BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI BENGKULU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI BENGKULU"

Transkripsi

1 BAB VI STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI BENGKULU A. Angkutan Jalan. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini adalah tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan jalan untuk jaringan Propinsi. Artinya, angkutan kota antar kabupaten/kota dalam propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 04 adalah 00 %, yang dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b. tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan; f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan. Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun 3 Angkutan jalan adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas. Sementara jaringan jalan dalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan 4 Aspek lain yang perlu diperhatikan sebagai prasyarat konektivitas adalah terminal. Terminal adalah adalah adanya terminal Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal Ibid, Pasal 44 3 Ibid, Pasal 45 4 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Tekniks Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal 4 VI-

2 menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan 5. Fungsi terminal bagi seorang penumpang adalah : a. Tempat penumpang turun dan mengakhiri perjalanan dengan bis, b. Tempat penumpang dapat berganti lintasan rute (transfer), c. Tempat penumpang menunggu bis yang akan dinaikinya, d. Tempat penumpang naik bis, e. Tempat penumpang berganti dengan moda lainnya (becak, mobil atau berjalan kaki) menuju tujuan akhir perjalanannya 6. Karena itu, untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan Terminal. Terminal penumpang menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe B, dan tipe C 7. Melihat peran AKDP dalam memobilisasi pergerakan barang dan penumpang antar kota/kabupaten dalam Propinsi Bengkulu, maka jaringan jalan propinsi telah diupayakan pengembangannya, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut. Tabel 6. Jaringan Antar Kota/Kabupaten Dalam Propinsi Bengkulu Dalam Tahun 03 Jarak Trayek No Jaringan Jalan Propinsi ( Km ) Bengkulu- Argamakmur- Kuro 67 Tidur Ipuh Argamakmur- Mukomuko Bengkulu Curup ( PP) 68 3 Bengkulu- Argamakmur- Kuro 89 Tidur ( PP ) 4 Bengkulu - Manna 44 5 Bengkulu Manna( Kab 9 Bengkulu Selatan ) Bintuhan ( Kab Kaur ) 6 Bengkulu- Curup ( Kab Rejang 60 lebong) Muara Aman ( Kab Lebong ) 7 Bengkulu Mukomuko ( PP) 70 8 Bengkulu Lais Padang ulak 80 Tanding ( PP ) Total Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 03 -Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 03 Sementara jaringan antar kota dalam propinsi serta kebutuhan AKDP agar dapat melayani setiap jaringan dapat dilihat pada tabel berikut. 5 Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal ayat (3 ) 6 Kamiharibasuki.blogspot.com/009/08/terminal.html 7 Undang-Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 33 ayat () dan Pasal 34 ayat () VI-

3 Tabel 6. Jumlah Armada dan Kebutuhan Per Jaringan Antar Kota Dalam Propinsi Bengnkulu Dalam Tahun 03 No Asal - Tujuan Jaringan Bengkulu Ipuh ( Kab Mukomuko) Bengkulu Curup (Kab Rejang Lebong) 3 Bengkulu-Kuro Tidur ( Kab Bengkulu) 4 Bengkulu- Manna (Kab Bengkulu Selatan) 5 Bengkulu- Bintuhan (Kab Kaur ) 6 Bengkulu Muara Aman (Kab Lebong) Bengkulu-Argamakmur Kuro Tidur Ipuh Argamakmur Mukomuko Jarak (Km) Butuh Armada ( Unit ) Jumlah Armada Yang Ada Bengkulu - Curup Bengkulu-Argamakmur Kuro Tidur Bengkulu - Manna Bengkulu-Manna ( Kab Bengkulu Selatan Bintuhan (Kab Kauar ) Bengkulu-Curup (Kab Rejang Lebong )- Muara Aman (Kab Lebong) 9 Tambahan (Unit) Bengkulu-Mukomuko Bengkulu Mukomuko ( PP) 70 8 Argamakmur (Kab Bengkulu Lais-Padang Bengkulu Utara Ulak Tanding ( PP) Mukomuko (Kab Mukomuko) Jumlah Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Pogram. Prop Bengkulu, 03 Ditjen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, 03 Berdasarkan jaringan jalan propinsi dan jaringan pelayanan AKDP dalam Propinsi Bengkulu, maka dapat dihitung nilai capaian tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan propinsi dapat dihitung dengan n rumus berikut ; Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum = x 00 % Total Jaringan Jalan Propinsi 8 = x 00 % 8 = 00 % Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan jalan propinsi sudah terlayani hingga tahun 04 dengan nilai 00 %. Namun kenyataannya, hingga tahun 0 nilai capaian sudah mencapai 00 %. Artinya propinsi Bengkulu telah memiliki kinerja yang lebih baik dalam memberdayakan jaringan propinsi menjadi pelayanan antarkota/kabupaten dilayani AKDP. Dalam jaringan pelayanan AKDP sangat VI-3

4 memerlukan adanya Terminal Tipe B. Ternyata, baru hanya satu () terminal Tipe B di Propinsi Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Selatan dengan nama Terminal Manna. Terminal tersebut memiliki luas m, dan lebih jelasnmya standar pelayanan terminal tipe B dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.3 Perbandingan Luas Terminal Tipe B ( M ) Berdasarkan Dephub, 998 Dengan Luas Terminal Tipe B di Propinsi Bengkulu No Kasil Rumuasan DEPHUB, 998 Propinsi Bengkulu I Jenis Pelayanan Luas ( M ) Luas ( M ) Standar M KENDARAAN Parkir AKDP M Parkir Angkutan Kota M Parkir ADES M Parkir Pribadi unit Ruang Service 500 Tidak ada Tidak ada Sirkulasi Kendaraan % luar parkir Bengkel 00 Tidak ada - Ruang Istirahat 40 Tidak ada - Gudang 0 Tidak ada - Ruang Parkir % Cadangan II PENUMPANG Ruang Tunggu Sirkulasi Orang Kamar Mandi Kios Mushola ,5 m/org 40 % Ruang tunggu M III Operasional Ruang Administrasi Ruang Pengawas Loket Peron Retribusi Ruang Informasi Ruang P3K Ruang Perkantoran Tidak ada 50 IV 3 RUANGB LUAR Luas Total Cadangan Kebutuhan Lahan Sumber : Hasil Kajian Dephub, 998 -Dinas perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu -Hasil pengamatan di lokasi VI-4

5 Gambar 6. Jaringan Trayek AKDP Provinsi Bengkulu Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di VI-5

6 Gambar 6. Peta Rencana dan Realisasi Terminal AKDP Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di VI-6

7 Gambar 6.3 Peta Jaringan Jalan Provinsi Bengkulu Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di VI-7

8 . Jaringan Prasarana Angkutan Jalan Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan prasarana angkutan jalan adalah tersedianya terminal Tipe A pada setiap Propinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan transportasi 8. Di lain pihak, terminal adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Menjadi focus kajian adalah terminal penumpang tipe A, artinya adalah terminal yang berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan antarkota dalam propinsi, angkutan perkotaan dan angkutan perdesaan 9. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a. jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sementara fasilitas penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c. kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g. tempat penitipan barang; h. taman 0 Lokasi tapak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 00 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c. jarak antara ( dua ) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 0 km di Pulau Jawa, dan 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di Pulau lainnya, e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal 8 Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal ayat () 9 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6 0 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 3 Tahun 995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal ayat ( ), Pasal 4 dan Pasal 5 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.36/AJ. 06/DRJD/003 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5 VI-8

9 dengan jarak sekurangnya-kurangnya 00 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal Persyaratan yang telah digaris di atas, dibandingkan dengan terminal tipe A di Propinsi Bengkulu, yang hanya satu () unit, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Jalan akses masuk dan/atau keluar terminal di terminal tipe A yang ada di propinsi Bengkulu terdapat 53 meter, sementara menurut standar yang telah ditetapkan lebih dari 50 meter. Artinya jalan akses masuk dan/atau keluar telah memenuhi standar yaitu mencapai 53 meter b. Terminal tipe A di Propinsi Bengkulu hanya satu () unit, jadi belum bisa dibandingkan dengan ketentuan jarak antar terminal tipe A 30 Km di Pulau Sumatera c. Luas terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu mencapai 5 ha, artinya telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program jaringan jalan nasional terdapat lima (5). Jaringan jalan nasional ini adalah berfungsi melayani AKAP, dan lebih jelasnya lihat tabel berikut. Tabel 6.4 Jaringan Jalan Nasional di Propinsi Bengkulu Dalam Tahun 03 Panjang Jaringan No ( Km ) Jalan Nasional Lintas Barat Sumatera 564,6 (Arteri Primer ) Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu kepahyang- 35,89 Curup Pd. Ulak Tanding Batas Sumsel 3 Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai Pagar Dewa- 55 Kembangseri ( sekitar 30 Km ) dan Talang Empat Pondok Kubang- Pasar Pedati ( sekitar 5 Km ) 4 Jalan Arteri primer Ruas Bengkulu Lais Ipuh 308,8 Mukomuko Batas SUMBAR 5 Jalan Arteri Primer Ruas Bengkulu Tais Manna Bintuhan 56,33 Batas Lampung TOTAL 755,5 Sumber: Dinas Perhubungan dan Informatika cq. Bidang Program, Propinsi Bengkulu 03 -Ditjen Perkerjaan Umum- Kementerian Pekerjaan Umum, 03 Lebih jelasnya jaringan jalan nasional dapat dilihat dalam peta berikut. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/0DRJD/000 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5 VI-9

10 JARINGAN JALAN NASIONAL (Arteri Primer) Panjang keseluruhan ± 755,5 KM Jalan Nasional Lintas Barat Sumatera (Arteri Primer) total sepanjang ± 564,6 KM Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu Kepahyang Curup Pd. Ulak Tanding Batas SUMSEL sepanjang ± 35,89 KM Jalan Lingkar Bengkulu : Pulau Baai Pagar Dewa Kembangseri (sekitar 30 km) dan Talang Empat Pondok Kubang - Pasar Pedati (sekitar 5 km) Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu Lais Ipuh Muko-Muko Bts SUMBAR sepanjang ± 308,8 KM Jalan Arteri Primer ruas Bengkulu Tais Manna Bintuhan Bts LAMPUNG sepanjang ± 56,33 KM Gambar 6.4 Peta Jaringan Jalan Nasional di Provinsi Bengkulu VI-0

11 Dengan adanya jaringan nasional di Propinsi Bengkulu, maka diperlukan adanya Terminal Tipe A. Ternyata jumlah terminal Tipe A di Propinsi Bengkulu hanya dua () unit dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.5 Keberadaan Terminal Tipe A di Provinsi Bengkulu No Nama Terminal Lokasi Luas Terminal Argamakmur Kab Bengkulu Utara 4.00 m Terminal Air Sebakul Kota Bengkulu 7.00 m Sumber : Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu & Informatika, 03 Berdasarkan data seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek antarkota antarpropinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut; % Prasarana Angkutan jalan Terminal Penumpang Tipe A = x 00 % Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP = x 00 % 5 = 40 % Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, nilai capaian tersedianya terminal angkutan penumpang Tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek antar kota antar propinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN) telah ditetapkan dalam tahun 04 nilai capaian 00 %. Padahal, dalam tahun 0 capaian yang diperoleh baru hanya 40 %. Karena itu, yang harus dicapai hingga tahun 04 adalah 60 % ( 00 % - 40% = 60%). Untuk mencapai angka 60 % yang masih tertinggal, diperlukan adanya kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Terminal Tipe A adalah sulitnya mencari tanah yang ideal sebagai terminal, apalagi dalam era otonomi daerah sekarang ini semakin banyak permasalahan pertanahan. Di lain pihak, kendatipun ada terminal Tipe A di daerah seperti halnya Terminal Tipe A Air Sebakul belum diberdayakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena masih banyak angkutan tidak masuk terminal, dan ngetem di pinggir jalan. Terjadinya hal tersebut, karena aparat Dinas Perhubungan & Informatika kurang tegas terdapat angkutan. Sebaiknya, diharuskan masuk terminal. Bilamana disimak dari segi standar pelayanan terminal tipe A yang telah ditetapkan, dengan standar terminal tipe A yang ada di Propinsi Bengkulu terlihat belum semuanya dapat dipenuhi. Salaah satu alasan yang dikemukanan, luas dan ukuran umumnya dibuat sesuai dengan kebutuhan. Lebih jelasnya standar pelayanan terminal tipe A VI-

12 Tabel 6.6 Perbandingan Standar Terminal Tipe A Berdasarkan Aturan ( Dephub ) Dengan Standar Terminal Tipe A di Bengkulu No Standar Terminal Berdasarkan DEPHUB Standar Terminal Tipe A di Propinsi Bengkulu Jenis Fasilitas Standar Minimal Standar I II KENDARAAN Parkir AKAP Parkir AKDP Parkir Angkutan Kota Parkir Pribadi Jumlah kendaraan Pribadi Sirkulasi Kendaraan Ruang Service Pompa Bensin Ruang Istirahat Operator Gudang Ruang Parkir Cadangan PENUMPANG Ruang Tunggu Ruang Sirkulasi Kios Kamar Mandi/Toilet Muhola Tempat Penitipan Brg 4 (M /Kendaraan 7 ( s.d ) 0 ( s.d.a------) 0 ( s.d.a ) 30 Unit 00 % Luas Parkir M 50 M Unit 50 M 5 M 50% Ruang Parkir,5 M /Orang 40 % Ruang Tunggu 60 % Ruang Tunggu 7 M 7 M 8 M 4 (M /Kendaraan 7 ( s.d ) 0 ( s.d.a------) 0 ( s.d.a ) 30 Unit 00 % Luas Parkir M 50 M Tidak ada Tidak ada Tidak ada 0 % Ruang Parkir,5 M /Orang 40 % Ruang Tunggu 30 % Ruang Tunggu 7 M 7 M Tidak ada III OPERASIONAL Ruang Administrasi Ruang Pengawas Loket Peron Retribusi Ruang Informasi Ruang P3K Ruang Perkantoran 0 M 6 M 3 M 4 M 6 M M 45 M 50 M 5 M 6 M 3 M 4 M 6 M 0 M 45 M 50 M IV RUANG CADANGAN LUAR (TIDAK EFEKTIF) 40 % Luas Total 4 % Luas Total V CADANGAN PENGEMBANGAN Parkir Terminal 50 % Luas Parkir 00 % Luas Terminal 30 % Luas Parkir 0 % Luas Terminal Sumber: - Standar oleh DEPHUB - Standar Terminal Tipe A Bengkulu, Dinas Perhubungan c.q. Bidang Program,03 VI-

13 3. Fasilitas Perlengkapan Jalan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. Fungsi Perlengkapan jalan pada hakekatnya untuk menjamin keselamatan, memberi arah perjalanan para pengendara, member tanda suatu objek dan lain-lain. Perlengkapan jalan adalah meliputi; a. Rambu Pemasangan rambu di sepanjang jalan propinsi, jalan nasional dan jalan kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu terus dilakukan, mengingat rambu tersebut memiliki peran yang cukup besar untuk menjamin keselamatan kendaraan. Jenis rambu yang dipsang di Propinsi Bengkulu terdiri dari ; a. rambu perintah, b.rambu larangan, c. rambu petunjuk. Pemasangan rambu tentunya, berdasarkan kewenangan jalan. Jalan nasional dipasang oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini dilaksanakan Kementerian Perhubungan, jalan propinsi diusahakan oleh pemerintah daerah propinsi, yang dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Informatika, dan sementara untuk jalan kabupaten/kota diusahakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang dalam hal ini oleh Dinas Perhubungan dan Informatika. Secara singkat perkembangan pemasangan rambu di wilayah Propinsi Bengkulu hingga tahun 0 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.7 Kebutuhan & Realisai Rambu Jalan di Jalan Nasiona, Jalan Propinsi & Jalan Kabupaten/Kota No Panjang Kelas jalan Jalan ( Km ) Kebutuhan Realisasi Sisa Jalan Nasional a. Rambu Perintah 783, b. Rambu Larangan 783, c. Rambu Petunjuk 783, Sub Total 783, Jalan Propinsi a. Rambu Perintah.56, b. Rambu Larangan.56, c. Rambu Petunjuk.56, , Jalan Kabupaten a. Rambu Perintah 5.667, b. Rambu Larangan 5.667, c. Rambu Petunjuk 5.667, Sub Total 5.667, Total 8.03, Sumber: Dinas Perhubungan cq. Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 Jalan nasional sepanjang 783,87 Km membutuhkan rambu jalan sebanyak unit, sementara realisanya hanya.8 unit atau 48, %. Sementara sisanya yang belum VI-3

14 terpasang.957 unit atau 5,79 %. Begitu juga halnya untuk rambu di jalan propinsi dengan panjang jalan.56,67 Km, membutuhkan rambu sebanyak 4.6 unit dan yang g terpasang hanya 43 unit atau 0,93 %. Sementara yang belum terpasang unit atau 99,06 %. Begitu juga halnya, untuk jalan kabupaten/kota sepanjang 5.667,30 Km membutuhkan rambu sebanyak unit, dan yang terpasang hanya 477 unit atau 0,6 %. Artinya, yang belum terpasang masih unit atau 89,4 %. Dalam kajian ini yang difokuskan adalah keberadaan rambu yang berada di jalan propinsi. Karena itu, nilai capaian tersedianya fasilitas perlengkapan jalan khususnya rambu di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung dengan rumus 3 ; % Fasilitas Perlengkapan Jalan Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Jalan Propinsi Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Jalan Propinsi X 00 % 38 unit = x 00 %.6 unit = 0,8 % Lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi rambu per ruas jalan Propinsi Bengkulu dalam kondisi tahun 0 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.8 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 No Nama Ruas Jalan Panjang Kebutuhan Dalam Tahun 0 Ruas jalan (Unit ) Terpasang Sisa ( Km ) (Unit) (Unit ) Tanjung Kemuning Datar Lebar 33, Daftar Lebar- Mentring 4, SP III PD.Guci Air Kering, Padang Leban 4 Tanjung Imam-Muara Sahung 4, Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 7, Sumsel ) 6 Kelutun Simpang Pino, Masat SP.GD Agung-Plk 3, Bengkurung 8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung 3, Plk Bengkurung 9 Plk.Bengkurung Sukarami-Batu 4, Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 6 VI-4

15 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Ampar 0 SP.Kedurang KB Agung-Bantu Ampar Kebutuhan (Unit ) Dalam Tahun 0 Terpasang Sisa (Unit) (Unit ) 0, Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 4, Manna- Batas Sumatera Selatan 40, Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu, Selatan) 4 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 5 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 6 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab,4 - - Bengkulu Selatan) 7 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab, Bengkulu Selatan ) 8 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu 0,7 - - Selatan ) 9 Jl.Pasar Bawah- Manggul ( 3, Manna, Kab Bengkulu Selatan) 0 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3,7 - - Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) 7, Pasar Talo Pasar Talo Pering Baru 0, SP III Ngalam Pasar Ngalam 7, Pasar Ngalam Pasar Talo 37, Sendawar - Maras 5, PD Serai Pasar Ngalam 6,7 0 7 Sukaraja - Tais 49, Bintuhan Desa Limas-Ketahun 3, Kerab Lubuk Durian 3, Lubuk Durian- Arga Makmur 0, Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur), Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur), Jl.A.Yani ( Argamakmur ), Argamakmur - Lais 9, Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0, Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0, Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ), Jl.Alamsyah ( Argamakmur ), Tanjung Agung Palik- Gunung 9,6 - - Selan 40 Gunung Selan- Girim Mulya 8, Giri Mulya- Atas Tebing 6, Batik Nau Lubuk Banyu, VI-5

16 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (Unit ) Dalam Tahun 0 Terpasang Sisa (Unit) (Unit ) 43 Bintuhan- Batik Nau 5, Giri Mulya Desa Air Solok 30, Lubuk Banyau Ds Air Solok, Lubuk Durian Lubuk Sini 44, Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP, Kroya 48 Klindang -Susup 9, Susup Tj Alam-Ujan Mas 8, SP Gunung Selan-Unit III Kuro 3,4 - - Tidur 5 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh 3, ( P. Enggano ) 5 Desa Kali - Argamakmur, SP Air Muring Suka Hijau 3, Suka Baru Bukit Berlian- Napal 4, Putih 55 Ketahun- Bukit Berlian, Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX, Sp Talang Denok Workshop - 5,4 - - Argamakmur 58 Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) 59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5, Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya 35, Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 64 Jl.Benuang Galiang, Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel 8, Curup - Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah - Ketenong Alas Tebing- Muara Aman 5, Jl. Sapta Marga ( Curup), Jl. Air Males Atas Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani 3, Jl, Salim Batubara, Jl. M.Hasan 0, Jl. Bukit Kaba 6, Jl.Wisata Suban Air Panas, Air Lang Desa Apur 3, - - VI-6

17 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (Unit ) Dalam Tahun 0 Terpasang Sisa (Unit) (Unit ) 80 Pd Ulak Tanding- Kota Padang- Depati Tj Ening 35, Taba Mulan Simpang Nangka, Palak Curup SP III Karang Baru 9, Penarik Lubuk Pinang 43, Lubuk Cending SP VI ( Agung Jaya) SP III ( Selang Jaya ) Mukomuko Dusun Gedang SP 6, Yamaja ( Pondok Kopi ) 86 Tanah Rekah SP IV ( Teras 9, - - Terunjam) 87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5, Jl. Lempuing ( Bengkulu ), Jl. Batang Hari ( Bengkulu ), Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0, Jl. Putri Gading Cempaka (, Bengkulu ) 9 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0, Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0, Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0, Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0, Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0, Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0, Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0, Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0, Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0, Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu), Jl. Hibrida ( Bengkulu), Jl. Jenggalu ( Bengkulu ), Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu, Hiu ( Bengkulu ) 05 Sungai Hitam Pasar Bengkulu (,4 - - Bengkulu ) JUMLAH.56, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program PropinsiBengkulu,03 VI-7

18 b. Marka Gambar 6.5 Beberapa Kondisi Rambu yang terpasang di Provinsi Bengkulu Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 4. Marka jalan berfungsi untuk mengatur lalu lintas atau memperingatkan atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di jalan. Marka jalan terdiri dari 5 : ) marka membujur; ) marka melintang; 3) marka serong; 4) marka lambang; 5). marka lainnya. Marka membujur berupa : ) garis utuh; ) garis putus-putus; 3) garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus; 4) garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh. Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan. Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan. Marka serong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian marka membujur atau marka melintang, untuk menyetakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu lintas kendaraan. Marka lambing adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu atau tanda lalu lintas lainnya. 4 Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal Ayat (8) 5 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas pada Pasal 9 VI-8

19 Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakn untuk lalu lintas kendaraan. Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tampa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan bermotor sedang berjalan, sejalan dengan sepeda motor 6 Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan melintasi garis tersebut. Marka membujur apabila berada ditepi jalan hanya berfungsi sebagai peringatan tanda tepi jalur lalu lintas. Marka membujur berupa garis putus-putus, merupakan pembatas lajur yang berfungsi mengarahkan lalu lintas dan atau memperingatkan akan ada Marka Membujur yang berupa garis utuh didepan. Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari garis utuh dan garis putus-putus menyatakan bahwa kendaraan yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda tersebut, sedangkan kendaraan yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda tersebut. Marka membujur berupa garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh menyatakan bahwa kendaraan dilarang melintasi garis ganda tersebut. Marka melintang berupa : a. garis utuh; b. garis putus-putus. Marka melintang berupa garis utuh, menyatakan batas berhenti bagi kendaraan yang diwajibkan berhenti oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu stop. Marka melintang berupa garis putus-putus, menyatakan batas yang tidak dapat dilampaui kendaraan sewaktu memberi kesempatan kepada kendaraan yang mendapat hak utama pada persimpangan. Marka serong berupa garis utuh. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan : a. daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan; b. pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalu lintas. Marka serong dilarang dilintasi kendaraan. Marka serong yang dibatasi dengan rangka garis putus-putus digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat. arka lambang, dapat berupa panah, segitiga atau tulisan, dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu atau untuk memberitahu pemakai jalan yang tidak dapat dinyatakan dengan rambu-rambu. Marka lambang dapat ditempatkan secara sendiri atau dengan rambu lalu lintas tertentu. Marka lainnyaadalah marka jalan selain marka membujur, marka melintang, marka serong dan marka lambang. Marka lainnya yang berbentuk : a. garis utuh baik membujur, melintang maupun serong untuk menyatakan batas tempat parkir; b. garis-garis utuh yang membujur tersusun melintang jalan untuk menyatakan tempat penyeberangan; c. garis utuh yang saling berhubungan merupakan kombinasi dari garis melintang dan garis serong yang membentuk garis berbiku-biku untuk menyatakan larangan parkir.marka jalan yang dinyatakan dengan garis-garis pada permukaan jalan dapat digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas. Pembangunan marka tersebar di beberapa ruas jalan Propinsi Bengkulu, dan untuk lebih jelasnya kebutuhan dan realisai pembangunan marka pada setiap ruas jalan dapat dilihat pada tabel berikut. 6 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 993 tentang Marka Jalan pada Pasal Ayat ( s.d 7) VI-9

20 Tabel 6.9 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Kebutuhan Rambu di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Tanjung Kemuning Datar Lebar 33, Terpasang Kanan (meter) Daftar Lebar- Mentring 4, SP III PD.Guci Air Kering, Padang Leban 4 Tanjung Imam-Muara Sahung 4, Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 7, Sumsel ) 6 Kelutun Simpang Pino, Masat SP.GD Agung-Plk 3, Bengkurung 8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung 3, Plk Bengkurung 9 Plk.Bengkurung Sukarami-Batu 4, Ampar 0 SP.Kedurang KB Agung-Bantu 0, Ampar Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 4, Manna- Batas Sumatera Selatan 40, Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu, Selatan) 4 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 5 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 6 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab, Bengkulu Selatan) 7 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab, Bengkulu Selatan ) 8 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu 0, Selatan ) 9 Jl.Pasar Bawah- Manggul ( 3, Manna, Kab Bengkulu Selatan) 0 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3, Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) 7, Pasar Talo Pasar Talo Pering Baru 0, SP III Ngalam Pasar Ngalam 7, Pasar Ngalam Pasar Talo 37, Sendawar - Maras 5, PD Serai Pasar Ngalam 6, Sukaraja - Tais 49, VI-0

21 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 8 Bintuhan Desa Limas-Ketahun 3, Kerab Lubuk Durian 3, Lubuk Durian- Arga Makmur 0, Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur), Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur), Jl.A.Yani ( Argamakmur ), Argamakmur - Lais 9, Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0, Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0, Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ), Jl.Alamsyah ( Argamakmur ), Tanjung Agung Palik- Gunung 9, Selan 40 Gunung Selan- Girim Mulya 8, Giri Mulya- Atas Tebing 6, Batik Nau Lubuk Banyu, Bintuhan- Batik Nau 5, Giri Mulya Desa Air Solok 30, Lubuk Banyau Ds Air Solok, Lubuk Durian Lubuk Sini 44, Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP, Kroya 48 Klindang -Susup 9, Susup Tj Alam-Ujan Mas 8, SP Gunung Selan-Unit III Kuro 3, Tidur 5 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh 3, ( P. Enggano ) 5 Desa Kali - Argamakmur, SP Air Muring Suka Hijau 3, Suka Baru Bukit Berlian- Napal 4, Putih 55 Ketahun- Bukit Berlian, Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX, Sp Talang Denok Workshop - 5, Argamakmur 58 Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) 59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5, Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya 35, Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 64 Jl.Benuang Galiang, VI-

22 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel 8, Curup - Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah - Ketenong Alas Tebing- Muara Aman 5, Jl. Sapta Marga ( Curup), Jl. Air Males Atas Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani 3, Jl, Salim Batubara, Jl. M.Hasan 0, Jl. Bukit Kaba 6, Jl.Wisata Suban Air Panas, Air Lang Desa Apur 3, Pd Ulak Tanding- Kota Padang- Depati Tj Ening 35, Taba Mulan Simpang Nangka, Palak Curup SP III Karang Baru 9, Penarik Lubuk Pinang 43, Lubuk Cending SP VI ( Agung Jaya) SP III ( Selang Jaya ) Mukomuko Dusun Gedang SP 6, Yamaja ( Pondok Kopi ) 86 Tanah Rekah SP IV ( Teras 9, Terunjam) 87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5, Jl. Lempuing ( Bengkulu ), Jl. Batang Hari ( Bengkulu ), Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0, Jl. Putri Gading Cempaka (, Bengkulu ) 9 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0, Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0, Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0, Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0, Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0, Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0, Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0, Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0, Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0, Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu), Jl. Hibrida ( Bengkulu), VI-

23 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) 03 Jl. Jenggalu ( Bengkulu ), Terpasang Kanan (meter) 04 Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu, Hiu (Bengkulu) 05 Sungai Hitam Pasar Bengkulu, (Bengkulu ) JUMLAH.56, , Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,03 Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan marka disepanjang jalan propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan marka di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pada Ruas Jalan Propinsi x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pada Ruas Jalan Propinsi meter = x 00 % meter = 0,3 % Gambar 6.6 Kondisi Marka di bebapa ruas jalan Provinsi Bengkulu VI-3

24 c. Pagar Pengaman Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Pagar pengaman adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai pencegah pertama bagi kendaraan bermotor yang tidak dapat dikendalikan lagi agar tidak keluar dari jalur lalu lintas. Kelengkapan tambahan dapat berupa suatu unit kokonstruksi yang terdiri dari lempengan dan/atau batang besi, tiang penyangga dan penginkatnya yang dipasang pada tepi jalan. Pagar pengaman dipasang pada lokasilokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut; a. sisi jalan yang kondisi geologinya sangat membahayakan, b. sisi jalan yang berdampingan dengan bagian jalan lainnya, c. sisi jalan yang membahayakan karena kondisi geometrinya, d. sisi jalan yang berdekatan dengan bagunan-bangunan lainnya, e. Pembuatan pagar pengaman dapat menggunakan pipa dan/atau lempengan besi 7 Pipa dan lempengan masing-masing berdiameter 0 cm dan lebar 3 cm. Sifat mekanis dari bahan mempunyai tegangan tidak kurang dari 35 kg/mm. Tegangan tarik tidak kurang dari 49 kg/mm, dan pemanjangan kurang dari, % panjang total. Tinggi bagian atas pagar pengaman dari permukaan jalan adalah 55 cm. Panjang pagar pengaman disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas 8. Perkembangan pembangunan pagar pengaman di Propinsi Bengkulu sebagai alat pengaman dan keamanan lalu lalintas kendaraan bermotor dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.0 Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Pagar Pengamanan di Propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Kebutuhan ( Realisasi Sisa No Jalan Panjang ( Km ) Meter ) (Meter) ( meter ) Nasional 783, Provinsi.56, Kabupaten/Kota , Total 8.03, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 Dengan memperhatikan data perkembangan pembangunan pagar pengaman disepanjang jalan propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi = x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Jalan di Propinsi 7 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan pada Pasal 4 s/d Pasal 6 8 Ibid, Pasal 7 VI-4

25 0 meter = x 00 % 9.50 meter meter = 0 % Lebih jelasnya pembangunan pagar pengaman di ruas jalan Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pagar pengaman di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Tanjung Kemuning Datar Lebar 33, Terpasang Kanan (meter) Daftar Lebar- Mentring 4, SP III PD.Guci Air Kering, Padang Leban 4 Tanjung Imam-Muara Sahung 4, Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 7, Sumsel ) 6 Kelutun Simpang Pino, Masat SP.GD Agung-Plk 3, Bengkurung 8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung 3, Plk Bengkurung 9 Plk.Bengkurung Sukarami-Batu 4, Ampar 0 SP.Kedurang KB Agung-Bantu 0, Ampar Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 4, Manna- Batas Sumatera Selatan 40, Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu, Selatan) 4 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 5 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 6 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab, Bengkulu Selatan) 7 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab, Bengkulu Selatan ) 8 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu 0, Selatan ) 9 Jl.Pasar Bawah- Manggul ( 3, Manna, Kab Bengkulu Selatan) 0 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3, VI-5

26 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) Pasar Talo Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 7, Pasar Talo Pering Baru 0, SP III Ngalam Pasar Ngalam 7, Pasar Ngalam Pasar Talo 37, Sendawar - Maras 5, PD Serai Pasar Ngalam 6, Sukaraja - Tais 49, Bintuhan Desa Limas-Ketahun 3, Kerab Lubuk Durian 3, Lubuk Durian- Arga Makmur 0, Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur), Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur), Jl.A.Yani ( Argamakmur ), Argamakmur - Lais 9, Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0, Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0, Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ), Jl.Alamsyah ( Argamakmur ), Tanjung Agung Palik- Gunung 9, Selan 40 Gunung Selan- Girim Mulya 8, Giri Mulya- Atas Tebing 6, Batik Nau Lubuk Banyu, Bintuhan- Batik Nau 5, Giri Mulya Desa Air Solok 30,0-45 Lubuk Banyau Ds Air Solok, Lubuk Durian Lubuk Sini 44, Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP, Kroya 48 Klindang -Susup 9, Susup Tj Alam-Ujan Mas 8, SP Gunung Selan-Unit III Kuro 3, Tidur 5 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh 3, ( P. Enggano ) 5 Desa Kali - Argamakmur, SP Air Muring Suka Hijau 3, Suka Baru Bukit Berlian- Napal 4, Putih 55 Ketahun- Bukit Berlian, Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX, Sp Talang Denok Workshop - Argamakmur 5, VI-6

27 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 58 Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) 59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5, Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya 35, Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 64 Jl.Benuang Galiang, Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel 8, Curup - Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah - Ketenong Alas Tebing- Muara Aman 5, Jl. Sapta Marga ( Curup), Jl. Air Males Atas Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani 3, Jl, Salim Batubara, Jl. M.Hasan 0, Jl. Bukit Kaba 6, Jl.Wisata Suban Air Panas, Air Lang Desa Apur 3, Pd Ulak Tanding- Kota Padang- Depati Tj Ening 35, Taba Mulan Simpang Nangka, Palak Curup SP III Karang Baru 9, Penarik Lubuk Pinang 43, Lubuk Cending SP VI ( Agung Jaya) SP III ( Selang Jaya ) Mukomuko Dusun Gedang SP 6, Yamaja ( Pondok Kopi ) 86 Tanah Rekah SP IV ( Teras 9, Terunjam) 87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5, Jl. Lempuing ( Bengkulu ), Jl. Batang Hari ( Bengkulu ), Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0, Jl. Putri Gading Cempaka (, Bengkulu ) 9 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0, Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0, VI-7

28 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 94 Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0, Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0, Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0, Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0, Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0, Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0, Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0, Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu), Jl. Hibrida ( Bengkulu), Jl. Jenggalu ( Bengkulu ), Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu, Hiu ( Bengkulu ) 05 Sungai Hitam Pasar Bengkulu (, Bengkulu ) JUMLAH.56, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,03 Berdasarkan data tersebut, nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di ruas jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Jalan Pagar Pengaman Pada Ruas Jalan Propinsi 90 meter = x 00 % 9.50 meter = 0,46 % Gambar 6.7 Salah Satu Pagar Pengaman di Bengkulu VI-8

29 d. Deliniator Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Pembangunan Deliniator di jalan nasional, propinsi dan jalan kabupaten/kota terus dikembangkan. Deliniator dan/atau patok tanda tikungan adalah suatu unit kosntruksi yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi) berfungsi sebagai pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi kiri atau kanan deliantor adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa plastic yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya ( refleksi ) 9 Pembuatan deliantor dapat menggunakan bahan dari pipa besi atau pipa plastic yang dilengkapi dengan bahan bersifat reflektif. Pipa besi berdiameter 0 cm, ketebalan millimeter dengan panjang 0 cm. Pipa dilengkapi dengan macam reflector berwarna putih dan merah. Pipa harus dicat dengan warna hitam dan kuning bergantian, dan ujung paling atas berwarna hitam. Pipa plastic mempunyai panjang 5 cm dan penampang menyerupai segitiga sama sisi dengan panjang sisi 5 cm. Pipa plastic dilengkapi dengan macam refketor berwarna putih dan merah. Pipa plastic harus dicat dengan warna hitam dan putuh bergantian, dan ujung paling atas berwarna hitam 0 Delianiator dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan jalur jalan pada daerah-daerah yang berbahaya. Penempatan delineator dilakukan sedemikian rupa sehingga reflktor berwarna merah akan kelihatan pada sebelah kiri dari arah lalu lintas dan yang berwarna putih akan terlihat pada sebelah kanan arah lalu lalulintas. Delineator ditempatkan sekurang-kurangnya 60 cm dari tepi jalan. Lokasi serta jarak pengulangan penempatan delineator disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lalulintas. Demikian halnya pembangunan/pengadaan deliantor di jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota serta pada ruas jalan terus dikembangkanm, dan untuk lebih jelasnya profil perkembangan delineator di propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Kebutuhan Realisasi No Jalan Panjang ( Km ) ( Meter ) (Meter) Sisa ( meter ) Nasional 783, Provinsi.56, Kabupaten/Kota 5.667, Total Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 9 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan pada Pasal 0 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan pada Pasal 5 Ibid, pada Pasal 6 VI-9

30 Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, nilai persentase kelengkapan deliniator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator Jalan Propinsi Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi x 00 % 0 meter = x 00 % meter = 0 % Pembangunan delineator di beberapa ruas jalan propinsi juga dilakukan. Total ruas jalan propinsi terdapat sepanjang.56, 67 km sementara kebutuhan delineator mencapai meter. Dari kebutuhan tersebut, realisasi pembangunan delineator di ruas jalan propinsi hanya 999 meter. Lebih jelasnya profil pembangunan delineator di beberapa ruas jalan propinsi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.3 Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Deliniator di Ruas Jalan Propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Panjang Ruas Jalan ( Kebutuhan Realisasi No Jalan km ) ( Meter ) ( meter ) Sisa ( meter ) Ruas Jalan Propinsi 56, Total 56, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Perencanan. Propinsi Bengkulu, 03 Sementara kebutuhan dan realisasi kelengkapan jalan khususnya Deliantor di ruas jalan Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.4 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Deliniator di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) Tanjung Kemuning Datar Lebar 33, Daftar Lebar- Mentring 4, SP III PD.Guci Air Kering, Padang Leban 4 Tanjung Imam-Muara Sahung 4, Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 7, VI-30

31 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) Sumsel ) 6 Kelutun Simpang Pino, Masat SP.GD Agung-Plk 3, Bengkurung 8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung 3, Plk Bengkurung 9 Plk.Bengkurung Sukarami-Batu 4, Ampar 0 SP.Kedurang KB Agung-Bantu 0, Ampar Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar 4, Manna- Batas Sumatera Selatan 40, Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu, Selatan) 4 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 5 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu, Selatan ) 6 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab, Bengkulu Selatan) 7 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab, Bengkulu Selatan ) 8 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu 0, Selatan ) 9 Jl.Pasar Bawah- Manggul (anna, 3, Kab Bengkulu Selatan) 0 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab 3, Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) 7, Pasar Talo Pasar Talo Pering Baru 0, SP III Ngalam Pasar Ngalam 7, Pasar Ngalam Pasar Talo 37, Sendawar - Maras 5, PD Serai Pasar Ngalam 6,7-7 Sukaraja - Tais 49, Bintuhan Desa Limas-Ketahun 3, Kerab Lubuk Durian 3, Lubuk Durian- Arga Makmur 0, Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur), Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur), Jl.A.Yani ( Argamakmur ), Argamakmur - Lais 9, Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0, Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0, VI-3

32 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 37 Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ), Jl.Alamsyah ( Argamakmur ), Tanjung Agung Palik- Gunung 9, Selan 40 Gunung Selan- Girim Mulya 8, Giri Mulya- Atas Tebing 6, Batik Nau Lubuk Banyu, Bintuhan- Batik Nau 5, Giri Mulya Desa Air Solok 30,0-45 Lubuk Banyau Ds Air Solok, Lubuk Durian Lubuk Sini 44,3-47 Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP, Kroya 48 Klindang -Susup 9, Susup Tj Alam-Ujan Mas 8,63-50 SP Gunung Selan-Unit III Kuro 3, Tidur 5 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh 3, ( P. Enggano ) 5 Desa Kali - Argamakmur, SP Air Muring Suka Hijau 3, Suka Baru Bukit Berlian- Napal 4, Putih 55 Ketahun- Bukit Berlian, Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX, Sp Talang Denok Workshop - 5, Argamakmur 58 Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) 59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5, Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya 35, Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 64 Jl.Benuang Galiang, Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel 8, Curup - Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah - Ketenong Alas Tebing- Muara Aman 5, Jl. Sapta Marga ( Curup), Jl. Air Males Atas VI-3

33 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (meter ) Dalam Tahun 0 Terpasang Kiri (meter) Terpasang Kanan (meter) 73 Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani 3, Jl, Salim Batubara, Jl. M.Hasan 0, Jl. Bukit Kaba 6, Jl.Wisata Suban Air Panas, Air Lang Desa Apur 3, Pd Ulak Tanding- Kota Padang- Depati Tj Ening 35, Taba Mulan Simpang Nangka, Palak Curup SP III Karang Baru 9, Penarik Lubuk Pinang 43, Lubuk Cending SP VI ( Agung Jaya) SP III ( Selang Jaya ) Mukomuko Dusun Gedang SP 6, Yamaja ( Pondok Kopi ) 86 Tanah Rekah SP IV ( Teras 9, Terunjam) 87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5, Jl. Lempuing ( Bengkulu ), Jl. Batang Hari ( Bengkulu ), Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0, Jl. Putri Gading Cempaka (, Bengkulu ) 9 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0, Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0, Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0, Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0, Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0, Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0, Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0, Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0, Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0, Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu), Jl. Hibrida ( Bengkulu), Jl. Jenggalu ( Bengkulu ), Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu, Hiu ( Bengkulu ) 05 Sungai Hitam Pasar Bengkulu, (Bengkulu ) JUMLAH.56, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,03 VI-33

34 Berdasarkan data tersebut, total kebutuhan Deliniator di ruas jalan Propinsi Bengkulu terdapat meter, sementara.99 meter. Karena itu, nilai capaian persentase kelengkapan delineator pada jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; Fasilitas Perlengkapan jalan Terpasang Deliniator pada Jalan Propinsi x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Propinsi.99 meter = x 00 % meter =,8 % Gambar 6.8 Salah Satu Delinieator di Provinsi Bengkulu e. Cermin Tikungan Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengkapan tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin, bingkai cermin, tiang penyangga dan pengikatnya. Cermin tikungan dopasang pada tepi jalan pada lokasi-lokasi domana pendangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan. Pembuatan cermin tikuangan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan acryile. Tebal dan diameter cermin adalah masing-masing 3 millimeter dan tidak kurang dari 60 cm. Cermin dilengkapi dengan tiang penyangga dari besi dengan diameter 0 cm, bingaki dan topi cermin. Tinggi cermin disesuaikan dengan hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas. Bentuk dan ukuran cermin tikungan 3. Melihat peran cermin tikungan pada pengendara Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan pada Pasal 8 3 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 994 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pemakai Jalan Pada Pasal 9 s/d VI-34

35 kendaraan bermotor, maka pada beberapa titik jalan nasionan, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota di Propinsi Bengkulu telah dibangun. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi pengendera arus lalu lalu lintas pada setiap tikungan. Lebih jelasnya perkembangan pengadaan cermin tikungan dapat dilihat pada tabel berikut No Tabel 6.5 Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Cermin Tikungan di Propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Panjang Jalan Kebutuhan Realisasi Jalan ( Km ) ( Unit ) (Unit) Sisa ( Unit ) Nasional 783, Provinsi.56, Kabupaten/Kota 5.667, Total Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 Berdasarkan data yang telah telah disajikan sebelumnya, dapat dihitung nilai capaian persetase kelengkapan Cermin Tikungan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung dengan rumus; f. Paku Jalan Fasilitas Perlengkapan jalan Cermin Tikungan Terpasang pada Jalan Propinsi x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Pada Jalan Propinsi 0 unit = x 00 % 3 unit = 0 % Paku jalan sebagai tanda pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 5 milimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan tersebut dilengkapi dengan reflektor tidak boleh menonjol lebih dari 40 milimeter di atas permukaan jalan. Paku jalan harus memenuhi ketentuan : a.dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau alumunium campur; b. apabila paku jalandilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah; c. warna pemantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 4 Bentuk dan ukuran paku jalan adalah; a. paku jalan berbetuk bujur sangkar harus memmpunyai sisi yang panjang 0,0 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana kurang dari 60 km per jalam dan 0,5 meter untuk jalan dengan kecepatan rencana 60 km perjam atau lebih, b. paku jalan berbentuk 4 ( empat ) persegi panjang mempunyai 4 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 993 tentang Marka Jalam pada Pasal 9 VI-35

36 ukuran sekurang-kurangnya lebar 0,0 meter dan panjang 0,0 meter, c. paku jalan berbentuk bundar harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 0, meter 5 Bahan paku jalan terdiri dari; a. dibuat dari bahan plastic, baja tahan karat atau alumunium campur, b. apabila paku jalan dilengkapi pemantul cahaya, maka pemantul cahaya harus dapat berfungsi dalam kondisi permukaan jalan kering ataupun basah, c. warna pamantul cahaya adalah putih, kuning atau merah 6.Paku jalan dapat ditempatkan pada; a. batas tepi jalur lintas, b. paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau lalu lintas, c. paku jalan dengan pemantul berwarna ditempatkan pada garis batas sisi kiri jalan, d. paku jalan dengan pemantul bercahaya putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan, e. paku jalan dengan dua () buah pemantul cahaya yang arahnya berlawanan penempatannya. Jarak pemasangan paku jalan dilakukan sebagai berikut; a. pada tanda permukaan jalan peringatan ditempatkan ditengah-tengah celah dua garis, b. pada tanda permukaan jalan yang ditempatkan pada as jalan atau yang digunakan untuk mengarahkan arus lalau lintas ditempatkan pada sisi di tengah tiga buah celah tanda permukaan jalan,c. pada batas tepi sisi jalur lalu lintas ditempatkan pada setiap jarak 9 meter, d. pada tanda permukaan jalan yang digunakan untuk membagi jalur lalu lintas bus adalah pada setiap jarak 8 meter, e. pada tanda permukaan jalan mendekati suatu hambatan ditempatkan pada setiap jarak 4 meter atau kurang, f. pulau lalau lintas ditempatkan pada jarak 4 meter atau kurang 7 Melihat peran paku jalan untuk keselamatan berkendaraan bermotor, di Propinsi Bengkulu terus mengupayakan pembangunan/pengadaan paku jalan pada jalan kering atau basah. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan kendaraan dapat lebih normal dan stabil. Untuk lebih jelasnya perkembangan pembangunan/pengadaan paku jalan di Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel 6.6 Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Paku Jalan di Propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Panjang Jalan Kebutuhan Realisasi Jalan ( Km ) ( Unit ) (unit ) Sisa ( unit ) Nasional 783, Provinsi.56, Kabupaten/Kota 5.667, Total Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 Pemasangan paku jalan telah tersebar di berbagai jalan propinsi di wilayah Propinsi Bengkulu, dan untuk lebih jelasnya kebutuhan dan realisasi pemasangan paku jalan dapat dilihat pada tabel berikut. 5 Keputusan Direktur Jenderal perhubungan Darat No. SK.6/a.j.404/drjd/97 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Perlengkapan Jalan ( Spesifikasi Teknis Paku Jalan ) 6 Ibid ( Bahan baku paku jalan ) 7 Ibid ( Penempatan paku jalan dan Pemasangan paku jalan ) VI-36

37 Tabel 6.7 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 No Nama Ruas Jalan Panjang Kebutuhan Dalam Tahun 0 Ruas jalan (unit ) Terpasang Belum ( Km ) Terpasang (unit) (unit) Tanjung Kemuning Datar Lebar 33, Daftar Lebar- Mentring 4, SP III PD.Guci Air Kering, Padang Leban 4 Tanjung Imam-Muara Sahung 4, Muara Sahung- Air Tembok ( Bts 7, Sumsel ) 6 Kelutun Simpang Pino Masat SP.GD Agung-Plk Bengkurung 8 SP.III Kayu Kunyit-GD.Agung Plk Bengkurung 9 Plk.Bengkurung Sukarami-Batu Ampar 0 SP.Kedurang KB Agung-Bantu Ampar Kurawan-Pinju Layang-PD Lebar Manna- Batas Sumatera Selatan Jl.A.Yani (Manna,Kab Bengkulu Selatan) 4 Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) 5 Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) 6 Jl.Kol Berlian (Manna,Kab Bengkulu Selatan) 7 Jl.P.Marzuki (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) 8 Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu Selatan ) 9 Jl.Pasar Bawah- Manggul ( Manna, Kab Bengkulu Selatan) 0 Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) Pasar Talo Pasar Talo Pering Baru 0, SP III Ngalam Pasar Ngalam 7, Pasar Ngalam Pasar Talo 37, Sendawar - Maras 5, PD Serai Pasar Ngalam 6, Sukaraja - Tais 49, VI-37

38 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (unit ) Dalam Tahun 0 Terpasang Belum Terpasang (unit) (unit) 8 Bintuhan Desa Limas-Ketahun 3, Kerab Lubuk Durian 3, Lubuk Durian- Arga Makmur 0, Kl.Jen.Sudirman (Argamakmur), Jl.Basuki Rahmat ( Argamakmur), Jl.A.Yani ( Argamakmur ), Argamakmur - Lais 9, Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) 0, Jl.M.Hatta ( Argamakmur ) 0, Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur ), Jl.Alamsyah ( Argamakmur ), Tanjung Agung Palik- Gunung 9, Selan 40 Gunung Selan- Girim Mulya 8, Giri Mulya- Atas Tebing 6, Batik Nau Lubuk Banyu, Bintuhan- Batik Nau 5, Giri Mulya Desa Air Solok 30, Lubuk Banyau Ds Air Solok, Lubuk Durian Lubuk Sini 44, Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP, Kroya 48 Klindang -Susup 9, Susup Tj Alam-Ujan Mas 8, SP Gunung Selan-Unit III Kuro 3, Tidur 5 Banjar Sari-Malakoni-Kayu Apuh 3, ( P. Enggano ) 5 Desa Kali - Argamakmur, SP Air Muring Suka Hijau 3, Suka Baru Bukit Berlian- Napal 4, Putih 55 Ketahun- Bukit Berlian, Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX, Sp Talang Denok Workshop - 5, Argamakmur 58 Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) 59 Taba Tembilang- Kuro Tidur 5, Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya 35, Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 64 Jl.Benuang Galiang, VI-38

39 No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas jalan ( Km ) Kebutuhan (unit ) Dalam Tahun 0 Terpasang Belum Terpasang (unit) (unit) 65 Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel 8, Curup - Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah - Ketenong Alas Tebing- Muara Aman 5, Jl. Sapta Marga ( Curup), Jl. Air Males Atas Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani 3, Jl, Salim Batubara, Jl. M.Hasan 0, Jl. Bukit Kaba 6, Jl.Wisata Suban Air Panas, Air Lang Desa Apur 3, Pd Ulak Tanding- Kota Padang- Depati Tj Ening 35, Taba Mulan Simpang Nangka, Palak Curup SP III Karang Baru 9, Penarik Lubuk Pinang 43, Lubuk Cending SP VI ( Agung Jaya) SP III ( Selang Jaya ) Mukomuko Dusun Gedang SP 6, Yamaja ( Pondok Kopi ) 86 Tanah Rekah SP IV ( Teras 9, Terunjam) 87 Jl.Citandul ( Bengkulu ) 5, Jl. Lempuing ( Bengkulu ), Jl. Batang Hari ( Bengkulu ), Jl. Sedap Malam ( Bengkulu ) 0, Jl. Putri Gading Cempaka (, Bengkulu ) 9 Jl.Ratu Agung ( Bengkulu ) 0, Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) 0, Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) 0, Jl.Hazairin ( Bengkulu ) 0, Jl.Kol. Berlian ( Bengkulu ) 0, Jl. DI. Panjaitan ( Bengkulu ) 0, Jl. Teluk Segara ( Bengkulu ) 0, Jl.Abu Hanifah ( Bengkulu ) 0, Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) 0, Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu), VI-39

40 No Nama Ruas Jalan Panjang Kebutuhan Dalam Tahun 0 Ruas jalan (unit ) Terpasang Belum ( Km ) Terpasang (unit) (unit) 0 Jl. Hibrida ( Bengkulu), Jl. Jenggalu ( Bengkulu ), Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu, Hiu ( Bengkulu ) 05 Sungai Hitam Pasar Bengkulu (, Bengkulu ).56, Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu,03 Berdasarkan data di atas, kebutuhan Paku Jalan pada jalan Propinsi Bengkulu mencapai unit. Tetapi realisasi yang terwujud hingga tahun 0 belum ada. Artinya, nilai capaian persentase kelengkapan paku jalan di jalan Propinsi Bengkulu dapat dihitung dengan rumus. % nilai capaian paku jalan Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di jalan Propinsi = x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Paku di Jalan Propinsi 996 unit = x 00 % unit = 0,3% Gambar 6.9 Kondisi Paku Jalan di Provinsi Bengkulu VI-40

41 g. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Alat pemberi isyarat lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan 8. Alat pemberi isyarat lalu lintas terdiri dari; a. lampu 3 ( tiga ) warna untuk mengatur kendaraan, b. lampu ( dua ) warna untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki, c. lampu ( satu ) warna untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan. Lampu tiga ( 3 ) warna terdiri dari warna merah, kuning dan hijau. Lampu tiga (3 ) warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara vertical, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah, kuning, hijau. Apabila dipasang secara horizontal maka susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, kuning, dan hijau. Lampu tiga warna dapat dilengkapi dengan lampu warna merah dan/atau hijau yang memancarkan cahaya berupa tanda panah 9 Lampu dua () warna terdiri dari warna merah dan hijau. Lampu dua warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal. Apabila dipasang secara vertical, susunan lampu dari atas ke bawah dengan urutan merah, hijau. Apabila dipasang secara horizontal, susunan lampu dari kiri ke kanan menurut arah lalau lintas dengan urutan merah, hijau. Sementara lampu satu () warna, berwarna kuning atau merah dan lampu satu () warna dipasang dalam posisi vertical atau horizontal 30 Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas seperti halnya lampu tiga (3) warna adalah sebagai berikut: a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam, mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b.lampu warna kuning menyala setelah lampu warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus berhenti sebelum alat pemberimisyarat lalu litas 3 Lampu dua ( ) warna secara bergantian berfungsi; a. mentaur lalu lintas pada tempat penyeberangan pejalan kaki, b. mengatur lalau lalintas kendaraan pada jalan tol atau tempat tertentu lainnya. Sementara lampu dua () warna berfungsi; a. mengatur lalu lintas pada tempat penyeberangan, b. dapat dilengkapi dengan isyarat suara. Begitu juga halnya lampu satu () warna terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua lampu yang menyala bergantian. Lampu satu warna yang berwarna kuning dipasang pada jalur lalau lalintas, mengisyaratkan pengemudi harus berhati-hati. Lampu satu warna yang berwarna merah dipasang pada persilangan sebidang dengan jalan kereta api dan apabila menyala mengisyaratkan pengemudi harus berhenti. Lampu 8 Keputusan Menteri perhubungan No. 6 Tahun 993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada Pasal ayat () 9 Keputusan Menteri perhubungan No. 6 Tahun 993 tentang Alat Pemberi isyarat Lalu Lintas pada Pasal 3 s/d Pasal 5 30 Keputusan Menteri perhubungan No. 6 Tahun 993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada Pasal 6 s/d Pasal 7 3 Ibid, Pasal 8 VI-4

42 satu warna dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang menunjukkan arah datangnya kereta api. Alat pemberi isyarat lalu lintas berbentuk bulat dengan garis tengah antara 0 sentimeter sampai dengan 30 sentimeter 3. Demikian halnya, di Propinsi Bengkulu, mengingat peran alat pemberi isyarat lalau lalintas cukup besar dalam mengatur lalu lalintas dan menjamin keselamatan berkendara, maka pembangunan alat pemberi isyarat lalu lalintas di dibangun di jalan nasional, kalan propinsi dan jalan kabupaten/kota, dan untuk lebih jelasnya perkembangan pembangunan/pengadaan alat pemneri isyarat lalu lintas dapat dilihat pada tabel berikut. No. Tabel 6.8 Daftar Kebutuhan dan Realisasi Pemasangan Paku di Ruas Jalan Propinsi Dalam Tahun 0 Ruas Jalan Tanjung Kmuning datar lebar Datar lebar Mentiring Panjang Ruas Jalan (Km) 33,5 4,5 Jumlah Simpang/ R.Jalan (Titik) 3 4 Kebutuhan (APIL/WL ( set/titik) WL=3 WL=4 WL=3,APIL Terpsg Tahun 0 Jumlah Belum Terpsg WL=3 WL=4 WL= 3 APIL= 3 Sp III PD.Guci-Air Kering Padang leban,0 4 L= Tanjung Imam-Muara Sahung Muara Sahung Air Tembok ( Bts Sumsel ) Kelutum -Simpang Pino Masat SP.GD Agung SP III Kayu Kunyit GD.Agung PLK Bengkuring Plk Bengkurung Sukarami- Batu Ampar Sp.Kedurang KB Agung Batu Ampar Kurawan Pinju Layang PD Lebar Manna Batas Sumatera Selatan 4,3 7,0,7 0,4 3,4 4,0 0,3 4,4 40,7 3 WL=3 WL=3 APIL= 3 Jl. A Yani (Manna,Kab Bengkulu Selatan ),8 3 APIL= 3 Ibid, Pasal s/d Pasal VI-4

43 No Ruas Jalan Jl.Veteran (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) Jl.SMEAN (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) Jl.Kol Berlian (Manna,Kab Bengkulu Selatan) Jl.P.Marzuki (Manna,Kab Bengkulu Selatan ) Panjang Ruas Jalan (Km),9,7,4,0 Jumlah Simpang/ R.Jalan (Titik) - Kebutuhan (APIL/WL ( set/titik) - Terpsg Tahun 0 Jumlah Belum Terpsg Jl.Bukhari ( Manna,Kab Bengkulu Selatan ) 0, Jl.Pasar Bawah- Manggul ( Manna, Kab Bengkulu Selatan) Jl.Gerak Alam ( Manna,Kab Bengkulu Selatan ) SP.Durian Bubur (Tedunan) Pasar Talo Pasar Talo Pering Baru SP III Ngalam Pasar Ngalam Pasar Ngalam Pasar Talo Sendawar Maras PD Serai Pasar Ngalam Sukaraja Tais Bintuhan Desa Limas- Ketahun Kerkab Lubuk Durian Lubuk Durian-Arga Makmur Jl.Jend Sudirman ( Argamakmur ) Jl.Basuki Rahkmat ( Argamakmur) Jl.A.Yani ( Argamakmur ) Argamakmur Lais Jl.A. Yamin ( Argamakmur ) Jl.M.Hatta (Argamakmur ) Jl.Ir. Soekarno ( Armakmur 3,7 3,7 7,5 0,6 7,38 37,55 5,79 6,7 49,0 3, 3,88 0,85,,5,0 9,37 0,7 0,6, WL=3 WL=3 WL=3 WL=3 WL=3 WL=3 WL=3 VI-43

44 No. 38 Ruas Jalan Jl.Alamsyah(Argamakmur Panjang Ruas Jalan (Km),8 Jumlah Simpang/ R.Jalan (Titik) Kebutuhan (APIL/WL ( set/titik) Terpsg Tahun 0 Jumlah Belum Terpsg Tanjung Agung Palik- Gunung Selan Gunung Selan- Girim Mulya Giri Mulya- Atas Tebing Batik Nau Lubuk Banyu Bintuhan- Batik Nau Giri Mulya Desa Air Limas Lubuk Banyau Ds Air Solok Lubuk Durian Lubuk Sini Tugu Hiu-Taman Hutan Raya- SP Kroya Klindang Susup Susup Tj Alam-Ujan Mas SP Gunung Selan-Unit III Kuro Tidur 9,6 8,8 6,4,4 5, 30,0,0 44,3,47 9,6 8,63 3,4 3 WL=3 WL= Banjar Sari-Malakoni- Kayu Apuh ( P. Enggano ) Desa Kali Argamakmur SP Air Muring Suka Hijau Suka Baru Bukit Berlian- Napal Putih Ketahun- Bukit Berlian Jalan Wisata Air Terjun- Curup IX Sp Talang Denok Workshop Argamakmur Argamakmur Taba Tembilang ( Argamakmur) Taba Tembilang- Kuro Tidur Ketahun- Napal Putih D.6 Ketahun Giri Mulya Permu Beringin Tiga Tebat Monok SP Wahim KB Agung 3,0,9 3,4 4,8,,0 5,4 5 5, , VI-44

45 No Ruas Jalan Jl.Benuang Galiang Jl. Wisata Kepahiang- Kaba Wetan Bandung Baru Kepahiang Batas Sumsel Curup Tes Tes Muara Aman Taba Sawah Tambang Sawah Ketenong Alas Tebing- Muara Aman Jl. Sapta Marga ( Curup) Jl. Air Males Atas Jl. DI. Panjaitan Jl. Dr.A.Gani Jl, Salim Batubara Jl. M.Hasan Jl. Bukit Kaba Jl.Wisata Suban Air Panas Air Lang Desa Apur Pd Ulak Tanding-Kota Padang-Depati-Tj Ening Taba Mulan- Simpang Nangka Palak Curup SP III Karang Baru Penarik Lubuk Pinang Lubuk Cedang SP VI(Agung Jaya)-SP III ( Selagan Jaya ) Muko-Muko-Dusun Gedang SP Yamaja ( Pondok Kopi ) Tanah Rekah SP IV ( Teras Terunjam) Jl.Citandul ( Bengkulu ) Jl. Lempuing ( Bengkulu ) Jl. Batang Hari (Bengkulu) Jl. Sedap Malam (Bengkulu ) Panjang Ruas Jalan (Km),5 6 8, ,,3 3,3,5 0,7 6,95, 3, 35,4,6 9,7 43,6 8,0 6,5 9, 5,,3, 0,5 Jumlah Simpang/ R.Jalan (Titik) 3 Kebutuhan (APIL/WL ( set/titik) WL=8 WL=3 APILL=4 WL=4 Terpsg Tahun 0 Jumlah Belum Terpsg APIL=4 WL=4 VI-45

46 No Ruas Jalan Jl. Putri Gading Cempaka ( Bengkulu Jl.Ratu Agung(Bengkulu ) Jl. Soekarno Hatta ( Bengkulu) Jl. M. Hasan ( Bengkulu ) Jl.Hazairin ( Bengkulu ) Jl.Kol. Berlian(Bengkulu) Jl.DI.Panjaitan(Bengkulu ) Jl.Teluk Segara(Bengkulu ) Jl.Abu Hanifah(Bengkulu ) Jl. TP Kasim Nazir ( Bengkulu) Jl. Nusirwan Zainul ( Bengkulu) Jl. Hibrida ( Bengkulu) Jl. Jenggalu ( Bengkulu ) Jl. Letnan Syamsul Bahrun Tugu Hiu ( Bengkulu ) Sungai Hitam Pasar Bengkulu ( Bengkulu ) Pasar Bengkulu Tapak Paderi Tapak Kedari- Utum Bina Marga Jalan Wisata- Pantai Panjang Pasir Putih- Kuala Baru Muara SP- Pertamina (Pel.Pulau Baai ) Panjang Ruas Jalan (Km),35 0,9 0,75 0,6 0,6 0,4 0,95 0,8 0,7 0,4,5,83,4,,4,65,5 5,,4 0,6 Jumlah Simpang/ R.Jalan (Titik) 4 Kebutuhan (APIL/WL ( set/titik) APILL= WL=4 WL=4 Terpsg Tahun 0 Jumlah Belum Terpsg WL=4 WL=4 Jumlah.56, APILL=7 Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu, 03 7 APIL=7 Berdasarkan data seperti dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian perlengkapan jalan (alat pemberi isyarat lalu lintas/ Warning light terpasang di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; VI-46

47 Fasilitas Perlengkapan Alat pemberi isyarat Lalu Lintas di jalan Propinsi x 00 % Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Iisyarat Lalu Lintas Pada Jalan di Propinsi unit = x 00 % =, % 79 unit Gambar 6.0 Warning Light yang ada di Bengkulu h. Lampu penerangan Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah tanah. Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur penopang serta tiang lampu 33. Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a. menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e. memberikan keindahan lingkungan jalan 34. Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Program Propinsi Bengkulu, standar jenis lampu yang digunakan di jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI ( Standar Nasional Indonesia ) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS , SNI 739 pada hal : Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS , SNI 739 pada hal 4, Ibid, hal 5 VI-47

48 Jenis Lampu Lampu tabung fluorescent Tekanan Rendah Lampu gas merkuri tekanan tinggi (MBF/U) Lampu gas sodium bertekanan rendah (SOX ) Lampu gas sodium tekanan tinggi ((SON) Tabel 6.9 Jenis Lampu Penerangan Jalan Secara Umum Menurut Karakteristik dan Penggunaannya Efisiensi Rata-rata (lumen/watt) Umur Rencana Rata-Rata (Jam) Daya (watt) :50; 400; 700 Pengaruh Terhadap Warna Objek Sedang Sedang 90 : 80 Sangat Buruk 50;50;400 Buruk Keterangan - Untuk jalan kolektor dan lokasl - Efisiensi cukup tinggi tetapi berumur pendek - Jenis lampu ini masih dapat digunakan untuk hal-hal yang terbatas - Untuk jalan kolektor, local dan persimpangan - Efisiensi rendah, umur panjang dan ukuran lampu kecil - Jenis lampu ini masih dapat digunakan secara terbatas - Untuk jalan kolektor, local, persimpangan, penyeberangan, terowongan, tempat peristirahatan ( rest area) - Efisiensi sangat tinggi, umur cukup panjang, ukuran lampu besar sehingga sulit untuk mengontrol cahayanya dan cahaya lampu sangat buruk karena kuning - Jenis lampu ini dianjurkan digunakan karena faktor efisiensinya yang sangat tinggi - untuk jalan tol, arteri, kolektor,,persimpangan besar/luas dan interchange - efisiensi tinggi, umur sangat panjang, ukuran lampu kecil, sehingga mudah pengontrolan cahayanya - jenis lampu ini sangat baik dan sangat dianjurkan untuk digunakan Di Propinsi Bengkulu pembangunan/pengadaan lampu penerangan di jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota terus ditingkatkan. Tetapi karena keterbatasan anggaran, hingga sekarang belum sepenuhnya terbangun sesuai dengan kebutuhan. Lebih jelasnya jumlah lampu penerangan jalan di Propinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel berikut.. VI-48

49 Tabel 6.0 Kebutuhan Dan Realisai/Pengadaan Lampu Penerangan di propinsi Bengkulu Hingga Tahun 0 Kebutuhan Realisasi No Jalan ( Unit ) (unit ) Sisa ( Unit ) Nasional Provinsi Kabupaten/Kota Total Sumber : Dinas Perhubungan & Informatikan c.q Bidang Program. Propinsi Bengkulu, 03 Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian persentase kelengkapan lampu penerangan di jalan propinsi dapat dihitung dengan rumus; Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi Total Kebutuhan Fasilitas Perlengkapan Lampu Penerangan jalan propinsi x 00 % 50 unit = x 00 % = 0 %.500 unit Gambar 6. Lampu Penerangan Umum di Provinsi Bengkulu VI-49

50 . Keselamatan Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Keselamatan dalam hal ini, dimaksudkan terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi ( AKDP ). Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan 36. Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan; d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan. 37. Angkutan adalah perpindahan orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas jalan. Angkutan umum adalah angkutan orang/atau barang yang menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan 38. Pelayanan angkutan kota antar dalam propinsi dilaksanakan dengan cirri-ciri sebagai berikut; a. mempunyai jadwal tetap, drbsgsimsns tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan bersifat cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurangkurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e. prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 39. Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan sekurangkurangnya 0,4 m per penumpang, c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil barang mengangkut penumpang 40 Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b. papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan, daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat 36 Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal ayat (3) 37 Ibid 38 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 0 39 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 9 40 Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3 VI-50

51 pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan. 4. Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan 4 sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa. Untuk memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji 43 Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 44 ; a. memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 45 ; a. uji suspense roda ( Pit wheel Suspension Tester ) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida ( CO), hidro karbon ( HC ), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda depan ( side slip tester ), h. suara ( sound level meter ), i. dimensi kendaraan ( lebar, panjang, tinggi dan sumbu roda ), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban ), k. kaca film. Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat pemukul/pemecah kaca ( martil ), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurangkurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang bekerja secara otomatis 46. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis: a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 47 : ) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak lebih dari 6 penumpang ) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 7 dan 50 penumpang 3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 5 dan 80 penumpang 4 Ibid Pasal 9 4 Ibid Pasal 6 point j 43 Ibid Pasal 67 point c 44 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.7 Tahun 993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor Pada Pasal ayat () 45 Ibid, Pasal ayat () 46 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.763/AJ.50/DRJD/003 tentang Petunjuk teknis Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5 47 Ibid, Pasal 6 VI-5

52 4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80 penumpang b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 7 penumpang, diwajibkan memiliki pintu darurat minimal buah pada sisi kiri-kanan c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada dinding belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan: ) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila memiliki ukuran sekurang-kurangnya.00 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan memiliki dua tempat keluar darurat ) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas 3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing 4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan, harus memenuhi persyaratan: ) Memiliki lebar sekurang kurangnya 430 millimeter ) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan tempat keluar darurat dan tata cara membukanya g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya h. Kaca mobil bud wajib menggunakan kaca keselamatan ( Safety Glass ), dengan ketentuan sebagai berikut; ) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated ) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered Standar keselamatan seperti telah disebutkan sebelumnya adalah bersifat umum. Artinya, setiap angkutan harus memenuhi standar tersebut termasuk AKDP ( Angkutan Kota Dalam Propinsi). Berkenaan dengan itu, standar tersebut dapat juga diberlakukan pada AKDP yang ada di Propinsi Bengkulu. Untuk dapat mengetahui tingkat keselamatan AKDP telah dilakukan wawancara dengan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Propinsi Bengkulu tentang bagaimana kondisi keselamatan Angkutan Kota Dalam Propinsi ( AKDP ). Dalam hal ini, kelaikan tentunya dilihat dari segi ketaatan para pemilik AKDP untuk melakukan Uji KIR secara berkala. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh, semua angkutan yang berflat kuning diwajibkan melakukan KIR secara berkala dan pemilik AKDP juga mentaatinya. Di lain pihak, LLAJ dari Dinas Perhubungan juga melakukan razia secara rutin untuk mengecek apakah AKDP rutin melakukan Uji KIR sesuai dengan ketentuan. Ternyata dari hasil razia yang dilakukan semua kendaraan AKDP secara rutin melakukan Uji KIR secara berkala. Surveyor juga melakukan wawancara terhadap sepuluh (0 ) Pengemudi AKDP yang kebtulan sedang menunggu di terminal. Dari hasil wawancara dengan para Pengemudi, ternyata kendaraan yang dibawa rutin melakukan uji KIR secara berkala dan menunjukkan Buku Uji KIR. Sebagai bukti melakukan uji KIR, juga terlihat pada badan kendaraan AKDP yang diletakkan di samping kanan dan kiri badan kendaraan. Di samping kelaikan kendaraan AKDP, juga melakukan pengamatan dan wawancara terhadap keselamatan dalam keadaan darurat. Hasilnya sebagian besar kurang mentaati. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel ebrikut. VI-5

53 Tabel 6. Standar AKDP (Angkutan Kota Dalam Propinsi) No Standar AKDP Standar di Uraian Di daerah dimana sarana transportasinya belum memadai, pengangkutan orang dapat menggunakan mobil barang, namun waji memenuhi persyaratan; a.ruang muatan dilengkapi dengan dinding yang tingginya sekurang-kurangnya Standar 0,6 m Lokasi Studi Propinsi Bengkulu 0,6 m b.tersedia luas lantai ruang muatan sekurang kurangnya c.memiliki dan membawa surat keterangan mobil mengangkut penumpang 0,4 m per penumpang 0,4 m per penumpang Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi: a.nama perusahaan ditempelkan di badan kendaraan b.nomor kendaan ditempelkan di depan & belakang kendaraan c.jenis trayek yg dilayani,ditulis huruf balok di ditempelkan pada badan kendaraan sebelah kiri dan kan kendaran dengan tulisan AKDP ditempatkan 3 Memiliki Jati diri pengemudi ditempatkan yang dikeluarkan oleh perusahaan Dashboard 3 Fasilitas a.bagasi b.kota obat & isinya c.alat pemantau kecepatan kendaraan 4 Keselamatan AKDP yang dibuktikan dengan adanya Buku Uji Kendaraan secara berkala meliputi; a.uji suspense roda & kondisi teknis Bagian bawah kendaraan b.uji rem c.uji lampu utama d.speedometer e.uji emisi gas buang (uji karbon monoksida & di Ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada VI-53

54 No Standar AKDP Standar di Uraian Standar Lokasi Studi Propinsi Bengkulu 5 Untuk menjamin keselamatan penumpang, setiap kendaraan harus dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat berupa; 6 Mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih 7 orang penumpang diwajibkan memiliki pintu darurat minimal hidro karbon serta ketebalan asap gas buang f.berat kendaraan g.kincup roda depan h.suara i.dimensi kendaraan (lebar, tinggi dan Sumbu roda) j.tekanan udara (compressor rem, tekanan udara ban) k.kaca film a.alat pemukul/pemecah kaca ( martil ) b.alat pemadan kebakaran c.alat kendali darurat pembuka pintu utama dua() buah yg ditempatkan di sisi kiri dan kanan secara otomatis d.satu() tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri,jika muatannya tidak lebih dari 6 penum -pang e.dua () tempat keluar darurat pada setiap sisi kiri kanan, jika muatannya antara 7 dan 50 penum- Pang f.tiga(3) tempat ke luar darurat pada setiap sisi kiri kanan antara 5 80 penumpang g.empat (tempat keluar darurat pada setiap sisi kiri kanan jika mauatnya lebih dari 80 pemumpang ( dua) buah pada sisi kiri kanan Ada Ada Ada Ada Ada ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 7 Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat Jika pada dinding Tidak ada VI-54

55 No Standar AKDP Standar di Uraian Standar Lokasi Studi Propinsi Bengkulu dikurangi dengan satu () belakang tempat pintu lebarnya paling sedikit 8 Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan; 9 Tempat keluar darurat berupa pintu yg Dipasang pada dinding samping kiri dan kanan harus memenuhi persyaratan. 0 Tempat keluar darurat diberi tanda dan Dan tata cara membukanya Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus; Kaca mobil, wajib menggunakan kaca keselamatan ( Safe glass ) dengan ketentuan; Sumber; Hasil olahan konsultan, millimeter a.memiliki ukuran minimum 600 milli meter x 430 millimeter bilamana memiliki ukurang sekurang-kurangnya.00 millimeter x 430 millimeter disa- Makan dengan memi Liki dua () tempat Keluar darurat b.mudah dan cepat dibuka atau dirusak atau dilepas c.sudut-sudut jendela yg berfungsi sebagai tempat keluar darurat dan tidak runcing d.tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung a.memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 millimeter b.mudah dibuka setiap waktu dari dalam Ada tanda dan cara membukanya Mudah dilepas dan dilipat serta diberi warna a.kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated b.kaca bagian samping kiri kanan dan belakang memakai jenis Tempered Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Jumlah AKDP di Propinsi Bengkulu terdapat 34 unit, yang dimiliki berbagai berbagai perusahaan angkutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Jumlah Armada AKDP di Propinsi Bengkulu Dalam tahun 03 No Nama Perusahaan Jumlah PO. Putra Raflesia 9 VI-55

56 No Nama Perusahaan Jumlah PO. Bengkulu Kito 3 PO. Rejang Permata 9 4 PO. Sriwijaya 3 5 PO. Kurnia Putra 6 PO. Tanjung Indah 0 7 PO. Bengkulu Indah 6 8 PO. San Putra Sejahtera 48 9 PO. Asia Travel 5 0 PO. Putra Simas PO. Ratu Agung 4 PO. Lubuk Tapi Ekspres 6 3 PO. Sarana Sakti 5 4 PO. Sinar Sikundang 5 5 PO. Raget 5 6 PO. EEF Travel 6 7 PO. Citra Sekar Harum 0 JUMLAH 34 Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Bengkulu, 03 Berdasarkan data dan penjelasan tersebut di atas, maka nilai capaian persentase standar keselamatan yang melayani trayek antarkota dalm propinsi ( AKDP ) terhadap total angkutan umum antarkota dalam propinsi dapat dihitung dengan rumus; Angkutan Armada Antar Kota Dalam Propinsi Memenuhi Standar Keselamatan Total Armada Antar Kota Dalam Propinsi X unit = x 00 % 34 unit = 00 %. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan 48 lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: a. Tersedianya SDM Yang Memiliki Kompetensi Sebagai Pengawas Kelaikan Kendaraan Pada Perusahaan Dalam rangka menjamin kelaikan kendaraan setiap hari, diharuskan setiap perusahaan angkutan memiliki SDM yang mempunyai kompetensi memperbaiki kendaraan pada 48 Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar Pelayanan Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran hal VI-56

57 saat kendaraan sampai di pool usai melakukan operasional. Tugas SDM tersebut, adalah memeriksa secera keseluruhan kendaraan secara rutin, apakah laik operasional atau tidak. Apalagi, bilamana ada keluhan sopir, diharapkan sesegera mungkin dapat melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Dengan demikian, diharapkan keselamatan para penumpang dapat lebih terjamin. Hal ini adalah sesuai bahwa standar pelayanan angkutan orang, dimana setiap perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar yang terdiri dari; a. keamanan, keselamatan dan kenyamanan 49. Setiap perusahaan yang memiliki izin trayek, diwajibkan memenuhi persyaratan admistratif dan teknis. Persyaratan administratif adalah meliputi beberapa aspek, antara lain; a. menguasai fasilitas penyimpanan /pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan, b. memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu menyediakan pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraan untuk tetap dalam kondisi laik jalan 50 Berdasarkan wawancara dengan Dinas Perhubungan Propinsi Bengkulu dan Bagian Program, jumlah pengusaha angkutan antar kota dalam Propinsi Bengkulu dalam tahun 03 terdapat sebanyak 7 ( tujuh belas ) unit. Sesuai dengan aturan seperti telah dijelaskan sebelumnya, setiap perusahaan angkutan diwajibkan memiliki SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan yang pada dasarnya berada dalam lingkungan perusahaan angkutan tersebut atau bekerja sama dengan pihak lain untuk menjamin kelaikan operasional kendaraan. Tetapi dalam kenyataannya, 5 ( lima belas ) perusahaan tersebut cenderung memilih memilih kerjasama dengan pihak lain, dan ( dua ) perusahaan angkutan memiliki SDM yang memiliki pompetensi dalam perbaikan kendaraan yang langsung berada dalam naungan perusahaan angkutan. Berdasarkan informasi dari beberapa pengusaha angkutan, pilihan bekerjasama dengan pihak lain sangat menguntungkan, karena tidak setiap hari kendaraan mengalami kerusakan, kecuali bilamana kendaraan mengalami kerusahaan SDM dari pihak kerjasama dipanggil untuk memperbaiki. Sementara jika memiliki sendiri biayanya relative mahala, karena harus membeli peralatan dan menggaji setiap bulan. Sementara dengan bekerjasama dengan pihak lain, pembayarannya hanya sebatas waktu tenaga SDM tersebut digunakan dalam perbaikan kendaraan. Makna memiliki SDM yang memiliki kompetensi dalam sebagai pengawasan kelaikan kendaraan perusahaan adalah sama dengan bekerjasa sama dengan pihak lain dalam pemeliharaan kendaraan. Artinya, yang penting kendaraan dapat laik operasional pada saat digunakan. Karena itu, boleh dikatakan kinerja SDM yang memiliki komptensi dalam pengawasan kelaikan kendaraan adalah; Usaha Angkutan Yang Memiliki SDM Yang Berkompetensi Kelaikan Usaha Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi x00 % 7 = x 00 % 7 49 Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalam pada Pasal 4 point a,b dan c. 50 Keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 45 ayat () dan ayat () pada point c.d. dan e. VI-57

58 = 00 % b. SDM Pengelola Terminal SDM pengelola terminal sangat diperlukan, mengingat terminal adalah merupakan pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. SDM yang memiliki kompetensi dalam pengelola terminal akan berdampak positif terutama dalam hal kelancaran keluar masuk kendaraan, kenyamanan, keamanan dan mobilisasi penumpang naik- turun serta pilihan kendaraan antar jaringan. Berdasarkan data dan informasi dari lapangan, setiap terminal kegiatan dikelompokkan pada tiga bagian, yaitu regu I, regu II dan Regu III. Regu I bertugas untuk mengawasai dan mengatur kedatangan kendaraan ke dalam terminal. Regu II bertugas untuk mengawasi dan mengatur kendaraan dalam terminal, dan Regu III bertugas mengawasai dan mengatur keberangkatan kendaraan dari terminal. Dari hasil pengamatan di lapangan khususnya pada terminal terminal tipe B, jumlah SDM pada setiap regu rata-rata mencapai 6 ( enam ) orang. Padahal, berdasarkan informasi dari Kepala Terminal Tipe B dengan jumlah SDM sebanyak 4 orang pada setiap regu, sebenarnya sudah mampu melaksanakan tugas dengan baik. c. SDM pengelola perlengkapan jalan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung 5. Peranan perlengkapan jalan dalam mendukung arus lalu lintas dan keselamatan kendaraan dalam operasional sangat diperlukan. B. Angkutan Sungai Dan Danau Angkutan Sungai dan Danau hingga sekarang belum ada pemberdayaan sebagai transportasi. Karena itu, dalam hal ini belum ada pembahasan angkutan sungai dan danau. C. Penyeberangan. Jaringan Pelayanan Angkutan Penyeberangan Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang terputus karena adanya perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 5. Defenisi operasionalnya dalam konteks perhitungan kinerja angkutan penyeberangan adalah tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan adalah prosentase jumlah angkutan 5 Undang Undang No. Tahun 009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal ayat (6 ) 5 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK. 4/HK.04/DRJD/0 tentang Pedoman Teknis Manajemen Lalu Lintas Penyeberangan pada Pasal ayat () VI-58

59 antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus oleh perairan 53 Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Program Propinsi Bengkulu, lintas penyeberangan hanya satu () yaitu dengan jaringan Bengkulu ( P.Baai-Bengkulu ) dengan P.Kahyapu ( Pulau Enggano ). Rencana pengembangan jaringanpun hingga sekarang belum ada. Untuk lebih jelasnya jaringan lintas penyeberangan dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel 6.3 Jaringan Lintas Lintas Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu Jumlah Lokasi Penyeberangan Jaringan Lintas Penyeberangan Kapal yg Pelabuhan Pelabuhan Melayani Bengkulu - Kahyapu - Bengkulu P. Baai, Bengkulu Kahyapu - P.Enggano Kapal Sumber : Dinas Perhubungan & Informatika. Cq. Bidang Perencanaan. Bengkulu, 03 Berdasarkan data tersebut di atas, nilaia capaian tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut; % Pelayanan Angkutan Penyeberangan Jaringan Lintas Yang Telah Terlayani Angkutan Penyeberangan = x 00 % total Jaringan Lintas Angkutan Penyeberangan Dalam Suatu propinsi = x 00 % = 00 % Target pencapaian standar pelayanan minimal tersedianya jaringan pelayanan angkutan penyeberangan untuk yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi yang menghubungkan jalan propinsi yang terputus oleh perairan adalah 75 % 54. Sementara capaian standar di Propinsi Bengkulu sudah mencapai 00 %. Hal ini artinya, keberhasilan Propinsi Bengkulu dalam capayan standar pelayanan sudah mencapai 00 % 53 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada hal Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Dalam Lampiran I VI-59

60 . Jaringan Prasarana Angkutan Penyeberangan Pelabuhan Penyeberangan adalah pelabuhan umum untuk kegiatan angkutan penyeberangan 55. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan berserta muatannya 56. Sementara definisi operasional menekankan tersedianya jaringan prasarana angkutan penyeberangan adalah prosentase tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi dan pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan dan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan terhadap total kebutuhan pelabuhan penyeberangan d alam suatu propinsi 57. Jumlah pelabuhan di Propinsi Bengkulu hanya terdapat dua () unit sebagai pasarana yang menghubungkan Bengkulu dengan Pulau Enggano, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.4 Jumlah Pelabuhan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu No Nama Pelabuhan Lokasi Pelabuhan Baai Bengkulu Pelabuhan Kahyan Pulau Enggano Sumber: Dinas Perhubungan & Infromatika c.q. Bidang Program di Propinsi Bengkulu, 03 Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Bengkulu, rencana pengembangan dan/atau penambahan pelabuhan penyeberangan hinga sekarang belum ada. Kebutuah hanya dua ( ) pelabuhan tersebut untuk melayani kebutuhan penduduk yang berada di Pulau Enggano. Berkenaan dengan itu, nilaia capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan pada setiap ibukota propinsi pada ibukota kabupaten/kota yang memiliki pelayanan angkutan penyeberangan yang beroperasi pada lintas antarkabupaten/kota dalam propinsi dan tidak ada alternative jalan dihitung dengan menggunakan rumus; % Prasarana Pelabuhan Penyeberangan Pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi = x 00 % Total kebutuhan pelabuhan penyeberangan dalam suatu propinsi = x 00 % 55 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.68/AP.005/DRJD/006 tentang Pengoperasian Pelabuhan Penyeberangan pada Pasal ayat () 56 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 8 57 Ibid, hal 8 VI-60

61 = 00 % Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Standar pelayanan minimal yang tersedia hingga pada tahun 04 sebesar 75 % 58. Sementara capaian tersedianya pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu pada saat sekarang ini sudah mencapai 00 %. Hal ini berarati, ketersediaan dan/atau kebutuhan pelabuhan penyeberangan di Propinsi Bengkulu sudah mencukupi. 58 Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran I VI-6

62 Gambar 6. : Peta Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Provinsi Bengkulu VI-6

63 3. Keselamatan Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian 59. Persyaratan tersebut harus dipenuhi pemilik kapal, bilamana melakukan operasional demi keselamatan dan kenyamanan penumpang serta muatannya. Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, pelabuhan, serta perlindungan lingkungan maritim. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan: a. kelaiklautan kapal; dan kenavigasian. Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerahpelayarannya yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pencegahan pencemaran dari kapal; b. pengawakan kapal; c. garis muat kapal dan pemuatan; d. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang; e. status hukum kapal; f. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan g.manajemen keamanan kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat dan surat kapal 60 Kenavigasian terdiri atas: a. Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; b Telekomunikasi- Pelayaran; c. hidrografi dan meteorologi; d. alur dan perlintasan; e. pengerukan dan reklamasi; f. pemanduan; g. penanganan kerangka kapal; dan h. salvage dan pekerjaan bawah air. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan angkutan perairan Pemerintah melakukan perencanaan, pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan, dan pengawasan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dan Telekomunikasi-Pelayaran sesuai dengan ketentuan internasional, serta menetapkan alur-pelayaran dan perairan pandu. 6 Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Persyaratan keselamatan kapal meliputi: a. material; b.konstruksi; c. bangunan; d. permesinan dan perlistrikan; d. stabilitas; e. tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio; dan f. elektronika kapal 6 Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan keselamatan kapal diberi sertifikat keselamatan oleh Menteri. Sertifikat keselamatan terdiri atas: a. sertifikat keselamatan kapal penumpang; b. sertifikat keselamatan kapal barang; dan c. sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan. Keselamatan kapal ditentukan melalui pemeriksaan dan pengujian. Terhadap kapal yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat () dilakukan penilikan secara terus-menerus sampai kapal tidak digunakan 59 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal ayat (34 ) 60 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal 6 s/d Pasal 7 6 Undang- Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal 8 s/d Pasal 9 6 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang pelayaran Pada Pasal 4 VI-63

64 lagi. Pemeriksaan dan pengujian serta penilikan wajib dilakukan oleh pejabat pemerintah yang diberi wewenang dan memiliki kompetensi 63 Perkapalan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan persyaratan kelaiklautan kapal dan segala faktor yang mempengaruhinya, sejak kapal dirancangbangun sampai dengan kapal tidak digunakan lagi. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Kapal Indonesia adalah kapal yang memiliki kebangsaan. Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini 64. Setiap kapal wajib memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang meliputi: a. keselamatan kapal; b. pengawakan kapal; c. manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran dari kapal; d. pemuatan; dan e.. status hukum kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat kapal dan/atau surat kapal sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan 65. Dari hasil wawancara dengan dengan Dinas Perhubungan c.q Bidang Angkutan Laut serta Kapten Kapal Angkutan Penyeberangan di Propinsi Bengkulu, persyaratan keselamatan kapal penyeberangan yang menghubungkan Bengkulu Pulau Enggano selalu diperhatikan. Hal ini disebabkan mengingat kondisi geografis laut yang dilintasi kapal penyeberangan adalah lautan hindia, dimana tinggi gelombang sering menjadi hambatan dalam pelayaran. Berkenaan dengan itu, persyaratan keselamatan kapal angkutan penyeberangan harus dipenuhi, dan semuanya dibuktikan dengan sertifikasi. Beberapa persyaratan keselamatan yang selalu mendapat perhatian adalah sebagai berikut; a. Material Persyaratan material adalah kapal yang berbedera Indonesia yang diwajibkan melakukan klasifikasi kapal atau kapal yang wajib kelas dengan kententuan; a. panjang > = 0 m dan atau, b. tonase > = 00 GT dan atau, c. mesin penggerak > = 50 PK dan atau, d. yang melakukan pelayaran Internasional meskipun telah memiliki sertifikat dari Biro Klasifikasi asing 66. Lingkup klasifikasi kapal meliputi: a. lambung kapal, instalasi mesin, instalasi listrik, perlengkapan jangkar, b. Instalasi pendingin yang terpasang permanen dan merupakan bagian dari kapal, c. Semua perlengkapan dan permesinan yang dipakai dalam operasi kapal, d. Sistem konstruksi dan perlengkapan yang menentukan tipe kapal 67. Sebelum kapal dapat diregistrasi di BKI, kapal tersebut harus memenuhi persyaratan dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses persetujuan gambar teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan. Untuk kapal yang dibangun 63 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal 6 64 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 00 tentang Perkapalan Pada Pasal ayat (, dan 3 ) 65 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 00 tentang Perkapala n Pada Pasal 5 66 Peraturan Menteri Perhubungan No. 7 Tahun Tahun 03 tentang Kewajiban Klasifikasi Bagi Kapal Berbendera Indonesia Pada Badan Klasifikasi Pasal 67 VI-64

65 sesuai dengan persyaratan peraturan klasifikasi akan ditetapkan notasi klas kapal tersebut pada saat selesainya pemeriksaan secara keseluruhan melalui survey klasifikasi dengan hasil yang memuaskan. Untuk kapal yang sudah dioperasikan, BKI juga melaksanakan survey periodei untuk menjamin bahwa kapal masih meemnuhi persyaratan klasifikasi kapal. Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin berpengaruh terhadap kondisi klasifikasi diantara masa survey periodic, maka pemilik kapal dan/atau operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut kepada BKI. Dalam melaksanakan proses klasifikasi, BKI mengimplementasikan peraturan teknik meliputi; a. evaluasi teknis terhadap rencana desain dan dokumen yang berkaitan dengan kapal yang akan dibangun untuk memeriksa pemenuhan terhadap peraturan yang berlaku; b. melaksanakan survey dan pemeriksaan proses konstruksi kapal di galangan kapal oleh surveyor klasifikasi dan juga pemeriksaan pada fasilitas produksi yang menghasilkan komponen utama kapal, seperti pelat baja, permesinan, generator, propeller dll untuk menjamin bahwa kapal dan komponennya dibangun sesuai dengan persyaratan klasifikasi; c. pada saat selesainya pembangunan tersebut diatas dan berdasarkan laporan hasil pemeriksaan selama pembangunan, bila seluruh persyaratan dipenuhi, maka BKI akan menerbitkan sertifikat klasifikasi; d. Pada saat kapal tersebut beroperasi/ berlayar, pemilik kapal harus mengikuti program survey periodik dan diluar survey periodic untuk mempertahankan klasifikasinya. Kapal yang sudah memiliki klasifikasi, diwajibkan untuk terus melaksanakan survey yang dipersyaratkan untuk mempertahankan status klasifikasinya. Jenis-jenis survey periodik ini, antara lain survey pembaruan kelas (class renewal), survey tahunan, (annual survey), survey antara (intermediate survey) dan survey dok (docking/bottom survey). Selain itu survey poros baling-baling, boiler, permesinan dan survey khusus lainnya sesuai dengan persyaratan klasifikasi. BKI akan menerbitkan survey status dan diinformasikan kepada pemilik. Klasifikasi kapal dilaksanakan berdasarkan pengertian bahwa kapal dimuati, dioperasikan dan dirawat dengan cara yang benar oleh awak kapal yang kompeten dan kualifikasi. Pemilik kapal bertanggung jawab untuk menjamin bahwa perawatan kapal dilakukan dengan cara yang benar hingga survey periodik berikutnya sesuai dengan persyaratan. Juga menjadi kewajiban pemilik kapal atau yang mewakilinya untuk menginformasikan kepada surveyor klasifikasi saat survey diatas kapal, semua kejadian atau kondisi yang berpengaruh terhadap status klasifikasi. Bila kondisi mempertahankan klasifikasi ini tidak dipenuhi, maka BKI akan menegguhkan (suspend) atau mencabut (withdrawn) status klasifikasinya berdasarkan referensi persyaratan klasifikasi. Kapal mungkin akan kehilangan status kualifikasinya untuk sementara atau atau secara permanen. Demikian juga, kapal yang tidak melaksanakan survey periodik tepat waktu sesuai dengan peraturan klasifikasi,maka BKI akan menangguhkan (suspend) status klasifikasinya. Surveyor klasifikasi dalam melaksanakan survey meliputi ; a. Keseluruhan pemeriksaan item survey sesuai dengan daftar isian yang telah didesain sesuai dengan persyaratan kualifikasi; b. Pemeriksaan yang lebih mendetail terhadap bagian-bagian tertentu; c. menyaksikan (witness) proses pengujian (testing), pengukuran (measurement) dan percobaan (trial) untuk meyakinkan pemenuhan terhadap persyaratan klasifikasi. VI-65

66 Bila mana surveyor menemukan korosi, kerusakan struktur atau kerusakan lambung kapal, permesinan dan peralatan terkait dimana menurut opini surveyor akan mempengaruhi status klasifikasi kapal tersebut, maka surveyor akan mengeluarkan rekomendasi untuk mengatasi ketidaksesuaian tersebut diatas. Rekmendasi tersebut wajib dilaksanakan oleh pemilik kapal untuk melakukan tindakan perbaikan dan repair pada periode waktu tertentu dalam rangka mempertahankan klasifikasinya. Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang dikeluarkan oleh BKI dijadikan referensi dalam mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam operasional kapal tersebut. Pihak asuransi mempergunakannya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim asuransi, pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan komersial memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah mempergunakannya sebagai law enforcemen untuk memberikan clearance atau surat ijin berlayar. Pada sertifikat telah terlihat material dengan kode sebagai berikut ; HTS ; Hight Tensile Steel AL ; Alumuniun FRP ; Fiber Reinforced K ; Kayau b. Konstruksi Konstruksi kapal adalah kekuatan kapal untuk menahan terjangan air yang mampu mengakibatkan tegangan-tegangan konstruksi kapal. Karena itu, haluan sebuah kapal merupakan bagian yang paling besar mendapatkan tekanan dan tegangan, sebagai akibat terjangan terhadap air dan pukulan-pukulan ombak. Untuk mengatasi tegangan-tengangan tersebut, konstruksi haluan sebuah kapal harus dibangun cukup kuat dengan cara sebagai berikut; ) Di depan sekat pelanggaran bagian bawah, dipasang wrangwrang terbuka yang cukup tinggi yang diperkuat dengan perkuatan-perkuatan melintang dan balokbalok geladak ) Wrangwrang dipasang membentang dari sisi yang satu ke sisi lainnya, dimana bagian atasnya diperkuat lagi dengan sebuah flens. Pada bagian tengah-tengah wrang secara membujur dipasang penguat tengah ( center girder ) yang berhenti pada jarak beberapa gading linggi depan 3) Gading-gading pada haluan, biasanya jaraknya lebih rapat satu sama lain. Pada jarak 5 % panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian bawah ( deep framing ) diperkuat, ( 0 % lebih kuat ) kelinganya lebih rapat, juga pelat lutut antara gadinggading dengan kulit kapal, dan juga lajur-lajur di dekat lunas, pelatnya dipertebal. Untuk mengetahui, apakah kostruksi layak digunakan maka BKI selalu melakukan pemeriksaan. Jika ternyata layak dan data tahannya baik, BKI memberikan sertifikasi. Sertifikasi konstruksi kapal penyeberangan yang ada di Bengkulu memperlihatkan adanya sertifikasi yang dikeluarkan BKI, artinya persyaratan operasional masih terjamin. VI-66

67 c. Bangunan Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di Bangunan kapal adalah bentuk dan/atau ukuran sebuah kapal yang terdiri dari ukuran membujur/memanjang ( longtidunial ) dan ukuran melintang/melebar ( transversal). Bangunan kapal akan menggambarkan: ) Panjang; a) LOA ( Length Over All ) artinya Panjang seluruhnya atau juga disebut panjang maksimum kapal dari titik linggi haluan sampai pada titik paling belakang pada linggi buritan b) LBP ( Length Between Perpartikuler ), artinya jarak membujur titik potong linggi haluan dengan garis air ( musim panas) c) LOWL ( Length On Board Water Line ), artinya panjang membujur sepanjang garis air ( musim panas ) d) Panjang kapal dapat dikelompokkan pada tiga bagian yaitu: a. panjang seluruhnya disebut LOA,b. Panjang menurut kelas, c. panjang terdaftar /RB, d. panjang sepanjang garis air ( LOWL ) ) Lebar : a) Lebar terdaftar ( Registered Breadth ) ialah lebar seperti yang tertera di dalam sertifikat kapal ) b) Lebar Tonase ( Tonnage Breadth ) ialah lebar sebuah kapal dari bagian dalam wilayah keringat lambung yang satu sampai ke bagian dalam wilayah keringat lambung lainnya, diukur pada lebar terbesar dan sejajar lunas 3) Dalam : a) Dalam ( Depth) ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai ke geladak lambung bebas. Jarak ini merupakan dalam menurut Biro klasifikasi dimana kapal tersebut dikelaskan b) Dalam Tonase ialah dalam yang dihitung mulai dari alas dasar sampai geladak lambung 4) Ukuran Tegak ( Vertikal ): a) Sarat kapal ialah jarak tegak diukur dari titik terendah badan kapal sampai garis air. Jarak ini sering di istilahkan dengan sarat moulded b) Lambung bebas ( Free Board ) ialah jarak tegak dari garis air sampai geladak lambung bebas atau garis deck ( Deck Line ) 5) Tonase; a) Kapal adalah sebuah benda terapung yang digunakan untuk sarana pengangkutan di atas air. Besarnya kecilnya kapal dinyatakan dalam ukuran memanjang, membujur, melintang, tegak dalam dan ukuran isi maupun berat disebut tonase. Kegunaan ukuran ukuran ini adalah untuk mengetahui besar kecilnya sebuah kapal, besar kecilnya daya angkut kapal dan besarnya bea yang akan dikeluarkan b) Tonase sebuah kapal dapat dirinci sebagai ebrikut; () Isi kotor ( Gross Tonnage ) GT () Isi kotor besarnya tertera di sertifikasi kapal, isi kotor merupakan jumlah (3) Isi ruangan di bawah geladak ukur atau geladak tonase (4) Isi ruangan/tempat-tempat antara geladak kedua dan geladak atas (5) Isi ruangan-ruangan yang tertutup secara permanen pada geladak atas atau geladak di atasnya (6) Isi dari ambang palka ( ½ % dari BRT kapal ) (7) Isi atau volume ruangan ruangan di bawah geladak ukur mengandung pengertian volume dari ruangan-ruangan yang dibatasi: (a) di sebelah atas oleh geladak jalan terus paling atas VI-67

68 (b) Di sebelah bawah oleh bagian atas dari jalur dasar dalam (c) Di sebelah samping oleh bagian sebelah dalam gading-gading d. Permesinan dan Perlistrikan Mesin listrik merupakan alat listrik yang berputar dan dapat mengubah energi mekanis menjadi energy listrik ( menggunakan Generator AD/DC ) serta dapat mengubah energi listrik menjadi energy mekanis ( menggunakan Motor AC/DC ). Di ain pihak juga dapat menditribusikan energy listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain ( menggunakan Transformator ) dengan tegangan yang bias berubah-ubah dan dengan frekuensi yang tetap melalui suatu medium berupa medan magnet atas dasar prinsip Elektro Magnetis. 68. mesin dan listrik adalah suatu yang hakiki dan sangat diperlukan dalam operasional kapal, karena itu kelayakan mesin dan lsitrik harus disertifikasi. Dari ahsil wawancana dengan Kapten Kapal angkutan penyeberangan telah memperlihatkan adanya sertifikasi BKI dalam mesin dan lsirtik, artinya masin dan listrik yang digunakan masih layak digunakan dalam operasional kapal. e. Stabilitas Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal pada saat diapungkan, tidak miring ke kiri atau ke kanan, demikian pula pada saat berlayar disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali. Stabilitas kapal dapat dogolongkan dalam dua () jenis yaitu 69 : ) Stabilitas melintang kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah melintang yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal. ) Stabilitas membujur kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget dalam arah membujur yang disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang berdampak pada kapal Untuk menjaga stabilitas kapal dalam pelayaran diperlukan adanya beberapa perangkat alat, yaitu 70 : ) Sirip lambung adalah sirip lunas atau disebut juga sebagai Bilge Keel yang berfungsi untuk meningkatkan friksi melintang kapal sehingga lebih sulit untuk terbalik dan menjaga stabilitas kapal. Bisanya digunakan pada kapal dengan bentuk V ) Tangki menyeimbang merupakan tangki yang berfungsi menstabilkan posisi kapal dengan mengalirkan air ballast kapal dari kiri ke kanan kalau kapal miring ke kiri dan sebaliknya kalau miring ke kanan tangki ini berfungsi untuk menjaga stabilitas kapal 3) Sirip stabilisir merupakan sirip di lunas kapal yang dapat menyesuaikan posisinya pada saat kapal oleng sehingga dapat menjaga stabilitas kapal 68 www. national _ blogspot.com/009/07/defenisi mesin listrik.html, SOLAS, htp;//pelayaran.net/tag/pengertian-stabilitas kapal, 0 VI-68

69 Mengingat stabilitas kapal sangat urgen bagi operasional, BKI selalu mengingatkan perlu survey secara berkala, agar kapal dapat lebih nyaman, aman serta selamat dalam pelayaran. Kapten kapal, telah memperlihatkan adanya sertifikat stabilitas kapal penyeberangan, sebagai bukti bahwa secara berkala telah dilakukan sertifikasi. f. Tata Susunan Tata susunan adalah penempatan alat-alat keselamatan sesuai dengan fungsinya dan bilamana dibutuhkan secara cepat dapat didapatkan terutama dalam keadaan darurat. Tentunya harus dibantu dengan koridor yang tersedia diserta dengan adanya tanda penujuk. Alat-alat penolong tersebut adalah sebagai berikut 7 ; ) Alat penolong otomatis ( inflatable liferafts ), yaitu rakit penolong yang ditiup secara otomatis. Alat peniupnya merupakan satu atau lebih botol angina (asam arang) yang diletakkan diluar lantai rakit, ) Alat-alat apung (Buoyant apparatus). Alat apung ini, dapat terapung, dan dapat menahan orang-orang sehingga dapat tetap terapung. Alat apung meliputi: Sekoci penolong Pelampung penolong, c.rakit penolong yang ditiup secara otomatis dan Baju penolong. Hal ini berguna untuk menolong jiwa manusia pada waktu terjadi kecelakaan kapal yang sangat mendadak. 3) Line throwing apparatus ( alat untuk melempar tali ). Alat ini gunanya untuk melemparkan tali di atas kapal penumpang dan barang harus dilengkapi dengan sebuah alat pelempar tali. Alat tersebut harus dapat melemparkan tali paling sedikit sejauh 30 meter. Kegunaan alat pelempar tali itu ialah untuk mengadakan hubungan tali antara kapal yang dalam keadaan membutuhkan pertolongan dengan kapal lain, atau antara kapal yang kandas dengan si penolong didaratan. Alat pelempar tali yang sering atau umum dipergunakan oleh kapal kapal ialah jenis Schermuly. 4) Alat keselamatan pelayaran meliputi alat penolong yang terdiri dari; () Alat-alat penolong (live saving appliance), () Sekoci (life boat) beserta perlengkapannya, (3) Alat-alat peluncur dewi-dewi (davits), (4) Pelampung penolong (life buoy), Baju penolong otomatis (life jacket or life belt), Rakit penolong otomatis (inflatable life raft), Dan lainnya, (5) Alat-alat pemadam kebakaran. (Fire Appliances) dan (6) Tanda-tanda bahaya dengan cahaya atau suara (light and sound signals). 5) Pelampung Penolong ( Life Buoy ) meliputi dua () macam yaitu bantuk lingkiran dan bentuk tapal kuda. 6) Dewi-Dewi ( davits ), adalah alat untuk meluncurkan sekoci dari kapal ke air, yang terdiri dari; () Dewi-dewi dengan system berputar ( radial ), dan () Dewidewi system menuang/brengsel ( luffing davist ). Dewi-dewi dengan system berputar adalah digunakan untuk menurunkan sekoci-sekoci kerja, dan melayani tali-tali. Sementara Dewi-Dewi dengan system menuang ( brengsel/ luffing davits ) adalah digunakan sebagai sekoci penolong kapal pelayaran samudra atau juga hal ini disebut system gravitasi atau kombinasi antara dua system di atas. 7) Sekoci, adalah bagian dari perlengapak pelayaran yang harus dipenuhi pada syarat-syarat pembuatan kapal termasuk konstruksi, mekanis perlengkapannya untuk menurunkan dan mengankat sekoci. Sekoci ini terdiri dari dua bagian yaitu sekoci penolong yang terbuka dengan lambung dan tetap dan disisi dalamnya 7 SOLAS 960 ( International Convention for The Safety 0f at Life At Sea, 960 ) VI-69

70 g. Radio Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di terdapat kotak-kotak udara, serta sekoci biasa yang terbuka tanpa ada perubahan kotak-kotak udara sebagai alat penambah daya apung. Ditinjau dari segi fungsinya, sekoci dikelompokkan tiga (3 ) bagian yaitu; (a) Sekoci penolong, untuk menolong awak kapal apabila terjadi kecelakaan. (b) Sekoci penyeberang, gunanya untuk mengangkut awak kapal dari tengah laut ke pantai atau sebaliknya. Pada kapal barang kadang-kadang sekoci ini juga dipergunakan untuk menarik tongkang-tongkang muatan dari darat ke kapal dan sebaliknya dimana kebetulan tidak ada motor boat yang tersedia. (c) Sekoci meja, untuk memindahkan barang-barang yang berat dan untuk mengangkut perlengakapan perbaikan kapal. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sekoci penolong dan umumnya mempunyai dasar yang rata. Tata susun peralatan tersebut ditempatkan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh BKI ( Biro klasifikasi Indonesia ), dan oleh Kapten Kapal Penyeberangan Bengkulu Pulau Enggano telah memperlihatkan penempatan alat keselamatan yang telah ada Penempatan sekoci-sekoci penolong di atas kapal harus memenuhi persyaratan sebagai berikut 7 ; ) Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan atau diturunkan keair, dalam waktu sesingkat mungkin dan tidak boleh lebih dari. ) Dapat diturunkan dengan mudah, cepat dan aman walaupun miring 5o. 3) Para pelayar harus dapat cepat dan aman masuk dalam sekoci. 4) Tidak boleh dipasang pada sisi atau bagian belakang kapal,bilamana diturunkan keair akan membahayakan karena dekat propeller. 5) Di atas kapal penumpang penempatan sekoci-sekoci itu diperbolehkan satu diatas lainnya atau berjejer dengan catatan apabila penempatan yang satu diatas yang lainnya harus terdapat alat yang baik untuk menumpu serta menjaga kerusakan pada sekoci yang dibawanya. 6) Untuk kapal barang berukuran kecil, yang daerah pelayarannya terbatas, yang praktis hanya dapat membawa satu sekoci penolong saja maka penempatannya sedemikian rupa dapat diturunkan baik daris isi kiri atau pun dari sisi kanan dengan mudah, umumnya ditempatkan pada Derek dibelakang cerobongnya. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi ekeltromagnetik ( gelombang elektromagnetik ). Gelombang ini melintasi dan merambat lewat udara dan bias juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut seperti molekul udara 73. Radio sebagai salah satu media memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan 74 Radio sangat berfungsi untuk operasional kapal, dan biasanya jenis radio yang digunakan adalah ; 7 Solas, VI-70

71 ) GMDSS( Global Maritime Distress Safety System ) GMDSS adalah satu paket keselamatan yang disetujui secara internasional yang terdiri dari prosedur keselamatan, jenis-jenis peralatan, protocol-protokol komunikasi yang dipakai untuk meningkatkan keselamatan dan mempermudah saat menyelamatkan kapal dan perahu. GMDS terdiri dari beberapa system dan system ini berfungsi untuk ; a. bersiap siaga ( termasuk memantau posisi dari unit yang mengalami kecelakaan), b. menggkoordinasikan Serach and Rescue, mencari lokasi ( mengevakuasi korban untuk kembali kedaratan ), c. menyiarkan informasi maritime mengenai keselamatan, komunikasi umum, dan komunikasi antar kapal. Radio komunikasi yang spesifik diperlukan sesuai dengan daerah operasi kapal, bukan berdasarkan tonase. Sistem tersebut juga terdiri dari peralatan pemancar sinar berulang sebagai tanda bahaya serta memiliki sumber power darurat untuk menjalan fungsinya 75 ) EPIRB ( Emergency Position Indicating Radio Beacon) h. Navigasi EPIRB berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/lokasi satu benda ( kapal laut ) yang sedang mengalami distress atau musibah sehingga mempermudah tim SAR atau tim penolong untuk mengetahui lokasi dimana kapal laut mengalami distress atau musibah sehingga cepat untuk mengadakan pertolongan atau bantuan. EPIRB adalah merupkan salah satu alat keselamatan yang berada di atas kapal. Untuk kapal boat atau kapal kecil biasanya ditempatkan di sisi luar main deck atau tempat untuk mudah di realase 76 Karena radio adalah merupakan salah satu alat keselamatan, maka BKI ( Biro Klasifikasi Indonesia ) melakukan survey atau memeriksa tentang kehandalan radio yang digunakan. Setelah dilakukan survey, dan dinyatakan baik, maka selanjutnya diberikan sertfikat radio. Di dalam kapal penyeberangan yang menghubungkan Bengkulu Enggano ternyata memiliki Sertifikat yang ditunjukkan kapten kapal, dan ini sebagai bukti bahwa radio layak digunakan. Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi- Pelayaran, Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal, salvage, dan pekerjaan bawah air untuk kepentingan keselamatan pelayaran kapal. Sementara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal 77. Pada setiap kapal diharuskan memiliki kenavigasian,dengan maksud untuk menjamin keselamatan berlayar. Karena bernavigasi berfungsi melayarkan kapal dari suatu tempat ketempat lain. Sistem navigasi di laut mencakup beberapa aspek kegiatan pokok antara lain; a. menentukan tempat kedudukan ( posisi ) dimana kapal berada di permukaan bumi, b. mempelajari serta menentukan rute/jalan yang harus ditempuh kerjanya 77 Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 00 tentang Kenavigasian Pada Pasal ayat () dan ayat () VI-7

72 agar kapal dengan aman, cepat, selamatn, dan efisien sampai ke tujuan, c. menentukan haluan antara tempat tolak dan tempat tiba yang diketahui sehingga jauhnya/jaraknya dapat ditentukan, d. menentukan tempat tiba bilamana titik tolak haluan dan jauh jauh diketahui 78 Karena itu, navigasi adalah proses melayarkan kapal dari suatu tempat ke tempat lain dengan lancer aman dan efisien. Alat navigasi dibagi menjadi dua () macam yaitu alat navigasi konvensional dan elektronik. Di dalam kapal, yang digunakan adalah navigasi elektronik yaitu radar. Radar singkatan dari Radio Detection AND Ranging yaitu peralatan navigasi elektronik yang berfungsi mendeteksi dan mengukur jarak suatu objek dalam pelayaran. Di samping itu, juga memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung, kedudukan pantai dan objek lain disekeliling kapal, alat ini juga dapat memberikan baringan dan jarak antara kapal dan objek-objek lainnya. Mengingat peranan navigasi dalam pelayaran, secara periodek diharus melakukan survey atau uji kelayakan, sehingga keamanan dan keselamatan berlayar dapat lebih terjamin. Di lapal penyeberangan Bengkulu Enggano, telah diperlihatkan sertifikat navigasi dan berdasarkan informasi dari Kapten Kapal secara rutin harus diperikasa kelayakan operasional 79 i. Alat pertolongan Nama kapal penyeberangan yang menghubungkan Pulau Enggano Bengkulu adalah KMP Raja Enggano dengan GRT ± 400 dengan kapasitas penumpang 400 orang. Sesuai dengan ketentuan SOLAS dengan kapal GT hingga 500 dengan jarak lintasan yang dilayani 5 00 mil, harus memenuhi persyaratan keselamatan/alat pertolongan sebagai berikut 80 ; ) Resque Boat (Perahu Penyelamat) unit ) Life Raft (Rakit Penolong) untuk 00% awak kapal dan penumpang 3) (Inflatable life Raft with Light/rakit dengan cahaya) 4) Life Jacket (baju pelampung) untuk 00% awak kapal dan penumpang 5) Life Jacket with light (baju pelampung dengan cahaya) 6) Means Of Rescue (alat penolong) 7) Extra Life Jacket (tambahan baju pelampung/0%) 8) Helicopter Pick Up Area (area 7ystem7ter) 9) Marine Evacuation System/MES (sistem evakuasi) 0) Embarkation Ladder ( Tangga keberangkatan) ) Two Way VHF(radio VHF penerima dan pemancar) ( 3 units) ) SART ( Unit) 3) Distress Flare 4) Emergency Communication (alat komunikasi darurat) 5) General Emergency Alarm (alarm darurat umum) 6) Public Address System (7ystem informasi umum) 7) Life Buoys (pelampung) 8 unit 8) Muster list and Emergency instruction 9) (tanda berkumpul dan instruksi bahaya) 0) Unit Survival Craft (perahu kerja) ) Life Boat in Board Places in Side Of Ship ) (sekoci penolong pada dua sisi kapal) 78 SOLAS, navigasi,0 80 SOLAS, 974 VI-7

73 Tabel 6.5 Persyaratan Bangunan Kapal Penyeberangan & di Lokasi Studi No Persyaratan Bangunan Kapal Berdasarkan Aturan Pintu Rampa a.terdiri pintu, dipasang bagian haluan dan buritan ( Tipe RO-RO) atau samping kiri dan kanan yang berguna sebagai jalan keluar dan masuk kendaraan b.di lintas-lintas tertentu yang mempunyai peralatan tangga samping ( elevated side-ramp), kapal yang melayani harus mempunyai gelakdak atas untuk kendaraan ( upper car deck ) dan membuat dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga dapat langsung digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan Kapal di Bengkulu.Pintu Rampa a.terdiri pintu, dipasang bagian haluan dan buritan ( Tipe RO-RO) atau samping kiri dan kanan yang berguna sebagai jalan keluar dan masuk kendaraan b.di lintas-lintas tertentu yang mempunyai peralatan tangga samping ( elevated side-ramp), kapal yang melayani harus mempunyai gelakdak atas untuk kendaraan ( upper car deck ) dan membuat dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga dapat langsung digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan 3 4 Spesifikasi Teknis Pintu Rampa: a.panjang ; harus disesuaikan dengan kondisi yang dilayani b.lebar: minimum 4 m c.kecepatan buka/tutup pintu: - membuka penuh maksimal menit - menutup penuh maksimal 3 menit -Daya dukung ; harus mampu mendukung beban kendaraan minimal: JBB 7,50 ton MST 8 ton Ruang Untuk Kendaraan: a.lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan kendaraan minimal JBB 7,50 ton dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk; ) Kendaraan kecil/sedan minimal,50 m ) Kendaraan besar/truk dan campuran minimal 3,80 m 3) Kendaraan trailer/peti kemas minimal 4,70 m Ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, system sirkulasi udara, tangga/jalan keluar/masuk bagi pengemudi, serta harus ditempelkan/ditulisi tanda larangan Dilarang Merokok, dan Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang Kendaraan serta Dilarang.Spesifikasi Teknis Pintu Rampa: a.panjang ; harus disesuaikan dengan kondisi yang dilayani b. Lebar: minimum 4 m c. Kecepatan buka/tutup pintu: - membuka penuh maksimal menit - menutup penuh maksimal 3 menit -Daya dukung ; harus mampu mendukung beban kendaraan minimal: JBB 7,50 ton MST 8 ton Ruang Untuk Kendaraan: a.lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan kendaraan minimal JBB 7,50 ton dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk; 4) Kendaraan kecil/sedan minimal,50 m 5) Kendaraan besar/truk dan campuran minimal 3,80 m 6) Kendaraan trailer/peti kemas minimal 4,70 m Ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, system sirkulasi udara, tangga/jalan keluar/masuk bagi pengemudi, serta harus ditempelkan/ditulisi tanda larangan Dilarang Merokok, dan Penumpang Dilarang Tinggal di Ruang Kendaraan serta Dilarang VI-73

74 No Persyaratan Bangunan Kapal Berdasarkan Aturan Menghidupkan Mesin Kendaraan Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa Dibuka Kembali, yang dapat terlihat jelas dan mudah dibaca Jarak minimal antar kendaraan: a. Jarak antara masing-masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan adalah 60 cm b. Jarak antara muka dan belakang masing-masing kendaraan adalah 30 cm c. Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading ( frame) d. Jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga ( web frames ), adalah cm Antara pintu rampa haluan/buturian dengan batas sekat pelanggaran, dilarang untuk dimuati kendaraan Untuk lintas-lintas peneberangan yang kondisi lautnya berombak kuat sehingga membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 0 0, kemiringan yang dimuat dalam kapal harus dilengkapi dengan system pengikatan ( lashing) Kapal di Bengkulu Menghidupkan Mesin Kendaraan Selama pelayaran Sampai Pintu Rampa Dibuka Kembali, yang dapat terlihat jelas dan mudah dibaca 5.Jarak minimal antar kendaraan: a. Jarak antara masing-masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan adalah 60 cm b. Jarak antara muka dan belakang masing-masing kendaraan adalah 30 cm c. Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading ( frame) d. Jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga ( web frames ), adalah cm 6.Antara pintu rampa haluan/buturian dengan batas sekat pelanggaran, dilarang untuk dimuati kendaraan 7.Untuk lintas-lintas peneberangan yang kondisi lautnya berombak kuat sehingga membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 0 0, kemiringan yang dimuat dalam kapal harus dilengkapi dengan system pengikatan ( lashing) Gambar 6.3 Kapal Pulo Tello di Provinsi Bengkulu VI-74

75 D. Angkutan Laut Studi Evaluasi Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan di. Jaringan Pelayanan Angkutan Laut Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal 8. Angkutan Laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya melayani kegiatan angkutan laut 8. Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q Bidang Program Propinsi Bengkulu hingga sekarang belum ada angkutan laut yang melayani antar kabupaten/kota dalam propinsi Bengkulu. Sekarang ini, yang ada adalah angkutan laut perintis. Pelayaran kapal laut perintis adalah pelayanan angkutan di perairan pada trayek-trayek yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk melayani daerah atau wilayah yang belum atau tidak terlayani oleh angkutan perairan karena belum memberikan manfaat komersial 83. Secara singkat jaringan angkutan laut kapal perintis dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.5 Jaringan Kapal Laut Perintis Dengan Pangkapal di Bengkulu No. Provinsi/ Pangkalan Bengkulu Kode Trayek Jaringan Trayek dan Jarak Mil R - 4 Bengkulu -0- Enggano - 0- Bengkulu -0- Enggano -84- Linau -84- Enggano -0- Bengkulu - 5- Sinakak -6- Sikakap - 8- Muko Muko -8- Sikakap -0- Teluk Bayur - 0- Sikakap -6- Sinakak - 5- Bengkulu Jumlah Jarak (Mil) Ukuran dan Type Kapal *) Lama Pelayaran Round Voyage Target Frekuensi Per Tanggal 3// DWT / 6 HARI 3 Voyage GT. 480 Coaster Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.q. Bidang Perhubungan Laut Propinsi Bengkulu, angkutan kapal laut perintis dengan Kode Trayek 4 terdapat dua () kapal, yaitu satu () Kapal Utama dengan nama KM. Kumala A. Ceria dan satu () kapal pengganti dengan nama KM Kumala Abadi. Untuk menghitung nilai capaian tersedianya angkutan laut kapal perintis yang melayani jaringan dengan Kode R. 4, langkah pertama yang harus diketahui adalah kapasitas kapal perintis. Berdasarkan data dan informasi, kapasitas kapal perintis Kode R.4 dengan KM. Kumala Ceria terdapat 93 orang. Kapal tersebut memiliki 3 Voyage. Dengan demikian, kapasitas KM Kumala Ceria dalam satu () tahun terdapat sebanyak orang per tahun ( 93 orang x 3 Voyage ) Karena itu, nilai capaian tersedianya angkutan kapal laut perintis yang melayani trayek dengan Kode R.4 seperti dijelaskan pada tabel sebelumnya dapat dihitung dengan rumus; 8 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal Ayat (3 ) 8 Peraturan Pemerintah No. 0 Tahun 00 tentang Angkutan di Perairan Pada Pasal Ayat ( ) 83 Undang Undang No. 7 Tahun 008 tentang Pelayaran Pada Pasal ayat (8) VI-75

76 % Jaringan Trayek Linier Rata-rata Muatan Penumpang Per Tahun = x 00 % Rata rata Kapasitas Penumpang Yang Tersedia Per Tahun Orang = x 00 % Orang = 0,38 % Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 0 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi ditetapkan tersedianya kapal laut perintis yang beroperasi pada lintas antar Kabupaten/Kota dalam propinsi pada wilayah yang memiliki alur dan tidak ada alternatif jalan ditetapkan 00 % hingga tahun 04. Sementara nilaian capain sekarang ini sudah mencapai 0, 38 %, hal ini berarti perkembangan penduduk yang menggunakan kapal perintis relatif semakin meningkat. Aspek lain yang perlu diperhatikan, dengan angka nilai capaian 0, 38 % dalam tahun 0, berarti pada trayek tersebut perlu penambahan kapal. Karena apabila lebih besar dari 65 % ( enam puluh lima perseratus ) diizinkan penambahan ( satu ) unit kapal dalam satu jaringan trayek tersebut. Sementara apabila lebih kecil dari 65 % ( enam puluh lima perseratus ) tidak akan diizinkan penambahan kapal dalam satu jaringan trayek tersebut 84 Secara singkat jaringan pelayanan kapal angkutan laut perintis dapat dilihat pada tabel berikut. 84 Peraturan Menteri Perhubungan No. Tahun 03 tentang Petunjuk Teknis Dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada hal 3 VI-76

77 Gambar 6.4 Jaringan Trayek R-4 Pangkalan Bengkulu Pangkalan Bengkulu (Provinsi Bengkulu) Trayek R-4 TELUK BAYUR Bengkulu -0- Enggano -0- Bengkulu -0- Enggano -84- Linau Enggano -0- Bengkulu -5- Sinakak -6- Sikakap -8- Muko Muko -8- Sikakap -0- Teluk Bayur -0- Sikakap -6- Sinakak - 5- Bengkulu Jarak :.366 Mil Lama Pelayaran : 6 Hari Frekuensi : 3 Voyage Ukuran Kapal : 750 DWT Nama Kapal : Kontraktor : Domisili Perusahaan : Kontrak : Notice of Readyness : MUKO MUKO SIKAKAP SINAKAK BENGKULU LINAU ENGGANO VI-77

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 2015 DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir DPA SKPD 2.2 PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU Tahun Anggaran 20 Urusan Pemerintahan :. 0 Urusan Wajib Organisasi :. 0. 0 REKAPITULASI BELANJA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Menurut Abubakar I, dkk (1995) bahwa terminal transportasi merupakan : 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagi pelayanan umum. 2. Tempat

Lebih terperinci

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.99 : 108/Kpts/KPU/TAHUN 2013 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 12 (Duabelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 BENGKULU

LOKASI DAN ALOKASI BLM PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 BENGKULU PERAN LOKASI DAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 DAERAH 1 Kota Bengkulu 1 Gading Cempaka 1.050 1.050 525 525 2 Kampung Melayu 340 340 170 170 3 Muara Bangka Hulu 670 670 335 335 4 Ratu Agung 1.170 1.170 585

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran II.17.01 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 SELATAN DP SELATAN 1 Meliputi 1 10 1.1 MANNA 16.088 1.2

Lebih terperinci

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto

Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto Terminal Halte Bandara Pelabuhan Simpul Tranportasi Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan

Lebih terperinci

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI TERMINAL Terminal merupakan titik dimana penumpang dan barang masuk atau keluar dari sistem jaringan transportasi. Ditinjau dari sistem jaringan transportasi secara keseluruhan, terminal merupakan simpul

Lebih terperinci

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL) Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL) Saka Bhayangkara Polres Bantul 2012 ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL) Alat pemberi isyarat lalu lintas berfungsi untuk mengatur

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU RAMBU, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DI WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB VIII STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB VIII STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH BAB VIII STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI KALIMANTAN TENGAH A. Angkutan Jalan 1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI

Lebih terperinci

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng

TERMINAL. Mata Kuliah : Topik Khusus Transportasi Pengajar : Ir. Longdong Jefferson, MA / Ir. A. L. E. Rumayar, M.Eng TERMINAL DEFINISI TERMINAL Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan: 1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. 2. Tempat pengendalian,

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012 BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN JALAN TOL CIREBON (PALIMANAN KANCI)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk menunjang kelancaran, keamanan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan lalu lintas yang teratur,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur: TERMINAL Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG (ZoSS). Pasal 1 (1) Pengaturan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas pada Zona Selamat Sekolah dilakukan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS TOL CIKAMPEK PURWAKARTA PADALARANG (CIPULARANG)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 20007 PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ALAT PENGENDALI LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI JALAN DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG RAMBU-RAMBU, MARKA JALAN, DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DALAM WILAYAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RAMBU- RAMBU, MARKA JALAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-07-04-06-02 LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN KECELAKAAN TUNGGAL MOBIL BUS AKAP JATUH KE DALAM JURANG DAN MASUK SUNGAI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2435 / AJ.409 / DRJD / 2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL SEMARANG (SEKSI A, SEKSI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA JALAN TOL BOGOR RING ROAD SEKSI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN KOTA PADANG DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II REJANG LEBONG, KECAMATAN SEGINIM DAN SUKARAJA DI WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, DAN PETUNJUK PADA RUAS JALAN DALAM KABUPATEN SIAK / KOTA SIAK SRI INDRAPURA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, segmen jalan perkotaan/semi perkotaan mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan, minimum

Lebih terperinci

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban,

C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, ` Kartasura, terminal tipe C merupakan terminal Watukelir, terminal Mojolaban, terminal Tawangsari dan Sub terminal Sukoharjo. Sumber: Analisis Gambar 5.143. Peta Lokasi Titik Terminal Secara umum gambaran

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI PAPUA BARAT

BAB IV STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI PAPUA BARAT BAB IV STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI PAPUA BARAT A. Angkutan Jalan 1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, MENIMBANG : a. bahwa untuk mengoptimalkan penggunaan fasilitas perlengkapan

Lebih terperinci

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Doc. No 1 Revised Date Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Pengembangan Data Perhubungan Darat Propinsi Bengkulu 1 KONDISI WILAYAH DAFTAR ISI 2 3 KONDISI TRANSPORTASI JALAN KONDISI

Lebih terperinci

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1) 1. Fungsi Marka jalan adalah : a. Untuk memberi batas jalan agar jalan terlihat jelas oleh pemakai jalan Yang sedang berlalu lintas dijalan. b. Untuk menambah dan mengurangi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa Lalu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang...

DAFTAR ISI. 1. Ruang Lingkup Acuan normatif Definisi dan istilah Kendaraan Bermotor Mobil Penumpang... DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup...3 2. Acuan normatif...3 3. Definisi dan istilah...3 3.1 Kendaraan Bermotor...3 3.2 Mobil Penumpang...4 3.3 Mobil Bus...4 3.4 Jumlah Berat yang Diperbolehkan...4 3.5 Jumlah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI BENGKULU

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI BENGKULU DATA DASAR PROVINSI BENGKULU KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI BENGKULU KAB/KOTA RAWAT INAP

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 9 Tahun 200 Lampiran : (satu) berkas TENTANG TATALAKSANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN DI TERMINAL BIS - KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA SIMPANG SUSUN STA 15 + 400 JALAN

Lebih terperinci

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu 002 O Persimpangan jalan 003 X Permukaan jalan yang menonjol 004 O Turunan berbahaya 005 O Jembatan sempit 006 O Bundaran 007 X alan sempit 008 O Rel kereta api

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu-lintas ( kendaraan, barang, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS Wardan Suyanto, Ed.D wardansuyanto@uny.ac.id Disampaikan dalam Pengabdian kepada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif bagi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BUPATI SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK DI WILAYAH KABUPATEN SELUMA

BUPATI SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK DI WILAYAH KABUPATEN SELUMA BUPATI SELUMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELUMA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK DI WILAYAH KABUPATEN SELUMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELUMA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa kewenangan

Lebih terperinci

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1 Lusi Dwi Putri, 2 Fitridawati Soehardi, 3 Alfian Saleh 1,2,3 Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru E-mail:lusidwiputri@unilak.ac.id

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai

BAB ~1. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai BAB ~1 3.1. Lokasi Kajian. Lokasi kajian ditentukan secara sengaja di terminal AKAP Mayang Terurai kota Pekanbaru. Alasan pemilihan lokasi kajian pada terminal AKAP Mayang Terurai adalah : a Terminal AKAP

Lebih terperinci

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DI KABUPATEN MURUNG RAYA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2007 SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 1999 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang Mengingat : a. bahwa terminal transportasi jalan

Lebih terperinci

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG ISBN: 978-979-792-636-6 TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG Nadra Mutiara sari, Oktaviani 2, Ali Novia 3,,2,3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003. Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Nomor : SK. 75/AJ.601/DRJD/2003 Tentang PENYELENGGARAAN POOL DAN AGEN PERUSAHAAN OTOBUS (PO) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI BENGKULU KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 1701 BENGKULU SELATAN 5 9 14 1702 REJANG LEBONG 7 14 21 1703 BENGKULU UTARA 8 14 22

Lebih terperinci