POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI"

Transkripsi

1 POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN ARTIKEL SKRIPSI Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Jurusan Dharmaduta Oleh: MISDAWATI NIM SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2017

2

3 POLA PEMBINAAN SANGHA THERAVADA INDONESIA TERHADAP UMAT BUDDHA DI TANGERANG SELATAN Misdawati Pendahuluan Pembinaan merupakan hal penting yang harus dilaksanakan dalam memberikan bimbingan kepada masyarakat. Pembinaan dapat diberikan oleh instansi pemerintah, baik yang terdapat di pusat maupun di daerah. Pembinaan dapat juga dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan yang terdapat di lingkungan sekitar. Semakin meningkatknya kebutuhan masyarakat maka tuntutan akan pembinaan yang baik dan memuaskan sangat diharapkan. Masyarakat menginginkan pendidikan dengan kualitas terbaik, jaminan kesehatan, maupun pembinaan dalam kehidupan beragama. Pembinaan dari pengurus merupakan salah satu faktor penentu perkembangan agama Buddha. Kegiatan pembinaan umat Buddha mempunyai tujuan yang bersifat komunikatif dan sosial, dimana kegiatan ini bertujuan untuk memengaruhi, mengubah, dan membentuk sikap maupun tingkah laku seseorang. Dalam kehidupan bermasyarakat, pengurus dalam pembinaan mempunyai peran penting dalam membina umat. Seorang pembina merupakan orang yang telah mampu dalam bidang agama, sehingga dijadikan sebagai teladan bagi umat. Pembinaan dalam lingkup kecil yang ada dalam agama Buddha dilaksanakan oleh pengurus vihara. Pengurus vihara berperan untuk mengatur

4 setiap kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan program kerja dari kepengurusan vihara tersebut. Menjadi pengurus vihara harus memiliki sifat sosial sehinggan dapat bersosialisasi dengan baik kepada umat, memiliki motivasi yang lebih, tanpa paksaan, dan memiliki kemampuan serta pengalaman yang luas. Dengan memiliki sifat-sifat tersebut maka pengurus mampu memberikan pembinaan yang baik kepada umat. Apabila seorang pembina/pengurus tidak memberikan pembinaan dengan baik, maka dapat berdampak pada minat umat untuk datang ke vihara. Umat menjadi tidak berminat mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pembina/pengurus dan akan banyak keluhan mengenai pembinaan umat Buddha yang dianggap gagal. Kemungkinan yang paling besar terjadi adalah umat akan berpindah agama karena merasa pembinaan agama lain lebih baik dari agama yang diikuti. Umat Buddha dapat berkembang salah satunya karena mendapatkan pembinaan yang baik dari pengurus/pembina. Pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh pengurus/pembina secara berkala akan membuat umat lebih paham mengenai ajaran agama Buddha. Dalam pelaksanaan pembinaan, pengurus/pembina harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi umat. Idealnya setiap daerah yang memiliki jumlah umat Buddha banyak atau sedikit membutuhkan seorang pengurus/pembina yang terampil, profesional dan memadai. Ketersediaan pengurus/pembina yang memadai diharapkan mampu membawa pengaruh baik terhadap perkembangan agama Buddha di berbagai daerah. Umat Buddha menginginkan pembinaan dari Sangha Theravada Indonesia (STI) dilaksanakan secara maksimal dan memuaskan. Pada kenyataannya

5 pembinaan yang diterima tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Hal ini berdampak pada keyakinan (saddha) umat Buddha terhadap ajaran agama Buddha dan malas mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Dalam pembinaan umat Buddha tidak selalu berjalan maksimal. Karena terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di vihara. permasalahan tersebut yaitu, kurang keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma, karena faktor pernikahan, pendidikan, ekonomi, serta kurangnya kepedulian sosial. Terbukti dari berkurangnya jumlah umat Buddha saat ini, dikhawatirkan akan lebih banyak umat Buddha yang beralih ke agama lain akibat kurangnya pembinaan terhadap umat Buddha itu sendiri. Umat Buddha perlu pembinaan agar dapat meningkatkan keyakinan (saddha) serta pertumbuhan umat Buddha yang berkualitas. Menurut Candra (13 November 2016). STI merupakan sebuah organisasi sangha dalam agama Buddha. STI menyelenggarakan serangkaian kegiatan Dhamma dengan tujuan untuk meningkatkan keyakinan (saddha), gairah semangat (viriya), ketekunan dalam perhatian (citta), serta mengembangkan kebijaksanaan (pañña) agar umat Buddha di Indonesia semakin kokoh dan mantap dalam Buddha Dhamma. Di Tangerang Selatan banyak vihara binaan STI yang terdiri dari tujuh vihara, yaitu: Vihara Siripada, Anurudha, Karunajala, Dhamma Sabha, Ratana Graha, Pali Manggala, dan Pusdiklat Sikkhadama Santibhumi. Vihara tersebut melayani umat Buddha, dengan tujuan untuk melestarikan Dhamma dan juga untuk memperkokoh keyakinan (saddha) umat Buddha kepada Tiratana. Pembinaan umat ini bertujuan untuk menjadi umat lebih baik dan mempunyai keyakinan (saddha) yang kuat terhadap Buddha, Dhamma, dan Sangha. Kenyatannya pembinaan terhadap umat Buddha tidak berjalan sesuai

