EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA"

Transkripsi

1 1

2 2 TESIS EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA FRANSISKA MOCHTAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

3 3 TESIS EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA FRANSISKA MOCHTAR PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

4 4 EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species)memperbaiki PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana FRANSISKA MOCHTAR PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 LembarPengesahan

5 5 TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 13 Juli 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, SpAnd. FAACS NIP Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK NIP Mengetahui, Ketua Program StudiIlmuBiomedik Program Pascasarjana UniversitasUdayana Direktur Program Pascsarjana UniversitasUdayana Dr.dr. GdeNgurahIndragunaPinatih, MSc, Sp.GK NIP Prof.Dr.dr. A.A. RakaSudewi, Sp.S(K) NIP Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal : 13 Juli 2016

6 6 Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : Penguji : 1. Prof.Dr.dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And, FAACS 2. Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK 3. Prof.Dr.dr. J Alex Pangkahila, MSc, Sp.And 4. Dr.dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes 5. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes

7 7 Plagiat Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : FransiskaMochtar Program Studi : Program Magister IlmuBiomedik Program Pascasarjana Universitas Udayana NIM : No. Telp/No HP : fransiska_mochtar@yahoo.com Judul Proposal : Ekstrak Daun Bungur (Lagerstronemia Species)Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar Jantan Dislipidemia Menyatakanbahwanaskahdalamtesisinitidak mengandung unsur plagiarisme. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabilaterdapatunsurpelanggaran, maka saya bersedia untukmempertanggungjawabkan sesuai peraturan yang berlaku. Denpasar, Yang membuat pernyataan, FransiskaMochtar

8 8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepadatuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, karunia serta petunjuk-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Ekstrak Daun Bungur (Lagerstronemia Species) Memperbaiki Profil Lipid Tikus Wistar Jantan Dislipidemia dalam rangka memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Biomedik, kekhususan Anti Aging Medicine, di Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Bali. Selama penelitian ini, penulis mendapat banyak pengalaman berharga yang memperkaya wawasan, serta sebagai proses pembelajaran hidup penulis baik dari segi ilmiah maupun dari segi sosial. Semua ini tidak lepas dari peran serta orang-orang disekeliling penulis yang senantiasa mendukung dengan tulus dan ikhlas. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Prof.Dr.dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Biomedik, Universitas Udayana, Bali. Prof.Dr.dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjad imahasiswi pada Program Magister Ilmu Biomedik, Universitas Udayana, Bali. Dr.dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, SpGK, selaku Ketua Program Studi Ilmu Biomedik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Program Magister Ilmu Biomedik, UniversitasUdayana, Bali. Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, selaku Pembimbing I, yang dengan penuh perhatian memberikan semangat, bimbingan, waktu dan saran yang sangat berharga selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam menyelesaikan tesis ini. Prof.dr. IGM Aman, Sp.FK, selaku Pembimbing II, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan, waktu dan saran yang sangat berharga kepada penulis selama penulis mengikuti program magister khususnya dalam menyelesaikan tesis ini. Prof. Dr.dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And, selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangatberharga dalam penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister.

9 9 Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK.,M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi yang sangat berharga dalam penyusunan tesis ini dan selama penulis mengikuti program magister. I Gede Wiranatha, S.Si, yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam pelaksanaan penelitian di laboratory animal unit bagian Farmakologi FK Udayana. Suami tercinta Elromano Santos dan Keluarga dan atas iringan doa, semangat, perhatian, dorongan dan kasih sayang yang tulus dan tidak terhingga kepada penulis, terutama menjaga cucu-cucu sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini. Seluruh dosen Ilmu Biomedik Universitas Udayana Bali, yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat dan seluruh staf Magister Ilmu Biomedik yang telah mendukung, memberikan informasi dan bantuan kepada penulis mulai dari awal sampai akhir menuntut ilmu di PS. Ilmu Biomedik. Teman-teman aam dr Triwiji dan teman-teman seangkatan yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan dorongan sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.akhir kata penulis ucapkan, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Denpasar, 13 Juli 2016 Penulis, FransiskaMochtar

10 10 ABSTRAK EKSTRAK DAUN BUNGUR (Lagerstronemia species)memperbaiki PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN ( RattusNorvegicus) DISLIPIDEMIA Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikkan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Prinsip utama pada pengobatan dislipidemia adalah memperbaiki gaya hidup meliputi pemilihan makanan yang berhubungan dengan obat-obatan anti hiperlipidemik. Bungur (Lagerstronemia species) atau ketangi adalah tumbuhan yang banyak mengandung senyawa saponin, flavonoid, alkaloid. Masyarakat menggunakan bungur untuk mengatasi gangguan diabetes, gangguan ginjal, antiobesitas dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efektifitas ekstrak daun bungur dalam memperbaiki kenaikan profil lipid pada tikus dislipidemia. Penelitian ini merupakan studi eksperimental murni dengan pretest-post test control group design yang menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, dewasa (berumur 2-2,5 bulan), dislipidemia dengan kolesterol total di atas 200 mg/dl sebagai sampel. Tikus kemudian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0/pemberian plasebo berupa aquades) dan kelompok perlakuan (P1/pemberian ekstrak daun bungur dosis 500 mg/kgbb/hari). Penelitian dilakukan selama 28 hari, darah diambil melalui medialcanthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL sebelum perlakuan (pretest), sesudah perlakuan 14 hari (post-test 1) dan setelah perlakuan 28 hari (post-test 2). Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total P0 (pretest) adalah ±9,76, P0 posttest I (14 hari perlakuan) 219,12 ± 8,86, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 223,18±8,31. Kadar trigliserida P0adalah 145, 05 ±9,10, P0 posttest I (14 hari perlakuan) 147,50 ± 8,64, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 148,99 ± 8,49. Kadar HDL P0adalah 23,73 ± 6,29, P0 posttest I (14 hari perlakuan22,12 ±5,01, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 20,58 ± Kadar LDL P0adalah 90,78 ±7,28, P0 posttest I (14 hari perlakuan) 93,09 ±6,83, P0 posttest II (28 hari perlakuan) 94,26 ±6,31.Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kolesterol total kelompok yang diberikan ekstrak daun bungur (P1) mengalami penurunan dari 219,06±10,70 mg/dl menjadi 175,85±6,28 mg/dl setelah 14 hari perlakuan dan turun lagi menjadi 135,47±15,33 mg/dlsetelah 28 hari perlakuan (p<0,01). Hal yang sama dapat diamati pada kadar trigliserida yaitu dari142,87±6,77 mg/dl menjadi 125,58±6,46 mg/dl dan turun lagi menjadi 82,19±21,29 mg/dl (p<0,01). Rerata kadar HDL meningkat pada kelompok P1 dari 23,78±4,89 mg/dl menjadi 32,18±5,05 mg/dl dan 46,02±4,88 mg/dl pada hari ke 14 dan hari ke 28 (p<0,01). Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05). Begitu juga kadar LDL yang menurun dapat diamati dari 87,45±7,77 mg/dl menjadi 74,30±5,28 mg/dl di hari ke 14, dan menjadi 36,25±16,22 mg/dl pada hari ke 28 (p<0,01). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Bungur (Lagerstronemia species) dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan memperbaiki HDL darah tikus putih jantandislipidemia. Kata kunci: Daun bungur, kolesterol, trigliserida, LDL, HDL, dislipidemia. ABSTRACT

11 11 EXTRACT OF BANABA (Lagerstronemia species) LEAF IMPROVED LIPID PROFILE IN DYSLIPIDEMIC MALE WISTAR RATS( RattusNorvegicus) Dyslipidemia is an abnormal lipid metabolism characterized by elevation of plasma cholesterol, triglycerides, LDL and decreasing HDL. The main principle in the treatment of dyslipidemia is improving lifestyles include the selection of food associated with anti-hyperlipidemia. Banaba (Lagerstronemia species) or bungur is a plant abundantly contains saponin, flavonoid, and alkaloid. In society, Banaba is used to cure diabetes, kidney disorders, as an anti-obesity and antioxidants. This study aimed to prove the effectiveness of Banaba leaf extract in preventing the increase in lipid profile in dyslipidemic male wistar rats This study was a true experimental study with pretest-posttest control group design using 20 male albino wistar rats (Rattus norvegicus), adult (2-2.5 old months), dyslipidemia with total cholesterol above 200 mg/dl as the sample.rats were then divided into two groups with 10 rats each, the control group (P0 / treated with placebo of distilled water) and the treatment group (P1 / Banaba leaf extract dose of 500 mg/kg/day). The study was conducted for 28 days, blood is drawn through the canthus medialorbitalis for total cholesterol, triglycerides, HDL and LDL measurement before treatment (pretest), after 14 days treatment (post-test 1) and after treatment of 28 days treatment (post-test 2). The results showed the average total cholesterol levels P0 ( pretest ) is , P0 posttest I ( 14 days of treatment ) ±8.86, P0 posttest II ( 28 days of treatment ) ± P0 triglyceride levels are 145, 05 ± 9.10, P0 posttest I ( 14 days of treatment ) ±8.64, P0 posttest II ( 28 days of treatment ) ± P0 HDL level is ±6.29, P0 posttest I ( 14 days of treatment 22,12 ± 5.01, P0 posttest II ( 28 daysof treatment ) ± Levels of LDL PO is ± 7 28, P0 posttest I ( 14 days of treatment ) , P0 posttest II ( 28 days of treatment ) ± 6.31.The results showed that the average of total cholesterol levels in P1 group treated with Banaba leaf extract has decreased from ±10.70 mg/dl to ±6.28 mg/dl after 14 days of treatment and decreased again to ±15.33 mg/dl after 28 days of treatment (p<0.01). The similar trend can be observed in the levels of triglycerides which decreased drom ±6.77 mg/dl to ±6.46 mg/dl and fell further to 82.19±21.29 mg/dl (p<0.01 ). Mean HDL levels increased in group P1 from 23.78±4.89 mg/dl to 32.18±5.05 mg/dl at day 14 and rose again to 46.02±4.88 mg/dl at day 28 (p<0.01).the results showed that the data were normally distributed ( p> 0.05 ). Likewise, decreasing LDL levels can be observed from 87.45±7.77 mg/dl to 74.30±5.28 mg/dl at day 14, and became 36.25±16.22 mg/dl at day 28 (p<0.01). Based on these results it can be concluded that the leaf extract of Banaba (Lagerstronemia species) decreasedof total cholesterol, triglycerides, LDL and increasedof HDL dyslipidemia-induced male wistar rats. Keywords: Leaf bungur, cholesterol, triglycerides, LDL, HDL, dyslipidemia. DAFTAR ISI

12 12 Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH.... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI. xii DAFTAR GAMBAR. xv DAFTAR TABEL.. xvi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG xvii BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Rumusan masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan khusus Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses Penuaan Dislipidemia Definisi Dislipidemia Klasifikasi Dislipidemia Penyebab Dislipidemia Penatalaksanaan Dislipidemia Komplikasi Dislipidemia Diet Tinggi Lemak Lipid Trigliserida Fosfolipid Kolesterol 21

13 AsamLemak Lipoprotein Kilomikron.., Lipoprotein (VLDL) Low DensityLipoprotein (LDL) High Density Lipoprotein (HDL) Apoprotein Metabolisme Lipid Tanaman Obat Definisi Tanaman Obat Pengunaan Tanamn Obat Tanaman Bungur Klasifikasi Metabolit Sekunder Saponin Flavonoid Tanin Tikus putih BAB III BAB IV KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Penelitian Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan sampel Populasi Sampel Perhitungan Besar Sampel Variable Penelitian Indentifikasi Variabel. 45

14 Klasifikasi Variabel Definisi Operasional Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Alur Penelitian Analisa Data BAB V. HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Uji Homogenitas Data antar Kelompok UjiKomparabilitas Analisis Komparabilitas sebelumperlakuan Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Daun Bungur 62 BAB VI. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Diet Tinggi Kolesterol Menyebabkan Dislipidemia EkstrakDaun Bungur Memperbaiki Profil Lipid BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

15 15 DAFTAR GAMBAR Gambar2.1 Adiposopathy. 18 Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia Gambar 2.3 Jaringan adipose dan adiposity pada keadaan Adiposopathy. 19 Gambar 2.4 Biosintesis Lipid Gambar 2.5 Iktisar Metabolisme Lemak.. 31 Gambar 2.6 Daun Bungur Gambar 2.7 Tikus putih Gambar 3.1 Konsep Penelitian.. 41 Gambar 4.1 Rancangan Penelitian. 42 Gambar 4.2 Alur Penelitian Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok. 64 Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok.. 64 Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok. 65 Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok. 65 DAFTAR TABEL

16 16 Halaman Tabel 2.1 Nilai Lipid Tabel 2.2 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) 11 Tabel 2.3 Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder 13 Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet. 14 Tabel 2.5 Kandungan Senyawa Kimia Daun Bungur.. 37 Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Kolesterol Total. 54 Tabel 5.2 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Trigliserida. 54 Tabel 5.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL.. 55 Tabel 5.4 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar LDL. 56 Tabel 5.5 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok 56 Tabel 5.6 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok. 57 Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar HDL Antar Kelompok 57 Tabel 5.8 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LDL Antar Kelompok 58 Tabel 5.9 Rerata NilaiVariabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest).. 59 Tabel 5.10 Rerata NilaiVariabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari. 60 Tabel 5.11 Rerata NilaiVariabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari. 61 Tabel 5.12 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan DAFTAR SINGKATAN PKV = PenyakitKardiovascular

17 17 LDL HDL AAM TLC IDL LPL HL CPT GAEAC GAE TAE QE =low density lipoprotein =high density lipoprotein =Anti Aging Medicine =Therapeutic Lifestyle Change =Intermediate DensityLipoprotein =Lipoprotein Lipase =HepatikLipase =CarnitinePalmitoylTransferase =Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity =Garlic Acid Equivalent =Tannic Acid Equivalent =Quarsetic equivalent

18 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan internal dan eksternal tubuh. Proses penuaan pada tahap yang masih dini seringkali tidak disadari tetapi seiring dengan berlanjutnya proses penuaan itu berbagai keluhan akan mulai timbul. Seseorang mulai merasa cepat lelah, proporsi tubuh berubah, mulai timbul masalah pada kulit, berkurangnya pendengaran dan penglihatan, dan menurunnya performa seksual (Pangkahila, 2007). Pada jaman modern ini banyak masyarakat mempunyai pola hidup yang tidak sehat,makanan cepat saji yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik memunculkan penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit diabetes, penyakit jantung koroner dan dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu.dislipidemia dapat bermanifestasi dengan peningkatan konsentrasi kolesterol total, low density

19 19 lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah( Bays,2011). Keadaan ini sering diikuti dengan sindrom metabolik yang memperburuk semua risiko. Dislipidemia juga merupakan penyebab penuaan dini dan penyebab kematian karena itu pencegahan dan penanganan dislipidemia sangatlah penting. Penurunan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) sebesar 1 mg/dl menurunkan risiko kardiovaskuler 1 %, dan peningkatan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) menurunkan risiko kardiovaskuler 2-3% (Adam, 2011). Dislipidemia menjadi masalah bagi kesehatan dan mempercepat proses penuaan karena dikemudian hari berdampak pada terjadinya arteriosklerosis dan menyebabkan penyakit jantung koroner (Brown dangoldstein, 2009). Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantungterjadi berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah(depkes,2014). Dislipidemia terjadi karena peningkatan asupan lemak berlebihan yang menyebabkan keadaan adiposopathy, dimana terjadi peningkatan TNF-α yang mengakibatkan peningkatan profil lipid darah. Displidemia ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida atau kombinasi keduanya dan biasanya disertai dengan penurunan kolesterol HDL, sehingga menyebabkan resiko untuk penyakit kardiovascular (PKV) (Bays, 2011).

20 20 Prinsip utama pada penatalaksanaan dislipidemia dengan melakukan diet ketat rendah kalori, rendah kolesterol, kurangi alkohol, berhenti merokok dan mengkonsumsi makanan tinggi omega 3, olahraga dan mengatur pola hidup.jika semua intervensi non farmakologis sulit dilakukan dan tidak berhasil, maka diberikan obat anti hiperlipdemia (ACC/AHA, 2013). Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dilakukan berbagai upaya untuk memperpanjang usia dengan mencegah perubahan-perubahan tersebut. Upaya inilah yang mendasari berkembangnya Anti-Aging Medicine (AAM). Dengan konsep AAM proses penuaan serta penyakit dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat kembali ke keadaan semula, dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya begitu saja menjadi tua dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007). Pada saat ini banyak sekali penelitian dilakukan untuk mencari bahan alami yang dapat mencegah dan mengobati dislipidemia, karena bahan alami lebih mudah didapat dan harganya relatif terjangkau.bahan alami diharapkan dapat mencegah dan memperbaiki dislipidemia dengan aman atau setidaknya mempunyai efek samping yang lebih sedikit. Bungur(Lagerstronemia species) atau ketangi adalah tumbuhan sejenis pohon yang dijumpai di Indonesia sebagai peneduh jalan atau pekarangan, diketahui mengandung senyawa saponin, flavonoid, alkaloid (Liu et al.,2001). Masyarakat Fillipina menggunakan bungur untuk mengatasi gangguan diabetes

21 21 dan gangguan ginjal (Klein et al., 2007). Selain antidiabetes, ekstrak bungur memiliki khasiat sebagai antiobesitas dan antioksidan(hernawan et al.,2003). Kandungan antioksidan dalam ekstrak daun bungur mempunyai efek yang menguntungkan pada fungsi yaitu menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah vasodilator endogenous yang mempunyai kemampuan anti aterogenesis. Oksidasi LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species (ROS) yang bersifat toksik, dan jika berikatan dengan NO akan membentuk peroksinitrik oksidan. Oksidasi kolesterol ini dapat memacu terjadinya proses aterogenesis (Vita, 2005) Selain mengandung asam korosolat, ekstrak daun bungur juga mengandung tannin (Hayashi et al., 2002). Tanin terbukti meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus, (Hayashi et al., 2002). Kemampuan ekstrak daun bungur dalam memperbaiki profil lipid terkait dengan kandungan senyawa fitokimia di dalamnya. Daun bungur mengandung senyawa asam korosolat, tanin, lagerstroemin (Hayashi et al., 2002), saponin, flavonoid, alkaloid. (Liu et al.,2001). Asam korosolat telah banyak dibuktikan memiliki efek antikolesterol. Salah satu mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat penyerapan kolesterol di usus halus dengan menghambat aktivitas enzim cholesterol acyltransferase (Takagi et al., 2010). Selain itu penelitian juga membuktikan bahwa asam korosolat memiliki aktivitas untuk meningkatkan metabolism lemak terhadap 12 subjek penelitian yang mengkonsumsi ekstrak daun bungur selama 2 minggu

22 22 sehingga kadarnya dalam darah dapat menurun secara drastis dan mengalami penurunan berat badan yang bermakna (Tsuchibe et al., 2006). Hasil ini juga didukung hasil penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada hati tikus sebanyak 65% (Suzuki et al., 1999). Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa efek antidislipidemia ekstrak daun bungur diperantarai jalur oleh peroxisome proliferator-activated receptors (PPARs), Mitogen-activated protein kinases (MAPK), NF-κB dan transduksi sinyal lainnya (Stohs et al., 2012). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan Kolesterol Total pada tikus dislipidemia? 2. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan Trigliserida pada tikus dislipidemia? 3. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus dislipidemia? 4. Apakah pemberian ekstrak daun bungur dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein)pada tikusdislipidemia?

23 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun bungur memperbaiki profil lipid pada tikus putih yang dislipidemia Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar kolesterol total tikus jantan dislipidemia 2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar trigliserida tikus jantan dislipidemia 3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar HDL pada tikus jantan dislipidemia 4. Untuk membuktikan pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL serum pada tikus jantan dislipidemia 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Keilmuan Menambah informasi bahwa senyawa yang terdapat pada ekstrak daun bungur memperbaiki profil lipid pada tikus jantan dislipidemia Manfaat Praktis Bila terbukti bahwa ekstrak daun bungur memperbaiki profil lipidpada tikus jantandislipidemia maka temuan tersebut dapat diinformasikan kepada masyarakat luas dan dapat dipakai pada manusia setelah uji klinis

24 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Penuaan Faktor yang menyebabkan proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, kemiskinan, dan stress (Pangkahila, 2011). Proses penuaan biologis terjadi secara perlahan-lahan dan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain (Pangkahila, 2007) : 1. Tahap subklinik (usia tahun) Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi penurunan kadar hormon didalam tubuh, seperti growth hormone, testosterone dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum terjadi tandatanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. 2. Tahap transisi (usia tahun) Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda lagi, misalnya penumpukan lemak di daerah sentral, rambut mulai putih, penyembuhan lebih lama, kulit mulai keriput, penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual bahkan berkurangnya gairah hidup. Pada tahap ini terjadi radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat 24

25 25 bermanifestasi pada berbagai penyakit. Penurunan hormon terjadi lebih banyak hingga mencapai 25% dari kadar optimal. 3. Tahap klinik (usia 45 tahun keatas) Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata meliputi penurunan semua fungsi sistem tubuh antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Pada tahap ini penyakit degeratif mulai terdiagnosis, aktifitas dan kualitas hidupberkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat terganggu. Secara alamiah setelah mencapai usia dewasa maka seluruh komponen tubuh tidak dapat lagi berkembang lagi. Sebaliknya terjadi penurunan akibat proses penuaan. Pada umumnya menjadi tua dianggap hal yang lumrah sehingga masalah yang muncul diangap memang seharusnya terjadi. Padahal terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal antara lain radikal bebas, hormon yang berkurang, dan genetik. Faktor eksternal yang utama adalah pola hidup yang tidak sehat, polusi lingkungan dan stress.faktorfaktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dapat dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi maka usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila, 2007). Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses penuaan, maka dapat ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi sehingga proses penuaan dapat dicegah atau dihambat. Dengan adanya kesadaran bahwa

26 26 menjaga kesehatan dan menghindari berbagai faktor penyebab penuaan serta dilengkapi dengan pengobatan merupakan hal yang sangat penting, maka masyarakat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Pangkahila, 2007). Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara lain adalah dengan menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi olahraga teratur, pola makanan yang sehat, mengatasi stress, jangan merasa sehat dan normal hanya karena tidak ada keluhan serius, melakukan pemeriksaan kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi, menggunakan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai dengan petunjuk ahli untuk mengembalikan fungsi organ yang menurun (Pangkahila, 2007). 2.2Dislipidemia Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol HDL (Bays, 2011). Dislipidemia bukan penyakit, lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit dan ini kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan penyakit kardiovaskular (Bays, 2011). Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, kadar LDL tinggi dapat menyebabkan xantelasmakelopak mata, arcus cornea dan penumpukan LDL pada

27 27 tendon achilles, siku dan tendon lutut serta sendi metakarpofalangealis, dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Trigliserida tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut(bays, 2011). Berikut ini adalah tabel nilai lipid dari laboratorium Prodia di Indonesia Tabel 2.1 Nilai Lipid Komponen Lipid Batasan (mg/dl) Klasifikasi Kolesterol Total < 200 Yang diinginkan Batas tinggi > 240 Tinggi Kolesterol LDL < 100 Optimal Mendekati optimal Batas tinggi Tinggi > 190 Sangat tinggi Kolesterol HDL < 40 Rendah > 60 Tinggi Trigliserida < 150 Normal Batas tinggi Tinggi > 500 Sangat tinggi Prodia, 2015

28 28 Dari berbagai penelitian jangka panjang di negara-negara barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular (PKV), dikenal patokan kadar kolesterol sebagai berikut : Tabel 2.2Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) Kolesterol Total Kolesterol LDL Diinginkan Diwaspadai Berbahaya ( mg/dl ) ( mg/dl ) ( mg/dl ) < > Tanpa PKV < > Dengan PKV < 100 Kolesterol HDL > < 35 Trigliserida - Tanpa PKV < > Dengan PKV < > 500 (Bahri. 2004) Klasifikasi Dislipidemia Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit (Grundy, 2006): 1. Dislipidemia primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. 2. Dislipidemia sekunder, yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh penyakit atau suatu keadaan tertentu seperti hiperkolesterolemia disebabkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, penyakit hati obstruktif, kehamilan, anoreksia nervosa dan profiria akut intermiten. Hipertrigliseridemia

29 29 disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, disglobulinemia, sindrom nefrotik, kelainan autoimun, dan kehamilan Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia dibagi 2, yaitu (AACE, 2015): A. Dislipidemia Primer Dislipidemia primer berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat dalam metabolism lipoprotein maupun reseptornya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh mutasi genetik. Dislipidemia primer meliputi: Hiperkolesterolemia poligenik Hiperkolesterolemia turunan Dislipidemia remnan Hiperlipidemia kombinasi turunan Sindroma kilomikron Hipertrigliseridemia turunan Peningkatan kolesterol HDL Peningkatan apolipoprotein B B. Dislipidemia Sekunder Dislipidemia sekunder disebabkan oleh penyakit atau keadaan yang mendasari.hal ini dapat bersifat spesifik untuk setiap bentuk dislipidemia seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2 dibawah ini.

30 30 Tabel 2.3Penyebab Umum Dislipidemia Sekunder Lipid Kolesterol total dan kolesterol LDL Trigliserida dan kolesterol VLDL Penyebab - Hipotiroid - Sindrom nefrotik - SLE, multiple myeloma - Progestin, pengobatan anabolik streroid - Penyakit hati obstruktif, sirosis - Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV - Gagal ginjal kronik - DM tipe 2 - Obesitas - Alkohol - Hipotiroid - Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta Bloker) - Terapi koertikosteroid ( steroid Endogen akibat stres berat) - Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan - Very low fat diet (AACE, 2015) Penatalaksanaan Dislipidemia Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi: A. Terapi Non Farmakologi Komponen-komponen Therapeutic Lifestyle Change (TLC) meliputi pengurangan asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL seperti stanol dan sterol serta peningkatan masukan serat yang dapat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik. Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau

31 31 hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006). Terapi non farmakologis meliputi: 1. Terapi diet Terapi diet dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan.jika diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli gizi.penilaian pola makan penting untuk menentukan pola dan keberhasilan terapi diet. Nutrient Total fat Saturated fat trans-fatty acids Polyunsaturated fat Monounsaturated fat Carbohydrate Fiber Plant strerols Protein Cholesterol Total calories (energy) Tabel 2.4 Terapi perubahan pola hidup dengan pola diet Recomended Intake 25%-35% of total calories Less than 7% of total calories Zero or as low as possible Up to 10% of total calories Up to 20% of total calories 50% to 60% of total calories, especially from whole grains, fruits and vegetables g/day (soluble forms such as psyllium at g) 2 g/day Approximately 15% of total calories Less than 200 mg/day Balance energy intake and expenditure to maintain desirable body weight/prevent weight gain. (Krause, 2012)

32 32 2 Latihan jasmani Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap : 1) Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit 2) Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu % dari denyut jantung maksimal (220 - umur) selama menit. 3) Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan menit dalam tahap aerobik. B. Terapi Farmakologi Obat anti-dislipidemia adalah obat yang ditujukan untuk memperbaiki kadar lemak di dalam darah, dapat diberikan langsung bila terdapat kelainan dislipidemia primer. Pemberian obat anti-dislipidemik dapat diberikan dalam menangani kasus dislipidemia apabila dengan terapi diet dan olah raga kondisi pasien tidak merespon (Illingworth, 2007). Bila terapi non-farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat anti-dislipidemik tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida,

33 33 fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga diperhatikan pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut. Saat ini didapat beberapa golongan obat dislipidemia (ACC/AHA, 2013): 1) Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor : lovastatin, pravastatin, fluvastatin, simvastatin, atrovastatin, rosuvastatin, pitavastatin) 2) Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat) 3) Asam nikotinat (niacin) 4) Golongan resin (sequestran) 5) Kolestrol absorbsi inhibitor (ezetimibe) Kadang kala kadar kolesterol dan trigliserida meningkat secara progresif pada kehamilan tetapi merupakan kontra indikasi pengobatan dengan niacin dan ezetimibe (ACC/ AHA, 2013) 2.2.4Komplikasi Dislipidemia Apabila dislipidemia tidak segera diatasi, maka dapat terjadi berbagai macam komplikasi, antara lain: 1. Aterosklerosis 2. Penyakit jantung koroner 3. Penyakit serebrovaskular seperti stroke 4. Kelainan pembuluh darah tubuh lainnya 5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl

34 Diet tinggi lemak Pola makan yang baik seharusnya mengandung nutrisi yang sehat dan seimbang dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, 30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10% polyunsaturated fatty acids (PUFA), dan 20% protein. Pada kenyataannya sering kali kita mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi seperti roti, gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani dan terlalu sedikit makanan berserat dan buah (Pangkahila, 2011). Energi tinggi yang dikonsumsi lewat masukan lemak jenuh yang tinggi menyebabkan kelebihan kalori dan lemak. Jika terjadi kelebihan lemak maka kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi pada sel lemak dan jaringan lemak (Adiposit dan jaringan adiposa). Kelebihan lemak biasa berasal dari asupan Lipos (minyak hewani dan minyak nabati).adiposit dan jaringan adiposa menyimpan sejumlah lemak termasuk trigliserida dan koleterol.jaringan adiposa dan adiposit berfungi sebagai organ endokrin aktif dan sel immun (immune stand point) (Bays, 2011). Hipertropi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit patogenik dan efek jaringan adiposa.yang disebut Adiposopathy, menstimulasi peningkatan TNF-α sehingga mengakibatkan peningkatan sirkulasi lipid, patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan lemak tubuh dan dislipidemia (Bays, 2011).

35 35 Gambar 2.1 Adiposopathy : hubungan patogenik jaringan adiposa, dislipidemia dan penyakit kardiovaskular (Bays,2011) Gambar 2.2 Mekanisme diet tinggi lemak menjadi dislipidemia (Bays., 2011).

36 36 Gambar 2.3 Jaringan adiposa dan adiposit pada keadaan Adiposopathy (pada diet tinggi lemak) (Bays,2011) 2.4 Lipid Lipid yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan hasil produksi organ hati (endogen). Lipid plasma yang utama adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Lipid tidak larut dalam air karena itu agar dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, dengan bentuk lipoprotein yang bersifat larut didalam air. Partikel dari lipoprotein terdiri dari inti yang mengandung trigliserida dan kolesterol ester, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol bebas dan apolipoprotein. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein yang larut di dalam plasma. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat yang akan digunakan (Bays, 2011) Trigliserida Trigliserida merupakan bentuk lain dari lemak cadangan energi dan dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebihan dalam darah. Peningkatan kadar trigliserida ini dihubungkan dengan LDL padat kecil (small dense LDL) dan

37 37 rendahnya kadar HDL (Elstein, 2005). Trigliserida dapat disintesis dari karbohidrat dan protein. Setiap kali karbohidrat yang memasuki tubuh dari yang dapat dipakai segera sebagai energi ataupun disimpan dalam bentuk glikogen, karbohidrat yang berlebihan tersebut dengan cepat diubah menjadi trigliserida kemudian disimpan dalam jaringan adiposa. Pada kelebihan protein, akan disimpan menjadi lemak (Guyton dan Hall, 2007). Pembentukan lemak terutama terjadi di dalam hati. Atom-atom karbon yang berasal dari glukosa dan asam-asam amino akan di ubah menjadi asetil KoA. Pembentukan melalui beberapa tahap reaksi bagian asetat dari asetil KoA akan membentuk asam-asam lemak jenuh berupa asam palmitat (C16), asam stearat (C18) dan asam arakidonat (C20). Asam lemak ini melakukan esterifikasi dengan gliserol (diproduksi dalam glikolisis) dan akan dihasilkan trigliserida. Trigliserida kemudian dikeluarkam ke dalam aliran darah sebagaivery low density lipoprotein (VLDL), yang akan digunakan untuk menghasilkan energi atau disimpan pada sel-sel adiposa (Almatsier, 2009) Fosfolipid Fosfolipid dibentuk di dalam hati, Terutama berfungsi adalah membentuk membran sel. Fosfolipid mempunyai kekhususan karena bersifat polar dan non polar atau disebut juga amfilitik. Sifat inilah yang merupakan bagian penting dalam peranan biologik fosfolipid dalam membran sel. Mempunyai daya tarik yang sama terhadap zat larut air dan zat larut lemak, fosfolipid merupakan bahan struktur sel yang efektif, Fosfolipid berfungsi sebagai alat angkut lipid (Almatsier, 2009).

38 Kolesterol Kolesterol adalah komponen utama pada struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Merupakan bahan perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D, hormon seks dan asam empedu (Movva, 2008). Kolesterol ditemukan pada otak, hati, darah dan empedu. Kolesterol diproduksi terutama di hati, diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis tergantung dari kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh tergantung dari makanan (Almatsier, 2009). Organ hati merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh. Apabila asupan kolesterol dan lemak dari makanan berlebih, maka hati sedemikian rupa akan menjaga agar konsentrasi kolesterol tubuh tetap normal dengan cara mengurangi laju biosintesis kolesterol dan meningkatkan sekresi kolesterol melalui cairan empedu sehingga jumlah kolesterol berkurang, sehingga konsentrasi kolesterol tubuh dapat dipertahankan pada kondisi normal (Wahyudi, 2009) Asam Lemak Adapun rumus umum dari asam lemak adalah: CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24 (Rader dan Hobbs, 2005).

39 39 Ada dua macam asam lemak yaitu (Rader dan Hobbs, 2005) : 1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid). 2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) Lipoprotein Lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma darah. Supaya lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makro molekul yang larut dalam air. Ikatan antara protein dan lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) disebut Lipoprotein (Mahley et al. 2011). Pengaturan kadar lipoprotein melalui beberapa cara (Rader dan Hobbs, 2005) : 1. Pengurangan pembentukan lipoprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang masuk ke dalam darah. 2. Penurunan atau peningkatan kecepatan pembuangan lipoprotein daridalam darah. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate DensityLipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda, dipecah serta dibuang dengan cara sedikit berbeda (Rader dan Hobbs, 2005) Kilomikron Kilomikron adalah lipoprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati.kilomikron dibentuk dalam usus halus dengan komposisi asam lemak dari

40 40 trigliserida.lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80 persen nya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan, terutama makanan yang mengandung trigliserida dan kurang dari 5 persen terdiri dari kolesterol ester. Kilomikron berinteraksi dengan Lipoprotein Lipase (LPL) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak dan otot, Akibat interaksi ini trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke hepar untuk di metabolisme. Kilomikron membawa kolesterol makanan ke hati dan membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka. (Rader dan Hobbs, 2005). Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari fosfolipid, kolesterol bebas, Apo AI, Apo AII, Apo AIV dan Apo B48, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari kolesterol trigliserida dan. Di dalam plasma, Apo C dan Apo E ditransfer ke kilomikron dari HDL sehingga membentuk kilomikron.apo CII memediasi hidrolisis trigliserida melalui pengaktifan LPL, sehingga terbentuk kilomikron remnan yang miskin trigliserida dan asam lemak bebasdan kaya kolesterol (Rader dan Hobbs, 2005). Kilomikron remnan diambil oleh hepatosit dengan bantuan Apo E, sehingga kolesterol digunakan oleh hepatosit untuk membentuk asam empedu disatukan ke dalam membran, diekskresikan sebagai kolesterol ke dalam empedu atau membentuk lipoprotein (Lichtenstein dan Jones, 2001 ; Rader dan Hobbs, 2005), Sedangkan Asam lemak bebas kemudian diambil oleh berbagai jaringan untuk disimpan sebagai trigliserida, dioksidasi sebagai sumber energy dan

41 41 digunakan kembali di hepar untuk dibentuk lipoprotein trigliserida (Mahley et al., 2011) Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah trigliserida endogen. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan persen kolesterol.lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hepar ke jaringan.trigliserida merupakan bagian terbesar dari VLDL serta ukuran dari VLDL ditentukan oleh jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005). Apolipoprotein utama VLDL adalah Apo B100.Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) kemudian diubah menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003).VLDL remnan ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor atau dapat tetap dalam sirkulasi dan setelah diambil komponen trigliseridanya dihirolisis oleh Hepatik Lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005) Low Density Lipoprotein (LDL) Lipoprotein densitas rendah (LDL) merupakam lipoprotein yangmerupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar persen dari kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL.Apolipoprotein utama LDL adalah Apo B100.Fungsi LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan jaringan lain supaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya misalnya sintesis membran plasma dan hormon steroid. Rangkaian proses penyediaan kolesterol pada jaringan ekstrahepatik

42 42 disebut LDL receptor pathway, sedangkan rangkaian proses pengembalian kolesterol ke hepar dari jaringan perifer disebut reverse cholesterol transport. Kedua jalur tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetic (Mayes dan Botham, 2003). Partikel LDL mengandung kolesterol 60 persen dan trigliserida sebanyak 10 persen. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi VLDL dan LDL. Apabila makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol, maka kadar LDL dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam (intima) pembuluh darah dengan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol LDL pada dinding pembuluh darah arteri, yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Makin kecil ukuran LDL atau makin tinggi kepadatannya, makin mudah pula LDL tersebut menyusup ke dalam intima.ldl demikian disebut LDL kecil padat (small dense LDL), dengan sifat di atas, maka LDL disebut kolesterol jahat.ambilan LDL terjadi karena adanya reseptor LDL.Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang maka kadar kolesterol plasmanya meningkat. Kadar kolesterol yang meningkat sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang membentuk sel busa (foam cells) dan berperan dalam pembentukan aterosklerosis (Rader dan Hobbs, 2005).

43 High Density Lipoprotein (HDL) Lipoprotein densitas tinggi (HDL) berfungsi membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asamempedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.komponen HDL ialah 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida dan 50 persen protein. Pada individu dengan nilai lipid yang normal, kadar HDL relatif menetap sesudah dewasa (kira-kira 45 mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada perempuan). HDL mengandung Apo AI, AII, AIV, C, dan E. Apo AI dan AIV merupakan aktivator enzim LCAT. HDL memberikan Apo E dan Apo C, dan menerina Apo AI dan Apo AIV dari kilomikron di dalam sirkulasi darah. HDL berguna sebagai transportasi serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma untuk membersihan kolesterol dan trigliserida. Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui dengan jelas.kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. (Rader dan Hobbs, 2005) Apoprotein Transportasi antar organ dari lipid eksogen dan endogen di dalam lipoprotein diatur oleh apoprotein. 1. Mengatur transportasi dan aktivitas lipoprotein dengan memodulasi aktivitas enzim dan membantu klirens lipoprotein dari sirkulasi ke organ-organ melalui reseptor khusus. 2. Meningkatkan kelarutan lipoprotein di dalam air. (Lichtenstein et al, 2001)

44 44 2.5Metabolisme Lipid Lipid meliputilemak netral yang dikenal sebagai trigliserida, fosfolipid, kolesterol dan beberapa lipid lain yang kurang penting. Secara kimia sebagian besar lipid dasar dari trigliserida danfosfolipid adalah asam lemak yang hanya merupakan asam organik rantai panjang (Guyton and Hall, 2006).Asam lemak ini dikenal sebagai asam lemak bebas (free fatty acid) yang merupakan lipid plasma yang secara metabolik paling aktif (Mayeset al, 2003). Walaupun kolesterol tidak mengandung asam lemak, inti sterolnya disintesis dari gugus molekul asam lemak sehingga kolesterol memiliki banyak sifat fisik dan kimia dari zat lipid lainnya. Trigliserida untuk menyediakan energi bagi berbagai proses metabolik, suatu fungsi yang hampir sama dengan karbohidrat. Beberapa lipid terutama fosfolipid,kolesteroldan sebagian kecil trigliserida dipakai untuk membentuk semua membran sel dan dipakai untuk melakukan fungsi-fungsi sel yang lain (Guyton dan Hall, 2007). Hampir seluruh lemak dalam makanan diabsorbsi dari usus ke dalam limfe usus.selama pencernaan, trigliserida dipecah menjadi asam lemakdan monogliserida.sewaktu melalui sel epitel usus, monogliserida dan asam lemak disintesis kembali menjadi molekul trigliserida baru yang masuk ke dalam limfe dalam bentuk droplet kecil disebut kilomikron.sebagian fosfolipid dan kolesterol memasuki kilomikron.kilomikron kemudian ditranspor ke atas melalui duktus toraksikus dan masuk ke dalam darah vena yang bersirkulasi pada pertemuan vena subklavia dan vena jugularis (Guyton dan Hall, 2007).

45 45 Pada spesies omnivora yang memakan makanannya pada waktu tertentu seperti manusia, Kalori yang berlebihan akan dikonsumsi pada fase anabolik di dalam siklus makan yang diikuti oleh periode keseimbangan negatif ketika organism tersebut mengambil simpanan dari karbohidrat dan lemaknya sendiri. Lipoprotein memperantarai siklus ini dengan mengangkut lipid dari intestinal sebagai kilomikron dan dari hati sebagai very low density lipoprotein (VLDL) ke sebagian besar jaringan tubuh untuk oksidasi dan jaringan adipose untuk penyimpanan.lipid diangkut dari jaringan adipose sebagai asam lemak bebas yang terikat pada albumin serum (Mahleyet al, 2011). Di samping asam lemak bebas ada empat kelompok lipoprotein yang telah diidentifikasi yaitu : 1. Very low density lipoprotein (VLDL) yang berasal dari hati untuk mengeluarkan triasilgliserol 2. Kilomikron, yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus 3. Low density lipoprotein (LDL) yang merupakan tahap akhir dalam katabolisme VLDL 4. High density lipoprotein (HDL) yang ikut dalam metabolism kilomikron dan VLDL serta pengangkutan kolesterol Asam lemak bebas tidak semua yang dihasilkan melalui lipolisis digunakan untuk energi. Asam lemak bebas yang tidak dioksidasi akan mengalami reesterifikasi menjadi trigliserida di dalam jaringan adiposa ataupun hepar, atau disimpan dalam trigliserida intramuskuler. Bila laju reesterifikasi tidak mampu mengimbangi laju lipolitik, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak

46 46 bebas plasma serta dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan lipid.asam lemak bebas yang digunakan untuk energi diaktifkan oleh enzim asil-koa sintetase, kemudian dibawa ke dalam mitokondria dan diubah oleh Carnitine Palmitoyl Transferase(CPT) menjadi Asil-KoA.Asil- KoAmengalami oksidasi β menjadi asetil-koa.asetil-koa masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk menghasilkan energi. Apabila kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak yang selanjutnya dapat disimpan dalam bentuk trigliserida (Guyton et al 2007). Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA.Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid.asetil KoAsebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton), Proses ini dinamakanketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik, yang dapat menyebabkan kematian (Guytondan Hall,2007). Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut (Mayes dan Botham, 2003) : 1. Asam lemak bebas (FFA) menjadi asil-koa dengan bantuan ATP dan koenzim A, dan dikatalisir oleh enzim asil-koa sintetase (tiokinase). 2. Asil-KoA dikonversikan oleh enzim carnitine palmytoyltransferase I (CPT I) yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin., yang dapat menembus membran interna mitokondria.

47 47 3. Dalam membran interna mitokondria terdapat enzim asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan keluar. 4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA (Ko-enzim A) dengan dikatalisir oleh enzim carnitine palmytoyl transferase II (CPT II) yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil KoA dan karnitin dibebaskan. 5. Asil KoA yang sudah terdapat dalam mitokondria ini kemudian masuk dalam proses oksidasi β. Sebagian dari asetil-koaakan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton.aseto asetat, β-hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan ini dinamakan ketogenesis (Guyton dan Hall, 2007). Sebagian dari asetil KoAdirubah kemudian menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (steroidgenesis)(guyton dan hall, 2007). Gambar 2.4. Biosintesis Kolesterol (Koolman dan Roehm, 2005)

48 48 ) Gambar 2.5 Ikhtisar Metabolisme Lemak(Koolman dan Roehm, 2005) 2.6 Tanaman Obat Definisi Tanaman Obat Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat karena mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati, serta digunakan sebagai obat dalam pencegahan penyakit (Esha Flora Plants dan Tissue Culture, 2008). Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman obat mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam pencegahan terhadap penyakit degeneratif (Esha Flora Plants dan Tissue Culture, 2008) Penggunaan Tanaman Obat 1. Waktu Pengumpulan Untuk mendapatkan bahan yang terbaik dan tumbuhan obat, perlu diperhatikan saat-saat pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.

49 49 a. Daun : dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak b. Bunga : dikumpulkan sebelum atau sesaat sesudah mekar c. Buah : dipetik dalam keadaan masak d. Biji : dikumpulkan dari buah yang masak sempurna e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) : dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhan berhenti. 2. Pencucian dan Pengeringan Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian yang segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan.pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk. Pengeringan cara bahan obat : a. Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong potong seperlunya terlebih dahulu. b. Pengeringan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan tidak terlalu cepat. c. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya baik (Tanaman obat, 2012).

50 Tanaman Bungur atau Ketangi (Lagerstroemia speciosa) 2.7.1Klasifikasi Tanaman Bungur (Lagerstroemia speciosa) Tanaman bungur diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut (Anonim, 2015a; 2015b) : Kingdom Super Divisi Kelas Ordo Genus Subkingdom Divisi Sub Kelas Famili Spesies : Plantae : Spermatophyta : Magnoliopsida : Myrtales : Lagerstroemia : Tracheobionta : Magnoliophyta : Rosidae : Lythraceae :Lagerstroemia speciosa Gambar 2.6. Daun bungur (Natur life)

51 51 Salah satu tumbuhan yang mengandung senyawa obat yaitu Bungur atau Ketangi (Lagerstroemia speciosa Pers.).Bungur аԁаɩаh jenis pohon Crepe Myrtle уаnɡ menghasilkan bunga berwarna merah muda atau putih.tanaman bungur tumbuh ԁі daerah Filipina, Thailand, Indonesia ԁаn Jepang.Tanaman ini relatif lebih mudah tumbuh di berbagai jenis tanah (Liu et al, 2011). Bungur ditanam sebagai pohon hias atau pohon pelindung di tepi jalan. Di Jawa, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Selain itu, bungur banyak ditemukan pada ketinggian di bawah 300 m. Pohon, tinggi m. Batang bulat, percabangan mulai dari bagian pangkalnya, berwarna cokelat muda. Daun tunggal, bertangkai pendek.helaian daun berbentuk oval, elips, atau memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar4-12 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai yang panjangnya cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buahnya buah kotak, berbentuk bola sampai bulat memanjang, panjang 2-3,5 cm, beruang 3-7, buah yang masih muda berwarna hijau, setelah masak menjadi cokelat. ( Anonim, 2013 ) Metabolit Sekunder pada Tanaman Bungur (Lagerstroemia speciosa) Senyawa metabolit sekunder dalam tumbuhan biasanya tersebar merata ke seluruh bagian tumbuhan tetapi dalam kadar yang berbeda-beda (Anonim, 2014). Daun bungur mengandung senyawa asam korosolat, ellagitanin dan lagerstroemin (Hayashiet al., 2002), senyawa saponin, flavonoid, alkaloid. (Liu et al.,2001) Saponin

52 52 Saponin adalah senyawa berbentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi, namun dengan konsentrasi berbeda-beda pada bagian tertentu, tergantung dari varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Penelitian menunjukkan bahwa saponin dapat meningkatkan sistem imun, bersifat antioksidan, dapat mencegah kanker, anti virus, dapat menghambat pertumbuhan jamur, dan biasanya digunakan sebagai bahan antiseptic (Anonim,2014) Flavonoida Merupakan suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman berwarna hijau, kecuali alga.senyawa ini dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah tanaman. Manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, mencegah keropos tulang, sebagai zat anti inflamasi, antioksidan, antibiotik, dan sebagai pencegah kanker (zat antioksidan). Flavonoid sendiri dikatakan dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif (penyakit yang terjadi seiring berjalannya proses penuaan atau pertambahan usia) dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat ion logam transisi. (Anonim, 2015b) Tanin Tanin adalah suatu polifenol yang merupakan senyawa antara suatu metabolisme pada tanaman tingkat tinggi. Merupakan suatu ester dari Galloyl atau turunannya, yang terikat pada inti catechin dan triterpenoid (gallo-tannins, ellagitannins and complex tannins), bisa juga suatu oligomer dan polimer

53 53 proanthocyanidins yang mempunyai substitusi flavanil yang berlainan (condensed tannins)(rahastuti et al, 2011). Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-COA reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-COA reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan sintesis APO B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas sehingga penyerapankolesterol oleh hepar terhambat dan sekresi kolesterol melalui feses meningkat (Rahastutiet al, 2011) Tanin jugadapatmenghambat enzimacylcoa Cholesterol Acyl Transferase(ACAT)yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga menghambat penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnyakadar APO B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel sdldl besar (Rahastuti et al, 2011). Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase, sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yangmenyebabkan peningkatan ukuran partikel sdldl (Olivera et al, 2007 dan Rahastuti et al, 2011)

54 54 Pengujian pada hewan juga menunjukkan bahwa ekstrak Bungur dapat meningkatkan insulin, aktivitas hipoglikemik dan hipolipidemik(hernawan, 2003).Pengujian bahan dilakukan dalam bentuk ekstrak di Laboratorium Analisis Pangan, Fakultas Pertanian UNUD.Adapun hasil uji yang diperoleh dapat dilihat pada table dibawah ini.(lampiran 3) Tabel 2.5 Kandungan Senyawa Kimia Daun Bungur No. Jenis Analisis Jumlah Satuan Hasil 1 Kapasitas Antioksidan 1 ppm GAEAC 36,8 2 Kadar Total Fenol 1 % GAE Kadar Tanin 1 %TAE 80,42 4 Kadar Flavonoid 1 %QE 13,65 Keterangan : GAEAC GAE TAE QE : Garlic Acid Equivalent antioksidant capacity : Garlic Acid Equivalent : Tannic Acid Equivalent : Quarsetic equivalent Kandungan antioksidan dalam ekstrak daun bungur mempunyai efek yang menguntungkan pada fungsi yaitu menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan produksi nitric oxide (NO), Oksidasi LDL akan menginduksi respon inflamasi dengan memproduksi leukosit dan cytokine pada endotel. Nitric oxide adalah vasodilator endogenous yang mempunyai kemampuan anti aterogenesis. Oksidasi LDL akan menghasilkan Reactive oxygen species(ros) yang bersifat toksik, dan jika berikatan dengan NO akan membentuk peroksinitrik oksidan. Oksidasi kolesterol ini dapat memacu terjadinya proses aterogenesis (Vita, 2005)

55 55 Dengan makin meningkatnya usia seseorang, sel-sel tubuh mengalami degenerasi, proses metabolisme terganggu, respon imun menurun. Semua faktor ini dapat memicu berbagai penyakit degeneratif.oleh karena itu tubuh kita memerlukan substansi penting yaitu antioksidan yang membantu melindungi tubuh dari radikal bebas dan meredam dampak negatifnya.konsumsi antioksidan yang memadai dilaporkan menurunkan kejadian penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lainlain.konsumsi makanan yang mengandung antioksidan disebut-sebut dapat meningkatkan status imunologis dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan (Winarsi, 2007) Tikus Putih (Rattus Norvegicus) jantan sebagai hewan coba Perkembangan dunia kedokteran dan pengobatan tidak jarang melibatkan penggunaan hewan coba dalam penelitiannya.salah satu hewan coba yang menjadi pilihan adalah tikus. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim ditempat oesephagus bermuara karena ke dalam lambung, dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pada penelitian ini menggunakan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan karena tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus betina,. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina (Ngatijan, 2006).

56 56 Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas.tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar.aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya.tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Tikus putih dapat tinggal sendirian dalam kandang dan hewan ini lebih besar dibandingkan dengan mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Gambar 2.7Tikus putih (Rattus norvegicus) sebagai hewan coba BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Dislipidemia timbul sebagai akibat dari proses penuaan dan gaya hidup. Diet tinggi lemak dan pola hidup tidak sehat mencetuskan dislipidemia.selain karena makanan, faktor eksternal yang berpengaruh lainnya adalah cuaca, penyakt bahan kimia dan obat-obatan serta exercise.sedangkan faktor internal yang berpengaruh adalah jenis kelamin, usia, genetik, hormon dan psikologis.

57 57 Dislipidemia akan meningkatkan risiko penyakit vaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Bila kondisi dislipidemia berlangsung terus menerus dalam waktu lama maka LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh makrofag kemudian menempel pada endotel pembuluh darah. Akibat pertambahan usia, maka tubuh akan mengalami penurunan fungsi baik di tingkat sel maupun di tingkat organ. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami kesulitan untuk mempertahankan homeostatis dalam tubuh. Semakin bertambah usia, semakin banyak radikal bebas yang dihasilkan dan penyakit degeneratif mulai bermuncula, Dislipidemia adalah salah satunya. Tingginya kolesterol total dan LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah Rendahnya HDL juga berpengaruh terhadap tingginya penyakit jantung dan pembuluh darah Dalam kehidupan sehari-hari banyak dikenal bahan alami yang diyakini dan bahkan terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol darah. 3.2 Konsep Ekstrak etanol daun bungur Faktor Internal: - Jenis Kelamin - Usia - Genetik - Hormon - Psikologis Faktor Eksternal: Makanan Cuaca/Iklim Penyakit Bahan Kimia & Obat-obatan Exercise Tikus Jantan Dislipidemia - Kolesterol total - LDL - HDL - Trigliserida

58 58 Tidak diteliti DiTeliti 3.3 Hipotesis Penelitian Gambar 3.1 Konsep Penelitian 1. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar kolesterol total serum pada tikus jantan dislipidemia 2. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar trigliserida serum pada tikus jantan dislipidemia 3. Pemberian ekstrak daun bungur meningkatkan kadar HDL serum pada tikus jantan dislipidemia 4. Pemberian ekstrak daun bungur menurunkan kadar LDL pada tikus putih jantan dislipidemia.

59 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental murni dengan pretest-post test control group design (Pocock, 2008). P0 O1 O2 O3 P S R O4 O5 O6 P1 Gambar 4.1. Rancangan Penelitian Keterangan: P S R = Populasi = Sampel = Random P0 = Perlakuan pada kelompok kontrol dengan pemberian plasebo berupa aquadest P1 = Perlakuan pada kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak daun bungur dengan dosis 500 mg/kgbb/hari) O1 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol (pretest) O2 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 14 (post test) O3 = Observasi profil lipid dan pada kelompok kontrol hari ke 28 (post test) 59

60 60 O4 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan (pretest) O5 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 14 (post test) O6 = Observasi profil lipid dan pada kelompok perlakuan hari ke 28 (post test) 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratoryanimal unit bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sedangkan pemeriksaan profil lipid dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi universitas Gajah Mada, Yogyakarta.Penelitian dilakukan mulai bulan November 2015 sampai dengan februari Populasi dan Sampel Populasi Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur wistar umur 2-2,5 bulan dengan berat gram Sampel Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut: a. Kriteria inklusi - Tikus putih (Rattus norvegicus) jantangalur wistar dislipidemia dengan kolesterol total di atas 200 mg/dl - Usia dewasa 2-2,5 bulan - Berat badan gram b. Kriteria drop out Tikus mati pada waktu dilakukan penelitian

61 Besar Sampel Untuk mendapatkan data yang valid pengulangan sesuai dengan rumus besar sampel Pocock (2008): n = 2 σ 2 X f(α,β) ( μ 2 - μ 1 ) 2 Keterangan : n = jumlah subyek tiap kelompok α = type I error = 0,05 β = type II error= 0,20 f(α,β) = 10,5 σ = simpangan baku kadar kolesterol serum kontrol μ 1 = kadar kolesterol serum rerata kontrol μ 2 = kadar kolesterol serum yang menghasilkan perbedaan klinis yang diinginkan Berdasarkan penelitian pendahuluan pada variabel Kolesterol Total, didapatkan hasil sebagai berikut ( Mochtar, 2015): σ = μ1 = μ2 = n = 2 σ 2 X f(α,β) ( μ 2 - μ 1 ) 2 (191,53-124,63) 2 = 2. 43,567 2 X 10,5

62 62 = Jadi minimum sampel yang diperlukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan adalah 9 ekor tikus. Untuk Mencegah Drop out cadangan 10% = 10 ekor/perlakuan 4.4 Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Variabel penelitian yang akan diukur adalah profil lipid Klasifikasi Variabel 1. Variabel bebas adalah ekstrak daun bungur 2. Variabel tergantung adalah kolesterol total, HDL, LDL dan trigliserida 3. Variabel kendali adalah jenis kelamin, umur, kesehatan, makanan, kandang dan berat badan tikus Definisi Operasional Penelitian Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut: 1. Ekstrak daun bungur dengan menggunakan pelarut etanol. Daun bungur didapatkan darinatur life, Jalan Mliwis No. 5 Demangan baru, Yogjakarta Indonesia. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 500 mg/kg BB/hari. Ekstrak dilarutkan dalam air suling sampai volume 1,5 cc diberikan menggunakan sonde lambung setiap hari pada pagi hari antara pukul WITA ( Dosis pasti menunggu penelitian pendahuluan)

63 63 2. Plasebo adalah air suling yang diberikan per oral mengunakan sonde lambung dengan volume 1,5 cc diberikan setiap hari pada pagi hari antara pukul Profil lipid adalah kadar kolesterol total, LDL dan HDL yang diukur dengan metode CHOP-PAP (enzymatic photometric test), sedangkan kadar trigliserida darah tikus diukur dengan metode GPO-PAP. Masing-masing pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (pretest post test). 4. Kolesterol adalah bagian dari lipid yang struktur dasarnya terbentuk dari inti sterol dan bermanfaat untuk membentuk membran. Kadar normal kolesterol total tikus adalah mg/dl 5. LDL adalah lipoprotein berdensitas rendah yang bersifat aterogenik yang dapat melekat pada dinding arteri dan mengganggu aliran darah. Kadar normal LDL tikus adalah mg/dl.. 6. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi yang bersifat non aterogenik yang membawa kelebihan LDL di jaringan perifer ke hepar. Kadar normal HDL tikus adalah mg/dl. 7. Trigliserida adalah bagian dari lipid yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang berfungsi untuk menyediakan energi. kadar normal trigliserida tikus adalah mg/dl. 8. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol trigliserida, kolesterol HDL. Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan kadar kolesterol total serum lebih dari 200 mg/dl (Ratnayanti et al, 2013).

64 64 9. Diet tinggi kolesterol adalah makanan yang dibuat dengan campuran khusus untuk meningkatkan kadar kolesterol yang terdiri dari: Kuning telur 5% Lemak Hewan 10% Minyak Goreng 1% Makanan standar sampai 100% ditambah air minum 10. Diet standar adalah makanan yang diberikan menggunakan HPS Tikus yang dipakai dalam percobaan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar, berkelamin jantan, berumur 1-2 bulan. 12. Umur tikus ditentukan dengan melihat tanggal kelahiran yang telah dicatat oleh dokter hewan pada kandang hewan percobaan. 13. Berat badan adalah berat tikus yang diukur dengan timbangan khusus merk Tanita yang tersedia di laboratory animal unit bagian Farmakologi Universitas Udayana. 14. Kondisi kandang adalah ruangan dengan ukuran panjang 40 cm lebar 30 cm dan tinggi 20 cm yang ada lampunya dengan suhu 25±2 C, kelembaban 50±10%, dan diletakkan pada kandang individu. 4.5 Instrumen penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Reagen untuk mengukur profil lipid 2. Aquadest 3. Timbangan merk Tanita

65 65 4. Diet kolesterol 5. Diet standar 6. Papan fiksasi 7. Jarum 26 sonde 8. Tabung penampung darah dengan EDTA 9. Mortir 10. Pipet 11. Masker 12. Spuit 3 cc 13. Gelas ukur 4.6 Prosedur Penelitian a. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan ekstrak daun bungur. Ekstraksi dilakukan dengan mencuci daun hingga bersih, diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari, digiling dengan menggunakan disc mill, sehingga didapat bentuk serbuk. b. Serbuk diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Perbandingan bahan (serbuk daun bungur) dengan pelarut yang digunakan adalah 1:5. Ekstraksi dilakukan dengan merendam serbuk daun dalam larutan pengekstrak yang mengandung 1% HCL selama 24 jam pada suhu ruangan dengan menggunakan mixer c. Cairan hasil ekstraksi yang diperoleh kemudian disaring dengan Corong Buchner. Filtrat yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50 o C, lalu diambil untuk dikeringbekukan dengan

66 66 menggunakan freezedrier lalu disimpan dalam freezer. Tujuan pemekatan ini adalah untuk menguapkan etanol. Cairan hasil ektraksi diberikan satu kali sehari dengan cara sonde, sebanyak 1,5cc yang setara dengan dosis 100mg/200gr BB atau 500mg/kgbb kepada tikus dislipidemia selama 28 hari. Penelitian ini dilakukan pada tikus jantan dislipidemia yang dibagi menjadi dua kelompok penelitian. 1. Tikus dikumpulkan sebanyak 24 ekor dan dimasukkan ke dalam kandang. Jadi masing- masing kandang berisi satu ekor tikus. Ukuran kandang 40x30x20 cm, tikus ditempatkan dalam kandang tersendiri. Diambil 30 tikus dikarenakan tidak semua tikus akan menjadi dislpidemia, besarnya sampel masih menunggu penelitian pendahuluan. 2. Tikus diadaptasi selama tujuh hari. 3. Pada hari kedelapan, tikus mulai diberi diet tinggi kolesterol selama 28 hari. 4. Tikus dipuasakan selama 18 jam. 5. Dilakukan pengambilan darah pada pembuluh darah medial canthus sinus orbitalis untuk pemeriksaan profil lipid (pretest). Setelah pengambilan darah selesai, tikus diistirahatkan untuk pemulihan tenaga, kemudian kembali diberikan pakan dan minum yang sesuai dengan kelompok perlakuan. 6. Tikus dipilih yang dislipidemia dengan kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl 7. Tikus dislipidemia dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I merupakan kelompok kontrol yang diberikan diet normal ditambah plasebo (air suling) dengan volume 1,5 cc setiap pagi selama 28 hari. Kelompok II merupakan kelompok perlakuan yang diberikan diet normal ditambah bahan uji yang

67 67 berupa ekstrak daun bungur 500 mg/kgbb tikus yang dilarutkan dalam air suling sehingga volume menjadi 1,5 cc diberikan setiap pagi selama 28 hari. 8. Tikus dipuasakan selama 18 jam. 9. Dilakukan pengambilan darah pada pembuluh darah medial canthus sinus orbitalis kedua kalinya pada semua kelompok untuk pemeriksaan profil lipid (post test), pada hari ke 14 dan pengambilan dilakukan ketigakalinya pada hari ke 28, Setelah penelitian selesai dilakukan, tikus-tikus yang masih sehat dari kelompok kontrol dapat dikembalikan langsung ke bagian farmakologi. Sedangkan tikus-tikus yang mengalami dislipidemia akan dilakukan pemulihan atau dirawat kembali untuk proses penyembuhan. 10. Darah sampel dikirim ke Laboratorium Pangan dan GiziUniversitas Gajah Mada, Yogyakarta 11. Analisis data.

68 Alur Penelitian Tikus 24 ekor Adaptasi 7 hari Diberi diet tinggi kolesterol selama 28 hari Dipuasakan 18 jam Pemeriksaan Profil Lipid Dipilih tikus jantan galur wistar dislipidemia dengan kolesterol total > 200mg/dl Kelompok pretest Kontrol Diet normal Kelompok pretest Perlakuan Diet normal Plasebo Ekstrak etanol daun bungur 500mg/kg bb/hari Setelah 14 hari dan 28 hari tikus dipuasakan 18 jam dilakukan pemeriksaan profil lipid Post test kontrol Post test perlakuan Laporan dan Analisis Gambar 4.2 Alur Penelitian

69 Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis). Untuk mengetahui karakteristik data mean kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan kolesterol HDL. 2. Uji normalitas data Uji normalitas data diuji dengan Shapiro-Wilk Test karena jumlah sampel per kelompok kurang dari 30. Data pada penelitian ini berdistribusi normal dengan p>0,05 3. Uji homogenitas Uji homogenitas data diuji dengan Levene s Test. Varian data dinyatakan homogen dengan p>0,05 4. Uji komparabilitas Karena data berdistribusi normal, maka analisis data komparabilitas antar kelompok menggunakan independence sample T test 5. Uji efek perlakuan Karena data berdistribusi normal, maka analisis efek perlakuan menggunakan paired sample T test

70 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan pre test-post test control group design yang menggunakan 20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, dewasa (berumur 2-2,5 bulan), diinduksi dislipidemia dengan kolesterol total di atas 200 mg/dl, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masingmasing berjumlah 10 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (P0/pemberian placebo berupa aquades) dan kelompok perlakuan (P1/pemberian ekstrak daun bungur dengan dosis 500 mg/kgbb/hari). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan menggunakan hasil analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan. 5.1 Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar kolesterol total diamati (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar kolesterol total, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.1.Kadar kolesterol total (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masingmasing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.1). 70

71 71 Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Kolesterol Total Kelompok Subyek n Mean (mg/dl) SD p Keterangan P0 (pretest) ,06 9,76 0,701 Normal P1 (pretest) ,06 10,70 0,508 Normal P0 posttest I (14 hari perlakuan) ,12 8,86 0,566 Normal P1 posttest I (14 hari perlakuan) ,85 6,28 0,368 Normal P0 posttest II (28 hari perlakuan) ,18 8,31 0,486 Normal P1 posttest II (28 hari perlakuan) ,47 15,33 0,808 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi Kadar trigliserida diamati (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar trigliserida, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.2.Kadar trigliserida (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar Trigliserida Kelompok Subyek N Mean (mg/dl) SD p Keterangan P0 (pretest) ,05 9,10 0,834 Normal P1 (pretest) ,87 6,77 0,088 Normal P0 posttest I (14 hari perlakuan) ,50 8,64 0,898 Normal P1 posttest I (14 hari perlakuan) ,58 6,46 0,520 Normal P0 posttest II (28 hari perlakuan) ,99 8,49 0,929 Normal P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 82,19 21,29 0,812 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

72 72 Kadar HDL diamati (pretest), setalah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar HDL, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.3.Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), yang disajikan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Kadar HDL Kelompok Subyek N Mean (mg/dl) SD p Keterangan P0 (pretest) 10 22,73 6,29 0,094 Normal P1 (pretest) 10 23,78 4,89 0,991 Normal P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 22,12 5,01 0,303 Normal P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 32,18 5,05 0,831 Normal P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 20,58 4,44 0,212 Normal P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 46,02 4,88 0,095 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi Kadar LDL diamati (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II). Hasil analisis deskriptif kadar LDL, setelah 14 hari dan 28 hari perlakuan pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.4.Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), yang disajikan pada Tabel 5.4.

73 73 Tabel 5.4 Hasil Analisis Deskriptif dan Normalitas Data Kadar LDL Kelompok Subyek n Mean (mg/dl) SD p Keterangan P0 (pretest) 10 90,78 7,28 0,271 Normal P1 (pretest) 10 87,45 7,77 0,268 Normal P0 posttest I (14 hari perlakuan) 10 93,09 6,83 0,064 Normal P1 posttest I (14 hari perlakuan) 10 74,30 5,28 0,922 Normal P0 posttest II (28 hari perlakuan) 10 94,26 6,31 0,713 Normal P1 posttest II (28 hari perlakuan) 10 36,25 16,22 0,847 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi 5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Kadar kolesterol total (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Kolesterol Total Antar Kelompok Kelompok Subjek N P Keterangan Pretest 20 0,993 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,171 Homogen Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,759 Homogen N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

74 74 Kadar trigliserida (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar Trigliserida Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan Pretest 20 0,306 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,327 Homogen Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,360 Homogen N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi Kadar HDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Data Kadar HDL Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan Pretest 20 0,602 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,544 Homogen Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,996 Homogen N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi

75 75 Kadar LDL (pretest), setelah 14 hari perlakuan (posttest I), dan setelah 28 hari perlakuan (posttest II) pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene s test. Hasil menunjukkan bahwa varian data hasil penelitian homogen (p>0,05), data disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Hasil Uji Homogenitas Data Kadar LDL Antar Kelompok Kelompok Subjek n p Keterangan Pretest 20 0,819 Homogen Pasca 14 hari Perlakuan (posttest I) 20 0,144 Homogen Pasca 28 hari Perlakuan (posttest II) 20 0,456 Homogen N = jumlah sampel; p = taraf signifikansi 5.2 Uji Komparabilitas Uji Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sebelum perlakuan (pretest). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence pada Tabel 5.9.

76 76 Tabel 5.9 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P Kolesterol Total P0 215,06 9,76 P1 219,06 10,70-0,873 0,394 Trigliserida P0 145,05 9,10 P1 142,87 6,77 0,608 0,550 HDL P0 22,73 6,29 P1 23,78 4,89-0,414 0,684 LDL P0 90,78 7,28 P1 87,45 7,77 0,988 0,336 SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi Tabel 5.9 menunjukkan rerata kadar kolesterol total tikus dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) kelompok kontrol (P0) adalah 215,06±9,76 mg/dl dan kelompok P1 adalah 219,06±10,70 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t- independence menunjukkan bahwa nilai t= -0,873 dan nilai p= 0,394. Rerata kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 145,05±9,10 mg/dl dan kelompok P1 adalah 142,87±6,77 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 0,608 dan nilai p= 0,550. Rerata kadar HDL kelompok kontrol (P0) adalah 22,73±6,29 mg/dl dan kelompok P1 adalah 23,78±4,89 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= -0,414 dan nilai p= 0,684. Rerata kadar LDL kelompok kontrol (P0) adalah 90,78±7,28 mg/dl dan kelompok P1 adalah 87,45±7,77 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 0,988 dan nilai p= 0,336. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL pada tikus dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) antar kelompok kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) tidak berbeda bermakna (p>0,05).

77 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan selama 14 hari (prosttest I). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t-independence pada Tabel Tabel 5.10 Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 14 Hari Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P Kolesterol Total P0 219,12 8,86 P1 175,85 6,28 12,607 0,000 Trigliserida P0 147,50 8,64 P1 125,58 6,46 6,423 0,000 HDL P0 22,12 5,01 P1 32,18 5,05-4,470 0,000 LDL P0 93,09 6,83 P1 74,30 5,28 6,881 0,000 SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi Tabel 5.10 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sesudah 14 hari perlakuan (posttest I) kelompok kontrol (P0) adalah 219,12±8,86 mg/dl dan kelompok P1 adalah 175,85±6,28 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t- independence menunjukkan bahwa nilai t= 12,607 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 147,50±8,64 mg/dl dan kelompok P1 adalah 125,58±6,46 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 6,423 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL kelompok kontrol (P0) adalah 22,12±5,01 mg/dl dan kelompok P1 adalah

78 78 32,18±5,05 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= -4,470 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol (P0) adalah 93,09±6,83 mg/dl dan kelompok P1 adalah 74,30±5,28 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 6,881 dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL sesudah perlakuan selama 14 hari (posttest I) antar kelompok kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01) Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan selama 28 hari (prosttest II). Hasil analisis kemaknaan diuji dengan t- independence pada Tabel Tabel 5.11 Rerata Nilai Variabelantar Kelompok Sesudah Perlakuan 28 Hari Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB t P Kolesterol Total P0 223,18 8,31 P1 135,47 15,33 16,053 0,000 Trigliserida P0 148,99 8,49 P1 82,19 21,29 9,258 0,000 HDL P0 20,58 4,44 P1 46,02 4,88-12,443 0,000 LDL P0 94,26 6,31 P1 36,25 16,22 10,587 0,000 SB = Simpangan Baku; t = t-test; p = signifikansi Tabel 5.11 menunjukkan rerata kadar kolesterol total sesudah 28 hari perlakuan (posttest I) kelompok kontrol (P0) adalah 223,18±8,31 mg/dl dan kelompok P1 adalah 135,47±15,33 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-

79 79 independence menunjukkan bahwa nilai t= 16,053 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar trigliserida kelompok kontrol (P0) adalah 148,99±8,49 mg/dl dan kelompok P1 adalah 82,19±21,29 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 9,258 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar HDL kelompok kontrol (P0) adalah 20,58±4,44 mg/dl dan kelompok P1 adalah 46,02±4,88 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= -12,443 dan nilai p= 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol (P0) adalah 94,26±6,31 mg/dl dan kelompok P1 adalah 36,25±16,22 mg/dl. Analisis kemaknaan dengan t-independence menunjukkan bahwa nilai t= 10,587 dan nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL sesudah perlakuan selama 28 hari (posttest II) antar kelompok kontrol (P0) dan kelompok perlakuan (P1) berbeda sangat bermakna (p<0,01). 5.3 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Daun Bungur Analisis efek perlakuan pada kelompok yang diberikan ekstrak daun bungur (P1) diuji berdasarkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL masing-masing kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest), sesudah diberikan perlakuan selama 14 hari (post-test I) dan sesduah diberikan perlakuan selama 28 hari (post-test II). Hasil analisis kemaknaan dengan paired sample T test disajikan pada Tabel 5.12 berikut.

80 80 Tabel 5.12 Rerata Nilai VariabelMasing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan Variabel Pasangan yang Diuji t p Kolesterol Total Pretest Posttest I 11,649 0,000 Pretest Posttest II 26,601 0,000 Trigliserida Pretest Posttest I 5,022 0,001 Pretest Posttest II 14,017 0,000 HDL Pretest Posttest I -3,837 0,004 Pretest Posttest II -11,334 0,000 LDL Pretest Posttest I 4,238 0,002 Pretest Posttest II 17,013 0,000 t = t hitung; p = signifikansi Tabel 5.12 di atas, menunjukkan terjadi kadar total kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL yang sangat bermakna pada kelompok P1 (p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun bungur selama 14 hari saja sudah dapat memperbaiki profil lipid dengan sangat signifikan (p<0,01). Perbaikan profil lipid meliputi penurunan kadar kolesterol total (Gambar 5.1), penurunan trigliserida (Gambar 5.2), peningkatan kadar HDL (Gambar 5.3) serta penurunan kadar HDL (Gambar 5.4).

81 Kadar Trigliserida (mg/dl) Kadar Kolesterol Total (mg/dl) P0 P1 Pretest Posttest1 Posttest2 Gambar 5.1 Grafik Perubahan Kadar Kolesterol Total Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok P0 P1 Pretest Posttest1 Posttest2 Gambar 5.2 Grafik Perubahan Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok

82 Kadar LDL (mg/dl) Kadar HDL P0 P1 Pretest Posttest1 Posttest Gambar 5.3 Grafik Perubahan Kadar HDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok P0 P Pretest Posttest1 Posttest2 Gambar 5.4 Grafik Perubahan Kadar LDL Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan

Lebih terperinci

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat

1.1 Pengertian 1.2 Etiologi dan Faktor Resiko 1.3 Patofisiologi Jalur transport lipid dan tempat kerja obat 1.1 Pengertian Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) yaitu kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dl. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pesatnya kemajuan teknologi telah banyak membawa perubahan pada pola hidup masyarakat secara global termasuk dalam hal pola makan. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperlipidemia merupakan keadaan yang terjadi akibat kadar kolesterol dan/atau trigliserida meningkat melebihi batas normal (Price & Wilson, 2006). Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung memiliki kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang olah raga, kebiasaan merokok dan pola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. Tesis Ini Telah Disetujui. Pada Tanggal 27 Desember 2016

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. Tesis Ini Telah Disetujui. Pada Tanggal 27 Desember 2016 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis Ini Telah Disetujui Pada Tanggal 27 Desember 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS NIP. 194612131971071001 Dr. dr. A.A.G.P.

Lebih terperinci

PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA

PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA TESIS PEMBERIAN Alpha Lipoic Acid MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DARAH PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA CRISTHINE GUNAWAN PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma darah. Kelainan fraksi lipid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK DIBANDINGKAN SIMVASTATIN Jessica Angela Haryanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA( ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia.

BAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat, yaitu pola makan tinggi lemak terutama lemak jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dislipidemia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam plasma baik sebagai kolesterol bebas atau dikombinasikan dengan asam lemak rantai panjang seperti cholesteryl ester. Kolesterol

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru serta 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aerobik Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyakbanyaknya. Senam Aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolesterol tidak hanya menjadi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT ANTIHIPERLIPIDEMIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Pendahuluan Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid merupakan lipid utama di tubuh Trigliserida didistribusikan ke dalam otot sebagai sumber energi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL DAN PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Ronauly V. N, 2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat perkotaan banyak mengalami perubahan di era globalisasi ini, terutama dalam pola konsumsi makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat di zaman modern ini erat hubungannya dengan perubahan kadar lemak darah. Masyarakat dengan kesibukan tinggi cenderung mengkonsumsi makanan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN Tria Pertiwi, 2014 Pembimbing I Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kemajuan teknologi dan sistem informasi memungkinan orang dengan mudah mencapai tujuannya, antara lain adanya fasilitas layanan makanan

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 23 JANUARI 2017

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 23 JANUARI 2017 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 23 JANUARI 2017 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof.Dr.dr Wimpie I. Pangkahila, SpAnd, FAACS NIP.194612131971071001 Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL Satya Setiadi, 2014, Pembimbing I : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan

Lebih terperinci

Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai. Oleh Panitia Penguji pada. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada Tanggal 25 Agustus 2016

Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai. Oleh Panitia Penguji pada. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Pada Tanggal 25 Agustus 2016 Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai Oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Pada Tanggal 25 Agustus 2016 Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No.: 4191/UN14.4/HK/2016, Tanggal

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 mengumumkan 4 penyakit tidak menular (PTM) termasuk penyakit kardiovaskular (48%), kanker (21%), pernapasan kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas fisik yang teratur mempunyai banyak manfaat kesehatan dan merupakan salah satu bagian penting dari gaya hidup sehat. Karakteristik individu, lingkungan sosial,

Lebih terperinci

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT Sebastian Hadinata, 2014, 1 st Tutor : Heddy Herdiman,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Stella

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lipid dalam tubuh umumnya berasal dari makanan yang kita konsumsi. Makanan yang enak dan lezat identik dengan makanan yang mengandung lipid. Dislipidemia lekat dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN Kadek Reanita Avilia, 2014 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II :

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELA

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELA ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa Linn ) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK Angela Azalia Trisna Putri,1210115 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS WISTAR JANTAN Ester Farida Manalu, 2014: Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan dan kualitas hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh umur, konsumsi makanan berkalori tinggi dan lemak, serta pola hidup sedentary. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Theresia Vania S S, 2015, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr.,

Lebih terperinci

) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH

) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH TESIS EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA ADELINE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Status gizi berkaitan dengan asupan makanan yang dikonsumsi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA PADA TIKUS WISTAR JANTAN Lydia Stacilia Devina, 2012 ; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes. ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) TIKUS JANTAN GALUR Wistar F. Inez Felia Yusuf, 2012. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik yang disebabkan karena terganggunya sekresi hormon insulin, kerja hormon insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan sekumpulan penyakit jantung dan pembuluh darah arteri pada jantung, otak, dan jaringan perifer. Penyakit ini terdiri dari

Lebih terperinci

EKSTRAK DAUN AFRIKA SELATAN (Vernonia amygdalina) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA

EKSTRAK DAUN AFRIKA SELATAN (Vernonia amygdalina) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA 1 2 TESIS EKSTRAK DAUN AFRIKA SELATAN (Vernonia amygdalina) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS WISTAR JANTAN DISLIPIDEMIA TRIWIJI NURDIASTUTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 3 TESIS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL... AGUSTUS 2017

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL... AGUSTUS 2017 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL... AGUSTUS 2017 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes. Mengetahui, Ketua Program Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kelebihan kolesterol menjadi yang ditakuti sebagai penyebab penyempitan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis yaitu proses pengapuran dan pengerasan pada

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan. TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 22 Desember 2016

Lembar Pengesahan. TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 22 Desember 2016 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : 22 Desember 2016 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, MSc. SpAnd NIP. 194402011964091001 Prof. DR. dr. Wimpie I. Pangkahila

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR

ABSTRAK. EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR ABSTRAK EFEK JUS BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA TIKUS JANTAN WISTAR Jane Haryanto, 2012 ; Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt. Pembimbing II : Penny Setyawati M.,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI (Glycine max (L) MERR) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI (Glycine max (L) MERR) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI (Glycine max (L) MERR) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Satria Prihandini, 2006, Pembimbing I: Endang Evacuasiany. Dra., MS.,Apt., AFK;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit berbahaya yang menjadi suatu permasalahan yang cukup besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat herbal telah lama dipraktikkan di seluruh dunia. Diperkirakan sebanyak 75 80 % masyarakat di negara berkembang dan 25 % di negara maju menggunakan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dislipidemia A.1. Definisi Dislipidemia ialah suatu kelainan salah satu atau keseluruhan metabolisme lipid yang dapat berupa peningkatan ataupun penurunan profil lipid, meliputi

Lebih terperinci

PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM ( SECHIUM EDULE

PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM ( SECHIUM EDULE TESIS PEMBERIAN EKSTRAK LABU SIAM (SECHIUM EDULE) MEMPERBAIKI PROFIL LIPID TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) DISLIPIDEMIA LEBIH BAIK DARIPADA SIMVASTATIN CHERIA VALENTINA 1490761018 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Dislipidemia Menurut Anwar (2004), dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol, kolesterol ester,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Meigi Suwarto, 2013 : dr. Kartika Dewi, M.Kes. Sp.Ak.PA (K) : dr. Jeanny Ervie Ladi, M.Kes., PA

ABSTRAK. Meigi Suwarto, 2013 : dr. Kartika Dewi, M.Kes. Sp.Ak.PA (K) : dr. Jeanny Ervie Ladi, M.Kes., PA ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KEDELAI DETAM I (Glycine max (L.) Merr.), DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk) DAN KOMBINASINYA TERHADAP KADAR LDL SERUM TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Meigi Suwarto, 2013

Lebih terperinci

Dislipidemia. Ema Rachmawati

Dislipidemia. Ema Rachmawati Dislipidemia Ema Rachmawati Kolesterol dan metabolisme lipoprotein Kolesterol Merupakan prekursor garam empedu dan hormon Dapat diperoleh dari makanan (eksogen) maupun sintesis de novo di hati (endogen)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah gangguan metabolisme lipoprotein, termasuk produksi lipoprotein berlebih maupun defisiensi lipoprotein. Dislipidemia bermanifestasi klinis sebagai

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci