IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MARITO DALIMUNTHE NIM : PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

2 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Oleh : MARITO DALIMUNTHE ABSTRAK Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, pada pasal 1 ayat 2 menjelaskan Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Melalui BPJS menjamin kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, aturan tersebut setiap warga negara memiliki Proteksi Jaminan Sosial dan Kesehatan didalam menjalani kehidupannya, baik sebagai wiraswasta, pekerja swasta, buruh, kuli, pemulung dan lain sebagainya dapat merasakan pelayanan kesehatan dengan biaya yang murah dan menjamin kesehatan serta keselamatan kerja mereka, sehingga mereka dapat bekerja dengan maksimal tanpa harus takut memikirkan resiko kerja yang mereka jalani. Sebagai pengantar tentang implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif adalah penulis mencari faktafakta sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian dan memberikan gambaran tentang adanya fanomena sosial. Penelitian ini menggunakan teori Sukur (Sumaryadi, 2005:79) untuk melihat Implementasi Program Jaminan Kesehatan yaitu Adanya perogram atau kebijaksanaan yang dilaksanakan, Target group dan Unsur pelaksana. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan wawancara dengan responden yaitu Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau tidak terealisasi dengan baik, Program atau kebijaksanaan tidak dilaksanakan, Petugas Patroli SATPOL PP yang berstatus PTT dan PHL belum memiliki asuransi keselamatan dan kesehatan kerja dan Manajemen Kantor SATPOL PP sudah melakukan Pengajuan Anggaran APBD Provinsi untuk mendaftarkan setiap SATPOL PP yang berstatus PTT dan PHL untuk menjadi anggota BPJS. Kata Kunci : Keselamatan dan Kesehatan Kerja SATPOL PP 1

3 ABSTRACT Based on Law Number 24 Tahun 2011, In Pasal 1 ayat 2 explains Jaminan Sosial is one form of social protection to ensure all people in order to meet the basic needs of a decent life. the BPJS promises health welfare for the people of Indonesia, through the rule every citizen has Social Security and Health Protection in living his life, whether as an entrepreneur, private worker, laborer, Scavengers and so forth can feel health services at a low cost and ensure their health and safety, so they can work maximally without having to be afraid to think about the risks of their work. Us introduction about the implementation of Health Insurance Program for Officials service of Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. This research is qualitative descriptive research is the author looking for facts in accordance with the scope of research titles and provide an overview of the existence of social fanomena. This research use Sukur theory (Sumaryadi, 2005: 79) to see Health Insurance Program Implementation that is Perogram or policy implemented, Target group and Element implementer. The conclusion that can be taken based on interview with the respondent is the Implementation of Health Insurance Program for the officer of Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau is not well realized, Program or policy is not implemented, SATPOL PP Patrol Officer with PTT and PHL status has no occupational safety and health insurance And Office Management SATPOL PP has made Budget Proposals APBD Province to register each SATPOL PP with PTT and PHL status to become a member of BPJS. Keywords: Occupational Safety and Health SATPOL PP

4 2 A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Jaminan sosial merupakan sistem proteksi yang diberikan kepada setiap warga negara untuk mencegah hal-hal yang tidak dapat diprediksikan karena adanya risiko-risiko sosial ekonomi yang dapat menimbulkan hilangnya pekerjaan maupun mengancam kesehatan. Oleh karena itu, jaminan sosial hadir sebagai salah satu pilar kesejahteraan yang bersifat operasional. Saat ini jaminan sosial kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). terbentuknya BPJS yang diberlakukan mulai Januari 2014 dan menjanjikan kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 19 tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan juga menjadi perioritas sebagai program BPJS yang harus diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. selain itu sebagai prioritas utama Peraturan Presiden disesuaikan dengan Pasal 16 yaitu mengatur secara komprehensif mengenai besaran Iuran, tambahan Iuran dan tata cara pembayaran Iuran, penahapan pendaftaran peserta, kepesertaan Jaminan Kesehatan bagi pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja, manfaat Jaminan Kesehatan, pelayanan kesehatan dan urun biaya, kewajiban BPJS Kesehatan memeberikan kompensasi, jenis pelayanan kesehatan yang tidak dijamin, kerjasama dengan fasilitas kesehatan dan lain-lain. Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan selayaknya masyarakat seharusnya secara konsisten diimplementasikan dengan menjabarkan ketentuan tujuan penyelenggaraan jaminan kesehatan dapat dicapai yaitu untuk menjamin peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. 1 Hal ini perlu menjadi perhatian oleh instansi pemerintah dalam mengimplementasikan program BPJS bagi pegawai yaitu Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. Pada penelitian ini difokuskan tentang jaminan perlindungan kerja untuk Petugas Bidang Ketertiban Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi

5 3 Kepulauan Riau (SATPOL PP). Pada permasalahan yang terjadi bahwa beratnya beban kerja Petugas dalam melakukan penertiban masyarakat menyebabkan dapat terjadi kecelakaan kerja saat bertugas. Adapun tugas dan tanggungjawab petugas Bidang Penertiban berdasarkan Standar Operasional Prosedur Tahun 2014 bahwa Polisi Pamong Praja adalah anggota SATPOL PP sebagai Aparatur Pemerintah Daerah dalam penegakkan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan Keputusan Kepala Daerah serta menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Standar Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut SOP SATPOL PP merupakan prosedur bagi Aparat Polisi Pamong Praja, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat, aparat serta badan hukum terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur serta menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Ketertiban merupakan suasana yang mengarah keteraturan kepada masyarakat menurut norma yang berlaku sehingga menimbulkan motivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Keadaan yang terjadi pada saat melaksanakan tugas penertiban petugas terkadang mengalami kecelakan kerja saat menjalani tugas di lapangan. Kondisi tersebut dapat merugikan pisik dan mental petugas. Namun perlindungan jaminan kesehatan kerja sampai saat ini belum terlaksananya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi petugas SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini tidak berjalan sesuai isi SOP pelaksanaan pembuatan kartu Askes dan taspen yang seharusnya dapat terealisasi untuk perlindungan petugas. Namun kenyataanya, perlindungan jaminan sosial yang seharusnya dapat diimplementasikan oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau saat ini belum berjalan. Disamping itu belum adanya kerjasama antara kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau dengan BPJS untuk memasukkan petugas ketertiban umum sebagai peserta BPJS. Oleh sebab ketika petugas mengalami kecelakaan kerja tidak dapat menerima pelayanan kesehatan yang telah diprogramkan pemerintah saat ini. Ditegaskan dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Jaminan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun, Veteran,

