FORMULA RAGI DALAM PEMBUATAN TAPE DARI UMBI- UMBIAN UNTUK MENGHASILKAN CITA RASA BERKUALITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORMULA RAGI DALAM PEMBUATAN TAPE DARI UMBI- UMBIAN UNTUK MENGHASILKAN CITA RASA BERKUALITAS"

Transkripsi

1 FORMULA RAGI DALAM PEMBUATAN TAPE DARI UMBI- UMBIAN UNTUK MENGHASILKAN CITA RASA BERKUALITAS Luh Masdarini Jurusan PKK, FTK, Undiksha ABSTRACT This study aimed to obtain tape tubers are good quality by optimizing the use of yeast to obtain a tape that has a quality taste. This study uses a quasi-experimental methods in the laboratory because of the limitations to control all the relevant variables, the researchers designed treatments. Instruments of data collection using observation sheets, and the data were analyzed with descriptive techniques.. The results showed: (1) 75% Formula yeast can produce tape purple sweet potato and sweet potato yellow tape that has the taste of good quality, while the tape taro have a quality taste both on the formula yeast 50%, (2) the quality of color, aroma, flavor and texture to the tape purple sweet potato and tape sweet potato yellow on a formula of yeast 75% indicate the category of good, that has a bright color, distinctive aroma tubers, sweet flavor and soft texture. While the quality of color, aroma, and flavor tape taro indicate the category of either the formula yeast 50% that have bright colors, distinctive aroma tubers, sweet taste, only texture is less soft, (3) public response to the tape products purple sweet potato and tape yellow sweet potato generally expressed love, while the tape taro less desirable because they cause itching of the tongue and soft texture is lacking. Key words: Yeast, tape, tubers, test quality ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh tape umbi-umbian yang berkualitas baik dengan cara mengoptimalkan penggunaan ragi untuk memperoleh tape yang memiliki cita rasa berkualitas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu di laboratorium karena keterbatasan untuk mengontrol semua variabel yang relevan, dengan perlakuan yang dirancang peneliti. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan data dianalisis dengan teknik deskriptif.. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Formula ragi 75% dapat menghasilkan tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang memiliki cita rasa berkualitas baik, sedangkan tape talas memiliki cita rasa berkualitas baik pada formula ragi 50%, (2) Kualitas warna, aroma, rasa dan tekstur pada tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning pada formula ragi 75% menunjukkan katagori baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis dan tekstur lembut. Sedangkan kualitas warna, aroma, dan rasa tape talas menunjukkan katagori baik pada formula ragi 50% yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, hanya tekstur kurang lembut, (3) Respon masyarakat terhadap produk tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning secara umum menyatakan suka, sedangkan tape talas kurang disukai karena menimbulkan rasa gatal pada lidah dan teksturnya kurang lembut. Kata kunci: Ragi, tape, umbi-umbian, uji kualitas PENDAHULUAN Diversifikasi pangan merupakan salah satu persyaratan pokok dalam konsumsi pangan yang cukup mutu dan gizinya. Dan usaha menganekaragamkan pangan masyarakat sebenarnya bukan hal baru. Bahan pangan lokal seperti jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian ditinggalkan masyarakat, sebaliknya pangan global seperti mie dan roti semakin banyak digemari. Beberapa faktor yang menjadi penghambat diversifikasi konsumsi pangan adalah karena rasa beras lebih enak dan mudah diolah. Menurut Suhardi (2010: 15), Indonesia adalah negara nomor tiga di dunia yang mempunyai keanekaragaman sumberdaya (megadiversity), karena itu 235

2 adalah wajar kalau Indonesia mempunyai sumber kekayaan yang sangat besar untuk ketahanan pangan, air, energi dan lain-lain. Impor berbagai jenis pangan dari luar negeri seperti beras, gandum, buah-buahan bahkan sayur-sayuran menunjukkan kurang efisiennya pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Menyimak pendapat tersebut, perlu disadari bahwa kekayaan Indonesia akan pangan lokal cenderung semakin punah jika tidak dilestarikan. Selama ini banyak disinggung mengenai urgensi hal tersebut baik lewat pemberitaan di media massa maupun di lingkungan masyarakat kita. Pemerintah maupun masyarakat tentunya juga telah akrab dengan istilah pangan lokal, namun pada kenyataannya tetap belum tampak perubahan yang berarti dalam budaya konsumsi pangan yang seragam di seluruh penjuru negeri. Pemberdayaan bahan pangan lokal ditujukan untuk pengembangan produk pengolahan makanan lokal yang penting dilakukan untuk meningkatkan penampilan dan kualitas agar bisa diterima oleh masyarakat luas. Makanan dikatakan bermutu baik jika mempunyai beberapa kriteria yaitu: 1) memiliki sensoris (rasa, warna, dan tekstur yang baik, 2) bernilai gizi, 3) aman dikonsumsi (Suparno, 1984:45). Sehubungan dengan pengembangan produk atau diversifikasi hasil olahan pangan lokal perlu diperhatikan beberapa usaha, yaitu 1) peningkatan cara penyajian (penampilan) dan mutu baik fisik, gizi, citarasa dan hygiene sanitasi, 2) peningkatan usaha memasyarakatkan dan memperluas cakupan konsumen. Di Indonesia umumnya, dan Bali khususnya tersedia berbagai aneka bahan pangan lokal seperti umbi-umbian. Umbiumbian adalah salah satu jenis keanekaragaman dalam dunia tumbuhtumbuhan yang mempunyai nilai guna. Umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati dan merupakan sumber cita rasa dan aroma (Priyadi dan Silawati, 2004:8). Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan lokal, seperti ubi jalar, suweg dan keladi merupakan salah satu alternative untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.. Di samping itu, jika upaya diversifikasi pangan berhasil, maka secara tidak langsung akan memberikan dampak pada peningkatan pendapatan para petani. (Ariani, 2013:6) Jika pemerintah dan seluruh komponen masyarakat mendukung dan menyukseskan program diversifikasi pangan, maka hal ini akan mendatangkan keuntungan bagi pelakunya, serta membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitarnya, Hal ini tentunya akan memperkuat ketahanan pangan, dan salah satu jenis produknya adalah berupa tape. Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces cerevicae. Jamur ini memiliki kemampuan dalam mengubah karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida. Ragi tape atau yang sering disebut sebagai ragi adalah stater untuk membuat tape. Di dalam ragi ini terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol. METODE Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium (eksperimen) guna memperoleh kadar optimal penggunaan ragi dalam pembuatan tape dari umbi-umbian. Umbiumbian yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada ubi jalar kuning, ubi jalar ungu, dan talas. Uji coba pertama dilakukan dengan penggunaan (formula) ragi 100% pada masing-masing variasi tape yaitu tape ubi jalar kuning, tape ubi jalar ungu, dan tape talas. Jika uji coba dengan penggunaan ragi 100% belum memperoleh hasil sesuai kriteria yang diharapkan maka dilakukan uji coba selanjutnya yaitu uji coba II, dengan penggunaan ragi sesuai kadar (formula) yang tertera pada tabel yaitu 75%. Dalam penelitian ini pelaksanaan uji coba dibatasi sampai uji coba ketiga dengan formula ragi 50%. Jika uji coba dengan formula ragi 50% belum menghasilkan tape yang sesuai 236

3 dengan kriteria yang diharapkan maka dinyatakan umbi-umbian yang dimaksud tidak layak dijadikan tape. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar uji kualitas. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menemukan produk tape dari umbi-umbian sebagai produk pangan yang memiliki cita rasa berkualitas dilihat dari warna, aroma, rasa dan tekstur yang dapat menunjang usaha peningkatan ketahanan pangan. Berdasarkan tujuan tersebut, maka teknik analisis yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu data disajikan dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan keadaan objek yang meliputi pemaparan fakta dan makna yang dibangun secara terintegrasi. Tingkat kualitas tape ditentukan berdasarkan keempat aspek tersebut di atas, serta penilaian uji kualitas tape dari umbi-umbian dilakukan oleh panelis terlatih dibidang boga yang terdiri dari 3 orang peneliti dan 2 orang dosen tata boga di Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Dengan demikian akan diperoleh hasil penelitian berupa resep standar variasi tape dari umbi-umbian. Selanjutnya dilakukan pengemasan produk dan uji selera. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembuatan tape dari umbiumbian (ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, dan talas) dilakukan mengacu pada resep standar tape singkong dengan bahan 1 kg singkong, 4 butir ragi tape halus, 500 ml air panas, dan 7 sendok makan gula pasir. Eksperimen tahap I (pertama) dengan formula ragi 100% (sesuai resep acuan) terdiri dari 3 jenis eksperimen yaitu: pembuatan tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas, eksperimen tahap II (kedua) dengan formula ragi 75% terdiri dari 3 jenis eksperimen yaitu pembuatan tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas, dan eksperimen tahap III (ketiga) dengan formula ragi 50% dilakukan khusus untuk pembuatan tape talas, ini disebabkan karena eksperimen tape talas dengan formula 100% dan 75% belum menunjukkan hasil sesuai kriteria yang diharapkan. Uji kualitas produk melibatkan panelis terlatih dari dosen bidang keahlian Tata Boga Undiksha, dan tim peneliti yang juga dosen bidang keahlian Tata Boga Undiksha. Panelis diminta melakukan uji kualitas terhadap ketiga produk tape yaitu tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas baik pada formulasi ragi 100%, 75%, maupun 50% dengan mengisi lembar observasi yang diberikan. Penilaian kualitas mengacu rubrik penilaian kualitas tape. Uji organoleptik meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Secara rinci hasil uji kualitas ketiga produk tape adalah sebagai berikut: Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian dengan Formula Ragi 100% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbi-umbian (ubi jalar ungu, ubi jalar kuning, dan talas) dengan formula ragi 100% dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian (100%) Panelis Tape Ubi Ungu Tape Ubi Kuning Tape Talas W A R T W A R T W A R T Total Skor Rerata 2, ,8 2,2 2,8 3 2,8 1,2 1,2 2 Catatan: w (warna), A (aroma), R (rasa), T (tekstur) 237

4 Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Ubi Jalar Ungu: Aroma: kurang khas umbi-umbian Tekstur: lembut Gambar 4.1 Tape Ubi Jalar Ungu (Ragi 100%) b. Tape Ubi Kuning: Aroma: kurang khas umbi-umbian Tekstur: lembut Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian dengan Formula Ragi 75% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbi-umbian (ubi jalar ungu, ubi jalar Gambar 4.2 Tape Ubi Jalar Kuning (Ragi 100%) c. Tape Talas: Aroma: tidak khas umbi-umbian Rasa: tidak manis Tekstur: kurang lembut Gambar 4.3 Tape Talas (Ragi 100%) kuning, dan talas) dengan formula ragi 75% dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Uji kualitas Tape Umbi-Umbian (75%) Panelis Tape Ubi Ungu Tape Ubi Kuning Tape Talas W A R T W A R T W A R T Total Skor rerata ,8 3 2, Catatan: w (warna), A (aroma), R (rasa), T (tekstur) Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Ubi Jalar Ungu: Aroma: khas umbi-umbian Tekstur: lembut 238

5 Gambar 4.4 Tape Ubi Jalar Ungu (Ragi 75%) b. Tape Ubi Kuning: Aroma: khas umbi-umbian Tekstur: lembut Gambar 4.5 Tape Ubi Jalar Kuning (Ragi 75%) c. Tape Talas: Aroma: kurang khas umbi-umbian Rasa: kurang manis Tekstur: kurang lembut Gambar 4.6 Tape Talas (Ragi 75%) Berdasarkan hasil uji kualitas ketiga tape tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa warna ketiga produk tape menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki warna cerah. Aroma dari tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki aroma khas umbiumbian hanya tape talas yang aromanya kurang khas umbi-umbian, ini disebabkan karena aromanya yang tajam atau keras. Rasa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki rasa yang manis, hanya tape talas yang memiliki rasa kurang manis. Tektur tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki tekstur lembut, hanya tape talas yang memiliki tekstur kurang lembut sehingga dilakukan eksperimen dengan formula ragi 50% khusus untuk talas. Uji Kualitas Tape Umbi-Umbian (Talas) dengan Formula Ragi 50% Hasil rekapitulasi uji kualitas tape umbiumbian (talas) dengan formula ragi 50% dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Uji kualitas Tape Talas (50%) Panelis Tape Talas Warna Aroma Rasa Tekstur Total Skor Rerata 3 3 2,8 2,2 239

6 Berdasarkan hasil rekapitulasi uji kualitas tape tersebut di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Tape Talas: Aroma: khas umbi-umbian Tekstur: kurang lembut Gambar 4.7 Tape Talas (Ragi 50%) Mengacu pada hasil uji kualitas tape talas (ragi 50%) tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa warna, aroma, dan rasa tape talas sudah menunjukkan cita rasa kualitas yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, dan rasa yang manis namun teksturnya tetap kurang lembut. Berdasarkan hasil uji kualitas pada ketiga produk tape (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) yang telah dilakukan maka dapat dinyatakan bahwa formula ragi 75% dapat menghasilkan tape umbi-umbian yaitu tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang mempunyai cita rasa berkualitas baik. Hal ini ditunjukkan oleh hasil rekapitulasi data uji kualitas tape umbi-umbian pada tabel 4.2. Pada tabel tersebut terlihat semua gradasi kualitas baik warna, aroma, rasa dan tekstur pada tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning menunjukkan gradasi kualitas dengan katagori baik. Sedangkan tape talas mempunyai cita rasa berkualitas baik dengan formula ragi 50%. Hal ini disebabkan karena karakteristik talas memiliki kadar gula yang lebih kecil dibandingkan dengan ubi jalar ungu, dan ubi jalar kuning sehingga dilakukan penambahan pada gula sebanyak 50%. Selain itu karakteristik talas juga berlendir, dengan demikian formula ragi dikurangi menjadi 50% dan memberikan hasil sesuai dengan kriteria yang diharapkan, hanya tekturnya saja tetap tidak sesuai kriteria yang diharapkan yaitu kurang lembut. Setelah dilakukan uji kualitas terhadap ketiga produk tape, tahap berikutnya dilanjutkan dengan melakukan uji selera yang dilakukan pada saat Buleleng Festival tingkat Kabupaten Buleleng, untuk mengetahui tanggapan atau respon masyarakat terhadap ketiga produk tape. Hasil uji selera menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengatakan suka dengan tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning. Masyarakat juga menyatakan bahwa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning memiliki cita rasa yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, dan tekstur yang lembut. Sedangkan tape talas kurang disukai dengan berbagai alasan yaitu tekstur tape talas kurang lembut (keras) dan berlendir, selain itu juga menimbulkan rasa gatal pada lidah. Kualitas Warna Tape Umbi-Umbian Warna yang dihasilkan dari ketiga jenis tape umbi-umbian (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki warna cerah, baik dengan formulasi ragi 100% maupun 75%. Warna yang dihasilkan sebelum dan setelah diproses menjadi tape tidak mengalami perubahan yang berarti. Warna merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera penglihatan. Warna yang diharapkan untuk produk hasil proses pematangan tidak terlalu menyimpang dari warna asli (Kusmawati, dkk, 2000). Kualitas Aroma Tape Umbi-Umbian Aroma yang dihasilkan dari pembuatan tape umbi-umbian (tape ubi jalar ungu, tape ubi jalar kuning, dan tape talas) sangat khas sesuai bahan yang digunakan. Aroma yang khas akan memberikan sensasi yang berbeda ketika menikmatinya. Aroma ketiga jenis tape umbi-umbian lebih kuat/tajam pada formulasi ragi 100% dibandingkan formulasi ragi 75%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak formulasi ragi yang digunakan maka semakin 240

7 kuat/tajam aroma yang dihasilkan. Aroma tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning mempunyai citarasa yang berkualitas baik yaitu aroma khas umbi-umbian dengan formula ragi 75%, sedangkan tape talas mempunyai citarasa aroma yang berkualitas baik dengan formulasi ragi 50%. Aroma merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera penciuman. Aroma dapat diterima apabila bahan yang dihasilkan mempunyai aroma spesifik (Kusmawati, dkk, 2000). Aroma adalah salah satu komponen cita rasa (flavor), aroma merupakan sensasi subyektif yang dihasilkan dengan penciuman (pembauan) dengan bantuan indera pembau. Untuk menghasilkan bau, zat-zat bau harus dapat menguap, sedikit larut dalam air dan sedikit dapat larut dalam lemak. Di dalam industri pangan, pengujian terhadap bau dianggap penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang diterima atau tidaknya produk tersebut. Selain itu, bau dapat dipakai juga sebagai suatu indikator terjadinya kerusakan pada produk misalnya sebagai akibat cara pengemasan atau cara penyimpanan yang kurang baik. Dalam pengujian inderawi bau lebih komplek daripada rasa (Kartika, dalam Ekayani, 2015). Kualitas Tekstur Tape Umbi-Umbian Tekstur yang dihasilkan dari pembuatan tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki tekstur yang lembut, baik dengan formula ragi 100% maupun formula ragi 75%, namun tekstur tape talas menghasilkan citarasa yang kurang lembut baik dengan formula ragi 100%, 75%, maupun 50%. Hal ini disebabkan oleh karakteristik talas yang lebih keras dibandingkan dengan ubi jalar. Tekstur merupakan salah satu parameter dalam pengujian sifat sensori (organoleptik) dengan menggunakan indera perabaan (tangan) yang dinyatakan dalam wujud keras atau lunak. Tekstur bisa diterima bila bahan yang dalam keadaan normal dan tergantung pada spesifik bahan (Kusmawati, dkk, 2000). Kualitas Rasa Tape Umbi-Umbian Rasa yang dihasilkan dari pembuatan tape ubi jalar ungu, dan tape ubi jalar kuning menghasilkan citarasa yang berkualitas baik yaitu memiliki rasa manis, baik dengan formula ragi 100% maupun 75%. Sedangkan tape talas memiliki citarasa yang berkualitas baik (rasa manis) dengan formula ragi 50% serta dilakukan penambahan gula sebanyak 50% dari ukuran semula. Hal ini disebabkan karena kandungan gula pada talas lebih sedikit dibandingkan ubi jalar ungu, dan ubi jalar kuning. Rasa merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam, terhadap indera pengecap, atau panas, dingin, terhadap indera perasa ( Rasa merupakan salah satu dari lima indera utama dan mengacu pada kemampuan untuk mendeteksi rasa senyawa dalam makanan ( Manusia menerima sensasi rasa dari lidah, yang terletak pada bagian ujung, atas, dan belakang mulut. Lima sensasi rasa dasar yakni manis, pahit, asam, asin, dan gurih. PENUTUP Kesimpulan dalam penelitian ini meliputi: 1). Hasil uji kualitas produk tape umbiumbian menunjukkan bahwa formula ragi 75% dapat menghasilkan tape umbi-umbian yaitu tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning yang mempunyai cita rasa berkualitas baik. Sedangkan tape talas mempunyai cita rasa berkualitas baik dengan formula ragi 50%. 2). Tape ubi jalar ungu dengan formulasi ragi 100% memiliki warna yang cerah, aroma kurang khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. Sedangkan dengan formulasi ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. 3). Tape ubi jalar kuning dengan formulasi ragi 100% memiliki warna yang cerah, aroma kurang khas umbi-umbian, 241

8 tekstur lembut, dan rasa manis. Sedangkan dengan formulasi ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur lembut, dan rasa manis. 4). Tape talas dengan formulasi ragi 100% memiliki warna cerah, aroma tidak khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, rasa tidak manis. Formula ragi 75% menghasilkan tape yang memiliki warna cerah, aroma kurang khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, dan rasa kurang manis. Sedangkan dengan formula ragi 50% menghasilkan tape yang berwarna cerah, aroma khas umbi-umbian, tekstur kurang lembut, dan rasa yang manis. 5). Hasil uji selera menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengatakan suka dengan tape ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning. Masyarakat juga menyatakan bahwa tape ubi jalar ungu dan tape ubi jalar kuning memiliki cita rasa yang baik yaitu memiliki warna cerah, aroma khas umbi-umbian, rasa manis, dan tekstur yang lembut. Sedangkan tape talas kurang disukai dengan berbagai alasan yaitu tekstur tape talas kurang lembut (keras) dan berlendir, selain itu menimbulkan rasa gatal pada lidah. Saran 1) Tape talas dengan formulasi ragi 100%, 75%, dan 50% dilihat dari empat aspek yaitu warna, aroma, tekstur, dan rasa, hanya aspek tekstur yang belum memenuhi kriteria yang diharapkan yaitu mempunyai tekstur kurang lembut. Untuk itu disarankan agar dalam proses pematangan talas suhu lebih ditingkatkan dan waktu pemasakan yang lebih lama sehingga dapat menghasilkan tekstur yang lembut. 2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperbaiki mutu produk tape khususnya tape talas dilihat dari aspek tekstur. DAFTAR PUSTAKA Ariani, R.P Optimalisasi Penggunaan Tepung Umbi-Umbian Untuk Substitusi Terigu Dalam Pembuatan Cake: Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Ekayani, I.A.H., Pemberdayaan Bahan Pangan Lokal (Tepung Umbi-Umbian) dalam Pembuatan Short Pastry (PIE). Laporan Penelitian Hibah Bersaing Institusi Universitas Pendidikan Ganesha. Tahun 2015 Kusmawati, Aan, Ujang H, dan Evi E Dasar-Dasar Pengolahan Hasil Pertanian I, Jakarta: Central Grafika Suhardi, Menjadikan Hutan Tropis sebagai Penghasil Pangan, disampaikan dalam Lokakarya Ketahanan Pangan yang Efisien dan Berkelanjutan: Arah Masa Depan untuk Indonesia. Kementrian Pertanian Indonesia & Bank Dunia. IPB International Convention Center Bogor. 3 Agustus diperta.jabarprov.go.id/index.php/s ubmenu/informasi/berita/.../252/pdf.diakses 16 Maret

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI-UMBIAN UNTUK SUBSTITUSI TERIGU DALAM PEMBUATAN FRUIT CAKE

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI-UMBIAN UNTUK SUBSTITUSI TERIGU DALAM PEMBUATAN FRUIT CAKE PEMANFAATAN TEPUNG UMBI-UMBIAN UNTUK SUBSTITUSI TERIGU DALAM PEMBUATAN FRUIT CAKE Risa Panti Ariani 1, I. A.P. Hemy Ekayani 2, Luh Masdarini 3 1,2,3 Jurusan PKK-Tata Boga, FTK, Universitas Pendidikan Ganesha,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI SUBSTITUSI TERIGU UNTUK VARIASI CAKE

PEMANFAATAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI SUBSTITUSI TERIGU UNTUK VARIASI CAKE PEMANFAATAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI SUBSTITUSI TERIGU UNTUK VARIASI CAKE Risa Panti Ariani 1, I.A.P Hemy Ekayani 2, Luh Masdarini 3 1, 2, 3 Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran, Bab 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanbahannya

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS PUTU AYU LAMTIUR ESTER SUKIYAKI

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS PUTU AYU LAMTIUR ESTER SUKIYAKI PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG UBI JALAR UNGU TERHADAP KUALITAS PUTU AYU LAMTIUR ESTER SUKIYAKI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian. I PENDAHULUAN Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan latar belakang tertentu. Dengan maksud dan tujuan yang sudah jelas selanjutnya dikembangkan kerangka pemikiran

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman jenis kaktus yang berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang awalnya dikenal sebagai tanaman

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Tempe Berbahan Baku Biji Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Perlakuan lama waktu fermentasi sangat berpengaruh nyata terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiiring dengan meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia adalah peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tidak seimbang dengan penyediaan pangan

Lebih terperinci

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR DALAM PEMBUATAN BOLU GULUNG SWEET POTATO FLOUR SUBSTITUTION OF ROLL CAKE 2) 1) Anton Ramadhan Ketra 1, Okta Wulandra 2 Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNIVED

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun

Tabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia adalah tepung terigu. Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali ditemukan tempe, makanan yang terbuat dari kedelai dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG SUKUN MENJADI CHIFFON CAKE

PEMANFAATAN TEPUNG SUKUN MENJADI CHIFFON CAKE PEMANFAATAN TEPUNG SUKUN MENJADI CHIFFON CAKE Oleh Ni Made Eviana Sari¹, Ni Wayan Sukerti², Luh Masdarini³ Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, FTK Singaraja, Indonesia Email: { jonibfe@yahoo.com,sukertiyan@yahoo.com},luhmasdarini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. talas memiliki ukuran granula pati yang sangat kecil yaitu 1-4 µm. ukuran

BAB I PENDAHULUAN. talas memiliki ukuran granula pati yang sangat kecil yaitu 1-4 µm. ukuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talas termasuk dalam salah satu jenis umbi-umbian. Talas mudah tumbuh di Indonesia. Pada tahun 2011 melalui pelaksanaan kegiatan dem area pangan alternatif, jumlah produktivitas

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCE 1 (1) (2012) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH KOMPOSIT TEPUNG KIMPUL DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP KUALITAS COOKIES SEMPRIT Prihatiningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

MUTU ORGANOLEPTIK TORTILLA UBI JALAR UNGU

MUTU ORGANOLEPTIK TORTILLA UBI JALAR UNGU MUTU ORGANOLEPTIK TORTILLA UBI JALAR UNGU Fitriani Basrin 1, Asriani dan Gatot Siswohutomo 2 fitrianibasrin@yahoo.co.id 1 (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu limbah yang banyak terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT JAGUNG (Zea mays l), KACANG HIJAU DAN UBI JALAR KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS

PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT JAGUNG (Zea mays l), KACANG HIJAU DAN UBI JALAR KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS PENGARUH TEPUNG KOMPOSIT JAGUNG (Zea mays l), KACANG HIJAU DAN UBI JALAR KUNING TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keberagaman budayanya, terutama dalam bidang makanan yang saat ini telah berkembang pesat. Banyaknya orang-orang yang bersaing

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RAHAYU RETNO W A 420090005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tape merupakan makanan selingan yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia. Pada dasarnya ada dua tipe tape, yaitu tape ketan dan tape singkong. Tape memiliki rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Beras adalah salah satu bagian paling penting di dunia untuk konsumsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan (BBM) Bahan Bakar Minyak untuk keperluan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi terutama BBM (Bahan Bakar Minyak) saat ini sangat merugikan bagi masyarakat. Kenaikan harga BBM tidak hanya dipengaruhi oleh faktor suplai dan deman, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), legum (polong-polongan) dan umbi-umbian.

Lebih terperinci

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi

Natallo Bugar dan Hermansyah, Uji Sensoris Pada Pembuatan Mie Basah Dengan Penambahan Surimi UJI SENSORIS PADA PEMBUATAN MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN SURIMI DAGING IKAN TOMAN (Channa micropeltes) NATALLO BUGAR DAN HERMANSYAH Dosen pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG Di susun Oleh: Nama : Ade Cakhyo G NIM : 11.11.5206 Kelas : S1.TI.08 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Singkong merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA

OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA KAJIAN PROPORSI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG UBI JALAR KUNING SERTA KONSENTRASI GLISERIL MONOSTEARAT (GMS) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MUFFIN SKRIPSI OLEH : GLADYS AMANDA WIJAYA (6103006001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu dekat adalah tepung yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, harus memenuhi kebutuhan akan pangan. 1. mengalami penguraian, sehingga nilai gizi dan kelezatannya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan pangan alami adalah bahan pangan yang berasal dari sumber hayati, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, dan diperuntukkan bagi konsumsi manusia. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam yang melimpah dan salah satunya ditandai dengan banyaknya ketersediaanya pangan lokal asli yang ketersediannya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( )

... TAPE. Yuniar Lidyawati ( ) Anita Novalia ( ) Dyan Fitrisari ( ) ... TAPE Yuniar Lidyawati (0711030030) Anita Novalia (0711030050) Dyan Fitrisari (0711030060) Masih didominasinya nya industri fermentasi di Indonesia oleh kegiatan tradisional Nilai tambah dari produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari. anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagian besar produk makanan jajanan di pasaran yang digemari anak-anak berbahan dasar tepung terigu. Hal ini dapat menyebabkan masalah dari segi ekonomi dan gizi.

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCEJ 2 (1) (2013) Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH PENGGUNAAN KOMPOSIT TEPUNG KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L) TERHADAP KUALITAS COOKIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan,

BAB I PENDAHULUAN. Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan tradisional merupakan wujud budaya yang berciri kedaerahan, spesifik, beraneka macam dan jenis yang mencerminkan potensi alam daerah masing-masing. Makanan tidak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat dan Kegunaan Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang banyak digunakan masyarakat. Buah nangka

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roti tawar merupakan salah satu produk turunan dari terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan, namun tepung terigu yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake beras ketan hitam merupakan salah satu produk bakery dan tergolong sponge cake jika ditinjau dari proses pengolahannya. Cake beras ketan hitam memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan telah banyak dikenal, karena boleh dikatakan semua orang pernah menggunakan ikan sebagai bahan pangan dengan dimasak terlebih dahulu, misalnya sebagai lauk pauk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (7-9 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik yang dibudidayakan maupun yang hidup liar di hutan. Umbi merupakan tanaman yang banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian.

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang menghasilkan banyak bahan pangan sumber karbohidrat, salah satu diantaranya adalah umbiumbian. Menurut Zulaekah (2002),

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu komoditi pangan yang mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan bahan pangan bagi manusia bukan hanya sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi bahan makanan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI NASI DENGAN PENAMBAHAN LABU KUNING DAN JAGUNG MANIS Acceptability test and nutrient compositon of rice with the addition of pumpkin and sweet corn Hadiah Kurnia Putri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR PADA TEPUNG BERAS DALAM PEMBUATAN APEM DAN KUE MANGKOK

SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR PADA TEPUNG BERAS DALAM PEMBUATAN APEM DAN KUE MANGKOK SUBTITUSI TEPUNG UBI JALAR PADA TEPUNG BERAS DALAM PEMBUATAN APEM DAN KUE MANGKOK SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Singkong (Manihot utillisima) merupakan makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman bahan pangan yang melimpah. Bahan pangan memang melimpah namun Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan impor

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

INOVASI PRODUK KUE TRADISIONAL ALI AGREM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR TEPUNG UBI UNGU. Adhita Dwi Septiani, Agus Sudono, Christian H.

INOVASI PRODUK KUE TRADISIONAL ALI AGREM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR TEPUNG UBI UNGU. Adhita Dwi Septiani, Agus Sudono, Christian H. INOVASI PRODUK KUE TRADISIONAL ALI AGREM MENGGUNAKAN BAHAN DASAR TEPUNG UBI UNGU Adhita Dwi Septiani, Agus Sudono, Christian H.Rumayar Program Studi Manajemen Industri Katering Fakultas Pendidikan Ilmu

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG PISANG KEPOK TERHADAP KUALITAS COOKIES. Oleh: NURHAMIDAH RANGKUTI

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG PISANG KEPOK TERHADAP KUALITAS COOKIES. Oleh: NURHAMIDAH RANGKUTI PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG PISANG KEPOK TERHADAP KUALITAS COOKIES Oleh: NURHAMIDAH RANGKUTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA JURUSAN KESEJARTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang potensial sebagai penghasil bahan pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, umbi-umbian, kacangkacangan dapat dijumpai.

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

Pengaruh Ekstrak Rosella Terhadap Kualitas Es Krim Susu Kedelai

Pengaruh Ekstrak Rosella Terhadap Kualitas Es Krim Susu Kedelai 1 Pengaruh Ekstrak Rosella Terhadap Kualitas Es Krim Susu Kedelai Mia Anggelina Putri 1, Anni Faridah 2, Lucy Fridayati 2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT Universitas Negeri Padang Email

Lebih terperinci

UJI KESUKAAN HASI JADI POUND CAKE MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BERAS

UJI KESUKAAN HASI JADI POUND CAKE MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BERAS UJI KESUKAAN HASI JADI POUND CAKE MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BERAS Helenica Liauwandy Jln. Raya Cibarusah, (021) 89677009, helenicaliauwandy@yahoo.com, Dianka Wahyuningtias, SST.Par., MM ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cake merupakan adonan panggang yang dibuat dari empat bahan dasar yaitu tepung terigu, gula, telur dan lemak. Cake banyak digemari masyarakat terutama bagi anak-anak

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang kaya akan hasil sumber daya alam. Salah satu hasilnya adalah umbi-umbian, salah satunya adalah singkong yang mempunyai potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan setiap orang akan makanan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai zat gizi juga berbeda. Umur, Jenis kelamin, macam pekerjaan dan faktorfaktor lain menentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya sudah sangat popular dan digemari sebagai buah segar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman nangka merupakan jenis tanaman yang banyak ditanam di daerah tropis, seperti Indonesia. Tanaman ini cukup dikenal di seluruh dunia. Dalam bahasa Inggris disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roti kini sudah menjadi salah satu makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Bahkan di kalangan remaja dan anak-anak, posisi makanan itu telah mulai menggeser nasi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trend terbaru di dunia pastry dan bakery terus muncul setiap tahun. Hal tersebut mempengaruhi pula trend pastry dan bakery di Indonesia, seiiring dengan perubahan yang

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG Disusun oleh: Ribka Merlyn Santoso 14.I1.0098 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci