3.2. GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.2. GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase"

Transkripsi

1 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah penelitian yang akan digunakan ada dua, yaitu GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase dan GKPB jemaat PNIEL di desa Blimbingsari. Abianbase merupakan desa di kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung di Bali. Daerah Abianbase termasuk dalam daerah urban, karena letak Abianbase berada pada peralihan kota dengan desa. Agama yang dianut oleh warga di daerah Abianbase ini adalah Kristen Protestan, Katolik dan Hindu. Sebagian besar warga Abianbase menganut agama Hindu. Pekerjaan warga di Abianbase pada awalnya sebagian besar adalah petani, namun sekarang sebagian besar pekerjaan warga Abianbase sudah berkembang yaitu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sekitar 30% sisanya sebagai petani dan pedagang. Wilayah penelitian yang ke dua ialah di daerah Blimbingsari. Blimbingsari adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Jembrana. Agama yang dianut oleh para warga di desa Blimbingsari adalah 100% Kristen Protestan. Namun desa ini berkembang menyatu bersama dengan lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Hindu dan Islam. 1 Sebagian besar pekerjaan dari masyarakat di desa Blimbingsari ini ialah sebagai petani, 20% sisanya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase Sejarah GKPB jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase 2 Kehidupan para orang Kristen saat pertama hadir di Abianbase tidaklah mudah. Pada saat itu, mereka belum memiliki tempat beribadah yang tetap. Mereka biasa beribadah dengan berpindah-pindah dari satu desa ke desa yang lainnya. Pada saat giliran Abianbase menjadi lokasi ibadah, tempat yang biasa digunakan di wilayah Dalang dengan menggunakan balai pamiasan atau sanggah milik alm. Bapak I Made Tebing. Setiap hari Minggu, kul-kul dibunyikan pertanda ibadah akan dimulai. Tidak jarang jemaat saat itu menerima ejekan dari warga sekitar pada saat mereka akan berangkat beribadah dan juga pada saat mereka berjalan pulang setelah melaksanakan ibadah. Ejekan-ejekan itu sengaja diberikan agar orang Kristen merasa tidak betah dan kembali lagi masuk menjadi orang Hindu. Biasanya orang-orang non kristen mencuri kul-kul yang biasa digunakan sebagai tanda bahwa ibadah akan dilaksanakan, selain itu mereka juga mengambil kursi-kursi yang digunakan untuk beribadah. Pada tahun 1932 orang Kristen dipanggil oleh pemerintah untuk menghadapi residen. Pada saat mereka menghadap residen, mereka ditanya mengenai kebenaran berita yang mengabarkan bahwa mereka telah percaya kepada Tuhan Yesus. Orang Kristen pada saat itu pun menjawab dengan sangat tegas bahwa benar mereka telah percaya 1 Ketut, Suyaga Ayub, Blimbingsari the Promised Land, (Yogyakarta:Penerbit Andi, 2014), 1 2 Sejarah GKPB jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase (PDF)

2 kepada Tuhan Yesus. Mendengar keteguhan iman para orang Kristen pada saat itu, residen pun mengancam bahwa mereka tidak akan mendapat tanah untuk menguburkan jasad mereka, pada saat mereka meninggal. Tetapi apa yang menjadi ancaman dari resdien tidaklah membuat hati orang Kristen menjadi takut dan gentar. Sehingga setelah mendengar kesungguhan mereka, pada saat itu juga orang Kristen tidak lagi mengalami perlakuan yang kasar dari penduduk sekitar. Pada tahun 1932 terjadi keributan berkenaan dengan Suka Duka 3. Pada saat itu orang Kristen dikeluarkan dari perkumpulan Banjar. Tetapi ada salah satu tokoh non Kristen yang benar-benar berjasa, karena orang itu mengingatkan warga sesamanya bahwa tidak ada untungnya jikalau mereka selalu berselisih. Orang itu pun meminta agar orang Kristen diberikan satu banjar untuk mereka dapat melaksanakan setiap kegiatan mereka. Mendengar hal itu, maka warga non Kristen setuju untuk memberikan banjar yang berbeda kepada orang Kristen dan Suka Duka yang terpisah. Sehingga tempat beribadah pun dipindahkan dari Dalang ke pekarangan rumah alm. I Ketut Yahya hingga saat ini. Semenjak memiliki tempat ibadah dan Suka Duka tersendiri, jumlah pengikut menjadi orang Kristen pun semakin bertambah banyak. Hal tersebut terjadi oleh karena orang Kristen yang semakin semangat untuk menyebarkan ajaran agama Kristen lewat setiap percakapan dengan masyarakat. Melihat kenyataan itu, maka warga desa pun semakin khawatir dan mereka mengakali agar warga lainnynya tidak masuk Kristen, maka mereka yang belum masuk agama Kristen disumpah di Pura agar tidak masuk agama Kristen. Upaya yang mereka buat pada saat itu sia-sia saja, karena tetap ada begitu banyak orang yang mau masuk Kristen. Keadaan semacam ini membuat warga semakin membenci orang Kristen dan kembali mereka dengan menggunakan segala macam cara mengganggu orang Kristen pada saat mereka sedang beribadah, diantaranya seperti melempari batu ke tempat beribadah, mencuri tanaman orang Kristen dan yang lebih parahnya lagi para warga berani masuk gereja dan mencuri barang di saku para orang Kristen pada saat mereka berdoa. Sehingga pada puncaknya gereja dibakar oleh warga. Sayangnya sekalipun api sudah lama berkobar tetapi api sama sekali tidak menyebar ke gedung gereja. Api hanya berkobar di bagian atap gereja. Baptisan pertama di Abianbase pun dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 Desember Ada sekitar kurang lebih 89 orang yang turut serta dalam baptisan ini. Sehinggga pada tanggal-tanggal tersebut, jemaat Galang Ning Hyang Abianbase merayakan hari ulang tahun gereja mereka. Baptisan pertama itu bukan hanya para orang yang berasal dari Abianbase tetapi banyak juga diantara mereka berasal dari desa tetangga yaitu Carangsari, Dalung dan Tuka. Tetapi sebenarnya kehidupan berjemaat sudah mereka 3 Suka Duka adalah istilah lain dari berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Dimana dalam hal suka seperti menikah dan duka seperti kedukaan, semua itu dianggap sebagai tanggungjawab bersama bukan hanya tangungjawab keluarga mulai dari persiapan acara sampai acara selesai. Pengurus dari Suka Duka ini biasa disebut dengan Pesamuan Adat Suka-Duka

3 mulai sebelum tanggal pembaptisan tersebut. Jemaat Abianbase pun berkembang ke Sading, Penataran, Lalanglinggah, Ulun Uma dan Anggungan Carangsari. Saat ini GKPB jemaat di Galang Ning Hyang, Abianbase adalah salah satu gereja yang masuk dalam kategori gereja yang berjemaat besar. Secara daftar statistic terdapat anggota jemaat sejumlah 153 Kepala Keluarga (KK), 4 dengan berbagai macam bentuk latar belakang pekerjaan. Ada yang menjabat sebagai karyawan bank, karyawan di Kantor Sinode GKPB, menjadi guru, menjadi dosen, purna bakti, Ibu Rumah Tangga, petani, dll Kehidupan Jemaat GKPB jemaat Galang Ning Hyang, Abianbase Dari sejarah diketahui bahwa sebagian besar hampir seluruh jemaat dari GKPB Galang Ning Hyang adalah penduduk asli Bali, mereka juga adalah penduduk asli di Abianbase. Dalam kehidupan jemaat di Abianbase terlihat masih sangat kental kebudayaannya. Hal ini disebabkan oleh karena relasi yang mereka miliki adalah warga sekitar adalah orang Hindu yang sangat menghormati adat dan budaya dari Bali itu sendiri, untuk mewujudkan visi GKPB yaitu Bumi Berdamai Sejahtera dalam Damai Sejahtera maka jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase harus dapat menjalin relasi yang baik bukan saja hanya dengan para anggota jemaat tetapi juga warga sekitar. 5 Hal mengenai melakukan serta membudayakan budaya Bali dalam kehidupan bersama juga bukanlah suatu hal yang susah karena jemaat sendiri adalah memang orang asli Bali dan itu termasuk sebagai tanggung jawab mereka sebagai penduduk yang tidak mau budayanya sampai hilang. 6 Gereja di Abianbase memiliki jadwal ibadah Minggu dengan menggunakan bahasa Bali setiap di minggu pertamanya. Selain itu hal yang mencerminkan gereja ini membudayakan budaya Bali ialah lewat setiap ibadah penting yang dilaksanakan selalu bertemakan adat Bali, baik dari pakaian yang digunakan, dekorasi yang ada juga mencerminkan budaya Bali. 7 Gereja juga memiliki pengurus yang disebut dengan nama pesamuan adat Suka Duka sehingga pada saat ada acara baik itu pernikahan ataupun kematian, bukan keluarga sendiri yang bekerja tetapi seluruh jemaat akan turut ambil bagian di dalamnya, mulai dari persiapan sampai akhir dari semua acara. Salah satu contohnya, jika ada salah satu anggota jemaat yang meninggal, maka ada kelompok yang 4 GKPB Galang Ning Hyang, Laporan Pelaksanaan Program Pelayanan dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2014 dan Program Kerja Tahun 2015 (Abianbase,2015), Putu, Sri Sutarsih, Penginjil GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 18 Agustus 2015, pukul WITA) 6 Luh, Pujisihani, Penatua GKPB Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 18 Agustus 2015, pukul WITA) 7 Putu, Tini, anggota jemaat GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 18 Agustus 2015, pukul WITA)

4 bertugas untuk begadang di rumah duka, sampai mayat dari yang meninggal itu dikuburkan. 8 Terlihat memang sangat kental setiap budaya Bali yang diadopsi oleh gereja di Abianbase. Budaya Bali lainnya yang paling kental adalah budaya patriaki, tetapi berbicara mengenai budaya ini secara organisasi di dalam gereja, gereja tidak menganut budaya ini secara menyeluruh. Namun bagaimana pun juga para jemaat di gereja Abianbase adalah orang Bali asli yang sudah biasa terdidik dengan adat budaya mereka sejak kecil, salah satunya ialah budaya patriaki ini. Dengan demikian, secara pribadi baik sadar ataupun tidak sadar, budaya itu masih melekat di beberapa jemaat. Selain itu, gereja Abianbase bertempatdi tempat dimana para warganya yang masih sangat kental dengan adat dan budaya patriaki. Oleh karena anggota jemaat yang sangat besar dan penduduk tetangga yang kental sekali dengan budaya patriaki adalah sebagai pertimbangan untuk ditugaskannya seorang pendeta 9 perempuan di gereja ini. 10 Tetapi untuk saat ini, Sinode sudah mencari cara supaya seluruh pendeta dapat merasakan tempat pelayanan di seluruh gereja, juga seluruh warga jemaat dapat merasakan bagaimana pelayanan kepemimpinan pendeta dengan seluruh latar belakang yang berbeda termasuk di dalamnya adalah perbedaan jenis kelamin, maka dilakukan system bergilir. 11 Tidak semua jemaat masih menganut adat patriaki secara kental, karena mereka sadar bahwa perempuan tidak mampu memimpin itu hanya pandangan budaya yang bisa diubah, sekalipun belum pernah ada pendeta perempuan sebagai pemimpin jemaat di gereja Abianbase, gereja ini selalu mencoba untuk ada keterwakilan perempuan dalam kegiatan apapun. 12 Mulai dari keanggotaan Majelis Jemaat, sejak dulu hingga saat ini selalu ada wakil dari perempuan yang menjadi anggota dari Majelis Jemaat. Selain itu sudah pernah juga ditempatkan vikaris perempuan di gereja ini, dengan maksud memperlihatkan bahwa memang jemaat di Abianbase adalah jemaat yang terbuka serta memperkenalkan bagi warga sekitar bahwa perempuan juga dapat menjadi seorang pemimpin. 13 Hal utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin jemaat yang terpenting bukanlah siapa dia, apakah dia seorang perempuan atau dia seorang laki-laki. Hal yang 8 Pengamatan dengan hidup secara langsung bersama jemaat GKPB Galang Ning Hyang, selama melaksanakan PPL 6 (4 bulan) 9 Sinode yang menominasi para Pendeta yang akan ditempatkan, setelah itu keputusan penempatan pendeta ditentukan dalam rapat bersama seluruh Majels Jemaat GKPB. 10 Putu, Sri Sutarsih, Penginjil GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 18 Agustus 2015, pukul WITA) 11 Wayan, Kurnia Mulyawan, Diaken GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 17 Agustus 2015, pukul WITA) 12 Pengamatan dengan hidup secara langsung bersama jemaat GKPB Galang Ning Hyang, selama melaksanakan PPL 6 (4 bulan) 13 Nengah, Ripa, Pendeta Jemaat GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 16 Agustus 2015, pukul WITA)

5 paling terpenting menjadi seorang pemimpin jemaat adalah memiliki hati seorang pelayanan yang benar-benar mau melayani 14, pemimpin jemaat mampu memiliki waktu untuk selalu mengadakan kunjungan ke seluruh jemaat, bukan hanya jemaat tertentu 15 selain itu juga bagaimana seorang pendeta atau pemimpin jemaat mampu memberitakan Firman Tuhan yang benar-benar dapat menjawab setiap pertanyaan kehidupan jemaat dalam kehidupan sehari-hari. 16 GKPB Galang Ning Hyang di Abianbase adalah contoh bagaimana budaya patriaki ditetapkan secara ketat di kalangan masyarakat Bali secara keseluruhan, karena di dalam gereja ini sebenarnya sudah tidak menjadi sebuah masalah besar mengenai pemimpin seorang perempuan, namun oleh karena tekanan warga masyarakat yang sangat kuat, disitulah sulit sekali untuk ada pendeta perempuan GKPB Jemaat PNIEL, Blimbingsari Sejarah GKPB jemaat PNIEL, Blimbingsari 17 Berkumpulnya kelompok orang Kristen di desa Blimbingsari ini berawal oleh karena kemarahan orang Hindu yang merasa telah dikhianati oleh mereka yang telah masuk Kristen. Pada saat itu orang Kristen menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan dewa-dewa yang dianggap mereka kafir. Mereka memiliki pemikiran bahwa menjadi Kristen haruslah lahir secara baru sehingga segala sesuatu yang berbau Hindu dibuang dan harus dihancurkan. Orang Kristen sama sekali tidak mau berpartisipasi dalam hal apapun jikalau itu berbau hindu. Melihat segala kelakuan dari pada orang Kristen maka timbulah perlawanan yang sangat kuat dari saudara yang beragama hindu dan timbul kekacauan dimana saja Kristen berada. Akhirnya orang Kristen dibuang dari keluarga dan dikucilkan, tidak boleh mendapat air, untuk sawah, isi lumbung mereka diambil, dicaci maki dan lain sebagainya. Melihat hal itu semua maka pemerintah Belanda memutuskan orang Kristen dibawa di hutan angker Blimbingsari di Jembrana, Bali Barat untuk tinggal disana. Blimbingsari diberikan oleh Pemerintah Belanda kepada orang-orang Kristen Bali yang baru percaya dan dibuka pada 30 November Tanah yang diberikan pada saat itu seluas 420 hektar. Tanah Blimbingsari pada saat itu masih berupa hutan belantara yang termasuk kategori hutan kecil, penuh dengan nyamuk malaria, harimau, buaya dan tempat-tempat keramat. Tetapi orang Kristen percaya bahwa tanah tersebut sebagai tanah 14 Luh, Pujisihani, Penatua GKPB Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 18 Agustus 2015, pukul WITA) 15 Wayan, Kurnia Mulyawan, Diaken GKPB jemaat Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase, 17 Agustus 2015, pukul WITA) 16 Rai, Sri Handayati, warga jemaat GKPB Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase 17 Agustus 2015, pukul WITA) 17 Ketut, Suyaga Ayub, Blimbingsari the Promised Land, (Yogyakarta:Penerbit Andi, 2014), Kata Pengantar

6 perjanjian sama seperti Tuhan Allah yang melepasakan bangsa Israel dari jabatan budak di tanah Mesir, keluar menuju tanah Kanaan yang berlimpah dengan susu dan madu. Gereja di Blimbingsari diberi nama PNIEL dengan arti bahwa bertemu muka dengan muka Allah Kehidupan Jemaat GKPB jemaat PNIEL, Blimbingsari Kehidupan jemaat GKPB jemaat PNIEL di Blimbingsari dapat dikatakan kehidupan yang sejahtera, oleh karena mereka adalah warga jemaat yang juga sebagai warga satu desa sehingga rasa kekeluargaan yang mereka rasakan sudah sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Tetapi sekalipun mereka hidup dalam satu desa sendiri yang hanya terdapat mereka sebagai warga tetapi dalam kehidupan mereka, mereka sama sekali tidak bisa terlepas dari kebudayaam Bali. Budaya yang ada di GKPB PNIEL Blimbingsari masih terasa sangat kental. Mulai dari gedung gereja yang dibangun dengan menyerupai Pura, mulai dari atap, lukisan, bangunan dengan ruang terbuka. Semua memiliki masing-masing makna yang dimana maknanya sangat kental dengan makna adat orang Bali. 18 Selain itu, hingga saat ini di gereja Blimbingsari, biasa mengadakan ibadah kontekstual yang biasa diadakan setiap Minggu pertama. Dimana dalam ibadah ini seluruhnya benar-benar bernuansa Bali, mulai dari pakaian, lagu, musik, hingga khotbahnya pun menggunakan bahasa Bali. 19 Hal lain yang biasa dilakukan oleh gereja di Blimbingsari, dimana saat ada kedukaan maka pengurus Suka Duka sebagai penaggung jawab untuk mengatur tugas, seperti ada jemaat yang bertugas untuk turut serta begadang di rumah duka, dengan mewujudnyatakan istilah menyama braya. 20 Gereja di Blimbingsari biasanya saat ibadah pada saat natal, paskah dan sidi juga dikemas dalam bentuk budaya Bali. Selain itu, gereja di Blimbingsari juga memiliki group yang disebut dengan sekhe gong yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok ibu-ibu, bapak-bapak dan anak. Biasanya group ini akan mengisi dalam acara serimonial yang berbau kebudayaan Bali. 21 Jika dilihat memang di gereja Blimbingsari masih sangat memperhatikan dan sangat kental dengan budaya Bali, sehingga mereka sendiri merasa sangat perlu untuk melestarikan budaya Bali itu sendiri. Sekalipun terlihat bahwa memang para anggota jemaat di gereja Blimbingsari sangat kental dengan kebudayaan, mereka tidak sembarang melestarikan budaya Bali yang ada. Salah satu budaya Bali yang gereja coba untuk mengubahnya adalah budaya 18 Ketut, Suyaga Ayub, Blimbingsari the Promised Land, (Yogyakarta:Penerbit Andi, 2014), Nyoman, Sukabagia, jemaat GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 11 Agustus 2015, pukul WITA) 20 Menyama Braya adalah istilah di Bali dengan arti kata Bersaudara 21 Priyasti, Penatua GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 12 Agustus 2015, pukul WITA)

7 patriaki. 22 Secara umum, di Bali memang masih sangat kental dengan budaya tersebut. Budaya patriaki juga masih sangat mempengaruhi kehidupan jemaat GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari dalam kehidupan bermasyarakat lainnya. 23 Hal mengenai gereja di Blimbingsari mencoba mengubah budaya patriaki diperkuat dengan kenyataan bahwa jemaat di Blimbingsari saat ini sedang dimpin oleh seorang pendeta perempuan, dimpimpin oleh pendeta perempuan pun bukanlah pengalaman pertama bagi jemaat di Blimbingsari karena ini adalah sudah ketiga kalinya jemaat di Blimbingsari dimpimpin oleh seorang pendeta perempuan. 24 Selain itu, di gereja Blimbingsari dalam pemilihan pengisian anggota Majelis Jemaat sangat disarankan harus ada keterwakilan dari kaum perempuan. Dimana itu semua memang saran yang berasal dari Sinode GKPB yang telah disepakati bersama dan jemaat di Blimbingsari pun sangat setuju dan mendukung dengan apa yang menjadi syarat dari Majelis Jemaat tersebut. 25 Dalam menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin jemaat di gereja Blimbingsari ini, tidak melihat dari jenis kelamin mereka apa, tetapi bagaimana kualitas pelayanan mereka kepada para jemaat. 26 Perempuan juga memiliki kualitas tersendiri dalam hal menjadi seorang pemimpin, dilihat dari mengurus Rumah Tangga saja mereka dapat lakukan dengan sangat baik, perempuan punya rasa kasih sayang serta ketelitian yang jarang dimiliki oleh seorang laki-laki, sehingga kepemimpinan seorang perempuan pun tidak kalah bagus jika dibandingkan dengan laki-laki, menurut bagaimana dari masing-masing pribadi. 27 Di desa Blimbingsari sebenarnya masih dipimpin kuat oleh budaya patriaki, karena di dalam keluarga di jemaat ini masih laki-laki yang memegang otoritas kuat, dimana ayah masih menjadi kepala keluarga, keputusan keluarga sekalipun dibicarakan bersama namun keputusan sang kepala keluarga yang akan dijalankan. Sekalipun masyarakat di desa Blimbingsari yang juga sekaligus sebagai jemaat GKPB PNIEL masih sangat dipengaruhi oleh budaya patriaki, pada aras gereja mereka sudah memiliki pandangan yang sangat maju. Pada tatanan tertentu mereka sudah melihat bahwa pendeta perempuan bukan menjadi sesuatu yang tabu. Jemaat di desa Blimbingsari sudah dengan sangat berani untuk mendukung kepemimpinan seorang pendeta perempuan. 22 Nyeneng, Pendeta Emeritus perempuan Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, pukul WITA) 23 Christiana, Welda Putranti, Pendeta jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 10 Agustus 2015, pukul WITA) 24 Suserah, mantan Majelis Jemaat GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, WITA) 25 Christiana, Welda Putranti, Pendeta jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 10 Agustus 2015, pukul WITA) 26 Made, Suwiriya, Penatua GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, WITA) 27 Suserah, mantan Majelis Jemaat GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, WITA)

8 GKPB jemaat PNIEL di Blimbingsari telah memberikan model kehidupan secara adil dan setara yang baik di dalam hal pemilihan serta penempatan pendeta perempuan di tengan masyarakat Bali yang masih begitu kental dengan budaya patriakalnya. Tetapi model yang baik itu harus ditarik juga untuk kehidupan pribadi jemaat PNIEL di Blimbingsari mulai dari keluarga yang sadar jender sampai pada masyarakat yang sadar jender dan kehidupan gereja dalam aras Sinode yang sadar jender Kedudukan perempuan dalam kepemimpinan GKPB jika dilihat dari perspektif budaya Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) secara keseluruhan menghormati serta melestarikan budaya Bali yang ada dilakukan dengan berbagai macam cara dilakukan. Memang ada yang hanya sebatas dengan membangun bangunan gereja dengan bentuk bangunan adat Bali, ada yang juga gereja yang benar-benar memperhatikan secara detail setiap kebudayaan dari Bali itu bagaimana. Biasanya itu semua juga disesuaikan dengan tempat dari masing-masing gereja berada. 28 Ada gereja yang bertempat di penduduk yang memang benar-benar kental dengan adat dan budaya (seperti GKPB jemaat Galang Ning Hyang di Abianbase) dan ada juga gereja yang bertempat dimana penduduknya tidak terlalu kental akan adat dan budaya Bali (seperti GKPBjemaat PNIEL di Blimbingsari). Bagaimana pun juga Kristen di Bali tetap dianggap sebagai pendatang, sehingga harus mampu menyesuaikan diri tanpa harus kehilangan jati diri. 29 Dari dulu sebenarnya kedudukan perempuan sebagai seorang pemimpin jemaat atau pendeta itu tidak dipersulit oleh pihak GKPB, tetapi yang kerapkali menjadi hambatan dan halangan itu ialah warga sekitar yang masih sangat kuat dengan budaya patriakinya. 30 Hanya keberanian untuk melangkah maju yang membuat adanya keterwakilan perempuan di dalam GKPB itu ada. 31 Oleh karena hanya ada sedikit perempuan yang berani mengambil keputusan dengan resiko besar, membuat pendeta perempuan pada awalnya sangat sedikit, hanya terdapat dua orang pendeta perempuan. Setelah dua pendeta perempuan pertama ini ada, GKPB harus menunggu kurang lebih 21 tahun, barulah GKPB kembali mendaptkan seorang pendeta perempuan. GKPB tidak secara langsung membawa budaya patriaki ke dalam organisasi pelayanan jemaat, karena GKPB harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di Bali. Secara organisasi, budaya patriaki masih sangat kental, karena dalam organisasi terdapat anggota yang 28 Nyoman, Murdita, Ahli Budaya di Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Buduk, 16 Agustus 2015, pukul WITA) 29 Si Luh, Nestari, Pendeta Emeritus perempuan di Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Monang- Maning, 18 Agustus 2015, pukul WITA) 30 Nyeneng, Pendeta Emeritus perempuan Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, pukul WITA) 31 Si Luh, Nestari, Pendeta Emeritus perempuan di Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Monang- Maning, 18 Agustus 2015, pukul WITA)

9 masih sangat memegang teguh budaya patriaki 32, hal semacam itu pun dapat menghambat keterlibatan seorang perempuan di GKPB. Budaya patriaki di Bali bukan hanya dianut oleh kaum laki-laki, tetapi budaya itu juga sudah benar-benar mendarah daging di pribadi para perempuan Bali saat itu. Ada beberapa perempuan yang masih belum menyadari bahwa stereotip mereka selama ini adalah pengaruh budaya, bukan kodrat mereka sebagai perempuan. Seiring berjalannya waktu, pribadi masingmasing mulai menyadari bahwa budaya yang mereka anut itu bisa saja berubah lewat pribadi masing-masing. 33 Hingga saat ini, terlihat begitu pesat peningkatan jumlah pendeta perempuan, selain itu juga, jumlah Vikaris di GKPB saat ini didominasi oleh kaum perempuan, begitu juga jika dilihat dari jumlah mahasiswa yang sedang menempuh studi di fakultas Teologi juga didominasi oleh kaum perempuan. GKPB sangat membuka kesempatan yang besar bagi para bagi para perempuan yang untuk mau menjadi seorang pendeta untuk melayani di jemaat. Bentuk dukungan GKPB terhadap kaum perempuan juga bisa dilihat dari setiap peraturan gereja yang ada. GKPB sama sekali tidak membuat peraturan khusus baik yang ditujukan bagi kaum laki-laki atau kaum perempuan. GKPB benar-benar memperlihatkan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu adalah sama, mereka memiliki kemampuan yang sama dalam hal menjadi seorang pemimpin. 34 Hal yang menjadi tolak ukur biasanya adalah kualitas yang dimiliki oleh seseorang, jikalau kualitas laki-laki lebih di bawah perempuan, tidak menjadi suatu masalah yang besar jika memang perempuanlah yang memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding laki-laki. 35 Dengan mulai berkembangnya jumlah mahasiswi fakultas teologi, vikaris perempuan serta pendeta perempuan semuanya itu sebenarnya adalah dukungan kuat yang telah mereka dapatkan dari keluarga mereka masing-masing. Oleh karena keluarga sangat mendukung dan memiliki kesadaran jender yang membuat para keluarga mengijinkan masing-masing anggota keluarga mereka yang perempuan untuk terjun ke dalam lingkungan publik, yaitu menjadi seorang pendeta yang diawali dengan menempuh studi yang ada. Budaya yang ada di tengahtengah masyarakat benar-benar dapat berubah dan bergeser dimulai dari didikan di dalam keluarga. Bertambahnya jumlah pendeta perempuan, vikaris perempuan serta mahasiswi teologi, itu semua memang dapat dikatakan bahwa pemikiran orang Kristen mengenai perempuan sudah sedikit maju, namun kedudukan perempuan masih sangat dipengaruhi oleh budaya patriaki karena sampai saat ini kebanyakan perempuan hanya dapat ditemukan di aras jemaat. 32 Dalam hal ini, budaya yang dimaksudkan ialah budaya patriaki. 33 Ni Gusti, Ayu Stiti, Bendahara Yayasan Panti Asuhan Widhya Asih, wawancara, (Kapal, 19 Agustus 2015, pukul WITA) 34 Nyeneng, Pendeta Emeritus perempuan Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, pukul WITA) 35 Nyoman, Murdita, Ahli Budaya di Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), wawancara, (Buduk, 16 Agustus 2015, pukul WITA)

10 Kedudukan perempuan di GKPB tertinggi hingga saat ini ialah sebatas sekretaris bidang di Sinode Penyebab Pendeta perempuan tidak pernah menjabat sebagai seorang Bishop di GKPB Salah satu syarat untuk menjadi seorang Bishop di GKPB adalah mempunyai masa pengabdian di lingkungan GKPB sekurang-kurangnya 16 (enam belas) tahun. 36 Salah satu syarat itulah yang menajadi kunci Penulis dalam menjawab tujuan kedua dari penelitian permasalahan ini. Pada awal GKPB berdiri, tidak ada pendeta perempuan. Setelah 15 tahun GKPB berdiri dan diakui sebagai anggota dalam PGI, barulah muncul 2 (dua) orang pendeta perempuan yang melayani di GKPB. Setelah muncul dua pendeta perempuan ini, GKPB membutuhkan waktu sekitar 21 tahun lagi barulah GKPB kembali memiliki pendeta perempuan. Melihat kenyataan di Bali yang masih sangat kental dengan budaya patriaki merupakan penyebab utama mengapa pada saat itu GKPB sangat sedikit dengan pendeta perempuan. Dalam pemikiran masyarakat pada saat itu pendeta adalah sesosok tokoh yang harus siap untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas. Sedangkan masyarakat Bali masih sangat kental dengan budaya patriakinya, maka kekhawatiran bahwa seorang pendeta perempuan tidak dapat menghadapi semua itu, menjadi alasan sehingga masyarakat tidak berani mengambil resiko untuk masuk sekolah teologi dan menjadi seorang pendeta, hal itu pun berdampak juga pada setiap anak perempuan yang ada. Sampai saat ini di GKPB sendiri belum pernah merasakan seorang pemimpin gereja tertinggi yaitu Bishop diduduki oleh seorang perempuan, karena hingga saat ini baru 3 (tiga) pendeta perempuan yang memenuhi salah satu syarat penting untuk menjadi seorang Bishop, yaitu mempunyai masa pengabdian di lingkungan GKPB sekurangkurangnya 16 tahun. GKPB harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga GKPB juga menganut budaya patriaki. Melihat kenyataan saat ini, dimana semakin bertambahnya pemimpin jemaat atau pendeta dari kalangan perempuan menunjukan bahwa budaya itu memang dapat berubah, asalkan juga sesuai dengan kesepakatan bersama, karena budaya itu sendiri terbentuk dari kesepakatan masyarakat sendiri. Jika melihat di masa yang akan datang, pemimpin gereja dari kaum perempuan pasti akan ada, karena jemaat akan mencari bagaimana kualitas seorang calon pemimpin mereka, bukan siapakah mereka apakah mereka perempuan ataukah laki-laki. Namun satu hal kekuatan yang akan dimiliki oleh seorang perempuan untuk dapat menjadi pemimpin utama gereja yaitu dukungan penuh dari keluarga sendiri, 37 karena bagaimanapun juga secara biologis perempuan memiliki kelemahan saat menjadi seorang pemimpin gereja yaitu pada saat mereka melahirkan dan merawat anak yang baru lahir sehingga pada masa tersebut akan 36 Tata Gereja GKPB 2014, Ni Gusti, Ayu Stiti, Bendahara Yayasan Panti Asuhan Widhya Asih, wawancara, (Kapal, 19 Agustus 2015, pukul WITA)

11 mengganggu pelayanan seorang pemimpin yang harus memiliki waktu secara penuh bagi setiap jemaat yang ada di seluruh GKPB. 38 Pemikiran Esensialisme mengenai berkurangnya intensitas pekerjaan seorang perempuan oleh karena sifat keperempuanannya secara biologis seperti melahirkan dan berlaku pada semua perempuan dimanapun mereka berada sangat tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, karena tidak semua perempuan dapat melahirkan. Tidak juga dapat berlaku pada semua perempuan yang dapat melahirkan karena ada pemimpin perempuan yang sekalipun ia mengambil cuti untuk melahirkan, namun ia tetap ada di tempat jika dibutuhkan, ia siap untuk melayani. Beberapa pemimpin perempuan yang tahu bahwa dirinya akan mengambil cuti untuk melahirkan juga sudah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk ke depannya pada saat masa cutinya. 39 Maka pemikiran dari kelompok esensialisme tidak dapat dibenarkan jika pemikiran itu diberlakukan kepada seluruh perempuan yang ada. Pemikiran esensialisme sebenarnya dapat dikatakan sebagai pendukung dari budaya patriaki di Bali. Memikirkan bahwa keadaan keperempuanan secara biologis dapat menghambat intensitas kepemimpinan seorang perempuan juga dipikirkan oleh beberapa perempuan di Bali. Hal inilah yang dikatakan bahwa tanpa disadari bahwa bukan hanya laki-laki sebagai pelaku budaya patriaki tetapi malah perempuan. Perempuan tidak berani untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar seperti menjadi seorang pemimpin gereja yaitu Bishop karena berpikiran bahwa perempuan itu tidak layak, karena keadaan biologis mereka sebagai perempuan hanya laki-lakilah yang layak. 38 Rai, Sri Handayati, warga jemaat GKPB Galang Ning Hyang, wawancara, (Abianbase 17 Agustus 2015, pukul WITA) 39 Made, Suwiriya, Penatua GKPB jemaat PNIEL Blimbingsari, wawancara, (Blimbingsari, 13 Agustus 2015, WITA)

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Pulau Bali Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia 1. Sebelum dimekarkan menjadi Provinsi tersendiri, Pulau Bali merupakan wilayah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Desa pakraman, yang lebih sering dikenal dengan sebutan desa adat di Bali lahir dari tuntutan manusia sebagai mahluk sosial yang tidak mampu hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan pemahaman terhadap redesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura. 1.1 Latar Belakang Gereja

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga LAMPIRAN A. Foto-foto Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga mantan ketua sinode periode lalu (gambar bawah sebelah kiri) serta ketua sinode periode 2011-2015 (gambar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

BAB III. Temuan dan Analisa

BAB III. Temuan dan Analisa BAB III Temuan dan Analisa 1. Sejarah dan letak geografis Sejarah desa Blimbingsari dan Jemaat GKPB Pniel Blimbingsari berawal dari pembaptisan 12 orang Bali oleh pendeta Doktor Jeffrey di Tukad Yeh Poh,

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI DESA BLIMBINGSARI

BAB I KONDISI DESA BLIMBINGSARI BAB I KONDISI DESA BLIMBINGSARI A. Letak Geografis ecara geografis, Desa Blimbingsari terletak melintang dari S timur ke barat dalam wilayah administratif Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Wilayahnya

Lebih terperinci

BAB III. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan. Permasalahan.

BAB III. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan. Permasalahan. BAB III Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dari Mutasi Dan Permasalahan. 3.1. Pengantar Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), struktur organisasinya,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan ini, manusia tercipta sebagai laki-laki dan perempuan. Mereka saling membutuhkan satu dengan yang lain. Seorang laki-laki membutuhkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I ORGANISASI PASAL 1 Wilayah Pelayanan Wilayah pelyanan yang dimaksud adalah wilayah pelayanan PP. Kristiyasa yang tidak harus sama dengan pembagian

Lebih terperinci

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR

BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR BAB IV MEWARISKAN IMAN DENGAN TELADAN SUATU REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP TRADISI PIRING NAZAR Keluarga adalah salah satu konteks atau setting Pendidikan Agama Kristen yang perlu diperhatikan dengan baik,

Lebih terperinci

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON)

PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) 76 Ketetapan Synode Bolon GKPS ke-32 Tahun 1994 No. 5/1 Tahun 1994 Tentang RUHUT PAMINSANGON DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN SYNODE BOLON GEREJA

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian 1:26; I Petrus

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU Diterbitkan oleh: Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru Daftar Isi BAB I Keanggotaan... 3 BAB II Musyawarah Besar... 4 BAB

Lebih terperinci

REDESAIN GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB) JEMAAT PHILIA DI AMLAPURA

REDESAIN GEREJA KRISTEN PROTESTAN DI BALI (GKPB) JEMAAT PHILIA DI AMLAPURA LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 REDESAIN GEREJA KRISTEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25

BAB I PENDAHULUAN. 1 Handoyomarno Sir, Benih Yang Tumbuh 7, Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang, 1976, hal.25 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan Sejarah awal berdirinya Greja Kristen Jawi Wetan atau GKJW adalah berasal dari proses pekabaran Injil yang dilakukan oleh Coenrad Laurens

Lebih terperinci

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS BAB V REFLEKSI TEOLOGIS Menurut Kejadian 1:27, 1 pada dasarnya laki-laki dan perempuan diciptakan dengan keunikan masing-masing. Baik laki-laki dan perempuan tidak hanya diberikan kewajiban saja, namun

Lebih terperinci

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website: GKIm Jemaat Ka Im Tong - Bandung Jl. HOS Cokroaminoto No. 63 Bandung 40172 Telp. (022) 6011677, 6014982, 6120373, 6120374 Fax. (022) 6120372 GKIm Jemaat Hosanna Jl. Dr. Djundjunan No. 141 Bandung 40162

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan

Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sekali pun Telah Berlalu Namun Tetap Ada Harapan Sektor Petrus & Paulus Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka Rabu, 25 September 2013 A. Perjalanan Hidup Perjalanan hidup manusia di dunia ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS 54 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor : 119/1-PP/2006 Tentang PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS Pimpinan Pusat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Penulis akan menggunakan dua pihak yang saling berhubungan dalam kehidupan beragama di Indonesia secara umum dan di Bali secara khusus. Dua pihak yang penulis

Lebih terperinci

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA. LAMPIRAN 90 Filled Notes 1. Wawancara dengan Bapak YB Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 : Rumah Bapak YB : 16.30-18.35 WITA a) Arti kematian bagi orang Sabu. Made atau meninggal menurut kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan dan tumbuh kembangnya sangat diperhatikan. Tak heran banyak sekali orang yang menunggu-nunggu

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS 63 PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS A. Pendahuluan 1. Dengan telah ditetapkannya Peraturan Perkawinan dan Liturgi Perkawinan

Lebih terperinci

Oleh : TIM DOSEN SPAI

Oleh : TIM DOSEN SPAI Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,

Lebih terperinci

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus

1 Wawancara dengan bpk sumarsono dan remaja di panti asuhan Yakobus BAGIAN IV TINJAUAN KRITIS ATAS UPAYA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN BAGI REMAJA YANG BERAGAMA KRISTEN DAN NON KRISTEN DIPANTI ASUHAN YAKOBUS YANG SESUAI DENGAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. 4.1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

menghindari pikiran kotor dan perbuatan maksiat?. Saya mohon bantuan anda untuk menemukan solusinya

menghindari pikiran kotor dan perbuatan maksiat?. Saya mohon bantuan anda untuk menemukan solusinya Cinta Segitiga Saya sedang bingung dengan problem yang tengah kuhadapi ini. Hanya Allah yang mengetahui kebingunganku ini karena saya tidak sanggup memecahkan problem yang satu ini. Akan tetapi saya tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order Bacaan Alkitab hari ini: 1Tesalonika 1 HARI 1 MENJADI TELADAN Mengingat waktu pelayanan Rasul Paulus di Tesalonika amat singkat, mungkin kita heran saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

Minggu, 19 November 2017

Minggu, 19 November 2017 Minggu, 19 November 2017 SALAM KASIH DALAM KRISTUS YESUS Segenap Pengurus Gereja mengucapkan Selamat datang dan selamat beribadah kepada seluruh Jemaat Kami menyambut dengan penuh sukacita bagi Saudara

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

Depresi Rohani dan Konsep Tentang Penderitaan Ibr 12:5-11 Pdt. Andi Halim, M.Th. Kenapa orang percaya masih bisa mengalami depresi rohani?

Depresi Rohani dan Konsep Tentang Penderitaan Ibr 12:5-11 Pdt. Andi Halim, M.Th. Kenapa orang percaya masih bisa mengalami depresi rohani? Depresi Rohani dan Konsep Tentang Penderitaan Ibr 12:5-11 Pdt. Andi Halim, M.Th. Kenapa orang percaya masih bisa mengalami depresi rohani? Dari khotbah yang lalu sudah dijelaskan bahwa ada depresi yang

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! I Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! 1 Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di sebut... A Persekutuan D. Ibadah

Lebih terperinci

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli

Roh Kudus GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA. Roh Kudus adalah satu pribadi. Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli GBI JEMAAT INDUK DANAU BOGOR RAYA Pesan Gembala Minggu, 13 Mei 2012 Pdt Sutadi Rusli Roh Kudus Shalom, saya sangat yakin setiap pribadi diberkati oleh Tuhan. Amin! Tanpa terasa kita sudah memasuki bulan

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu BAB I A. Latar Belakang Masalah Sejarah mencatat bahwa Gereja hadir karena Tuhan Yesus memanggil umat manusia unuk menjadi pengiring-nya (murid). Mereka dipanggil dalam sebuah persekutuan dengan Dia dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara LAMPIRAN 1 Padoman Wawancara Sampel. Anggota tetap dan anggota simpatisan Anggota yang beralih Pertanyaan Mengapa sampai anda beralih? Menurut seoang guru, mengatakan bahwa mengapa saya beralih? Bagi saya

Lebih terperinci

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI

KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK. (1) Badan Usaha Koperasi ini bernama KOPERASI ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------ ---- ---- ---- ---PERUBAHAN ANGGARAN DASAR---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- KOPERASI KESEHATAN PEGAWAI DAN PENSIUNAN BANK MANDIRI----

Lebih terperinci

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan:

III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan. Kota Pasuruan secara geografis berbatasan dengan: III. KONFLIK SOSIAL YANG TERJADI DI MASYARAKAT PASURUAN A. Kota Pasuruan Kota Pasuruan (RKPD Kota Pasuruan tahun 2015) termasuk salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kota pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

Hubungann Kita Dengan Orang Lain

Hubungann Kita Dengan Orang Lain Hubungann Dengan Orang Lain Kita Pada hari Senin pagi dalam ibadah pagi di Sekolah Alkitab ada bagian kesaksian. Seorang gadis bernama Olga berdiri untuk bersaksi. Sehari sebelumnya ia bersama seorang

Lebih terperinci

Bekerja Dengan Para Pemimpin

Bekerja Dengan Para Pemimpin Bekerja Dengan Para Pemimpin Sudah lebih dari setahun Kim menjadi anggota gerejanya. Dia telah belajar banyak sekali! Ia mulai memikirkan pemimpin-pemimpin di gereja yang telah menolongnya. Ia berpikir

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Nama Tsang Kam Foek (untuk seterusnya penyusun akan menyebut beliau dengan nama Tsang To Hang 1 ) tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pekabaran Injil

Lebih terperinci

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011

Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) - Warta Jemaat - Minggu, 9 Oktober 2011 Bukit Rimon & Kebun Anggur ( Hakim-Hakim 21 ) Pasal 21 kitab Hakim-Hakim dalam susunan Tabernakel adalah Tabut Perjanjian yang terdiri dari Tutup Pendamaian dan Peti Perjanjian. Kalau kita merenungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sebagai Sinode (dulu Rad - Rageng) pada tanggal 14 November Gereja ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sebagai Sinode (dulu Rad - Rageng) pada tanggal 14 November Gereja ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pasundan (GKP) adalah Gereja Kristen di Jawa bagian Barat yang berdiri sebagai Sinode (dulu Rad - Rageng) pada tanggal 14 November 1934. Gereja

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN Penelitian in dilakukan dengan mengambil sumber data dari sebuah komunitas Persekutuan Solafide dan 3 orang Indonesia yang tergabung dalam persekutuan Solafide yang berdomisili

Lebih terperinci

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar Beberapa berkat yang terbesar dalam hidup ini datang kepada orang Kristen yang mengajar. Ketika saudara melihat sukacita yang dialami seseorang karena menerima Yesus

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya

Lebih terperinci

Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri

Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri TAMBAHAN 267 Jawaban Soal-soal Untuk Menguji Diri Pasal I 1 c) mempunyai suatu cara khusus untuk melaksanakan maksud-nya. 2 b) orang-orang yang dipilih, dibimbing dan diberi kuasa oleh-nya untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa 301 1 Tesalonika 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius untuk jemaat yang tinggal di Tesalonika, yang ada dalam Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Semoga Allah memberikan berkat dan damai sejahtera kepada

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra

PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci