MODUL AJAR PONDASI DANGKAL. (Pondasi Menerus, Pondasi Setempat & Pondasi Rakit/Pelat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL AJAR PONDASI DANGKAL. (Pondasi Menerus, Pondasi Setempat & Pondasi Rakit/Pelat)"

Transkripsi

1 MODUL AJAR PONDASI DANGKAL (Pondasi Menerus, Pondasi Setempat & Pondasi Rakit/Pelat) Modul Ajar ini dibuat sebagai Penunjang Mata Kuliah Konstruksi Bangunan Gedung untuk Program Studi Diploma III Konstruksi Gedung Politeknik Negeri Bandung Disusun Oleh : Yullianty Noorlaelasari, ST., MT NIP : PROGRAM STUDI : KONSTRUKSI GEDUNG JURUSAN : TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2010

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN... 3 I.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal... 3 I.2. Tujuan Penyusunan Modul Ajar... 4 BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL... 5 II.1. Pengertian Pondasi... 5 II.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation)... 7 II.3. Stabilitas Pondasi... 7 II.4. Desain Pondasi... 8 II.5. Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah II.6. Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi II.7. Cara Menghitung Ukuran Pondasi BAB III PONDASI SETEMPAT ( SINGLE FOOTING ) III.1. Pengertian Pondasi Setempat III.2. Bentuk-bentuk Pondasi Setempat III.3. Metoda Konstruksi Pondasi Setempat III.3.1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi III.3.2. Pekerjaan Penulangan III.3.3. Pekerjaan Bekisting III.3.4. Pekerjaan Pengecoran BAB IV PONDASI MENERUS ( CONTINUOUS FOOTING ) IV.1. Pengertian Pondasi Menerus IV.2. Persyaratan Pondasi Menerus IV.3. Pondasi Pasangan Batu Kali IV.4. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali IV.5. Pondasi Batu Bata IV.6. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Bata IV.7. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Pondasi Menerus BAB V PONDASI RAKIT/PELAT (RAFT FONDATION) V.1. Pengertian Pondasi Rakit/Pelat V.2. Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi Rakit/Pelat V.3. Bagian Bagian Pondasi Rakit/Pelat V.4. Kelebihan dan Kurangan Pondasi Rakit V.4.1. Kelebihan Pondasi Rakit V.4.2. Kekurangan Pondasi Rakit

3 V.5. Lokasi Tanah yang Cocok untuk Pondasi Rakit V.6. Keterkaitan Pondasi Rakit dengan Konstruksi yang Digunakan V.7. Tinjauan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Rakit BAB VI BEBERAPA CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL VI.1. Kegagalan Soft Story VI.2. Beberapa Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal DAFTAR PUSTAKA

4 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan Pondasi Dangkal Bangunan ibarat tubuh manusia, agar dapat berdiri dengan tegak dan tidak jatuh, tubuh manusia membutuhkan kerjasama antarelemen, seperti tulang, otot, dan saraf. Begitu juga dengan sebuah bangunan, memiliki elemen-elemen struktur yang saling bekerjasama mutlak diperlukan agar menghasilkan bangunan yang berstruktur kuat, stabil, kokoh, aman untuk ditempati, dan nyaman. Elemen-elemen struktur tersebut terbagi menjadi dua kelas besar, sesuai dengan letak dan tugasnya. Bagian pertama merupakan elemen struktur yang berada di bawah tanah, yang biasa disebut pondasi. Sedangkan bagian yang lain adalah elemen-elemen struktur yang berada di atas tanah. Pondasi merupakan bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan seluruh beban dari bangunan ke dasar tanah yang keras sehingga kuat mengimbangi dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa. Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik. Oleh karena itu dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya. Seperti sebuah pensil kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada pangkal yang tumpul tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam daging. Hal ini berlaku juga pada pondasi, bila dasar pondasi lebarnya tidak memenuhi syarat, maka daya dukung bangunannya hanya kecil dan lebih mudah amblas ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Dengan kata lain makin berat beban bangunan yang harus didukung, makin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan dan makin besar pula dasar pondasinya. Dalam suatu konstruksi terdapat bagian-bagian penunjang bangunan (struktur) yang terdiri dari struktur atas (upper structure) dan struktur bawah (sub structure). Kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan dalam suatu konstruksi bangunan terutama struktur bagian bawah (pondasi) karena menjadi bagian akhir penerima beban yang sangat penting peranannya dalam suatu bangunan. 3

5 Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation ), (Das, 1995). Pondasi dangkal digunakan bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada di posisi yang dangkal dari atas permukaan bumi. Bila lapisan tanah baik atau lapisan batuan berada pada posisi yang dalam maka digunakan pondasi dalam seperti pondasi sumuran atau pondasi tiang. Dalam modul ajar ini akan dibahas secara khusus tentang jenis-jenis Pondasi Dangkal, yaitu : Pondasi Menerus, Pondasi Setempat, Pondasi Plat dan Pondasi Umpak. Sedangkan untuk jenis-jenis Pondasi Dalam akan dibahas secara terpisah pada modul lain. I.2. Tujuan Penyusunan Modul Ajar Beberapa tujuan dari Penyusunan Modul Ajar ini adalah : a. Memberikan informasi mengenai apa yang dimaksud dengan Pondasi Dangkal. b. Memaparkan apa fungsi Pondasi Dangkal. c. Memaparkan apa saja persyaratan yang harus dipenuhi saat merancang Pondasi Dangkal. d. Memberikan informasi mengenai jenis-jenis Pondasi Dangkal. e. Mengetahui metode pelaksanaan masing-masing jenis Pondasi Dangkal. f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis Pondasi Dangkal. g. Mengetahui berbagai permasalahan yang mungkin terjadi pada masing-masing jenis Pondasi Dangkal serta solusi yang harus dilakukan jika permasalahan tersebut terjadi. 4

6 BAB II TINJAUAN UMUM PONDASI DANGKAL II.1. Pengertian Pondasi Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub struktur dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus menstabilkan beban. Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas yang diijinkan. Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut soil investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras dan padat. Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan galian tanah, hal ini dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal +/- 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjaga kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm di dalam permukaan tanah sampai mencapai lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi dibuat secukupnya asal bisa untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik akan berubah sifat maupun kekuatannya. Secara garis besar Kondisi tanah dikelompokkan menjadi 2 tipe : a. Jenis tanah bersifat Stabil b. Jenis tanah bersifat Labil atau tidak stabil Tanah dikatakan stabil apabila tanah tersebut tidak mengalami perubahan dalam musim kemarau maupun musim penghujan. Maksud tidak mengalami perubahan ini adalah tidak terjadinya gerakan-gerakan tanah ke atas, ke bawah dan ke samping. Tanah dikatakan labil atau tidak stabil, bila terjadi perubahan yang sangat besar atau mencolok antara musim panas dan musim penghujan. Apabila ditemukan tanah yang dikategorikan labil, sebaiknya dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi. Sebagai contoh untuk pondasi dangkal, tanah diperbaiki dengan memakai cerucuk bambu atau kayu dan kemudian ditambah lapisan pasir agar lebih stabil. Kestabilan suatu pondasi selain ditentukan di atas, masih ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan antara lain ketebalan lapisan tanah keras serta kondisi lapisan tanah apakah 5

7 merupakan bidang datar atau miring. Untuk jenis pondasi dangkal sangat menguntungkan apabila lapisan tanah kerasnya mencapai ketebalan minimum 2 m dan dalam keadaan datar. Sebaliknya sangat berbahaya bila lapisan tanah merupakan suatu bidang miring yang memungkinkan akan terjadi pergeseran. Daya dukung suatu pondasi salah satunya ditentukan oleh luas penampang pondasi. Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit, dan lebih mudah masuk kedalam daging, sedangkan jika ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi kecil maka daya dukung pondasi akan kecil pula sehingga bangunan lebih mudah ambles. Sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya dukungnya juga besar sehingga bangunan tidak mudah ambles ke dalam tanah. Jadi dapat dikatakan semakin berat bangunan yang didukung, maka semakin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan dan lebar dasar pondasi juga semakin besar. Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus diperhatikan, yaitu secara fungsional mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya dan secara struktural pondasi tidak ambles dan tidak berubah bentuk. Untuk memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam pekerjaan pondasi antara lain : 1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada lapisan tanah yang keras. 2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras, sebagian pada tanah lembek. 3. Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas. 4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu dengan balok pengikat (balok sloof). 5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak. 6. Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang sama. Untuk mengetahui letak/kedalaman tanah keras dan besar tegangan tanah/daya dukung tanah, maka perlu diadakan penyelidikan tanah, yaitu dengan cara : a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah. b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang disebut sondir static penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah (kg/cm 2 ). 6

8 II.2. Definisi Pondasi Dangkal (Shallow Foundation) Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain : 1) Pondasi Setempat ( Single Footing ) 2) Pondasi Menerus ( Continuous Footing ) 3) Pondasi Pelat ( Plate Foundation ) 4) Pondasi Cakar Ayam 5) Pondasi Sarang Laba-laba II.3. Stabilitas Pondasi Stabilitas pondasi ditentukan oleh : 1. Daya dukung pondasi, yang dipengaruhi oleh: a. Macam pondasi: dimensi dan letak pondasi b. Sifat tanah (indeks dan teknis): berat volume ( ), kohesi (c), sudut geser dalam ( ) 2. Penurunan (settlement): a. Penurunan segera (immediately settlement); akibat elastisitas tanah b. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement), akibat keluarnya air pori tanah yang disebabkan oleh adanya pertambahan tegangan akibat beban pondasi Bentuk terjadinya penurunan dibedakan atas: Penurunan seragam (uniform settlement) Penurunan tidak seragam (differential settlement) Q Q St St 1 St 2 a). Penurunan seragam b). Penurunan tak seragam Gambar 2.1. Penurunan Pondasi Dangkal 7

9 II.4. Desain Pondasi Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan/settlement tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam perteimbangan. Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagian pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya. Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya. Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi: Beban horizontal/beban geser, contohnya beban akibat gaya tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding. Beban vertikal/beban tekan dan beban tarik, contohnya: Beban mati, contoh berat sendiri bangunan Beban hidup, contoh beban penghuni, air hujan dan salju Gaya gempa Gaya angkat air Momen Torsi Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban (hidup dan mati) yang berada di atasnya dan gaya gaya dari luar. Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun penurunan pondasi merata melebihi dari batas batas tertentu, yaitu : No. Jenis bangunan Penurunan maksimum 1. Bangunan umum 2.54 cm 2. Bangunan pabrik 3.81 cm 3. Gudang 5.08 cm 4. Pondasi mesin 0.05 cm Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan : A. Faktor tanah Struktur tanah (macam tanah) Kekuatan tanah (σt) Kedalaman ( t ) yang dipilih Letak permukaan air tanah 8

10 B. Faktor beban Jumlah lantai Tinggi bangunan Besarnya/panjang bentang Oleh karena itu, sebelum perencanaan pondasi dilakukan terlebih dahulu perlu mengetahui prilaku tanah baik sifat fisik maupun mekanis tanah. Dimana sifat fisik dan mekanisnya dapat diketahui dengan melakukan penyelidikan tanah yang meliputi penyelidikan dilapangan dan laboratorium, sehingga dari data-data hasil penyelidikan tanah tersebut dapat dipergunakan sebagai dasar dalam merekomendasikan sistem pondasi. Untuk maksud ini diperlukan pengertian yang mendalam mengenai metode pengujian tanah, batasan-batasan atau karakteristik dalam metode pengujian dan bagaimana menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh. Pekerjaan lapangan dalam peyelidikan tanah yang dilaksanakan meliputi pekerjaan Boring (drilling) dan Standart Penetrasi Test (SPT). Suatu jenis pondasi mempunyai karakteristik penggunaan tertentu. oleh karena itu, dalam mendisain pondasi perlu dibuat alternatif yang kemudian dipilih alternatif yang terbaik berdasarkan kriteria secara teknis, kemudahan pelaksanaan, ekonomis, dan dampak lingkungan. Agar dapat hasil yang baik maka perlu mempunyai pengetahuan tentang permasalahan pondasi.pada dasarnya permasalahan pondasi ada 2 yaitu : Umum : stabilitas (daya dukung, geser, dan guling), perbaikan tanah, kelongsoran lereng, dan pengaruh air bersih. Khusus : getaran, daerah lendutan tambang (minyak, air, dsb), ledakan gempa bumi, dll. Pada garis besarnya pondasi dapat dibagi menjadi 2 jenis: a. Pondasi langsung, yaitu apabila pondasi tersebut langsung di atas tanah keras. b. Pondasi tidak langsung, yaitu apabila pondasi tersebut terletak di atas suatu rangkaian yang menghubungkan dengan lapisan tanah keras. Pondasi langsung digunakan apabila tanah keras bagian dalam mencapai kedalaman kurang lebih 1 meter. Ini tidak lain karena daya dukung pada dasar tanah dasar pada umumnya lebih kecil dari daya dukung pasangan badan pondasi. Untuk memperkecil beban per-satuan luas pada tanah dasar, lebar pondasi dibuat lebih lebar dari pada tebal dinding tembok di atasnya dan untuk lebih menghemat, bentuk pondasi dibuat dalam bentuk trapesium. Di samping itu untuk memenuhi persyaratan agar tidak terpengaruh cuaca sebaiknya kedalaman pondasi dari permukaan tanah kurang lebih 80 cm. 9

11 II.5. Pertimbangan Pemilihan Bentuk Pondasi Sesuai Keadaan Tanah Dalam pemilihan bentuk pondasi yang akan digunakan, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain : Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal. Jenis tanah dan daya dukung tanah. Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat. Alat dan tenaga kerja yang tersedia. Keadaan tanah pondasi Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya. Batasan-batasan dari sekelilingnya Waktu dan biaya pekerjaan. Bila keadaan tersebut ikut dipertimbangkan, maka kita dapat memilih jenis-jenis pondasinya, yaitu sebagai berikut : 1. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah 1 meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi pias. 2. Bila tanah pendukung Pondasi terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini pondasinya adalah pondasi telapak. 3. Bila tanah pendukung terletak pada kedalaman sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah, dalam hal ini digunakan pondasi tiang apung (floating pile foundation). Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar 20 meter di bawah permukaan tanah,dalam hal ini tergantung dari penurunan yang di izinkan, dapat di pakai jenis pondasi tiang pancang. II.6. Masalah-masalah Penyebab Terjadinya Penurunan Pondasi Penurunan pondasi harus diperkirakan dengan sangat hati-hati untuk berbagai konstruksi misalnya jembatan, menara, dan khususnya pada bangunan. Penurunan biasanya digolongkan sebagai berikut : a. Penurunan seketika yaitu penurunan yang terjadi pada waktu beban ditetapkan atau dalam suatu jangka waktu sekitar 7 hari biasanya terdapat pada tanah berbutir halus termasuk lanau dan lempung. b. Penurunan konsolidasi yaitu: penurunan yang tergantung waktu dan berlangsung dalam beberapa bulan bahkan tahunan. Adapun masalah penurunan pondasi yang sering terjadi, akibat pengaruh dari: Pengaruh kadar air tanah Keadaan tanah Terjadinya gempa bumi. 10

12 Akibat penurunan atau patahnya pondasi, maka akan terjadi : Kerusakan pada dinding, retak-retak, miring dan lain-lain Lantai pecah, retak, bergelombang Penurunan atap dan bagian-bagian bangunan lain. Dalam menanggulangi penurunan ini, terkadang perbaikan tanah lebih menguntungkan, yakni dengan menambah kerapatan tanah atau mengurangi rongga/pori tanah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memodifikasi tanah, antara lain: a. Pemampatan, b. Pra Pembebanan, c. Pembuatan Drainase, d. Pemadatan dengan Alat penggetar, e. Pengadukan Encer, f. Stabilisasi kimia, g. Geo-Tekstil. II.7. Cara Menghitung Ukuran Pondasi Untuk bangunan tidak bertingkat tidak disyaratkan adanya hitungan konstruksi untuk rangka bangunan dan rangka atapnya tapi untuk pondasinya harus tetap dilakukan hitungan konstruksi untuk menentukan kekuatannya. Hitungan pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan yang paling aman bagi konstruksi bangunan tersebut, artinya beban bangunan yang dipakai harus yang terbesar dan sebaliknya kekuatan daya dukung tanah di bawah pondasi dipakai yang terkecil. Rumus Pondasi (F) = Keterangan: P = Beban bangunan yang didukung oleh pondasi, yaitu: 1. Berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya 2. Berat Atap 3. Berat Plafond 4. Berat Balok Sloof, dan Balok Keliling Atas 5. Berat sendiri Pondasi 6. Berat tanah di atas Pondasi Untuk menghitung berat konstruksi dari bangunan dan bahannya, dapat digunakan Peraturan Muatan Indonesia, NI 18, terdiri dari : 1. Berat pasangan bata dengan perekat 1kp : 1pc : 2ps adalah kg/m3. Bila dipakai perekat 1pc : 2ps : beratnya 2.000kg/m3. Untuk pasangan bata dengan perekat campuran kapur dan semen atau sebagian pakai perekat kapur dan sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai berat rata-rata = kg/m3. Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi tebal pasangan bata yang dipakai adalah: 11

13 15 cm untuk pasangan ½ bata 30 cm untuk pasangan 1 bata Kurang dari ukuran tersebut, Kolom praktis dapat dianggap sebagai berat pasangan bata. 2. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang dipakai berat = kg/m3. 3. Penutup atap dari genteng+usuk+reng = 50 kg/m2, bila termasuk gordingnya dipakai berat = 110 kg/m2. Penutup atap sirap+usuk+reng = 40 kg/m2. Penutup asbes+gording = 50 kg/m2. Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m. 4. Berat plafond eternit+penggantung = 20 kg/m2. 5. Berat pondasi batu kali = kg/m3. 6. Tanah kering udara lembab = kg/m3, tanah basah = kg/m3, berat ini berlaku juga untuk pasir. Berat lantai tidak diperhitungkan sebagai beban pondasi karena langsung didukung oleh tanah di bawahnya. σt = kemampuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk dipakai mendukung beban bangunan di atasnya. Apabila tidak dilakukan penyelidikan tanah untuk mengetahui kekuatannya, maka daya dukung tanah yang boleh dipakai sebesar-besarnya adalah 1 kg/cm2 (= 10 t/m2). Kemampuan daya dukung tanah yang dipakai adalah yang terletak langsung di bawah pondasi. F = ukuran luas dasar pondasi yang direncanakan akan dipakai. Untuk ukuran bagian atas pondasi: ½ bata minimum = 20 cm bata minimum = 30 cm Untuk pondasi menerus hanya ditinjau setiap 1 m panjang pondasi, jadi yang dimaksud F disini adalah = lebar pondasi x 1 m. Misalnya: Beban bangunan setiap m panjang (P) = 5 t/m2 Daya dukung tanah yang diijinkan (σt) = 0,8 kg/m2 (= 8 t/m2). F pondasi = 5/8 = 0,625 Dipakai lebar pondasi b = 0,7 m (selalu dibulatkan keatas). 12

14 BAB III PONDASI SETEMPAT ( SINGLE FOOTING ) III.1. Pengertian Pondasi Setempat Pondasi setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan. Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah : - Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter - Pondasi dibuat hanya di bawah kolom - Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban. Gambar 3.1. Pondasi setempat III.2. Bentuk-bentuk Pondasi Setempat Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain: 1. Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung. 2. Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar. 3. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya. Pondasi kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter. 13

15 Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut: 1. Pasangan bata yg disusun bertangga; 2. Pasangan batu kali; 3. Cor beton tidak bertulang; 4. Batu alam yang dibentuk menjadi lunak. Gambar 3.2. Bentuk-bentuk Pondasi setempat III.3. Metoda Konstruksi Pondasi Setempat Urutan kegiatan pekerjaan pondasi setempat dengan bentuk telapak adalah sebagai berikut : 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan pondasi 3. Pekerjaan bekisting 4. Pengecoran III.3.1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi Tahap-tahap pekerjaan galian tanah pondasi setempat, yaitu : Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman pondasi. Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1 untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi. Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah padat/tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5 kg/cm2 bila tanah dasar 14

16 masih jelek, dengan daya dukung yang kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0.5 kg/cm2. Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa bekerja. Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan. III.3.2. Pekerjaan Penulangan a). Perakitan tulangan Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi lain agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Proses perakitan tulangan adalah sebagai : - Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran pondasi setempat. - Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut. - Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas. b). Pemasangan Tulangan Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman pondasi ini juga tidak terlalu dalam. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan adalah: - Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass. - Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat. - Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan pengecoran. 15

17 III.3.3. Pekerjaan Bekisting Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak beton yang akan di cor di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap pekerjaan bekisting, yaitu : - Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi). - Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu. - Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor. - Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass. - Papan cetakan tidak boleh bocor - Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit - Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak. III.3.4. Pekerjaan Pengecoran Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah : semen, pasir, kerikil/split serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah. Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat, yaitu: - Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan. - Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm. - Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran. - Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya. 16

18 - Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya - Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi. - Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan. Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom. 17

19 BAB IV PONDASI MENERUS ( CONTINUOUS FOOTING ) IV.1. Pengertian Pondasi Menerus Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah jenis pondasi yang banyak dipakai untuk bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang, jenis pondasi ini mempunyai ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama. Oleh karena itu untuk memasang pondasi menerus lebih dahulu harus dibuatkan galian tanahnya dengan kedalaman yang sama, yang kemudian dipasang profil profil untuk memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang direncanakan. Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan batu bata dengan lebar dasar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa, pondasi sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus. Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug dengan pasir. Ciri-ciri Pondasi menerus adalah : - Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama - Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom - Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat; - Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat. 18

20 Gambar 4.1. Pondasi menerus IV.2. Persyaratan Pondasi Menerus Pondasi menerus memiliki persyaratan sebagai berikut : a. Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm. b. Penampang melintang pondasi harus simetris. Gambar 4.2. Penampang Melintang Pondasi Batu Kali c. Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah lunak. Gambar 4.3. Pondasi Menerus yang Diletakkan pada Sebagian Tanah Keras dan Sebagian Tanah Lunak 19

21 d. Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah bangunan. Gambar 4.4. DenahPondasi Menerus e. Pondasi dibuat menerus pada kedalaman yang sama, pondasi bertangga. Gambar 4.5. Pondasi bertangga yang tidak diperkenankan f. Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batu kali maka perlu dipasang pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut. Gambar 4.6. Pondasi Menerus yang Dipasang Mengelilingi Bangunan Tanpa Terputus 20

22 IV.3. Pondasi Pasangan Batu Kali Pondasi merupakan elemen bangunan yang sangat penting, karena digunakan sebagai landasan dari bangunan di atasnya, dan menjamin mantapnya kedudukan bangunan. Pondasi tidak boleh sama sekali mengalami perubahan kedudukan atau bergerak, dalam arti bergerak secara mendatar ataupun tegak Pondasi yang bahanya dari batu kali sangat cocok, karena bila batu kali ditanam dalam tanah kualitasnya tidak berubah. Pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapezium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak seseuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapezium tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar cm. Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam pemasangannya, dan juga tidak terlalu berta dalam pengangkatannya, sehingga bentuk pasangan menjadi rapih dan kokoh. Pada dasar konstruksi pondasi batu kali diawalai dengan lapisan setebal 5 10 cm guna meratakan tanah dasar, kemudian dipasangan batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong) dan rongga rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. susunan batu kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi. Agar pasangan bahan pondasi tidak mudah rusak atau basah akibat air tanah, maka bidang pada badan pondasi diplester kasar (beraben) setebal kurang lebih 1,5 cm dengan adukan seperti spesi yang dipakai pada pasangan. Bila pada lapisan dasar tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering maka tidak diperlukan pasangan batu kosong tetapi cukup dengan lapisan pasir sebagai dasar dengan ketebalan kurang lebih 10 cm yang sudah dipadatkan. Lapisan ini dapat berfungsi sebagi alat pengaliran atau pengeringan (drainase). 21

23 Gambar 4.7. Jenis Pondasi Batu Kali 22

24 IV.4. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali MULAI PEKERJAAN PERSIAPAN PEKERJAAN PEMBERSIHAN PEKERJAAN PENGUKURAN PEKERJAAN BOWPLANK PEKERJAAN PENGGALIAN PERBAIKI TIDAK CEK?? - ELEVASI - DIMENSI YA PEKERJAAN URUGAN PASIR PEKERJAAN AANSTAMPING PEKERJAAN PONDASI BATU KALI PERBAIKI TIDAK CEK?? - ELEVASI - DIMENSI YA PEKERJAAN SLOOF PEKERJAAN URUGAN TANAH SELESAI Gambar 4.8. Diagram Alir Pekerjaan Pondasi Batu Kali 23

25 a. Pekerjaan persiapan Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengerjakan pekerjaan pondasi batu kali yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja yang dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut. Tabel 4.1. Persiapan Alat, Bahan dan Tenaga Kerja Alat Bahan Tenaga Kerja - Cangkul - Meteran - Waterpas selang - Alat bantu pertukangan - Batu kali - Pasir - Semen - Air - Tukang gali - Pekerja terampil - Pekerja setengah terampil - Mandor b. Pekerjaan pembersihan, pengukuran dan pemasangan bowplank Pekerjaan berikutnya adalah pembersihan lahan, ini dilakukan untuk membersihkan tempat kerja dari sampah sampah, pohon, rumput dan akar akar tanaman untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya. Setelah proses pembersihan selesai maka dilakukan pekerjaan pengukuran as as bangunan yang sesuai dengan gambar kerja untuk proses pengukuran bisa langsung dikerjakan pemasangan papan duga (bowplank) sebagai acuan pengalian tanah. c. Pekerjaan galian tanah Setelah proses pengukuran dan pemasangan papan duga sebagai acuan pengalian tanah selesai. Maka tahap berikutnya adalah penggalian tanah untuk pondasi menerus batu kali, pada proses galian ini perlu diperhatikan dimensi dan elevasi galian agar sesuai dengan rencana. Untuk pondasi batu kali diusahakan agar kedalaman galian lebih dari 50 cm, ini dikarenakan untuk menghindari kemungkinan pondasi masih berada pada tanah humus, serta untuk melindungi pondasi dari faktor cuaca. Pada umumnya kedalaman galian pondasi menerus batu kali adalah 1 1,5 m dari permukaan elevasi lantai. d. Pekerjaan pondasi batu kali Apabila kedalaman galian telah sesuai dengan rencana, maka tahap berikutnya adalah pekerjaaan pembuatan pondasi batu kali. Pertama tama pada dasar konstruksi pondasi diberi pasir padat setebal 5 10 cm, yang bertujuan untuk meratakan tanah bagian dasar galian. Kemudian dipasangan batu dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong) dengan tinggi pada umumnya cm, dan rongga rongganya diisi pasir secara penuh dan disiram air serta di tumbuk sampai padat dan rata, sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. susunan batu kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat disekitar pondasi. 24

26 Setelah pemberian pasir padat dan aanstamping selesai, proses selanjutnya pembuatan pondasi batu kali. Dan pada umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapezium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak seseuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar bagian bawah trapezium tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar cm. Pasangan batu kali diusahakan tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat/ spesi diantaranya hingga rapat. Celah celah yang besar antara batu diisi dengan batu kecil yang cocok padatnya, dan pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan anker besi untuk sloof dan kolom, ini dilakukan untuk mengikat sloof dan kolom pada pondasi sehingga menjadi satu kesatuan. Kedalaman anker minimal 30 cm dan harus dicor dan panjang besi yang muncul diatasnya minimal 75 cm. Sloof diberikan pada atas pondasi, tujuannya untuk mengikat bangunan dan mendistribusikan beban bangunan dari atasnya kepada pondasi sehingga diharapkan tidak terjadi penurunan yang tidak bersamaan. Pada umumnya sloof dibuat dari beton bertulang cor dengan ukuran 15 cm x 20 cm dan di anker pada pondasi. Setelah pekerjaan pembuatan sloof selesai maka dilakukan pengurugan tanah pada samping samping pondasi bekas galian, dengan tujuan untuk melindungi pondasi dari faktor cuaca dan dapat pula memberikan daya dukung tanah yang cukup untuk menahan beban bangunan di atasnya. IV.5. Pondasi Batu Bata Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan bertangga yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap tiap tangga terdiri dari 3 4 lapis. Apabila tiap tiap ujung tangga dihubungkan akan merupakan trapezium yang tetap memenuhi syarat pondasi. Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan ikatan bata, tiap tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/ spesi. Untuk tanah yang tidak mengandung air spesi ini, dibuat dari : - 1 Kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir, atau - 1 Lapur : 1 Semen merah : 2 Pasir Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran : - 1 PC : 4 Pasir atau 1 PC : 5 Tras - 1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir Sebagai lantai kerja dibuat dari lapisan pasir yang dipadatkan setelah 10 cm, lapisan ini berfungsi pula sebagai lapisan perbaikan tanah dasar. 25

27 Pondasi ini dapat dibuat dilahan yang mempunyai kondisi tanah dengan tanah keras yang tidak dalam. Biasanya bangunan yang menggunakan pondasi batu bata, bangunannya hanya berlantai satu, dikarenakan pondasi batu bata tidak kuat menahan beban apabila bangunannya berlantai banyak. Gambar 4.9. Jenis Pondasi Batu Bata 26

28 IV.5. Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Bata MULAI PEKERJAAN PERSIAPAN PEKERJAAN PEMBERSIHAN PEKERJAAN PENGUKURAN PEKERJAAN BOWPLANK PEKERJAAN PENGGALIAN PERBAIKI TIDAK CEK?? - ELEVASI - DIMENSI YA PEKERJAAN URUGAN PASIR PEKERJAAN PONDASI BATU BATA PERBAIKI TIDAK CEK?? - ELEVASI - DIMENSI YA PEKERJAAN SLOOF PEKERJAAN URUGAN TANAH SELESAI Gambar Diagram Alir Pekerjaan Pondasi Batu Bata 27

29 a. Pekerjaan persiapan Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengerjakan pekerjaan pondasi batu kali yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja yang dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut. Tabel 4.2. Persiapan alat, bahan dan tenaga kerja Alat Bahan Tenaga Kerja - Cangkul - Meteran - Waterpas selang - Alat bantu pertukangan - Batu bata - Pasir - Semen - Air - Tukang gali - Pekerja terampil - Pekerja setengah terampil - Mandor b. Pekerjaan pembersihan, pengukuran dan pemasangan bowplank Pekerjaan berikutnya adalah pembersihan lahan, ini dilakukan untuk membersihkan tempat kerja dari sampah sampah, pohon, rumput dan akar akar tanaman untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya. Setelah proses pembersihan selesai maka dilakukan pekerjaan pengukuran as as bangunan yang sesuai dengan gambar kerja untuk proses pengukuran bisa langsung dikerjakan pemasangan papan duga (bowplank) sebagai acuan pengalian tanah. c. Pekerjaan galian tanah Setelah proses pengukuran dan pemasangan papan duga sebagai acuan pengalian tanah selesai. Maka tahap berikutnya adalah penggalian tanah untuk pondasi menerus batu bata, pada proses galian ini perlu diperhatikan dimensi dan elevasi galian agar sesuai dengan rencana. Untuk pondasi batu bata diusahakan agar kedalaman galian lebih dari 50 cm, ini dikarenakan untuk menghindari kemungkinan pondasi masih berada pada tanah humus, serta untuk melindungi pondasi dari faktor cuaca. Pada umumnya kedalaman galian pondasi menerus batu bata adalah cm dari permukaan elevasi lantai. d. Pekerjaan pondasi batu bata Apabila kedalaman galian telah sesuai dengan rencana, maka tahap berikutnya adalah pekerjaaan pembuatan pondasi batu bata. Pertama tama pada dasar konstruksi pondasi diberi pasir padat setebal 10 cm, yang bertujuan untuk meratakan tanah bagian dasar galian. Setelah pemberian pasir padat selesai, proses selanjutnya pembuatan pondasi batu bata. Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan bertangga yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap tiap tangga terdiri dari 3 4 lapis. Apabila tiap tiap ujung tangga dihubungkan akan merupakan trapezium yang tetap memenuhi syarat pondasi. 28

30 Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan ikatan bata, tiap tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/ spesi. Untuk tanah yang tidak mengandung air spesi ini, dibuat dari : - 1 Kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir, atau - 1 Lapur : 1 Semen merah : 2 Pasir Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran : - 1 PC : 4 Pasir atau 1 PC : 5 Tras - 1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir Ada beberapa tipe pembuatan pondasi batu bata, yaitu : a. Untuk bangunan dengan dinding ½ bata Pada tipe bangunan seperti ini maka bisa dilakukan pondasi batu bata dengan lebar atas 25 cm dan lebar bawah kurang lebih 45 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Detail pondasi batu bata untuk dinding ½ bata seperti pada Gambar berikut. Gambar Detail Pondasi Batu Bata untuk Dinding ½ Bata 29

31 b. Untuk bangunan dengan dinding 1 bata Pada tipe bangunan seperti ini maka bisa dilakukan pondasi batu bata dengan lebar atas 45 cm dan lebar bawah kurang lebih 77 cm. Dibuat selebar 45 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya. Detail pondasi batu bata untuk dinding 1 bata seperti pada Gambar berikut. Gambar Detail pondasi batu bata untuk dinding 1 bata IV.6. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Pondasi Menerus Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam menggunakan pondasi menerus untuk bangunan rumah, diantarnya : Keuntungan : - Jika terjadi penurunan maka kemungkinan besar terjadi secara bersamaan dikarenakan beban bangunan tersalur merata ke tanah dengan pondasi menerus - Bahan atau material konstruksi pondasi yang realif mudah didapat seperti batu kali atau batu bata Kerugian : - Biaya konstruksi yang relatif lebih besar, dikarenakan dengan volume pondasi yang cukup besar dengan pembuatan pondasi tanpa terputus diperlukan biaya (cost) yang lebih banyak untuk membeli material dan ongkos pekerja. - Jika menggunakan batu bata dapat terjadi kemungkinan bata tersebut poros dan tidak kuat menahan beban, sehingga kemungkinan kerusakan pondasi bisa terjadi. 30

32 BAB V PONDASI RAKIT/PELAT (RAFT FONDATION) V.1. Pengertian Pondasi Rakit/Pelat Pondasi rakit adalah sebuah pelat beton besar yang digunakan untuk menghubungkan permukaan (interface) antara satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis (jalur) dengan tanah dasar. Secara umum pelat pondasi rakit dapat dianalisis dengan dua anggapan. Pertama pelat pondasi rakit dianggap merupakan struktur yang fleksibel, berarti pelat pondasi akan mengalami deformasi yang tidak sama akibat beban yang bekerja. Kedua, pelat pondasi rakit dianggap merupakan struktur yang kaku yang berarti pelat dianggap mengalami deformasi yang sama akibat beban yang bekerja. Pondasi ini dapat menopang gedung bertingkat banyak, tendon air minyak, mesin, peralatan industri, dan bangunan berat lainnya. Terutama memiliki luasan besar. Jenis jenis pondasi rakitan lazim : Pelat rata Pelat yang telapak ada di bawah kolom Balok dan pelat Pelat dengan kaki tiang Dinding ruang bangunan bawah tanah sebagai bagian pondasi telapak V.2. Pertimbangan Pemilihan Jenis Pondasi Rakit/Pelat Pertimbangan penggunaan/pemilihan jenis Pondasi rakit/pelat, antara lain jika : Kekokohan landasan tidak memenuhi kebutuhan, atau beban bangunan besar sehingga pondasi lajur menjadi lebar menjadi seluas gedung. Struktur bangunan rangka dengan jarak tiang dengan beban yang tinggi dan jaraknya < 8 m Beban bangunan yang besar sudah dibagi seragam pada seluruh luas bangunan oleh struktur bangunan masif Wilayah bangunan yang sering banjir dan pondasi pelat beton bertulang dilengkapi dinding kaki beton bertulang yang sekaligus kedap air sehingga menghindari naiknya air dari bawah. Perhitungan dilakukan seperti perhitungan pelat lantai yang terbalik tekanan tanah = beban berguna dari bawah dan kolom dengan beban bangunan = reaksi tumpuan dari atas ke bawah pada gedung dengan pondasi pelat beton bertulang berada di bawah permukaan air tanah perlu diperhatikan gaya apungnya. 31

33 V.3. Bagian Bagian Pondasi Rakit/Pelat Gambar 5.1. Pondasi Rakit Kayu Gambar 5.2. Pondasi Rakit Beton (Pondasi Pelat) V.4. Kelebihan dan Kurangan Pondasi Rakit V.4.1. Kelebihan Pondasi Rakit Pondasi rakit sangat bagus digunakan pada tanah yang banyak mengandung air misalnya seperti tanah rawa. Apabila terjadi banjir pondasi ini sedikit terakat, tetapi tidak mengalami pergeseran dan apabila banjir telah surut pondasi tersebut kembali ke posisinya semula. Struktur pada pondasi rakit mengalami deformasi yang tidak sama akibat beban yang bekerja, sehingga pondasi ini termasuk struktur yang fleksibel. 32

34 Pondasi ini cocok digunakan pada bangunan yang memiliku luasan yang luas. Biaya pembuatan pondasi ini lebih murah dari pembuatan pondasi batu kali Penurunan pada pondasi rakit bersamaaan V.4.2. Kekurangan Pondasi Rakit Apabila tidak menggunakan grand anchor pondasi tersebut akan terangkat dan menyebabkan bangunan pondasi bergerak. Pondasi ini kurang bagus dibangun pada tanah jenis keras Kurang efektif apabila digunakan di kedalaman > 6 m V.5. Lokasi Tanah yang Cocok untuk Pondasi Rakit Pondasi rakit atau pelat digunakan pada lapisan tanah lunak yang daya dukungnya kecil atau jika beban bangunan pada kolom bangunan cukup besar, maka bila digunakan pondasi telapak terpisah untuk setiap kolom bangunan, jumlah luas dari pondasi itu lebih besar dari setengah luas bangunan sehingga akan lebih praktis untuk menggunakan pondasi plat menyeluruh seluas bangunan. Pada lapisan tanah yang tidak homogen atau jika terdapat lensa tanah lunak pada lapisan tanah yang agak padat. Sehingga bila menggunakan kaki pondasi terpisah sendiri maka mungkin ada pondasi yang berdiri di atas bagian tanah yang lemah dan dapat menimbulkan penurunan setempat yang lebih besar dan akan mengakibatkan terjadi penurunan yang tidak merata pada bangunan. Perhitungan pondasi rakit atau pelat sama dengan perhitungan plat atap bangunan, hanya dibalik dengan menganggap tumpuan di atas sedang dari bawah ada beban merata atau desakan tanah pada plat pondasi. Jika beban kolom bangunan tidak besar, maka pelat pondasi dapat dibuat sama tebal pada seluruh luas bangunan. Tetapi bila beban kolom bangunan cukup besar maka pada tempat tempat dibawah kolom pelat pondasi harus dipertebal, penambahan tebal pelat pondasi dapat ke atas maupun ke bawah. Pondasi pelat penuh dari beton bertulang dibuat seluas ukuran gedung yang direncanakan, akan tetapi dapat juga diberi lubang di tengah ruang masing masing. Berbeda dengan pondasi setempat atau pondasi lajur, pondasi pelat beton bertulang membagi beban bangunan secara merata ke tanah V.6. Keterkaitan Pondasi Rakit dengan Konstruksi yang Digunakan Pondasi pelat lebih baik digunakan pada bangunan dengan dimensi luas, jenis tanah yang banyak mengandung air. Hal hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pondasi rakit, antara lain : Jenis tanah Beban bangunan Luasan bangunan 33

35 Kondisi proyek Muka air tanah Berikut ini diperlihatkan beberapa gambar kondisi di lapangan pada saat pemasangan pondasi rakit. Gambar 5.3. Lokasi Pemasangan Pondasi Rakit Gambar 5.4. Pemasangan Standing Support Gambar 5.5. Pemasangan Tulangan Bagian Atas 34

36 Gambar 5.6 Siap Pengecoran V.7. Tinjauan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Rakit Pekerjaan Raft fondation memiliki beberapa tahapan pekerjaan terdiri dari : a. Pekerjaan persiapan b. Pekerjaan lantai kerja dan bekisting permanent yang terbuat dari batako c. Pekerjaan GA vertical d. Pekerjaan Tulangan e. Pekerjaan chemical anchor dan water stop f. Pekerjaan bekisting ( pemasangan stop cor ) g. Pengecoran f c = 30 MPa dan test therma couple h. Pembongkaran Bekisting i. Pemeliharaan beton. 35

37 Mulai Pekerjaan Persiapan Lantai Kerja dan bekisting permanent Ground Anchor Vertical Tidak Pekerjaan Tulangan - Pengukuran / Penandaan Besi Tulangan ( sesuai Shop Drawing ) - Pemotongan Besi Tulangan - Pembengkokan Besi Tulangan - Merakit Besi Tulangan ( cek jarak, panjang penyaluran, ikatan tulangan ) - Beton Decking Pekerjaan Chemical Anchor dan water stop Pekerjaan Bekisting ( Pemasangan stop cor Checklist bersama Apakah besi sudah sesuai SD dan raft siap dicor? Ya Pekerjaan Pengecoran - Persiapan pengecoran - Penuangan beton - Pemadatan Beton ( digetarkan ) - Pemberian Floor Hardener Test therma couple Suhu max = 90ºC Suhu min = 67 ºC < 20 ºC Pemeliharaan Beton Selesai Gambar 5.7. Diagram Alir Pekerjaan Raft Fondation 36

38 a. Pekerjaan Persiapan Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft fondation yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 5.1. berikut. Tabel 5.1. Persiapan pekerjaan raft fondation Alat Bahan Tenaga Kerja - Concrete Pump - Vibrator - Concrete mixer - Alat bantu pertukangan - Solar - Batako - Kawat - Besi - Operator alat - Pekerja terampil - Pekerja setengah terampil - Mandor - Surveyor b. Pekerjaan Pembuatan Lantai Kerja dan Bekisting Permanent yang Terbuat Dari Batako Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian tanah layer 3 selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang memiliki elevasi m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai pondasi bangunan, jadi harus ada lantai kerja dimana lantai kerja dibuat dengan menggunakan batako sebagai bekisting permanent. Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun oleh tanah lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja dicor karena ada penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom, setelah itu baru pengecoran dilakukan. Pemasangan lantai kerja dapat dilihat pada gambar 5.8. Lantai kerja ditimbun oleh tanah dan dipadatkan dengan menggunakan backhoe dapat dilihat pada gambar 5.9, sedangkan pekerjaan pengecoran dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5.8. Pemasangan Lantai Kerja Gambar 5.9 Pemadatan Lantai Kerja 37

39 Gambar Pengecoran Lantai Kerja c. Pekerjaan GA vertical Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai dikerjakan. Tahapan pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran, fabrikasi strand, cleaning dan desanding, Install strand, grouting, pasang plat dan angker block, stressing, pemotongan strand dan grouting finish pada lantai. Pekerjaan GA vertical lebih jelas telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Pekerjaan GA vertical dapat dilihat pada gambar berikut. d. Pekerjaan Tulangan Gambar GA Vertical yang Sudah Selesai Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi tulangan dilakukan di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai dengan bar bending schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft fondation adalah sebagai berikut: 1) Penyimpanan baja tulangan Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya. 2) Mempelajari gambar rencana atau shop drawing 38

40 3) Pemotongan tulangan Pemotongan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya. 4) Pembengkokan tulangan Pembengkokan tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya. 5) Perakitan baja tulangan Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi pekerjaan raft fondation, setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat perakitan tulangan raft fondation, dirakit pula tulangan utama kolom. Tulangan utama kolom dirakit setelah tulangan raft fondation hampir selesai dirakit. Elevasi tulangan raft fondation harus sesuai dengan rencana, maka digunakan beton decking atau beton tahu untuk menjaga tulangan utama tetap pada posisinya. Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir beton dan semen dengan tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area pembuatan kolom adalah 1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan cakar ayam. Pada saat perakitan tulangan raft foundation juga dipasang kawat harmonika untuk menjaga beton supaya tidak melebar pada saat pengecoran. Perakitan tulangan raft foundation dapat dilihat pada gambar 5.12, beton decking dapat dilihat pada gambar 5.13 dan kawat harmonika dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Perakitan Tulangan Raft Fondation 39

41 Gambar Beton Decking Gambar Kawat Harmonika Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengecekan terhadap diameter tulangan, jumlah tulangan, jarak antar tulangan dan panjang penyaluran tulangan, serta ikatan tulangan. e. Pekerjaan chemical anchor dan water stop Chemical anchor dipasang pada D-Wall sebagai penyambung antara D-Wall dengan raft fondation. Water stop dipasang supaya tidak ada kebocoran pada beton, sehingga air pada beton masuk ke dalam water stop. Pemasangan chemical anchor ditampilkan pada gambar dan water stop dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Pemasangan Chemical Anchor 40

42 Gambar Pemasangan Water Stop f. Pekerjaan bekisting Pekerjaan bekisting Raft foundation hanya dikerjakan pada pinggir pinggir saja, karena bekisting pada Raft foundation berfungsi sebagai stop cor. Bekisting terbuat dari papan phenolite film atau multiplek yang tebalnya ± 12 mm. Setelah pekerjaan bekisting selesai dilakukan pengecekan terhadap kekokohan bekisting, kelurusan bekisting, jika bekisting sudah memenuhi maka sudah siap untuk pengecoran. Pemasangan bekisting raft fondation dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Pemasangan Bekisting Raft Fondation 41

43 g. Pekerjaan pengecoran dan test therma couple Pengecoran Raft fondation di proyek ini dibagi dalam beberapa zone, karena untuk mengefisiensikan waktu, serta agar volume pengecoran tidak terlalu besar. Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya: 1) Pengujian beton - Slump test Slump test diuji pada saat concrete mixer tiba di proyek sebelum pengecoran. Setiap satu concrete mixer melakukan satu kali pengujian slump test. Slump test dilakukan langsung dilapangan untuk mengetahui konsistensi atau workability beton yang akan digunakan. Pengujian slump test dapat dilakukan pada gambar berikut. Gambar Slump Test - Uji kuat tekan beton Pengujian kuat tekan beton dilakuan dengan cara menghitung kekuatan tekan beton yang berasal dari sample yang diambil pada saat pengecoran. Sample beton biasanya berupa silinder yang memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dapat dilihat pada gambar Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 7 hari dan 28 hari. 42

44 Gambar Pengujian Kuat Tekan Beton 2) Penuangan beton pada cetakan Pengecoran dilakukan pada malam hari, karena suhu dan cuaca relatif stabil. Sebelum pengecoran raft fondation dikerjakan, untuk menyambungkan beton lama dengan beton baru maka digunakan bonding agent pada dinding atau bagian pinggir beton lama. Area yang akan dicor harus ditutupi terpal karena beton menggunakan admixture atau bahan tambah serta floor hardener. Beton disalurkan dari concrete mixer ke concrete pump, kemudian disalurkan lagi melalui pipa ke area yang akan dicor. Tinggi jatuh beton dari pipa pada saat pengecoran 50 cm. Beton yang disalurkan dari 43

45 concrete mixer ke concrete pump dapat dilihat pada gambar dan penuangan beton dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Beton Disalurkan dari Concrete Mixer ke Concrete Pump Gambar Penuangan Beton 3) Pemadatan beton Beton yang sudah dituang, lalu digetarkan dengan menggunakan vibrator, supaya tidak keropos. Setelah cetakan terisi penuh, permukaan beton langsung dirapihkan dan diratakan dengan menggunakan ruskam sehingga merata. Pemadatan beton menggunakan vibrator dapat dilihat pada gambar berikut. 44

46 Gambar Pemadatan Beton 4) Pelaksanaan floor hardener Floor hardener merupakan suatu bahan sejenis semen yang digunakan pada lantai. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk memperkeras lapisan atas atau permukaan beton dan sebagai bahan finishing lantai. Selain itu, digunakan pada daerah yang banyak mengalami gesekan atau benturan seperti pada tempat parkir kendaraan. Metode pelaksanaan floor hardener terdiri dari : 1. Untuk mendapatkan permukaan yang rata maka pelaksanaan pengecoran harus dilakukan dengan mengikuti relat yang telah disiapkan dengan pengukuran menggunakan theodolite yang continue pada seluruh permukaan lantai. 2. Jidar atau ruskam sebaiknya menggunakan bahan yang kuat dan kaku ( alumunium box ) 3. Floor hardener mulai ditaburkan secara manual setelah air yang naik ke permukaan tidak terlihat lagi. Pemakaiannya dengan dosis 4 kg/m² atau sesuai dengan yang disyaratkan. 4. Penaburan awal menggunakan sekitar 2/3 bagian dari dosis, lalu ditaburkan secara merata pada seluruh permukaan, dapat dilihat pada gambar dan dibiarkan sampai meresap pada permukaan setelah itu diratakan secara manual. 45

47 Gambar Penaburan floor hardener h. Pembongkaran Bekisting Setelah beton sudah mengeras maka cetakan bekisting dibuka. Pembongkaran bekisting raft fondation dikerjakan jika umur beton sudah mencapai 24 jam (dilaksanakan pekerjaan ini di karenakan sistem pengecoran raft foundation per zone, jadi bekisting berfungsi sebagai stop cor). i. Pekerjaan Perawatan Beton Perawatan pada beton dilakukan untuk menjaga mutu beton, dan supaya beton tidak retak setelah pengecoran. Perawatan beton pada daerah raft fondation yaitu menggunakan sterofoam atau triplek setelah selesai pengecoran. Perawatan beton menggunakan sterofoam ditampilkan pada gambar berikut. Gambar Perawatan Beton 46

48 BAB VI BEBERAPA CONTOH KASUS TERKAIT KEGAGALAN PONDASI DANGKAL VI.1. Kegagalan Soft Story Soft story menunjuk kepada kondisi keruntuhan gedung (biasanya berlantai lebih dari satu) di mana lantai di bawah lebih lunak daripada lantai di atasnya, atau kebalikannya, lantai di atas lebih keras atau kaku dibanding lantai di bawahnya. Berikut ini adalah gambar beberapa bangunan yang mengalami kegagalan karena pengaruh soft story. Gambar 6.1. Bangunan di Atas Terpisah dengan Ruko di Kiri-Kanannya Gambar 6.2. Lantai 1 Seolah-olah Tenggelam ke Dalam Tanah Solusi : - Untuk permasalahan pondasi seperti diatas antara lain adalah dengan memperbesar ukuran pondasi atau memperbaiki kondisi tanah lunak. - Padatkan permukaan tanah di bawah pondasi yang baru dengan cara manual atau dengan bantuan mesin stamper sehingga daya dukung tanah meningkat. 47

49 - Jika tingginya kuat tekan air tanah merupakan penyebab terjadinya soft story diatas sehingga menyebabkan pondasi bergerak yang akhirnya dapat menyebabkan bangunan menjadi miring, maka solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memasang Grand Anchor pada pondasi tersebut, sehingga pondasi yang akan terangkat tertahan oleh anchor yang tertanam di dalam tanah. VI.2. Beberapa Kasus lain yang Biasa Terjadi pada Pondasi Dangkal a. Kasus : Terjadinya penurunan tanah yang tidak bersamaan sehingga ketinggian pondasi yang berbeda mengakibatkan struktur bangunan tersebut menjadi tidak stabil Solusi : Membuat galian pondasi lebih dalam dari galian pondasi biasanya dan Agar Kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi Bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras, padat, dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. b. Kasus : Terjadinya kenaikan muka air tanah yang mengakibatkan terangkatnya sloof yang membuat bangunan tersebut tidak stabil Solusi : Dengan menambah tulangan As pada sloof c. Kasus : Penggunaan pemasangan batu kali yang tidak bertekstur kasar membuat pasangan pondasi menerus menjadi tidak kokoh Solusi: Gunakan pondasi batu pecah yang memiliki tekstur kasar serta telah dicuci bersih agar tidak adanya lumpur yang melekat pada permukaan batu pecah tersebut. d. Kasus : Terjadinya kemungkinan retak pada pondasi yang diakibatkan perbedaan kondisi tanah. Solusi: Dalam pembuatan pondasi menerus perlu dihindari penempatan pondasi diatas tanah lembek karena pondasi menerus merupakan jenis pondasi dangkal yang sangat berpengaruh terhadap perubahan kondisi tanah. 48

50 Gambar 6.3. Retak pada Pondasi Akibat Perbedaan Kondisi Tanah e. Kasus : Retaknya pondasi yang terjadi karena berada di tepi tebing atau perubahan elevasi tanah yang curam. Solusi: Bentuk pondasi yang digunakan seharusnya berbentuk trapesium agar momen penahan tanah yang diberikan pondasi akan lebih besar dibandingkan dengan pondasi yang berbentuk persegi. Seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 6.4. Bentuk Pondasi Trapesium 49

51 f. Kasus : Adanya beban geser pada pondasi yang disebabkan oleh gaya tekan tanah dan akibat transfer beban angin pada dinding. Solusi : Dengan memperbesar dimensi pondasi dan memperhitungkan beban dinding yang akan ditahan oleh pondasi. g. Kasus : Tergulingnya bangunan dimana pondasi bersama bangunan tercabut dari tanah. Solusi: Memilih tanah yang mengandung kadar kohesif sehingga memberikan kelekatan pada pondasi, sehingga ikatan antara pondasi dengan tanah lebih kuat. Jangan mendirikan bangunan diatas tanah organik. h. Kasus : Terguncangnya pondasi akibat adanya getaran yang besar sehingga struktur pondasi tidak stabil. Solusi: Memberikan perkuatan yang lebih terhadap pondasi dengan memberikan ram kawat untuk menyelimuti selimut pondasi agar ketika terjadi guncangan, struktur pondasi masih memiliki ikatan dengan pondasi lain. i. Kasus : Hancurnya pondasi akibat beban bangunan yang terlalu besar. Solusi: Mempertimbangkan beban hidup dan beban mati yang diterima agar pondasi mampu menopang dengan mempertimbangkan faktor beban hidup,mati, daya dukung tanah dan material yang digunakan. j. Kasus : Retaknya pondasi akibat pencampuran adukan yang tidak sesuai. Solusi: Gunakan pencampuran yang adukan beton yang homogen dengan mempertimbangkan faktor air semen dan kebersihan agregat dimana kadar lumpur suatu agregar tidak boleh dari mm. k. Kasus : Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam. Kedalaman pondasi sangatlah penting dalam menahan goyangan gelombang akibat gempa bumi. Jika kedalaman pondasi itu dangkal, maka pergeseran bangunan rumah sangat mudah terjadi apabila ada gempabumi. Semakin dalam pondasi, maka semakin bagus. Tetapi, kita juga harus memperhatikan kehematan biaya dalam pembangunan pondasi ini. Haruslah bisa memperkirakan tingkat ke efektifitasan pembangunan pondasi bangunan. 50

52 Gambar 6.5. Kegagalan Pondasi Akibat Pondasi yang Tidak Cukup Dalam Solusi : Perlu adanya ikatan antara tulangan dengan pondasi, yang berbentuk angkur ataupun cakar ayam. Gambar 6.6. Ikatan Antara Tulangan dengan Pondasi yang Berbentuk Angkur 51

53 Tidak hanya tulangan yang diberikan ikatan berupa angkur di pondasinya, tetapi sloof-nya juga diberikan. Gambar 6.7. Ikatan Antara Sloof dengan Pondasi Perlu adanya sloof diatas pondasi untuk mengikat antar kolom dan juga tulangan. Gambar 6.8. Sloof Diatas Pondasi untuk Mengikat Antar Kolom dan Tulangan 52

54 Pada tulangan kolom, bila perlu diberikan ikatan segitiga agar sloof dan tulangan tidak bergeser. Gambar 6.9. Ikatan Segitiga antar Sloof dan Tulangan Angkur seharusnya mempunyai panjang yang cukup Gambar Angkur Sebagai Pengikat Antara Pondasi dan Sloof l. Kasus : Karena kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban yang tinggi maka bangunan-bangunan di Indonesia rawan bocor dan rembes pada lantai, dinding, dan plafon. 53

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Teori Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Teori Umum BAB I PENDAHULUAN A. Teori Umum Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG Pengertian Pondasi Adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas mendukung seluruh beban

Lebih terperinci

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah.

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. PONDASI Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang saling terikat sehingga sebuah bangunan menjadi kokoh, adapun elemen-elemen struktur tersebut yaitu

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pondasi adalah bagian terbawah dari suatu struktur yang berfungsi menyalurkan beban dari struktur diatasnya ke lapisan tanah pendukung. Pondasi sendiri jenisnya ada

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

Rekayasa Pondasi. Achmad Muchtar.,ST.,MT UnNar

Rekayasa Pondasi. Achmad Muchtar.,ST.,MT UnNar Definisi Teknik fondasi atau teknik pondasi adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi fondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kotamadya Semarang yang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, memiliki kondisi yang cukup kompleks. Sebagai kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa, dahulu

Lebih terperinci

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA Oleh : A.A.M DINDING Menurut fungsinya dinding dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Dinding Struktural : Yaitu dinding yang berfungsi untuk ikut menahan beban struktur,

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAGAIMANA MEMBANGUN RUMAH DUA LANTAI

BAGAIMANA MEMBANGUN RUMAH DUA LANTAI 2010 PRAKATA Membangun rumah tingkat sendiri tentu akan sulit dipenuhi bagi mereka yang tidak mengerti atau tidak mempunyai dasar pemahaman tentang bangunan. Bila dipaksakan, keinginan memperoleh rumah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam makalah ini saya membahas mengenai macam-macam Pondasi Dangkal beserta karakteristik Pondasi Dangkal.

KATA PENGANTAR. Dalam makalah ini saya membahas mengenai macam-macam Pondasi Dangkal beserta karakteristik Pondasi Dangkal. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha ESa atas rahmat-nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah Pondasi Dangkal yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB I...2 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang...2 1.2 Rumusan Masalah...2 BAB II...3 PEMBAHASAN...3 2.1 Peralatan dan Bahan dalam Pembuatan Pondasi KSLL...3 2.2 Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah. PONDASI Pondasi bangunan merupakan bagian yang penting dari konstruksi bangunan. Pondasi adalah bagian dari suatu konstruksi bangunan yang mempunyai kontak langsung dengan dasar tanah keras dibawahnya.

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : A. Jumlah lantai yang akan di bangun, misalnya: Pada bangunan sederhana atau rumah 1

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V PONDASI DANGKAL

BAB V PONDASI DANGKAL BAB V PONDASI DANGKAL Pendahuluan Pondasi adalah sesuatu yang menyongkong suatu bangunan seperti kolom atau dinding yang membawa beban bangunan tersebut. Pondasi Dangkal pondasi yang diletakan tepat dibawah

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI DANGKAL F.45...... 03 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk itu

Lebih terperinci

Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation

Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation 2011 Tugas I Teknik Pondasi Perbandingan konstruksi pondasi sarang laba-laba dengan mat/raft foundation Pengertian, sejarah, keutungan, dan kelemahan dari pondasi sarang laba-laba Angga Wahyu Pratama 2009410130

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 - 1 - LAMPIRAN II : KEPUTUSAN ALIKOTA MADIUN NOMOR : 050-401.012/ /2015 TANGGAL : ANALISA KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016 KODE BARANG URAIAN KEGIATAN KOEF 2.01 HSPK FISIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Modul dengan judul Memasang Pondasi Batu Kali merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION)

PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION) METODE PELAKSANAAN BANGUNAN PONDASI RAKIT (RAFT FOUNDATION) Dosen Pengampu : Ibu Atika Ulfah Jamal S.T., M.Eng., M.T. Oleh: Fildzah Adhania J. Paransa / 13 511 178 / Kelas B JURUSAN TEKNK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat dan stabil (solid). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting pada suatu lokasi konstruksi, karena tanah berperan sebagai perletakan dari suatu konstruksi. Bagian konstruksi yang berhubungan langsung

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang

BAB III METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Lapangan 3.2. Studi Pustaka 3.3. Metodologi Perencanaan Arsitektural dan Tata Ruang 62 BAB III METODOLOGI Proses penyusunan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan Struktur Menara Masjid Agung Jawa Tengah ini meliputi langkah langkah sebagai berikut : 3.1. Pengumpulan Data Lapangan Jenis

Lebih terperinci

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan

Gambar IV-1, Pondasi Menciptakan Kestabilan dan Kekokohan PONDASI Pondasi Batu Belah Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital, berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

Menggambar Rekayasa. Struktur Bawah PONDASI. Ferdinand Fassa 1

Menggambar Rekayasa. Struktur Bawah PONDASI. Ferdinand Fassa 1 Menggambar Rekayasa Struktur Bawah PONDASI Ferdinand Fassa 1 4 Hal Yang harus diperhatikan dalam perencanaan bangunan: Esetika: sebagai dasar keindahan dan keseraian bangunan yang mampu memberikan rasa

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2 DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kebutuhan Bahan Pondasi Tapak

Kebutuhan Bahan Pondasi Tapak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung di atas permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi. Pondasi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Team ilmu sipil dalam websitenya mengartikan pile cap sebagai bagian dari pondasi bangunan yang digunakan untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur diatasnya

Lebih terperinci

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK) NOMOR : TANGGAL : NOMOR URAIAN KEGIATAN Koef. A BANGUNAN GEDUNG 24.01 Pekerjaan Persiapan & Tanah 24.01.01.01 Pembuatan Bouwplank /Titik Titik 23.02.04.01.01.F Mandor 0.0045 Orang Hari 158,000.00 711.00

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN BAWAH dengan sistim KONSTRUKSI SARANG LABA LABA seri 3 Proyek : Gedung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah data sekunder yang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah ilmu pengetahuan mengenai penerapan

Lebih terperinci

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran dengan dinding dari Buis Beton. Perhitungan Untuk

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1 Lingkup Tinjauan Khusus Tinjauan khusus pada laporan kerja praktek ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan pondasi. Pada tinjauan ini, penulis memaparkan metode pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK

KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK Batuan merupakan syarat yang penting untuk memperkuat bangunan teknik, karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung : bangunan tanah, penutup dari dinding bangunan, dasar

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh muatan (beban) dari bangunan, termasuk beban-beban yang bekerja pada BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Secara garis besar, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu struktur bangunan di dalam tanah dan struktur bangunan di atas tanah. Struktur bangunan di dalam tanah

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN

Laporan Tugas Akhir Ratna Sari Cipto Haryono BAB I PENDAHULUAN Maulana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 URAIAN Pada perencanaan pembangunan gedung bertingkat tinggi harus diperhatikan beberapa aspek penting, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, serta aspek keamanan. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa Struktur Atas & Pasangan Batu Bata Ferdinand Fassa Tujuan dari akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur atas bangunan sederhana 2. Mahasiswa dapat menggambar bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Adapun beberapa pengertian pondasi dalam kontruksi, antara lain :

BAB I. Pendahuluan. Adapun beberapa pengertian pondasi dalam kontruksi, antara lain : BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam setiap kontruksi, seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan, menara, tanggul, harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Pondasi

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN

METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN METODE PELAKSANAAN BENDUNGAN 1. Saluran Bangunan Pelimpah (Spillway) dan peredam energi Gambar 1. Layout Spillway Pekerjaan pembangunan bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut : Pekerjaan Tanah

Lebih terperinci

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja. Laporan Survei Kerusakan Bangunan dan Rekomendasi Perbaikan Gereja Baptis di Padang Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Pendahuluan Pada tanggal 30

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G) POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G) Himawan Indarto 1 dan Hanggoro Tri Cahyo A. 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya

Lebih terperinci