BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena
|
|
- Lanny Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena anak mulai menerima berbagai macam bentuk rangsangan serta proses pembelajaran. Masa ini disebut masa keemasan pada anak dimana hal tersebut tidak dapat terulang dan terjadi dengan singkat. Balita dapat lebih peka dan cepat dalam menerima proses pembelajaran dari lingkungannya karena otak balita masih bersifat plastis (Depkes RI, 2010). Salah satu upaya untuk membangun kesehatan Indonesia yang utuh dapat dimulai sejak usia balita, yakni adanya perhatian yang lebih dari pemerintah dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak diantaranya dengan pemberian gizi yang adekuat, stimulasi yang memadai sesuai tahapan usia dan pelayanan kesehatan berkualitas yang terjangkau (Susanti, 2014). Proses tumbuh kembang manusia berlangsung sejak usia janin dalam kandungan hingga dewasa yang bersifat terus menerus dan dipengaruhi berbagai faktor sebagai penentu kualitas dari tumbuh kembang individu tersebut (Marimbi, 2010). Berdasarkan penelitian oleh McGragor, et al., (2007) dan Walker, et al., (2007) mengenai perkembangan balita di negara berkembang disebutkan bahwa gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita masih menjadi salah satu permasalahan penting didunia. Lebih dari 200 juta anak di bawah usia lima tahun gagal mencapai potensi mereka dalam perkembangan kognitif. Anak anak usia dibawah lima tahun di negara negara berkembang banyak yang terpapar beberapa risiko diantaranya adalah kemiskinan, kurang gizi dan perawatan, 1
2 2 kesehatan yang buruk, dan kurangnya stimulasi dari lingkungan rumah dimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap aspek perkembangan pada anak. Di Indonesia sendiri, hingga saat ini masih belum memiliki data nasional mengenai perkembangan/gangguan perkembangan pada balita (Oktavianto, 2016). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 menyebutkan bahwa sekitar 5% hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Namun, data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, tetapi dapat diperkirakan sekitar 1% hingga 3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum (IDAI, 2013). Gangguan perkembangan balita yang masih sering dijumpai diantaranya, gangguan berbicara/bahasa, cerebral palsy, sindrom down, perawakan pendek, autisme, retardasi mental serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) (Depkes RI, 2012). Beberapa gangguan perkembangan selain yang sudah tersebut diatas, menurut buku Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita (Kemenkes RI, 2011) meliputi pula gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan pada anak. Menurunnya kekebalan tubuh yang dapat memicu anak tersebut rentan terhadap serangan penyakit terutama penyakit infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan, perkembangan fisik, mental dan jaringan otak adalah karena status gizi balita yang kurang ataupun buruk (Dinkes DIY, 2015). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, pada tahun 2010 hingga tahun 2013 prevalensi gizi balita di Indonesia berdasarkan BB/U, untuk kategori gizi buruk terdapat peningkatan dari 4.9% pada tahun 2010 menjadi 5.7% pada tahun 2013,
3 3 untuk kategori gizi kurang juga mengalami peningkatan dari 13.0% pada tahun 2010 menjadi 13.9% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2015). Menurut data Riskesdas tahun 2013, balita yang mengalami gangguan pertumbuhan di Provinsi DIY berdasarkan pengukuran BB/U pada balita diketahui terdapat 4.0% untuk kasus gizi buruk dan 12.2% untuk kasus gizi kurang (Depkes RI, 2015). Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2014, estimasi jumlah balita (1 4 tahun) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat jiwa (Depkes RI, 2015). Menurut seksi gizi Dinas Kesehatan DIY tahun 2014, dari lima kota/kabupaten di provinsi DIY persentase gizi balita yang masih dibawah garis merah (BGM) paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta dengan 1.9% untuk tahun 2013 dan 1.27% untuk tahun Kota/kabupaten lainnya sudah berada dibawah 1%. Bawah garis merah merupakan suatu standar dan peringatan dalam status gizi agar anak dapat lebih cepat dikonfirmasi dan ditindak lanjuti untuk dapat segera ditangani (Dinkes DIY, 2015). Angka tersebut menunjukkan bahwa diantara lima kota/kabupaten di DIY, Kota Yogyakarta masih berada diurutan terbawah untuk status gizi anak. Menurut Aboud, et al., (2013) tidak memadainya pemberian stimulasi kognitif pada anak merupakan satu dari empat faktor risiko utama yang teridentifikasi membutuhkan tindak intervensi mendesak yang dihadapi oleh anak anak sejak lahir hingga usia lima tahun. Upaya kesehatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan tumbuh kembang yang optimal dan mengurangi gangguan tumbuh kembang adalah dengan pemberian stimulasi tumbuh kembang anak (Andriana, 2009). Menurut Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
4 4 Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar oleh Depkes RI (2010), stimulasi adalah kegiatan dalam pemberian rangsang pada anak sejak dini dalam bentuk kemampuan dasar yang terarah agar tercapai tumbuh kembang anak yang optimal. Pemberian stimulasi tumbuh kembang ini dapat dilakukan oleh orangtua, pengasuh, anggota keluarga maupun kelompok masyarakat dalam lingkungan rumah tangga. Kegiatan menstimulasi tumbuh kembang anak dapat lebih ditingkatkan kualitasnya dengan dilaksanakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orangtua, pengasuh, anggota keluarga), masyarakat (kader posyandu, LSM dan sebagainya) dan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial). Menurut buku Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh Kembang Balita (Kemenkes RI, 2011) tingkatan pertama dalam pemantauan tumbuh kembang anak adalah tingkat rumah tangga, yaitu orangtua. Menurut Hadikusumo (2010) dalam Ruscasari (2012), orangtua atau ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya karena hanya dengan layanan yang ibu berikan anak dapat hidup dan berkembang hingga dewasa. Faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan/keterlambatan perkembangan pada balita diantaranya adalah kurang aktifnya perilaku ibu dalam memberikan stimulasi kepada anak dan ketidaktahuan serta rendahnya motivasi ibu terhadap pentingnya perilaku ibu dalam stimulasi perkembangan anak menyebabkan ibu belum memahami cara menstimulasi anaknya sesuai dengan usia perkembangan (Sari, 2014). Orangtua khususnya ibu harus memiliki pengetahuan tentang proses tumbuh kembang pada anak sehingga bila ada kelainan secara dini bisa segera
5 5 diketahui. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki ibu mengenai tumbuh kembang anak, diharapkan ibu juga semakin termotivasi dalam memberikan stimulasi pada anak (Sundari, S., dan Maulidia, K., 2014). Pengetahuan dan motivasi yang baik mengenai stimulasi tumbuh kembang balita yang ada pada diri orangtua dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih optimal (Ruscasari, 2012). Pemahaman ibu dalam menyerap informasi yang didapat juga turut mempengaruhi tingkat motivasi, sehingga ibu dengan pemahaman yang baik akan mudah menerima dan mendorong dirinya untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu, dengan demikian tentunya ibu akan mempunyai motivasi yang baik (Rustiyana, et al., 2014). Berdasarkan buku Teori Motivasi dan Pengukurannya oleh Uno (2016), motivasi merupakan suatu bentuk kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang menjadi tujuan individu tersebut. Sarwono (1997) dalam Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep beserta Aplikasinya menyebutkan bahwa timbulnya motivasi dalam diri seseorang adalah karena adanya kebutuhan atau keinginan yang harus terpenuhi/tercapai. Keinginan tersebut akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Motivasi yang baik dari orangtua khususnya ibu balita sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan stimulasi dalam kehidupan sehari hari (Yuliana, 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi orangtua khususnya ibu balita adalah dengan melaksanakan sebuah pelatihan langsung kepada orangtua. Pelatihan orangtua dalam rangka meningkatkan perkembangan anak merupakan suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk memberikan dan mengembangkan
6 6 pengetahuan serta pemahaman kepada orangtua tersebut (Smith, Perou & Lesesne, 2002 dalam Akmal, et al., 2013). Keberhasilan dari pelaksanaan pelatihan dapat menjadi motivasi tersendiri bagi individu dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja dan hasil (Sianturi,2013). Berdasarkan data seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada saat studi pendahuluan, hasil pemantauan status gizi (PSG) berdasarkan indikator BB/U tahun 2015 di Kota Yogyakarta, Puskesmas Gedongtengen merupakan puskesmas yang masih memiliki banyak balita dengan status gizi kurang yaitu mencapai 93 balita. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Gedongtengen didapatkan data bahwa masih banyak balita dengan status gizi kurang yaitu sebanyak 63 orang balita dan belum pernah ada pelatihan terkait stimulasi tumbuh kembang anak kepada orangtua. Dalam mencegah terjadinya masalah pertumbuhan dan perkembangan pada balita, kader posyandu dengan pengetahuan yang dimilikinya dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada orangtua (Agustin, et al., 2012). Hasil studi pendahuluan selanjutnya adalah berdasarkan evaluasi kemampuan kader dalam kegiatan deteksi tumbuh kembang balita, 80% kader posyandu masih belum mampu melaksanakan secara mandiri dan masih bergantung kepada petugas puskesmas. Sehingga para ibu belum cukup banyak menerima informasi terkait stimulasi tumbuh kembang balita dari kader posyandu tersebut. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada lima orang ibu balita dengan status gizi kurang, pengetahuan ibu mengenai stimulasi tumbuh kembang balita menunjukkan bahwa ibu masih kurang paham
7 7 terkait definisi perkembangan anak, tahap perkembangan anak usia bulan dan usia bulan, stimulasi gerak kasar pada tahap usia bulan dan aspek gerak halus. Kemudian, berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai motivasi dalam pemberian stimulasi tumbuh kembang balita, ibu sudah memiliki motivasi yang cukup. Namun, jika diuraikan pada masing masing pernyataan pada kuesioner, ibu masih belum termotivasi untuk dapat lebih mengungguli orang lain dan belum paham pentingnya umpan balik yang diterima dapat terkait pengembangan diri ibu dalam memberi stimulasi. Dari penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita terhadap motivasi orang tua di Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita terhadap motivasi orangtua di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita terhadap motivasi orangtua di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus Mengetahui perbedaan tingkat motivasi pada orangtua sebelum dan sesudah diberikan pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita.
8 8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah keberagaman ilmu dan wawasan di ranah keperawatan komunitas dan keperawatan anak terkait pemberian stimulasi tumbuh kembang pada balita. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini menambah wawasan baru untuk diri peneliti sendiri mengenai pengaruh pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita terhadap motivasi orangtua. b. Bagi responden Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu baru dan dapat memupuk motivasi responden dalam hal pentingnya pemberian stimulasi tumbuh kembang balita dari segi teori maupun cara memberi stimulasi sesuai tahapan usia. c. Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan evaluasi bagi puskesmas dalam hal pemberian stimulasi tumbuh kembang pada balita setelah dilakukannya kegiatan pelatihan kepada orangtua dan diharapkan dapat menurunkan kasus gangguan tumbuh kembang pada balita khususnya diwilayah kerja puskesmas tersebut.
9 9 E. Keaslian Penelitian Peneliti menemukan beberapa penelitian yang serupa dalam penelusuran pustaka dengan rencana penelitian yang akan dilakukan peneliti, diantaranya : 1. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Ketrampilan Deteksi Dini Pertumbuhan Anak pada Kader Posyandu di Wilayah Puskesmas Sewon II Bantul oleh Wati (2013). Jenis dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan dan motivasi, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah ketrampilan kader dalam deteksi dini pertumbuhan anak. Sampel pada penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster dan Proportional Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 41 orang responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar data umum responden, kuesioner pengetahuan dan kuesioner motivasi kader posyandu dalam pelaksanaan deteksi dini pertumbuhan yang diadopsi dari Uno (2011) dan dimodifikasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan ketrampilan kader posyandu dalam deteksi dini pertumbuhan anak (p = 0,001), sedangkan tidak terdapat hubungan antara motivasi dengan ketrampilan kader posyandu dalam deteksi dini pertumbuhan anak (p = 0,969). Persamaan antara penelitian Wati (2013) dengan milik peneliti ada pada instrumen yaitu kuesioner motivasi yang diadopsi dari kuesioner motivasi milik Uno (2011), sedangkan perbedaan terletak pada
10 10 metode dan desain penelitian, variabel bebas, viriabel terikat, subjek penelitian, teknik sampling dan tempat pelaksanaan penelitian. 2. Hubungan Pemberian Motivasi Ibu Tentang Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Pada Anak Usia 48 Bulan di TK Nurul Izzah Candirejo 2015 oleh Yuliana (2016). Jenis dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 48 bulan di TK Nurul Izzah Candirejo. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh yaitu mengambil semua populasi yaitu dengan jumlah sebanyak 44 orang responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan KPSP. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian motivasi ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan pada anak usia 48 bulan dengan p value =0,0001. Perbedaan antara penelitian milik Yuliana (2016) dengan milik peneliti terletak pada metode dan desain penelitian, subjek penelitian, teknik sampling dan tempat pelaksanaan penelitian. 3. Pengaruh Pelatihan Care of Child Development Terhadap Pengetahuan dan Motivasi Kader Posyandu di Kota Yogyakarta oleh Kuspriono (2016). Jenis dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental dengan pendekatan non equivalent control group design. Variabel bebas penelitian ini adalah pelatihan Care of Child Development, sedangkan variabel terikat penelitian ini adalah pengetahuan dan motivasi kader. Sampel pada penelitian ini adalah kader posyandu di wilayah Puskesmas Mantrijeron
11 11 Yogyakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 13 orang responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner pengetahuan dan kuesioner motivasi kader posyandu yang diadopsi dari Uno (2011) dan dimodifikasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat pengaruh dari diberinya pelatihan Care of Child Development terhadap pengetahuan dan motivasi kader posyandu. Persamaan antara penelitian Kuspriono (2016) dengan milik peneliti ada pada instrumen yaitu kuesioner motivasi yang diadopsi dari kuesioner motivasi milik Uno (2011), sedangkan perbedaan terletak pada metode dan desain penelitian, variabel bebas, viriabel terikat, subjek penelitian, teknik sampling dan tempat pelaksanaan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa balita, karena masa ini adalah merupakan pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan proses dinamis, dimulai dari anak bergantung pada pengasuh (caregiver) atau orang tua dalam semua aspek fungsional selama masa bayi, lalu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena perkembangan anak pada fase awal akan mempengaruhi perkembangan pada fase selanjutnya. Sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU
PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden
Lebih terperinciPENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG
PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi
Lebih terperinciVolume 4 No. 2, September 2013 ISSN :
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAAN IBU TENTANG TAHAPAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU NUSA INDAH DESA PELEMKEREP KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, dan Devi Rosita 2 INTISARI Dari data BKKBN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Provinsi Jawa Barat 2007 dijumpai dari balita yang. terancam bergizi buruk sebanyak bayi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih belum terlepas dari masalah kurang gizi pada balita. Sebagaimana disampaikan oleh Antonius (2008), dari 4.100.000 balita yang mengalami malnutrisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kader posyandu merupakan pilar utama penggerak pembangunan khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se Wilayah Purwakarta, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan bagian yang sangat penting (Riskesdas, 2013). Pada masa ini, anak juga mengalami periode kritis. Berbagai bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dibawah 5 tahun adalah masa kritis dengan pertumbuhan cepat baik pertumbuhan fisik dan otak yang merupakan kelompok paling sering menderita kekurangan gizi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Terutama usia 0-2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pertumbuhan dan perkembangan di masa balita menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak
Lebih terperinciBAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo
BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo dan Anggraini, 2010). Pada masa balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara pesat yang
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator gizi yang menentukan keberhasilan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting dan perlu perhatian serius, karena pada masa ini berlangsung
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG
GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GROWTH OF LESS NUTRITION AT BALITA AT CUKIR HEALTH PRIMERY JOMBANG Rini Hayu L 1, Amalia R 2, Effy Kurniati 3
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK
KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK 1. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN
HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN Endah Purwaningsih, Yunita Trihapsari ABSTRAK Program Stimulasi, Deteksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara. makanan yang tidak cukup (Nelson, 1996). Rata-rata berat badannya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malnutrisi merupakan salah satu masalah gizi balita di Indonesia. Masalah ini banyak terjadi pada balita terutama di negara-negara berkembang. Malnutrisi dapat diakibatkan
Lebih terperinciProgram Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang dikenal dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu pendekatan untuk mencegah penyakit melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan dapat tercipta apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering dialami anak pada usia
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh kelompok balita yang merupakan generasi penerus bangsa.
Lebih terperinciSTUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013
Artikel Penelitian STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013 Terati, SKM, M.Si, Sartono, SKM, M.Kes, Yunita Nazarena.S.Gz Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya untuk proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan perhatian penuh orang tua dan lingkungannya. Dalam masa pertumbuhannya, balita sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG
IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAMAN PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Dera Alfiyanti 1), Mariyam 2), Desi Ariyana
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014
GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014 Yuliarti Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Dampak gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani, dkk : 2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya mantusia (SDM) yang dilakukan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai macam upaya, antara lain diselenggarakan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi
Lebih terperinciOleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG TUMBUH KEMBANG DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa periode anak merupakan masa yang penting dalam proses tumbuh kembangnya. Dalam masa ini diupayakan mampu berjalan dengan optimal agar kelak dewasa nanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian pembangunan manusia ditinjau dari indeks prestasi manusia (IPM) belum menunjukkan hasil yang menggembirakan karena IPM Indonesia berada pada peringkat 112
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gizi yang lebih tinggi harus terpenuhi. Pada masa ini balita sangat rentan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu dimensi dasar pembangunan manusia. Salah satu indikator pencapaian pembangunan kesehatan adalah status gizi anak usia bawah lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak hanya dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN
PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Gizi anak
Lebih terperinciDETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
Lebih terperinciREPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU DESA CISAYONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA REPI SEPTIANI RUHENDI MA0712020 INTISARI Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi, termasuk perubahan emosi dan sosial. Pada masa tumbuh kembang seorang anak faktor genetik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang sehat, cerdas, dan produktif. Pencapaian pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pos pelayanan terpadu ( Posyandu) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap
16 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada Pasangan Suami Isteri (PASUTRI). Semua pasangan suami isteri mendambakan kehadiran anak ditengah-tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam era globalisasi diperlukan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan bahwa upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas salah satunya adalah dengan mengoptimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah anak yang telah memasuki usia diatas satu tahun, sering disebut dengan usia anak dibawah lima tahun. Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena
17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah
Lebih terperinciSerambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 50 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGETAHUAN, PENDAPATAN DAN POLA ASUH DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA DI DESA MEUDHEUN KECAMATAN JAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB), merupakan indikator kesehatan yang peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah masih tingginya
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU
TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU Pandeirot *, Safitri Rossita* *AKPER William Booth Surabaya, Jln. Cimanuk No. 20, Telp. (031)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penentu keberhasilan tingginya tingkat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan peringkat Human Development Index
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2012, tercatat jumlah balita di Indonesia mencapai 31.8 juta jiwa (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 244,2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL
PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa-masa yang rentan dari kehidupan seseorang berada pada lima tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan pondasi bagi perkembangan selanjutnya. Lingkungan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal manusia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Malnutrisi yaitu gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK)
KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK) A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) peran tenaga kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus hidup manusia terdiri dari beberapa fase kehidupan, salah satunya adalah masa di bawah usia lima tahun (balita) yang merupakan masa keemasan atau golden period
Lebih terperinci