STUDI KEEFEKTIFAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MASA DEPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KEEFEKTIFAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MASA DEPAN"

Transkripsi

1 STUDI KEEFEKTIFAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MASA DEPAN Sri Setyowati* dan M. Arifana** Abstrak: Studi keefektifan didalam perkembangan pendidikan masa depan yang ditentukan oleh perhatian para warga sekolah, pendidik, kepala sekolah dan orangtua. Untuk mencapai sekolah efektif diperlukan konsep manajemen berbasis sekolah, untuk menuju pendidikan sekolah masa depan yang efektif.. Abstract: This paper tries to develop a concept corcerning the effectiveness of the development of future education which is determined by the degree of attention given by the stakeholders comprising the teachers, the headmasters, student and parents. And to make the school effective, it is necessary that a School-Based Management be developed. Kata kunci: pendidikan masa depan, efektif. Di era informasi yang serba instan ini setiap masyarakat pasti membutuhkan pusat informasi dan pengetahuan. Informasi pengetahuan dan teknologi didapat dari sekolah yang merupakan lembaga pendidikan untuk melatih kompetensi siswa agar mampu dapat bersaing dalam era informasi teknologi. Didalam menentukan pilihan untuk menyekolahkan anaknya, setiap masyarakat menginginkan sekolah mempunyai asset/modal pendidikan yang tetap yaitu tanah, bangunan, guru dan administrator agar nantinya tidak hanya menghasilkan output/keluar secara kuantitas saja namun dapat menghasilkan outcome/dampak yang dapat memberikan peranan yang lebih bagi masyarakat sekitarnya. Sering kali kita berbicara berapi-api tentang keinginan memiliki sekolah unggul namun pada praktiknya sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah merasa puas dengan kualitas yang sedang-sedang saja. Sehingga peranan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dapat memberikan kontribusinya perlu dikembangkan agar dapat mendukung sekolah untuk mampu tetap konsisten dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi siswanya, tidak hanya sedang-sedang saja namun lebih optimal. Tidak bosan-bosannya para pakar pendidikan berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekolah, tidak hanya pemerintah tetapi juga masyarakat mempunyai peranan yang cukup penting pula dalam masalah peningkatan mutu pendidikan. Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang berorientasi pada peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan mulai dikembangkan di sekolah-sekolah seiring dengan berlakunya otonomi daerah yang menuju otonomi sekolah. Sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan berusaha untuk mewujudkan sekolah unggul. Di dalam sekolah unggul mempunyai pusat-pusat sumber daya yang memiliki sebuah pendidikan pra sekolah, sebuah sekolah dasar, kelas-kelas dewasa, para dokter dan perawat, seorang psikoterapis, seorang ahli pengobatan alami, kelas kebugaran, program keterampilan asuh, pendeta, dan koran sendiri. Setiap murid dijamin menjadi seorang pelajar unggul pada umur 12 atau 13 tahun. Murid dijamin mampu menerapkan filosofi perkembangan berkelanjutan pada proses belajar mereka sendiri. 95% dijamin mencapai nilai A dalam bidang akademis. Teknologi canggih tersedia bagi murid di setiap waktu. Lulusan SMU dijamin memiliki ketrampilan berpikir dan memproses lebih tinggi daripada kebanyakan lulusan universitas. *Dosen FIP Unesa **Guru SMUN Sekaran Lamongan 98

2 Murid dijamin ditumbuhkan dalam budaya berbasis nilai. Sekolah menjamin mampu melampaui semua standar mutakhir yang ditetapkan Alberta Education. Padahal idealnya sekolah menjamin masa depan murid sebagai pekerja berpengetahuan dengan ketrampilan yang dirancang untuk berhasil dalam dunia yang terus berubah ini (Dryden dan Vos, 2002 : 437). Dalam rangka menyongsong era perdagangan bebas yang akan diberlakukan pada pasca tahun 2000, Indonesia harus bekerja keras untuk meningkatkan mutu sumber daya manusianya, yang masih ketinggalan jauh, untuk kawasan Asia sekalipun. Hasil penelitian beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa di antara 7 sampel di Asia ternyata Indonesia merupakan negara yang memiliki produktivitas tenaga paling rendah (Mudjiarto, 2001, 1). Isu tentang sekolah unggul semakin merebak dan semakin banyak dibicarakan masyarakat, dimana masyarakat semakin dewasa untuk memilih dan menilai sekolah unggul yang diinginkannya dengan melihat output/keluar dan outcome/dampak dari sekolah tersebut. Informasi semakin banyak diperoleh sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan penilaian terhadap suatu sekolah yang mempunyai keunggulan dalam bidang tertentu dan sekolah tersebut dapat digolongkan tipe sekolah unggul tertentu, bahkan mulai sekarang muncul adanya gerakan-gerakan menciptakan sekolah unggul untuk memenuhi harapan masyarakat yang sangat besar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Isu tentang sekolah efektif sangat pesimis, untuk menjadi sekolah efektif dan sekolah yang berkembang, dapat diartikan bahwa sekolah tersebut perlu upaya memperbaiki unsur-unsur.yang menjadi perhatian dari sekolah tersebut yang menjadikan permasalahan didalamnya serta mampu menyelesaikan. Lebih dari 20 tahun Webber mempublikasikan sekolah efektif dalam seminar dan bekerja dengan mengunjungi beberapa sekolah untuk mendapat jawaban sample sekolah efektif. Terdapat sembilan isu tentang sekolah efektif dan mengidentifikasi serta memperdebatkannya mengenai (1) Dibutuhkan tahapan dari perkembangan sekolah efektif; (2) Menggunakan pemecahan problem solving untuk masalah yang terjadi disekolah efektif; (3) Memusatkan perhatian terhadap konteks pekerjaan dan hubungannnya dengan masalah social; (4) Penelitian sangat penting dengan memberikan keputusan melalui teknik pertanyaan disertai dengan penyelidikan; (5) Memutuskan di antara dua pilihan proyek penelitian yaitu sekolah efektif ataukah sekolah perkembangan; (6) Menentukan program sekolah; (7) Menentukan keputusan untuk bekerja sama dengan sekolah international; (8) Alamiah, memusatkan perhatian pada perkembangan masa depan; (9) Membentuk struktur dan model dari sekolah efektif (Mortimore, 154,1991). Studi kefektifan sekolah untuk menghasilkan outcome/dampak yang diharapkan harus menggunakan alat untuk mengukur outcome yang dihasilkan dari sekolah tersebut. Di Amerika alat yang digunakan untuk mengukur memusatkan perhatian dari test Bahasa Inggris dan matematika sedangkan untuk di Kerajaan Inggris yang mengawali studi tersebut dan tidak mengetahui bahwa Amerika sudah mengklaim alat untuk mengukur outcome dari sekolah efektif tersebut. Yang terpenting outcomes di sekolah yaitu membaca, menulis matematika dan berhitung praktis, menulis, berbicara, pertemuan, perilaku, imaginasi pribadi dan tingkatan dalam sekolah (Mortimore, 156, 1991). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut: Bagaimana studi keefektifan pengembangan pendidikan masa depan? Bentuk Pendidikan Di Masa Depan A. Sekolah Masa Depan Untuk membiayai perlengkapan teknologi sering menjadi kendala sehingga beban untuk pendidikan semakin berat terutama penyelenggara pemerintah setempat. Tetapi kebanyakan pemerintahan setempat tidak mempunyai cara untuk mendapatkan dana ekstra untuk pengeluaran tersebut. Ujung-ujungnya yang miskin menjadi semakin miskin dan yang kaya semakin kaya, sehingga terjadi kesenjangan antara pendidikan di sekolah-sekolah favorit dan sekolah-sekolah yang berfasilitas kurang. 99

3 Perubahan paradigma baru mengenai sekolah dimana sekolah dalam peradaban yang semakin tinggi diperlukan informasi teknologi yang memadai agar tidak tertinggal jauh dan dapat bersaing dalam era global yang mengalami perubahan sangat cepat. Berikut ini dibahas studi keefektifan sekolah masa depan: 1. Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan. Masa depan para guru dan siswa pada era teknologi yang tinggi tidak lagi dibatasi waktu dan ruang kelas yang terdapat dilembaga pendidikan namun guru dan siswa sudah dihubungkan dengan sebuah jaringan komputer dan Net. Begitu pulang kalau para siswanya ingin konsultasi dengan sang guru dapat mereka lakukan lewat net. Sekolah-sekolah bahkan dapat mendirikan ruang kelas maya bagi para siswa untuk memecahkan masalah masalah mereka atau untuk mengeksplorasi pelajaran yang berbeda beda, yang menarik mereka. Para guru dan siswa dari berbagai kelas dan tingkatan dapat bergabung dalam diskusi diruang kelas maya ini. Pembelajaran menjadi tak terbatas dalam ruang dan waktu. Pembelajaran jarak jauh dan pengajaran lewat internet dapat dilakukan dengan efektif sehingga siswa pergi ke sekolah memberi kemungkinan tidak hanya mendapat pengetahuan dan proses sosialisasi yang tidak dapat diperoleh dalam pembelajaran lewat internet. Komputer tidak dapat mengambil seluruh fungsi sekolah namun dalam penyebaran teknologi informasi, dapat bergeser dari pembelajaran bersama yang disentralisasikan menjadi pembelajaran yang diindividualkan, yang di desentralisasikan. 2. Pembelajaran Pendidikan dan Pengetahuan di Rumah. Pada masa depan nanti menurut Wen (2003:93) ada orang yang akan kembali ke zaman ketika mereka kebanyakan diajar di rumah. Orang tua memikirkan dan mempertimbangkan bahwa anaknya lebih baik dididik dengan cara lain seperti diajari di rumah atau berpartisipasi dalam kelompok kelompok pendidikan kecil secara privat. Tingkat pencapaian dapat dipantau dengan uji publik. 3. Pembelajaran Pendidikan dan Pengetahuan yang bersifat keterampilan khusus. Sekolah masa depan akan berubah dari sekolah dengan maksud umum menjadi sekolah dengan maksud khusus. Yang diajarkan sekolah di masa lalu adalah pengetahuan umum, tetapi sekolah masa depan mungkin akan menjadi pusat pelatihan dalam ketrampilan atau pembelajaran khusus, sehingga siswa dapat menganggap di mana-mana adalah sekolahku dan semua orang adalah guruku. 4. Sekolah yang direformasikan. Di masa depan sekolah-sekolah yang baik bisa berkembang tanpa batas. Sekolah-sekolah yang rendah kualitasnya akan tersingkirkan karena kurangnya siswa. Sekarang sekolah-sekolah masih terbatas pada ruang kampus dan tersedianya guru. Mereka hanya dapat menampung siswa hingga jumlah tertentu, tetapi dengan Net sebuah sekolah yang semula hanya dapat menampung beberapa ribu siswa bisa menjadi sebuah sekolah besar dengan beberapa juta siswa, hal ini bukannya mustahil. Menurut Mortimore (1991) faktor yang sensitif dalam perkembangan manajemen siswa dan guru di sekolah, keterlibatan siswa, lingkungan yang kondusif dan iklim sekolah positip, merupakan hal yang penting diidentifikasi. Sebuah contoh kongkret, seorang kepala sekolah harus melakukan pengecekan secara langsung ke bawah di mana ditemukan outcomes siswa sangat rendah dan guru-guru kurang perhatian. Orang tua wali murid sangat vokal dan kritis serta komunitas yang menginginkan perubahan ke arah kebaikan siswa dan staff. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen dan kemampuan dari seorang kepala sekolah menjadikan sekolah tersebut sebuah model sekolah yang efektif. Untuk menjadikan sekolah efektif diperlukan pilihan suatu proses perkembangan secara cepat untuk melakukan perubahan setelah pengecekan langsung ke bawah. Di Inggris misalnya sekolah dipercaya untuk : 1) Membuat Pengantar Kurikulum Nasional dengan keputusan yang penting dalam pembuatan program individu siswa. 100

4 2) Mengoperasikan sistem manajemen lokal sekolah dengan pelatihan ilmu manajemen yang berbasis sekolah. 3) Kompetensi siswa yang rendah dikembangkan menjadi lebih optimal (Mortimore,1991:159). Untuk perkembangan masa depan sekolah diperlukan sebuah bentuk model keluaran sekolah. Spesifikasi sebuah model sekolah yang penting adalah: 1) Membuat siswa dalam kelompok-kelompok besar dan khusus dengan melakukan kontrol secara optimal. 2) Pembagian waktu secara proporsional yang lebih besar. 3) Pemberian pengetahuan setiap hari dimulai dengan bel atau sirene. 4) Keputusan untuk memilih kepala sekolah, merupakan hal penting membawa output dari sekolah menjadi lebih baik, teknik formal yang biasanya ditempuh yaitu lewat testing. (Mortimore,1991:162). B. Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif Dalam pengelolaan sekolah peran kepala sekolah sangat menonjol. Bukti bahwa peran tersebut sangat kuat, hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan kepala sekolah yang baik, sangat besar sumbangannya terhadap sekolah yang efektif. Menurut Standfield dkk (dalam Mudjiarto, 2001: 12) berdasarkan hasil penelitian dari pola sekolah yang efektif kepala sekolah dipandang sebagai Ksatria yang menyelamatkan anak-anak dengan memberikan pendidikan yang efektif. Perubahan perbaikan dari prestasi rendah, disiplin yang tak terwujud dan moral staf yang kurang baik diharapkan menjadi lebih baik, dengan pendekatan terhadap perbaikan pengajaran dalam empat aspek yaitu: disiplin, prestasi, sikap dan kepribadian. Semua aspek tersebut ditumbuhkan dengan berdasarkan pada harapan-harapan yang tinggi, terciptanya suasana emosi yang positip, pelaksana supervisi yang obyektif, dan penggunaan teknik kepemimpinan yang sesuai oleh kepala sekolah. Untuk mencapai itu dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat harapan yang tinggi yang disuarakan oleh seluruh warga sekolah, iklim belajar di sekolah yang teratur, penekanan yang kuat pada ketrampilan-ketrampilan dasar mengajar, evaluasi yang sering diadakan serta pemantauan terhadap kemajuan siswa secara kontinyu. (Mujiarto, 2001: 13-14). Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah sangat dipengaruhi halhal sebagai berikut : 1. Kepribadian yang kuat, percaya diri, berani, bersemangat murah hati, dan memilih kepekaan sosial. 2. Memahami tujuan pendidikan dengan baik. 3. Pengetahuan yang luas. 4. Keterampilan profesional (tehnis, hubungan kemanusiaan, konseptual). 5. Memiliki prinsip kepemimpinan yang baik yaitu konstruktif, kreatif, partisipatif, kooperatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, adaptasi dan fleksibel. (Depdiknas, 2000: 12-13). Selain itu diperlukan penampilan dan kinerja yang baik dari kepala sekolah. Menurut Wahyosumidjo (2002: 433) kepemimpinan kepala sekolah diperlu-kan kekuatan pendorong sehingga anak buah selalu mengikuti apa yang diinginkannya dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kewibawaan (power), sifat-sifat dan ketrampilan, perilaku (behaviour) serta fleksibilitas pemimpin. C. Guru Masa Depan Untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa di sekolah yang baik dibutuhkan guru yang memenuhi syarat kualifikasi yang tinggi dan mampu menghadapi banyak perubahan dalam pendidikan masa depan dan membimbing para siswanya dengan lancar di abad baru ini. 101

5 1. Peran Guru di Masa Lalu, Zaman Sekarang, dan Masa Depan Peran guru di masa lalu sangat mempengaruhi pola pikir, cara pandang dan perilaku seumur hidup siswanya dan sangat dihormati serta dianggap orang terpenting kedua setelah orang tua, namun di jaman sekarang perkembangan guru mulai jatuh dan mengenaskan, ini karena selama beberapa puluh tahun terakhir menganggap guru sebagai tenaga kerja murahan untuk meneruskan pengetahuan. Ada anggapan bahwa apa yang diajarkan tidak sesuai dengan muatan ujian sehingga guru les privat menjadi populer karena mengkompensasi apa yang kurang diajarkan guru di sekolah dan sesuai dengan muatan ujian. Peranan guru di masa depan dapat ditingkatkan dengan penggunaan teknologi komputer, peran guru semakin nyata, pengetahuan informasi teknologi dapat dikembangkan secara maksimal dan membimbing kurikulum. Guru dituntut kreatif yang mampu memenuhi kebutuhan orang lain, mempunyai kompetensi-kompetensi inti dan kemampuan-kemampuan khusus. Peran guru di masa depan mencakup bimbingan kurikulum, mengevaluasi kemajuan pembelajaran, bimbingan dalam seni menjalani kehidupan, konseling dalam perencanaan kehidupan dan pengembangan kreativitas serta potensi. 2. Kemampuan-kemampuan Penting Guru di Masa Depan a. Ketrampilan berkomunikasi. b. Ketrampilan computer. c. Memberikan Pengaruh Positip (Wen,2003: ). Keefektifan dan kemampuan guru merupakan salah satu karakteristik yang berpengaruh pada prestasi akademik siswa di sekolah dimana semakin efektif dan kemampuan tinggi guru melakukan tugas maka akan semakin tinggi prestasi akademik siswa (Mujiarto, 2001: 53). Di PBM guru sangat menentukan kualitas lulusan, namun perlu kebersamaan dalam unsur komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru administratif serta keterlibatan orang tua guna mendukung keberhasilan anak didik. D. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Di dalam pendidikan anak-anak seharusnya mempunyai kebebasan sendiri untuk menentukan apa yang akan dipelajari apakah mereka mengejar studi akademik ataukah hanya sampai pada sekolah menengah. Sama dengan pengembangan pengetahuan, kalau seseorang anak ingin meningkatkan cadangan pengetahuannya, ia bisa terus belajar, kalau ia merasa cukup pengetahuannya dan ingin bekerja seharusnya mereka diizinkan untuk bekerja. Namun orang tua harus mengetahui kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang anak untuk masa depan yaitu: pertama mengenal sebanyak mungkin kemampuan berbahasa, yang nantinya berhubungan dengan orang lain. Di masa depan apabila tidak mengenal bahasa asing maka akan memiliki daya saing yang terkikis. Kemampuan dasar yang kedua yaitu pertimbangan. Pendidikan pengetahuan dapat diefektifkan dengan bantuan komputer. Hanya pertimbangan yang baiklah maka dapat mencegah seorang anak kehilangan arah dan teguh terhadap prinsip-prinsip yang dipegang seandainya dilingkungan yang tidak sehat. Peranan orang tua dalam pendidikan diantaranya : 1. Pembelajaran mandiri bagi anak maupun orang tua sendiri setelah anak besar. 2. Mengubah peranan dari melindungi menjadi penolong. 3. Mengubah anggapan bahwa anak lemah (Wen, 2003: ). Menurut Mudjiarto (2001: 74) peranan orangtua perlu dilibatkan dalam kegiatan sekolah termasuk dukungan orangtua terhadap program dan tujuan yang ingin dicapai sekolah secara konsisten. Pengontrolan anak dapat lebih ketat dan disiplin dalam keaktifan dalam mengikuti PBM. Pelibatan orangtua tidak hanya bersifat bantuan dana saja namun program dan perencanaan partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan orangtua. Keberanian sekolah dibutuhkan untuk menggugah orangtua agar perlu memperhatikan sekolah anaknya dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswanya. 102

6 E. Perubahan dalam Kualitas Pendidikan Di jaman yang berbeda dimana tuntutan terhadap kebutuhan semakin berkembang apalagi kita telah memasuki zaman internet dimana dapat membebaskan kualitas-kualitas khusus individual yang seringkali tertindas di zaman industri. Dalam era industri dituntut standarisasi dan tidak menekankan kualitas dan talenta individual. 1. Pendidikan yang berorientasi pada pengetahuan dikembangkan ke segala arah yang seimbang. Di antara banyaknya teori tentang pendidikan ada dua teori yang selalu bertentangan. Ada aliran pendidikan yang menekankan bahwa apapun yang dipelajari seseorang di sekolahnya harus bermanfaat bagi masyarakat nantinya. Maka pendidikan harus praktis, yang dipelajari harus diterapkan dengan baik. Aliran yang lain justru melihat sasaran pendidikan sebagai media pengembangan potensi manusia sepenuhnya, terlepas dari nilai manfaatnya bagi masyarakat di masa depan. Keterbatasan terbesar dalam pendidikan sekarang adalah kurikulumnya. Siswa harus mempelajari semua pelajaran yang ditetapkan, tanpa memperhitungkan disukai atau tidak oleh siswa. Bahkan ada siswa yang dipaksa untuk melakukan sesuatu yang bukan bidangnya sehingga ia tidak mau mempelajarinya. 2. Pembelajaran bersama yang disentralisasikan menjadi pembelajaran individual yang didesentralisasikan. Dalam kebanyakan sistim pendidikan di dunia sekarang ini, fasilitas-fasilitas perangkat keras dibangun terlebih dahulu dan para guru direkrut, sebelum siswa dari berbagai tempat dikumpulkan di sekolah untuk mengikuti pelajaran. Ini disebut pembelajaran yang disentralisasikan. Di masa depan ketika teknologi komputer sudah mencapai tingkatan tertentu para siswa tidak lagi berkumpul di sekolah, cukup dengan tinggal di rumah dengan menggunakan akses internet mereka mengikuti pelajaran, sehingga guru dapat menghemat energi dan waktu untuk menertibkan siswa. Namun diperlukan kesadaran orang tua untuk di setiap rumah memiliki sebuah fasilitas komputer dan internet serta biaya akses internet sehingga pembelajaran dapat dilakukan setiap saat dan tergantung minat dari siswanya. Sedangkan jumlahnya siswanya tidak terbatas ratusan namun bisa ribuan atau jutaan dengan mengakses lewat internet. Inilah yang disebut pembelajaran individual yang didesentralisasikan. 3. Pembelajaran yang terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Sekarang ini di Indonesia terdapat pendidikan wajib belajar sembilan tahun yaitu 6 tahun berada di sekolah dasar dan 3 tahun di sekolah menegah tingkat pertama dan setelah tamat melanjutkan ke SLTA lalu ke perguruan tinggi. Kemudian setelah lulus bekerja di masyarakat sampai akhirnya pensiun. Kalau kita hitung jenjang pendidikan sekitar tahun, apakah sudah cukup padahal perubahan di masyarakat sangat cepat? Pengetahuan yang diperoleh sudah tidak memadai untuk sisa penghidupan mereka, sehingga apa yang kita pelajari bisa menjadi usang oleh karena itu kita harus senantiasa belajar hal-hal baru kalau tidak kita menghadapi risiko tersingkir dari pasar kerja. 4. Pengakuan diploma menjadi pengakuan kekuatan nyata. Di masyarakat sekarang ini dapatlah dikatakan bahwa yang terpenting adalah diploma atau gelar. Di dalam dunia kerja sering kali gelar dijadikan standar untuk mengukur kemampuan seseorang, namun kenyataan di dalam dunia kerja tidak hanya memperhitungkan hal tersebut, tetapi juga memperhitungkan universitas dan fakultas apa ia belajar, dan apakah penuh waktu atau paruh waktu. Seringkali kita keliru dalam penentuan kemampuan, misalnya seseorang hanya lulusan sekolah menengah tetapi kemampuannya sama dengan yang memperoleh gelar. Seseorang dapat diketahui kemampuannya apabila diuji dengan kefasihan Bahasa Inggris dan kemampuan komputer sehingga dapat diketahui kompetensi nyata seseorang, ketimbang mengandalkan diploma atau gelar (Wen, 2003: 63-85). Menurut Zaidin (dalam Pelangi Pendidikan, 2000: 44) sekolah masa depan dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Ada beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari upaya pemberdayaan lingkungan luar sekolah untuk kepentingan pembelajaran yaitu: 103

7 a. Upaya ini memberikan perubahan iklim dan suasana pembelajaran kepada siswa, yang sebelumnya selalu terkurung dalam ruang kelas yang sering kali amat sempit dan pengap menjadi sedikit lebih luas dengan sirkulasi udara lebih leluasa. b. Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada siswa melakukan praktikum terhadap apa yang dipelajari di kelas. c. Program ini memperpendek jarak antara teori dan praktik, siswa diharapkan dapat me nyaksikan langsung kaitan antara teori dan praktik dalam pengalaman nyata. d. Upaya ini memungkinkan belajar mandiri mengurangi keter-gantungan terhadap guru. e. Memperluas wawasan siswa tentang berbagai fakta keilmuan yang ditemukan di alam nyata. Merancang Sekolah Masa Depan Untuk merancang sekolah masa depan diperlukan visi. Mengembangkan sistem sekolah harus berangkat dari visi, meskipun visi ini perlu diperbaharui secara berkala. Namun untuk mencapai tujuan yang terbaik lahir dari aset, penetapan visi dan rancangan kreatif yang menyinergikan keduanya. Tampaknya visi harus terarah meliputi faktor-faktor berikut: 1. Pembelajaran berkelanjutan sepanjang hayat menjadi faktor kunci dalam kehidupan seseorang. 2. Setiap orang harus didorong untuk merencanakan kurikulum kehidupannya sendiri. 3. Meskipun tidak ada cara mengajar dan belajar yang baku, ada banyak teknik yang memungkinkan seseorang belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. 4. Negara menjalin hubungan sinergis dengan sekolah, sistem administrasi, dan program pelatihan guru. Berdasarkan hal tersebut menurut Dryden & Vos dalam bukunya Revolusi cara belajar bagian II (2002: 435) terdapat 12 langkah untuk menuju sistem sekolah masa depan yang dirumuskan sebagai berikut: a. Rencanakan sekolah menjadi pusat sumber daya sepanjang hayat. Di era informasi yang serba instan dewasa ini setiap masyarakat pasti membutuhkan pusat informasi dan sistem manajemen berbasis sekolah yang termasuk di dalam agenda perubahan sekolah tradisional menjadi pusat sumber daya masyarakat sepanjang hayat. Seperti sekolah Kimi Ora di Selandia Baru diarahkan untuk pencarian manusia seutuhnya, karena sesuai dengan konsep mereka yang pertama kali direncanakan: harus ada sebuah pusat, sebuah sekolah, yang mengarah pada pembentukan manusia seutuhnya, dan lebih berkonsentrasi pada keluarga daripada individu. b. Analisis kebutuhan. Untuk merencanakan sekolah dari nol maka diperlukan menanyakan apa yang dibutuhkan masyarakat sehingga keterlibatan masyarakat dapat diperoleh untuk ikut merencanakan tujuan sekolah yang efektif sesuai harapan masyarakat. c. Jaminlah kepuasan pelanggan. Agar pelanggan dapat memperoleh kepuasan hasil yang tinggi, maka kenapa sekolah tidak memberikan jaminan seperti dalam dunia bisnis yang memberikan jaminan untuk setiap produknya. Jika sekolah umum ingin bertahan hidup maka kita harus bertanggung jawab atas produk yang dihasilkan disertai dengan komitmen tinggi untuk mencapai hasil yang diinginkan. d. Layani semua ragam kecerdasan dan gaya belajar. Dari kebanyakan murid yang putus sekolah tidak mendapatkan yang terbaik di sekolah yang hanya menampung dua ragam kecerdasan dari tujuh kecerdasan yang ada. Menurut Gardner (dalam Dryden & Vos Bagian I, 2002:121) ada tujuh kecerdasan yaitu linguistik, logika dan matematika, musical, spasial dan visual, kinestetik, interpersonal (berhubungan dengan orang lain), dan intrapersonal (Introspeksi diri). Temuan dari Gardner tentang kecerdasan kedelapan (naturalis) mendorong para guru untuk menambah pusat studi alam sebagaimana yang telah dijalankan di banyak sekolah. 104

8 e. Gunakan teknik pengajaran terbaik. Tidak ada sekolah, pusat pembelajaran yang mampu bertahan tanpa adanya fasilitator/guru yang terampil. Dan perubahan dibidang pendidikan tidak akan berhasil tanpa adanya penekanan serius dalam pelatihan ulang guru secara berkelanjutan. Sekat guru dan siswa telah diruntuhkan, setiap siswa telah menjadi guru. Seluruh program ini mengubah semua orang ini. Salah satu kuncinya adalah teknik terpadu, setiap pelajaran dipadukan dengan musik dan seni. Setiap siswa terlibat dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi. Ruang kelas memiliki pemutar kaset, sehingga ruang kelas relaks, cerah tenang, mengasyikkan, musik barok kalau memungkinkan, dan musik lain untuk tujuan lain. f. Latihlah sumber daya utama Guru. Guru sebagai media transfer ilmu pengetahuan merupakan hal yang utama, termasuk dalam metode belajar mengajar Quantum Teaching, namun aneh metode ini sering kali jarang digunakan di tingkat universitas untuk melatih guru masa depan, apalagi dalam tingkat SD, SMP maupun SMU. g. Jadikan setiap orang guru dan sekaligus murid. Menurut Eliot (dalam Dryden & Vos Bagian II, 2002 : 451) setiap siswa, setiap orang tua, dan setiap guru didorong untuk menjadi pelajar dan sekaligus pengajar, apabila kehabisan bahan ajar tidak menjadi masalah untuk melibatkan orang tua dan masyarakat dan juga siswa. h. Rencanakan kurikulum menjadi empat bagian. Untuk mencapai apa yang diinginkan diperlukan kurikulum empat bagian dalam pendidikan berkelanjutan, sebagaimana pentingnya pendidikan masa kanak- kanak dan remaja: 1) Kurikulum pertumbuhan pribadi meliputi rasa bangga diri dan pembentukan kenyakinan diri. 2) Kurikulum ketrampilan hidup, meliputi pemecahan masalah kreatif dan manajemen diri. 3) Kurikulum belajar untuk belajar dan belajar untuk berpikir meliputi jenis ketrampilan how to untuk otak. Belajar bisa dilakukan dengan menyenangkan sepanjang hidup. 4) Kurikulum isi, pada umumnya dengan tema-tema terpadu. i. Ubahlah sistem penilaian. Dalam penilaian sering kali hanya diarahkan pada dua ragam kecerdasan sehingga perlu perubahan sistem dalam penilaian yang lebih obyektif dan menyeluruh. Setiap metode penilaian harus mendorong seseorang tak hanya membatasi model satu jawaban benar. Perlu umpan balik penilaian yang obyektif dari seorang guru maupun seorang siswa untuk mengoreksi gurunya setelah akhir semester atau presentasinya. Dan semua guru yang mengikuti pola ini menunjukkan sikap positip menuju pertumbuhan kontinyu lewat pertukaran pendapat secara bebas adil dan jujur. j. Gunakan teknologi masa depan. Metode baru dalam komunikasi instan ini menyertakan didalamnya perubahan peradaban terbesar yang telah berlangsung berabad-abad. Revolusi ini akan memberi setiap orang sarana untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan, kapanpun dalam bentuk apapun: cetakan, foto, kaset video, layar televisi atau transmisi faks. Penggunaan komputer multimedia memberikan kemudahan pada siswa mendapatkan informasi teknologi yang terkini sehingga siswa bisa mengakses internet perpustakaan online dan direkam melalui CDRom Writing dan dapat diakses kapan saja dan oleh siapa saja sehingga gambar bisa dikombinasikan dengan fakta. Setiap siswa dapat membuat kurikulumnya dan pemrogram komputer sendiri. k. Gunakan seluruh masyarakat sebagai sumber daya. Sekolah harus mempelopori perubahan pendidikan dengan menggunakan dan menjadikan mereka sendiri pusat sumber daya masyarakat untuk pendidikan sepanjang hayat, jika tidak akan direbut oleh inovator lain yang sudah siap mengisi kekosongan ini. l. Berikan hak memilih bagi semua orang. Perubahan masa depan ini akan ditentukan oleh fakta tak terelakkan pertumbuhan ekonomi satu dunia dan hak pilih konsumen. Dunia sekarang ini tak cuma merupakan pasar raksasa 105

9 elektronik namun juga merupakan pasar pendidikan dunia. Karya-karya pendidik dan sekolah yang paling cemerlang kini diterjemahkan dalam bentuk yang kelak perlu dipersiapkan secara cepat untuk semua orang yang menginginkannya, di setiap tempat dan waktu. Penutup Sekolah masa depan menggunakan teknologi informasi secara efektif, dipantau dengan uji publik, pembelajaran bersifat ketrampilan khusus, proses cepat, berorientasi pada out-comes, didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, berkepribadian kuat, paham tujuan pendidikan, berpengetahuan luas, professional, dengan prinsip kepemimpinan konstruktif, kreatif, partisipatif, koperatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis, teladan, adaptatif dan fleksibel. Pendidikan di masa depan bergantung kepada guru sebagai pendidik, maka guru harus meningkatkan kualitas SDM dan profesinya, terampil komunikasi, maju dalam tehnologi com/net, kreatif dan berpengaruh positif terhadap kemajuan siswa. Juga bergantung pada peran serta orang tua dalam hal finansial dan motivasi dalam hal kemampuan dasar. Perubahan kualitas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan ke segala arah yang seimbang, pembelajaran individual dan desentralisasi, belajar seumur hidup, dan memberikan kemampuan nyata. Sekolah masa depan dirancang dari visi kreatif dengan langkah-langkah: (1) Menjadikan sekolah sebagai pusat sumber daya masyarakat; (2) Identifikasi kebutuhan; (3) Menjamin kepuasan pelanggan; (4) Layani segala kecerdasan dan gaya ajar; (5) Menggunakan tekhnik terbaik; (6) Melatih guru/pengajar; (7) Interaksi guru-murid dalam belajar obyektif; (8) Merencanakan kurikulum; (9) Ubah sistim penilaian; (10) Mengikuti perkembangan teknologi mutakhir; (11) Jadikan masyarakat sebagai sumber daya; (12) Beri hak memilih karya pendidikan. Daftar Acuan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Panduan Manajemen Sekolah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Dryden Gordon dan Vos Jeannette, Revolusi Cara Belajar, The Learning Revolution Bagian I, Pembelajaran Efektif. Bandung: Kaifa Dryden Gordon, Vos Jeannette Revolusi Cara Belajar, The Learning Revolution Bagian II, Sekolah Masa Depan. Bandung: Kaifa Mortimore, Peter Issue in Scholl Efectiveness: Chapter 8 Mudjiarto, Sekolah Unggul, Surabaya: IKAPI Duta Graha Pustaka Nursisto, Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah, Surabaya: Insan Cendikia Poster, Cyril 2000, Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul, Jakarta: Pusat Lembaga Indonesia Adidaya Seyfarth, Jhon T Personel Management for Efektive Scholls Virginia: Commonwealth University Masshasuchett. Wahyosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada Wen Sayling, Future Of Education, Masa Depan Pendidikan. Batam: Lucky Publisher Zaidin, Muhammad Hamzah Sekolah Masa Depan, Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. Buletin Pelangi Pendidikan, Volume 3 no. 2 Tahun 2002, Hal

10 107

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH A. Prawacana DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI) Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal

Lebih terperinci

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

NAMA : INDANA MARDIANI NIM : KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NAMA : INDANA MARDIANI NIM : 08-002-0114 KELAS : C PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP I. Pendahuluan Guru merupakan factor penting dalam pendidikan formal, karena itu harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa

J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa 96 J. Suasana Akademik 1. Sarana yang Tersedia untuk Memelihara Interaksi Dosen-Mahasiswa Sejumlah sarana disediakan Prodi untuk memelihara interaksi dosen-mahasiswa baik untuk urusan akademik maupun non-akademik

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas pendidikan pada suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola pikir masyarakat. Hal ini mengakibatkan program pendidikan dan pengajaran jauh ketinggalan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tema penting dalam penyelenggaraaan pendidikan di negara kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks bangsa Indonesia,

Lebih terperinci

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) Oleh: Setya Raharja 2 Rasional dan Konsep Dasar MBS Manajemen berbasis sekolah (MBS) secara umum dimaknai sebagai desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Oleh karena itu, di era global seperti saat ini, pemerintahan yang kurang peduli

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA MMTC YOGYAKARTA 2015 STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan martabat manusia Indonesia dapat dilaksanakan secara berhasil bila upaya pembangunan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1. Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan a. Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang- Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna tersebut dijabarkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Institusi pendidikan mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas di masa depan. Hal ini sejalan dengan arah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP Oleh : Ma rifani Fitri Arisa Pengantar Undang-undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan yang dimiliki guru harus senantiasa dikembangkan agar kinerjanya semakin meningkat. Kenyataan yang terjadi hingga saat ini, bahwa kesadaran guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan

Lebih terperinci

kualitas negara dimata internasional. 1

kualitas negara dimata internasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang sangat penting dan esensial bagi keunggulan suatu bangsa. Hampir semua negara diberbagai belahan dunia dan berusaha membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lembaga pendidikan khususnya pada tingkat pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. pada lembaga pendidikan khususnya pada tingkat pendidikan menengah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan perpustakaan dilingkungan sekolah kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat Indonesia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan

Lebih terperinci

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS Disusun oleh : AGUS SUHONO N I M. : Q 100040102 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan mengembangkan potensi manusia sehingga menjadi manusia yang berkualitas, dan lebih manusiawi.

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23

Lebih terperinci

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing

Lebih terperinci

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto, SOAL PILIHAN GANDA 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menyebutkan bahwa dimensi kompetensi supervisi meliputi... a. Mengidentifikasi permasalahan,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR

KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR KEMAMPUAN YANG PERLU DIMILIKI SUPERVISOR A. PENTINGNYA MASALAH Supervisor pasti mengetahui bahwa tanpa kualitas kompetensi staf yang sesuai dengan karakter pekerjaan akan sulit untuk mencapai sebuah keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah telah mempercepat pencanangan millenium development goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015. Millenium development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku mulai tahun 2001, berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN

2015 PEMBINAAN KETERAMPILAN SOSIAL DALAM PENGGUNAAN MEDIA SEARCH ENGINE BAGI PENINGKATAN CIVIC INTELLIGENCE SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dan modernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tuntutan masyarakat terhadap ipteks semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi. Era reformasi telah lahir, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan adalah sektor pendidikan. Menyadari betapa pentingnya. tentang pendidikan harus selalu ditingkatkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu bangsa, dapat dilihat dari segi Pendidikannya, sehingga jika suatu bangsa ingin maju tentunya yang pertama kali harus diprioritaskan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan. meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia, oleh karena itu pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia menuju ke kehidupan yang lebih baik. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas peyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan masalah sumber daya manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut. Masalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu sarana penting dan strategis yang mudah diterapkan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), yang mempunyai tujuan menuntun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para 42 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian Desakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan dan utuh mulai dari jenjang KB, TK, dan SD, membuat LPF

Lebih terperinci

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan

masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA Oleh : Rochmat Wahab Staf Pengajar Jurusan PLB FIP UNY PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG MELUNCURKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci