IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kelompok jamaah produksi yang menjadi fokus penelitian ini terletak di empat kelurahan dalam dua kecamatan di kota Salatiga, yaitu: 1. Kelurahan Kalibening (Dusun Kalibening) merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Kelurahan Kalibening memiliki luas keseluruhan wilayah + 91,18 Ha. Kelurahan Kalibening berbatasan wilayah dengan: Kelurahan Sidorejo Kidul di sebelah utara; Kelurahan Tingkir Lor di sebelah timur; Kelurahan Tingkir Lor di sebelah selatan; dan Kelurahan Ledok di sebelah barat. Kelurahan Kalibening memiliki 9 RT dalam 3 RW. Jumlah keseluruhan penduduk di Kalibening sebanyak jiwa, dengan rincian: laki-laki dan perempuan. 2. Kelurahan Tingkir Lor (Dusun Krajan) merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Kelurahan Tingkir Lor memiliki luas keseluruhan wilayah + 177,3 Ha. Kelurahan Tingkir Lor berbatasan wilayah dengan: Kelurahan Kalibening di sebelah utara; Kelurahan Tingkir Tengah di sebelah timur; Kelurahan Tingkir Tengah di sebelah selatan; dan Kelurahan Tingkir tengah di sebelah barat. Kelurahan Tingkir Lor memiliki 24 RT dalam 8 RW. Jumlah keseluruhan penduduk di Tingkir Lor sebanyak jiwa, dengan rincian: laki-laki dan perempuan. 3. Kelurahan Tingkir Tengah (Dusun Wiroyudan) merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Kelurahan Tingkir Tengah memiliki luas keseluruhan wilayah + 134,5 Ha. Kelurahan Tingkir Tengah berbatasan wilayah dengan: Kelurahan Tingkir Lor di sebelah utara; Desa Tegal Waton di sebelah timur; Desa Bener di sebelah selatan; dan Kelurahan Cebongan di sebelah barat. Kelurahan Tingkir Lor memiliki 32 RT dalam 10 RW. Jumlah keseluruhan penduduk di Tingkir Lor sebanyak jiwa, dengan rincian: laki-laki dan perempuan. 4. Kelurahan Bugel (Dusun Sawo) merupakan salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Kelurahan Bugel memiliki luas keseluruhan wilayah + 260,62 Ha. Kelurahan Tingkir Lor berbatasan wilayah dengan: Kelurahan Pabelan, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang di 19

2 20 sebelah utara; Kelurahan Kauman Kidul di sebelah timur; Kelurahan Salatiga di sebelah selatan; dan Kelurahan Sidorejo Lor di sebelah barat. Kelurahan Bugel memiliki 20 RT dalam 6 RW. Jumlah keseluruhan penduduk di Tingkir Lor sebanyak jiwa, dengan rincian: laki-laki dan perempuan. 4.2 Identitas Singkat Narasumber Narasumber yang berasal dari kelompok jamaah produksi (kader dan anggota kelompok), maupun narasumber pengamat (RT) memiliki peran ganda, artinya di satu sisi ia bisa berperan sebagai partisipan, tetapi di sisi lain ia bisa berperan sebagai key informant. Penentuan peran narasumber sebagai partisipan ataukah sebagai key informant tergantung pada konteks yang sedang diteliti. Untuk memperoleh pemahaman, tabel berikut ini akan membantu menjelaskan identitas singkat masing-masing narasumber. Tabel 4.2 Daftar Narasumber No. Nama Lokasi Status 1 Ariyani Kalibening Kader JP 2 Jaelani Kalibening Anggota JP 3 Sugeng Kalibening Ketua RT 4 Halis Tingkir Lor Kader JP 5 Mukri Tingkir Lor Anggota JP 6 Munir Tingkir Lor Ketua RT 7 Siti Tingkir Tengah Kader JP 8 Nurhadi Tingkir Tengah Anggota JP 9 Parman Tingkir Tengah Ketua RT 10 Andi Bugel Kader JP 11 Mahmudan Bugel Anggota JP 12 Muhwasin Bugel Ketua RT 20

3 Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Kali Bening Jamaah produksi Kalibening awal dibentuk sebagai desa percontohan program jamaah produksi. Jamaah produksi pada Kalibening dikaderi oleh Ibu Ariyani yang beranggotakan 20 orang. Ibu Ariyani dipilih sebagai kader karena sebelum adanya jamaah produksi beliau sudah memiliki kelompok dan dianggap dapat menggerakkan kelompoknya tersebut. Anggota kelompok ini didominasi oleh remaja yang umumnya ikut kelompok ini untuk mencari pendapatan sampingan diluar pendapatan utamanya. Anggota kelompok ini didominasi oleh buruh ataupun karyawan. Kelompok jamaah produksi ini memiliki perkumpulan rutin yang diadakan satu bulan sekali pada minggu terakhir. Agenda perkumpulan rutin kelompok ini membahas mengenai ide baru tentang keberlangsungan jamaah produksi, permasalahan yang terjadi di lapangan, pendapat anggota, dan solusi yang dimiliki oleh anggota. Untuk mencapai kesepakatan akan hasil dari permasalahan yang ada kelompok ini menggunakan metode musyawarah agar diperoleh solusi yang cocok untuk masalah yang ditemukan. Walaupun diadakan perkumpulan rutin namun masih banyak anggota yang kurang partisipatif karena untuk pelaksanaan masih banyak didominasi oleh orang-orang tertentu. Jamaah produksi ini memiliki aktifitas produksi utama yaitu pembudidayaan jamur kuping namun sedang stagnan karena faktor cuaca (kemarau). Cuaca panas (kemarau) menjadi penghambat karena menyebabkan banyak jamur hasil budidaya menjadi terlalu kering sebelum usia optimal untuk pemetikan. Walaupun saat ini posisi usaha budidaya jamur kuping sedang stagnan namun direncanakan untuk dijalankan lagi saat cuaca lebih mendukung untuk melakukan pembudidayaan. Penanaman jamur kuping pada daerah ini (Kalibening) dilakukan di dua tempat yaitu pada tempat Bapak Jaelani dan Bapak Budi. Menurut Bapak Jaelani bentuk usaha yang dilakukan awalnya sudah bagus dan dapat membantu perekonomian, namun untuk pemberdayaan masyarakat dianggap belum maksimal. Diharapkan untuk ke depannya dapat dilakukan 21

4 22 pengawasan ataupun tindakan khusus untuk menarik partisipasi warga dan juga diharapkan adanya bantuan dalam bentuk materi dari pemerintah untuk mengembangkan jamaah produksi pada daerah ini. Selain hal diatas salah satu faktor yang dianggap Bapak Jaelani menyebabkan partisipasi dari masyarakat pasif adalah kondisi usaha yang sulit berkembang karena kurangnya dana. Menurut bapak Sugeng selaku ketua RT 4 aktifitas jamaah produksi terhambat karena cuaca yang tidak mendukung dan memang menjadi faktor utama vakumnya usaha budidaya jamur yang telah dilaksanakan, sehingga menyebabkan berhentinya produksi jamur kuping. Terdapat permasalahan lain yang terjadi pada jamaah produksi Kalibening, yaitu partisipasi masyarakat yang pasif, pembudidayaan jamur yang dilakukan oleh Bapak Budi, Bapak Jaelani dan Ibu Ariyani yang memang berminat dan berniat melakukan budidaya jamur, masyarakat lain sering hanya ikut meramaikan suasana (datang untung bercakapcakap) dan lebih parahnya terdapat masyarakat yang hanya terlibat pada awal usaha pembentukan usaha namun tidak ikut andil setelah usaha budidaya jamur ini berjalan. Bapak Sugeng beranggapan bahwa yang berpeluang paling besar membenahi jamaah produksi ini adalah pemerintah, pemerintah memiliki peran besar guna memfasilitasi warga dalam aspek pengawasan dan pembiayaan Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Tingkir Lor Jamaah produksi Tingkir Lor memfokuskan usahanya ke dalam budidaya lele konsumsi. Budidaya lele dilakukan secara individu, setiap anggota membuat kolam dengan ukuran 1m 2 yang berlokasi disamping rumah tiap anggota, setiap individu akan bertanggung jawab merawat kolam yang telah diberikan kepada masing-masing anggota. Kolam yang diperoleh beserta bibit dan kebutuhan lain (terpal, pakan) diperoleh dari bantuan pemerintah dengan total sebesar Rp ,00. Budidaya lele dipilih sebagai aktifitas utama jamaah produksi Tingkir Lor karena lele memiliki kekebalan dan ketahanan yang lebih kuat terhadap cuaca dan kondisi lingkungan daripada kebanyakan ikan. Budidaya ini sudah dilakukan selama kurang lebih dua tahun. 22

5 23 Budidaya lele dilakukan menggunakan 13,5 kg atau ± 500 bibit untuk setiap kolam. Tingkat bertahan hidup lele pada setiap kolam pun berbeda-beda antara 15% hingga 50%. Hal ini akan dipengaruhi bagaimana kondisi kolam dan perawatan yang diberikan oleh pemilik kolam. Budidaya lele jamaah produksi Tingkir Lor rata-rata dapat memperoleh hasil tiga kali panen walaupun terdapat sekitar 25% anggota mengundurkan diri sebelum memperoleh hasil panen pertama. Waktu yang diperlukan dari awal pembibitan hingga panen paling cepat selama 2,5 bulan dan paling lama bisa mencapai 5 bulan tergantung pada besar lele dan kualitas lele. Untuk pembudidayaan sendiri dilakukan oleh anggota pria, anggota wanita melakukan aktifitas pemasaran dari hasil budidaya. Penjualan lele dilakukan melalui media online, sms, dan jual di tempat. Namun di luar itu ada anggota yang menjual sendiri di luar jamaah produksi Tingkir lor. Lele hasil produksi jamaah produksi Tingkir Lor dijual dengan harga rata-rata Rp ,00/kg. Budidaya lele yang paling berkembang merupakan milik Bapak Munir (ketua RT) yang hingga saat ini sudah berkembang menjadi tujuh kolam. Anggota kelompok jamaah produksi Tingkir Lor hingga tahun 2015 berjumlah 16 orang, angka ini mengalami penurunan dari jumlah awal anggota yang berjumlah 22 anggota. Seperti jamaah produksi lainnya, terdapat permasalahan yang tidak jauh berbeda dan masih seputar terdapatnya anggota pasif. Namun tidak hanya anggota pasif saja tetapi juga menyerahnya anggota saat terjadi kegagalan pertama. Anggota jamaah produksi Tingkir Lor merupakan buruh batu, buruh tani dan ibu-ibu rumah tangga tanpa mata pencaharian utama. Pada jamaah produksi Tingkir Lor tidak ada pengikat yang pasti untuk setiap anggotanya sehingga anggota dapat dengan mudah keluar dari jamaah produksi. Jadwal pertemuan rutin dilakukan tiap minggu walaupun merupakan rapat tidak formal dengan jadwal yang tidak ditentukan terlebih dahulu (fleksibel). Pertemuan akan tetap dilakukan setiap minggu dengan waktu yang menyesuaikan tiap anggota. Pertemuan rutin ini membahas mengenai budidaya lele dari permasalahan yang terjadi, proses budidaya lele hingga pemasaran Lele. 23

6 24 Menurut Ibu Halis selaku kader pada jamaah produksi Tingkir Lor mengatakan bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan oleh kurang sabarnya anggota dalam membudidayakan lele dan minat anggota yang muncul pada saat awal pembudidayaan. Pihak pemerintah belum memberikan pendidikan khusus untuk budidaya lele pada Tingkir Lor. Budidaya lele dipelajari sendiri dan dipraktekkan sendiri tanpa adanya andil pemerintah selain pada faktor pembiayaan. Selain dipelajari sendiri informasi juga pernah diperoleh melalui penyuluhan pertanian Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Tingkir Tengah Jamaah produksi Tingkir Tengah dibentuk dengan tujuan untuk memberi nilai tambah secara materi guna membantu masyarakat meningkatkan perekonomiannya serta memberdayakan masyarakat Tingkir Tengah. Dalam jamaah produksi ini pemerintah berperan sebagai penyokong dana yang ditujukan sebagai modal untuk memulai usaha yang harapannya dapat dikembangkan. Pada awal pembentukan jamaah produksi ini masyarakat antusias untuk menggeluti usaha ini dikarenakan masyarakat melihat dengan tujuan dibentuknya jamaah produksi maka akan memberi dampak positif bagi masyarakat, khususnya secara materi. Jamaah produksi ini berawal dari 20 anggota yang sekarang berkembang menjadi 30 anggota (2015) namun banyak anggota yang pasif bahkan ada yang sengaja tidak ikut. Jamaah produksi Tingkir Tengah dibentuk dengan tujuan yang sama seperti pada kelompok jamaah produksi yang lain dengan cita-cita yaitu, dapat memiliki penghasilan dua kali Upah Minimum Regional (UMR). Pemerintah juga memberikan nominal yang sama sebagai modal awal jamaah produksi Tingkir Tengah yaitu sebesar Rp ,00. Jamaah produksi Tingkir Tengah memfokuskan bentuk usaha peternakan kelinci, usaha peternakan kelinci diawali dengan usulan Ibu Siti yang sebelumnya sudah mulai beternak kelinci secara independen. Peternakan kelinci memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga disetujui oleh masyarakat untuk dipraktekkan. Seiring berjalannya waktu juga karena keterbatasan pengetahuan banyak kelinci yang mati dan ada juga yang menjual kelinci modal sebelum berhasil dikembang 24

7 25 biakkan. Permasalahan tersebut disebabkan karena perawatan yang tidak memadai, kebanyakan anggota beralasan mereka lebih fokus pada pekerjaan utamnya sehingga tidak sempat merawat kelinci secara memadai dan selain itu menurut mereka lebih baik untuk menjual kelinci modal daripada kelinci modal mati. Perkumpulan pada jamaah produksi Tingkir Tengah tidak pernah dilakukan secara rutin. Perkumpulan dilakukan tidak terjadwal dan lebih sering dilakukan saat sedang ada masalah yang ditemukan di lapangan. Pertemuan juga biasanya membahas mengenai perkembangan peternakan kelinci dan permasalahannya serta solusi untuk menangani permasalahan yang ada. Perkumpulan secara non formal menggunakan metode musyawarah untuk mencapai keputusan, namun secara nyata kebanyakan anggota rapat tidak memberikan pendapat dan hanya mengikuti apa pendapat kader sehingga terjadi komunikasi satu arah. Menurut Ibu Siti selaku kader hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat pendidikan anggota yang merupakan lulusan SD ataupun tidak bersekolah sehingga kurang mengerti mengenai materi rapat. Permasalahan di atas berimbas pada sangat pentingnya peran kader pada jamaah produksi. Kader akan berpengaruh penting untuk menjelaskan programprogram yang dimiliki sedetail mungkin dan pendampingan yang harus giat dilakukan. Menurut Ibu Siti selaku kader jamaah produksi Tingkir Tengah perkembangan peternakan kelinci milik ibu Siti ini cukup baik karena pada awal pembentukan hanya memiliki 18 kelinci indukan dan 2 kelinci jantan, namun saat ini kelinci yang dimiliki ibu Siti terhitung sebanyak 150 ekor. Hal ini dianggap cukup membanggakan. Peternakan kelinci milik ibu siti dapat berkembang hampir 10 kali lipat jumlah kelinci awal, namun perkembangan itu tidak terjadi tanpa hambatan. Menurut beliau seharusnya peternakan kelinci binaan jamaah produksi Tingkir Tengah dapat berkembang lebih baik. Permasalahan utama yang dianggap menjadi salah satu faktor kegagalan adalah pasifnya partisipasi masyarakat baik dalam hal pembahasan masalah dan pemecahan masalah yang dihadapi. Selain itu hambatan lain yang tidak kalah merugikan adalah banyaknya kelinci yang mati 25

8 26 karena kurang mengertinya masyarakat mengenai bagaimana cara perawatan kelinci, namun juga tidak sedikit yang tetap berjalan hingga saat ini. Kelinci anakan produk dari jamaah produksi Tigkir Tengah biasanya dihargai antara Rp ,00 Rp ,00. Uniknya kelinci-kelinci produksi dari jamaah produksi Tingkir Tengah selalu dicari dan tidak pernah dilakukan penjualan secara langsung. Selain peternakan kelinci, jamaah produksi Tingkir Tengah juga memanfaatkan limbah kelinci yang tidak lain adalah urin sebagai salah satu produknya. Urin kelinci pada Tingkir Tengah dihargai Rp 1.000,00/liter. Ide pemanfaatan urin kelinci sebagai penambah penghasilan sangat baik namun terkendala dengan personil dan bentroknya pekerjaan ini dengan pekerjaan primer dari tiap individu sehingga tidak dapat berlanjut. Hingga tahun 2015 perkembangan jamaah produksi Tingkir Tengah terhitung berhenti, hanya di tempat Ibu siti yang masih mengusahakan ternak kelinci, itu pun belum dapat mencapai cita-cita yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena belum adanya sistem yang mengatur aktifitas dari jamaah produksi. Perkembangan jamaah produksi Tingkir Tengah dianggap dapat lebih jauh lagi berkembang namun terkendala dengan faktor penghambat lain yang tidak kalah penting yaitu adanya kelompok pemberdayaan lain seperti kelompok pemberdayaan perempuan dan bank sampah sehingga minat dari masyarakat untuk ikut andil dalam jamaah produksi bersaing dengan dua kelompok pemberdayaan diatas. Menurut Bapak Parman tingkat pencapaian jamaah produksi masih dapat dikembangkan lagi. Walaupun jumlah kelinci yang dimiliki bertambah hingga lebih dari 9 kali lipat namun kelinci tersebut milik satu anggota saja dan secara nyata usaha jamaah produksi Tingkir Tengah ini sekitar 95% berhenti. Untuk mengembalikan minat dan partisipasi masyarakat menurut Bapak Parman diperlukan adanya tindakan khusus dan penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya penghasilan sampingan diluar penghasilan utama untuk mensejahterakan individu. 26

9 Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Bugel Pembentukan jamaah produksi Bugel tidak berbeda dengan jamaah produksi di tempat lain, yaitu bertujuan untuk memberdayakan masyarakat guna meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Jamaah produksi Bugel berfokus pada peternakan bebek, selain bebek jamaah produksi Bugel juga memiliki kegiatan lain yaitu usaha catering khusus untuk memberdayakan anggota perempuan. Jamaah produksi Bugel ini sudah berusia sekitar 1,5 tahun dan sudah memperoleh sekali pencairan dana hibah dari pemerintah sebesar Rp ,00. Hal unik yang terjadi pada jamaah produksi Bugel adalah menjadi satunya jamaah produksi Bugel dengan RT setempat sehingga dalam hal rapat, kas, dan kegiatan lebih didominasi oleh RT. Melalui program Jamaah produksi, diharapkan kegiatan yang dilakukan benar-benar cocok dan dapat memberikan hasil yang terus menerus untuk masyarakat. Anggota pada jamaah produksi ini berjumlah 15 orang, permasalahan yang terjadi pun tidak jauh berbeda dari kelompok jamaah produksi yang lain yang masih seputar partisipasi pasif dari anggota. Untuk menjadi anggota jamaah produksi Bugel tidaklah rumit, hanya dibutuhkan keinginan untuk ikut andil sudah dapat menjadi anggota namun belum ada peraturan resmi mengenai keaktifan dan partisipasi anggota, hal inilah yang mungkin menyebabkan partisipasi pasif anggota masih dirasakan. Anggota pada jamaah produksi ini menganggap bahwa pekerjaan utamanya lebih menarik daripada aktifitas usaha kelompok dan hasil dari aktifitas usaha tidak dapat diterima dalam waktu dekat sehingga mengakibatkan adanya partisipasi pasif. Permasalahan partisipasi pasif yang terjadi akhirnya diselesaikan dengan memasrahkan bebek kepada salah satu anggota dan kemudian setelah hasil produksi dapat diperoleh baru dilakukan bagi hasil setelah dilakukan pengurangan akan biaya-biaya yang dibutuhkan. Pertemuan rutin biasanya diadakan sebulan sekali bergiliran pada rumah anggota-anggota RT karena sekaligus ikut di dalam perkumpulan RT. Agenda pembahasan pada pertemuan rutin seputar perkembangan peternakan bebek, kas usaha, dan pesanan catering dan kue. Anggota jamaah produksi Bugel tidak hanya 27

10 28 laki-laki saja namun juga ada anggota perempuan. Untuk anggota perempuan biasanya mewakilkan dirinya kepada suaminya sehingga pertemuan rutin jamaah produksi dapat dilakukan sekaligus pertemuan RT. Hingga saat ini produk yang dihasilkan dari peternakan bebek hanya telur bebek saja, belum dilakukan penjualan produk daging maupun hewan. Dari 50 ekor bebek yang dimiliki dapat menghasilkan butir telur dalam sehari. Telur bebek tersebut kemudian diolah menjadi telur asin yang kemudian dipasarkan. Belum ada bebek yang diremajakan karena keterbatasan modal yang dialami. Tujuan utama pemasaran sebenarnya berada pada supermarket namun karena modal yang belum mencukupi sehingga standar yang dibutuhkan untuk memasarkan produknya ke supermarket belum dapat dipenuhi. Harapan anggota ke depannya produk dapat dipasarkan ke supermarket dengan diberinya tambahan modal untuk diolah kembali demi meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, selain itu anggota juga menginginkan untuk memasarkan produknya ke penjual martabak dan sedang diusahakan. Selain peternakan bebek juga terdapat usaha catering dan produksi kue yang saat ini produksinya dilakukan by order. Selain dua usaha tersebut jamaah produksi ini sedang ingin merintis usaha baru yaitu budidaya belut yang hingga saat ini masih dalam tahap pembahasan. Hasil penjualan produk bebek langsung dimasukkan ke kas RT untuk digunakan membeli pakan bebek dan perawatan bebek. Selain digunakan untuk hal diatas kas juga sering digunakan untuk membiayai keperluan RT, hal inilah yang dianggap sebagian warga menyebabkan tidak dapat berkembangnya peternakan bebek pada jamaah produksi Bugel. 4.4 Analisis Pemberdayaan Pada Jamaah Produksi Fahrudin (nd) mengemukakan bahwa ada delapan prinsip yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Delapan prinsip yang digunakan adalah: 1. Dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. 2. Pemberian tanggung jawab kepada kelompok tersebut. 3. Kepemimpinan kelompok dilakukan oleh anggota kelompok. 4. Pendidik berperan sebagai fasilitator. 5. Proses pembelajaran dilakukan secara demokratis. 28

11 29 6. Kesatuan pemahaman antara kelompok dan pendidik tentang upaya mencapai tujuan. 7. Peningkatan status sosial ekonomi dan kemampuan politik mereka dalam masyarakat. 8. Dampak bagi kemajuan diri dan masyarakat yang mencakup pembelajaran orang lain, dan partisipasinya dalam pembangunan masyarakatnya. Pemberdayaan masyarakat yang terdapat pada objek penelitian jika dilihat dari delapan prinsip yang terdapat pada teori di atas maka pemberdayaan yang dilakukan tidak dapat dikatakan sebagai pemberdayaan yang baik karena masih terdapat prinsip yang tidak. Ringkasan gambaran pemberdayaan masyarakat pada objek penelitian disajikan pada tabel 4.4a. Tabel 4.4a Gambaran Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan Prinsip Pemberdayaan Fahrudin di Empat Lokasi Penelitian Pemberdayaan Yang Prinsip Pemberdayaan Terjadi Keterangan (Fahrudin, nd) Awal Sekarang Kelompok jamaah 1. Dilakukan dalam produksi merupakan kelompok-kelompok kelompok kecil (20- kecil* 30 anggota) 2. Pemberian tanggung jawab kepada kelompok tersebut 3. Kepemimpinan kelompok dilakukan oleh anggota kelompok 4. Pendidik berperan sebagai fasilitator 5. Proses pembelajaran dilakukan secara demokratis 6. Kesatuan pemahaman antara kelompok dan pendidik tidak Kelompok mengatur aktifitasnya sendiri Ketua kelompok diambil dari internal kelompok Kader selaku pendidik berperan sebagai fasilitator Karena adanya partisipasi pasif sehingga menjadi tidak demokratis Sudah satunya pemahaman antara kelompok dan pendidik 29

12 30 Tabel 4.4a Lanjutan Prinsip Pemberdayaan (Fahrudin, nd) 7. Peningkatan status sosial ekonomi dan kemampuan politik 8. Dampak bagi kemajuan diri dan masyarakat Pemberdayaan Yang Terjadi Awal Sekarang tidak tidak Keterangan Tidak terjadi peningkatan di semua kelompok, gagalnya aktifitas Tidak terjadi peningkatan kemajuan diri dan partisipasi pada pembangunan masyarakat. menurut Kumar (2000) kelompok kecil merupakan kelompok yang beranggotakan orang. Pengembangan masyarakat yang dilakukan pada objek penelitian belum mencakup delapan prinsip diatas, terdapat beberapa kelompok yang dari kedelapan prinsip tersebut belum semuanya (ada yang namun hanya untuk sementara waktu dan kemudian tidak muncul kembali). Prinsip yang tidak adalah prinsip kelima, prinsip ke tujuh dan prinsip ke delapan. Prinsip kelima tidak karena menurun dan pasifnya partisipasi masyarakat, hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran tidak dapat tersampaikan secara maksimal dan demokratis, yang secara lanjut akan berimbas pada terhambatnya aktifitas kelompok yang diberdayakan karena pembelajaran tidak dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan semua anggota kelompok khususnya anggota yang memiliki partisipasi pasif, pada kelompok jamaah produksi yang diteliti anggota tidak berpartisipasi secara aktif pada saat pengambilan keputusan sehingga keputusan yang tercapai hanya mencakup kebutuhan dari pihak-pihak yang berpartisipasi aktif. Pada keempat kelompok jamaah produksi terdapat prinsip lain yang tidak, yaitu prinsip ke tujuh. Peningkatan status sosial ekonomi dan kemampuan politik yang terjadi pada empat kelompok tidak berlangsung terus menerus namun semakin berkurang bahkan hingga menghilang (tidak terjadi peningkatan, atau gagalnya aktifitas). Prinsip terakhir yang tidak terpenihi adalah 30

13 31 prinsip ke delapan karena kemajuan dan partisipasi yang ada hanya bersifat semantara. Jamaah produksi dibentuk dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan buruh tani dan petani penggarap termasuk perempuan melalui pengembangan kelompok usaha bersama (jamaah produksi) dengan prinsip keadilan, kelestarian lingkungan dan kesetaraan laki laki dan perempuan. Tujuan utama jamaah produksi (komunikasi pribadi, 2015a) 1 kemudian dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan yang lebih spesifik yaitu : 1. Meningkatnya kesadaran petani laki-laki dan perempuan akan hak-hak buruh tani dan petani penggarap (terutama hak terhadap tanah, sumber produksi dan ekonomi) dan kesadaran pentingnya berorganisasi. 2. Berkembangnya organisasi tani yang solid dan efektif untuk memperjuangkan kepentingan petani dan perempuan. 3. Berkembangnya usaha produksi dan ekonomi (jamaah produksi) bagi buruh tani, petani penggarap dan perempuan melalui berbagai macam usaha produktif dan ekonomi. Penilaian efektifitas pemberdayaan dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemberdayaan dengan tujuan yang ingin dicapai, seperti disajikan pada tabel 4.4b. Tabel 4.4b Efektifitas Pemberdayaan Masyarakat Pada Kelompok Jamaah Produksi Tujuan Pemberdayaan Hasil Pemberdayaan Jamaah Produksi Jamaah Produksi 1. Meningkatnya kesadaran petani akan pentingnya berorganisasi 2. Berkembangnya organisasi tani yang solid dan efektif 3. Berkembangnya usaha produksi dan ekonomi Tiga dari empat kelompok jamaah produksi tujuan pertama kecuali pada jamaah produksi tingkir lor, terjadi penurunan jumlah anggota Tidak terdapat kelompok yang aktifitas usahanya meningkat, dapat dilihat dari jumlah individu yang aktif dalam kegiatan kelompok dan aktifitas yang dilakukan kelompok Tidak terdapat kelompok yang aktifitas usahanya meningkat, dapat dilihat dari jumlah individu yang aktif dalam kegiatan kelompok dan aktifitas yang dilakukan kelompok 1 Maksum, Komunikasi Pribadi, Jamaah Produksi, 27 Agustus

14 32 Pemberdayaan yang telah dilakukan oleh jamaah produksi pada keempat lokasi pada masa-masa awal sudah memenuhi tujuan, namun belum maksimal dikarenakan tidak adanya penekanan mengenai hak terhadap tanah. Tujuan pertama tersebut namun tidak pada semua kelompok karena terdapat kelompok yang jumlah anggotanya semakin berkurang (Tingkir Lor), walaupun juga terdapat kelompok yang memiliki anggota yang bertambah (Tingkir Tengah) ataupun stagnan (Kalibening dan Bugel). Tujuan kedua tidak tercapai pada semua kelompok, karena kelompok yang ada tidak mengalami perkembangan. Dari keempat kelompok yang ada tidak terdapat kelompok yang aktifitas usahanya meningkat, hal ini dapat dilihat dari jumlah individu yang aktif dalam kegiatan kelompok dan aktifitas yang dilakukan kelompok. Tujuan ketiga juga tidak tercapai karena alasan yang sama. Pemberdayaan yang dilakukan oleh jamaah produksi pada kelompok jamaah produksi Tingkir Tengah, Kalibening dan Bugel dapat dikatakan belum efektif karena dengan melihat dari tujuan yang harus dicapai belum ada kelompok jamaah produksi yang dapat mencapai semua tujuan yang ada, namun pada jamaah produksi daerah Tingkir lor dapat dikatakan tidak efektif karena dari ketiga tujuan yang harus dicapa tidak ada yang. 4.5 Dampak Pemberdayaan yang Telah Dilakukan Pemberdayaan yang telah dilakukan oleh jamaah produksi belum dapat dirasakan masyarakat secara riil, namun secara sempit dirasakan oleh beberapa individu tertentu; Pada Kelurahan Kalibening kegiatan didominasi oleh Ibu Ariani (kader), Bapak Budi (anggota) dan Bapak Jaelani (Anggota). Pada Kelurahan Tingkir Lor didominasi oleh Bapak Munir (ketua RT). Pada Kelurahan Tingkir Tengah didominasi oleh Ibu Siti (kader). Pada Kelurahan Bugel didominasi oleh pihak RT. Dampak pemberdayaan yang dilakukan oleh jamaah produksi antara lain adalah: 32

15 33 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat pada bidang ekonomi. Masyarakat dilatih mengenai bentuk usaha tertentu untuk dikembangkan masing-masing. Pelatihan tersebut kemudian dipraktekkan kedalam aktifitas usaha setiap kelompok. 2. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk berorganisasi. Masyarakat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan antara anggota yang kemudian melakukan aktifitasnya secara berkelompok. Kesadaran masyarakat untuk berorganisasi meningkat namun tidak berlangsung secara terus menerus karena pada kelompok yang diteliti mengalami penurunan partisipasi masyarakat dan penurunan jumlah anggota kelompok. 3. Peningkatan perekonomian masyarakat. Perekonomian masyarakat yang tergabung dalam kelompok-kelompok kecil jamaah produksi jika dilihat dari aktifitas jamaah produksi pada awalnya meningkat namun seiring dengan berjalannya waktu peningkatan perekonomian akibat dari pemberdayaan yang dilakukan oleh jamaah produksi tidak dapat dirasakan secara maksimal yang dikarenakan oleh pasifnya masyarakat dan berbagai tindakan masyarakat yang mengakibatkan aktifitas yang seharusnya dilakukan tidak dapat dilakukan seperti penjualan barang modal dan kesalahan penanganan masalah. Peningkatan perekonomian hanya dirasakan oleh individu-individu tertentu yang dapat mengelola aktifitas yang dilakukannya sendiri dengan benar. 4.6 Permasalahan yang Terjadi Pada Jamaah Produksi dan Alternatif Solusinya Pada setiap jamaah produksi yang menjadi objek penelitian terdapat beberapa permasalahan yang sama. Salah satunya adalah minimnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan jamaah produksi khususnya pada aktifitas kelompok dan proses pemecahan masalah. Kramer dan Tjokroamidjojo dalam Rohman (2012) yang membagi partisipasi ke dalam tiga tahapan seperti : 1. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. 33

16 34 2. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. 3. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan Jika dilihat dari tahapan diataas maka terjadinya penurunan partisipasi masyarakat yang terjadi pada keempat objek penelitian terjadi sejak tahapan kedua. Dalam pelaksanaan kegiatan di keempat objek penelitian didominasi oleh individu-individu tertentu, pelaksanaan kegiatan didominasi oleh individu yang benar-benar mengerti tentang kegiatan yang dilakukan dan pada objek penelitian yang diamati yang mendominasi kegiatan adalah kader dari setiap kelompok. Selain didominasinya partisipasi oleh salah satu individu tertentu juga terdapat hilangnya partisipasi (tidak ikut berpartisipasi lagi) yang diakibatkan oleh banyak hal seperti masyarakat menyerah akibat kegagalan pertama, masyarakat merasa kurang mampu, masyarakat merasa adanya kesenjangan akibat lebih suksesnya hasil produksi dari salah satu anggota, dan selain itu masyarakat merasa adanya bidang produksi lain yang lebih menarik dari aktifitas yang sedang dilakukan. Untuk memecahkan masalah partisipasi diatas dapat dilakukan perubahan model partisipasi dari yang partisipasi setiap anggotanya dibagi merata (setiap masyarakat melakukan aktifitas yang sama) menjadi partisipasi setiap masyarakat dikelompokan menjadi lima jenis seperti yang dikatakan oleh Pasaribu dan Simanjuntak (1986), sebgai berikut: a. Partisipasi buah pikiran b. Partisipasi tenaga c. Partisipasi harta benda d. Partisipasi keterampilan dan kemahiran e. Partisipasi sosial Dengan dibaginya bentuk partisipasi yang diberikan maka setiap masyarakat dapat memberikan partisipasi sesuai kemampuannya dan lebih membuka kemungkinan untuk berpartisipasi lebih luas. Selain dua hal di atas, dengan adanya bentuk partisipasi yang dibagi sesuai jenisnya diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat oleh karena masyarakat akan berpartisipasi sesuai kemampuan yang mau mereka berikan. 34

17 35 Partisipasi dibagi dalam lima jenis harus diawasi dan dibentuk sistemnya agar tidak terjadi kesenjangan partisipasi dan anggapan bahwa partisipasi salah satu individu lebih besar daripada yang lain sehingga berhak atas sesuatu yang lebih (iri). Minimnya partisipasi dapat juga diatasi dengan menyerahkan perawatan atas aktifitas yang dilakukan kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan oleh jamaah produksi Kelurahan Bugel, namun hal ini akan menimbulkan biaya baru untuk timbal balik pada pihak ketiga. Partisipasi masyarakat akan terwujud sebagai kegiatan nyata apabila faktor-faktor yang mendukungnya (Slamet, 1994), yaitu: a. Adanya kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. b. Adanya kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut. c. Adanya kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi, bisa berupa pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya. Bila dilihat dari ketiga faktor di atas maka permasalahan berfokus pada dua faktor yaitu kemauan dan kemampuan. Seiring berjalannya waktu kemauan masyarakat semakin berkurang hal ini disebabkan tidak adanya tindakan penumbuhan motivasi secara berlanjut, pada umumnya tindakan penumbuhan motivasi pada objek penelitian dilakukan pada awal pembentukan. Untuk mengatasi permasalahan pada faktor ini maka akan lebih baik jika dilakukan tindakan untuk menjaga motivasi secara berlanjut agar kemauan masyarakat tidak semakin berkurang bahkan hingga hilangnya kemauan masyarakat seperti yang terjadi pada objek penelitian. Masalah lain juga terjadi pada faktor kemampuan masyarakat. Kemampuan masyarakat berbeda-beda bahkan ada beberapa individu yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih besar dikarenakan tingkat penyerapan materi saat proses penumbuhan kemampuan (pemberian pendidikan) berbedabeda, hal ini didukung oleh pendapat Ibu Siti selaku kader jamaah produksi yang 35

18 36 mengatakan bahwa permasalahan timbul karena banyak anggota yang hanya merasakan pendidikan dasar atau tidak bersekolah sehingga terjadi kurangnya timbal balik. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan tingkat pendidikan maka akan lebih baik jika pada pendidikan yang diberikan lebih berfokus pada praktek atau contoh tindakan langsung pada saat pendidikan, hal ini didukung oleh wawancara singkat peneliti kepada masyarakat yang memperoleh tanggapan masyarakat mengenai lebih mudahnya masyarakat memahami pendidikan yang diberikan bila disertai contoh nyata. Permasalahan juga terjadi pada bidang keuangan, permasalahan yang terjadi adalah tidak dibedakannya antara setiap entitas ekonomi yang berbeda. Sohidin (2002), menjelaskan bahwa setiap entitas ekonomi harus dibedakan, bila tidak dilakukannya pembedaan maka akan terjadi masalah pada perhitungan keuangannya baik itu dalam hal biaya maupun modal. Permasalah mengenai entitas ekonomi ini dengan jelas terjadi pada objek penelitian Kelurahan Bugel, akibat tidak adanya pembedaan entitas ekonomi maka terjadinya penggunaan dana salah satu entitas yang bila dilihat lebih lanjut berasal dari entitas lain, hal ini memperlambat pertumbuhan entitas lain tersebut yang tidak lain adalah jamaah produksi Bugel. Untuk memecahkan masalah ini maka harus dipisahkan antara setiap entitas dengan jelas sehingga tidak ada entitas yang dirugikan. Faktor lain selain faktor-faktor di atas juga menjadi penyebab permasalahan yang terjadi pada objek penelitian, salah satu faktor penting terjadinya penyebab permasalahan adalah faktor pengawasan. Pengawasan yang dilakukan pada umumnya hanya diberikan pihak pemerintah pada saat proses pembentukan dan seiring berjalannya waktu menghilang hingga tidak ada sama sekali, selain itu pengawasan lain juga dilakukan oleh pihak internal sendiri. Pengawasan yang tidak dilakukan secara berlanjut akan menyebabkan semakin tingginya kemungkinan untuk terjadinya permasalahan baik itu akibat kelalaian maupun kecurangan. Kecurangan terjadi secara nyata pada beberapa daerah yang dijadikan objek penelitian, kecurangan yang paling mudah dilihat adalah dijualnya aset yang seharusnya menjadi modal jamaah produksi pada daerah tertentu. 36

19 37 Pengawasan yang dilakukan oleh pihak internal akan berakibat secara nyata terhadap kelompok yang diawasi, karena dengan adanya pengawas yang tidak independen maka tindakan yang dilakukan tidak dapat diberikan secara objektif (Arens, 2010). Tindakan dan pendapat pengawas akan banyak dipengaruhi oleh penilaian subjektif pengawas yang dikarenakan pengawas juga memiliki ikatan dengan objek yang diawasi, hal ini didukung oleh pendapat Bapak Munir selaku ketua RT yang mengemukakan bahwa tindakan pengawas di pengaruhi rasa pekewuh terhadap masyarakat sekitar yang tidak lain adalah tetangga. Hal lain yang tidak kalah penting diperhatikan adalah ketersediaan sistem yang memadai untuk mengatur serta mengawasi kegiatan (aktifitas usaha kelompok) yang dilakukan. Menurut Ibu Siti selaku kader jamaah produksi Kelurahan Tingkir Tengah belum adanya sistem yang mengatur kegiatan jamaah produksi mengakibatkan terlalu fleksiblenya kegiatan jamaah produksi serta tidak teraturnya aktifitas jamaah produksi yang mengakibatkan sulitnya dilakukan pengawasan. Adanya sistem akan mempermudah pengaturan aktifitas, manajemen masalah, serta mempermudah pengawasan untuk setiap aktifitas. Adanya sistem harus diikuti dengan dibentuknya faktor pengikat untuk setiap anggota, sehingga anggota tidak dapat keluar masuk kedalam aktifitas kelompok dengan mudah. Permasalahan ini sangat jelas terlihat pada jamaah produksi Tingkir Lor, dengan mudahnya anggota untuk keluar berimbas pada menurunnya jumlah anggota yang berarti terbuang percumanya nominal yang seharusnya digunakan untuk modal aktifitas kelompok. Untuk menghindari permasalahan ini maka sebaiknya dibentuk sistem yang cocok dengan aktifitas kelompok yang dapat memanfaatkan sumberdaya kelompok secara maksimal, serta faktor pengikat yang jelas untuk meminimalisasi terbuangnya nominal modal secara cuma-cuma. 37

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah pengembangan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian yang sempat menjadi isu utama pembangunan bangsa di Era Orde Baru kini menjadi sedikit terpinggirkan sebagai dampak perkembangan teknologi industri. Lahan-lahan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelompok wanita tani yang sering disingkat KWT merupakan salah satu organisasi perempuan yang memiliki latar belakang mata pencarian yang sama. Kelompok ini menyatukan

Lebih terperinci

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN

BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN BAB III KERJASAMA DALAM PENGADAANDAN PENGOPERASIONALAN MESIN DOS DI DESA LEMBAH KECAMATAN DOLOPO KABUPATEN MADIUN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Lembah adalah suatu desa yang

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 71 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 71 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH SEMENTARA PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA NOMOR 96 /Kpts/KPU-Kota /2016 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SALATIGA MOR 96 /Kpts/KPU-Kota-012-329537/2016 TENTANG DAFTAR PEMILIH TETAP PADA PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SALATIGA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Industri kerajinan boneka kain di kecamatan Sukajadi merupakan salah satu usaha kecil yang berkembang dan ditekuni oleh masyarakat Sukagalih di kecamatan Sukajadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci menjabarkan secara rinci situasi dan kondisi poktan sebagai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

Oleh, FANDY NUGROHO

Oleh, FANDY NUGROHO PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM JAMAAH PRODUKSI OLEH SERIKAT PAGUYUBAN PETANI QARYAH THAYYIBAH COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH JAMAAH PRODUKSI PROGRAM BY SERIKAT PAGUYUBAN PETANI QARYAH THAYYIBAH

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 5.68 7.80 11.06 10.04 10.81 12.90 BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 2.1. Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin Salatiga pada tahun 2011 sebesar 7,80% berada di bawah rata-rata capaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG Dalam bagian ini akan disampaikan faktor yang mempengaruhi kapasitas kelompok yang dilihat dari faktor intern yakni: (1) motivasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI STROBERI MELALUI GREENHOUSE DENGAN SISTEM RAK BERUNDAK DI DESA PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI STROBERI MELALUI GREENHOUSE DENGAN SISTEM RAK BERUNDAK DI DESA PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI STROBERI MELALUI GREENHOUSE DENGAN SISTEM RAK BERUNDAK DI DESA PANDANREJO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Nila Restu Wardani, Dwi Fauzia Putra Universitas Kanjuruhan Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah Kecamatan Susukan merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini berada di lereng gunung Merbabu. Kecamatan Susukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI Fatati, Sri Novianti, Adriani dan Jul Andayani Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir Desa Ciaruteun Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 360 ha,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERTAURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO A. Proses Pendampingan Awal mula pendamping datang ke Kampung Wonorejo ini yaitu bermaksud untuk bertemu dengan perangkat Kampung Wonorejo. Pada hari Sabtu

Lebih terperinci

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR LAPORAN AKHIR PKM-M ALTERNATIF MATA PENCAHARIAN BARU UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN BULANAN MELALUI PEMBINAAN PRAKTEK USAHA BUDIDAYA JAMUR PANGAN DI KAMPUNG PARUNG LEUNGSIR BOGOR Disusun oleh: Ketua : Mamun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Potensi UMKM di Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam daerah pengembangan Kabupaten Bogor wilayah Barat, yang mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DESA MADU SARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 78 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG 7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL BAB III PRAKTIK HIBAH SEBAGAI CARA PEMBAGIAN HARTA WARISAN DI DESA SRIWULAN KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL A. Monografi dan Demografi Desa Sriwulan Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal 1. Monografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan

Lebih terperinci

Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995

Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995 DATA DIRI: Nama Lengkap : Yuaniva Isna Arfiani Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat Sekarang : Tegalrejo Rt. 02 Gg. Mawar no. 97A, Tamantirto, Kasihan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pedesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia kurang lebih 60%, melakukan pertanian sebagai mata pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani Kelompok tani adalah kumpulan petani yang terikat secara non formal dan dibentuk atas dasar kesamaan, kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF BERKELANJUTAN MELALUI PEMANFAATAN BUAH MANGROVE Oleh: T.Said Raza i, S.Pi, M.P 1002108203 (Ketua) Ir. Hj. Khodijah,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN 30 BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN A. Gambaran Umum Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 1. Tempat Penelitian a. Letak Geografis

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG A. Profil Desa Krikilan 1. Kondisi Geografis Desa Krikilan di bawah pemerintahan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1992 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SALATIGA DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SEMARANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR 6.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Martabak merupakan salah satu jenis makanan yang

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA

LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA LAMPIRAN 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG (APBD) KOTA SALATIGA PETUNJUK PENGISIAN Untuk menjawab berilah tanda silang (x) pada pilihan yang tersedia dan mohon untuk diberi alasan secara tertulis. Data Informan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG A. Gambaran Umum Desa Jombok Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang Desa Jombok

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan

I PENDAHULUAN. Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Petani merupakan pekerjaan yang telah berlangsung secara turun-temurun bagi kehidupan masyarakat tani di Indonesia, yang sebagian besar dilakukan oleh penduduk yang tinggal

Lebih terperinci