ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST)"

Transkripsi

1 ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST) A. Tujuan Tujuan praktikum Uji Inderawi acara IV adalah mahasiswa mampu melakukan uji pembedaan, khususnya uji perbandingan jamak (multiple comparison test). B. Tinjauan Pustaka Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian, disamping pertimbangan waktu, tenaga, dan pembiayaan. Secara umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Bagi data kuantitatif tentu saja teknik pengolahan datanya menggunakan statistik. Apabila analisis yang digunakan statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya, misalnya deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang jenis statistiknya, misalnya persen, rata-rata, korelasi, analisis varians atau yang lainnya (Darmawan, 2013). Alat pengumpulan data (angket) berfungsi mewakili peneliti untuk menanyakan dan merekam jawaban responden, sehubungan dengan informasi atau keterangan yang hendak dikumpulkannya. Dalam hubungan ini, responden berfungsi sebagai pemberi keterangan tentang yang ditanyakan oleh peneliti melalui angket yang disusun dan disebarkannya. Item pertanyaan merupakan bagian angket yang meminta pengisian atau jawaban dari responden. Isian jawaban responden itulah yang hendak dikumpulkan oleh peneliti. Petunjuk pengisian merupakan bagian angket yang berfungsi menjelaskan kepada responden tentang cara pengisian jawaban pada item pertanyaan (Faisal, 1981).

2 Pengujian organoleptik menggunakan metode free choice proffiling. Metode ini biasanya digunakan untuk produk yang belum ada kriteria sensorinya, sehingga tujuannya mengumpulkan data dari deskripsi panelis terlatih. Pemilihan metode ini meliputi analisis penampakan, warna, sensori aroma dan rasa. Hal ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi dari panelis terhadap kesan penampakan, warna, aroma dan rasa. Untuk mengurangi kebiasan hasil uji organoleptik maka panelis diminta beristirahat sebentar diantara pencicipan sampel dengan minum air putih untuk menghilangkan kesan rasa yang masih melekat dimulut (Koesoemawardani, 2007). Atribut sensori adalah karakteristik mutu suatu produk yang akan diuji, misalnya aroma, flavor, rasa, warna, kerenyahan, dll. Sebelum memulai analisis sensori perlu ditentukan dahulu atribut-atribut apa saja yang menggambarkan mutu produk yang diharapkan. Cara pengujian sensori adalah dengan menggunakan indra manusia, bisa dengan dilihat untuk atribut warna, dengan dibaui untuk atribut aroma, dicicipi untuk atribut rasa, dan diraba untuk atribut tekstur (Setyaningsih, 2010). Tekstur adalah properti sensorik dan, dengan demikian, hanya manusia (atau binatang dalam hal makanan hewan) dapat memahami dan menjelaskan. Tekstur hanya dapat mendeteksi dan mengukur parameter fisik tertentu yang kemudian harus ditafsirkan dalam hal persepsi sensorik. Beberapa contoh parameter sensorik kekerasan, ketegasan, kelembutan berada pada skala resistansi makanan untuk kekuatan tekan yang diterapkan. Namun, masih belum diketahui secara pasti apakah manusia bereaksi terhadap stres fisik atau ketegangan, dan bagaimana mensimulasikan dengan instrumen tingkat regangan tinggi berpengalaman dalam mulut, pertimbangan yang sangat penting dengan bahan viskoelastik (yakni sebagian besar produk makanan). Sulit untuk dibedakan skala yang batas-batas adalah antara keras dan tegas, dan lembut. Beberapa sensorik parameter lainnya, misalnya creaminess dan juiciness, mungkin tidak mudah untuk dibedakan. Beberapa peneliti mendefinisikan creaminess terkait dengan ketebalan (yang tergantung

3 pada fisik viskositas) dan juiciness (yang tergantung pada kekuatan fisik gesekan) (Szczesniak, 2002). Pada uji perbandingan jamak atau majemuk, contoh yang akan diperbandingkan lebih dari satu macam. Dua atau lebih contoh disajikan secara bersamaan untuk kemudian diperbandingkan dengan contoh baku. Pada uji perbandingan jamak jumlah panelis yang dipergunakan 5 15 orang panelis terlatih dan orang untuk panelis agak terlatih. Hasil penilaian dari panelis terhadap produk dikonversikan dalam bentuk skor. Selanjutnya data dari setiap parameter tersebut diuji dengan menggunakan sidik ragam atau analisis sebaran (Budijanto, 2010). Uji perbandingan jamak dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atribut mutu (rasa, warna, penampakan, aroma, kekenyalan dan ekstensibilitas) dari sampel jika dibandingkan dengan kontrol. Sedangkan uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap semua atribut mutu untuk masing-masing formula. Selain kedua uji tersebut dilakukan pengujian oleh panelis untuk menilai urutan atribut mutu terhadap sampel mulai dari yang paling penting hingga kurang penting. Uji ini ditujukan untuk melihat bagaimana penerimaan panelis terhadap atribut mutu apa yang menurut mereka paling penting dari sampel yang diujikan (Mariyani, 2008). Ada dua pendekatan untuk mengembangkan produk makanan: pendekatan berorientasi proses dan pendekatan berorientasi konsumen. Pendekatan berorientasi proses awalnya mengacu pada proses di mana berbagai bahan yang sistematis bervariasi untuk membuat sejumlah produk yang berbeda. Produk produk ini kemudian dinilai oleh panelis dari semua kategori konsumen. Yang dinilai adalah keinginan konsumen serta berbagai atribut produk. Data yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan analisis varians (ANOVA), regresi dan/atau analisis permukaan respon untuk mendapatkan produk yang optimal dengan pengoptimalan formulasi. Keuntungan dari pendekatan berorientasi proses adalah untuk mengontrol parameter teknis dan dapat mengatur sebuah formulasi yang optimal (Le, 2012).

4 Evaluasi sensori dilakukan dengan sampel tertentu sebagai kontrol dan beberapa sampel lain sebagai contoh untuk diuji dengan metode uji perbandingan jamak menggunakan beberapa panelis. Perbedaan signifikan diantara keseluruhan kontrol dan sampel control dievaluasi dengan multiples comparison tables. Parameter yang biasa diuji adalah dari segi rasa, aroma, warna, tekstur, tergantung dari kebutuhan dan tujuan penguji melakukan analisa sensori tersebut (Salehifar, 2007). Metode inferensi beberapa statistik dipisahkan menjadi dua jenis utama, multiple confidence, interval metode dan metode uji multiple. Untuk prosedur pengujian multiple telah disarankan beberapa jenis properti, tes dianjurkan harus mempunyai beberapa tipe dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang memuaskan terhadap keputusan yang salah. Beberapa dari mereka didasarkan pada keputusan teoritis konsepsi, sementara yang lain didasarkan pada probabilitas membuat keputusan yang salah. Kita mempelajari prosedur multiple test dan kita menggunakan jenis yang paling umum terhadap kesalahan jenis pertama dengan meminta tes untuk melihat kemungkinan kecil untuk menolak setiap hipotesis yang benar (Holm, 1979). C. Metodologi 1. Alat a. Sloki b. Nampan c. Cawan kecil d. Borang 2. Bahan a. Bolu Pandan 1. Kode 128 : 10 butir telur 2. Kode 212 : 6 butir telur 3. Kode 861 : 8 butir telur 4. Kode R : 12 butir telur b. Air mineral 3. Cara Kerja a. Penyaji Disiapkan 4 sampel uji dan 1 sampel baku dengan perlakuan berbeda. Kode 128 bolu pandan dengan 10 telur, kode 212 dengan 6 telur, kode 816 dengan 8 telur, dan sampel baku (R) dengan 12 telur Masing-masing sampel bolu pandan dipotong dengan ukuran Diatur yang Kode-kode sama letak Panelis dan piring sampel disajikan diberi yang dituliskan intruksi berisi atas sampel pada untuk piring label bolu mengisi kecil. yang pandan Setiap borang ditempel dan piring uji sloki diatas diberi yang Disajikan Disiapkan 4 piring berisi sampel sloki kecil, air yang pula bolu mineral perbandingan sesuai berisi borang dengan diatas air letak penelitian kode mineral sampel meja jamak yang pengujian sebagai untuk ujinya. berbeda. panelis penetral

5 b. Panelis Ditulis nama, tanggal pengujian dan produk yang diuji pada kolom borang yang telah disediaka borang penilaian dengan teliti kemudian periksa kelengkapan sampel yang ada di hadapan. Jika belum len pel mulai diuji sesuai instruksi yang ada dalam borang penilaian. Hasil penilaian dituliskan pada borang yan riksa kembali apakah hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya. Bila sudah lengkap, borang penilaian yang su

6 D. Hasil dan Pembahasan 1. Pengujian Paramater Warna Tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Warna Panelis Respon Sampel Total Total Rata-rata 4,185 7,63 0 5,444 5,753 Sumber: Laporan Sementara Menurut Mariyani (2008) uji perbandingan jamak merupakan uji yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana atribut mutu (rasa, warna, penampakan, aroma, kekenyalan dan ekstensibilitas) dari sampel yang diuji jika dibandingkan dengan sampel kontrol. Menurut

7 Setyoningsih (2010) Uji (perbandingan jamak ini) digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan di antara satu atau lebih sampel uji dengan sampel baku (kontrol) dan untuk memperkirakan besarnya perbedaan yang ada. Mekanisme uji perbandingan jamak ini yaitu, satu contoh dijadikan sebagai kontrol atau baku dan contoh yang lain dievakuasi seberapa berbeda masing masing contoh kontrol. Pada uji ini, pada panelis disajikan satu buah contoh baku sebagai kontrol. Setelah itu, contoh dinilai dengan menggunakan skala yang menunjukkan tingkat perbedaan dengan contoh baku. Skala yang diterapkan mulai dari tidak ada perbedaan sampai amat sangat berbeda. Panelis juga dapat diminta untuk memberikan alasan mengapa mereka menganggap contoh ini berbeda dari kontrol. Data yang diperoleh kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance). Dalam melakukan penilaian dalam uji perbandingan jamak ini panelis tidak diperkenankan membandingkan sampel antar uji. Panelis diminta menilai sampel uji menggunakan skala 1-9. Nilai/skor tersebut yaitu 1 untuk amat sangat lebih baik dari sampel baku, 2 untuk sangat lebih baik dari sempel baku, 3 untuk lebih baik dari sampel baku, 4 untuk intensitas agak lebih baik dari sampel baku, 5 untuk intensitas sama dengan sampel baku, 6 untuk intensitas agak lebih buruk dari sampel baku, 7 untuk intensitas lebih buruk dari sampel baku, 8 untuk intensitas sangat lebih buruk dari sampel baku, dan 9 untuk intensitas amat sangat lebih buruk dari sampel baku. Sampel yang digunakan pada uji perbandingan jamak (Multiple Comparison Test) ini adalah bolu pandan, satu sampel baku dan tiga sampel uji dengan kode sekaligus perlakuan yang berbeda-beda pula. Disini ada tiga sampel yang digunakan, yaitu kode 128 merupakan bolu pandan dengan 10 butir telur, kode 212 dengan 6 butir telur dan untuk kode 861 menggunakan 8 butir telur. Sedangkan sampel baku (sampel R) menggunakan 12 butir pada proses pembuatannya. Pengkodean sampel ini bertujuan untuk mengurangi bias panelis dalam melakukan pengujian. Pada uji perbandingan jamak ini menggunakan 30 panelis namun ada 3

8 panelis yang harus dieliminasi karena data hasil pengujian yang diberikan dalam borang tidak sesuai dengan intruksi yang diberikan, sehingga data yang dapat diolah hanya dari 27 panelis saja. Pada tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Warna, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Pada sampel kode 128 didapat total nilai keseluruhan 113 dengan rata-rata nilai 4,185. Untuk sampel kode 212 total nilai keseluruhannya adalah 206 dengan rata-rata nilai 7,630. Sampel terakhir dengan kode 861 total nilai keseluruhannya 147 dengan rata-rata nilai 5,444. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas tingkat warna yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi warna untuk kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R) dan kode 861 sama dari sampel baku (R) dan untuk kode 212 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Sehingga diurutkan sampel dengan penilaian warna terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan yang terakhir sampel 212. Tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan Sumbe r df JK JKR F hitung F tabel 5% Varian Sampel 2 164,025 82,012 84,212 3,18 Panelis 26 86,395 3,323 3,412 1,71 Error 52 50,642 0,974 Total ,062 86,309 Menurut Sugiyono (2009), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis untuk uji ini adalah: H 0 = tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan H 1 = ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku.

9 Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut: F hitung < F tabel terima H 0 F hitung > F tabel tolak H 0 Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai F hitung diuji dengan F tabel 5%. Pada tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Cake Bolu Pandan dapat diketahui bahwa F hitung untuk sampel lebih besar dari F tabel (F hitung >F tabel ) yaitu 84,212>3,18. Dari segi panelis besar F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung >F tabel ) yaitu 3,412>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi sampel dan panelis H 0 ditolak, sehingga pada uji ini untuk parameter warna ada perbedaan nyata antara sampel dengan sampel baku. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncan s Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain. Tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya Jumlah Butir Telur A B C 10 butir 6 butir 8 butir Skor Contoh Rata-rata Contoh 4,185 7,630 5,444 Urutan Skor Pada tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 113 dengan rata-rata 4,185. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 206 dengan rata-rata 7,630. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor 147 dengan ratarata 5,444. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitasnya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi warna untuk sampel A dengan kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel C dengan kode 861 samadari sampel baku (R) dan sampel B dengan kode 212 dianggap lebih buruk dari

10 sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter warna pada ketiga sampel adalah kode sampel A, sampel C dan sampel B. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan telur 10 butir menghasilkan warna agak lebih baik dari sampel baku. Penggunaan telur 8 butir menghasilkan warna sama dari sampel baku, sedangkan penggunaan 6 butir menghasilkan warna agak lebih buruk dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur. Tabel Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) P 2 3 Ranges (5%) LSR 0,537 0,566 Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncan s Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%. Nilai tengah 2 diperoleh ranges pada taraf 5% adalah 2,83; sedangkan untuk nilai tengah 3 diperoleh ranges pada taraf 5% adalah 2,98. Setelah itu kita dapat mencari nilai rentang nyata (LSR) dengan mengalikan nilai tadi dengan standar error (SE). Standar error didapat dengan membagi nilai jumlah kuadrat error dengan jumlah respon untuk tiap sampel kemudian dikuadratkan. Sehingga Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,537 dan 0,566. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata contoh pada segi warna tersebut dinotasikan dalam persamaan: A C=4,185 5,444= 1,259<0,566 (tidak berbeda nyata ) A B=4,185 7,630= 3,445<0,537 (tidak berbeda nyata ) B C=7,630 5,444=2,186 >0,537(berbeda nyata) Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir. Begitu pula sampel A dengan sampel B. Sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel B, yang

11 artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Berbeda dengan hasil perbandingan sampel B dengan sampel C. Sampel B berbeda nyata dengan sampel C, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir menghasilkan perbedaan warna yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

12 2. Pengujian Parameter Rasa Tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Rasa Panelis Respon Sampel Total Total Rata-rata 5,037 4,963 4,48 1 4,827 Sumber: Laporan Sementara Penilaian kedua merupakan penilaian dari segi rasa bolu pandan. Pada tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Rasa, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total

13 nilainya sebesar 136 dengan rata-rata 5,037. Untuk sampel kode 212 total nilai keseluruhannya adalah 134 dengan rata-rata nilai 4,963. Sampel terakhir dengan kode 861 total nilai keseluruhannya yaitu 121 dengan rata-rata nilai 4,481. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas rasa yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada segi rasa untuk kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel kode 212 sama dari sampel baku (R) dan untuk sampel kode 128 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian rasa dari yang paling baik adalah sampel 861, sampel 212 dan yang terakhir sampel 128. Tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan Sumbe r df JK JKR F hitung F tabel 5% Varian Sampel 2 4,914 2,457 0,950 3,18 Panelis ,247 5,240 2,028 1,71 Error ,420 2,585 Total ,581 10,282 Hipotesis untuk uji ini adalah: H 0 = tidak ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku; dan H 1 = ada perbedaan antara sampel uji dengan sampel baku. Mekanisme pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut: F hitung < F tabel terima H 0 F hitung > F tabel tolak H 0 Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai F hitung diuji dengan F tabel 5%. Pada tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa F hitung untuk sampel lebih kecil dari F tabel (F hitung <F tabel ) yaitu 0,950<3,18. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari sampel panelis H 0 diterima, sehingga untuk parameter rasa tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan sampel baku. Dari segi panelis besar F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung >F tabel ) yaitu 2,028>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi

14 panelis H 0 ditolak, sehingga untuk parameter rasa ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncan s Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain. Tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya Jumlah Butir A B C Telur 10 butir 6 butir 8 butir Skor Contoh Rata-rata Contoh 5,037 4,963 4,481 Urutan Skor Pada tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 136 dengan rata-rata 5,037. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 134 dengan rata-rata 4,963. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor 121 dengan ratarata 4,481. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas rasanya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi rasa untuk sampel C dengan kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sampel B dengan kode 212 sama dari sampel baku (R) dan sampel A dengan kode 128 dianggap lebih buruk dari sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter rasa pada ketiga sampel adalah kode sampel C, sampel B dan sampel A. Hal ini berarti diketahui bahwa penggunaan telur 8 butir menghasilkan rasa agak lebih baik dari sampel baku. Penggunaan telur 6 butir menghasilkan rasa yang sama dari sampel baku, sedangkan penggunaan 10 butir menghasilkan rasa agak lebih buruk dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

15 Tabel Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) P 2 3 Ranges (5%) LSR 0,876 0,922 Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncan s Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%, selanjutnya dikalikan dengan standar error rata-rata contoh (SE). Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,309. Untuk taraf 5% nilai tengah 2 diperoleh ranges sebesar 2,83 dan nilai tengah 3 adalah 2,98. Dari data tersebut diperoleh Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,876 dan 0,922. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan: A C=5,037 4,481=0,556<0,922 (tidak berbeda nyata ) A B=5,037 4,963=0,074<0,876( tidak berbed a nyata) B C=4,963 4,481=0,482<0,876(tidak berbeda nyata) Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Selisih sampel A dan B juga tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Begitu juga selisih yang terakhir untuk sampel B dan C. Sampel B dan C tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir tidak menghasilkan perbedaan rasa yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir.

16 3. Pengujian Parameter Aroma Tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Aroma Panelis Respon Sampel Total Total Rata-rata 4,630 4,333 4,33 3 4,320 Sumber : Laporan Sementara Penilaian ketiga merupakan penilaian dari segi aroma bolu pandan. Pada tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Aroma, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode

17 128 total nilainya sebesar 125 dengan rata-rata 4,630. Untuk sampel kode 212 dan kode 861 memiliki total nilai keseluruhan yang sama yaitu 117 dengan rata-rata nilai 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas aroma yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter aroma, sampel kode 212 dan 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan untuk sampel kode 128 dianggap sama dengan sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel dengan penilaian aroma dari yang paling baik adalah sampel 212, sampel 861 dan yang terakhir sampel 128. Tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan Sumbe r df JK JKR F hitung F tabel 5% Varian Sampel 2 1,581 0,791 0,402 3,18 Panelis ,877 4,918 2,496 1,71 Error ,419 1,970 Total ,877 7,679 Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai F hitung diuji dengan F tabel 5%. Pada tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa F hitung untuk sampel lebih kecil dari F tabel (F hitung <F tabel ) yaitu 0,402<3,18. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi sampel H 0 diterima, sehingga untuk parameter aroma tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan sampel baku. Sebaliknya dari segi panelis besar F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung >F tabel ) yaitu 2,496>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi panelis H 0 ditolak, sehingga untuk parameter aroma ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncan s Multiple Range Test pada ragam sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain.

18 Tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya Jumlah Butir A B C Telur 10 butir 6 butir 8 butir Skor Contoh Rata-rata Contoh 4,630 4,333 4,333 Urutan Skor Pada tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 125 dengan rata-rata 4,630. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 117 dengan rata-rata 4,333. Untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor yang sama dengan sampel B yaitu 117 dengan rata-rata 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas aromanya semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pada segi aroma untuk sampel B dengan kode 212 dan sampel C dengan kode 861 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan sampel A dengan kode 128 dianggap sama dengan sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk untuk parameter aroma pada ketiga sampel adalah sampel B, sampel C dan sampel A. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan 6 dan 8 butir telur menghasilkan aroma yang agak lebih baik dari sampel baku. Sedangkan untuk penggunaan telur 10 butir menghasilkan aroma yang sama dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur. Tabel Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) P 2 3 Ranges (5%) LSR 0,764 0,805 Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncan s Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat

19 probabilitas 5%, selanjutnya dikalikan dengan standar error rata-rata contoh (SE). Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,270. Berdasarkan tabel tabel Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) dapat diketahui untuk taraf 5% nilai tengah 2 diperoleh ranges sebesar 2,83 dan nilai tengah 3 adalah 2,98. Dari data tersebut diperoleh Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,764 dan 0,805. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan: A C=4,630 4,333=0,297<0,805 (tidak berbeda nyata ) A B=4,630 4,333=0,297<0,764 (tidak berbeda nyata ) B C=4,333 4,333=0< 0,764 (tidak berbeda nyata) Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Selisih pada sampel A dan B juga tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Begitu juga selisih pada B dan C tidak berbeda nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir tidak menghasilkan perbedaan aroma yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir. Selanjutnya ditinjau juga untuk parameter tekstur. Tekstur dalam sebuah kue sangat tergantung dengan banyaknya jumlah telur yang digunakan dalam proses pembuatannya. Telur merupakan bahan terpenting yang paling berkontribusi terhadap kemampuan adonan dalam mengikat atau menangkap udara dan mengemulsikan bahan lain (terigu, gula, lemak, dan udara) ke dalam cairan yang terdapat di dalam telur. Kestabilan emulsi ini bergantung pada keseimbangan komposisi bahan pembuat bolu pandan terhadap telur. Tepung terigu dan telur (putih telur)

20 bertindak sebagai pembangun rangka pada bolu pandan dan memberi sifat keras (toughness) sedangkan lemak dan gula memberikan sifat lembut (tenderness) pada bolu pandan. Karena disini yang kita bandingkan hanya jumlah butir telur yang digunakan pada bahan pembuat bolu pandan, maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah telur yang digunakan maka akan semakin padat rongga antar bolu pandan dan tekstur bolu pandan semakin lembut. Sampel 128 yaitu bolu pandan dengan 10 butir telur memiliki rongga yang padat dan tekstur yang paling lembut, kemudian sampel 816 yaitu bolu pandan dengan 8 butir telur memiliki tekstur lembut dibawah sampel 128, dan yang terakhir sampel kode 212 yaitu bolu pandan dengan 6 butir telur memiliki tekstur sedang (tidak begitu lembut) dan berongga sedang. Sehingga dapat disimpulkan untuk parameter tekstur sampel yang memiliki penilaian terbaik hingga terburuk berturut-turut adalah sampel 128, sampel 816, dan sampel 212.

21 4. Pengujian Parameter Overall Tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Overall Panelis Respon Sampel Total Total Rata-rata 4,444 5,111 4,33 3 4,630 Sumber: Laporan Sementara Selain warna, rasa, aroma dan tekstur parameter terakhir yang juga harus diberikan oleh panelis yaitu penilaian overall. Pada tabel Hasil Pengujian Uji Perbandingan Jamak Parameter Overall, menunjukkan jumlah dan rata-rata tiap kode sampel. Dari hasil penilaian 27 panelis diperoleh total nilai untuk sampel kode 128 total nilainya

22 sebesar 120 dengan rata-rata 4,444. Untuk sampel kode 212 memiliki total nilai 138 dengan rata-rata 5,111. Sementara sampel kode 861 memiliki total nilai keseluruhan yang lebih rendah dari sampel sebelumnya yaitu 117 dengan rata-rata nilai 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Pada uji ini nilai rata-rata yang tinggi menjelaskan bahwa memiliki intensitas atribut overall yang buruk, hal ini tergantung pada pemberian skala numerik yang ada dalam penilaian. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk parameter overall, sampel kode 861 dan 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan untuk sampel kode 212 dianggap sama dari sampel baku (R). Sehingga dapat diurutkan sampel untuk penilaian overall dari yang paling baik adalah sampel kode 861, sampel kode 128 dan yang terakhir sampel kode 212. Tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan Sumbe r df JK JKR F hitung F tabel 5% Varian Sampel 2 9,556 4,778 2,707 3,18 Panelis ,556 4,521 2,561 1,71 Error 52 91,777 1,765 Total ,889 11,064 Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan yang nyata pada sample, nilai F hitung diuji dengan F tabel 5%. Pada tabel Daftar Sidik Ragam Sampel Bolu Pandan dapat diketahui bahwa F hitung untuk sampel lebih kecil dari F tabel (F hitung <F tabel ) yaitu 2,707<3,18. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi sampel H 0 diterima, sehingga untuk parameter overall tidak ada perbedaan nyata antara sampel uji dengan sampel baku. Sebaliknya dari segi panelis besar F hitung lebih besar dari F tabel (F hitung >F tabel ) yaitu 2,561>1,71. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari segi panelis H 0 ditolak, sehingga untuk parameter overall ada perbedaan nyata pada panelis. Oleh karena itu, pengujian tersebut harus dilanjutkan dengan Uji Duncan atau Duncan s Multiple Range Test pada ragam

23 sampel untuk mengetahui sampel mana yang menghasilkan perbedaan yang nyata diantara sampel-sampel yang lain. Tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Jumlah Butir Telur Besarnya A B C 10 butir 6 butir 8 butir Skor Contoh Rata-rata Contoh 4,444 5,111 4,333 Urutan Skor Pada tabel Nilai Rata-rata dari Contoh Nilai Jumlah Telur Menurut Besarnya menunjukkan nilai dengan penambahan telur yang berbeda pada setiap sampel. Pada sampel A bolu pandan yang menggunakan 10 butir telur memiliki skor penilaian 120 dengan rata-rata 4,44. Untuk sampel B bolu pandan dengan 6 butir telur mendapat skor penilaian 138 dengan rata-rata 5,111. Sedangkan untuk sampel C bolu pandan yang menggunakan 8 butir telur mendapat skor yang lebih rendah dari sampel A dan B yaitu 117 dengan rata-rata 4,333. Nilai rata-rata dari semua sampel menunjukkan intensitas yang ditunjukkan oleh panelis. Semakin besar nilai skor maka intensitas secara keseluruhan (overall) semakin lebih buruk dari sampel baku. Dari data tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan (overall), sampel C dengan kode 861 dan sampel A dengan kode 128 dianggap agak lebih baik dari sampel baku (R), sedangkan sampel B dengan kode 212 dianggap sama dengan sampel baku (R). Urutan penilaian terbaik hingga terburuk secara keseluruhan (overall) pada ketiga sampel adalah sampel C, sampel A dan sampel B. Hal ini berarti dapat diketahui bahwa penggunaan 8 dan 10 butir telur secara keseluruhan (overall) menghasilkan penilaian yang agak lebih baik dari sampel baku. Sedangkan untuk penggunaan 6 butir telur secara keseluruhan (overall) menghasilkan penilaian yang agak lebih baik dari sampel baku yang menggunakan 12 butir telur.

24 Tabel Nilai Rentangan Nyata Terdekat (Rp) P 2 3 Ranges (5%) 2,83 2,98 LSR 0,724 0,763 Untuk memperoleh rentangan nyata terdekat (Least Significant Ranges) dapat dicari dengan menggunakan tabel Duncan s Multiple Range Test dengan nilai range untuk nilai tengah 2 dan 3 pada tingkat probabilitas 5%. Nilai tengah 2 memiliki nilai 2,83 dan nilai tengah 3 memiliki nilai 2,98. Setelah itu kita dapat mencari nilai rentang nyata (LSR) dengan mengalikan nilai tadi dengan standar error (SE). Standar error didapat dengan membagi nilai jumlah kuadrat error dengan jumlah respon untuk tiap sampel kemudian dikuadratkan. Dari perhitungan diperoleh SE rata-rata adalah sebesar 0,256. Setelah itu barulah dapat dihitung nilai Least Significant Ranges (LSR) berturut-turut sebesar 0,724 dan 0,763. Selisih antara nilai rata-rata contoh kemudian dibandingkan dengan Least Significant Ranges (LSR), rata-rata sampel pada segi rasa tersebut dinotasikan dalam persamaan: A C=4,444 4,333=0,111< 0,763 (tidak berbeda nyata) A B=4,444 5,111= 0,667<0,724 (tidak berbeda nyata) B C=5,111 4,333=0,778> 0,724 (berbeda nyata ) Dari data diatas dapat diketahui bahwa sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel C, menunjukkan bahwa bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir secara overall tidak menghasilkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan dengan jumlah telur 8 butir. Begitu pula sampel A dengan sampel B. Sampel A tidak berbeda nyata dengan sampel B, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 10 butir secara overall tidak menghasilkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 6 butir. Berbeda dengan selisih B dan C yang menghasilkan perbedaan yang nyata, yang artinya bolu pandan dengan jumlah telur 6 butir secara overall menghasilkan

25 perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan bolu pandan jumlah telur 8 butir. E. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari praktikum acara IV Uji Perbandingan Jamak (Multiple Comparison Test) ini antara lain: 1. Uji perbandingan jamak adalah uji dengan menggunakan satu sampel baku sebagai pembanding dan dua atau lebih sampel uji untuk dievaluasi seberapa berbeda dengan sampel baku. 2. Sampel yang digunakan pada uji perbandingan jamak adalah bolu pandan dengan perbedaan pada pemberian jumlah telur kedalamnya. Sampel pertama dengan kode 128 berisi 10 butir telur, pada sampel kedua dengan kode 212 berisi 6 butir telur, sampel ketiga dengan kode 861 berisi 8 butir telur dan sampel sebagai sampel baku (R) berisi 12 butir telur. 3. Pada parameter warna, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 861, sampel 212 dan sampel Pada parameter rasa, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 212, sampel 861 dan yang terakhir sampel Pada parameter tekstur, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 128, sampel 861 dan sampel Pada parameter overall, urutan sampel dengan penilaian terbaik hingga terburuk adalah sampel 861, sampel 128 dan sampel Untuk semua parameter (warna, rasa, aroma, dan overall) tidak terdapat perbedaan yang nyata antarsampel bolu pandan, karena selisih antara nilai rata-rata contoh yang didapat lebih kecil dari nilai Least Significant Ranges (LSR).

26 DAFTAR PUSTAKA Budijanto, Slamet. dkk Penentuan Umur Simpan Seasoning menggunakan Metode Accelerated Shelf-Life Testing (A SLT) dengan Pendekatan Kadar Air Kritis. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.11 (2): Darmawan, Deni Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Faisal, Sanapiah Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya. Usaha Nasional. Holm, Sture A Simple Sequentially Rejective Multiple Test Procedure. Jurnal Scand J Statist 6: 65-70, Chalmers University of Technology, Goteborg. Kosoemawardani, Dyah Analisis Sensori Rusip dari Sungai Liat Bangka. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian, Vol.12 (2): Le, M.T., et al Question on IPM: A Case Study on Lemon Juice. Journal of Integrating on Sensory Evalusation, Vol.1 (1): Mariyani, Neny Studi Pembuatan Mie Kering Berbahan Baku Tepung Singkong dan Mocal (Modified Cassava Flour). Jurnal Sains Terapan, Vol.1 (3): 1-8. Salehifar, M. Shahedi, M Effects of Oat Flour on Dough Rheology, Texture and Organoleptic Properties of Taftoon Breads. Jurnal Agric. Sci. Technol. (2007) Vol. 9: Islamic Republic of Iran. Setyaningsih, Dwi., Anton Apriyantono dan Maya Puspita Sari Analisa Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor. IPB Press. Szczesniak, Alina Surmacka Texture is a Sensory Property. Food Quality and Preference, Vol.13 (1):

27 LAMPIRAN 1. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Warna 4662 Faktor Koreksi(FK)= (27 )(3) = =2680, JK Sampel= ,938=164, JK Panelis= ,938=86,395 3 JK Total=( ) 2689,938=301,062 JKE=301, ,025 86,395=50,642 df sampel=3 1=2 df panelis=27 1=26 df error=2 x26=52 df total= =80 164,025 JKR Sampel= =82, ,395 JKR Panelis= =3, ,642 JKR Error= =0, Fhitung Sampel= 82,012 0,974 =84,

28 Fhitung Panelis=3, ,974 =3,412 Standar Error (SE)= 0, = 0,189 Nilai LSR ( p=2)=2,83 x0,189=0,537 Nilai LSR ( p=3)=2,98 x 0,189=0,566 A C=4,185 5,444= 1,259<0,566 (tidak berbedanyata ) A B=4,185 7,630= 3,445<0,537 (tidak berbedanyata ) B C=7,630 5,444=2,186 >0,537(berbeda nyata) 2. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Rasa 3912 Faktor Koreksi(FK)= (27 ) (3 ) = =1887, JK Sampel= ,420=4, JK Panelis= ,420=136,247 3 JK Total=( ) 1887,420=275,580 JKE=275,580 4, ,247=134,420 df sampel=3 1=2 df panelis=27 1=26

29 df error=2 x26=52 df total= =80 4,914 JKR Sampel= =2, ,247 JKR Panelis= =5, ,420 JKR Error= =2, Fhitung Sampel= 2,457 2,585 =0,950 Fhitung Panelis=5,240 2,585 =2,028 Standar Error (SE)= 2, = 0,309 Nilai LSR ( p=2)=2,83 x0,309=0,876 Nilai LSR ( p=3)=2,98 x 0,309=0,922 A C=5,037 4,481=0,556<0,922 (tidak berbedanyata ) A B=5,037 4,963=0,074<0,876(tidak berbeda nyata) B C=4,963 4,481=0,482<0,876(tidak berbeda nyata) 3. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Aroma 3592 Faktor Koreksi(FK)= (27 ) (3 ) = =1591,123 81

30 JK Sampel= ,123=1, JK Panelis= ,123=127,877 3 JK Total=( ) 1591,123=231,877 JKE=231,877 1, ,877=102,419 df sampel=3 1=2 df panelis=27 1=26 df error=2 x26=52 df total= =80 1,581 JKR Sampel= =0, ,877 JKR Panelis= =4, ,419 JKR Error= =1, Fhitung Sampel= 0,791 1,970 =0,402 Fhitung Panelis= 4,918 1,970 =2,496 Standar Error (SE)= 1, = 0,270

31 Nilai LSR ( p=2)=2,83 x0,270=0,764 Nilai LSR ( p=3)=2,98 x 0,270=0,805 A C=4,630 4,333=0,297<0,805 (tidak berbedanyata ) A B=4,630 4,333=0,297<0,764 (tidak berbedanyata ) B C=4,333 4,333=0<0,764 (tidakberbeda nyata) 4. Perhitungan Tabulasi Data Penilaian Overall 3752 Faktor Koreksi(FK)= (27 ) (3 ) = =1736, JK Sampel= ,111=9, JK Panelis= ,111=117,556 3 JK Total=( ) 1736,111=218,889 JKE=218,889 9, ,556=91,777 df sampel=3 1=2 df panelis=27 1=26 df error=2 x26=52 df total= =80 9,556 JKR Sampel= =4,778 2

32 117,556 JKR Panelis= =4, ,777 JKR Error= =1, Fhitung Sampel= 4,778 1,765 =2,707 Fhitung Panelis= 4,521 1,765 =2,561 Standar Error (SE)= 1, = 0,256 Nilai LSR ( p=2)=2,83 x0,256=0,724 Nilai LSR ( p=3)=2,98 x 0,256=0,763 A C=4,444 4,333=0,111<0,763 (tidak berbeda nyata) A B=4,444 5,111= 0,667<0,724 (tidak berbeda nyata) B C=5,111 4,333=0,778>0,724 (berbedanyata )

ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST)

ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST) ACARA IV UJI PERBANDINGAN JAMAK (MULTIPLE COMPARISON TEST) A. Tujuan Untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara satu atau lebih sampel dengan sampel baku dan untuk memperkirakan besarnya perbedaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel.

Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 3. Netralkan indera pengecap anda dengan air putih setelah selesai mencicipi satu sampel. Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : Tlp/HP : Peminatan : Instruksi 1. Ciciplah sampel satu persatu. 2. Pada kolom kode sampel berikan penilaian anda dengan

Lebih terperinci

Berdasarkan variabel yang diteliti, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis.

Berdasarkan variabel yang diteliti, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Objek dalam penelitian ini yang akan dilakukan yaitu meneliti kualitas produk beberapa surabi pada pedagang surabi di kota Bandung, dengan subjek penelitian produk surabi

Lebih terperinci

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Lampiran FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama : Umur : Jenis Kelamin : Petunjukan Penilaian Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat anda tentang apa yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama panelis : Umur : Jenis kelamin : Tlp/HP : Peminatan : Instruksi 1. Ciciplah sampel satu persatu. 2. Pada kolom kode sampel berikan

Lebih terperinci

Uji Segitiga. Uji Hedonik

Uji Segitiga. Uji Hedonik Nama : Elya Hidayati Nim : 135080301111003 Kelompok : 2 Kelas : T03 Uji Segitiga 1. Judul jurnal : Analisa Asam Lemak Tidak Jenuh pada Tepung Sorghum (Sorghum bicolor L.) Termodifikasi dan Aplikasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek dalam penelitian ini adalah inovasi produk brownies stick

Lebih terperinci

Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Kesukaan (Hedonik) Es krim bit dan brokoli Berdasarkan Indikator Aroma

Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Kesukaan (Hedonik) Es krim bit dan brokoli Berdasarkan Indikator Aroma Lampiran 6 Rekapitulasi Data Skor Hasil Penilaian Kesukaan (Hedonik) Es krim bit dan brokoli Berdasarkan Indikator Aroma No Jenis Umur Perlakuan Total Panelis Panelis Kelamin (Tahun) A B C Y i i Y 2 ij

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:72) Penelitian Eksperimen atau Experimental Research dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah formulasi pada muffin berbasis tepung mocaf sebesar (30%, 50%, dan 70%) sementara untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A KELOMPOK XIV

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A KELOMPOK XIV LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS ACARA III UJI RANKING OLEH PENINA J1A013100 KELOMPOK XIV PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTASTEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM 2015 HALAMAN

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PENGENDALIAN MUTU PANGAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PENGENDALIAN MUTU PANGAN No. LST/TBB/BOG207 Revisi : 01 Tgl. 01 Februari 2010 Hal 1 dari 16 1. Kompetensi: Mampu mempraktikkan dan mengaplikasikan ranking test dalam bidang boga. 2. Sub Kompetensi: a. Mampu menjelaskan prinsip

Lebih terperinci

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) 70 Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama : Umur : Jenis Kelamin : Petunjuk Penilaian Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat anda tentang apa yang dirasakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini yang akan dilakukan yaitu meneliti mutu organoleptik terhadap inovasi produk cookies lidah kucing berbahan dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian, Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek yang diteliti yaitu kue Ali Agrem berbahan dasar tepung ubi ungu dilihat dari quality of item (mutu makanan) dan subjek dari penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Form Uji Ranking dan Mutu Hedonik

LAMPIRAN Lampiran 1. Form Uji Ranking dan Mutu Hedonik LAMPIRAN Lampiran 1. Form Uji Ranking dan Mutu Hedonik Nama : No. Hp: Tgl. Uji : Intruksi Umum : 1. Di hadapan Anda tersedia sampel telur asin yang harus dinilai berdasarkan atribut yang tertera dalam

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran, Bab 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanbahannya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Beras aruk substitusi kacang merah sebelum dan setelah pemasakan

Lampiran 1. Beras aruk substitusi kacang merah sebelum dan setelah pemasakan LMPIRN 43 Lampiran 1. Beras aruk substitusi kacang merah sebelum dan setelah pemasakan Perlakuan Singkong Formula 100 Singkong : tepung kacang merah 95:5 Singkong : tepung kacang merah 90:10 Singkong :

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran dari penelitian yang akan dilaksanakan. Objek dalam penelitian ini adalah tepung gembili (dioscorea

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF

Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF 65 Lampiran 1. Format uji organoleptik UJI ORGANOLEPTIK KARAKTERISTIK FLAT WAFER DARI TEPUNG KOMPOSIT KASAVA TERMODIFIKASI DENGAN BERBAGAI JENIS MOCAF Nama Produk : Flat Wafer Dari Tepung Komposit Kasava

Lebih terperinci

PENGUJIAN ORGANOLEPTIK (EVALUASI SENSORI) DALAM INDUSTRI PANGAN

PENGUJIAN ORGANOLEPTIK (EVALUASI SENSORI) DALAM INDUSTRI PANGAN PENGUJIAN ORGANOLEPTIK (EVALUASI SENSORI) DALAM INDUSTRI PANGAN EBOOKPANGAN.COM 2006 1 BAB1. PENGUJIAN ORGANOLEPTIK (EVALUASI SENSORI) Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini mencakup tepung tape ketan (X) dan daya terima konsumen (Y) pada produk brownies tape ketan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. OPTIMASI FORMULA 1. Penentuan Titik Maksimum Tahap awal dalam penelitian ini adalah penentuan titik maksimum substitusi tepung jagung dan tepung ubi jalar. Titik maksimum

Lebih terperinci

t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

t-test: Two-Sample Assuming Unequal Variances LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi multivitamin dan mineral Caviplex Komponen Jumlah Komponen Jumlah Vitamin A 4000 IU Acid Folic 1 mg Vitamin D 400 IU Fe Fumarat 135 mg Vitamin B1 3 mg Acid Glutamic 50 mg

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : 1.1 Latar Belakang, 1.2 Identifikasi Masalah, 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian, 1.4 Manfaat Penelitian, 1.5 Kerangka Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen, metode ini ditempuh dalam pembuatan Chiffon cake dengan subtitusi tepung kulit singkong 0%, 5%, 10%,

Lebih terperinci

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK)

FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Lampiran 1 FORMULIR UJI KESUKAAN (UJI HEDONIK) Nama : Umur : Jenis Kelamin : Petunjuk Penilaian Ujilah sampel satu persatu dengan sebaik-baiknya dan nyatakan pendapat anda tentang apa yang dirasakan oleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K. Overall K N

LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K. Overall K N LAMPIRAN HASIL OUTPUT PENILAIAN UJI HEDONIK One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Warna K Aroma K Rasa K Tekstur K Overall K N 31 31 31 31 31 Normal Parameters a,b 80,419 74,258 Mean 65,2258 69,8710 71,2581

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing Tingkat Kesukaam (Warna) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing 4.1.1. Warna Warna merupakan salah satu parameter fisik suatu bahan pangan yang penting. Kesukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November Mei 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November Mei 2016 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November 2015 13 Mei 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

BAB VIII UJI PENERIMAAN : UJI MUTU HEDONIK

BAB VIII UJI PENERIMAAN : UJI MUTU HEDONIK BAB VIII UJI PENERIMAAN : UJI MUTU HEDONIK A. PENDAHULUAN Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Alur Pembuatan Gelatin Kulit Ikan (Modifikasi Pelu et al, 1998 ) Pencucian dengan air. Pembersihan dari daging dan

Lampiran 1. Bagan Alur Pembuatan Gelatin Kulit Ikan (Modifikasi Pelu et al, 1998 ) Pencucian dengan air. Pembersihan dari daging dan Lampiran. Bagan Alur Pembuatan Gelatin Kulit Ikan (Modifikasi Pelu et al, 99 ) Pencucian dengan air Pembersihan dari daging dan Pengecilan ukuran Perendaman dengan asam asetat % selama jam Pencucian dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pembuatan Mie Basah Rasa Sayur Bayam Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pembuatan Mie Basah Rasa Sayur Bayam Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pembuatan Mie Basah Rasa Sayur Bayam Hijau Proses pembuatan mie basah rasa sayur bayam hijau ini diawali dengan penyediaan bahan baku sampai pada proses pembuatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN Muflihani Yanis, Noveria Sjafrina, Syarifah Aminah BPTP DKI Jakarta Jl raya ragunan no.30 ABSTRAK Tepung

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah formulasi pada roti tawar dengan penambahan tepung tulang ikan lele dumbo sebesar (10%, 30%,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, salah satu industri yang berkembang sangat pesat adalah industri kuliner atau makanan. Salah satu makanan yang sedang digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penilaian puding jagung sebelum puding jagung siap saji terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penilaian puding jagung sebelum puding jagung siap saji terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian puding jagung sebelum puding jagung siap saji terlebih dahulu melewati tahap penyiapan bahan, menimbang bahan, menformulasi bahan hingga memasak bahan dengan menambahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi

Lebih terperinci

Uji hedonik (uji kesukaan)

Uji hedonik (uji kesukaan) ILMU TEKNOLOGI PANGAN Uji hedonik (uji kesukaan) Disusun Oleh : WAHIDATUL LAENI SA ADAH P07131011 047 MEJA :III SEMESTER IV KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji :

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji : LAMPIRAN 47 48 Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji : Spesifikasi Nilai Kode Contoh A B C D 1. Kenampakan Warna cokelat,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian Uji kesukaan hasil jadi kue kering nastar menggunakan tepung terigu dan tepung beras ketan hitam ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN SELAI DENGAN BAHAN DASAR TAPE KETAN HITAM DAN TAPE KETAN KUNINGAN SERTA DAYA TERIMA KONSUMENNYA

STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN SELAI DENGAN BAHAN DASAR TAPE KETAN HITAM DAN TAPE KETAN KUNINGAN SERTA DAYA TERIMA KONSUMENNYA STUDI EKSPERIMEN PEMBUATAN SELAI DENGAN BAHAN DASAR TAPE KETAN HITAM DAN TAPE KETAN KUNINGAN SERTA DAYA TERIMA KONSUMENNYA Alhumaira Adipura, Woro Priatini, Wendi Andriatna Program Studi Manajemen Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Pengolahan dan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, CV. An-

Lebih terperinci

WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK

WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK 7. LAMPIRAN Lampiran. Worksheet Analisa Sensori Tanggal Uji : Jenis Sampel : mie basah WORKSHEET UJI RANGKING HEDONIK Identifikasi Mie bahan baku tepung terigu 00% Mie bahan baku tepung MOCAL 00% Mie bahan

Lebih terperinci

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution Hilka Yuliani, Nancy Dewi Yuliana, Slamet Budijanto Departemen Ilmu dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kedua sampel sama Kedua sampel berbeda

LAMPIRAN. Kedua sampel sama Kedua sampel berbeda LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Uji Pembedaan Sederhana UJI PEMBEDAAN SEDERHANA Nama : tanggal : Produk : Cookies ubi jalar Instruksi : 1. Dihadapan anda terdapat dua buah sampel cookies. Cicipi sampel

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KUNING TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SPONGE CAKE Oleh : Elis Rumini

PENGARUH JUMLAH KUNING TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SPONGE CAKE Oleh : Elis Rumini PENGARUH JUMLAH KUNING TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SPONGE CAKE Oleh : Elis Rumini Abstrak Sponge cake selama ini dikenal sebagai cake dasar dalam pembuatan decorating cake ( kue tart yang dihias). Pada

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 3.2.Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Bab V ANALISA. V.1 Analisis waktu pengocokan telur (whipping time)

Bab V ANALISA. V.1 Analisis waktu pengocokan telur (whipping time) Bab V ANALISA V.1 Analisis waktu pengocokan telur (whipping time) Jumlah waktu yang diperlukan dalam mengocok telur hingga mencapai tekstur yang putih, ringan, dan kental (atau disebut juga sebagai Ribbon

Lebih terperinci

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan

Gambar 12.(a) Persentase Responden yang Memilih Makanan Ringan dan Makanan Berat, (b) Persentase Produk Makanan Ringan 3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Survei Berdasarkan survei pemetaan produk yang dilakukan didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang memilih makanan ringan sebagai jenis makanan yang akan diaplikasikan beras

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJI SKALAR [UJI PERBANDINGAN PASANGAN DAN UJI PERBANDINGANJAMAK]

UJI SKALAR [UJI PERBANDINGAN PASANGAN DAN UJI PERBANDINGANJAMAK] Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat/27 April 2012 Analisis Organoleptik PJ Dosen : Mira Miranti, STP, MSi. Tim Penyaji : Kelompok 9 Asisten : Ummi Rufaizah UJI SKALAR [UJI PERBANDINGAN PASANGAN DAN

Lebih terperinci

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

Sifat Sensoris (Sensory Properties) Analisis Sifat Sensoris Bahan Pangan By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FTP - UB 2016 Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

UJI KESUKAAN HASIL JADI KUE PANDAN KUKUS MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA

UJI KESUKAAN HASIL JADI KUE PANDAN KUKUS MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA UJI KESUKAAN HASIL JADI KUE PANDAN KUKUS MENGGUNAKAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG TAPIOKA Meirlane Renata Prabaharjana Hotel Management Department, BINUS University Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk,

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCEJ () () Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH PENGGUNAAN JENIS GULA TERHADAP KUALITAS PEMBUATAN KUE JAHE DARI TEPUNG JAGUNG Tya Nurfalakha

Lebih terperinci

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung 64 65 Lampiran 2. Perhitungan Kadar Lemak secara Teoritis Tabel L2.1. Formulasi Cookies Jagung Proporsi Bubur Buah Labu Kuning Kukus Berat Bahan (g) P1 (0%) P2 (10%)

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan, Laboratorium Organoleptik, dan Laboratorium Analisis Kimia Pangan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. 22 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016-Januari 2017. Penelitian kadar air, aktivitas air (a w ), dan pengujian mutu hedonik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Gula Total secara Teoritis

Lampiran 1. Perhitungan Kadar Gula Total secara Teoritis 35 Lampiran 1. Perhitungan Kadar Gula Total secara Teoritis Kadar gula pada masing-masing bahan. Tepung jagung = 1-3% Tapioka = - Margarin = - Telur = - Susu skim = - Baking powder = - Garam = - Bahan

Lebih terperinci

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK Laporan Praktikum Hari/tgl : Kamis/16 FebruarI 2012 Analisis Organoleptik PJ Praktikum : Elza Nur Fadhila, S.KM Tim Penyaji : Kelompok 1 Asisten Praktikum : Dewi Fitriyanti, A.Md PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan penilaian organoleptik puding dilakukan dalam salah satu

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan penilaian organoleptik puding dilakukan dalam salah satu BAB III TEKNIK PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penilaian organoleptik puding dilakukan dalam salah satu ruangan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Kota Gorontalo. Waktu

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu permasalahan yang diteliti oleh penulis. Objek yang di teliti yaitu cheesecake, bolu kukus dan muffin kulit manggis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake adalah produk makanan semi basah yang dibuat dengan pemanggangan adonan yang terdiri dari tepung terigu, gula, telur, susu, lemak, dan bahan pengembang dengan

Lebih terperinci

TEKSTUR CAKE BERAS KETAN HITAM DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI OLEH: ONNY MELIANA

TEKSTUR CAKE BERAS KETAN HITAM DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI OLEH: ONNY MELIANA TEKSTUR CAKE BERAS KETAN HITAM DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI OLEH: ONNY MELIANA 6103009106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

PENILAIAN ORGANOLEPTIK

PENILAIAN ORGANOLEPTIK PENILAIAN ORGANOLEPTIK HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout : PENILAIAN ORGANOLEPTIK (Oleh :

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Volume Impor Gandum di Indonesia

Tabel 1.1 Volume Impor Gandum di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan kuliner yang luar biasa. Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas kuliner tersendiri. (Bondan, 2014) Ragam

Lebih terperinci

Resep Semprit Standar. Tabel 1. Bahan pembuatan semprit standar

Resep Semprit Standar. Tabel 1. Bahan pembuatan semprit standar Lampiran 1 Resep Semprit Standar Tabel 1. Bahan pembuatan semprit standar No Komposisi Resep Standar 1 Tepung terigu segitiga 55 gram 2 Tepung maizena 15 gram 3 Margarin 5 gram 4 Gula halus 2 gram 5 Telur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, sementara pengujian mutu gizi dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun 2017 diawali dengan persiapan ekstrak pegagan di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro. Formulasi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu permasalahan yang diteliti oleh penulis. Objek yang di teliti yaitu choux pastry dari tepung talas dan subjek

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH

STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH STUDI PEMANFAATAN TEPUNG BIJI NANGKA DAN TEPUNG AMPAS KELAPA SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN MI BASAH STUDY THE UTILIZATION OF JACKFRUIT SEED FLOUR AND COCONUT PULP FLOUR AS A SUBSTITUTE

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan 14 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Materi Penelitian Penelitian substitusi tepung suweg terhadap mie kering ditinjau dari daya putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI OLEH: SITI KANIAWATI NRP 6103012118 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

UJI SKORING DAN UJI RANKING

UJI SKORING DAN UJI RANKING Laporan Praktikum Hari, tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014 Pengawasan Mutu Dosen : Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA. Asisten : 1) Ismanda Harry S. (F34100002) 2) Taufiq Pratama P. (F34100013) UJI SKORING DAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA LAPORAN PRAKTIKUM UJI SEGITIGA DAN PEMBEDA SEDERHANA Oleh : KELOMPOK 1 YOGA SETIAWAN 115100800111027 ISMIZANA JATI PRASIDDHA 115100807111007 CATUR SETYA BUDIRINI 115100800111009 ANASTASIA APRILANI 115100800111019

Lebih terperinci

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4 Gambar 2. Biskuit B1 dengan penambahan brokoli dan jambu biji fresh, dan konsentrasi tepung bekatul 3,5%; B2 dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia ~akanan Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan (food additives). Penggantian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. 3.1. Materi

Lebih terperinci

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM

FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Lampiran 1 FORMULIR DAYA TERIMA (UJI KESUKAAN) MIE BASAH JAMUR TIRAM Nama : Tanggal : Nama Produk : Mie Basah Jamur Tiram Dihadapan Saudara terdapat empat sampel produk mie basah. Saudara diminta untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini, objek penelitian meliputi independent variabel (variabel bebas) yaitu kualitas produk dari produk inovasi donat jahe dan produk kontrol

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Huda Clara Meliyanti Kusharto Merry Aitonami DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Oleh: Nurul Huda Clara Meliyanti Kusharto Merry Aitonami DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 Oleh: Nurul Huda Clara Meliyanti Kusharto Merry Aitonami DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 Pendahuluan Metodologi Penelitian Hasil dan Pembahasan Kesimpulan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)

KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) i KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) SKRIPSI Oleh: JULIARDO ESTEFAN PURBA 120305048/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uji Organoleptik Tes organoleptik ini melibatkan panelis untuk melakukan penilaian terhadap produk atau sampel. Parameter yang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging sapi bagian paha belakang (silverside) III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging

Lebih terperinci