BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan bahan bangunan yang terus meningkat harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan alternatif bahan bangunan baru yang mempunyai kualitas yang baik. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan harapan akan ditemukannya penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan ekonomis. Salah satunya pemanfaaatan limbah sebagai bahan dari tambang batu lempeng di Desa Giritrta, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Banjarnegara merupakan daerah yang kaya akan berbagai macam potensi alam yang melimpah, salah satunya adalah hasil tambang berupa batu-batuan, yaitu tambang batu lempeng yang terletak di Desa Giritirta kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah yang memiliki cadangan material / quarry sebanyak ± m 3. Dari sisa penambangan dan pengolahan batu lempeng, menghasilkan limbah yang banyak terbuang dan belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga limbah tersebut terus bertambah yang pada akhirnya dapat merusak lingkungan disekitarnya. Salah satu material bangunan yang sering digunakan dalam bangunan gedung dan perumahan adalah batako. Untuk mengurangi eksplorasi material alam yang berlebihan perlu adanya penelitian tentang pemanfaatan agregat halus dari limbah batu lempeng dengan proses stone crusher sebagai bahan pembuatan batako yang berada di Desa Giritirta kecamatan Pejawaran, kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Material ini banyak terbuang di lingkungan tersebut sehingga perlu dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Daerah No. 11 Tentang Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara Tahun , penambangan batu lempeng berada di 5 kecamatan yaitu :

2 a. Kecamatan Pagentan m 3 b. Kecamatan Batur m 3 c. Kecamatan Pejawaran m 3 d. Kecamatan Karangkobar m 3 e. Kecamatan Wanayasa m 3 Kegiatan penambangan batu lempeng meninggalkan limbah yang dapat merusak lingkungan. Pemanfaatan bahan bangunan lokal secara optimal merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah hasil penambangan batu lempeng dan dapat juga membantu meningkatkan pembangunan di Kabupaten Banjarnegara. Pada umumnya hasil tambang dan pengolahan batu lempeng hanya digunakan hanya untuk ornament dinding dan trotoar. Lokasi penambangan batu lempeng pada Gambar 1.1. lokasi Gambar Error! No text of specified style in document..1 Peta Kabupaten. Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

3 Hasil dari penambangan batu lempeng diolah dengan mesin stone crusher dan menghasilkan angregat halus dan agregat kasar. Dalam penelitian ini memanfaatkan agregat halus dari limbah hasil tambang dan pengolahan batu lempeng dengan proses stone crusher sebagai bahan campuran pembuatan batako. Agregat halus yang digunakan ini belum pernah dilakukan penelitian untuk mendapatkan batako yang berkualitas sehingga bahan tersebut memerlukan pengujian dengan melakukan perencanaan dan kajian teknis yang sistematis. Gambar Error! No text of specified style in document..2 Limbah penambangan batu lempeng

4 Gambar Error! No text of specified style in document..3 Pengolahan limbah batu lempeng dengan mesin stone crusher 1.2 Rumusan Masalah Eksploitasi limbah buangan dari penambangan batu lempeng asal Desa Giritirta dimanfaatkan menjadi agregat halus dengan proses stone crusher sebagai bahan bangunan pembuatan batako pejal sesuai dengan standar SNI. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahuai sifat fisik agregat halus dari limbah batu lempeng dengan proses stone crusher yang meliputi gradasi, berat jenis, berat satuan, kadar lumpur dan kadar organik. b. Mengetahui nilai kuat tekan rata-rata pada batako dan serapan air kubus pada umur 28 hari. 1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan limbah batu lempeng asal desa Giritirta, Kecamatan Pejawaran - Banjarnegara sebagai bahan pembuatan batako, dengan batasan-batasan sebagai berikut :

5 a. Agregat halus yang digunakan adalah limbah dari batu lempeng asal desa Giritirta, Kabupaten Banjarnegara yang di proses dengan stone crusher. b. Perbandingan volume campuran yang digunakan adalah 1:2, 1:6, dan 1:10. c. Pada masing-masing perbandingan campuran dibuat dalam 2 (dua) variasi, yaitu agregat halus tanpa dicuci dan agregat halus setelah dicuci. d. Pembuatan benda uji dalam penelitian ini berupa batako dengan ukuran 40 cm x 10 cm x 20 cm untuk uji kuat tekan dan kubus ukuran 7,5 cm x 7,5 cm x 7,5 cm untuk pengujian serapan air. e. Pengujian kuat tekan batako pada umur 28 hari. f. Pengujian serapan air kubus pada umur 28 hari. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan menjadi salah satu referensi pembuatan batako sesuai standar mutu SNI menggunakan agregat halus dari limbah batu lempeng asal Desa Giritirta, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian tentang batako adalah : a. Teknologi Pembuatan Bahan Bangunan Berbahan Pasir (Batako) Hasil Erupsi Merapi Di Lereng Bagian Utara (Darmono, 2012). b. Penggunaan Abu Terbang Batubara pada Pembuatan Batako di kota Palu (Mashuri, 2012). c. Pemanfaatan Limbah Asbes Untuk Pembuatan Batako (Setiyo D.C, Rosyid K.R, 2013).

6 Perbedaan penelitian yang penulis lakukan disini adalah pada penggunaan jenis material yaitu berupa semen Portland, agregat halus dari limbah batu lempeng dengan proses stone crusher dan air, tanpa menggunakan bahan tambahan lainnya.