6 4 Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya beserta anggota keluarganya ditegaskan dalam Pasal 1 (ayat 7 dan 8) menyebutkan : pemeliharaan kesehatan adalah upaya kesehatan yang meliputi peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan, sedangkan badan penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk khusus untuk menyelengarakan pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya. Kemudian Pasal 2 bahwa Setiap Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan wajib menjadi peserta penyelenggaraan Pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini. Lebih lanjut dalam Pasal 11 menyebutkan tentang hak peserta dalam menerima jaminan kesehatan yaitu : 1. Setiap Peserta dan keluarganya mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam pemeliharaan kesehatan, sesuai dengan kebutuhan medis. 2. Peserta dan keluarganya berhak memperoleh pemeliharaan kesehatan dan/atau penggantian biaya untuk pemeliharaan kesehatan berdasarkan standart pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Presiden. 3. Peserta berhak memperoleh penjelasan tentang ketentuan Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tersebut maka program BPJS harus dapat diimplementasikan oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini sangat menjadi harapan petugas ketertiban umum untuk diberikan prioritas untuk mendapatkan perlindungan jaminan sosial kesehatan sebab tanggungjawab kerja petugas yang berat dalam menertibkan masyarakat yang tidak mentaati Peraturan Pemerintah sehingga petugas harus diberikan jaminan keselamatan kerjanya. Berdasarkan survei di lapangan bahwa ada beberapa gejala penelitian sebagai berikut : 1. Petugas menjalankan tugas berhadapan langsung dengan masyarakat saat penertiban peraturan di Kota Tanjungpinang yang dapat menimbulkan resiko kerja tinggi sehingga mengalami kecelakaan kerja seperti patah

7 5 tulang, luka di kepala akibat lemparan benda, cidera pada tangan atau kaki saat menertibkan pedagang kaki lima. 2. Belum terpenuhinya jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi petugas penertiban umum ketika mengalami musibah kecelakaan kerja saat melaksanakan tugas di lapangan. 3. Belum terealisasinya program perlindungan jaminan sosial kesehatan di Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau sesuai dengan Peraturan Pemerintah, hal ini menyebabkan perhatian pada petugas untuk terjaminya perlindungan kesehatan kerja mereka masih belum terlaksana. 4. Terjadinya kecelakaan bagi anggota SATPOL PP saat menjalankan tugas yang belum tersentuh perhatiannya pada kesehatan maupun perlindungan jaminan sosial lainnya. Beberapa sumber yang diambil dari media surat kabar seperti terjadinya aksi dorong, kejar-kejaran mobil pejabat yang keluar dari kantor DPRD KEPRI saat HUT Kepri bahkan lemparanpun tidak terelakkan (Antara Kepri, 24 September 2014). Para demonstran dari gabungan beberapa organisasi mahasiswa, Jumat (7/11 Tahun 2014) di Kantor Gubernur Kepri jalan Dompak Tanjungpinang berujung ricuh dengan massa melempar Aqua gelas ke Satuan Polisi Pamong Praja yang berjaga di situasi demo (KepriDays 2014). Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan judul : IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU. 2. PERUMUSAN MASALAH Adapun permasalahan tentang jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi petugas dalam melaksanakan tugas penertiban ketika mengalami kecelakaan kerja belum mendapatkan perlindungan BPJS. Selain itu belum terlaksananya program BPJS di kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Dengan demikian yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai

8 6 berikut : Bagaimana Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau? 3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Sebagai pengantar implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai masukan bagi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau dalam melaksanakan program BPJS bagi petugas bidang ketertiban umum. b. Sebagai rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas permasalahan ini sebagai penelitian lanjutan. 4. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah bersifat deskriptif dan pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang akan menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau dalam mengimplementasikan program BPJS. Kemudian variabel tersebut dipaparkan dengan jelas sebagaimana yang terjadi di lapangan. B. LANDASAN TEORI 1. Implementasi Terlaksananya kegiatan kerja dalam sebuah organisasi harus didukung oleh orang-orang yang ada didalamnya. Oganisasi merupakan satuan sosial yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif kontiniu untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan

9 7 bersama. Oleh sebab itu setiap orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi juga harus diperhatikan keselamatan dan kesehatan kerjanya. Masalah jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja harus diimplementasikan sesuai yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun Sebagaimana yang disebutkan oleh Ripley dan Franklin (Winarno 2007:145) bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang- undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan, atau suatu jenis keluaran yang nyata istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan prokram dan hasil-hasil yang diinginkan oleh pejabat Pemerintah. Menurut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh wahab (2002:65) menyatakan Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatankegiatan yang timbul setelah disahnya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian Studi implementasi merupakan cabang dari Administrasi publik sebagaimana diungkapkan oleh Dye dan Grindle Studi implementasi berusaha untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak sekali program pemerintah yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Implementasi dimaksudkan 6untuk mencapai tujuan yang membawa konsekuensi langsung pada masyarakat yang terkena kebijakan untuk itu maka sebuah implementasi menimbulkan sebuah proses menurut Bardash mengartikan Proses implementasi sebagai suatu sistem pengendalian untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan sumber dan penyimpangan dari tujuan kebijakan.selain itu proses implementasi adalah merupakan tawar-menawar antara instansi pemerintah, implementasi diartikan sebagai apa yang terjadi setelah peraturan perundang-undangan ditetapkan yang memberikan prioritas pada suatu program yang jelas. Tugas implementasi ialah sebagai penghubung yang memungkinkan

10 8 tujuan-tujuan kebijakan publik menjadi hasil dari aktivitas pemerintah. Disamping itu implementasi juga menyagkut masalah penciptaan suatu policy delyvery system, sistem penghantaran atau penyerahan kebijakan. Implementasi juga dapat diartikan sebagai pelaksanaan suatu keputusan politik yang biasanya disampaikan dalam bentuk peraturan perundangan. Pengertian mengenai implementasi menurut Sumaryadi (2005;85) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan dari perpektif target gruop lebih terjamin bagi kelompok sasaran dan masyarakat seluruhnya untuk dapat menerima dan menikmati hasil atau keuntungan dari kebijakan. Lebih lanjut Dunn (2000:24) yaitu implementasi kebijakan yang diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia. Kemudian disebutkan Ibrahim (2008:92) bahwa mendorong perkembangannya reformasi di daerah dimana Pemda dapat jadi motivator, dinamisator dan fasilitator sekaligus (tetapi tidak dengan pasangan tersembunyi tertentu), sehingga partisipasi politik masyarakat berkualitas, tidak terkesan mengkonsolidasikan anarki dengan dalil demokratisasi, atau reformasi dan membawa arus eforia feformasi yang berkepanjangan. Kemudian menurut Nugroho (2004:162) b ahwa implementasi kebijakan dapat disusun yaitu: implementasi sebagai strategi (praimplementasi), pengorganisasian, penggerakan dan kepeminpinan, pengendalian. Sedangkan menurut Winarno (2007: ) menjelaskan Implemantasi mencakup banyak macam kegiatan 1. Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumbersumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar. Sumbersumber meliputi personil, peralatan, lahan, bahan-bahan mentah. 2. Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan kongkret, regulasi serta rencana-renca dan desain program. 3. Badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja. Akhirnya badan-badan pelaksana memberikan keuntungan atau pembatasan kepada para pelanggan atau kelompokkelompok target.

11 9 Berkaitan dengan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa terimplementasinya jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja melalui perogram badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) bagi petugas SATPOL PP Provinsi Kepri, tentunya harus didukung oleh semua pihak yang terkait didalamnya termasuk pimpinan. Hal ini belum terealisasi sesuai dengan program pemerintah bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan jaminan kesehatan yang didaptarka sebagai peserta BPJS tanjungpinang. Namun faktanya Kebijakan Pemerintah untuk mengimplementasikan program BPJS bagi seluruh petugas ketertiban umum ternyata sampai saat ini belum terdata. Oleh sebab itu jaminan kesehatan petugas yang mengalami kecelakaan sama sekali belum menjadi peserta BPJS sesuai dengan Peraturan Presiden yaitu setiap instansi pemerintah wajib mendaftarkan pegawainya peserta BPJS untuk mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kondisi keadaan yang buruk dapat menimbulkan angka kecelakaan kerja yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk meningkatkan perlindungan bagi kecelakaan kerja. Salah satu diantaranya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Manusia bukan hanya sekedar alat produksi tapi merupakan aset Pemerintah yang sangat berharga sehingga harus dilindungi keselamatannya. Sebagai akibatnya, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja mulai meningkat dan ditangani sebagai bagian terpenting dalam proses produksi. Menurut Ramli (2010:6) keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri setiap mahluk hidup. Sejak manusia bermukim dimuka bumi, secara sadar mereka sudah mengenal aspek keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya di sekitar lingkungan hidupnya. Pada masa itu, tentang bahaya yang dihadapi lebih bersifat natural seperti kondisi alam dan bahaya dari lingkungan hidup lainnya. Lebih lanjut Ramli (2010:14 ) menyebutkan kesehatan dan keselamatan kerja mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tenaga kerja merupakan aset organisasi yang sangat berharga dan

12 10 merupakan unsur penting dalam proses produksi di samping unsur lain, seperti material, mesin, dan lingkungan kerja. Menurut Mangkunegara (2000:162) bahwa kesehatan kerja adalah sebagai berikut : tujuan keselamatan dan 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan pisikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja terus selalu dibina agar dapat meningkatkan kualitas keselamatan kerja pegawai. Menurut Umar (2005:18) agar pembinaan dapat berjalan dengan baik, mengajukan seperti sebagai berikut : 1. Tanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang saling menentukan dalam pencegahan kecelakaan. 2. Tunjukkan kepada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerja yang aman. 3. Berikan teknik pencegahan kecelakaan kerja. 4. Buat contoh yang baik. 5. Tegakkan setandar keselamatan kerja secara tegak. Disebutkan di dalam Buku Standar Operasinal Prosudur Tahun 2014:3 menyebutkan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) adalah anggota SATPOL PP merupakan aparatur pemerintah daerah yang bertanggungjawab dalam melaksanakan peraturan daerah yaitu menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno (2002:204) menyebutkan struktur-struktur organisasi organisasi yang melaksanakan kebijakan memililki pengaruh penting pada inplementasi. Salah satu dari aspekaspek struktural paling dasar dari suatu organisasi adalah prosudur-prosudur kerja ukuran dasarnya (SOP).

13 11 Kemudian pendapat Dale S. Beach (Moekijat 2005:44) mengatakan bahwa tujuan pengembangan manajemen yang khusus dapat meliputi : 1. Indoktrinasi filsafat perusahaan. 2. Pengetahuan tentang perusahaan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedurprosedur dan teknologi lainnya. 3. Mempelajari kecakapan hubungan manusiawi. 4. Memperoleh kecakapan dan pengertian dalam tekhnik-tekhnik manajemen, seperti pengendalian daya, pengolahan data, sistem informasi manajemen, dan perencanaan keuangan. 5. Kecakapan dalam melaksanakan bermacam-macam jabatan manajemen yang sesungguhnya dalam keahlian-keahlian fungsional yang berlainan. Kurangnya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai jaminan yang didapatkan oleh petugas SATPOL PP menyebabkan timbulnya rasa kurang puas, sebab resiko kerja sangat tinggi. Hal ini tekait dengan beban kerja petugas yang melaksanakan ketertiban umum seperti Patroli, Penertiban Pedagang, dan pengamanan tempat-tempat tertentu. Akibat kurangnya perhatian perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan pada petugas menyebabkan timbulnya masalah kepuasan kerja. Sejalan dengan pendapat Lock (Sopiah, 2008:170) mengemukakan kepuasan kerja merupakan suatu ungkapan emosional yang bersifat positif atau menyenangkan sebagai hasil dari penilaian terhadap suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. kemudian Luthans (Sopiah, 2008:170) Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja. 2. Tanggapan emosional bisa berupa perasaan puas (positif) atau tudak puas (negatif). Bila secara emosional puas berarti kepuasan kerja tercapai dan sebaliknya bila tidak maka berarti karyawan tidak puas. 3. Kepuasan kerja dirasakan karyawan setelah karyawan tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya. 4. Kepuasan kerja mencerminkan beberapa sikap yang berhubungan. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan adanya perasaan kurang puas terhadap apa yang diterima petugas SATPOL PP saat ini. Bila dilihat dari kondisi yang ada dilapangan bahwa timbulnya kepuasan kerja disebabkan kurangnya jaminan

14 12 perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja ketika petugas mengalami resiko kecelakaan kerja saat bertugas Patroli di lapangan. Pendekatan sistem pada manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dimulai dengan mempertimbangkan tujuan keselamatan kerja, dikatakan oleh Mangkunegara (2000: ) sebagai berikut : 1. Penetapan indikator sistem, Tahapan dasar dalam implementasi sistem keselamatan kerja adalah menetapkan metode untuk mengukur pengaruh pelaksanaan keselamatan kerja, kesehatan dan kesejahteraan pegawai. 2. Melibatkan para pengawas dalam sistem pelaporan, yaitu bilamana terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada pengawas langsung dari bagian kerusakan. 3. Mengembangkan prosedur manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu pendekatan sistem yang esensi adalah menetapkan sistem komunikasi secara teratur dan tindak lanjut pada setiap kecelakaan pegawai. 4. Menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian dari tujuan kerja, yaitu membuat kartu penilaian keselamatan kerja. 5. Melatih pegawai-pegawai dan pengawasan dalam manajemen keselamatan kerja. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja harus dapat terimplementasikan dengan baik sehingga jaminan perlindungan resiko kecelekaan kerja benar-benar dapat diperhatikan oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukur (Sumaryadi, 2005:79) yang mengemukakan adanya tiga implementasi sebagai berikut : a. Adanya perogram atau kebijaksanaan yang dilaksanakan. b. Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan bermanfaat dari perogram, perubahan atau peningkatan. c. Unsur pelaksana (inplementator) baik organisasi atau perorangan untuk bertanggungjawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari proses implementasi tersebut. Berdasarkan pendapat Sukur (Sumaryadi, 2005:79) di atas akan peneliti jadikan sebagai teori inti untuk melihat permasalahan di lapangan berkaitan dengan implementasi Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial bagi Petugas Ketertiban Umum pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau.

15 13 3. Satuan Polisi Pamong Praja Keberadaan Polisi Pamong Praja dalam jajaran pemerintahan daerah mempunyai arti khusus yang cukup menonjol, karena tugas-tugasnya membantu kepala daerah dalam pembinaan ketentraman dan ketertiban serta penegakan Peraturan Daerah sehingga berdampak pada upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pada hakekatnya, seorang anggota Satpol PP adalah seorang polisi, yang oleh karenanya dapat (dan bahkan harus) dibilangkan sebagai bagian dari aparat penegak hukum (law enforcer). Dikatakan demikian, ka rena Satpol PP dibentuk untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan Daerah (Perda). Sebagaimana diketahui, Perda menurut Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah salah satu jenis perundang-undangan. Fungsi Satpol PP sebagai aparat penegak Perda dinyatakan dalam Pasal 1 butir 8, Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja. Kedua pasal tersebut pada intinya menyatakan eksistensi Satpol PP sebagai bagian perangkat daerah dibentuk untuk membantu Kepala Daerah menegakkan perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketertiban masyarakat. Pasal 3, dan 4 PP Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja pula menegaskan tugas Satpol PP menegakkan Perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja atau yang disingkat Satpol PP adalah Perangkat daerah yang membantu tugas Kepala Daerah dalam menegakkan Perda dan penyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, Dari pengertian di atas, Satpol PP mempunyai tugas membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah di bidang ketentraman dan ketertiban serta penegakan Peraturan Daerah. Sehingga peran Satpol PP sebagai aktor implementasi adalah dalam rangka penegakan Peraturan Daerah dan mewujudkan ketertiban dan ketentraman. Dengan tugas dan wewenang yang diberikan Satpol PP, adanya Satpol PP bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar

16 14 untuk menertibkan ketertiban umum, kebersihan lingkungan kota dan kelancaran lalu lintas, maka keberadaanya perlu diatur dan dibina supaya dapat pemanfaatan tempat usaha tetap sesuai dengan peruntukan tata ruang yang telah ditetapkan. Satpol PP mempunyai misi strategis dalam membantu Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan Pemerintahan dapat berjalan Dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatan dengan aman. Peraturan Daerah tentang ketentraman dan ketertiban yang dikeluarkan Kepala Daerah kadang kalanya tidak selalu cocok dengan yang diinginkan masyarakat, kadang masyarakat memandang itu sebagai sebuah kebijakan yang kontroversial maka mereka cenderung menolak kebijakan itu. Tetapi seiring berjalannya waktu, orang telah berpengalaman dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kepala Daerah akhirnya juga kebijakan tersebut diimplementasikan dan dapat diterima. Sehubungan dengan hal tersebut, peranan badan atau lembaga pemerintahan sangat besar untuk secara persuasif mampu memberikan dorongan kepada anggota-anggota masyarakat agar mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan atau kebijakan tersebut. Maka Satpol PP selain berfungsi sebagai penyelenggara ketentraman dan ketertiban umum, juga berfungsi sebagai penegak Peraturan Daerah yang dimaksudkan untuk menegakkan supremasi hukum. Penegakan menunjuk pada orang, pelaku, atau lembaga. Dengan demikian, penegak Peraturan Daerah bisa diartikan sebagai aparat atau instansi yang bertugas mewakili Pemerintah Daerah setempat untuk memelihara atau mempertahankan pelaksanaan Peraturan Daerah. Dalam menjalankan tugasnya, Satpol PP menggunakan dua metode yakni metode preventif (pencegahan) dan represif (penindakan), pada metode preventif, Polisi Pamong Praja mengupayakan sosialisasi ataupun penyuluhan kepada masyarakat tentang isi Peraturan Daerah. Upaya ini dimaksudkan agar masyarakat dapat memahami aturan-aturan yang diatur dalam Peraturan Daerah. Pembekalan pengetahuan yang cukup mengenai

17 15 tugas dan fungsi Satpol PP dalam kerangka negara demokrasi konstitusional yang menjunjung tinggi hak asasi manusia haruslah dilakukan. C. IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BAGI PEGAWAI KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1. Informan berdasarkan Nama dan Jabatan Untuk melihat dan menganalisa serta untuk mengungkapkan Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau, maka penulis mengetengahkan kondisi karakteristik responden berdasarkan nama dan Jabatan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau: Tabel IV.1 Informan berdasarkan Nama Jabatan di SATPOL PP Provinsi Kepri No Nama Jabatan Masa Tugas 1 Drs. MIFRIZON, M.Si 2 SYAHARUDIN, S.Pd 3 WAN RABDI, S.Sos.,MM 4 SAID SUDRAJAD, S.Sos.M.Si 5 BENNEDICT PAUL B. S.Sos Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kepala Bidang Sumber Daya Aparat Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Kasi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan 6 ALHADI NASUTION, SE ANGGOTA SATPOL PP 7 DARSONO NADEAK, S.IP ANGGOTA SATPOL PP Sumber Data : Olahan Hasil Wawancara Tahun 2016 Berdasarkan dari tabel IV.1 tampak dengan jelas bahwa informan berdasarkan Jabatan di wilayah Kantor Satuan Polisi Pamong Praja sebagai Jan 2015 Maret 2017 Jan 2008 Maret 2017 Jan 2007 Feb 2017 Jan 2013 Feb 2017 Mar sekarang Jan sekarang Jan sekarang

18 16 berikut : informan yang bertugas sebagai Penyelenggara Kegiatan yaitu sebanyak 3 orang yang mempunyai jabatan Sebagai Kepala Bidang sedangkan masingmasing kepala bidang dibantu oleh Kepala Seksi sebanyak 1 orang dan Anggota Polisi Pamong Praja sebanyak 2 orang anggota tersebut cukup mewakili responden secara keseluruhan. Untuk menganalisa berbagai informasi yang akan di berikan oleh informan maka penulis mengambilkan satu informan untuk dijadikan contoh dalam menganalisa dikarenakan tugas pokok dan fungsi informan didalam jabatan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menjalani kegiatan. D. Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan bagi pegawai Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Badan Penyelenggara Jaminan kesehatan merupakan Program Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat didalam bidang kesehatan, Program ini selayaknya diikuti oleh masyarakat agar setiap masyarakat merasa aman didalam menjalani setiap pekerjaan yang mereka miliki, jaminan kesehatan merupakan salah satu usaha untuk membantu masyarakat, baik pegawai maupun masyarakat umum. Sejalan dengan program tersebut Badan Jaminan Sosial (BPJS) berperan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat maupun intansi pemerintah, adanya program Pemerintah tersebut setiap pegawai seharusnya mendapatkan kemudahan untuk perlindungan jaminan kesehatan untuk petugas SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau. Karena sampai saat ini petugas SATPOL PP belum terdaftar sebagai peserta BPJS kesehatan yang telah diprogramkan Pemerintah. Terkait dengan jaminan perlindungan petugas satpol PP melalui program BPJS kesehatan, pada pembahasan penelitian ini ada beberapa indikator yang akan diuraikan sesuai degan hasil penelitian di lapangan sebagai berikut :

19 17 1. Analisa adanya Keserdiaan Program atau Kebijaksanaan yang dilaksanakan Program Pemerintah untuk membantu masyarakat melalui program jaminan kesehatan merupakan suatu kebijakan yang harus diimplementasikan dengan baik sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Maksudnya program manajemen pelindungan keselamatan dan kesehatan kerja harus dapat diimplementasikan dengan benar, selayaknya setiap instansi Pemerintah maupun non Pemerintah pegawai / karyawannya harus memiliki jaminan sosial kesehatan dikarenakan agar setiap pegawai memiliki rasa aman terhadap pekerjaan yang mereka jalani, seperti halnya Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau masing-masing anggota harus memiliki Jaminan Sosial dikarenakan petugas SATPOL PP mempunyai tanggungjawab yang sangat tinggi didalam menjalankan tugas mereka menegakkan Peraturan Daerah terutama didalam menertifkan ketertiban umum. Beratnya beban kerja dan resiko kerja dilapangan sehingga dituntut untuk adanya jaminan sosial agar keselamatan kerja anggota dapat terjaga dan menambah motivasi pegawai didalam melaksanakan tugas, seperti yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos.,M.M ( wawancara, Selasa, 6 Desember 2016) Secara keseluruhan Anggota SATPOL PP sudah didalam proses menjadi anggota BPJS kemungkinan akan dianggarkan tahun depan jika tidak ada hambatan dari Anggota DPRD. Sedangkan menurut pendapat Bennedict Paul B. S.Sos (wawancara, Rabu 7 Desember 2016) menjelaskan Secara Institusi belum, dikarenakan belum ada regulasi dan anggaran yang dianggarkan khusus untuk PTT dan PHL, sedangkan secara manajeman institusi SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau telah mengusulkannya. Dari Pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk instansi SATPOL PP sebagian anggotanya masih belum memiliki Asuransi BPJS dikarenakan anggaran yang mereka miliki belum ada perencanaan untuk mendaftarkan anggota PTT dan PHL didalam asuransi BPJS sehingga harus menunggu tahun depan jika

20 18 perencanaan anggaran tersebut tidak di coret oleh anggota DPRD dikarenakan Regulasi yang dimiliki oleh Daerah masih belum bisa menguatkan perencanaan Asuransi BPJS tersebut. Beratnya resiko kerja yang dimiliki oleh Anggota SATPOL PP dilapangan selayaknya setiap Anggota harus memiliki BPJS agar resiko kerja yang dialami didalam menertifkan masyarakat dapat memperkecil resiko kecelakaan yang bisa mengeluarkan dana yang sangat besar, seperti telah dilihat Anggota SATPOL PP sebagian belum memiliki Asuransi BPJS yang didaftarkan oleh Instansi terutama bagi pegawai yang berstatus PTT dan PHL sehingga pegawai tersebut didalam menjalani tugas masih ragu atau merasa resah terutama didalam menertifkan ketertiban umum pedagang kaki lima jika terjadinya penolakan dan perlawanan masyarakat terhadap SATPOL PP dengan cara melempar batu dan membawa kayu. Dengan adanya penolakan keras dari masyarakat selayaknya SATPOL PP harus memiliki asuransi BPJS secara keseluruhan dikarenakan jika terjadi terluka maupun memar maka SATPOL PP tersebut tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk pengobatan sehingga gaji yang diterima bisa tidak mencukupi biaya kehidupannya sehari-hari untuk itu penulis ingin melihat apakah SATPOL PP telah didaftarkan sebagai peserta BPJS oleh Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau seperti yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos.,M.M (wawancara, Selasa, 06 Desember 2016) menjelaskan Kalau saya sudah terdaftar menjadi anggota Asuransi BPJS sejak menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) tetapi bagi PTT dan PHL belum terdaftar menjadi Anggota BPJS. Sedangkan menurut Pendapat Darsono Nadeak, S.IP (wawancara, Kamis 08 Desember 2016) Menjelaskan Belum, hingga saat ini belum ada penjelasan dari Kantor SATPOL PP, Kenapa dan Bagaimana hingga saat ini saya belum didaftarkan diri sebagai anggota BPJS. Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa sebagian besar Anggota SATPOL PP bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah memi liki Asuransi BPJS

21 19 dikarenakan ASN yang dulunya sudah memiliki Asuransi Kesehatan (ASKES) secara langsung mengikuti anggota BPJS sehingga bagi ASN tidak diperlukan mengurus lagi kartu Asuransi BPJS, sedangkan bagi PTT dan PHL masih belum mendaftarkan dirinya sebagai anggota BPJS, mereka masih menunggu instruksi dari atasan didalam membuatnya sedangkan pekerjaan yang mereka alami sangat berat dan resikonya sangat tinggi, seharusnya mereka membuat dan mendaftarkan sendiri asuransi BPJS tersebut seperti BPJS Kesehatan yang bisa didaftarkan bersifat individu, dan jika sudah memiliki anggaran maka pembayaran tersebut dapat di kliem kepada bendahara SATPOL PP, Seperti yang telah diungkapkan oleh kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kepulauan Riau Drs. Maifrizon, M.Si (wawancara jumat, 09 Desember 2016) menjelaskan bahwa Untuk asuransi kesehatan Anggota SATPOL PP sudah dibuat perencanaan anggaran, mudah-mudahan tahun depan semua SATPOL PP baik yang PTT maupun PHL sudah memiliki Asuransi BPJS dikarenakan resiko kerja yang dimiliki sangat tinggi dilapangan menuntut setiap anggota harus memiliki perlindungan keselamatan dan kesehatan dan jika terjadi kecelakaan kerja dilapangan didalam menjalankan tugas, kita akan menanggung biaya perobatannya. Menangani masalah keselamatan kerja bagi pegawai dan karyawan memang tidak semudah yang kita bayangkan, masih banyak terdapat intansi Pemerintah belum memikirkan keselamatan bawahannya, padahal keselamatan kerja merupakan hal yang terpenting didalam melaksanakan pekerjaan jika pegawai/karyawannya sakit maka pekerjaan tersebut menjadi terbengkalai apalagi dengan begitu tingginya biaya perobatan sekarang ini sehingga nantinya akan menjadi dampak buruk bagi pekerja, pekerja bisa menghabiskan gajinya untuk biaya pengobatan, hal ini lah yang membuat Pemerintah berpikir untuk membuat Asuransi BPJS ini agar setiap warga Negara dapat menikmati kehidupan yang layak walaupun dalam kondisi sakit parah, dikarenakan biaya angsuran yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan biaya pengobatan. Setiap tenaga kerja harus mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja baik perusahaan swasta maupun Pemerintahan sehingga pegawai akan merasa terjamin keselamatannya didalam menjalani pekerjaan, untuk perusahaan swasta secara umum sudah bisa melindungi setiap pekerjanya

22 20 dikarenakan setiap tahun Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau selalu mengecek setiap karyawan perusahaan untuk memiliki Asuransi baik bersifat BPJS maupun Asuransi Swasta lainnya sehingga pemerintah sudah menyakinkan setiap warga Negara sudah memiliki jaminan sosial, begitu pula halnya dengan SATPOL PP masing-masing anggota harus memiliki asuransi keselamatan kerja jika tidak dari Asuransi BPJS mungkin dari Asuransi swasta yang lainnya ataupun dari kantor SATPOL PP itu sendiri sehingga setiap pegawai merasa aman mendapatkan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, tetapi lain halnya di Kantor SATPOL PP sebagian pegawai masih belum memiliki BPJS dan jika Pegawai sakit tidak ada bantuan dari kantor untuk membantu biaya perobatan seperti yang telah diungkapkan oleh Alhadi Nasution, SE (wawancara Kamis, tanggal 08 Desember 2016) Kalau bantuan pengobatan tidak ada diberikan dari Kantor SATPOL PP, Karena ada beberapa anggota yang sakit tidak mendapatkan bantuan apa-apa dari Kantor SATPOL PP Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul B. S.Sos (wawancara, Rabu tanggal 07 Desember 2016) menjelaskan Untuk bantuan anggota SATPOL PP yang sakit tidak ada, karena anggaran kantor kita tidak memiliki Pos bantuan sosial, kalaupun ada bantuan kepada anggota yang sakit itu hanya bersifat pribadi. Dari pendapat diatas menjelaskan untuk Kantor SATPOL PP tidak mempunyai asuransi swasta yang lainnya, jika terjadi salah satu anggota SATPOL PP yang sakit (belum mem iliki Kartu BPJS) mereka harus mengeluarkan biaya pengobatan sendiri dikarenakan Kantor SATPOL PP juga belum mempunyai klinik kesehatan sendiri dan mereka juga tidak mempunyai Pos anggaran bantuan untuk anggota yang sakit, sehingga jika ada anggota yang sakit maka atasan mereka harus menggunakan anggaran pribadi untuk membantu bawahannya. Gangguan kesehatan memang tidak dapat diprediksikan secara jelas banyak juga pegawai yang muda mengalami sakit parah, baik dikarenakan pola hidup maupun kecelakaan, hal ini yang membuat kinerja pegawai menjadi menurun sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan dan juga memakan biaya

23 21 yang sangat tinggi jika terjadi sakit, selayaknya didalam meningkatkan kinerja pegawai diharuskan mendapatkan kemudahan kesehatan agar kinerja yang dilakukan pegawai dapat berjalan dengan maksimal seperti yang telah diungkapkan oleh Said Sudrajad, S.Sos., M.Si (wawancara Rabu, tanggal 7 Desember 2016) menjelaskan Secara umum anggota SATPOL PP masih belum mendapatkan kemudahan didalam pelayanan Kesehatan dikarenakan sebagian Anggota SATPOL PP masih belum mendapatkan Asuransi BPJS, tetapi bagi yang PNS sudah mendapatkan pelayanan dari BPJS. Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 06 Desember 2016) menjelaskan Anggota SATPOL PP yang sudah PNS sudah mendapatkan kemudahan di dalam pelayanan kesehatan dari BPJS sedangkan untuk PTT dan PHL belum mendapatkan pelayanan bagi BPJS dikarenakan belum terdaftar dan akan usahakan secepatnya. Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk SATPOL PP yang sudah menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari BPJS jika terjadi sakit setiap pegawai sudah mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah dan sudah merasakan pelayanan kesehatan itu sendiri serta sudah mengetahui kepuasan pelayanan yang diberikan oleh klinik, maupun rumah sakit sehingga tidak perlu membayar obat-obatan maupun biaya pemeriksaan dari dokter maupun perawat, sedangkan bagi PTT dan PHL belum bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara maksimal dikarenakan pegawai tersebut belum terdaftar menjadi anggota BPJS sehingga jika mengalami sakit mereka harus membayar obat-obat dan biaya pemeriksaan dokter. Pelayanan kesehatan yang diberikan selayaknya harus cepat dikarenakan jika terlambat penanganannya maka bisa akan mengakibatkan patal, apalagi didalam menjalankan tugas sebagai tim penertiban umum banyak hal yang perlu dibenahi dan dikembangkan tak heran sering terjadinya kekerasan didalam menegakkan Peraturan tersebut sehingga pelayanan kesehatan merupakan faktor utama yang harus didahulukan, agar resiko yang dialami anggota SATPOL PP

24 22 berkurang dan tetap tegas didalam menjalankan tugas, untuk itu perlu dilihat bagaimana selama ini anggota SATPOL PP menerima pelayanan kesehatan dengan cepat saat mengalami gangguan kesehatan disaat menjalankan tugas penertiban dari kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau seperti yang telah diungkapkan oleh Said Sudrajad. S.Sos., M.Si (wawancara Rabu, tanggal 07 Desember 2016) menjelaskan Didalam menjalani tugas penertiban selama ini tim kami belum pernah mengalami gangguan kesehatan secara patal kalaupun ada hanya luka kecil yang bisa ditangani dengan cepat oleh kawan-kawan sekerjanya, maka dari itu kami sangat membutuhkan Asuransi kesehatan agar anggota dilapangan bisa bekerja dengan maksimal dan harapan saya mudah-mudahan kedepan semua anggota SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau sudah mendapatkan Asuransi BPJS. Sedangkan menurut Pendapat Syaharudin, S.Pd (wawancara, Selasa tanggal 06 Desember 2016) menjelaskan Pelayanan Kesehatan yang cepat harus didapatkan oleh setiap Anggota SATPOL PP, dikarenakan menjalankan tugas ketertiban umum memang tidak semudah yang kita pikirkan dikarenakan dilapangan pasti terdapat perlawanan bagi masyarakat yang tidak puas terhadap kebijakan Pemerintah Daerah, sehingga dilapangan pasti terjadi perkelahian yang bisa mengakibatkan terganggunya kesehatan disetiap anggota SATPOL PP, maka harus diperlukan pelayan kesehatan yang maksimal. Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pentingnya asuransi BPJS disetiap pegawai SATPOL PP dikarenakan pekerjaan yang mereka alami mempunyai resiko yang besar, berbagai gangguan kesehatan yang telah dialami anggota SATPOL PP didalam menegakkan ketertiban umum agar Peraturan Pemerintah Daerah tersebut dapat berjalan dengan maksimal, gangguan kesehatan memang selama ini tidak mengakibatkan patal seperti kematian dan lumpuh serta lain sebagainya, gangguan kesehatan yang terjadi hanya memar dan luka dibagian tubuh SATPOL PP hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan yang tidak terlalu mahal, seperti yang diungkapkan oleh Wan Rabdi. S.Sos., MM (wawancara Selasa, 06 Desember 2016) menjelaskan

25 23 Untuk gangguan kesehatan yang pernah dialami SATPOL PP didalam menjalankan tugas penertiban umum jarang terjadi, jika pun ada hanya luka-luka kecil saja, dan masih bisa ditangani oleh kita. Sedangkan menurut Pendapat Alhadi Nasution. SE (wawancara, kamis tanggal 08 Desember 2016) menjelaskan Untuk pelaksanaan kegiatan ketertiban umum dilapangan sampai sekarang ini kita belum pernah mengalami gangguan kesehatan yang patal hanya luka-luka kecil saja. Dari pendapat diatas menjelaskan didalam menjalankan tugas SATPOL PP belum pernah mengalami gangguan kesehatan secara patal, jika ada hanya terdapat luka-luka kecil saja dan bisa ditangani oleh teman-teman sekerja dilapangan cukup membeli obat-obat yang harga terjangkau Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan terutama didalam perlindungan keselamatan kerja dikantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau belum dapat berjalan secara maksimal, dikarenakan belum adanya kebijakan dari Pemerintah Daerah Provinsi untuk mewajibkan setiap anggota SATPOL PP yang PTT maupun PHL harus mempunyai asuransi BPJS, sehingga Kepala Satuan harus memberanikan diri mengajukan anggaran asuransi BPJS untuk PTT dan PHL, mengingat tingginya resiko dan beban kerja yang dilakukan oleh anggota SATPOL PP didalam menjalankan tugas penertiban umum di lapangan. 2. Analisa Target Group Setiap manusia di Negara maju maupun di Negara berkembang senantiasa dihadapkan dengan resiko yang mengancam kehidupannya setiap saat. Jaminan sosial adalah intervensi lembaga yang merencanakan oleh Pemerintah maupun sektor swasta untuk melindungi masyarakat dengan resiko yang timbul dari dirinya seperti kecelakaan, sakit, dan meninggal dunia. Jaminan kesehatan merupakan pendorong pembangunan penting didalam penanggulangan kemiskinan, jaminan kesehatan telah diakui sebagai salah satu strategi kebijakan sosial yang terpenting dalam menopang kehidupan di masa depan, maka dari itu jaminan kesehatan sangat diperlukan terutama di Kantor SATPOL PP agar

26 24 masing-masing pegawai dapat bekerja tanpa harus memikirkan biaya perawatan kesehatan. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja selayaknya diberikan kepada pekerja maupun pegawai terutama SATPOL PP yang menjalani tugas kelompok patroli harus mendapatkan perlindungan dan keselamatan kerja agar ketika mengalami kecelakaan kerja maka biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi, sehingga efektivitas kerja pegawai akan meningkat, diperusahaan swasta perlindungan dan keselamatan pegawai tetap didahulukan dikarenakan jika terjadi musibah didalam pekerjaan maka asuransi dapat menanggung biaya pengobatan tanpa harus perusahaan tersebut yang menanggungnya, begitu juga halnya anggota SATPOL PP begitu tingginya resiko didalam menjalankan tugas sehingga dituntut untuk adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja untuk itu penulis ingin melihat apakah SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau saat ini mendapatkan perlindungan jaminan keselamatan dan kesehatan ketika membutuhkan perawatan kesehatan seperti yang telah diungkapkan oleh Bennedict Paul. B, S.Sos. (wawancara Rabu, tanggal 7 Desember 2016) menjelaskan Untuk jaminan Keselamatan dan kesehatan sudah ada, setiap ASN sudah secara langsung terdaftar di asuransi BPJS, sehingga untuk perlindungan kesehatan sudah terjaga dengan baik, tetapi tidak semua yang ditanggung BPJS ada sebagian obat tidak ditanggung BPJS dan harus membelinya sendiri. Sedangkan menurut Pendapat Darsono Nadeak, S.IP (wawancara, kamis tanggal 08 Desember 2016) menjelaskan Untuk saat ini kami belum mendapatkan perlindungan keselamatan dan Kesehatan dikarenakan kami belum terdaptar di asuransi BPJS maupun swasta. Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa jaminan keselamatan dan kesehatan tidak semua didapatkan oleh SATPOL PP hanya yang sudah PNS yang mendapatkan asuransi tersebut, asuransi yang diikutkan oleh SATPOL PP hanya asuransi BPJS, sedangkan asuransi BPJS tersebut tidak menanggung semua obatobatan yang ada hanya tertentu saja jika obat-obatan tidak tertanggung oleh BPJS

27 25 maka pasien harus membelinya sendiri, sehingga jika pegawai sakit parah membutuhkan obat yang tidak ada didalam daftar BPJS maka pasien tersebut harus mengeluarkan anggaran pribadi untuk menebus obat tersebut. Apa saja bentuk perawatan kesehatan yang didapatkan sebagai perlindungan kesehatan kerja petugas Seperti halnya yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., M.Si (wawancara Selasa, tanggal 6 Desember 2016) mengungkapkan Selama ini yang tertanggung oleh BPJS hanya penyakit yang sifatnya tidak berat, seperti batuk, demam kadar gula dan lain sebagainya yang membutuhkan obat merk generic, dll (obat berhubungan dengan pemerintah) sedangkan untuk obat yang lain tidak ditanggung oleh BPJS, jadi kita harus membeli sendiri obat tersebut dengan menggunakan dana pribadi. Sedangkan menurut Pendapat Bennedict Paul. B, S.Sos (wawancara, Rabu tanggal 07 Desember 2016) menjelaskan Selama saya mengalami gangguan penyakit strok ringan dan itu pada saat pengobatan terlayani dengan baik dan memuaskan, misalnya penyakit batuk, pemeriksaan mata, pemeriksaan kadar gula, kolestrol dan asam urat. Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak semua obat yang ditanggung oleh BPJS obat yang masuk didalam daftar BPJS saja ditanggung, sedangkan jika obat yang tidak termasuk didalam daftar maka harus dibeli oleh pasien/pegawai sehingga perlindungan yang diberikan oleh Asuransi BPJS masih bersifat penyakit ringan. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja pegawai menjadi tanggungjawab disetiap instansi, selayaknya setiap instansi harus memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, agar didalam melaksanakan kerja jika terjadi kecelakaan maka asuransi tersebut dapat menanggungnya sehingga pekerja maupun pegawai tidak memikirkan lagi biaya yang harus keluarkan untuk pengobatan, untuk itu penulis ingin melihat apakah selama ini jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sudah diperhatikan Kantor SATPOL PP Provinsi Kepulauan Riau, seperti yang telah diungkapkan oleh Wan Rabdi, S.Sos., M.M (wawancara, Selasa, tanggal 06 Desember 2016) menjelaskan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA AMBON TIPE A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA 20 PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT No. Urut: 09, 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN KABUPATEN BARITO

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan PROFIL SATPOL PP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2014 A. Gambaran Umum. Satuan Pamong Praja Kabupaten Bintan sebagai satuan perangkat kerja daerah yang memiliki tipe A, yang dipimpin oleh seorang Kepala Satuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KLATEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penjabaran Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Jembrana Tahun 2011-2016 untuk Tahun Anggaran 2014

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN LAHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU GUBERNUR KEPULAUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU \ PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUN MERANTI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN DAN TUGAS POKOK SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA,

NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWAKARTA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATAM

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BATAM SALINAN OLEH : WALIKOTA BATAM NOMOR : 6 TAHUN 2013 TANGGAL : 15 MEI 2013 SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJAPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Satuan Polisi Pamong

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN - 1 - PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan P No.590, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Organisasi. Tata Kerja. Satpol PP. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING 223 PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING Fadil Muhammad Program Magister Ilmu Administrasi Fisip Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12.5 Simpang Baru

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

*40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/2004, PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA *40931 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 2004 (32/2004) TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN NATUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : WALIKOTA DUMAI, a. Bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) banyak menjadi permasalahan di kota-kota besar, karena pada umumnya kebijakan tersebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 4 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum.

BAB I PENDAHULUAN Umum. 1.1. Umum. BAB I PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan falsafah Negara yang berdasarkan Pancasila Ung-Ung Dasar 1945. Sebagai negara kesatuan Indonesia merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 2004 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tujuan dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi daerah, yang diatur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara umum merupakan kemampuan daerah dalam upaya untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3.

Kecil dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1956 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1091) ; 3. WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih lanjut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 1. Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU 1. JABATAN : PENGADMINISTRASI PERSURATAN 2. TUGAS : Melakukan administrasi surat masuk dan surat keluar, menyampaikan disposisi pimpinan kepada pihak terkait. 3. FUNGSI : a. Menerima, mencatat dan meregister

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SERUYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

TAHUN : 2005 NOMOR : 04 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2005 NOMOR : 04 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KEPAHIANG

PERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KEPAHIANG PERATURAN BUPATI KEPAHIANG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN KEPAHIANG DENGAN RAKMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPAHIANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : WALIKOTA DUMAI, a. Bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM

Lebih terperinci

BUPATI KEEROM PERATURAN DARAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI KEEROM PERATURAN DARAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BUPATI KEEROM PERATURAN DARAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undangundang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 198 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Peraturan Daerah (Perda) yang dikeluarkan oleh Pemerintah daerah (Pemda) adalah menjamin kepastian hukum, menciptakan, serta memelihara ketentraman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, - 1 - PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2011, No Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Re

2011, No Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Re No.591, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Organisasi. Tata Kerja. Satpol PP. Prov. DKI Jakarta. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas : URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No 1. Kepala Satuan Memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR SUMATERA UTARA 1 GUBERNUR SUMATERA UTARA PERATURAN GUBERNUR SUMATERA UTARA NOMOR : 31 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 6 SERI D NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA Jakarta, 25 Februari 2016 INOVASI LAYANAN PERUSAHAAN Mobil Layanan Layanan 1 Jam Pembayaran Taperum Klim Otomatis 2017 Untuk Seluruh Peserta INOVASI LAYANAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : Bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR UNSUR ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI TAPIN,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci