Manfaat Geografi BUDAYA dan PARIWISATA terhadap Pendidikan Khususnya di Indonesia Ease Arent. S.Pd

Transkripsi

1 Manfaat Geografi BUDAYA dan PARIWISATA terhadap Pendidikan Khususnya di Indonesia Ease Arent. S.Pd A. Pendahuluan Sangat rentan terjadi bentrok antar suku bagi negara-negara yang memiliki keanekaragaman budaya, adat istiadat, suku dan bahasa. Hal ini, senada dengan pendapat Confucius bahwa Secara alamiah sifat manusia itu sama, tetapi kebiasaan dan tradisilah yang membuatnya mereka jauh terpisah. Salah satu negara yang kaya akan warisan budaya adalah Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki 300 suku bangsa, tentu saja hal ini dapat memberikan dampak postif dan negative. Dampak negatifnya adalah mampu memicu konflik bagi setiap suku bangsa yang merasa tidak sesuai dengan budayanya. Contonya, pada tahun 2010 terjadi insiden antar warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir tercatat anatara Desember 1996 dan Januari 1997 yang melibatkan 600 korban tewas. Selain itu juga perang antar kelompok juga terjadi di Timika Papua, Lampung dan masih banyak lagi. Penyebab terjadinya perang dikarena kurang adanya komunikasi antar budaya, sehingga mereka kurang dapat memahami, mengetahui dan mencintai segala perebedaan yang ada. Seperti sebuah pepatah yang berbunyi, Tak Kenal Maka Tak Sayang. Hal ini juga, senada dengan apa yang telah dikemukakan Isaac Asimov Pada umumnya, kurang komuniasi meningkatkan perbedaan pada bahasa, pola, pikir, sistem kepercayaan dan budaya. Perbedaan ini membuat permusuhan endemis dan kekal dalam masyarakat. Sebuah perbedaan mengingatkan saya akan sebuah lagu anak-anak yang berjudul kebunku, dengan ptongan liriknya sebagai berikut ada yang putih dan ada yang merah setiap hari kusiram semua mawar, melatih semuanya indah pada potongan lirik tersebut mengungkapakan ada yang putih dan ada yang merah itu menujukan sebuah perbedaan di dalam suatu kebun. Kebun disana dapat diartikan sebagai Indonesia. Bunga-bunga dapat diartikan sebagai suku, bahasa, agama, budaya dan adat

2 istiadat. Dan yang terakhir, adalah kusiram semua mawar melatih semuanya indah dapat diartikan adalah pendidikan. Untuk itu, pendidikan dan budaya memiliki hubungan yang erat. Seperti yang telah diungkapkan David Coulby bahwa sejarah manusia merupakan perlombaan antara pendidikan dan bencana antar budaya. Jika pendidikan tersebut tidak bersifat antar budaya, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai pendidikan, melainkan sekedar penanaman dasar-dasar nasionalis atau agama. Melalui, pendidikan dapat mengubah segala bentuk perbedaan menjadi lebih indah dan menarik serta menjaga kelestariannya, maka dari itu, pendidikan selalu berupaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap peserta didiknya dengan berbagai uapaya yang telah dilakukan mulai dari pergantian kurikulum, materi ajar, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan yang lainnya. Salah satu cara yang dapat menjawab permasalahan pendidikan khusunya tentang keanekaragaman melalui disipin ilmu geografi budaya dan pariwisata. Dikarenakan, geografi budaya dan pariwisata mampu menyingkap keanekarangaman budaya melalui pendekatan geografi dan mengkomunikasikanya keseluruh dunia. B. Pengertian Hakikat Geografi Budaya dan pariwisata Geografi budaya dan pariwisata merupakan penggabungan antara tiga ilmu disiplin yaitu geografi, budaya dan pariwisata. Sebelum mengenal lebih lanjut geogarfi budaya dan pariwisata ada baiknya untuk mengetahui apa itu geografi. 1. Geografi Keberadaan geografi dirasakan semakin penting dalam kehidupan saat ini. Bukan hanya disebabkan oleh bumi sebagai tempat tinggal manusia, tetapi karena melalui ini memberikan pengetahuan yang lebih nyata dan konkrit untuk setiap fenomena geosphere yang berupa alam, manusia dan keterkaitan keduanya. Setiap generasi cenderung memiliki perbedaan kebutuhan sesuai dengan perkembanganya masyarakat saat itu (Jolt-Jensen, 1980:9). Maka, geografi perlu melakukan perubahan, sebagai wujud tuntutan akan kebutuhan manusia dalam kehidupanya, setiap individu pada umumnya memiliki kemampuan untuk menjelaskan tentang situasi dan kondisi tempat tinggalnya serta memberikan penjelasan apa yang terjadi jika menetap di tempat lain yang berbeda. Pernyataan tersebut mengandung arti

3 bahwa setiap manusia pada dasarnya sudah memiliki apa yang disebut geographical thinking (pola pikir geografis). Perkebangan ilmu geogarafi semakin pesat mulai awal abad ke-20. Pada tahun 1919 Feneman (Holt-Jensen, 19080:5) mejelaskan tentang bagaimana para geograf melakukan sintesa berbagai kajian disiplin ilmu lain, dari sudut pandang keruangan (spatial perspevtive), terutama menyakut relasi spasial. Sebagai contoh, hasil kajian yang menyangkut karakteristik batuan (geologi) karakteristik Tumbuhan (biologi), karakteristik iklim (klimatologi) dan perilaku masayrakat (sosiologi), dengan menggunakan metode analisis geografis, hasil hasil kajian tersebut dapat ditelaah agar diperoleh dalil dalil tertentu. Contoh sederhana tersebut selanjutnya dapat dikembangkan pada jenis dan jumlah variabel yang lebih banyak untuk menghasilkan informasi geografis yang lebih lengkap.1 Gamabar 1. Hubungan Geografi dengan Ilmu Disiplin lain 2. Budaya Kebudayaan atau yang dapat disebut juga Peradaban mengandung pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman perasaan suatu bangsa yang sangat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni moral, hukum, adat-istiadat, kebiasaan dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat. Taylor, Makalah disajikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan ( PIT ) Ikatan Geografi Indonesia (IGI) tanggal Oktober 2003 di Singaraja, Bali.

4 Selanjutnya Koentjaraningrat (1980) mendefinisikan Kebudayaan sebagai Keseluruhan dari hasil budi dan karya. Dengan kata lain Kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi Kebudayaan merupakan produk dari Budaya Geografi budaya adalah cabangan dari pada ilmu geografi yang mengkaji berbagai hal perbedaan yang terkait dengan aktivitas manusia. 3. Pariwisata Banyak spekuluasi defenisi dari pariwisata. Salah Wahab di dalam Nyoman S Pendit menjelaskan bahwa pariwisata adalah salah satu jenis industry baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyedian lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sector-sektor produktivitas lainnya, selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, ia juga meliputi industry-industri klasik yang sebenarnya seperti industry kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi secara ekonomis juga dipandang sebagai industry.2 Sedangkan Robert McInstosh bersama Shashikant Gupta di dalam Nyoman S Pendit mencoba mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para pengunjung lainnya. Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan defenisi tentang pariwisata itu sendiri adalah berbagai macam usaha kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masayarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan atau daerah. Geografi pariwisata adalah cabangan dari pada ilmu geografi yang mengkaji berbagai hal perbedaan yang terkait dengan aktivitas perjalanan wisata, meliputi karakteristik destinasi (objek) wisata, aktivitas, dan berbagai fasilitas wisata serta aspek lain yang mendukung kegiatan pariwisata di suatu daerah (wilayah). 2. Pendit, Nyoman S Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita

5 C. Pendidikan Di Indonesia Pendidikan sebagai proses civilization berlangsung secara terencana dan gradualistik, dengan kata lain, proses pendidikan tidak muncul begitu saja,tetapi terdapat penataan sistem atau perangkat untuk mengoperasionalkannya.3 Pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh masuknya para pendagang dan penjajahan yang memberikan kontribusi pada sejarah pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan misalnya di dalam penjajahan Belanda, maka sekolah-sekolah Muhammadiyah timbul dikalangan masayarakat kita oleh karena pemerintah Belanda berusaha pendidikan dan pengajaran berdasar Agama Kristen. Taman siswa lahir karena pemerintah penjajahan ingin mematikan rasa kebangsaan (kebudayaan kebangsaan). Di masa kerajaan dimulai dari kerajaan Sr wijaya. Pada kerajaan Mataram kuno terkenal atau berpusat di Jawa Tengah dan aktivitas pendidikannya yaitu; menterjemahkan buku-buku agama Budha, menterjemahkan buku-buku lain ke bahasa Jawa kuno seperti Ramayana dan perguruan tinggi di masa kerajaan Mataram kuno sudah meliputi Fakultas Agama, Fakultas Sastra, Fakultas Bangunan atau Teknik Bangunan. Selain kerajaan Mataram, juga ada kerajaan Hindu-Buddha dan kerajaan Islam. Saat ini, siring dengan perkembangan jaman permasalahan yang dialami pendidikan nasional semakin pelik, yaitu: kapilatlisme pendidikan, pendidikan yang diskriminatif, tidak membangun individu belajar, budaya belajar dan budaya ilmu, pendidikan kita hanya mengakomodasi IQ dan mengabaikan perkembangan CQ, EQ, SQ dan AQ, hasil pendidikan yang tidak pernah terukur, pengajaran yang tekstual, pendidikan yang tetap sentralistik.4 1. Kapitalisme pendidikan Pendidikan kita telah terjebak pada pola pikir kapitalistuk. Pendidikan dalam arti transaksi dengan siswa semakin mahal. Pendidikan hanya untuk kaum yang punya. Pendidikan untuk rakyat tidak terjamah sama sekali. 2. Diskriminasi Pendidikan Diskriminasi pendidikan telah terjadi dengan berbagai bentuk. Diskriminasi terjadi antar anak pandai dan kurang melalui akseleasi pendidikan. Gagasan 3 Hanani, Silfia Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan. Yogyakarta AR-RUZZ Media. 4 Djohar Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta:CV. Grafika Indah

6 mendiskritkan kaum lemah juga muncul ke permukaan, yang akan membedakan antar masyarakat yang mampu dn tidak mampu. 3. Pendidikan kita membangun individu belajar, budaya belajar dan budaya ilmu. Pendidikan kita yang tekstual-hafalan menjauh dari pembangunan individu belajar. Individu belajar juga disertai dengan upaya pemecahan masalah. Kebiasaan pemecahan masalah dapat membangun budaya belajar dan budaya ilmu. 4. Pendidikan kita hanya mendorong funsi IQ, bukan CQ, EQ dan AQ Kita masih membanggakan IQ, meskipun kegunaanya dalam kehidupan kurang funsional lagi. Kekuatan yang dapat mengatisipasi masa depan adalah CQ, yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. EQ dapat dilatih melalui sekolah. SQ dan AQ dapat mejadi pehatian pendidikan kita yang maknanya untuk membangun kehidupan lebih fungsional. 5. Hasil pendidikan kita yang tak pernah terukur Kita tidak pernah melakukan pengukuran terhadap hasil pendidikan kita. Pendidikan kita menghendaki terbangunya pribadi manusia tidak pernah menjadi wacana pendidikan kita. Pribadi anak-anak hasil pendidikan kita tidak ada bentuknya, atau berbetuk dirinya masing-masing. Perilaku anakanak kita akan terwujud dalam bentuk perilaku masyarakat nantinya. Bgaimana cara kita membangun kembali bangsa? 6. Pengajaran tekstual Pegajaran yang kita lakukan sangat tekstual hafalan. Pengajaran kitia tidak dalam prakisis pernah menyentuh factual, kontekstual,dan konseptual. Pengajaran kita tidak mampu membentuk budaya ilmu, dan membangun individu belajar. Pengajaran kita tidak membangun proses pembelajaran. Pengajaran kita membuat anak-anak belajar banyak akan tetapi perolehan sedikit. Pengajaran kita mengorbankan anak untuk kurikulum. 7. Pendidikan yang tetap sentalistik. Meskipun telah dirancang MBS tetapi dalam prakteknya pendidikan masih tetap sentarlistik. Kita belum mengakui keberagaman bansa kita.

7 D. Geogarfi budaya dan Pariwisata terhadap Pendidikan Pepatah dari cina menyatakan bahawa secara lahiriah semua manusia adalah sama, namun pendidikanlah yang membuat perbedaan. Perbedaan ini menyangkut pengaruh budaya pada sistem pendidikan, diamana budaya dapat mempengaruhi pandangan, nilai, dan pesepsi setiap generasi. Paul Goodman menjelaskan, hanya ada satu kurikulum, terlepas daris metode suatu pendidikan: apa yang utama serta umum dalam pengalaman dan tindakan manusia, struktur mendasari budaya. Oleh karena itu, apaya diajarkan dalambudaya adalah penting dalam mempertahankan suatu budaya dan hal ini biasanyamenjadi tanggung jaawb utama sistem. 5 Pendidikan sering dikatakan sebagai transfomasi dari kebudayaan dalam pengembangan pengetahuan dan perilaku serta teknologi. Pendidikan juga memiliki tranmisi nilai, baik digenerasi yang sama maupun antar generasi dan lintas budaya. Berbagai upaya yang telah dilakukan guna memberikan pelayanan terbaik bagi setiap peserta didik di setiap wilayah Indonesia, namun hal itu belum mampu mempromosikan keanegaragaman, suku, bahasa dan kebudayaan sebagai warisan budaya Indonesia melalui pendidikan. Indoonesia memiliki pulau besar dan pulau kecil. NAMA-NAMA SUKU DI INDONESIA No Provinsi Suku Bangsa 1 Nanggroe Aceh Darussalam Aceh Gayo, Alas, Tamiang dan Singkill 2 Sumatera Utara Nias, Melayu, Toba, Simalungun, Madailing, Pakpak, dan angkola 3 Sumatera Barat Mentawai, Sakai, Talang Mamak, Bunoi 4 Riau Melayu, Sakai, Talang Mamak, dan Bunoi 5 Jambi Melayu, Kubu, Kerinci, Batin, dan Bajau 6 Sumatera Selatan Palembang, Komering, Ogan, Pasemah, Rawas, Rejang, Ranau, dan Kubu 7 Bengkulu Rejang lebong, Enggano, Serawi, dan Pasemeh 8 Lampung Pubian, Tulang Bawang, Semendo, Pasemah, dan Abung 9 Kepualauan Riau Melayu, Siak, dan sakai 5 Larry A. Samorvar, Richad E. Porter, Edwin R. Mc Danile Komunikasi Lintas Budaya Comunication Between Culttures. Edisi ke-7. Diterjemahkan oleh: Indri Margarehta. Sidabalok. Jakarta: Salembah.

8 No Provinsi Suku Bangsa 10 Bangka Belitung Melayu dan Tionghoa 11 Kalimantan Barat Melayu, Dayak, Punau, Ngaju dan Mbaluh 12 Kalimantan Tengah Dayak, Ngaju, dan Kapuas 13 Kalimantan Timur Dayak, Kutai, Kayan, Punan, Bugis dan Murut 14 Kalimantan Selatan Melayu, Banjar, Dayak dan Balangan 15 Sulawesi Utara Minahasa, Bolaang mongondow, Sangir, dan Talaud 16 Gorontalo Gorontalo 17 Sulawesi Tengah Kaili, Tomini, Kulawi, Pamona, Balatar dan Dampelas 18 Sulawesi Tenggara Tolaki, Buton, Muna, Wolio dan Bugis 19 Sulawesi Selatan Bugis, Makasar, Toraja dan Mandar 20 Sulawesi Barat Mandar, Bugis, Mamas dan Manuju 21 Maluku Ambon, Kei, Tanibar, Seram, Alufuru dan Buru 22 Maluku Utara Ternate, Togite, Morotai, Loda, Halmahera, Tidore dan Obi 23 Banten Banten, Badui dan Sunda 24 Jawa Barat Sunda 25 DKI Jakarta Betawi 26 Jawa Tengah Jawa, Karimun dan Samin 27 Jawa Timur Jawa, Tengger, Osing, Madura 28 DI Yogyakarta Jawa 29 Bali Bali aga dan bali majapahit 30 NTB Sasak, Dongo, Sumbawa, Dompu dan Bima 31 NTT Sumba, Sabu, Alor, Rote, dan Flores 32 Irian Jaya Barat Asmat, Dani, Sentani 33 Papua Biak, Jakui, Asmat, Dani Sumber: Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa Indonesia benar-benar memiliki keanekaragaman suku di setiap regionnya, tentunya ia juga harus mampu bertanggung jawab akan kebutuhan pendidikan para peserta didik atau pelajar di setiap pulau dengan mengintegrasikan metode keanekaragaman atau pendidikan multikultural. Oleh sebab itu, pendidikan tidak hanya sekedar belajar menjadi tahu, namun lebih sebagaimana yang tertuang dalam laporan komisi dunia tentang pendidikan untuk abad ke-21 yaitu

9 belajar bukan untuk menjadi, belajar untuk mengetahui, belajar untuk melalukan belajar untuk hidu bersama hanya dapat berhasil dilaksanakan jika keanekaragaman budaya mendapat perhatian utama. Dalam rangka terus mendorong proses belajar untuk hidup bersama, terdapat kebutuhan untuk mempromosikan kompetensi-kompetensi antar budaya, termasuk yang terkandung dalam berbagai aktivitas masayarakat sehar-hari, dengan tujuan untuk meningkatkan pendekatan pendidikan terhadap hubungan antar budaya, karena keanekaragaman budaya tidak hanya aset yang harus dilindungi namun dikomunikasikan. Untuk itu, hubungan antara geografi budaya dan pariwisata dengan pendidikan khususnya di indonesia sebagai bangsa yang heterogen harus antara lain: 1. Melakukan survey pada setiap negara dan/ataupun setiap provinsinya guna perbandingan isi dan metode pendidikan dan termasuk cara-cara tradisional mewariskan pengetahuan, terutama yang mengacu pada pengakuan dan penerimaan keanekaragaman budaya. 2. Pendukung dalam upaya dan/atau menciptakan peluang dan fasilitas untuk belajar dengan fokus budaya disetiap sistem pendidikan dengan memanfaatkan berbagai instrument yang ada seperti laporan-laporan. Peneliti nasional EFA (Education For All). 3. Mengadaptasi metode pengajaran yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari mereka yang belajar, dengan dukung yang dibutuhkan dari pembuata kebijakan di bidang pendidikan, para profesional di bidang pendidikan pada di semua tingkat dan masyarakat setempat, serta mengakui aspek budaya sebagai sosok guru pendidikian untuk pembanguan berkelanjutan. 4. Membuat paduan internasional untuk mempromosikan dialog antar budaya melalui seni, dengan berdasarkan pada indentifikasi contoh-contoh terbaik dalam pendidikan terutama seni. 6 E. Kesimpulan Aspek geografi budaya dan pariwisata dapat berkontribusi pada pencapaian penuh hak atas pendidikan dan penganekaragaman bentuk belajar termasuk belajar di luar sekolah, memastikan tidak ada kelompok masyarakat adat minoritas, dan atau 6

10 kelompok mayoritas yang terlupakan. Jika keanekaragaman budaya tidak diperhatikan dalam pendidikan, maka, perannya sebagai mencerdasakan anak bangsa telah gagal dalam pelajaran hidup bersama atau membangun Bhineka Tunggal Ika. Dengan adanya, geografi budaya dan pariwisata kita dapat menyingkap segala warisan budaya dan mengkomunikasikannya melalui pariwisata, sehingga kita mengenal satu sama lain. F. Refrensi Barnadib, Sutar, Imam Sejarah Pendidikan Indonesia.:Yogyakarta. Andi Offset Djohar Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan. Yogyakarta:CV. Grafika Indah Larry A. Samorvar, Richad E. Porter, Edwin R. Mc Danile Komunikasi Lintas Budaya Comunication Between Culttures. Edisi ke-7. Diterjemahkan oleh: Indri Margarehta. Sidabalok. Jakarta: Salembah. Pendit, Nyoman S Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradnya Paramita Abdullah Irwan Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.. Cetakan IV:Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hanani, Silfia Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan. Yogyakarta AR-RUZZ Media. Sedyawati, Edi Budaya Indonesia:Kajian Arekeolog, Seni, Sejarah: Jakarta. Rajawali Pers