6 dengan apa yang diharapkan. Masih banyak umat yang mempunyai keyakinan (saddha) yang minim terhadap agama Buddha, kurangnya pembinaan terhadap umat berpengaruh terhadap kepercayaan umat terhadap agama Buddha. Berdasarkan hal di atas, berbagai upaya untuk memaksimalkan pembinaan STI terhadap umat Buddha harus dilakukan. Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh STI terhadap umat Buddha harus lebih inovatif dan variatif. Hal tersebut dapat dimulai dengan menyediakan tenaga pengurus/pembina yang berkompeten. Umat wajib mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan dan ikut serta menyukseskan kegiatan tersebut. Hal ini dapat membantu pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh STI terhadap umat Buddha secara maksimal. Sangha Theravada Indonesia (STI) adalah salah satu organisasi agama Buddha dari sekte/mazhab Theravada di Indonesia yang terdiri dari kumpulan para bhikkhu. Bhikkhu adalah umat Buddha yang memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawi dan memasuki jalan kehidupan menuju kesucian dengan memenuhi syarat sebagai calon bhikkhu dan mengikuti aturan kebhikkhuan (Priastana, 2005: 189). STI dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan yang tercantum dalam pasal 1 mengenai bentuk, azas dan fungsi STI, ayat 3 (Sangha Theravada Indonesia, 2016: 26) yaitu: melakukan kerjasama seluruh umat Buddha/lembaga umat Buddha yang menganut Dhamma vinaya menurut kitab suci Tipitaka pāli, semua golongan agama Buddha lainnya di Indonesia atas dasar saling menghormati demi keagungan Buddha Dhamma di Indonesia, serta pemerintah dan masyarakat di Indonesia dalam membina kerukunan kehidupan beragama sesuai dengan dasar negara pancasila dan UUD 1945.

7 STI adalah organisasi para bhikkhu membangun vihara dengan dukungan umat. Vihara dibangun sebagai sarana puja bakti dan pembinaan umat Buddha. STI juga menginisiasi penghimpunan dana untuk beasiswa bagi umat Buddha yang ingin kuliah. Selain membangun vihara, para bhikkhu anggota STI juga terus mendorong umat untuk mendirikan sekolah dan menunjang program pendidikan, agar kelak anak didik menjadi orang yang mempunyai kepandaian dan keterampilan dengan dilandasi budi pekerti luhur. Para bhikkhu juga menyelenggarakan pelatihan diri bagi umat Buddha melalui pabbajā sāmaṇera selama dua minggu dan tiga bulan. Sangha tidak hanya melakukan pembinaan kepada umat Buddha, tetapi juga melakukan pembinaan terhadap anggota sendiri seperti berlatih meditasi. Program tersebut dinamakan kammaṭṭhānika. Buku Panduan Pandita dan Upacarika Magabudhi (2003: 53) menjelaskan bahwa dalam pembinaan umat Buddha tidak dapat diantisipasi dengan sistem pembinaan yang pasif atau reaktif. Sistem yang harus digunakan adalah sistem proaktif yang memasyarakatkan nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang terwujud dalam tekad yang sungguh-sungguh untuk berlindung kepada Tiratana. Setiap manusia memilki tujuan hidup. Demikian pula umat Buddhapun memiliki tujuan hidup sesuai Dhamma. Tujuan hidup umat Buddha yang tertinggi adalah nibbana. Pencapaian nibbana pada masa sekarang sulit dilakukan. Oleh karena itu, tujuan hidup yang paling realistis adalah tercapainya kebahagiaan yang umumnya masih bersifat keduniawian. Berdasarkan tujuan hidup tersebut, maka pola dasar pembinaan umat Buddha harus mengutamakan tercapainya kebahagiaan. Kebahagiaan umat Buddha yang bersifat duniawi pada masa sekarang tidak terlepas dari problema kehidupan seperti

8 ekonomi, pekerjaan, dan keluarga. Oleh karena itu, STI dalam melaksanakan pembinaan umat perlu mengamati dan meneliti permasalahan yang dialami umat agar pembinaan yang dilakukan efektif dan bermanfaat bagi umat serta masyarakat luas. Selain itu, dalam proses pembinaan STI perlu menjaga hubungan baik dengan masyarakat luas agar tidak terjadi konflik. Hidayanti (2016: 7) menjelaskan bahwa pembinaan adalah sebuah proses untuk pembaharuan atau penyempurnaan yang dilakukan berupa kegiatan yang efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan menurut Kinasih Novarisa (2014: 13) adalah suatu proses untuk membantu individu dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Pendapat Kinarsih mempertegas bahwa pembinaan perlu memperhatikan kepentingan individu agar dalam proses pembinaan individu mengalami kemajuan. Mangunhardjana dalam Kinasih Novarisa (2014: 13) menjelaskan bahwa pembinaan merupakan terjemahan dari kata Inggris training yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Pembinaan yang dilakukan STI kepada umat Buddha merupakan bentuk pelayanan. Pelayanan dalam istilah Buddhis adalah atthacariyā. Kaharuddin (2004: 154) menyatakan atthacariyā adalah melaksanakan yang bermanfaat, yaitu membantu segala macam pekerjaan, memberi pelayanan yang baik dan memperlihatkan sikap yang menyenangkan. Mangkunegara (2005: 76) menyatakan ada empat komp onen yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembinaan, yaitu: tujuan dan sasaran pembinaan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur, para pembina yang profesional, materi pembinaan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang

9 hendak dicapai, peserta pembinaan dan pengembangan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola pembinaan Sangha Theravada Indonesia terhadap umat Buddha. Peneliti memilih tiga vihara yang ada di Tangerang Selatan, yaitu Vihara Siripada, Vihara Karunajala dan Sikkhadama Santibhumi sebagai objek penelitian karena keyakinan (saddha) umat Buddha di salah satu vihara tersebut mulai menghilang serta kurangnya pembinaan membuat umat Buddha sulit untuk berkembang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembinaan Sangha Theravada Indonesia terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Peneliti mencatat berbagai macam hal yang berhubungan dengan pola pembinaan STI terhadap umat Buddha. Penelitian dilakukan di Vihara Siripada, Vihara Karunajala dan Sikkhadama Santibhumi di Tangerang Selatan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni Subjek penelitian ini meliputi pengurus, pembina, pengelola, ketua vihara, bhikkhu, dan umat Buddha. Objek penelitian adalah pola pembinaan STI terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nontes. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui informasi yang terkait bentuk dan pola pembinaan terhadap umat Buddha dengan cara memberikan pertanyaan kepada pengurus atau pengelola vihara di Tangerang Selatan berdasarkan pedoman wawancara. Peneliti

10 melakukan observasi dengan mengamati kegiatan pembinaan STI terhadap umat Buddha. Melalui observasi peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung tentang kegiatan pembinaan. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar atau video mengenai setting lokasi dan proses pembinaan STI terhadap umat Buddha. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 246 ), meliputi kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data tersebut terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil Penelitian Vihara Siripada berlokasi di jalan Raya Serpong Perumahan Vila Melati Mas Blok B10 No. 54. Kel. Jelupang, Kec. Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. Vihara Siripada berada di bawah naungan Sangha Theravada Indonesia (STI). Kegiatan puja bakti dilakukan pada hari Jumat, hari Sabtu, dan Minggu. Puja bakti muda-mudi (kalyanamitta) dilakukan pada hari Jumat jam 19:30 WIB, di hari Sabtu untuk puja bakti manula sebulan sekali di akhir bulan jam 15:00 WIB, dan setiap hari Minggu pagi jam 09:00 WIB, dilaksanakan puja bakti umum dengan menggunakan tiga ruangan (Dhammasala, Pendopo dan Bodhimandala). Sekolah Minggu Buddha juga diadakan di ruangan Ananda atau Taman Putra pada hari Minggu jam 09:00 WIB dengan pembagian kelas-kelas sesuai umur murid, dari TK, SD, SMP, sampai SMA Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi berlokasi di jalan raya BSD City Sektor VII Blok C. No. 6. Bumi Serpong Damai, Kota Tangerang Selatan.

11 Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi adalah kantor pusat STI yang diresmikan pada tanggal 15 Juli 2012 dan dibangun di atas tanah yang dipersembahkan oleh keluarga Pranoto Latief kepada Sangha. Pusdiklat adalah tempat para anggota Sangha mengadakan persamuan agung dan rapat pimpinan, juga tersedia ruang perpustakan dan puja bakti, Sekolah Minggu Buddha, pelatihan pabbajja samanera/samaneri. Pusdiklat juga selalu mengadakan kegiatan-kegiatan seperti bakti sosial (baksos), donor darah, pindapata, dan lain - lain. Vihara Karunajala berlokasi di jalan raya Jl. Pasar Lama Serpong, RT. 14/RW.05, Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Vihara Karunajala merupakan binaan STI. Kegiatan puja bakti dilakukan pada hari Selasa, Jumat dan Minggu. Puja bakti umum dilakukan pada malam Rabu jam 08:00 WIB, puja bakti remaja dilakukan pada malam Sabtu jam 08:00 WIB, dan SMB dilakukan pada hari Minggu pagi jam 09:00 WIB. Vihara Karunajala juga mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk pembinaan terhadap umat melalui Dhammadesana. Pengurus melakukan pembinaan melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti baksos, pindapata, meditasi, serta peringatan hari raya besar agama Buddha, yaitu: hari raya Waisak, Asadha, Magha Puja, dan Kathina. Bentuk pembinaan STI terhadap umat Buddha adalah melalui kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Dalam kegiatan keagamaan meliputi pelatihan pembacaan paritta kematian, pemberkatan, dan kebaktian umum sesuai dengan tanda baca, latihan pabbajja, atthasila, meditasi, sharing Dhamma, dan Dhammaclass. Sedangkan dalam kegiatan sosial melalui baksos. Tujuan pembinaan STI terhadap umat Buddha adalah untuk menanamkan nilai-nilai

12 buddhis dalam kehidupan sehari-hari dan meningkatkan keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma dan Sangha, dapat mengenal agama Buddha dengan lebih baik. Pembinaan dilakukan untuk memengaruhi umat Buddha mengikuti ajaran agama Buddha, sehingga harus menggunakan metode yang baik agar mencapai tujuan. Keberhasilan pencapaian tujuan diketahui dari perubahan umat Buddha yang memperoleh pengaruh dari metode yang diberikan. Dalam bentuk pembinaan STI terhadap umat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: mendapatkan ijin, menentukan sasaran dan tujuan, merumuskan masalah, mengatasi masalah, dan menyelesaikan masalah. Dengan mengikuti kegiatan pembinaan yang telah diadakan, maka cara pengurus/pembina memberikan pembinaan terhadap umat antara lain dengan cara mendengarkan, bertanya, dan praktik. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, Kegiatan yang dilaksanakan oleh STI terhadap umat Buddha di Tangerang Selatan yaitu Kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial. Kegiatan keagamaan meliputi kegiatan pelatihan pembacaan paritta kematian, pemberkatan, dan kebaktian umum yang sesuai dengan tanda baca, latihan meditasi, latihan atthasila, pabbajja, sharing Dhamma, dan Dhammaclass, serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan umat tentang agama Buddha. Pelatihan bertujuan agar umat mengerti makna dan manfaat kegiatan yang dilakukan. Pembinaan keyakinan (saddha) umat penting dilakukan agar tercipta masyarakat Buddha yang mandiri dan bertanggung jawab serta mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan agama Buddha. Salah satu

13 wujud pembinaan umat yang penting selain keyakinan (saddha) adalah latihan kemoralan. Pembinaan moral kepada umat sebagai daya dukung dalam menciptakan umat Buddha yang berkualitas baik secara mental maupun spiritual. STI melakukan pembinaan terhadap umat Buddha melalui kegiatan pelatihan pembacaan paritta. Kegiatan pelatihan pembacaan paritta yang diadakan oleh STI merupakan bagian dari kehidupan umat Buddha. Pelatihan pembacaan paritta yang diadakan oleh STI baik berbentuk paritta, gatha, patha, katha, dan sutta-sutta. Berdasarkan data yang diperoleh, dengan adanya kegiatan tersebut umat merasa kegiatan pembacaan paritta ini sangat bermanfaat bagi umat terutama dalam meningkatkan keyakinan (saddha) umat. Dalam pembinaan STI terhadap umat buddha tidak memiliki jadwal baca paritta yang tetap karena tidak ada kewajiban yang dibebankan dan tidak wajib menghafal paritta. Namun, harus belajar cara membaca paritta dengan baik dan benar, karena tanda baca bahasa pali mempengaruhi makna sehingga untuk mendapatkan manfaat yang berkualitas harus diupayakan pembacaan paritta secara tepat. STI juga melakukan pembinaan terhadap umat Buddha melalui kegiatan meditasi sangat baik untuk diterapkan, karena dengan melakukan kegiatan pembinaan melalui meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Manfaat yang didapatkan dari mengikuti kegiatan pembinaan STI melalui meditasi sangat banyak, seperti: menambah wawasan dan pengetahuan Dhamma, meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. STI melakukan kegiatan pembinaan meditasi mempunyai tujuan dengan diadakannya kegiatan meditasi ini menjadikan umat lebih baik lagi dan

14 mengenalkan, mengajarkan tentang kegiatan keagamaan di dalam agama Buddha. Umat Buddha yang ingin mengetahui lebih mendalam tentang ajaran agama Buddha maka diadakan kegiatan pabbajja samanera sementara. Kegiatan ini merupakan wahana bagi umat untuk belajar mengenal dan menghayati hidup sebagai samanera melalui praktek Dhamma dan Vinaya secara mendalam dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan pembinaan STI yang diadakan pabbajja samanera dan atthasila ini sangat baik untuk dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan umat Buddha, agar umat Buddha mempunyai pengetahuan yang luas tentang agama dan dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Pembinaan dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan yang bermanfaat bagi umat. Kegiatan yang diadakan masih dalam lingkup yang kecil, belum meluas. Seperti dalam kegiatan puja bakti, selesai acara langsung pulang dan tidak ada kegiatan yang lainnya. Hal tersebut membuat umat merasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu, dengan mengadakan kegiatan keagamaan seperti mengajak umat untuk berdana, dan melakukan sharing Dhamma. Dengan melalui kegiatan pembinaan tersebut, umat akan terdorong untuk mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan dan menambah ilmu pengetahuan tentang ajaran agama Buddha. STI melakukan kegiatan pembinaan tersebut meliputi pemberian materi Dhamma mulai dari pokok materi yang paling mendasar, agar lebih mudah diterima oleh umat. Pemberian materi Dhamma sangat berdampak bagi umat, sehingga pengetahuan mengenai Dhamma yang dimiliki umat dapat meningkat. Sharing Dhamma dilakukan secara bertahap, mulai dari materi yang mudah dan kemudian meningkat yaitu mengenai dana, sila, bangga menjadi umat

15 Buddha, Riwayat Agung Buddha, lambang-lambang dalam agama Buddha, Sutta, dan Meditasi. Dengan cara demikian maka pelaksanaan pembinaan umat dalam misi meningkatkan pengetahuan umat dapat memberikan manfaat. Berdasarkan data yang didapat ada beberapa manfaat yang diperoleh dari mengikuti kegiatan sharing Dhamma yaitu: pemahaman Dhamma umat dapat bertambah, dari yang awalnya belum tahu menjadi tahu, serta umat juga dapat bertanya mengenai ajaran Buddha yang belum diketahui. Dengan meningkatkan pengetahuan umat dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kegiatan sosial bergerak di bidang sosialisasi berupa kegiatan yang menunjang kebersamaan dan keakraban antara umat dengan pembina. Kegiatan sosial diwujudkan dengan kegiatan pembagian sembako. Pembagian sembako diberikan kepada umat yang kurang mampu dan membutuhkannya. Tujuan STI melakukan kegiatan pembinaan melalui kegiatan baksos ini adalah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan. dengan diadakannya kegiatan baksos ini juga kita dapat memberi motivasi kepada umat tentang pentingnya kesadaran dalam meningkatkan wawasan, dengan memberikan kegiatan baksos berupa ilmu ataupun wawasan yang penting bagi kehidupan sehari-hari, misalnya pengetahuan tentang agama, maka itu bisa memberikan ilmu yang penting bagi umat, dan itu meningkatkan wawasan pengetahuan umat, dengan begitu umat akan sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan tentang ajaran agama Buddha dan memilki keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Keberadaan seorang pembina sangat dibutuhkan oleh masyarakat, jika pembinaan dilakukan secara maksimal maka umat Buddha akan terus

16 berkembang. Namun, pada kenyataannya masih sangat kurang pembinaan terhadap umat membuat jumlah umat Buddha semakin berkurang. Penurunan jumlah umat Buddha dikarenakan kurangnya pembinaan terhadap umat dari para pembina itu sendiri. Informan dari STI mengatakan bahwa cara yang dilakukan untuk meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha adalah kesadaran kepada umat, meskipun sering melakukan pembinaan kepada umat tapi umat belum bisa dirubah berarti bisa dikatakan bahwa umatnya jauh dari Dhamma dan tidak yakin terhadap ajaran agama Buddha. Jadi kembali lagi ke anggota sanghanya juga, keyakinan (saddha) umat Buddha yang mulai menurun juga dikarenkan kurangnya pembinaan itu sendiri terhadap umat yang ada. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa berkurangnya jumlah umat Buddha dikarenakan kurangnya pembinaan, sehingga umat jauh dari ajaran Dhamma dan mengakibatkan keyakinan (saddha) umat mulai menurun. Jadi, untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, makan para pembina diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan pembinaan umat secara rutin dengan mengadakan kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial, mengajak umat untuk berdana, dan melakukan sharing Dhamma. Peningkakan keyakinan (saddha) umat yang timbul dari pengetahuan Dhamma yang benar, dengan demikian akan timbul kesadaran beragama yang lebih baik. Dalam memberikan pembinaan kepada umat Buddha, STI juga mengalami beberapa kendala. Kendala yang dialami oleh STI dalam melakukan pembinaan adalah waktu. Pengurus tidak dapat menggabungkan semua kegiatan atau pembinaan menjadi satu. Dalam setiap pembinaan yang diberikan kepada umat

17 tidak semua pengurus/pembina dapat hadir. Hal tersebut disebabkan oleh waktu pengurus/pembina yang tidak sepenuhnya untuk keperluan vihara. Pengurus/pembina memiliki waktu pribadi dengan keperluan masing-masing. Kendala yang lain yang dialami STI adalah fasilitas yang terdapat di vihara. Fasilitas yang kurang sangat memengaruhi jalannya pembinaan yang diberikan oleh STI terhadap umat. Salah satunya adalah ruang konsultasi yang belum dibuka oleh pengurus/pembina. Pengurus/pembina merasa kesulitan ketika ada umat yang ingin berkonsulatsi mengenai masalah umat atau yang lainnya. Umat yang ingin konsultasi dengan pengurus/pembina harus mengatur waktu terlebih dahulu, karena pengurus/pembina tidak selalu ada di vihara. Selain itu, umat yang ingin berkonsultasi dengan pengurus/pembina harus datang ke rumah pengurus/pembina terlebih dahulu. Hal ini menjadikan umat malas untuk meminta konsultasi kepada pengurus/pembina karena tempat yang dituju tidak jelas. Pembinaan dalam keyakinan (saddha) umat Buddha yang pertama punya semangat, semangat disini lebih kepada keyakinaan (saddha) umat, memberikan semangat atau motivasi kepada umat Buddha untuk membina lebih aktif dengan tujuan agar umat sering dan rajin untuk pergi ke vihara. Tujuan dengan diadakannya pembinaan umat ini adalah membina umat untuk dapat meningkatkan keyakinan (saddha) terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Umat yang telah memiliki keyakinan (saddha) yang kuat, diharapkan akan mengajak dan mendorong keluarga, serta orang se-dhamma yang dikenal untuk datang ke vihara mendengarkan Dhamma. Dengan demikian umat Buddha yang mengerti Dhamma akan bertumbuh, sehingga kehidupan beragama semakin meningkat dan

18 keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha juga semakin meningkat. Pembinaan yang dilakukan STI terhadap umat Buddha sangat berpengaruh terhadap keyakinan (saddha). keyakinan (saddha) umat penting dilakukan agar tercapai masyarakat Buddha yang mandiri dan bertanggung jawab serta mampu berkontribusi positif terhadap perkembangan agama Buddha. Perkembangan agama Buddha baik dalam kuantitas maupun kualitas menuntut adanya peningkatan dalam pembinaan umat. Para pembina hendaknya dapat senantiasa meningkatkan pengetahuan dan pembinaan demi kemajuan agama Buddha, untuk itu perlu kerja sama yang baik, dari berbagai pihak yang terkait dalam pembinaan umat Buddha dengan tujuan meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pendidikan agama Buddha, Sharing Dhamma, Dhammaclass, kegiatan pelatihan pembacaan paritta, meditasi, pabbajja, atthasila, dan baksos. Pelaksanaan kegiatan pembinaan umat tersebut selalu memberikan rangsangan dan motivasi kepada umat akan pentingnya belajar Dhamma, kegiatan keagamaan mengutamakan pada pembinaan umat yang bertujuan untuk meningkatkan keyakinan (saddha) umat dan meningkatkan pengetahuan Dhamma. Selain melakukan pembinaan STI juga memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh umat Buddha. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Bentuk-bentuk pola pembinaan STI terhadap umat Buddha dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan, dan kegiatan sosial. Yang dimana kegiatan

19 keagamaan meliputi pelatihan pembacaan paritta yang sesuai dengan tanda baca, meditasi, kegiatan mengadakan latihan pabbajja, atthasila. bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai buddhis dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha, dan meningkatkan pengetahuan tentang ajaran agama Buddha lebih dalam lagi. Sedangkan kegiatan sosial yang dilakukan adalah bakti sosial (baksos) Kegiatan baksos diadakan agar umat Buddha dapat mengerti arti penting berbagi sesama umat, manfaat dari mengadakan kegiatan baksos ini adalah menjadikan umat mempunyai pengetahuan tentang ajaran agama Buddha lebih dalam lagi dan dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Dengan demikian umat Buddha yang mengerti Dhamma akan bertambah, sehingga kehidupan beragama semakin meningkat, keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha juga meningkat, serta pengetahuan Dhamma umat semakin bertambah dan umat tidak akan mudah terpengaruh oleh agama lain dan berpindah keyakinan. Kendala yang dialami oleh STI dalam melakukan pembinaan adalah waktu. Pengurus tidak dapat menggabungkan semua kegiatan atau pembinaan menjadi satu. Dalam setiap pembinaan yang diberikan kepada umat tidak semua pengurus/pembina dapat hadir. Hal tersebut disebabkan oleh waktu pengurus/pembina yang tidak sepenuhnya untuk keperluan vihara. Pengurus/pembina memiliki waktu pribadi dengan keperluan masing-masing. Pengurus/pembina juga juga disibukkan oleh pekerjaan yang dimiliki. Kendala yang lain yang dialami STI adalah fasilitas yang terdapat di vihara. Fasilitas yang kurang sangat memengaruhi jalannya pembinaan yang diberikan oleh STI

20 terhadap umat. Salah satunya adalah ruang konsultasi yang belum dibuka oleh pengurus/pembina. Pengurus/pembina merasa kesulitan ketika ada umat yang ingin berkonsulatsi mengenai masalah umat atau yang lainnya. Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yaitu Bagi Sangha Theravada Indonesia, perlu meningkatkan pembinaan umat Buddha dengan lebih inovatif agar umat Buddha mendapatkan bimbingan dan pengetahuan Dhamma yang baik. Sebagai seorang pembina umat khususnya kepada pembinaan umat Buddha lebih meningkatkan pelayanan kepada umat terutama segi moral dan materil agar umat mendapatkan bimbingan dan pembinaan yang menyeluruh tentang agama Buddha sehingga dapat meningkatkan keyakinan (saddha) umat terhadap Buddha Dhamma dan Sangha. Bagi umat Buddha harus lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan baik rutin maupun nonrutin, serta berusaha mempraktikkan wawasan Dhamma yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Bagi majelis agar lebih memperhatikan dan meningkatkan pembinaan kepada umat Buddha terutama mengefektifkan fungsi penyuluh yang meliputi informasi dan pendidikan, advokasi, dan konseling. Daftar Pustaka Hidayanti, Asyifah Nur Pembinaan Akhlak Remaja. Skripsi tidak diterbitkan. Purwokerto: Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN. Mangkunegara, Anwar Prabu Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama. MAGABUDHI Buku Panduan Pandita Dan Upacarika Magabudhi. Jakarta Utara: Pengurus Pusat MAGABUDHI.

21 Novarisa, Kinasih Pola Pembinaan Di Panti Asuhan Rumah Yatim Arrahman Sleman Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Priastana, J Komunikasi dan Dharmaduta. Jakarta: Yasodhara Putri. Sangha Theravada Indonesia Buku Kenangan 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia. Tangerang: Indonesia Convention Exhibition (ICE). Sangha Theravada Indonesia Tahun Sangha Theravada Indonesia, Tangerang: Sangha Theravada Indonesia. Sugiyono Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Albeta

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI

PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI PERAN PENYULUH AGAMA BUDDHA DALAM PELAYANAN KEAGAMAAN DI VIHARA RANCAKA DHARMA KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh DWI SRI MUKTI NIM 0250112020505 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002

KEPUTUSAN MAHA SANGHA SABHA (PASAMUAN AGUNG) TAHUN 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 02/PA/VII/2002 KEPUTUSAN Nomor : 02/PA/VII/2002 Tentang: PROGRAM KERJA LIMA TAHUN ( TAHUN 2002 2007 ) NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Memperhatikan : Musyawarah dan mufakat dalam Mahã Sangha Sabhã (Pesamuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2007 SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor : 01/PA/VII/2007 Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12 Jakarta 14350 Vihara Mendut, Kotak Pos 111, Kota Mungkid 56501 Magelang KEPUTUSAN SIDANG Nomor : 01/PA/VII/2007 TATA TERTIB SIDANG MAHASANGHASABHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-I/II/01 MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN SANGHA) I/2001 BAB I : PROGRAM PELAKSANAAN KEGIATAN 2001 2002 SANGHA THERAVADA INDONESIA Pasal 1 : Program

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari

BAB III PENUTUP. wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari BAB III PENUTUP 3. 1. Simpulan Desa Cijantra, Kecamatan Pagedagangan, Kabupaten Tangerang merupakan wilayah lokasi KKN bagi Kelompok III. Masyarakat yang heterogen terdiri dari berbagai kelompok masyarakat

Lebih terperinci

Buddha di Desa Rancaiyuh.

Buddha di Desa Rancaiyuh. ARIYA DIPASENA BUAH DARI SUATU PERJUANGAN PANJANG Mayarakat Desa Rancaiyuh, khususnya warga keturunan Tionghoa rata-rata beragama Buddha yang tertera di KTP. Akan tetapi, masih banyak dari mereka yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY

PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY PROPOSAL SPONSORSHIP KATHINA PUJA 2561 B.E./2017 KELUARGA MAHASISWA BUDDHIS DHAMMAVADDHANA BINUS UNIVERSITY I. LATAR BELAKANG Hari Kathina atau yang juga sering disebut Hari Sangha adalah salah satu hari

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak:

STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA. Oleh: Warsito. Abstrak: STRATEGI PEMBINAAN UMAT OLEH DHARMADUTA Oleh: Warsito Abstrak: Perkembangan Dharmaduta di Indonesia telah berkembang pesat sejak masa kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Lebih terperinci

POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI

POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI POLA PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU BUDDHA DI DHAMMA METTA, TANGERANG BANTEN ARTIKEL SKRIPSI Oleh: YUNIAWATI NIM 0250113010540 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2017 LEMBAR PERSETUJUAN

Lebih terperinci

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para

Sutta Nipata menyebut keempat faktor sebagai berikut: Lebih lanjut, murid para 1 Ciri-ciri Seorang Sotapanna (The Character of a Stream-enterer) Pada umumnya Tipitaka menjelaskan seorang Sotapanna sehubungan dengan empat faktor. Tiga faktor pertama dari keempat faktor Sotapatti ini

Lebih terperinci

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA

KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA No.1384, 2014 KEMENAG. Pendidikan. Keagamaan. Budha. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN BUDDHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN) II/2006 SANGHA THERAVADA INDONESIA

KEPUTUSAN RAPAT KARAKA SANGHA SABHA (DEWAN PIMPINAN) II/2006 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor : 01/RAPIM-II/VI/2006 KEPUTUSAN NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA MEMUTUSKAN Menetapkan : BAB I : KETUA BHIKKHU DAERAH PEMBINAAN PROVINSI (PADESANAYAKA) DAN WAKIL KETUA BHIKKHU DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

D. ucapan benar E. usaha benar

D. ucapan benar E. usaha benar 1. Keyakinan yang dituntut dalam agama Buddha adalah A. keyakinan tanpa dasar terhadap seluruh ajaran Buddha B. keyakinan yang muncul dari proses pembelajaran, pengalaman, dan perenungan C. keyakinan yang

Lebih terperinci

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD

28. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD 28. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama

Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 22. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya

Kompetensi Dasar: - Menumbuhkan kesadaran luhur dalam melaksanakan peringatan hari raya Pendidikan Agama Buddha 2 Hari Raya Agama Buddha Petunjuk Belajar Sebelum belajar materi ini Anda diharapkan berdoa terlebih dahulu dan membaca materi dengan benar serta ketika mengerjakan latihan soal

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA NOMOR: 01/RAPIM-I/III/2012 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA NOMOR: 01/RAPIM-I/III/2012 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, JI. Agung Permai XV/12, Jakarta 14350 Telp (021) 64716739. Faks (021) 6450206. Vihara Mendut, Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang Telp (0293) 788236, Faks (0293)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor: 01 /RAPIM-I/IV/2014 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA. Nomor: 01 /RAPIM-I/IV/2014 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA SANGHA THERAVADA INDONESIA Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Jl. Agung Permai XV/12, Jakarta 14350 Telp (021) 647 167 39, Faks (021) 6450206 Vihara Mendut Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang Telp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN GUNUNG SRANDIL SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN ASPEK SADDHA UMAT BUDDHA DI DAERAH CILACAP MELALUI MORAL ACTION ARTIKEL

PEMANFAATAAN GUNUNG SRANDIL SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN ASPEK SADDHA UMAT BUDDHA DI DAERAH CILACAP MELALUI MORAL ACTION ARTIKEL PEMANFAATAAN GUNUNG SRANDIL SEBAGAI SARANA UNTUK MENINGKATKAN ASPEK SADDHA UMAT BUDDHA DI DAERAH CILACAP MELALUI MORAL ACTION ARTIKEL Oleh: Budi Riyanto NIM 0250112010495 Disusun dan Diajukan sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015

Kebahagiaan Berdana. Diposkan pada 02 Desember 2015 Kebahagiaan Berdana Diposkan pada 02 Desember 2015 Berdana dan melaksanakan Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari, itulah berkah utama Kehidupan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Hari berganti bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (8) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 21 Agustus 2004 s.d. tanggal 09 Oktober 2004 01. Dari: Jaya Mudita, Jakarta Namo Buddhaya, Bhante,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA SEKOLAH MENENGAH ATAS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum, Badan

Lebih terperinci

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Pertama Ariya Metta Tangerang) ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: DARIYANTO NIM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA (Studi Kasus di Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perjalanan hidup manusia tidak terlepas tanpa bimbingan agama. Agama merupakan sumber moral, petunjuk kebenaran dan sebagai pembimbing rohani manusia. Agama

Lebih terperinci

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 44. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat!

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d dan e pada jawaban yang tepat! YAYASAN DHARMA BHAKTI SARIPUTRA SMA SARIPUTRA ULANGAN TENGAH SEMESTER Jl. RE. Martadinata Gg. Nakula No. 35 A Cikarang Utara Bekasi 17530 Telp (021) 8902473 Fax 89110570 Email : Sariputraschool@yahoo.com

Lebih terperinci

Project Luar Kelas CBDC TFI. Character Building : Agama. Judul Project :

Project Luar Kelas CBDC TFI. Character Building : Agama. Judul Project : Project Luar Kelas CBDC TFI Character Building : Agama Judul Project : Kegiatan Bakti Sosial dalam Meningkat Kepedulian dan Toleransi antar Umat Beragama di Panti Asuhan Sayap Ibu Identitas Kelompok :

Lebih terperinci

TRISATYA DASADARMA PRAMUKA

TRISATYA DASADARMA PRAMUKA PANCASILA 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratn/perwakilan 5. Keadilan social

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN. Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN. Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Program Kerja Kegiatan KKN yang dilaksanakan di Posko III (Desa Cijantra) lebih mengutamakan pada pengabdian masyarakat secara nyata di Desa Cijantra. Kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnik salah satunya adalah kelompok etnik Tionghoa. Kelompok etnik Tionghoa di Indonesia adalah salah satu kelompok etnik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak proses menuju perkembangan manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya suatu bangsa dapat dilihat bagaimana kemajuan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG Oleh: YULI AGUSTINA NIM 0250112010502 Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Syarat Yudisium Jurusan Dharmacarya

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS - 1835 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2013 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor: 01/PA/VI/2013. Tentang:

KEPUTUSAN SIDANG MAHASANGHASABHA (PERSAMUHAN AGUNG) TAHUN 2013 SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor: 01/PA/VI/2013. Tentang: Menimbang : Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya Jl. Agung Permai XV/I2, Jakarta 14350. Telp (021) 64716739, Faks (021) 6450206 Vihara Mendut Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang. Telp (0293) 788236,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tahap perkembangan remaja akhir memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tahap perkembangan remaja akhir memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki berbagai tahap perkembangan dan setiap tahap perkembangan memiliki tugas perkembangan yang berbeda. Tahap perkembangan remaja akhir memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pergilah, bekerjalah untuk keselamatan orang banyak, untuk kebahagiaan orang banyak, karena belas kasihan pada dunia, untuk kesejahteraan, untuk keselamatan,

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28

Written by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28 Ven. Ajahn Karuniko (Christopher John Woodfine) dilahirkan pada tahun 1953 dekat wilayah Manchester di Inggris. Beliau adalah lulusan Universitas Sheffield dengan gelar kehormatan di bidang Teknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya mengantarkan anak didik kepada kedewasaan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan adalah proses pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG

BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG BAB IV MAKNA SELIBAT DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN PARA BIKKHU/BIKKHUNI DI BANDAR LAMPUNG A. Makna Selibat Menurut Bikkhu/ Bikkhuni di Bandar Lampung 1. Sebagai sarana meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan banyak melibatkan aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Munculkan Sebab-Sebabnya. Jalan Yang Sederhana. Manusia. Vol Agustus 2015

Dhamma Inside. Munculkan Sebab-Sebabnya. Jalan Yang Sederhana. Manusia. Vol Agustus 2015 Dhamma Inside Vol. 21 - Agustus 2015 Munculkan Sebab-Sebabnya Jalan Yang Sederhana Manusia Munculkanlah Sebab-Sebabnya Oleh : Bhikkhu Santacitto Salah satu kecenderungan kita sebagai manusia adalah ketika

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI. Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM

INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI. Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER BUDDHIS DI SD DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL SKRIPSI Oleh AYU MUSTIKA SARI NIM 0250112010493 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN 2016 PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field work

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field work BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lapangan (field work research) yaitu peneliti melakukan penelitian langsung ke lokasi

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor: 01/RAPIM-III/XI/2013 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA

KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) SANGHA THERAVADA INDONESIA Nomor: 01/RAPIM-III/XI/2013 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA KEPUTUSAN KARAKASANGHASABHA (DEWAN PIMPINAN) Nomor: 01/RAPIM-III/XI/2013 NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA Menimbang : Perlunya penanganan manejerial dan operasional dalam kelembagaan Sangha

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI GURU PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DI SEKOLAH PERGURUAN BUDDHI ARTIKEL SKRIPSI Oleh: DEASSYANA TARADIPA NIM 0250113010520 SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman modern ini pendidikan keluarga merupakan pendidikan informal yang berperan sangat penting membentuk kepribadian peserta didik untuk menunjang pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia melalui proses hidup yang terus berubah seiring dengan bertambahnya usia dan tuntutan kehidupannya. Oleh karena itu untuk membekali diri agar semakin

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA - 993 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA KELAS : VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepramukaan yaitu gerakan kepanduan yang merupakan wadah pembinaan bagi kaum muda Indonesia yang sekaligus mendidik guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur lembaga pembinaan yang ada di Indonesia yaitu adalah Lembaga Pemasyaratakat (Lapas). Dalam hal ini, Lapas merupakan lembaga yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Data Perusahaan 2.1.1 Identitas Perusahaan Kantor Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI adalah salah satu kantor pemerintahan yang beralamat di Jl. M.H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

I. PENDAHULUAN. Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan agama yang tersebar dari Sabang hingga Marauke. Keanekaragaman tersebut menghasilkan berbagai macam

Lebih terperinci

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN

PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN PERAN GURU PAMONG DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP ISALM TERPADU AT-TAQWA KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan guna memenuhi sebagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, tentu orang tua lebih mengerti bagaimana karakteristik dan watak seorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN DHAMMASANTI WAISAK 2559 BUDDHIS ERA TANGGAL 14 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam diri seseorang yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan, teristimewa pada masa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan, teristimewa pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan yang berasal dari nenek moyang, keyakinan yang kuat dan luar biasa itu sagat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS - 1720 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS KELAS : I 1.1 Mengakui salam Agama 2.1 Memiliki perilaku santun setelah mengenali salam Agama 1.2 Membiasakan diri melakukan

Lebih terperinci

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA KABUPATEN BONE ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMBUKAAN

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA KABUPATEN BONE ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMBUKAAN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) AKADEMI KEBIDANAN BINA SEHAT NUSANTARA KABUPATEN BONE ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMBUKAAN BEM adalah satu organisasi kemahasiswaan yang berada ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu, baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada hakikatnya adalah salah suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta

Lebih terperinci

Dharmayatra tempat suci Buddha

Dharmayatra tempat suci Buddha Dharmayatra tempat suci Buddha 1. Pengertian Dharmayatra Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum,

Lebih terperinci

35. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMP

35. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMP 35. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015 Dhamma Inside Vol. 23 - Oktober 2015 Bersikap Ramah Standar Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri Bersikap Ramah Oleh : Bhikkhu Santacitto Pada umumnya, ramah dipahami sebagai sikap positif yang

Lebih terperinci

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Sebagai program utama harian Monlam, His Holiness Gyalwang Karmapa dan para tulku senior lainnya dan para lama akan memimpin persamuan dari ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai

Lebih terperinci

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti

E. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti E. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VII (tujuh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku

Lebih terperinci

Awal Penyebaran Pembentukan Lembaga (28 Oktober 1964) Awal Kepemimpinan (1965)

Awal Penyebaran Pembentukan Lembaga (28 Oktober 1964) Awal Kepemimpinan (1965) Sumber: https://nsi.or.id/id/tentang-nsi/organisasi/sejarah-perkembangan Awal Penyebaran 1950 Agama Buddha Niciren Syosyu muncul dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1950 dimana saat itu ada beberapa

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERESMIAN VIHARA MAHANAMA DUSUN SEMANDING DESA CANDIGARON TANGGAL 12 SEPTEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Ysh : 1. Ketua Sangha

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1090 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci