit di main nursery 2 liter per bibit.

33 Sumber air untuk penyiraman berasal dari kolam penampungan air yang berada ditepat di belakang kamar mesin dan pompa air. Mesin air yang digunakan pada areal bibitan I berkapasitas 60 HP dengan pompa berukuran 125 mm 100 mm-250, sedangkan mesin air yang digunakan di areal bibitan II berkapasitas 30 HP dengan kapasitas pompa 100 mm 65 mm-250. Kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan oleh operator mesin dan operator sprinkler. Penyiraman bibit di pre maupun main nursery disajikan pada Gambar a b Gambar 6 Penyiraman bibit kelapa sawit di pembibitan Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) di pembibitan awal, (b) di pembibitan utama Pengendalian Gulma Pengendalian gulma yang dilakukan di pre nursery sedikit berbeda dengan pengendalian gulma di main nursery. Pengendalian gulma didalam polibag baik pre maupun main nursery dilakukan secara manual (mencabut). Gulma hasil cabutan dikumpulkan dan ditimbun pada satu tempat yang sudah disiapkan. Pengendalian gulma diluar polibag untuk main nursery dilakukan secara kimia (semprot), sedangkan untuk pre nursery tetap dilakukan secara manual. Pengendalian gulma secara kimia (semprot) menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat diklorida 276 g/l dengan dosis 250 ml/1 000 bibit. Kegiatan pengendalian gulma di pembibitan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Kegiatan semprot rumput di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Pemupukan Jenis pupuk yang diaplikasikan pada bibit di main nursery berupa pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal dan pupuk majemuk yang diberikan

34 18 adalah pupuk Kiserite, pupuk NPKMg 12:12:7:2, dan pupuk NPKMg 15:15:6:4. Pemupukan dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali tergantung umur bibit yang akan dipupuk. Bibit yang berumur 5-9 MST dipupuk seminggu sekali dengan dosis gram pupuk NPKMg 15:15:6:4, sedangkan bibit umur 11 MST-47 MST dipupuk dua minggu sekali dengan dosis 5-18 gram pupuk NPKMg 12:12:7:2 dan pupuk Kiserite (bibit umur 10 MST, 33 MST, dan 41 MST). Berdasarkan pengamatan di lapangan, pemupukan dilakukan secara manual oleh tenaga pemupuk (BHL) dengan cara taksiran yang disesuaikan dengan dosis yang telah ditentukan. Pupuk yang ditabur oleh pekerja tidak merata melingkari batang bibit, tapi hanya ditabur disatu sisi polibag saja. Seharusnya pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditabur pada permukaan tanah dalam polibag secara merata, 3 cm dari pokok untuk pre nursery dan 5-8 cm untuk main nursery dan tidak boleh mengenai daun. Kendala yang sering dihadapi oleh pekerja pada saat memupuk adalah kesulitan berjalan diantara bibit apalagi jika bibit telah berumur satu tahun. Kegiatan pemupukan di pembibitan utama disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Pemupukan bibit kelapa sawit umur 4 bulan di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Seleksi Bibit Kegiatan seleksi di pembibitan Kebun Padang Halaban kurang terealisasi dengan baik karena masih ditemukan beberapa bibit abnormal. Tujuan utama dilakukannya kegiatan seleksi adalah untuk mengurangi potensi kerugian akibat tanaman yang kurang produktif di lapangan yang dapat mengurangi capaian potensi produksi yang tinggi. Kegiatan seleksi dilakukan pada bibit-bibit yang menunjukkan gejala abnormalitas seperti bibit kerdil, bibit erect, bibit flat top, juvenile, daun berkerut, chimaera, bibit layu/lemah, short internode, wide internode, bibit terserang crown disease, blast, dan bibit terserang hama penyakit. Kegiatan seleksi dilakukan oleh pekerja yang didampingi langsung oleh seorang asisten bibitan dan mandor. Setelah proses seleksi dilakukan, bibit tersebut dikumpulkan. Bibit abnormal hasil seleksi disajikan pada Gambar 9a. Kemudian bibit dicincang untuk dimusnahkan. Pencincangan bibit dapat dilihat pada Gambar 9b. Hasil cincangan kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanah berbentuk persegi, kemudian ditimbun dengan tanah. Penimbunan bibit hasil cincangan disajikan pada Gambar 9c. Proses seleksi bibit di pembibitan utama disajikan pada Gambar 9.

35 19 Gambar 9 a Proses seleksi bibit kelapa sawit di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) bibit abnormal hasil seleksi, (b) pencincangan bibit, (c) penimbunan bibit b c Pemangkasan Pelepah Populasi bibit lewat umur setengah dari total bibit yang ada di pembibitan Kebun Padang Halaban. Total bibit yang ada di pembibitan bibit, sedangkan populasi bibit lewat umur sebanyak bibit. Keberadaan bibit lewat umur di pembibitan diduga disebabkan oleh keterlambatan persiapan lahan untuk kegiatan replanting di lapangan. Pemangkasan pelepah merupakan kegiatan pemeliharaan utama untuk bibit-bibit lewat umur tersebut. Pemangkasan bertujuan untuk memudahkan pengangkutan bibit pada saat akan transplanting di lapang, memudahkan penanaman di lapang, dan mengurangi transpirasi. Alat pemangkas yang digunakan adalah arit. Pangkasan berbentuk kerucut pertama kali dilakukan pada bibit umur 18 bulan. Jika bibit tertahan sampai umur 30 bulan, pemangkasan selanjutnya dilakukan 4 bulan sebelum dipindah ke lapang. Tinggi pangkasan pada bibit yaitu 120 cm untuk pelepah daun terluar dan 150 cm pada pelepah daun bagian dalam dari permukaan tanah polibag. Kegiatan pemangkasan pelepah disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Pemangkasan pelepah daun bibit kelapa sawit di pembibtan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Peremajaan (Replanting) Peremajaan (replanting) merupakan kegiatan penanaman ulang areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman kelapa sawit sudah berumur lebih dari 25 tahun, tinggi pohon lebih dari 30 m, produksi per tahun kurang dari 14 ton/ha, dan jumlah tegakan pohon kurang dari 100 pohon/ha. Program peremajaan tahun 2014 yang dilakukan di Kebun Padang Halaban meliputi divisi I seluas ha dengan kebutuhan bibit sebanyak

36 20 bibit, dan divisi V seluas ha dengan kebutuhan bibit sebanyak Total bibit yang dibutuhkan untuk kegiatan replanting sebanyak bibit, sedangkan persediaan bibit siap tanam di pembibitan sebanyak bibit. Artinya, persediaan bibit di pembibitan dapat memenuhi kebutuhan bibit untuk kegiatan replanting. Hampir seluruh kegiatan peremajaan seperti ripping (cakar), tumbang pokok, chipping (cacah/cincang), dan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara mekanis, yaitu dengan menggunakan bulldozer dan excavator. Tumbang dan Cacah Kegiatan tumbang dan cacah pohon menggunakan excavator yang berfungsi untuk menumbang dan mencacah pohon. Excavator yang dilengkapi chipping bucket mencacah batang dan pelepah sawit menjadi bagian-bagian kecil sehingga cepat kering dan lapuk. Tebal chipping 10 cm dan panjang chipping 60 cm. Prestasi kegiatan tumbang dan chipping tergantung pada kondisi lahan. Prestasi satu HM excavator dapat menumbang dan mencacah 10 tanaman kelapa sawit, dalam sehari dibutuhkan 10 HM excavator, maka total pohon yang dapat ditumbang dan dicacah 100 pohon/hari. Hasil chipping dirumpuk dengan lebar rumpukan 3.5 m dan tinggi rumpukan 1.5 m. Kegiatan tumbang dan cacah pohon kelapa sawit disajikan pada Gambar 11. a b Gambar 11 Kegiatan tumbang (a) dan cacah (b) pohon kelapa sawit di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Ripping Kegiatan ini bertujuan untuk menggaruk atau membalik tanah agar tanah hasil garukan tersebut terkena sinar matahari sehingga dapat mencegah penyakit tular tanah. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memutus akar kelapa sawit yang telah ditumbang. Alat yang digunakan untuk meripping adalah bulldozer. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kegiatan ripping berlangsung lebih awal dari kegiatan tumbang dan cacah pohon akibatnya lahan yang sudah diripping akan memadat kembali karena alat-alat berat (excavator). Penanaman Tahap awal yang dilakukan pra tanam adalah pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanaman dilakukan secara mekanis menggunakan holedigger dengan ukuran 60 cm 60 cm 40 cm. Lubang tanam kemudian diberi pupuk TSP dengan dosis 350 gram dan biofungisida Nogan 300 gram. Pemberian biofungisida Nogan diharapkan mampu mencegah penyakit Ganoderma.

37 Selanjutnya dilakukan penyobekan polibag pada bagian bawah polibag secara melingkar dan samping polibag secara vertikal. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi tegak, polibag harus dilepas kemudian dilakukan penimbunan. Harus dipastikan bahwa pangkal batang tanaman rata dengan permukaan tanah. Polibag bekas ditancapkan pada pelepah daun kelapa sawit yang telah ditanam. Proses penanaman bibit kelapa sawit di lapangan disajikan pada Gambar a b c d Gambar 12 Proses penanaman bibit kelapa sawit umur 2 tahun di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) lubang tanam, (b) penanaman bibit, (c) penimbunan lubang tanam, (d) bibit hasil penanaman Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk memberikan unsur hara bagi tanaman secara lengkap sesuai kondisi tanah yang dominan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pupuk yang diaplikasikan harus sesuai dengan dosis rekomendasi pemupukan yang berlaku di PT SMART Tbk. Secara teknis, kegiatan pemupukan di Kebun Padang Halaban terdiri atas penguntilan pupuk (membagi pupuk ke dalam karung berdasarkan dosis rekomendasi yang disesuaikan dengan jumlah pohon yang akan dipupuk), pengangkutan dan pembagian pupuk ke blok target, tabur pupuk di piringan, dan pengumpulan karung bekas pupuk. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pupuk yang diaplikasikan tidak ditabur (disebar) merata dari pangkal tanaman sampai ke proyeksi ujung pelepah. Selain itu, pada saat pemupukan berlangsung, banyak pupuk yang tercecer. Hal ini terjadi akibat para pekerja yang tidak hati-hati saat menuangkan pupuk dari karung kedalam ember. Keterlambatan kedatangan truk pengangkut pupuk mengakibatkan kegiatan pelangsiran pupuk juga mengalami keterlambatan. Kegiatan pemupukan disajikan pada Gambar 13.

38 22 Gambar 13 a Kegiatan pemupukan di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) muat pupuk ke dalam truk, (b) tabur pupuk b Pemanenan Panen merupakan kegiatan pemotongan buah yang sudah matang dan pengutipan brondolan baik di piringan maupun di luar piringan kemudian diangkut dan ditata rapi di TPH. Keberhasilan panen sangat bergantung pada persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen yang digunakan serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, dan pemberian insentif panen. Rotasi dan Sistem Panen Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu ancak panen. Sistem rotasi panen yang digunakan di kebun PHLE adalah rotasi 6/7 yaitu terdapat 6 seksi panen dan dipanen di seksi yang sama setelah 7 hari (seminggu), sehingga rotasi panen 4 kali per bulan. Sistem panen yang diterapkan di kebun PHLE adalah sistem hanca D6. Hanca panen diatur untuk pusingan panen 6 hari dimana seluruh pemanen dan pemberondol yang diawasi sesuai jumlah mandoran yang ada, bekerja secara serempak dalam satu blok dan seterusnya pindah ke blok berikutnya sampai selesai hanca panen pada hari tersebut. Pembagian hanca panen oleh mandor panen biasanya disesuaikan dengan kemampuan tenaga pemanen. Hanca panen ditetapkan 4-6 baris per pemanen per blok. Peralatan Panen Peralatan panen yang digunakan untuk memotong buah yaitu dodos dan pisau pemotong buah (egrek). Dodos digunakan untuk memotong TBS pada tanaman yang masih berumur lebih sekitar 3-8 tahun, sedangkan untuk tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun digunakan egrek. Peralatan lain yang digunakan seperti kapak, angkong, ember, karung utuh dan karung eks-pupuk. Pelaksanaan Panen Sebelum pemanen melaksanakan pemanenan di lapangan, pemanen mengikuti lingkar pagi yang dipimpin oleh mandor panen. Lingkar pagi berisi pengarahan oleh mandor mengenai pelaksanaan panen dan evaluasi kegiatan panen hari sebelumnya serta berisi pembagian hanca panen yang dilakukan oleh mandor panen. Pemotongan TBS diawali dengan pemotongan pelepah yang menopang tandan. Tujuan pemotongan pelepah adalah untuk memudahkan pemanenan dan agar tidak ada brondolan yang tertinggal di sela-sela pelepah.

39 Pelepah yang telah dipotong, disusun rapi di gawangan mati. TBS yang telah dipanen harus segera diangkut ke PKS. Krani buah bertanggung jawab mencatat jumlah TBS yang diangkut beserta nomor pemanennya. Sistem Upah dan Denda Panen Sistem pengupahan yang berlaku di kebun PHLE terdiri basis dan premi. Basis panen yang berlaku di PHLE adalah sistem basis borong. Basis borong adalah jumlah tandan buah segar (TBS) yang harus dipanen oleh tenaga pemanen, jumlah basis minimal 60 tandan. Premi merupakan upah tambahan yang diberikan kepada pemanen apabila hasil panen telah melebihi basis. Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan panen yang telah disepakati. Aspek Manajerial Tenaga kerja lapangan di Kebun PHLE merupakan buruh harian lepas (BHL). Hampir sebagian besar tenaga BHL berasal dari perkampungan/desa berada di sekitar lingkungan kebun. Setiap hari kerja dilaksanakan lingkar pagi dimulai pukul WIB yang dipimpin oleh asisten divisi dan didampingi oleh mandor I. Asisten divisi maupun mandor I akan memberikan pengarahan terkait rencana kerja hari itu kepada para BHL sekaligus mengevaluasi hasil pekerjaan hari sebelumnya. Pekerjaan dimulai pukul WIB dengan waktu istirahat (wolon) antara pukul WIB. Waktu kerja diakhiri pada pukul WIB pada hari normal dan pukul WIB pada hari jumat. Tenaga BHL tidak terikat oleh perusahaan dan pemakaiannya tergantung kebutuhan perusahaan. Penerimaan BHL langsung dilakukan oleh kantor divisi. Para pekerja mendapatkan upah sesuai dengan jumlah hasil kerja dan prestasi kerja yang diperoleh dan telah ditentukan oleh perusahaan. Pemberian gaji kepada BHL diberikan langsung di kantor divisi pada minggu kedua setiap bulannya. Krani Divisi Krani divisi lebih banyak bertugas dibagian administrasi. Tugas seorang krani divisi antara lain menghitung tenaga, mengecek buku mandor, membuat laporan harian, membuat laporan bulanan. Seluruh kegiatan divisi harus dilaporkan secara jelas dan terperinci ke kantor kebun setiap hari. Krani divisi bertanggung jawab kepada asisten divisi. Pendamping Mandor Mandor merupakan karyawan non staf yang bertugas membantu asisten divisi dalam melaksanakan pekerjaan lapangan baik secara teknis maupun administratif. Tugas mandor secara umum adalah mengabsen BHL, mengarahkan pekerjaan, mengawasi pelaksanaan pekerjaan serta mengisi buku kerja mandor (BKM) setiap harinya. Mandor berhak menegur setiap BHL yang melakukan kesalahan dalam bekerja. Mandor divisi terdiri dari mandor panen dan mandor perawatan (mandor semprot, mandor pupuk, dan mandor infrastruktur). Selama penulis berstatus menjadi pendamping mandor, jenis pekerjaan yang diawasi adalah pemupukan, pemanenan, penyemprotan, dan replanting. 23

40 24 Pemupukan Selama menjadi pendamping mandor pemupukan kegiatan yang dilakukan penulis diantaranya melakukan pengawasan setiap kegiatan pengambilan pupuk di gudang, pelangsiran pupuk sampai selesainya kegiatan tabur pupuk di piringan. Pelaksanaan pemupukan dilakukan dengan sistem untilan (pupuk dibagi ke dalam karung). Hal ini ditujukan untuk memudahkan pekerjaan, sekaligus untuk mengurangi resiko kehilangan pupuk di lapangan. Setelah pupuk untilan diangkut dari gudang, maka pupuk tersebut dilangsir ke blok target, satu rintis ditempatkan sebanyak tiga untilan pupuk. Pupuk diberikan pada piringan dengan cara ditabur di piringan. Permasalahan yang sering terjadi pada saat dilakukan pemupukan yakni keterlambatan dump truck pengangkut pupuk dalam mendistribusikan pupuk ke blok-blok target. Akibatnya, tenaga pemupuk menjadi tergesa-gesa dan kurang berhati-hati pada saat menuangkan pupuk dari karung ke dalam ember maupun pada saat menabur pupuk di piringan. Pupuk-pupuk tersebut banyak yang tercecer di jalan dan tidak dilakukan pengerukan. Pemanenan Pelaksanaan panen dilaksanakan dengan sistem basis, artinya setiap pemanen buah harus dapat memanen TBS sebanyak basis panen yang ditentukan Bagi pemanen yang melebihi basis maka pemanen tersebut berhak mendapat premi. Kegiatan potong buah sepenuhnya dikerjakan oleh tenaga pemanen, sedangkan pengutip brondolan dikerjakan oleh pemberondol. Permasalahan yang terjadi saat pelaksanaan panen adalah masih terdapat TBS yang tidak dipanen, pelepah yang patah akibat kesalahan pada memotong buah, dan banyak brondolan yang tertinggal di TPH pada saat pengangkutan buah. Penyemprotan Gulma Penyemprotan gulma merupakan salah satu cara pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah untuk menghemat penggunaan tenaga kerja yang ada. Namun, disisi lain kelemahan dari pelaksanaan pekerjaan semacam ini akan menyebabkan beban biaya pembelian bahan yang tinggi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang memadai pada saat melakukan penyemprotan. Pendamping Asisten Tugas dan tanggung jawab seorang asisten divisi berhubungan dengan fungsi manajerial antara lain fungsi perencanaan (membuat rencana kerja harian maupun bulanan sekaligus permintaan dana operasional), fungsi pengorganisasian (penentuan jenis pekerjaan, pemilihan dan penempatan pekerja), fungsi koordinasi (mengawasi agar pekerjaan dilaksanakan sesuai kualifikasi, koordinasi dengan pimpinan, dan koordinasi antar divisi), fungsi pengawasan (mengoreksi kesalahan pekerja, evaluasi hasil yang dicapai dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan). Selain bertugas di lapangan, seorang asisten divisi juga bertugas untuk mengelola administrasi divisi, pengendalian biaya divisi serta melakukan pembinaan terhadap pekerja. Asisten bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan

41 operasional kebun selama 24 jam yang meliputi kegiatan di kebun maupun lingkungan masyarakat. Selama menjadi pendamping asisten, penulis berkesempatan membantu asisten pembibitan dalam melakukan perhitungan kebutuhan biaya (alat dan bahan) untuk persiapan penanaman kecambah dan beberapa kegiatan administrasi lain seperti memeriksa buku kerja mandor, dan laporan lembur pekerja. 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pembibitan Kebun Padang Halaban Kebun pembibitan Padang Halaban terletak pada lahan seluas 36 ha yang berada dalam wilayah kerja Divisi VII. Lokasi kebun pembibitan yang dibangun telah terpusat dan permanen. Pemilihan lokasi pembibitan yang terpusat dan permanen dilakukan atas dasar pertimbangan efisiensi pengelolaan pembibitan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari pemusatan pembibitan yang permanen yaitu penghematan biaya pembibitan (biaya operasional) serta kualitas bibit yang dihasilkan lebih baik. Bevan dan Gray (1977) menyatakan penghematan biaya pada pembibitan yang terpusat dan permanen sebesar $ 6.39 sen per bibit. Menurut Pahan (2012), untuk membangun pembibitan permanen, perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar dibanding membangun pembibitan semipermanen. Sistem pembibitan yang digunakan adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage nursery). Sistem pembibitan dua tahap terdiri atas pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Bibit di pembibitan awal dipelihara 3-4 bulan (mulai dari penanaman kecambah hingga menjadi bibit), kemudian bibit dipindah tanam ke pembibitan utama dan dipelihara bulan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penggunaan sistem pembibitan dua tahap yaitu hemat penggunaan lahan, kegiatan pemeliharaan lebih optimal, dan proses seleksi lebih ketat sehingga kualitas bibit yang dihasilkan lebih baik. Menurut Fauzi et al. (2012), sistem pembibitan dua tahap memiliki kelemahan yaitu penambahan biaya pembelian bahan seperti pembelian polibag kecil, bibit sering mengalami transplanting shock pada saat dilakukan pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Sumber bibit yang digunakan di pembibitan Kebun Padang Halaban berasal dari kecambah (germinated seed) dan ramet. Kecambah tersebut diproduksi oleh PT Dami Mas Sejahtera, sedangkan ramet diproduksi oleh Plant Production Division milik PT SMART Tbk. Kecambah yang diproduksi merupakan hasil persilangan Deli Dura terpilih dengan turunan kedua dari Pisifera BM 119 Avros yang diberi nama dagang Dami Mas. Kecambah Dami Mas memiliki keunggulan seperti produksi buah lebih cepat pada umur 24 bulan, produksi 36 ton TBS/ha, total produksi minyak 9 ton/ha, adaptif pada berbagai kondisi lingkungan.

42 26 Daya Tumbuh Kecambah Kelapa Sawit Dami Mas di Pembibitan Awal Ciri utama pembibitan tahap awal adalah penggunaan polibag berukuran kecil yang diletakkan dalam bedengan-bedengan. Kecambah ditanam pada polibag berukuran 23 cm 15 cm dengan tebal mm dengan kedalaman 2 cm di bawah permukaan tanah. Sebelum ditanam, kecambah harus diseleksi terlebih dahulu. Kriteria kecambah abnormal yang diseleksi antara lain: radikula atau plumula belum dapat dibedakan dengan jelas, radikula atau plumula busuk, radikula dan plumula searah, adanya pertumbuhan jamur, dan bentuk radikula atau plumula yang tidak normal atau rusak. Menurut Pardamean (2012), kecambah abnormal yang terseleksi tidak lebih dari 2.5% dari total kecambah yang akan ditanam. Kecambah normal hasil seleksi disemprot dengan larutan fungisida sebelum ditanam, tujuannya untuk mencegah kecambah terserang jamur. Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati agar plumula maupun radikula kecambah tidak patah. Kecambah yang telah ditanam diberi naungan selama 3 minggu agar terlindung dari sinar matahari langsung dan deraan hujan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di pembibitan awal antara lain: penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Daya tumbuh kecambah kelapa Dami Mas di pembibitan awal disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Daya tumbuh kecambah kelapa sawit Dami Mas di pembibitan awal Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Bedeng TK 2 MST 3 MST 4 MST KH DT (%) KH DT (%) KH DT (%) Rata-rata Total rata-rata daya tumbuh kecambah TK= Total Kecambah; KH= Kecambah Hidup; DT= Daya Tumbuh Tabel 3 menunjukkan pada minggu ke-2 daya tumbuh kecambah 98.10% dan mengalami peningkatan pada minggu ke-4 menjadi 98.30%. Total rata-rata daya tumbuh kecambah benih kelapa sawit Dami Mas cukup tinggi yaitu 98.21%, sedangkan jumlah kecambah yang mati tidak lebih dari 5% dari total kecambah yang ditanam. Pahan (2012) menyatakan jumlah kecambah yang mati di pembibitan awal tidak lebih dari 5% dari total kecambah yang ditanam. Daya tumbuh kecambah kelapa sawit Dami Mas yang tinggi menunjukkan bahwa kecambah tersebut memiliki mutu yang sangat baik untuk digunakan sebagai sumber bibit.

43 Kesalahan dalam penanaman merupakan faktor yang diduga menjadi penyebab kematian kecambah yang ditanam. Saat proses penanaman dilakukan, pekerja kurang hati-hati karena ingin menyelesaikan pekerjaan secara cepat. Beberapa kesalahan penanaman yang diduga dilakukan oleh pekerja antara lain: penanaman kecambah dengan posisi terbalik, penanaman terlalu dalam sehingga plumula mengalami kesulitan untuk menembus lapisan tanah atau penanaman yang terlalu dangkal, seharusnya kedalaman penanaman dilakukan 2 cm di bawah permukaan tanah. Akibatnya, jika terjadi hujan atau dilakukan penyiraman, kecambah muncul diatas pemukaan tanah akibatnya radikula tidak dapat berkembang, dan akhirnya kecambah mati. Gambar 14 menunjukkan kecambah yang mati dan kecambah yang hidup pada minggu ke-2 setelah tanam. 27 a Gambar 14 Kondisi kecambah kelapa sawit umur 2 MST di pembibitan awal: (a) kecambah mati, (b) kecambah hidup Kecambah yang mati di pembibitan awal tidak lebih dari 5% dari total kecambah yang ditanam, namun kerugian tetap akan dialami oleh perusahaan mengingat mahalnya harga kecambah kelapa sawit yaitu Rp per kecambah. Selain karena harga kecambah yang mahal, perusahaan juga harus membayar biaya untuk pembelian bahan (polibag, Trichoderma, Mikorhiza) dan pekerja. Faktor yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) tersebut dapat dikurangi dengan cara melakukan kontrol dan pengawasan yang lebih ketat oleh mandor pada saat proses penanaman berlangsung. Selain itu, faktor penting lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian naungan untuk kecambah. Naungan yang digunakan di pembibitan Kebun Padang Halaban terbuat dari lalang yang tidak menutup permukaan polibag secara sempurna. Kelebihan penggunaan alang-alang sebagai naungan antara lain: perusahan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan naungan, kebutuhan naungan dapat disesuaikan dengan jumlah penanaman bibit. Penggunaan alang-alang sebagai naungan juga memiliki kelemahan yaitu tidak tahan deraan hujan maupun angin kencang. Kelemahan inilah yang diduga menyebabkan kematian pada kecambah di pembibitan awal. PPKS (2010) menyatakan pemberian naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah kecambah terhadap sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polibag akibat terpaan air hujan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, naungan yang terbuat dari alang-alang juga menjadi sarang semut. Meskipun keberadaan sarang semut tersebut tidak menyebabkan kematian pada kecambah, namun jika dibiarkan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada kecambah dan tidak menutup kemungkinan mengundang hama dan penyakit. Penggunaan alang-alang sebagai b

44 28 naungan juga menjadi kendala saat melakukan pengamatan daya tumbuh kecambah pada minggu ke-2 setelah tanam. Pertumbuhan Vegetatif Bibit Asal Ramet di Pembibitan Utama Pembibitan utama memerlukan lahan yang lebih luas dibanding pembibitan awal. Bibit yang telah berumur 3-4 bulan di pembibitan awal dipindah tanam ke pembibitan utama. Bibit tersebut ditanam dalam polibag berukuran 50 cm 40 cm dengan tebal 0.15 mm, dengan jarak tanam 90 cm 90 cm 90 cm sehingga satu hektar lahan dapat menampung bibit sebanyak bibit. Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hampir sama dengan pembibitan awal. Kegiatan pemeliharaan di pembibitan utama antara lain: penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma pengendalian hama dan penyakit. Data pertumbuhan vegetatif bibit asal ramet di pembibitan utama yang diperoleh dari hasil pengamatan penulis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Umur Tinggi Bibit Diameter Batang Jumlah Pelepah (bulan) (cm) ± ± ± ± ± ± 8.43 (cm) 1.42 ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 1.20 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa bibit kelapa sawit mengalami proses pertumbuhan yang dapat dilihat dari pertambahan ukuran organ vegetatif setiap bulannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan tinggi, diameter batang, dan jumlah daun terjadi seiring bertambahnya umur bibit. Hanum (2008) menyatakan bahwa pertambahan tinggi terjadi karena aktivitas jaringan meristem primer yang menyebabkan bibit tumbuh ke atas. Pertambahan ukuran diameter batang terjadi akibat adanya aktivitas penebalan jaringan meristem primer yang menyebabkan penebalan dan pembesaran pada batang. Pertambahan jumlah daun terjadi akibat sel tanaman mengalami pembelahan secara antiklinal dan periklinal pada lapisan luar apikal meristem. Menurut Dahlan (2013), semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah daun yang terbentuk karena daun keluar dari nodus-nodus yakni tempat kedudukan daun yang ada pada batang. Lubis (2008) menyatakan bahwa bibit kelapa sawit asal ramet memiliki pertumbuhan yang lebih seragam. Namun, hal yang sama tidak terjadi pada bibit kelapa sawit asal ramet yang ada di pembibitan utama. Data hasil pengukuran menunjukkan angka standar deviasi yang cukup tinggi pada parameter yang diamati, terutama pada parameter pengamatan tinggi bibit. Angka standar deviasi yang cukup tinggi ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan utama tidak seragam. Artinya, beberapa bibit yang ada di pembibitan utama mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Menurut

45 Litbangtan (2013), abnormalitas dapat terjadi sekitar 5-10% dari populasi bibit kelapa sawit asal kultur jaringan (ramet). Hal ini diperkuat oleh data hasil seleksi bibit di pembibitan utama, dimana bibit abnormal yang terseleksi sebanyak 160 bibit atau 14.89% dari total populasi. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit menurut SMART research institute (SMARTRI) dan pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan data pada Tabel 5 terlihat bahwa pertumbuhan bibit pada masingmasing standar tidak jauh berbeda. Namun, jika dibandingkan dengan data pertumbuhan bibit kelapa sawit asal ramet pada Tabel 4, maka akan terlihat perbedaan pertumbuhan untuk masing-masing umur bibit. Bibit kelapa sawit asal ramet memiliki rata-rata tinggi bibit, diameter batang dan jumlah pelepah lebih tinggi dibanding standar perusahaan maupun standar PPKS. Tabel 5 Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit Dura Pisifera asal kecambah di pembibitan Umur SMARTRI PPKS (bulan) Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah Pelepah Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah Pelepah Sumber: SMART Research Institute dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Tabel 6 Pertambahan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Bulan ke- Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah Pelepah KPH PPKS KPH PPKS KPH PPKS Rata-rata KPH= Kebun Padang Halaban; PPKS= Pusat Penelitian Kelapa Sawit Tabel 6 menunjukkan bahwa meskipun bibit kelapa sawit asal ramet di pembibitan Kebun Padang Halaban memiliki rata-rata tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah lebih tinggi dari standar, namun pertambahan pertumbuhan tinggi dan jumlah pelepah setiap bulannya lebih rendah dibanding dengan standar perusahaan dan standar PPKS. Perbedaan pertumbuhan tersebut diduga dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Lubis (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit dipengaruhi jenis persilangan, tindakan kultur teknis, media tanah, jarak tanam,pemupukan, dan hama penyakit. 29

46 30 Seleksi Bibit Kelapa Sawit Kegiatan seleksi bibit di pembibitan Kebun Padang Halaban dilakukan oleh seorang asisten pembibitan dengan 2 orang pekerja. Seleksi bibit bertujuan untuk membuang dan memusnahkan bibit abnormal sehingga hanya bibit normal yang akan ditanam di lapangan. Seleksi bibit dilakukan di pembibitan awal pada umur 2 bulan dan saat pindah tanam ke pembibitan utama, dan umur 6, 9 dan 12 bulan di pembibitan utama. Bibit abnormal terseleksi dikeluarkan dari blok pembibitan kemudian dimusnahkan dengan cara dicincang. Hasil cincangan dimasukkan ke dalam lubang dan ditimbun dengan tanah. Pembibitan Awal (Pre Nursery) Kegiatan seleksi bibit di pembibitan awal tidak dilakukan oleh penulis. Namun, berdasarkan pengamatan di lapangan, bibit abnormal yang paling dominan ditemukan di pembibitan awal yaitu bibit yang terserang penyakit Curvularia. Penyakit Curvularia menyerang daun yang disebabkan oleh cendawan Curvularia sp. Bibit yang terserang penyakit Curvularia memiliki bercak kecil pada daun berwarna kuning kemudian menjadi hitam bulat atau lonjong. Menurut management committee agronomy and research (MCAR) perusahaan, jumlah bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan awal antara 8-10% dari total bibit yang ditanam. Persentase thinning out 8-10% tersebut diharapkan mampu mengurangi terangkutnya bibit abnormal untuk dipindah ke pembibitan utama. Hal ini berdampak pada terjaminnya kualitas bibit dan penghematan biaya pembelian bahan dan pembayaran upah tenaga untuk kegiatan transplanting di pembibitan utama. Gambar 15 menunjukkan bibit kelapa sawit terserang penyakit Curvularia di pembibitan awal. Gambar 15 Bibit kelapa sawit terserang penyakit Curvularia di pembibitan awal Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Pembibitan Utama (Main Nursery) Seleksi bibit di pembibitan utama tidak jauh berbeda dengan seleksi bibit di pembibitan awal. Seleksi dilakukan dalam 4 tahap yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan pada saat bibit akan ditanam ke lapangan. Penulis melakukan seleksi pada bibit kelapa sawit umur 6 bulan dan 9 bulan. Hasil seleksi menunjukkan bahwa bibit abnormal yang paling dominan ditemukan di pembibitan utama yaitu bibit crinkle leaf untuk umur bibit 6 bulan, dan bibit

47 juvenile untuk bibit umur 9 bulan. Data seleksi bibit di pembibitan utama hasil pengamatan penulis disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan jumlah bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan utama pada bibit umur 6 bulan dan 9 bulan. Total bibit abnormal yang terseleksi untuk umur 6 bulan sebanyak 9.84%, sedangkan total bibit abnormal yang terseleksi untuk umur 9 bulan sebanyak 5.14% sehingga total bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan utama sebanyak 14.98%. Persentase thinning out yang berlaku di Kebun Padang Halaban sebesar 10-15%. Artinya, bibit abnormal yang terseleksi di pembibitan utama tidak melebihi dari standar seleksi bibit yang telah ditentukan. Kegiatan seleksi bibit di Kebun Padang Halaban kurang terealisasi dengan baik, khususnya terhadap bibit-bibit asal ramet. Bibit umur 6 bulan dan umur 9 bulan yang ada di pembibitan utama merupakan bibit asal ramet. Kurang terealisasinya kegiatan seleksi terhadap bibit tersebut disebabkan mahalnya harga ramet kelapa sawit yaitu Rp per ramet. Seharusnya bibit abnormal yang terseleksi harus segera dimusnahkan agar tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bibit yang normal. Namun, kenyataannya di lapang bibit abnormal tersebut dibiarkan tetap tumbuh dengan harapan masih dapat tumbuh menjadi bibit yang normal. Tabel 7 Seleksi bibit abnormal kelapa sawit di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Bibit (umur) Total Bibit Gejala Abnormalitas Jumlah (bibit) Abnormal (%) Crinkle leaf Terserang hama/penyakit 14 Erect Daun menggulung Flat top TOTAL Juvenile Kerdil 9 Terserang hama/penyakit Pertumbuhan tertekan Daun berkerut TOTAL Berdasarkan Tabel 7 juga terlihat bahwa bibit abnormal yang paling dominan ditemui di pembibitan utama pada umur 6 bulan yaitu bibit crinkle leaf, sedangkan pada bumur 9 bulan yaitu bibit juvenile. Bibit juvenile adalah bibit yang helai anak daunnya tetap menyatu seluruhnya atau tidak pecah. Bibit crinkle leaf adalah bibit yang memiliki kerutan-kerutan pada helai daunnya. Menurut SMARTRI (2010) helai anak daun yang tidak pecah disebabkan bibit mengalami pertumbuhan yang terhambat atau faktor genetis, dan kerutan-kerutan yang terdapat pada helai daun disebabkan bibit mengalami defisiensi boron. Gambar 16 menunjukkan bibit abnormal crinkle leaf dan bibit juvenile. 31

48 32 a b Gambar 16 Bibit abnormal hasil seleksi di pembibitan utama Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk: (a) bibit crinkle leaf; (b) bibit juvenile Pembiayaan Pembibitan Biaya pembibitan terdiri atas biaya investasi non tanaman dan biaya operasional pembibitan. Biaya investasi non tanaman meliputi biaya pembangunan lahan pembibitan, mesin dan instalasi irigasi, peralatan, serta pagar dan bangunan. Biaya ini merupakan biaya investasi jangka panjang meskipun akan mengalami depresiasi (penyusutan) setiap tahun akibat pemakaian. Besar kecilnya biaya penyusutan pada setiap aset tergantung pada harga aset dan umur ekonomis aset tersebut. Biaya operasional pembibitan meliputi biaya pembelian bahan dan pembayaran upah tenaga kerja. Biaya ini biasanya sudah diperhitungkan dalam rencana anggaran biaya pembibitan setiap tahunnya. Rencana anggaran pembiayaan pembibitan Kebun Padang Halaban disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Besarnya biaya investasi non tanaman dan biaya operasional pembibitan tergantung pada teknis budaya yang diterapkan oleh perusahaan. Data biaya produksi bibit kelapa sawit di pembibitan Kebun Padang Halaban disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Biaya produksi bibit kelapa sawit di pembibitan awal Biaya per Bibit Kebun Padang Halaban PPKS (Rp) Anggaran Realisasi Bahan: polibag, Trichoderma, Mikorhiza, pupuk, pestisida Upah Pekerja TOTAL Sumber: Rencana anggaran biaya pembibitan Kebun Padang Halaban 2014 dan PPKS 2011 Tabel 9 Biaya produksi bibit kelapa sawit di pembibitan utama Biaya per Bibit Kebun Padang Halaban PPKS (Rp) Anggaran Realisasi Bahan: polibag, pupuk, pestisida Upah Pekerja TOTAL Sumber: Rencana anggaran biaya pembibitan Kebun Padang Halaban 2014 dan PPKS 2011

49 Biaya produksi bibit kelapa sawit seharusnya diperoleh dari hasil penjumlahan biaya investasi non tanaman, nilai penyusutan (depresiasi), dan biaya operasional pembibitan. Namun, biaya produksi pada Tabel 8 dan Tabel 9 diperoleh dari hasil penjumlahan biaya operasional pembibitan saja tanpa memperhitungkan biaya investasi non tanaman dan nilai penyusutan (depresiasi) karena penulis tidak memperoleh data biaya tersebut. Data pada Tabel 8 dan Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya produksi bibit antara kebun pembibitan PPKS dengan pembibitan Kebun Padang Halaban. Berdasarkan data pada Tabel 8 terlihat bahwa biaya produksi bibit di pembibitan awal PPKS sebesar Rp per bibit, sedangkan di pembibitan awal Kebun Padang Halaban sebesar Rp per bibit. Artinya, biaya produksi bibit di pembibitan awal PPKS jauh lebih kecil dibandingkan biaya produksi bibit di pembibitan awal Kebun Padang Halaban. Besarnya biaya produksi bibit di pembibitan Kebun Padang Halaban disebabkan oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembelian kecambah Dami Mas. Harga kecambah Dami Mas Rp per kecambah, jauh lebih mahal dibanding harga kecambah Marihat yang digunakan di kebun bibitan PPKS, yaitu Rp per kecambah. Berbeda dengan Tabel 8, Tabel 9 menunjukkan bahwa biaya produksi bibit di pembibitan utama PPKS lebih besar dibanding di pembibitan utama PHLE. Biaya produksi bibit di pembibitan utama PPKS sebesar Rp per bibit, sedangkan di pembibitan utama Kebun Padang Halaban sebesar Rp per bibit. Besarnya biaya produksi bibit di pembibitan utama PPKS disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk pembayaran upah pekerja. Secara umum, perbedaan biaya produksi bibit disebabkan oleh adanya perbedaan teknis budidaya yang diterapkan baik di kebun pembibitan PPKS maupun di pembibitan Kebun Padang Halaban. Bibit kelapa sawit yang diproduksi di pembibitan Kebun Padang Halaban belum dikomersialisasikan. Berbeda dengan Kebun Padang Halaban, bibit kelapa sawit yang diproduksi oleh PPKS sudah dikomersialisasikan dengan harga jual Rp per bibit untuk bibit kelapa sawit umur 3 bulan dan Rp per bibit untuk bibit kelapa sawit umur lebih dari 7 bulan. Tabel 8 dan Tabel 9 juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan biaya produksi bibit antara rencana anggaran biaya pembibitan Kebun Padang Halaban dengan realisasinya di lapangan. Rencana anggaran biaya produksi bibit di pembibitan awal sebesar Rp per bibit sedangkan realisasinya di lapangan sebesar Rp per bibit. Rencana anggaran biaya produksi bibit di pembibitan utama sebesar Rp per bibit, sedangkan realisasinya di lapangan sebesar Rp per bibit. Artinya, terjadi penghematan biaya sebesar Rp per bibit di pembibitan awal dan Rp per bibit di pembibitan utama. Penghematan biaya ini diduga terjadi akibat perbedaan pembayaran upah tenaga kerja. Pengelolaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Harian Tenaga kerja di pembibitan terdiri atas serikat kerja umum (SKU) dan buruh harian lepas (BHL). SKU merupakan pekerja tetap yang bekerja dalam jangka 33

50 34 waktu sampai usia pensiun, sedangkan BHL merupakan pekerja tidak tetap yang bekerja dalam waktu terbatas atau disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Pembagian kerja untuk SKU dilakukan berdasarkan fungsi perawatan dan administrasi, sedangkan BHL disesuaikan dengan kegiatan di lapangan. Waktu kerja SKU dimulai pada pukul WIB WIB, sedangkan BHL dimulai pada pukul WIB. Upah yang diterima SKU tergantung status jabatannya, sedangkan upah yang diterima BHL disesuaikan dengan output yang dihasilkan. Upah yang diterima buruh harian lepas (BHL) sebesar Rp /0.86 HK, sedangkan upah yang diterima serikat kerja umum (SKU) sebesar Rp /HK. Upah yang diterima pekerja baik BHL maupun SKU disesuaikan dengan lama waktu bekerja per harinya. Pembayaran upah pekerja dengan sistem tersebut memberikan manfaat lebih bagi perusahaan, yaitu jumlah output yang dihasilkan akan lebih banyak dengan upah yang sama antara anggaran terhadap realisasinya. Pelaksanaan pekerjaan harian, khususnya oleh BHL dilaksanakan berdasarkan norma kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berikut disajikan data prestasi kerja penulis, BHL, dan standar perusahaan pada Tabel 10. Tabel 10 Prestasi kerja penulis dan BHL di pembibitan Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Prestasi Kerja Kegiatan Penulis (HK per 1000 bibit) BHL (HK per 1000 bibit) Standar (HK per 1000 bibit) Penyiraman bibit Cabut rumput Pemangkasan bibit 2.50 Semprot rumput Pemupukan BHL= Buruh Harian Lepas; HK= Hari Kerja Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa setiap jenis pekerjaan di pembibitan memiliki standar (norma) kerja yang berbeda-beda. Standar (norma) kerja ditetapkan berdasarkan keadaan dan topografi lahan pembibitan. Pelaksanaan pekerjaan harian yang sesuai dengan standar (norma) kerja sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan BHL serta pengawasan oleh mandor di lapangan. Data prestasi kerja pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pekerjaan harian yang dilakukan BHL telah sesuai dengan norma kerja yang ditetapkan, sedangkan prestasi kerja penulis masih jauh dibawah prestasi kerja BHL dan standar (norma) kerja. Hal ini diduga karena penulis belum berpengalaman dan terampil dalam melaksanakan pekerjaan harian di pembibitan. Permasalahan Pembibitan Tenaga Kerja Pekerjaan yang paling kompleks terdapat di pembibitan sehingga pembagian waktu kerja untuk BHL harus disesuaikan dengan rencana kerja di pembibitan. Waktu kerja untuk BHL dilakukan dengan sistem on-off, dimana satu orang BHL mendapat jatah bekerja selama 15 hari per bulannya dan dibagi

51 kedalam kelompok-kelompok kerja yang bekerja secara bergantian per 2 minggu. Komposisi kelompok kerja tersebut terdiri dari pekerja perempuan dan pekerja laki-laki. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pekerjaan pengisian tanah ke polibag, kegiatan pengayakan tanah dilakukan oleh pekerja perempuan. Seharusnya pekerjaan pengayakan tanah dilakukan oleh pekerja laki-laki, namun akibat kekurangan tenaga kerja laki-laki, pengayakan tanah dilakukan oleh pekerja perempuan. Kekurangan tenaga kerja laki-laki diduga disebabkan oleh komposisi antara pekerja laki-laki dan perempuan per kelompok kerja tidak seimbang, dimana jumlah pekerja perempuan lebih banyak dibanding jumlah pekerja laki-laki. Keselamatan kerja Keselamatan pekerja juga perlu diperhatikan agar setiap pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan dengan aman. Kurangnya arahan dari mandor maupun asisten serta kesadaran pekerja terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) pada saat melaksanakan kegiatan seperti penyemprotan, pemupukan maupun pekerjaan lainnya yang beresiko terjadinya kecelakaan kerja. Terutama pekerjaan yang menggunakan bahan kimia sangat beresiko karena dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Bibit Lewat Umur Bibit lewat umur menjadi masalah di pembibitan utama karena bibit tetap dipelihara sampai dilakukan pengangkutan untuk keperluan kegiatan transplanting di lapangan. Keberadaan bibit lewat umur di pembibitan diduga disebabkan oleh keterlambatan persiapan lahan untuk kegiatan replanting di lapangan. Bibit lewat umur tidak dipelihara seintensif bibit lainnya, karena tidak ada anggaran dana untuk kegiatan pemeliharaan seperti pemupukan, penyiraman, maupun pengendalian hama dan penyakit. Akibatnya, hampir sebagian besar bibit lewat umur mengalami klorosis (daun berwarna hijau pucat). Selain itu, bibit lewat umur mempersulit pekerja pada saat melakukan pengangkutan bibit untuk keperluan kegiatan transplating. Konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan jika bibit lewat umur terlalu lama dipertahankan di pembibitan antara lain: (1) bibit lewat umur sangat peka terhadap cekaman kekeringan sehingga kurang menguntungkan dalam penggunaannya terutama pada tahap awal transplanting (Darlan et al. 2005); (2) bibit lewat umur kembali melalui tahap juvenille akibat pemangkasan, hal ini menyebabkan perkembangan tanaman menjadi lebih lama; (3) kerugian dana, waktu, dan tenaga untuk pemelihaaraan bibit. Pencurian bibit Kasus pencurian bibit menjadi masalah pelik di pembibitan dan harus ditangani dengan serius oleh pihak kebun. Akibat pencurian ini, perusahaan menderita kerugian yang cukup besar. Koordinasi yang baik antar staf kebun (asisten divisi) dengan petugas keamanan diharapkan mampu mengatasi tindakan pencurian bibit. Selain itu, petugas keamanan sadar akan tugas dan tanggung jawab pada saat melakukan tugas jaga bibit, karena beberapa kasus pencurian bibit terjadi akibat petugas keamanan lalai dalam menjalankan tugasnya. 35

52 36 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan magang yang telah dilaksanakan di Kebun Padang Halaban memberikan banyak manfaat bagi penulis. Melalui kegiatan magang ini penulis telah memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit, khususnya pada aspek pembibitan. Selain itu, kegiatan magang ini juga telah meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis terhadap aspek sosial dan lingkungan yang ada di perkebunan kelapa sawit. Lokasi pembibitan yang terpusat dan permanen serta pemilihan sistem pembibitan dua tahap menjadikan pengelolaan pembibitan di Kebun Padang Halaban berjalan dengan baik. Persentase hidup kecambah yang tinggi menunjukkan bahwa kecambah kelapa sawit varietas Dami Mas memiliki mutu yang sangat baik untuk digunakan sebagai sumber bibit. Pertumbuhan vegetatif bibit asal ramet di pembibitan utama memiliki rata-rata tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah bibit lebih tinggi dibanding standar pertumbuhan bibit perusahaan maupun standar pertumbuhan bibit PPKS. Bibit abnormal yang terseleksi sebesar 14.89% di pembibitan utama. Saran Seluruh kegiatan teknis budidaya sebaiknya dilaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku di perusahaan. Khusus di pembibitan, pemberian naungan pada saat penanaman kecambah harus lebih diperhatikan lagi, bila perlu dibangun naungan yang permanen. Seleksi bibit dilakukan lebih ketat terutama pada bibit abnormal yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit agar tidak menyerang bibit sehat lainnya. Selain itu, seleksi bibit sebaiknya dilaksanakan sesuai rencana kerja yang telah dibuat. Kesadaran pekerja untuk menjaga keselamatan diri dalam bekerja perlu lebih ditingkatkan agar setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan aman. Kontrol dan pengawasan dari asisten maupun mandor di lapangan perlu ditingkatkan agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai SOP yang berlaku di perusahaan. Pekerja harus lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Perusahaan diharapkan lebih tanggap dalam menangani permasalahan yang ada di pembibitan, solusi yang tepat dan sanksi yang tegas secepatnya diterapkan. DAFTAR PUSTAKA [BBPPTP] Balai Besar Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian Teknologi budidaya kelapa sawit. [Internet]. [diunduh 2013 Mar 14]. Tersedia pada:

53 Bevan JWL dan Gray BS The organization and control of field practice for large scale oil palm planting in Malaysia. Kuala Lumpur (MY): Incorp.Soc.of Planters. 172p. Dahlan S Pertumbuhan dan serapan nitrogen bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada fase main nursery di beberapa medium tumbuh dengan efek sisa pupuk organik [skripsi]. Riau (ID): Universitas Riau. Darlan NH, Sutarta ES, Purba P Penggunaan bibit kelapa sawit lewat umur. Warta PPKS. 13(1): Darmosarkoro W, Akiyat, Sugiyono, Sutarta ES Pembibitan Kelapa Sawit (Bagaimana Memperoleh Bibit yang Jagur). Medan (ID): CV Mitra Karya. [Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan Budidaya kelapa sawit. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 14]. Tersedia pada: Fauzi Y, Widyastuti YE, Satyawibawa I, Paeru RH Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 236 hlm. Ginting DL, Fatmawati Pengaruh genotip terhadap pembentukan kalus pada kultur jaringan kelapa sawit. Penelitian Kelapa Sawit. (11)1: Hanum C Teknik Budidaya Tanaman. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional. Hartawan R Variabilitas pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) asal benih unggul dan liar. Media Akademik. 2(1):1-2. [Litbangtan] Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Pertanian Inovasi kultur jaringan kelapa sawit. Sinar Tani. 63(23-29):3. Lubis, AU Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. 437 hlm. Mangoensoekerjo S, Semangun H Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada press. 605 hlm. Pahan I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hlm. Pardamean M Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Balai Pustaka. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit Kelainan bibit kelapa sawit. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 13]. Tersedia pada: [Pusdatin] Pusat Data dan Informasi Pertanian Informasi ringkas komoditas perkebunan. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 21]. Tersedia pada: Sastrosayono S Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. 66 hlm. Setyamidjaja D Kelapa Sawit. Jogyakarta (ID): Kanisius. 127 hlm. [SMARTRI] SMART Research Intitute Pedoman seleksi dan penanganan bibit abnormal. Sinar Mas Agro Resources and Technology. [Socfindo] Socfin Indonesia Dasar-dasar pemilihan kriteria bahan tanaman unggul. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 13]. Tersedia pada: 37

54 38 38 LAMPIRAN

55 39 Tanggal Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Kegiatan Prestasi Kerja Penulis BHL Standar 26/02/2014 Penyiraman bibit kelapa sawit bibit/0.07 HK bibit/0.05 HK bibit/0.05 HK Pembibitan Pengamatan pertumbuhan vegetatif 27/02/2014 bibit umur 4 bulan dan 7 bulan Pembibitan 28/02/2014 Pemangkasan bibit 400 bibit/hk bibit/hk bibit/hk Pembibitan 01/03/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 03/03/2014 Seleksi bibit orientasi bibit/0.23 HK bibit/0.23 HK Pembibitan 04/03/2014 Pengendalian gulma manual bibit/0.06 HK bibit/0.08 HK bibit/0.17 HK Pembibitan 05/03/2014 Pemupukan bibit/0.4 HK bibit/0.25 HK bibit/0.25 HK Pembibitan 06/03/2014 Semprot gulma bibit/0.07 HK bibit/0.25 HK bibit/0.25 HK Pembibitan 07/03/2014 Pemancangan jarak tanam orientasi bibit/0.60hk bibit/0.60 HK Pembibitan 08/03/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 10/03/2014 Administrasi Kantor Bibitan 11/03/2014 Pengendalian gulma manual orientasi bibit/0.05 HK bibit/0.23 HK Pembibitan 12/03/2014 Administrasi Kantor Bibitan 13/03/2014 Susun dan langsir polibag bibit/0.42 HK bibit/0.42 HK bibit/0.42 HK Pembibitan 14/03/2014 Pemanenan orientasi > 60 janjang/hk 60 janjang/hk Divisi II Blok 34 15/03/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 17/03/2014 Semprot gulma (anak kayu) orientasi 2 ha/hk 2 ha/hk Divisi IV Blok 39 18/03/2014 Dongkel anak kayu orientasi 0.75 ha/hk 0.95 ha/hk Divisi II Blok 2 Lokasi 39

56 40 Lampiran 1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai buruh harian lepas (BHL) di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Tanggal Kegiatan Prestasi kerja Penulis BHL Standar 19/03/2014 Pemanenan orientasi > 60 janjang/hk 60 janjang/hk Divisi VII Blok /03/2014 Pemupukan orientasi 4 ha/hk 4 ha/hk Divisi VII Blok /03/2014 Pemanenan orientasi > 45 janjang/hk 45 janjang/hk Divisi VII 22/03/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 24/03/2014 Replanting orientasi 82 bibit/0.43 HK borongan Divisi I Blok 21 25/03/2014 Chipping dan ripping orientasi 100 pohon/10 HM 100 pohon/10 HM Divisi I 26/03/2014 Chipping dan ripping orientasi 100 pohon/10 HM 100 pohon/10 HM Divisi I Pengamatan pertumbuhan vegetatif 27/03/2014 bibit umur 5 bulan dan 8 bulan Pembibitan 28/03/2014 Pengisian polibag kecil 450 polibag 750 polibag 750 polibag Pembibitan 29/03/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 31/03/2014 Libur Lokasi 40 Tanggal Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Kegiatan Jumlah HK yang diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas areal yang diawasi (Ha) Lama Kegiatan (jam) 01/04/2014 Semprot penyakit 2-6 Pembibitan 02/04/2014 Administrasi Kantor Bibitan 03/04/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi II Blok 34 04/04/2014 Muat bibit ke truk 2-6 Pembibitan Lokasi

57 41 Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Prestasi Kerja Penulis Tanggal Kegiatan Jumlah HK yang Luas areal yang Lokasi Lama Kegiatan (jam) diawasi (orang) diawasi (ha) 05/04/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 07/04/2014 Seleksi bibit (umur 9 bulan) 2-6 Pembibitan 08/04/2014 Semprot gulma 3-6 Pembibitan 09/04/2014 Semprot hama & penyakit 3-6 Pembibitan 10/04/2014 Libur /04/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi II Blok 34 12/04/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 14/04/2014 Pemupukan MOP TM Divisi VI Blok 12 15/04/2014 Pemupukan Urea TM Divisi VI Blok 10 16/04/2014 Penanaman Kecambah 15-7 Pembibitan 17/04/2014 Penanaman Kecambah 15-7 Pembibitan 18/04/2014 Libur /04/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE 21/04/2014 Pemupukan TSP Divisi VII Blok /04/2014 Pemupukan Kiserite Divisi VII Blok 41 23/04/2014 Pemanenan Divisi VII Blok /04/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi VII Blok

58 42 Tanggal Lampiran 2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Kegiatan Jumlah HK yang diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas areal yang diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) 25/04/2014 Administrasi Kantor Bibitan 26/04/2014 Pengumpulan dan pengolahan data Kantor Besar PHLE Pengamatan pertumbuhan vegetatif 28/04/ Pembibitan bibit umur 6 dan 9 bulan 29/04/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi II Blok 51 30/04/2014 Pengamatan DB Kecambah 2 MST Pembibitan 01/05/2014 Libur Hari Buruh /05/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi II Blok 50 03/05/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 05/05/2014 Seleksi Bibit ( umur 6 bulan) 2-6 Pembibitan Lokasi 42 Tanggal Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Kegiatan Jumlah HK yang diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas areal yang diawasi (Ha) Lama Kegiatan (jam) 06/05/2014 Kontrol lapangan Pembibitan 07/05/2014 Pengamatan DB Kecambah 3 MST Pembibitan 08/05/2014 Kontrol lapangan Pembibitan Lokasi

59 43 Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Prestasi Kerja Penulis Tanggal Kegiatan Jumlah HK yang Luas areal yang Lokasi Lama Kegiatan (jam) diawasi (orang) diawasi (Ha) 09/05/2014 Kontrol lapangan Pembibitan 10/05/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 12/05/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi I Blok ex-12 13/05/2014 Analisis Vegetasi Gulma Divisi I Blok ex-13 14/05/2014 Pengamatan DB Kecambah 4 MST Pembibitan 15/05/2014 Libur /05/2014 Kontrol lapangan Divisi I Blok 44 17/05/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 19/05/2014 Kontrol lapangan Divisi IV Blok 7 20/05/2014 Kontrol lapangan Divisi IV Blok 6 21/05/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 12 22/05/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok /05/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 15 24/05/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 26/05/2014 Kontrol lapangan Divisi VI Blok /05/2014 Libur Kantor Besar PHLE 28/05/2014 Kontrol lapangan Divisi VI Blok /05/2014 Libur

60 44 Lampiran 3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk Prestasi Kerja Penulis Tanggal Kegiatan Jumlah HK yang Luas areal yang Lokasi Lama Kegiatan (jam) diawasi (orang) diawasi (Ha) 30/05/2014 Kontrol lapangan Divisi VI Blok /05/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 02/06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 44 03/06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 45 04/06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok /06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 10 06/06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok /06/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 09/06/2014 Persiapan Audit ISO Kantor Divisi VII 10/06/2014 Persiapan Audit ISO Kantor Divisi VII 11/06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok /06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok /06/2014 Kontrol lapangan Divisi VII Blok 22 14/06/2014 Pengolahan data Kantor Besar PHLE 16/06/2014 Diskusi dengan Manager Kantor Besar PHLE 17/06/2014 Pengumpulan data sekunder Kantor Besar PHLE 18/06/2014 Pengumpulan data sekunder Kantor Besar PHLE 19/06/2014 Pengumpulan data sekunder Kantor Besar PHLE 20/06/2014 Presentasi Kantor Besar PHLE 21/06/2014 Perpisahan Kantor Besar PHLE 23/06/2014 Kembali ke Kampus

61 45 Lampiran 4 Peta Kebun Padang Halaban, PT SMART Tbk 45

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 4 TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MUSTIKA PT SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh CINDY CHAIRUNISA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang

TINJAUAN PUSTAKA. bawah umumnya lebih besar disebut bongkol batang. Sampai umur 3 tahun batang 5 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm, keluar dari pangkal

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman 51 PEMBAHASA Proses Pengadaan Bahan Tanaman Pengadaan Bahan Tanaman Secara Konvensional. Teknik pengadaan bahan tanaman secara konvensional di PPKS melalui penyerbukan bantuan (assisted pollination) oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleifera dan E. odora berasal dari kawasan Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diduga berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kelapa sawit memiliki struktur tanaman yang terdiri atas akar, batang, daun,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya A. Pendahuluan MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya Kelapa (Cocos nucifera. L) merupakan tanaman yang sangat dekat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Cocoineae, Family: Palmae, Genus: Elaeis, Spesies: Elaeis guineensis

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit 2.1.1 Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Species : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Elaesis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledoneane

Lebih terperinci

Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara

Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) Di Kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara Management Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Nursery in Bangun Bandar Estate, North Sumatera

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit di Afrika diklasifikasikan oleh Jacquin pada tahun 1763 sebagai

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat

METODE MAGANG. Waktu dan Tempat METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2009 yang bertempat di Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Unit Usaha Marihat, Sumatera Utara. Metode

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) Kingdom Divisi Subdivisi Klas Ordo Famili Subfamily Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian Universitas Riau, Kampus BinaWidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun Percobaan Cikatas,Kampus IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911. I. LATAR BELAKANG MASALAH Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911. Klasifikasi tanaman kelapa sawit berdasarkan taksonominya yaitu tergolong Kelas: Angiospermae, Subkelas:

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna

Lebih terperinci

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA Helmi

Lebih terperinci

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Engelbert Manaroinsong, Novalisa Lumentut dan Maliangkay, R.B. BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN PENDAHULUAN Usaha perbaikan produktifitas tanaman kelapa harus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung

Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung LAMPIRA 64 65 Lampiran 1. Anak Daun Normal dan anak Daun Menggulung Anak daun menggulung a. Anak daun menggulung Anak daun normal b. Anak Daun Normal 66 Lampiran 2. Varietas Kelapa Sawit Unggul PPKS 1.

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di Indonesia, dan memegang peranan penting diantaranya iklim, tenaga kerja, dan kesediaan lahan yang masih cukup

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT SKRIPSI OLEH: VICTOR KOMALA 060301043 BDP-AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci