BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Madu merupakan cairan yang dihasilkan oleh lebah yang berasal dari nektar bunga yang telah dimetabolisme oleh lebah. Madu dihasilkan lebah bersengat seperti Apis sp dan jenis lebah yang tidak bersengat, Trigona sp. Lebah Trigona sp termasuk ke dalam genus Trigona yang merupakan jenis lebah tidak bersengat yang mampu menghasilkan madu, namun dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk lainnya seperti propolis (Wahyuni et al, 2013; Wijayanti, 2003). Madu Trigona sp dihasilkan oleh lebah Trigona sp dari nektar berbagai macam bunga. Nektar tersebut ditampung dalam perut madu (honey sac) lebah. Setelah nectar terkumpul, lebah akan kembali ke dalam sarang. Nektar dari dalam perut lebah akan dikeluarkan ke dalam sarang melalui proboscis. Lebah mengubah nektar di dalam sarang dengan menambahkan enzim invertase untuk mengurai gula kompleks menjadi sederhana (sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa). Nektar yang telah diubah menjadi madu tersimpan dalam kantung-kantung madu Kantung-kantung madu pada sarang Trigona sp memiliki bentuk yang berbeda dengan Apis sp. Kantung madu pada sarang Trigona sp berbentuk seperti buah anggur berwarna coklat tua. Madu dalam kantung madu selanjutnya diturunkan kadar airnya (Mulu et al., 2004). 1

2 2 Madu Trigona sp memiliki karakteristik yang berbeda dengan madu Apis sp. Madu Trigona sp memiliki rasa yang lebih asam dan tekstur yang lebih encer dibandingkan dengan madu Apis sp. Hal ini dikarenakan lebah Trigona sp lebih banyak mengkonsumsi mineral dibandingkan Apis sp. Jumlah produksi madu Trigona sp lebih sedikit jika dibandingkan dengan madu Apis sp karena Trigona sp lebih banyak menghasilkan propolis yang berfungsi untuk perlindungan terhadap serangan predator. Produksi propolis yang lebih banyak dilakukan karena lebah Trigona sp tidak memiliki sengat untuk pertahanan diri (Wijayanti, 2003). Madu Trigona sp mengandung kadar gula reduksi ±63%, ph yang asam (3-4) serta kadar air ±24% (Bijlsma et al., 2006; Souza et al.,2006), sedangkan madu Apis sp mengandung gula reduksi 79%, ph ± 5 dan kadar air ±17%. Kondisi madu yang berkadar gula tinggi menyebabkan mikrobia sulit untuk hidup pada madu, karena menyebabkan sel mikrobia mengalami lisis, namun beberapa penelitian menunjukkan adanya mikrobia yang mampu hidup pada madu. Penelitian Iurlina & Fritz (2005) menemukan adanya mikrobia berupa bakteri aerobik mesofilik, bakteri basil, bakteri berbentuk coli, kapang dan khamir. Mikrobia tersebut berasal dari nektar dan pollen yang dibawa lebah, kontaminasi dari manusia dan alat-alat yang digunakan untuk panen (Olaitan et al, 2007). Beberapa jenis mikrobia yang hidup pada madu antara lain Saccaromyces spp, Penicillium spp, Aspergillus spp,torulopsis spp (Olaitan

3 et al, 2007; Popa, et al, 2009 ; Munitis et al, 1976) serta bakteri dari golongan Pseudomonas dan Bacillus (Amenu, 2013). 3 Madu secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu obat alternatif untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh mikrobia patogen (Born, et al., 2009). Penelitian terdahulu membuktikan bahwa madu dari lebah tidak bersengat mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia (Ewnetu et al., 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa madu Trigona memiliki daya antimikrobia yang mampu menghambat pertumbuhan mikrobia patogen. Daya antimikrobia madu Trigona sp diduga disebabkan oleh kandungan senyawa kimia alami yang berperan sebagai agen antimikrobia (Kamaruddin, 2002; Pimentel et al., 2013). Selain itu adanya mikrobia yang mampu tumbuh pada madu diduga mampu menghasilkan daya antimikrobia untuk menghambat pertumbuhan mikrobia pathogen, salah satunya bakteri golongan Bacillus (Ewnetu et al., 2013; Lee et al., 2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen senyawa kimia yang karakteristik terkandung dalam madu Trigona sp sebagai agen antimikrobia serta daya antimikrobia yang dihasilkan madu Trigona sp dan isolat bakteri terhadap pertumbuhan mikrobia patogen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian ini memfokuskan pada madu lebah Trigona sp sebagai agen antimikrobia dan pada mikrobia yang mampu hidup pada madu Trigona sp, khususnya bakteri,

4 4 sedangkan Suseno (2009) dan Fatoni et al (2008) memfokuskan pada bagian propolis yang merupakan salah satu produk lain yang dihasilkan lebah Trigona dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu penelitian lain oleh Apriani (2013) dan Ratnayani (2012) menggunakan madu dari lebah bersengat (Apis sp) serta Rio et al., (2012) menggunakan madu Apis sp dari wilayah Sikabu dan Lubuk Minturun. Penelitian yang lain dilakukan oleh Vasquez et al. (2013) menggunakan madu Apis melifera dan Apis dorsata terhadap E.coli dan Salmonella typii. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian adalah: 1. Senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam madu Trigona sp. 2. Seberapa besar populasi mikrobia pada madu Trigona sp dan bagaimana perannya. 3. Bagaimana aktivitas antimikrobia madu Trigona sp dan mikrobia khususnya bakteri pada madu. 4. Bagaimana karakter isolat bakteri madu yang menunjukkan aktivitas antimikrobia pada madu Trigona sp. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis kandungan senyawa kimia yang karakteristik pada madu Trigona sp sebagai obat.

5 5 2. Menghitung jumlah sel mikrobia terkait dengan kualitas madu dan mempelajari peran isolat bakteri yang dominan pada madu 3. Menguji aktivitas antimikrobia madu beserta isolat bakteri madu terhadap mikrobia pathogen. 4. Mengidentifikasi isolat bakteri yang mempunyai daya antimikrobia. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Teoritis 1. Menambah informasi mengenai senyawa kimia madu Trigona sp sebagai antimikrobia alami 2. Menambah sumber rujukan ilmiah terkait dengan daya antimikrobia madu. Manfaat Praktis 1. Meyakinkan masyarakat mengenai pemanfaatan madu Trigona sp sebagai bahan alternatif untuk menyembuhkan penyakit 2. Menambah informasi kajian ilmiah dalam hal pemanfaatan madu Trigona sp sebagai sumber antimikrobia E. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian meliputi bidang mikrobiologi dan entomologi yang difokuskan pada kualitas mikrobiologi dan daya antimikrobia madu lebah Trigona sp.