BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik rencana pendirian pabrik semen di kawasan pegunungan kapur (karst) Kendeng, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telah menyita perhatian publik dalam setahun belakangan dengan munculnya berbagai perlawanan warga penolak pendirian pabrik semen. Aksi penolakan oleh warga ini kian ramai diberitakan media massa baik cetak, elektronik maupun media online. Namun, kerap kali pemberitaan konflik di media massa tidak proporsional, parsial, dan hanya di permukaan saja. Faktanya, setiap terjadi konflik, media massa tidak pernah melepaskan perannya. Media tidak memberikan informasi yang utuh dan lebih menunjukkan keberpihakan pada salah satu pihak saja. Seharusnya, dalam kondisi konflik seperti itu, masyarakat membutuhkan beritaberita yang objektif untuk melihat akar permasalahan secara utuh dan apa sebenarnya yang terjadi. Peliputan berita yang tak berimbang hanya memperuncing konflik yang terjadi. Konflik bermula pada tahun 2006 oleh warga Sukolilo yang dikenal sebagai penganut ajaran Samin menolak keras rencana pembangunan pabrik semen oleh PT Semen Gresik1 (DetikOnline, 2012; SemenIndonesia, 2015) di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Penambangan ini tentunya akan mengambil dan mengeruk perbukitan kapur (karst) yang merupakan daerah resapan air alami (reservoir) yang selama ini dijadikan sumber penghidupan masyarakat lokal melalui pertanian produktif dan peternakan. Pada tahun 2009 warga Samin, masyarakat lokal dengan berbagai LSM berhasil memenangkan gugatan terhadap PT Semen Gresik (selanjutnya PT Semen Indonesia) di PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) Semarang. Namun kalah di Pengadilan Tinggi 1 Sejak 20 Desember 2012, PT Semen Gresik (Persero) Tbk., telah mengganti namanya menjadi PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pertama kali diresmikan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno di Gresik pada 7 Agustus Tanggal 8 Juli 1991 saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa EfekSurabaya (BES) (kini menjadi Bursa Efek Indonesia) serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang saham saat itu: Negara RI 73% dan masyarakat 27%.

2 2 Negeri di Surabaya dan menang lagi pada saat ajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA). Akhirnya, PT Semen Indonesia sebagai perusahaan milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ini bergeser ke lokasi baru di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan memulai peletakan batu pertama pendirian pabrik semen pada 16 Juni Sebagian warga Gunem yang kontra pendirian pabrik melakukan pemblokiran jalan menuju lokasi tambang sehingga menimbulkan kericuhan masyarakat yang sebagian besar ibu-ibu dengan aparat Kepolisian dan TNI yang menjaga lokasi. Aksi tuntutan penolakan pabrik semen berlanjut dengan mendirikan tenda dan menggelar doa bersama di tapak pabrik hingga saat ini2 (PSKP-UGM, 2015). Kini warga Pati dan Rembang dibantu orang-orang Samin yang di wakili oleh Gunretno sekaligus sebagai koordinator dari Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menghadapi PT Semen Indonesia di Rembang dan PT Indocement3 (Indocement, 2015) di Kecamatan Kayen dan Tambakromo, Pati, Jawa Tengah. Pro dan kontra masyarakat dalam menyikapi konflik tersebut tidak terlepas dari peranan media massa dalam membentuk dan mengkonstruksinya. Lewat medialah, ideologi dominan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk yang disebarkan, itu dimapankan. Karena media membantu kelompok dominan menyebarkan ide atau gagasannya, mengontrol kelompok lain, dan membentuk konsensus antar anggota komunitas (Barrat, 1994, pp ). Media bukan lagi sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya (Eriyanto, 2012, p. 36). 2 Laporan penelitian Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM tahun 2015 menyebutkan perbedaan kepentingan ini kemudian menimbulkan konflik yang berkepanjangan dari tahun antara PT Semen Indonesia dengan masyarakat yang tergabung dalam JMPPK. Semenjak dimulainya PT Semen Indonesia yang mendirikan pabrik di wilayah perhutani pegunungan kendeng, Kecamatan Bulu, pada tahun 2012, eskalasi konflik mengalami beberapa tahapan konflik selama tiga tahun. Konflik tahap I di tahun masih dalam kondisi laten yang nampak di masyarakat Desa Tegaldowo dengan adanya perpecahan antara masyarakat yang pro dan yang kontra (menolak) terhadap pembangunan pabrik PT Semen Indonesia. Konflik tahap II terjadi pada 15 Juni 2014 dengan munculnya aksi terbuka perlawanan warga yang tergabung dalam JMPPK dengan pemblokiran jalan akses masuk ke pabrik semen oleh kurang lebih 20 perempuan. Beberapa bulan kemudian tepatnya pada September 2014 dapat disebut sebagai konflik tahap III dengan munculnya aksi sebagai eskalasi krisis dimana aksi dilakukan tidak hanya dengan penghadangan semata tetapi juga disertai dengan alat bambu runcing dan lesung sebagai simbol petani. 3 Pertama kali mengoperasikan pabrik secara resmi pada Agustus 1975 dan sejak 2001, pemilik mayoritas saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. ( Indocement atau Perseroan ) adalah HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman.

3 3 Apabila kemudian media massa menjadikan dirinya golongan pada salah satu kelompok, maka media itu akan lebih banyak menjadi agen propaganda bagi kelompok bersangkutan dalam menyuarakan kebenaran versi mereka sendiri. Seluruh kebenaran versi kelompok mereka sendiri itu akan dapat direkam dan dianalisis lewat serangkaian kecenderungan kebijakan redaksional media tersebut. Bagi media dengan kecenderungan demikian bisa dianggap sebagai media partisan yang biasanya segala aktivitas pemberitaan dan isi beritanya condong untuk membela kepentingan salah satu kelompok. Artinya pemberitaan mereka tentang in-group akan lebih banyak dilatarbelakangi semangat upaya membela kepentingan kelompok mereka. Hal ini kemudian tercermin pada berita-berita yang menceritakan kemenangan kelompok (untuk memompa semangat), diinjakinjaknya harga diri kelompok mereka oleh kelompok lawan (untuk memunculkan simpati), serta cerita-cerita human interest yang muaranya adalah membentuk solidaritas kelompok. Upaya untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan itu dapat dilakukan dengan melalui berbagai cara. Biasanya penelitian yang mengeksplorasi tentang kebijakan redaksional ini lebih banyak melihat isi media massa dengan metode analisis isi (content analysis) dan analisis bingkai (framing analysis). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing khususnya pada media berita online. Kehadiran media berita online dalam dunia jurnalisme seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia4. Dibandingkan dengan media konvensional dalam memberitakan suatu peristiwa, media berita online jauh lebih unggul dalam hal kecepatan pemberitaan yang dapat diakses oleh penggunanya dimana saja dan kapan saja. Tetapi isu keunggulan ini merupakan masalah pokok dalam dunia jurnalisme online yaitu masalah kualitas dan kredibilitas informasi yang sampai ke masyarakat karena mengejar kecepatan menyampaikan informasi. Seringkali 4 Hasil survey yang dilakukan APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia) pada 1 November 2014 hingga 28 Februari 2015, menunjukkan pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia terus meningkat. Tahun 2014 jumlah pengguna internet di Indonesia menembus angka 88,1 juta dari 252,4 juta jumlah penduduk Indonesia. Sebagian besar mengakses internet dengan menggunakan telepon selular sebanyak 85% yang di dominasi usia tahun yang termasuk ke dalam kategori digital natives.

4 4 dengan mengatasnamakan kecepatan, pageview5, dan pertumbuhan bisnis, media berita online terjebak dalam menyampaikan informasi yang belum final terverifikasi kepada masyarakat luas sehingga terkadang menimbulkan mispersepsi dan mis-interpretasi fakta. Salah satu media berita online yang akan menjadi kajian bagi peneliti dalam melihat hasil produksi berita berupa teks-teks media berita online nasional kompas.com dan media berita online lokal suaramerdeka.com atas pemberitaan konflik pabrik semen di pegunungan Kendeng, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang cukup banyak menyita perhatian publik. Peneliti ingin melihat bagaimana framing yang ditampilkan oleh kompas.com dan suaramerdeka.com, karena portal ini memiliki kelebihan dan karakter tersendiri. Portal kompas.com dipilih sebagai subyek penelitian dengan pertimbangan bahwa portal ini merupakan media berita online nasional dengan intensitas pemberitaan pabrik semen kendeng lebih banyak dibandingkan dengan media berita online nasional lainnya dan memiliki wartawan atau kontributor sendiri di wilayah Semarang, Jawa Tengah, serta berada pada peringkat 11 top sites di Indonesia versi alexa.com6. Berikut perbandingan pencarian keyword dan peringkat situs beberapa media berita online nasional yang diambil pada 29 Februari 2016 seperti tergambar pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1. Pencarian Keyword dan Peringkat Situs Beberapa Media Berita Online Nasional Media 5 Keyword Keyword Keyword Peringkat Situs Pabrik Semen Pabrik Pabrik Semen di Indonesia Kendeng Semen Pati Rembang versi alexa.com Kompas.com berita berita berita 11 Tempo.co 104 berita 189 berita 56 berita 33 Detik.com 17 berita 52 berita 53 berita 5 Jumlah pageview dianggap penting dalam bisnis online, karena semakin banyak pengunjung yang membaca suatu halaman pada website atau blog, maka peluang monetisasi pada website atau blog tersebut semakin tinggi. Jumlah pageview dengan jumlah pengunjung berbeda, ibaratnya bila ada 100 pengunjung belum tentu jumlah pageviewnya 100, tetapi bisa 300 atau 500 pageview karena tiap pengunjung bisa membaca 5 halaman website berarti 500 halaman yang dibaca oleh pengunjung dalam kurun waktu tertentu. 6 Situs alexa.com merupakan situs yang menyajikan informasi peringkat atau ranking global maupun negara tertentu dari sebuah website atau web blog dan menjadi rujukan atau acuan beberapa situs untuk mengetahui seberapa banyak situsnya dikunjungi dan populer.

5 5 Selain itu, portal berita kompas.com merupakan salah satu bentuk konvergensi media dari Kompas Gramedia yang merajai pemberitaan surat kabar di Indonesia hadir pada tahun 1995 dengan nama Kompas Online yang awalnya hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas. Dengan tagline "Rayakan Perbedaan", pengunjung aktif kompas.com di awal tahun 2008 mencapai 20 juta pembaca aktif per bulan, dan total 40 juta page views/impression per bulan. Saat ini, kompas.com telah mencapai 120 juta page view per bulan. Sejak itu kompas.com meraih berbagai penghargaan, salah satu diantaranya pada tahun 2008 sebagai Portal Berita Paling Populer dari Majalah SWA, meraih Cakram Award sebagai Perusahaan Pengelola News Portal, pada tahun 2009 meraih penghargaan Adam Malik Award sebagai Media Online Terbaik dalam Pemberitaan Luar Negeri (KompasOnline, 2016). Sementara dipilihnya portal suaramerdeka.com dengan pertimbangan bahwa portal ini merupakan media berita online lokal di Jawa Tengah dan memiliki peringkat top site di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan situs media berita online lokal lainnya. Selain itu, portal suaramerdeka.com merupakan divisi usaha dari Suara Merdeka Group yang bergerak di bidang pemberitaan online dan hadir pada tahun 1996 yang awalnya hanya berisikan berita edisi cetak yang diambil dari media cetak Harian Suara Merdeka. Namun, pada tahun 2000 mulai menambahkan pemberitaannya dengan edisi News Aktual beserta kanalkanal lainnya agar selalu up to date dalam memberitakan sesuatu. Melihat begitu pesatnya industri mobile, portal ini juga menyediakan konten yang dapat diakses melalui perangkat mobile yang memberi kemudahan pembaca atau pengunjung untuk mendapatkan informasi aktual dan dapat mengakses berita cetak Harian Suara Merdeka secara utuh lewat media online tersebut (SuaraMerdekaOnline, 2016). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang disampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana media

6 6 berita online kompas.com dan suaramerdeka.com membingkai berita konflik pabrik semen kendeng? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bingkai berita konflik pabrik semen kendeng yang ditampilkan dalam media berita online kompas.com dan suaramerdeka.com. D. Manfaat Penelitian Diharapkan, hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi bagi dunia ilmiah (akademik) maupun sosial bagi kajian bidang ilmu komunikasi. Maka manfaat atau kegunaan yang diharapkan dalam konteks penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan satu tambahan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis lainnya mengenai framing pemberitaan konflik di media baru khususnya media berita online. Hasil penelitian ini dapat saja menjadi bahan koreksi atas temuan penelitian sebelumnya atau justru sebaliknya bersifat mendukung dan menguatkan temuan yang lalu. 2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi lembaga seperti Dewan Pers dalam membuat kebijakan di bidang media massa khususnya media berita online. Dapat juga dijadikan bahan refleksi bagi awak media khususnya para jurnalis media online dan organisasi kewartawanan dalam upaya meningkatkan profesionalitas maupun kualitas produk media serta senantiasa tetap berpegang pada etika dan prinsip-prinsip jurnalistik sebagai landasan utama dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistik. Peristiwa-peristiwa seperti konflik memang semestinya perlu dikembangkan model jurnalisme damai dan investigatif sehingga pers dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat sebagaimana peran dan fungsinya. Sekaligus juga diharapkan dapat

7 7 mendorong dan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk senantiasa melakukan pengawasan atas kinerja media (media literacy). Masyarakat sebagai pihak yang dilayani oleh pers harus memiliki kesadaran dan kemampuan melakukan pengawasan terhadap media agar tetap menjaga independensi dan netralitas. Namun, tanpa memiliki dasar yang kokoh, masyarakat tidak dapat berbuat banyak, oleh karena itu hasil penelitian ini bagaikan amunisi yang akan dapat menguatkan tindakan masyarakat untuk senantiasa kritis pada media. E. Kerangka Pemikiran Konflik pabrik semen kendeng seperti halnya konflik-konflik sosial lainnya di Indonesia dan di dunia, tentu memiliki penyebab yang bisa dijelaskan dengan rangkaian teori tertentu. Pemahaman akan teori tersebut akan membawa kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan untuk menangani konflik, bahkan dalam skala lebih luas pemahaman itu akan menjadi pedoman untuk membuat kebijakan dalam rangka mencegah terjadinya konflik dalam eskalasi tertentu di masa mendatang. Konflik dipahami sebagai perbedaan kepentingan antara dua orang atau lebih, dimana aspirasi solusi tidak dapat dipertemukan. Pola konflik beragam, tergantung pada ranah masalahnya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun agama. Pemahaman ini penting sebagai kerangka berpikir memahami pemberitaan konflik pabrik semen kendeng yang dimuat di media berita online. Terlepas dari posisi epistemologi konflik itu sendiri merupakan salah satu news value sebuah peristiwa, yang selalu berhasil menarik media untuk meliputnya. Asumsinya, ada pola yang terekam dalam berita-berita konflik itu secara bertahap dapat dipahami dengan membahas tentang perspektif dan teori yang digunakan dalam melihat berita konflik, untuk kemudian menjelaskan landasan konseptual tentang bagaimana konstruksi sosial muncul dalam situasi tersebut. Setelah itu, barulah akan diutarakan bagaimana media berita online berperan dalam konflik itu dalam teks media. Model analisis untuk menggali dan mengkaji isi media berita online yang akan dipakai dalam penelitian ini, yaitu model analisis framing yang ditawarkan oleh Robert M. Entman.

8 8 1. Berita Konflik dan Konstruksi Sosial Sebagai realitas sosial, konflik dianggap suatu hal yang wajar terjadi di setiap interaksi sosial dalam tatanan pergaulan keseharian masyarakat bila dapat dikelola dengan baik dan dapat dipakai sebagai alat perekat kehidupan masyarakat. Namun, akan berbalik menjadi sebuah bencana bila media mengkonstruksi konflik sebagai sebuah realitas sosial memiliki kepentingankepentingan di dalamnya. Kepentingan tersebut bisa berupa kepentingan teknik maupun etis subtansi kepada masyarakat luas. Pada dasarnya, secara etimologi, konflik dapat berarti bentrokan, cedera, friksi, konfrontasi, percekcokan, pergesekan, perpecahan, dan perselisihan (Endarmoko, 2006, p. 333). Konflik dapat didefinisikan juga sebagai sebuah perselisihan yang termanifestasikan dalam bentuk konfrontasi fisik atau non-fisik antara beberapa pihak dalam arena distribusi sumberdaya yang terbatas (Putnam, 2006, p. 5). Dari sekian banyak arti tentang konflik, dapat ditemukan beberapa unsur yang selalu menjadi ciri khas konflik yaitu ada kontradiksi, terjadinya pertentangan, ada perbedaan tujuan, dan kadang (tidak selalu) muncul kekerasan. Konflik dan kekerasan harus dibedakan, karena konflik bisa tidak mewujud menjadi kekerasan ketika masih bersifat laten dan tertutup. Sedangkan kekerasan terjadi pada fase akhir konflik yang mengemuka menjadi benturan fisik. Secara garis besar, konflik terdiri dari 3 jenis, yaitu yang pertama, konflik biologis. Jenis konflik yang kedua adalah konflik sosio-psikologis dan yang ketiga, konflik sosiologis (Schellenberg, 1982, pp. 8, 11). Konflik biologis merupakan jenis konflik yang terjadi karena adanya persaingan yang didorong oleh naluri tubuh. Makhluk hidup akan saling berkompetisi dan menginvasi satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan alamiahnya seperti sandang, pangan, papan dan pasangan. Sementara konflik sosio-psikologis didasari oleh kepentingan yang berlainan di antara individu-individu yang mengakibatkan munculnya ketidakharmonisan antar-individu. Kemudian konflik sosiologis timbul karena di dalam masyarakat terdapat banyak struktur, sistem dan subsistem. Apabila ada ketidaksamaan tujuan, nilai

9 9 maupun kepentingan, akan terjadi gesekan antara sistem satu dengan lainnya. Pada titik inilah konflik sering terjadi. Dahrendorf (1986) salah satu tokoh teori konflik membagi tiga bagian mendasar dari ide pokok teori konflik. Pertama, masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai dengan adanya pertentangan terus menerus di antara unsur-unsurnya. Kedua, setiap elemen memberikan sumbangan terhadap disintegrasi sosial. Dan ketiga, keteraturan yang terdapat dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan oleh adanya tekanan atau paksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa. Sedangkan asumsi dasar lainnya mengenai teori konflik adalah pertama, setiap individu mempunyai kepentingan (interest) yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu atau kelompok lain di dalam suatu masyarakat. Yang kedua, sekelompok orang mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan kelompokkelompok lainnya. Dan yang ketiga, kepentingan dan penggunaan kekuatan untuk mencapai kepentingan tersebut dilegitimasi dengan sistem ide dan nilai-nilai yang disebut dengan ideologi (Susan, 2009). Beragam jenis konflik tersebut pada realitasnya mudah dijumpai dalam pemberitaan media, termasuk media berita online, baik konflik dalam skala lokal, nasional maupun internasional. Dengan kontroversi masalah yang menjadi daya tariknya, konflik dan aksi kekerasan selalu menjadi menu utama dalam pemberitaan media, termasuk media berita online yang menampilkan konflik dari berbagai angle sudut pandang, mulai dari penyebab, kronologi konflik, problem konflik, analisa pakar, maupun lingkungan tempat konflik itu terjadi. Semua konflik nyaris mendapat angle berita yang menarik untuk diberitakan. Namun, dengan implikasi-implikasi yang melekat dalam konflik, cakupan pemberitaan konflik bisa menjadi amat luas. Pertama, tereskalasinya aspirasi suatu pihak. Adanya kepercayaan dalam suatu kelompok yang mampu mendapatkan sesuatu nilai dari tindakan kolektif, mendorong terjadinya konflik bahkan revolusi besar. Misalnya, terlihat dari peristiwa revolusi 21 Mei 1998, ketika aspirasi rakyat Indonesia memuncak menjadi people power yang berhasil melengserkan Presiden Soeharto. Dalam keadaan rusuh itu, konflik semakin mudah terjadi ketika

10 10 perangkat norma sosial publik sedang dalam keadaan lemah, chaos, dan tidak terkontrol. Tatkala kondisi kacau dan norma sosial lemah, maka konflik dapat menjadi semakin kompleks dengan terbentuknya struggle group atau kelompok pejuang, yaitu kelompok yang terbentuk dengan karakter laten dan tanpa disadari. Munculnya kelompok ini, dapat dimulai dari obrolan sederhana, sampai akhirnya terbangun persepsi yang sama untuk mencapai tujuan baru. Persepsi itu kemudian menjadi kesadaran kolektif dengan seperangkat rencana dan strategi yang lebih operasional. Faktor kedua, meningkatnya persepsi satu pihak atas aspirasi pihak lain. Munculnya anggapan satu pihak bahwa pihak lain ingin menguasai tanah atau harta (misalnya) dengan kekerasan hingga menimbulkan salah paham atau mispersepsi. Hal demikian akan berkembang menjadi pemahaman kolektif bahwa pihak lain bermusuhan dengan ketidakpercayaan suatu kelompok itulah sangat mungkin mendorong terjadinya konflik yang dipicu dari prasangka-prasangka yang keliru dan akhirnya berujung terjadinya peristiwa yang tragis. Dan faktor ketiga, tidak dapat ditemukannya alternatif yang bersifat integratif yang diterima semua pihak. Masing-masing pihak yang terlibat konflik memiliki persepsi sendiri sehingga aspirasi dan pendapatnya tidak sesuai satu sama lain. Keadaan tersebut secara psikologis didorong sikap oportunis dan partisan yang merugikan pihak lain dan begitu pula sebaliknya. Dalam situasi konflik, persepsi menyesatkan demikian mudah merembet ke orang lain (Pruit & Rubin, 2004). Konstruksi realitas sosial tersebut diantaranya bisa muncul melalui pemberitaan oleh media massa. Setiap berita yang disajikan media tidak lagi dimaknai sebagai cerminan realitas (the mirror of reality) an sich, namun merupakan sebuah konstruksi realitas dari sebuah peristiwa yang dikemas sesuai dengan kebijakan masing-masing media. Berita yang tersaji di media adalah produk dari interaksi wartawan dengan fakta. Realitas yang dikontruksi menjadi berita melalui proses internalisasi dimana wartawan dilanda oleh realitas yang ia amati dan diserap dalam kesadarannya. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan proses eksternalisasi wartawan dari proses secara internal tadi dalam memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta

11 11 diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita yang disajikan di media massa adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Realitas media massa merupakan realitas pengamatan kedua, sebagaimana yang dikatakan oleh Berger and Luckmann (2000, p. 85) bahwa, The reality of the mass media is the reality of second-order observation. It replaces knowledge prescriptions which have been provided in other social formations by excellent positions of observation: by sages, priest, the nobility, the city, by religion or politically and ethically distinguished ways of life. Mengkonstruksi realitas di masyarakat merupakan pekerjaan media. Umumnya masyarakat memaknai berita yang dimunculkan oleh media dengan apa adanya. Tanpa ada kesadaran untuk menganalisis ataupun mengkritisinya. Masyarakat lebih mudah terpengaruh pada judul berita (headline) yang dimunculkan dan kesan yang disimpulkan oleh media. Padahal seringkali terjadi mis-informasi dan mis-interpretasi antara apa yang seharusnya diberitakan dengan kenyataan yang diterima oleh pembaca. Media massa memang bukanlah sesuatu yang murni obyektif dan juga bukan alat potret mekanik yang mampu menggambarkan dan menampilkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia secara utuh dan apa adanya. Penggambaran dan pemotretan yang dilakukan oleh media massa mengalami reduksi, simplikasi, dan interpretasi disebabkan oleh adanya keterbatasan teknis jurnalistik dan berbagai kepentingan manusia yang ada dibaliknya. Bila McLuhan (1996, p. 56) mengatakan bahwa pers atau media massa merupakan alat perluasan atau perpanjangan manusia dalam memotret suatu peristiwa, maka tidak demikian dengan Lippman yang menyatakan bahwa masyarakat menerima fakta tidak sebagaimana adanya karena media telah mengkonstruksi realitas sosial yang mereka anggap sebagai fakta dan kenyataan itu hanyalah lingkungan palsu (pseudo environment) atau fatamorgana (Fauzi, 2007). Pembentukan realitas yang dikonstruksi oleh media memiliki tahapan-tahapan diantaranya: Konstruksi pembenaran yang dilakukan oleh media atas suatu peristiwa dan dibenarkan oleh masyarakat yang membaca peristiwa tersebut di media massa. Kemudian tahapan kesediaan dikonstruksi

12 12 oleh media massa merupakan pilihan pembaca media massa tersebut melalui isi media massa yang telah dikonsumsinya. Dan tahapan menjadikan konsumsi massa sebagai pilihan konsumtif merupakan kondisi dimana seseorang bergantung dan tidak bisa lepas dari keberadaan media massa itu sendiri (Bungin, 2007, pp ). Dalam pandangan konstruksionis, media massa tidak dapat dilihat hanya sekedar sebagai penghubung antara pengirim dan penerima pesan saja, tetapi juga dipandang sebagai alat produksi dan pertukaran makna. Pesan atau teks akan dibentuk oleh orang yang memproduksi makna berkaitan dengan peran teks dalam kebudayaan (Sobur, 2002, p. 93). Setidaknya ada dua peran yang dimainkan oleh media dalam mengkonstruksi realitas, yaitu Pertama, media sebagai sumber kekuatan hegemoni yang memiliki otoritas untuk memilih informasi apa saja yang akan dijadikan sebagai sebuah berita sehingga kekuatan media ini pada akhirnya mampu menguasai kesadaran khalayak. Kedua, media sebagai sumber legitimasi yang dapat memupuk kekuasaannya agar tampak berita-berita yang disiarkan terlegitimasi atau disetujui kebenarannya. Oleh karena itu kemungkinan bias infomasi akan dapat terjadi (Sudibyo, 2006, p. 56). Bagaimana media mengkonstruksi realitas, Eriyanto (2002, p. 24) membaginya dalam 3 tingkatan, yaitu: 1. Media membingkai peristiwa dalam bingkai tertentu. Dalam memaknai realitas, media memahami dan menyetujui atau tidak fakta yang sedang terjadi. Hasilnya dapat dilihat dari bagaimana media mendefinisikan peristiwa tersebut. 2. Media memberikan simbol-simbol tertentu terhadap peristiwa. Pemberian simbol tersebut akan menentukan bagaimana peristiwa dipahami, yang dilihat sebagai pahlawan dan sebagai musuh. Simbol tersebut biasanya berupa gambar atau foto, penggunaan kata, dan bahasa. 3. Agenda Setting media. media juga menentukan apakah peristiwa tertentu ditempatkan sebagai hal yang penting atau tidak. Hal ini dapat

13 13 dilihat dari peristiwa apa saja yang mendapat perhatian khusus, sehingga perhatian masyarakat tertuju pada peristiwa tersebut. Penggambaran yang dilakukan oleh media massa tentu saja bukanlah realitas peristiwa itu sendiri, karena itu tidak bisa disamakan antara realitas dunia nyata peristiwa dengan apa yang diberitakan oleh media massa. Fiske memberikan penggambaran terkait bagaimana menghadirkan sebuah berita oleh seorang wartawan ke dalam tiga level. Yaitu, level pertama, terjadi peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Bagaimana peristiwa itu dikonstruksi sebagai realitas oleh wartawan media. Dalam bahasa gambar (khususnya televisi) hal ini selalu berhubungan dengan aspek-aspek konkret semisal pakaian, lingkungan, ucapan, dan ekspresi. Di sini, realitas selalu siap ditandakan, ketika kita menganggap dan mengkonstruksi peristiwa tersebut sebagai realitas. Pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Disini kita menggunakan perangkat secara teknis. Dalam bahasa tulis, alat teknis itu adalah kata, kalimat atau proposisi, grafik, dan sebagainya. Dalam bahasa gambar, alat itu berupa kamera, pencahayaan, editing, atau musik. Pemakaian kata-kata, kalimat, atau proposisi tertentu akan membawa suatu makna tertentu pula ketika diterima oleh khalayak. Level ketiga, pada tataran berikutnya adalah bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis (Sulhan, 2006, pp ). Sedangkan bagaimana media menseleksi berita dari sebuah peristiwa supaya layak dijadikan sebuah berita, Shoemaker and Reese (1996, p. 106) memberikan rumusannya, yaitu: 1. Prominence/importance. Penting atau tidaknya sebuah peristiwa diukur dari banyak sedikitnya dampak dan pengaruh yang ditimbulkannya. Peristiwa menjadi penting jika sebuah peristiwa tersebut memiliki nilai berita yang penting bagi masyarakat umum. 2. Human interest. Peristiwa yang memberikan efek sentuhan perasaan secara langsung bagi kehidupan masyarakat atau peristiwa yang menarik minat masyarakat. Misalnya selebrita, gosip politik dan

14 14 drama manusia yang menjadi menarik untuk dijadikan menjadi sebuah berita. 3. Conflict/controversy. Suatu peristiwa yang menggambarkan pertentangan antara dua pihak atau lebih dimana hal tersebut menjadi menarik untuk diangkat menjadi sebuah berita. Hal tersebut dapat berisi isu-isu penting yang berisi masalah-masalah dari kehidupan manusia. 4. The unusual. Suatu peristiwa yang tidak biasa. Hal ini akan menarik diangkat menjadi sebuah berita dimana kejadian-kejadian yang tidak biasa dan jarang terjadi menarik untuk diketahui oleh masyarakat. 5. Timeliness. Peristiwa yang sedang terjadi sekarang. Peristiwa yang sedang terjadi layak dijadikan sebuah berita karena masyarakat memiliki perhatian yang terbatas tetapi juga ingin mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi saat ini yang mungkin saja memerlukan tindakan. 6. Proximity. Sebuah peristiwa yang memiliki hubungan kedekatan dengan masyarakatnya. Contohnya acara lokal yang biasanya memiliki pengaruh yang lebih kuat untuk disimak dibandingkan dengan acara yang jauh dari masyarakat tersebut. Tidak semua peristiwa layak diangkat menjadi sebuah berita di media massa untuk diketahui oleh masyarakat. Ada semacam proses seleksi di dalam redaksi media massa. Secara esensial dalam proses seleksi berita menurut Gans (2004, pp ) terdiri dua proses. Proses pertama, yaitu menentukan ketersediaan berita dan menghubungkan jurnalis kepada sumber. Dan proses kedua, menentukan kesesuaian berita dan mengkaitkan jurnalis kepada audiens. Sumber dan jurnalis harus memiliki akses satu sama lain sebelum informasi tersebut menjadi sebuah berita, namun akses yang didistribusikan secara berbeda, tergantung pada jarak sosial antara sumber dengan jurnalis. Kata yang krusial adalah terbatas, karena adanya keterbatasan deadline yang tidak dapat diperpanjang di televisi dan dapat diperluas di majalah hanya dengan tambahan pengeluaran yang besar.

15 15 Keterbatasan jam siaran dan ruang majalah membatasi jumlah temuan yang disajikan. 2. Media Berita Online: Jurnalisme dan Media Baru Medio tahun 1990an merupakan medio generasi pertama internet berkembang di Indonesia. Seperti yang dicatat oleh Margianto and Syaefullah (t.t, pp ), Republika Online ( merupakan media pertama di internet yang tayang perdana pada 17 Agustus 1994, satu tahun setelah harian Republika terbit. Berikutnya muncul tempointeraktif (saat ini pada 1996 yang didirikan karena majalah tempo dibredel saat rezim orde baru pada Bisnis Indonesia juga meluncurkan situsnya pada 2 September 1996 ( Selanjutnya pada 1997, Harian Waspada di Sumatera Utara meluncurkan Waspada Online ( dan tak lama kemudian setelah Waspada Online muncul Kompas Online ( pada 22 Agustus Media online tersebut merupakan generasi pertama media online di Indonesia yang berisi konten hanya memindahkan halaman edisi cetak ke internet, kecuali tempointeraktif yang tidak lagi memiliki edisi cetak. Pada tahun-tahun tersebut berita-berita yang tayang di situs-situs media online hanya bersifat statis karena internet belum begitu populer dan situs-situs berita belum berorientasi bisnis. Pada tahun 1998 media online berubah tidak lagi statis sejak kemunculan detik.com yang digagas oleh Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman dan Didi Nugrahadi, sebagai pelopor yang mengenalkan langgam berita baru yaitu ringkas to the point. Atas nama kecepatan, inilah yang menjadikan berita detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W+1H layaknya pakem baku jurnalistik. Langgam baru lainnya yang dikenalkan adalah running news. Sebuah penyajian berita serial yang meniru cara breaking news stasiun berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor-kantor berita asing seperti AP, AFP, atau Reuters (Margianto & Syaefullah, t.t, pp ). Pemberitaan di media online memang tidak seperti berita pada media cetak (koran, tabloid, dan majalah). Media online lebih unggul karena

16 16 beritanya lebih kontekstual dan interaktif, dimana user bisa langsung berpartisipasi dengan memberi komentar, ini sesuatu yang belum ada di media berita konvensional. Namun, terkadang informasi yang diberikan tidak begitu lengkap, oleh karena itu, wartawan media online dituntut untuk dapat menyuguhkan informasi yang aktual. Dewan Pers dalam situsnya dewanpers.or.id, telah mempublikasikan mengenai Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai acuan pemberitaan media online. Mengenai verifikasi dan keberimbangan berita di poin 2, setiap berita pada prinsipnya haruslah melalui verifikasi dan memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan. Media online juga harus memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan ini dimuat dibagian akhir berita (Pers, 2012). Jurnalisme sendiri merupakan keseluruhan proses pengumpulan fakta, penulisan, penyuntingan dan penyiaran berita. Jurnalisme juga dapat diartikan sebagai kegiatan memilih bahan yang berasal dari masyarakat dan sesuai dengan standar kelayakan informasi serta menyajikannya dalam gaya yang sesuai dengan kebijakan redaksional. Adam (2002, p. 10) mencoba mendefinisikan jurnalisme sebagai penemuan atau bentuk ekspresi yang digunakan untuk melaporkan dan komentar di media publik pada peristiwa dan ide-ide dari sini dan sekarang. John V. Pavlik dalam bukunya berjudul Journalism and New Media mengemukakan lima dimensi dasar jurnalisme kontekstual seperti yang ada di media berita online. Dengan kelima dimensi dasar ini, berita-berita online dapat menjadi amat dinamis, bergerak serempak, multiarah, dan multisegmen, sehingga pengaruhnya juga bisa amat luas, termasuk dalam memberitakan sebuah konflik. Kelima dimensi dasar jurnalisme kontekstual tersebut adalah sebagai berikut (Pavlik, 2001, p. 4): 1. Modal Komunikasi Lebar. Berita-berita dalam new media memiliki keunggulan karena ditopang oleh modal komunikasi yang lebar, dimana informan berupa teks, audio, video, grafis dan animasi dapat ditampilkan bersamaan. Wartawan dapat menampilkan berita dengan

17 17 cara unik tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu seperti halnya media analog. 2. Hypermedia. Suatu berita yang dimediasikan secara online dapat membuat hubungan-hubungan yang mudah dan integratif. Salah satu contoh adanya hyperlinks atau konten informasi yang terkoneksi langsung dengan info lainnya pada berita online. Dengan mengklik judul berita, informasi yang dibutuhkan langsung muncul, dalam hal ini, hyperlinks amat membantu menghubungkan satu berita dengan berita lainnya. Pada saat yang sama, hyperlinks berita online juga memiliki kelemahan yaitu persoalan narasumber maupun keaslian berita relatif lebih sulit diverifikasi dibandingkan dengan media konvensional lantaran begitu melimpahnya berita dan cepatnya pemberitaan (Pavlik, 2001, p. 15). 3. Keterlibatan Audiens. Aspek ini merupakan potensi amat besar dalam media berita online, sejak internet menjadi medium komunikasi aktif dan interaktif, dibandingkan dengan media cetak analog atau penyiaran yang pasif (Pavlik, 2001, p. 20). Dalam konteks pemberitaan konflik pabrik semen di kompas.com dan suaramerdeka.com ada beberapa user yang berkomentar menanggapi berita konflik, namun demikian, penelitian ini hanya memfokuskan pada bingkai pemberitaan konflik tidak memfokuskan pada keterlibatan audiens di media berita online sebagai obyek utama penelitian ini, karena komentar bukan produk jurnalisme. 4. Konten Dinamis. Dalam sebuah lingkungan pembaca online, isi beritaberita yang diakses lebih dinamis, sehingga bisa mempresentasikan kegiatan atau dinamika kehidupan yang sesungguhnya dengan lebih baik (Pavlik, 2001, p. 21). Dinamisnya media online memiliki ciri kesegeraan dan kecepatan. Bila terjadi peristiwa penting di lapangan, maka pada saat itu juga beritanya segera muncul. Hal demikian menuntut wartawan media berita online, agar dapat me-running berita dalam waktu singkat, cepat, tapi akurat dan tidak bias.

18 18 5. Kustomisasi. Akhirnya, berita dapat disesuaikan sesuai kebutuhan pribadi atau dapat dikustomisasi, karakter semacam ini tidak mungkin terjadi di media lain (Pavlik, 2001, p. 22) Beberapa pengguna berita online menggunakan fitur kustomisasi untuk menyaring berita penting lingkup regional, nasional, atau internasional, seperti konflik pendirian pabrik semen di pegunungan kendeng, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. John V. Pavlik juga menambahkan bahwa Jurnalisme dalam media baru menimbulkan perubahan jurnalisme dalam empat sisi, yaitu: 1. Konten berita berubah sebagai hasil dari penyesuaian teknologi new media. 2. Cara kerja wartawan terus berkembang sesuai dengan era dunia digital. 3. Struktur newroom dan industri berita mengalami transformasi fundamental. 4. New media membawa perubahan baru dalam posisi antara industri berita, jurnalis, dan publiknya seperti audiens, narasumber, competitor, pengiklan dan pemerintah (2001, p. xiii). Sementara Foust (2005) dalam buku Online Journalism: Principles and Practices of News for The Web, menambahkan karakteristik jurnalisme online sekaligus menjadi keunggulannya, yaitu: 1. Audience Control. Jurnalisme online memungkinkan pembaca (user/visitor) leluasa dalam memilih berita yang diinginkan, karena bisa pindah dengan cepat dari satu berita online ke berita online lainnya atau dari satu portal berita ke website lain. 2. Nonlienarity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga pembaca tidak harus membaca secara berurutan. Pembaca bisa memulai dengan berita terbaru, bahkan bisa mulai dengan berita yang diposting satu-dua tahun lalu.

19 19 3. Storage and Retrieval. Jurnalisme online memungkinkan berita tersimpan, terarsipkan, atau terdokumentasikan dan diakses kembali dengan mudah oleh user. 4. Unlimited Space. Jurnalisme online relatif tanpa ada batasan jumlah berita atau informasi yang akan dipublikasikan, juga relatif tanpa batasan jumlah huruf dan kata/kalimat. Berbeda dengan media cetak yang dibatasi dengan kolom/halaman atau radio/televisi yang dibatasi durasi (waktu). 5. Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat disampaikan segera, cepat dan langsung kepada pembaca. Internet adalah medium tercepat untuk menyebarkan informasi. 6. Multimedia Capability. Jurnalisme online memungkinkan berita disampaikan tidak hanya dalam format teks, tapi juga bisa dilengkapi audio dan video. 7. Interactivity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi pembaca dalam setiap berita, dengan adanya kolom komentar dan/atau fasilitas media sosial yang memungkinan pembaca menyebarkan/membagi (share) berita di akun media sosial. Karakteristik jurnalisme online seperti di atas yang membedakannya dengan media konvensional. Berdasarkan esensinya, media konvensional pada dasarnya hanyalah satu arah, sementara bentuk-bentuk komunikasi baru pada dasarnya interaktif. Traditional mass communication was essentially one-directional, while the new forms of communication are essentially interactive (Denis McQuail, 2012, p. 138). Interaktivitas menjadi salah satu kunci nilai tambah karakteristik media baru pada tatanan ideologis. Bila media lama menawarkan konsumsi yang pasif, maka media baru menawarkan interaktivitas (Lister, Dovey, Giddings, Grant, & Kelly, 2003, p. 21). Sementara aspek pembeda yang membedakan antara berita dalam media online dengan media cetak dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu Breaking News (merupakan berita singkat yang ditulis nyaris berbarengan dengan waktu peristiwa yang tengah berlangsung), Realtime (merupakan berita

20 20 disajikan dengan seketika yang memiliki jeda antara kejadian atau peristiwa atau pernyataan narasumber tidak jauh berbeda, sementara media cetak akan memuat beritanya baru pada keesokan harinya atau bahkan beberapa hari kemudian), dan Running News (merupakan berita yang dilengkapi melalui link berita untuk melengkapi dan mengkonfirmasi berita-berita sebelumnya atau sesudahnya sebagai tuntutan media berita online dalam menyajikan berita yang cepat dan akurat untuk tetap menghadirkan cover both side) (Parhusip, 2014, pp ). Melihat karakteristik dan implikasi media berita online, tugas dan fungsinya tetaplah sebagai penyampai informasi kepada khalayak. Karena itulah, dalam pemberitaan konflik, jurnalis melalui media tempat dirinya bekerja merupakan titik silang paling strategis mengupayakan berakhirnya konflik atau memperpanjang, bahkan memperluas konflik (Syahputra, 2006, p. 65). Pengalaman dan kejelian jurnalis amat menentukan hasil liputan, betapa wartawan bisa saja mengalami conflict of interest saat menyusun berita konflik, karena jelas tidak mudah untuk netral. Tetapi yang jelas, peliputan dan penulisan berita konflik harus dilakukan secara kredibel, ketaatan pada prinsip etika juga perlu disepakati bersama untuk menyisihkan kesemana-menaan sehingga pada gilirannya mampu memberikan jaminan keamanan bagi individu, kelompok dan masyarakat di dalamnya (Prajarto, 2011; Schudson, 1999). Peliputan media khususnya media berita online yang tak berimbang hanyalah memperuncing konflik. Alih-alih media massa dapat menjernihkan permasalahan, media malah menjadi bagian dari masalah itu sendiri. 3. Analisis Framing Entman dan Ideologi Salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia dibalik sebuah perbedaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta serta bagaimana mengetahui realitas yang dibingkai oleh media adalah dengan analisis framing. Esensi utama dari analisis framing ini adalah bagaimana peristiwa dimaknai (ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput), dan bagaimana fakta ditulis (aspek ini

21 21 berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan). Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas. Untuk memaknai apa yang disebut dengan framing, Entman mendefinisikannya sebagai: To frame is to select some aspects of a perceived reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation, and/or treatment recommendation for the item described (Entman, 1993, p. 52). Dalam historisnya konsep framing diinterpretasikan dan dimaknai secara beragam dalam berbagai obyek kajian. Misalnya dalam psikologi, framing dimaknai sebagai skema, sedangkan dalam konteks ilmu informasi, skema merupakan instrumen representasi pengetahuan. Secara sosiologis, Ervin Goffman yang lebih fokus pada obyek kajian komunikasi interpersonal dan komunikasi langsung memaknai framing sebagai pendefinisian tentang situasi yang sedang terjadi dan menjawab pertanyaan What is it that s going on here? Dalam konteks ilmu politik frame dimaknai sebagai bentuk dari sistem kepercayaan seperti diungkap oleh Gerhards/Rucht sebagai berikut: We define a belief system as a configuration of ideas and attitudes in which the elements are bound together by some form of constraint or functional interdependence. Dari rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa pemaknaan frame dalam konteks politik ditempatkan dalam posisi meso konsep yang posisinya terdapat di antara level individual (mikro konsep) dan makro konsep (ideologi dan pandangan hidup). Frame berfungsi menghubungkan antara konsep abstrak berkait dengan ideologi dan level tingkal laku dalam kehidupan keseharian (Wahyuni, 2008, p. 2). Untuk dapat melihat bagaimana makna framing yang didefinisikan oleh para ahli framing secara jelas, tabel berikut akan membantu menjelaskannya (Eriyanto, 2002, pp ).

22 22 Tabel 1.2. Definisi Framing Robert M. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. David E. Snow and Robert Sanford Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa. Zhongdang Pan Gerald M. Kosicki and Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

23 23 Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pemaknaan framing sebagai pendefinisian tentang bentukan realitas oleh media dan hasil konstruksi tersebut dapat dilihat aspek mana yang menonjol dari sebuah berita serta aspek mana yang dikaburkan untuk dikonsumsi oleh publik. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Analisis framing membantu kita untuk melihat bagaimana realitas peristiwa yang sama itu dikemas secara berbeda oleh jurnalis sehingga menghasilkan suatu berita yang secara radikal berbeda. Setiap peristiwa yang terjadi akan dimaknai secara berbeda-beda oleh masing-masing wartawan, sehingga tidak semua peristiwa yang sama akan dianggap bisa menjadi sebuah berita yang akan disampaikan kepada khalayak. Dalam menentukan pemilihan fakta dan peristiwa, wartawan dan kebijakan redaksional juga akan turut serta dalam mempengaruhi hal tersebut. Hasil interaksi kerja antara wartawan dengan sistem redaksional dapat dilihat dari berita yang dihasilkan (Siregar & dkk, 1998, p. 27). Jika dilihat dari perspektif komunikasi, analisis framing mengarah kepada sebuah metode analisis media yang dipakai untuk membedah caracara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Sehingga hasil dari pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa (apakah seorang tokoh, salah satu kelompok tertentu atau golongan). Secara positif istilah ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai-nilai suatu kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Sedangkan secara negatif, ideologi dilihat sebagai kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial (Sobur, 2015, p. 61). Tidak salah bila media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, karena media dipandang sebagai instrumen ideologi melalui kelompok yang menyebarkan pengaruh dan dominasinya kepada kelompok lain. Secara tidak sadar, ideologi kelompok dominan yang mendapatkan tempat dan dimapankan dalam pemberitaan. Dengan cara ini, tindakan, perbuatan atau ucapannya sebetulnya telah dikontrol dengan jalan tertentu

24 24 untuk mendukung gagasan atau tindakan tertentu yang tidak disadari oleh orang (Eriyanto, 2002, pp ). Ideologi didefinisikan sebagai sistem gagasan dan keyakinan mengenai perilaku manusia yang biasanya telah disederhanakan dan dimanipulasi untuk memperoleh dukungan masyarakat untuk tindakan tertentu yang biasanya mengacu kepada aksi sosial (Watson & Hill, 2012, p. 130). Dalam konsep ideologi media dapat membantu menjelaskan mengenai mengapa waktu memilih fakta tertentu lebih ditonjolkan daripada fakta yang lain. Artinya, wartawan dan media bersangkutan begitu erat menghasilkan berita-berita yang sesuai dengan karakter media tertentu dalam mengkonstruksi realitas. Wartawan memiliki sikap, nilai, kepercayaan dan orientasi tertentu dalam politik, agama, ideologi dan semua komponen yang berpengaruh terhadap hasil kerjanya, selain latar pendidikan, jenis kelamin, dan etnisitas. Sementara di internal media berupa kebijakan redaksi media, kepentingan para pengelola media dan relasi media dengan sebuah kekuatan tertentu. Untuk dapat menerapkan analisis framing dalam melihat bagaimana konstruksi yang dilakukan oleh media berita online kompas.com dan suaramerdeka.com dalam membingkai berita konflik pabrik semen, maka salah satu model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model framing yang dikembangkan oleh Robert M. Entman. Secara esensial, framing yang dilihat oleh Entman mengandung dua unsur utama yaitu seleksi dan penonjolan. Penonjolan atau penekanan kata itu sendiri adalah proses-proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak (Entman, 1993, pp ). Dalam konsepsi mengenai framing, Entman membaginya ke dalam empat elemen, yaitu: 1) Define Problems (pendefinisian masalah), 2) Diagnose Causes (pendiagnosisan penyebab), 3) Make Moral Judgements (penilaian moral), dan 4) Suggest Remedies (solusi) (Entman, 1993, p. 52; 2007, p. 164). Penjabaran dari perangkat framing tersebut dijabarkan dalam tabel sebagai berikut (Eriyanto, 2002, pp ):

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan informasi semakin cepat, dan di era informasi seperti sekarang ini banyaknya pemberitaan, informasi yang datang ke masyarakat. Penyebaran informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI

PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI. Oleh : ARIS SAPTAHADI PEMBINGKAIAN BERITA NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) DALAM SITUS BERITA ONLINE KOMPAS.COM DAN DETIK.COM SKRIPSI Oleh : ARIS SAPTAHADI 0543010011 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik merupakan permasalahan sosial yang dihadapi oleh banyak negara. Banyak di antara konflik tersebut sudah mengarah pada disintegrasi dan telah menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan oleh mayoritas media mainstream (arus utama) memberitakannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hari raya Idul Fitri beberapa pekan yang lalu telah terjadi kerusuhan berbau SARA di Papua. Sebagaimana telah diketahui bahwa sekelompok orang membuat kekacauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup serba instan membuat masyarakat kini gemar dengan hal-hal yang serba cepat. Selain aktualitas dan akurasi, masyarakat juga membutuhkan kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan yakni pradigma kontruksionis. Paradigma menurut Bogdan dan Bikien adalah kumpulan longgar dari sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat

Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di. Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat Idham Samawi dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) di Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Analisis Framing Pemberitaan Rubrik Sportmania Harian Kedaulatan Rakyat periode 27 Juli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik antara dua institusi Negara seperti penyerangan Markas Polres oleh TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya sepanjang 10

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN BAB IV KESIMPULAN dan SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh pada level teks dan konteks di masing-masing Koran, peneliti kemudian memperbandingkan temuan-temuan tersebut khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan kepada khalayak, oleh sebab itu media massa mempunyai peran penting dalam mempersuasif masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berita adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) Arlinda Nurul Nugraharini (D2C009105) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Citra yang dibentuk oleh perpustakaan di kalangan masyarakat tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang telah dilakukan oleh perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan internet sebagai perantara untuk memperoleh dan saling bertukar informasi telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak lepas dari media massa. Mulai dari membaca surat kabar, majalah,

BAB I PENDAHULUAN. tidak lepas dari media massa. Mulai dari membaca surat kabar, majalah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, media menjadi sebuah keniscayaan. Setiap hidup manusia selalu tidak lepas dari media massa. Mulai dari membaca surat kabar, majalah, menonton televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang penting, bahkan menjadi primer terutama untuk mengisi kebutuhan pikiran tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki cukup banyak koruptor. Korupsi di Indonesia sudah menjadi suatu budaya atau trend yang menjamur. Trend korupsi tersebut terindikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULLUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULLUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULLUAN 1.1 Latar Belakang Roger Fowler dalam Language in The News (Routledge dalam Anggoro, 2012:106) menyampaikan bahwa news is not simply reported by the media, it is created by the media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini

BAB I PENDAHULUAN. diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, tetapi juga pada aspek sosial, politik, ekonomi-budaya, termasuk media massa.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, tetapi juga pada aspek sosial, politik, ekonomi-budaya, termasuk media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya penggunaan internet berpengaruh secara meluas tidak hanya pada bidang teknologi, tetapi juga pada aspek sosial, politik, ekonomi-budaya, termasuk media massa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita merupakan tugas pokok wartawan, kemudian menyusunnya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi bingkai pemberitaan media massa di Indonesia. Teror bom yang paling terkenal terjadi di Indonesia diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Masyarakat tidak bisa lepas dari informasi untuk menjalani kehidupan sosial mereka. Informasi yang dikonsumsi dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Konstruksi Sosial Konsep framing berdasarkan dari Teori Konstruksi Sosial, itulah sebabnya mengapa teori Kontruksi Sosial ini digunakan dalam penelitian ini. Teori Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang sangat krusial dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat merasa perlu mengetahui apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.  dan  dengan mengamati teks online BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini, objek penelitian dilakukan terhadap dua media yaitu www.tempo.co dan www.suara-islam.com dengan mengamati teks online pemberitaaan RUU

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan kata lain dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan jurnalisme media siber yang kian hari semakin pesat dan kehadirannya yang semakin diminati, membuat media ini semakin popular dan menjadi preferensi utama masyarakat

Lebih terperinci

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam Jurnalisme Online (Studi Deskriptif pada Detikcom) Wulan Widyasari, S.Sos, MA DAMPAK MEDIA BARU? KOMUNIKAS I INTERAKTIF MAKNA JARAK GEOGRAFIS POLA KOMUNIKAS I KECEPATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Engeline merupakan seorang anak perempuan berusia delapan tahun asal Bali. Sosoknya mulai diberitakan di penghujung Mei 2015 ketika dua minggu lebih keberadaannya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci