- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,"

Transkripsi

1 - 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa dalam kerangka otonomi daerah, Kerjasama daerah merupakan salah satu sarana bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa Pemerintah Provinsi Lampung memiliki aset-aset yang dapat didayagunakan dan dioptimalkan pemanfaatannya melalui Kerjasama daerah untuk menunjang pembangunan daerah dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Kerjasama Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1964 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2688); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 13. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; 14. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomo 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2007 tentang Kerjasama Pembangunan Perkotaan; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan Kapasitas Pelaksana Kerjasama Daerah;

3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tatacara Kerjasama Daerah; 20. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Lampung Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 314); 21. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2007 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 315); 22. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Lampung (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 333); 23. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Lampung Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Lampung Nomor 355); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG dan GUBERNUR LAMPUNG MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG KERJASAMA DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Lampung. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Lampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Gubernur adalah Gubernur Lampung. 5. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota dalam wilayah Provinsi Lampung. 6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

4 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Provinsi Lampung yang bertanggungjawab kepada Gubernur. 8. Kerjasama Antar Daerah adalah Kesepakatan antara Gubernur dengan Gubernur lain atau Gubernur dengan Bupati/Walikota dan/atau Gubernur, Bupati/Walikota dengan Pihak Luar Negeri atau Pihak Ketiga yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. 9. Pihak Ketiga adalah Badan usaha yang berbadan hukum Indonesia di dalam negeri dan luar negeri. 10. Badan Hukum Indonesia adalah Badan Usaha yang berbadan hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, yayasan dan lembaga di dalam negeri lainnya yang berbadan hukum. 11. Pihak Luar Negeri adalah Pemerintah Negara Bagian atau Pemerintah Daerah di Luar Negeri, Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk Badan-Badannya dan Organisasi/Lembaga Swadaya Masyarakat Luar Negeri serta Badan Usaha Milik Negara/Negara Bagian/Daerah di luar negeri, dan pihak ketiga di luar negeri. 12. Kesepakatan Bersama adalah suatu naskah kesepakatan yang berisi kesepakatan-kesepakatan yang mengikat antara para pihak secara garis besar terhadap materi materi yang akan dikerjasamakan. 13. Perjanjian Kerjasama adalah naskah lanjutan dari kesepakatan bersama yang berisi kesepakatan-kesepakatan yang mengikat antara kedua belah pihak dan memuat persetujuan yang mewajibkan masing-masing pihak memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam rangka melaksanakan Kerjasama secara rinci dan mendetail sebagai wujud pelaksanaan kesepakatan bersama atau MoU. 14. Lembaga Kerjasama adalah suatu forum untuk melaksanakan kerjasama yang keanggotaannya merupakan wakil yang ditunjuk dari daerah yang melakukan kerjasama. 16. Tim Koordinasi Kerjasama Daerah selanjutnya disingkat TKKSD adalah tim yang dibentuk oleh Gubernur untuk membantu dalam menyiapkan kerjasama daerah. 17. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Agggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung. 15. Aset adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh baik oleh pemerintah maupun masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN KERJASAMA DAERAH Bagian Kesatu Maksud Pasal 2 Kerjasama Daerah dimaksudkan untuk mewujudkan proses pembangunan yang berkelanjutan di daerah melalui pemanfaatan dan pemberdayaan potensi yang dimiliki daerah.

5 - 5 - Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Tujuan Kerjasama daerah adalah: a. menciptakan keselarasan, keserasian, dan keterpaduan dalam berbagai tahap pembangunan; b. memberdayakan potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing untuk dimanfaatkan bersama; c. mendayagunakan dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh masingmasing pihak untuk dapat dimanfaatkan bersama secara timbal balik; d. menanggulangi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat; e mengoptimalkan perolehan manfaat dan keuntungan bersama; dan f. meningkatkan pelayanan publik. BAB III PRINSIP KERJASAMA DAERAH Pasal 4 Kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip: a. efisiensi; b. efektivitas; c. sinergi; d. saling menguntungkan; e. kesepakatan bersama; f. itikad baik; g. mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; h. persamaan kedudukan; i. transparansi; j. keadilan; dan k. kepastian Hukum. BAB IV PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH Bagian Kesatu Kerjasama Daerah Pasal 5 (1) Penyelengaraan Kerjasama daerah, meliputi: a. Kerjasama antar daerah; b. Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian; c. Kerjasama daerah dengan pihak luar negeri; dan d. Kerjasama daerah dengan pihak ketiga.

6 - 6 - (2) Kerjasama antar daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Kerjasama antar Provinsi; b. Kerjasama dengan Kabupaten/Kota; dan c. Kerjasama antar Kabupaten/Kota. (3) Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. Kerjasama dengan Lembaga Negara; b. Kerjasama dengan Kementerian; c. Kerjasama dengan Lembaga Pemerintah Non Kementerian; d. Kerjasama dengan Instansi Vertikal; e. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi; dan f. Kerjasama dengan pihak lainnya. (4) Kerjasama dengan pihak luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi: a. Kerjasama dengan pemerintah negara bagian atau pemerintah daerah setingkat di luar negeri atau Kerjasama Provinsi Kembar (Sister Province); b. Kerjasama dengan Badan dan Lembaga/Organisasi Internasional; dan c. Kerjasama dengan Organisasi/Lembaga Swadaya Masyarakat luar negeri serta Badan Usaha Milik Pemerintah Negara/Negara Bagian/ daerah di luar negeri, dan pihak ketiga di luar negeri. (5) Kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi: a. Kerjasama dengan badan usaha yang berbadan hukum Indonesia di dalam negeri; b. Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara; c. Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Daerah; dan d. Kerjasama dengan Koperasi, Yayasan, badan usaha tidak berbadan hukum dan orang perseorangan. Bagian Kedua Ruang Lingkup Kerjasama Pasal 6 Ruang lingkup kerjasama daerah meliputi: a. seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik; b. aset dan/atau potensi yang dimiliki Daerah mulai dari penyiapan perencanaan kebijakan pembangunan, pengaturan maupun penyediaan infrastruktur dan pelayanan publik. BAB V JENIS-JENIS KERJASAMA Bagian Kesatu Model dan Bentuk Kerjasama Antar Daerah Pasal 7 Jenis model Kerjasama antar daerah, meliputi: a. Model Kerja Sama Antar Daerah; b. Model Kerja Sama Daerah dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian; c. Model Kerja Sama Daerah dengan Luar Negeri; d. Model Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga.

7 - 7 - Pasal 8 (1) Kerjasama Pemerintah Daerah dapat berbentuk: 1. Kontrak Pelayanan; a) Kontrak Operasional/Pemeliharaan; b) Kontrak Kelola/pemanfaatan; c) Kontrak Sewa; d) Kontrak Konsesi; e) Kontrak Kerja; f) Kontrak pengelolaan Pinjaman/ Permodalan. 2. Kontrak Bangun; a) Kontrak Bangun Guna Serah; b) Kontrak Bangun Serah Guna; c) Kontrak Bangun Sewa Serah; 3. Kontrak Rehabilitasi: a) Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Serah; b) Kontrak Bangun Tambah Kelola dan Serah; 4. Kontrak Patungan. (2) Selain bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan kerjasama dengan bentuk lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pemilihan bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang akan dikerjasamakan serta kepemilikan atas aset dan kewenangan dalam manajemen proyek yang dikerjasamakan serta kebijakan Pemerintah Daerah. (4) Kerjasama yang berbentuk Pembangunan dan atau Pengelolaan Infrastruktur, harus memperhatikan: a. kondisi keuangan Daerah; b. peningkatan Pelayanan Kepada masyarakat; c. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang Daerah; dan d. dampak eksternalitas bagi masyarakat/daerah sekitar mengingat pembangunan infrastruktur selalu menimbulkan dampak lingkungan tertentu, dimana diperlukan identifikasi dan evaluasi melalui AMDAL. (5) Prioritas Kerjasama Daerah dilaksanakan disesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah. Bagian Kedua Kerjasama Antar Daerah Pasal 9 Bentuk/model Kerjasama antar daerah, meliputi: a. Kerja Sama Pelayanan Bersama; b. Kerja Sama Pelayanan Antar Daerah; c. Kerja Sama Pengembangan Sumberdaya Manusia; d. Kerja Sama Pelayanan dengan pembayaran Retribusi; e. Kerja Sama Perencanaan dan Pengurusan; f. Kerja Sama Pembelian Penyediaan Pelayanan; g. Kerja Sama Pertukaran Layanan; h. Kerja Sama Pemanfaatan Peralatan; i. Kerja Sama Kebijakan dan Pengaturan.

8 - 8 - Bagian Ketiga Kerjasama dengan lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Pasal 10 Bentuk/model Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, meliputi: a. Kerjasama kebijakan dan pengaturan; b. Kerjasama pengembangan sumberdaya manusia; c. Kerjasama alih teknologi; d. Kerjasama perencanaan dan pengurusan; dan e. Kerjasama lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Kerjasama dengan Pihak Luar Negeri Pasal 11 Jenis Kerjasama dengan pihak luar negeri, meliputi: a. Kerjasama provinsi kembar (Sister Province); b. Kerjasama teknik; c. Kerjasama penyertaan modal; d. Kerjasama kebudayaan; e. Kerjasama sosial; dan f. Kerjasama lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 (1). Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kerjasama dengan pemerintah luar Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. merupakan pelengkap dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; b. mempunyai hubungan diplomatik dengan Pemerintah Republik Indonesia; c. merupakan urusan Pemerintahan Daerah; d. tidak membuka kantor perwakilan di luar negeri; e. tidak mengarah pada campur tangan urusan dalam negeri; f. sesuai dengan kebijakan dan rencana pembangunan; dan g. ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dialihkan. (2). Untuk kerjasama teknik termasuk bantuan kemanusian harus memperhatikan: a. peningkatan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pemerintah Daerah; b. kemampuan keuangan Daerah; c. prioritas Produksi Dalam Negeri; dan d. kemandirian Daerah. (3) Perjanjian kerjasama yang salah satu pihaknya adalah pihak asing maka digunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. (4) Bila terjadi perbedaan penafsiran maka yang digunakan adalah rumusan dalam bahasa Indonesia.

9 - 9 - Bagian Kelima Kerjasama dengan Pihak Ketiga Pasal 13 Lingkup Kerjasama dengan pihak ketiga, meliputi: a. Kerjasama pelayanan, meliputi: 1. Kerjasama operasional/pemeliharaan; 2. Kerjasama pengelolaan; 3. Kerjasama sewa menyewa; dan 4. Kerjasama konsesi. b. Kerjasama pembangunan, meliputi: 1. Kerjasama bangun guna serah; 2. Kerjasama bangun serah guna; dan 3. Kerjasama bangun sewa serah. c. Kerjasama rehabilitasi, meliputi: 1. Kerjasama rehabilitasi kelola dan serah; dan 2. Kerjasama bangun tambah kelola dan serah. d. Kerjasama penyertaan modal atau Kerjasama patungan (joint venture company); e. Kerjasama gabungan dari dua atau beberapa jenis Kerjasama sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d; dan f. Kerjasama lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan BAB VI TAHAPAN KERJASAMA DAERAH Bagian Kesatu Prakarsa Pasal 14 Prakarsa Kerjasama pemerintah daerah dengan pemerintah daerah setingkat di luar negeri dapat berasal dari: a. pemerintah daerah; b. pihak pemerintah daerah setingkat di luar negeri kepada pemerintah daerah; c. pihak pemerintah daerah setingkat di luar negeri melalui Menteri Dalam Negeri kepada Pemerintah Daerah; dan d. mitra Kerjasama. Bagian Kedua Tahapan Pasal 15 (1) Tahapan Kerjasama Daerah dilakukan melalui: a. persiapan; b. penawaran; c. penyiapan kesepakatan; d. penandatanganan kesepakatan; e. penyiapan perjanjian; f. penandatanganan perjanjian; dan g. pelaksanaan. (2) Tahapan Kerjasama dengan pihak luar negeri dilakukan melalui: a. penjajakan;

10 b. perundingan; c. perumusan naskah; d. penerimaan; e. penandatanganan; dan f. pelaksanaan. Bagian Ketiga Penyusunan Perjanjian Kerjasama Pasal 16 Gubernur dalam menyiapkan rancangan Perjanjian Kerjasama dapat meminta pendapat dari pakar, Kementerian dan/atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian terkait. BAB VII PROSEDUR KERJASAMA DAERAH Bagian Kesatu Kerjasama Antar Daerah Pasal 17 (1) Prosedur Kerjasama antar daerah, meliputi: a. persiapan, yaitu kegiatan inventarisasi objek Kerjasama dan penyiapan kerangka acuan/proposal dan/atau kajian pra studi kelayakan untuk objek yang akan dikerjasamakan, paling sedikit memuat: 1. latar belakang dan tujuan Kerjasama; 2. gambaran lokasi objek Kerjasama; 3. bentuk Kerjasama; 4. rencana awal; 5. analisis manfaat dan biaya; dan 6. dampak bagi pembangunan Daerah. b. penyiapan naskah perjanjian, yang memuat paling sedikit: 1. subjek Kerjasama; 2. objek Kerjasama; 3. ruang lingkup Kerjasama; 4. hak dan kewajiban; 5. jangka waktu Kerjasama; 6. pelaksanaan; 7. pembiayaan; 8. pengawasan; 9. pelaporan; 10. keadaan memaksa (force majeure); 11. penyelesaian perselisihan; dan 12. pengakhiran Kerjasama; c. penandatangan perjanjian; dan d. pelaksanaan sesuai yang diperjanjikan, dengan ketentuan: 1. para pihak bertanggungjawab atas pelaksanaan Kerjasama sesuai perjanjian; 2. apabila dalam pelaksanaan Kerjasama terdapat pengadaan barang dan jasa yang menjadi kewajiban Daerah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan 3. dalam hal materi perubahan/addendum menyebabkan atau mengakibatkan penambahan pembebanan APBD maupun masyarakat, maka penambahan pembebanan harus dimintakan persetujuan kembali kepada DPRD.

11 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur Kerjasama antar daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Bagian Kedua Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Pasal 18 (1) Prosedur Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian, meliputi: a. persiapan, yaitu inventarisasi objek Kerjasama dan penyiapan kerangka acuan/proposal dan/atau kajian prastudi kelayakan untuk objek yang akan dikerjasamakan, paling sedikit memuat antara lain: 1. latar belakang dan tujuan Kerjasama; 2. gambaran lokasi objek Kerjasama; 3. bentuk Kerjasama; 4. rencana awal; 5. analisis manfaat dan biaya; dan 6. dampak bagi pembangunan Daerah. b. penawaran, yaitu penentuan prioritas objek yang akan dikerjasamakan, pemilihan mitra Kerjasama dan penawaran, paling sedikit memuat antara lain: 1. objek yang akan dikerjasamakan; 2. manfaat Kerjasama terhadap pembangunan daerah; 3. bentuk Kerjasama; 4. tahun anggaran dimulainya Kerjasama; dan 5. jangka waktu Kerjasama. c. penyiapan kesepakatan bersama, paling sedikit memuat antara lain: 1. identitas para pihak; 2. maksud dan tujuan; 3. objek dan ruang lingkup Kerjasama; 4. bentuk Kerjasama; 5. sumber biaya; 6. tahun anggaran dimulainya pelaksanaan Kerjasama; 7. jangka waktu berlakunya kesepakatan bersama; dan 8. rencana kerja. d. penandatangan kesepakatan; e. penyiapan naskah perjanjian, paling sedikit memuat antara lain: 1. subjek Kerjasama; 2. objek Kerjasama; 3. ruang lingkup Kerjasama; 4. hak dan kewajiban; 5. jangka waktu Kerjasama; 6. pelaksanaan; 7. pembiayaan; 8. pengawasan; 9. pelaporan; 10. keadaan memaksa (force majeure); 11. penyelesaian perselisihan; dan 12. pengakhiran Kerjasama. f. penandatangan perjanjian; dan

12 g. pelaksanaan, sesuai yang diperjanjikan, dengan ketentuan: 1. para pihak bertanggungjawab atas pelaksanaan Kerjasama sesuai perjanjian; 2. apabila dalam pelaksanaan Kerjasama terdapat pengadaan barang dan jasa yang menjadi kewajiban Daerah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 3. Dalam hal materi perubahan/addendum menyebabkan atau mengakibatkan penambahan pembebanan APBD maupun masyarakat, maka penambahan beban harus dimintakan persetujuan kembali kepada DPRD. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Kementerian Pemerintah Non Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Bagian Ketiga Kerjasama Daerah dengan Pihak Luar Negeri Paragraf 1 Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Setingkat di Luar Negeri Pasal 19 (1) Prosedur Kerjasama daerah dengan pemerintah daerah setingkat di luar negeri, meliputi: a. pemerintah daerah melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri dan instansi terkait untuk mengajukan usulan program Kerjasama yang meliputi latar belakang Kerjasama, tujuan, saran, pertimbangan, potensi daerah, keunggulan komperatif, dan profil pihak asing yang akan menjadi mitra Kerjasama; dan b. prosedur koordinasi di Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pemerintah daerah setingkat di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Paragraf 2 Kerjasama Daerah dengan Badan dan Lembaga/Organisasi Internasional di Luar Negeri Pasal 20 (1) Prosedur Kerjasama dengan Badan dan Lembaga/organisasi Internasional di luar negeri atas prakarsa Pemerintah Daerah, meliputi: a. prakarsa Kerjasama dilaporkan dan dikonsultasikan oleh Pemerintah Daerah kepada Kementerian Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan; dan b pemerintah daerah menyusun rencana Kerjasama berdasarkan pertimbangan Kementerian Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada huruf a. (2) Prosedur Kerjasama dengan Badan dan Lembaga/Organisasi Internasional di luar negeri atas prakarsa Badan dan Lembaga/Organisasi Internasional di luar negeri, meliputi: a. pemerintah daerah menerima penawaran Kerjasama dari pihak luar negeri berdasarkan pertimbangan Kementerian Dalam Negeri; dan b. pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dijadikan dasar dalam penyusunan rencana Kerjasama oleh pemerintah daerah.

13 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur Kerjasama dengan Badan dan Lembaga/Organisasi Internasional di Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Bagian Keempat Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga Paragraf 1 Prakarsa Pemerintah Daerah Pasal 21 Prosedur Kerjasama daerah dengan pihak ketiga atas prakarsa pemerintah daerah, meliputi: a. persiapan, yaitu inventarisasi objek yang akan dikerjasamakan dan penunjukan SKPD sebagai penanggung jawab Kerjasama serta penyiapan kerangka acuan/proposal dan/atau kajian pra studi kelayakan untuk objek yang akan dikerjasamakan, paling sedikit memuat antara lain: 1. latar belakang dan tujuan Kerjasama; 2. gambaran lokasi objek Kerjasama; 3. bentuk Kerjasama; 4. rencana awal; 5. analisis manfaat dan/atau biaya; dan 6. dampak bagi pembangunan daerah. c. penawaran, yaitu kegiatan pengumuman, pengambilan, pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi, penetapan, pengumuman dan masa sanggah prakualifikasi, pengambilan dokumen seleksi, penjelasan (aanwijzing), pemasukan, pembukaan dan evalusi penawaran, penetapan dan pengumuman pemenang, masa sanggah, kualifikasi dan negosiasi, serta penunjukan; c. penyiapan kesepakatan, paling sedikit memuat antara lain: 1. identitas para pihak; 2. maksud dan tujuan; 3. objek dan ruang lingkup Kerjasama; 4. bentuk Kerjasama; 5. sumber biaya; 6. tahun anggaran dimulainya pelaksanaan Kerjasama; 7. jangka waktu berlakunya kesepakatan bersama; dan 8. rencana kerja. d. penandatanganan kesepakatan; e. penyiapan naskah perjanjian, paling sedikit memuat antara lain; 1. subjek Kerjasama; 2. objek Kerjasama; 3. ruang lingkup Kerjasama; 4. hak dan kewajiban; 5. jaminan pelaksanaan Kerjasama; 6. alokasi resiko Kerjasama; 7. jangka waktu Kerjasama; 8. pelaksanaan; 9. pembiayaan;

14 pengawasan; 11. pelaporan; 12. larangan pengalihan perjanjian Kerjasama; 13. keadaan memaksa (force majeure); 14. penyelesaian perselisihan; dan 15. pengakhiran Kerjasama. f. dalam hal pelaksanaan perjanjian membebani Daerah dan masyarakat, pembiayaannya belum dianggarkan dalam APBD tahun berjalan dan/atau menggunakan aset Daerah, maka sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan DPRD; g. penandatanganan perjanjian; dan h. pelaksanaan perjanjian, dengan ketentuan: 1. para pihak bertanggung jawab atas pelaksanaan Kerjasama sesuai dengan perjanjian; 2. apabila dalam pelaksanaan Kerjasama terdapat pengadaan barang dan jasa yang menjadi kewajiban daerah, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. dalam hal materi perubahan/addendum menyebabkan atau mengakibatkan penambahan pembebanan APBD maupun masyarakat, maka penambahan pembebanan harus dimintakan persetujuan kembali kepada DPRD; 4. hasil Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga dapat berupa uang, surat berharga, dan aset atau non material berupa keutungan; 5. hasil kerjasma berupa uang harus disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 6. dalam Kerjasama pengelolaan, mitra Kerjasama harus membayar kontribusi dan pembagian keutungan hasil Kerjasama pengelolaan ke Kas Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengelolaan. Paragraf 2 Prakarsa Pihak Ketiga Pasal 22 (1) Prosedur Kerjasama daerah dengan pihak ketiga atas prakarsa pihak ketiga meliputi: a. persiapan, yaitu penerimaan dan evaluasi terhadap usulan Kerjasama dari pihak ketiga serta penetapan SKPD sebagai penanggungjawap Kerjasama; b. Penawaran, yaitu kegiatan pengumuman rencana Kerjasama, pengambilan, pemasukan dan evaluasi dokumen prakualifikasi, penetapan, pengumuman dan masa sanggah hasil prakualifikasi, pengambilan dokumen seleksi, penjelasan (aanwijzing), pemasukan, pembukaan dan evaluasi penawaran, penetapan dan pengumuman pemenang, masa sanggah, klarifikasi dan negosiasi serta penunjukan; c. penyiapan kesepakatan, paling sedikit memuat antara lain: 1. identitas para pihak; 2. maksud dan tujuan; 3. objek dan ruang lingkup Kerjasama; 4. bentuk Kerjasama; 5. sumber biaya; 6. tahun anggaran dimulainya pelaksanaan Kerjasama; 7. jangka waktu berlakunya kesepakatan bersama; dan 8. rencana kerja.

15 d. penandatanganan kesepakatan; e. penyiapan naskah perjanjian, paling sedikit memuat antara lain: 1. subjek Kerjasama; 2. objek Kerjasama; 3. ruang lingkup Kerjasama; 4. hasil dan kewajiban; 5. jaminan pelaksanaan Kerjasama; 6. alokasi risiko Kerjasama; 7. jangka waktu Kerjasama; 8. pelaksanaan; 9. pembiayaan; 10. pengawasan; 11. pelaporan; 12. larangan pengalihan perjanjian; 13. keadaan memaksa (force majeure); 14. penyelesaiaan perselisihan; dan 15. pengakhiran Kerjasama; f. Dalam hal pelaksanaan perjanjian membebani Daerah dan masyarakat, pembiayaannya belum dianggarkan dalam APBD tahun berjalan dan/atau menggunakan aset Daerah, maka sebelum ditandatangani oleh para pihak terlebih dahulu harus mendapat persetujuan DPRD; g. Penandatanganan perjanjian; dan h. Pelaksanaan perjanjian, dengan ketentuan: 1. para pihak bertanggungjawab atas pelaksanaan Kerjasama sesuai perjanjian; 2. Apabila dalam pelaksanaan Kerjasama terdapat pengadaan barang dan jasa yang menjadi kewajiban daerah, dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. dalam hal materi perubahan/addendum menyebabkan atau mengakibatkan penambahan pembebanan APBD maupun masyarakat, maka penambahan pembebanan harus dimintakan persetujuan kembali kepada DPRD; 4. hasil Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga dapat berupa uang, surat berharga, dan aset atau non material berupa keuntungan; 5. hasil Kerjasama berupa uang harus disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; dan 6. dalam Kerjasama pengelolaan, mitra Kerjasama harus membayar kontribusi dan pembagian keuntungan hasil Kerjasama pengelolaan ke Kas Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengelolaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak ketiga atas prakarsa pihak ketiga, ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Paragraf 3 Prakarsa Pihak Luar Negeri Pasal 23 (1) Prakarsa kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri dapat berasal dari: a. Pemerintah Daerah

16 b. Pihak Luar Negeri kepada Pemerintah Daerah; dan c. Pihak Luar Negeri melalui Menteri Dalam Negeri kepada Pemerintah Daerah. (2) Prakarsa kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b dilaporkan dan dikonsultasikan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pertimbangan. Pertimbangan Menteri Dalam Negeri disampaikan kepada gubernur untuk dijadikan dasar dalam menyusun rencana kerjasama. (3) Menteri Dalam Negeri menyampaikan prakarsa kerjasama dari Pihak Luar Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada gubernur beserta pertimbangannya. Pertimbangan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun Rencana Kerjasama oleh Pemerintah Daerah. (4) Rencana Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan c disampaikan oleh Pemerintah Daerah kepada Menteri Dalam Negeri antara lain memuat: a. Subyek; b. Latar belakang; c. Maksud, tujuan, dan sasaran; d. Obyek/ruang lingkup; e. Hasil kerjasama; f. Sumber pembiayaan; dan g. Jangka waktu pelaksanaan. (5) Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan dan kewenangan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Luar Negeri diatur dengan Peraturan gubernur. BAB VIII SURAT KUASA Pasal 24 (1) Penandatanganan dokumen Kerjasama daerah dilaksanakan oleh Gubernur. (2) Gubernur dapat mendelegasikan penandatangan dokumen Kerjasama daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala SKPD berdasarkan Surat Kuasa Khusus, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Penandatanganan dokumen Kerjasama daerah dengan pemerintah daerah setingkat di luar negeri, dilaksanakan oleh Gubernur setelah memperoleh surat kuasa penuh (full power) dari Menteri Luar Negeri, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX PERSETUJUAN DPRD Pasal 25 Kerjasama Daerah yang membebani daerah dan masyarakat, yang pembiayaannya belum dianggarkan dalam APBD tahun berjalan dan/atau menggunakan /memanfaatan aset Daerah, perlu mendapat persetujuan DPRD, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

17 Pasal 26 Dalam hal pembiayaan untuk pelaksanaan Kerjasama Daerah telah dianggarkan dalam APBD tahun anggaran berjalan, maka Gubernur memberitahukan pelaksanaannya kepada DPRD. Pasal 27 Gubernur menyampaikan permohonan persetujuan DPRD terhadap rencana Kerjasama daerah yang membebani Daerah dan masyarakat dengan melampirkan rancangan perjanjian kepada DPRD, disertai dengan penjelasan mengenai: a. tujuan Kerjasama; b. objek yang akan dikerjasamakan; c. hak dan kewajiban, meliputi: 1. besarnya pembiayaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Kerjasama; dan 2. keuntungan yang akan diperoleh berupa barang, uang, atau jasa; d. jangka waktu Kerjasama; dan e. besarnya pembebanan yang dibebankan kepada masyarakat dan daerah serta jenis pembebanannya. Pasal 28 (1) Terhadap permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, DPRD melakukan penilaian atas rancangan perjanjian dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari kerja sejak diterimanya permohonan. (2) Dalam hal DPRD menilai rancangan perjanjiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kurang memenuhi prinsip Kerjasama, DPRD menyampaikan pendapat dan sarannya kepada Gubernur dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan. (3) Dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya pendapat dan saran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemerintah daerah menyempurnakan rancangan perjanjian dan menyampaikan kembali kepada DPRD. (4) Apabila dalam waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak diterimanya penyempurnaan rancangan perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) DPRD tidak memberikan tanggapan tanpa pemberitahuan mengenai alasan tidak adanya tanggapan, maka rencana Kerjasama dianggap disetujui. (5) Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan perjanjian, Pemerintah Daerah diberikan waktu untuk memberikan penjelasan tertulis dan/atau lisan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya surat DPRD perihal tidak disetujuinya rancangan perjanjian. (6) Apabila setelah 7 (tujuh) hari sejak diterimanya penjelasan tertulis dan/atau lisan dari Pemerintah Daerah, DPRD tetap tidak menyetujui, maka rancangan perjanjian dimaksud tidak diproses lebih lanjut. Pasal 29 (1) Rencana Kerjasama Pemerintah Daerah dengan pihak luar negeri perlu mendapat persetujuan DPRD. (2) Persetujuan DPRD terhadap rencana Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan persetujuan.

18 (3) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan DPRD. (4) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja DPRD tidak memberikan tanggapan atas permohonan persetujuan tanpa pemberitahuan mengenai alasan tidak adanya tanggapan, maka rencana Kerjasama dianggap disetujui. (5) Setelah rencana Kerjasama mendapat persetujuan DPRD, Gubernur menyusun rancangan Memorandum Saling Pengertian (Memorandum of Understanding) dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah rencana Kerjasama mendapat persetujuan DPRD. (6) Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan Memorandum Saling Pengertian (Memorandum of Understanding), Pemerintah Daerah diberikan waktu untuk memberikan penjelasan tertulis dan/atau lisan paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya surat DPRD perihal tidak disetujuinya rancangan Memorandum Saling Pengertian (Memorandum of Understanding). (7) Apabila setelah 7 (tujuh) hari sejak diterimanya penjelasan tertulis dan/atau lisan dari Pemerintah Daerah, DPRD tetap tidak menyetujui, maka rancangan Memorandum Saling Pengertian (Memorandum of Understanding) dimaksud tidak diproses lebih lanjut. BAB X HASIL KERJASAMA DAERAH Pasal 30 (1) Hasil Kerjasama daerah dapat berupa uang, surat berharga dan aset, atau keuntungan nonmaterial. (2) Hasil Kerjasama daerah berupa uang dan surat berharga harus disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Hasil Kerjasama daerah berupa barang, harus dicatat sebagai aset Pemerintah Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XI PENYELESAIAN PERSELISIHAN Bagian Kesatu Kerjasama Antar Daerah Pasal 31 (1) Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan Kerjasama antar daerah diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal upaya penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak membawa hasil yang diharapkan, maka penyelesaian perselisihan dilaksanakan oleh Para Pihak, dan Para Pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara hukum dengan memilih tempat kedudukan hukum domisili masing-masing. Bagian Kedua Kerjasama Dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian Pasal 32 Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan Kerjasama dengan Lembaga Negara/Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian diselesaikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

19 Bagian Ketiga Kerjasama Daerah Dengan Pihak Luar Negeri Pasal 33 (1) Perselisihan dalam pelaksanaan Kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan pihak luar negeri, diselesaikan menurut Hukum Indonesia. (2) Cara penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian. Bagian Keempat Kerjasama Dengan Pihak Ketiga Pasal 34 Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan Kerjasama daerah dengan pihak ketiga, diselesaikan sesuai kesepakatan mengenai penyelesaian perselisihan, yang diatur dalam perjanjian. BAB XII PERUBAHAN DOKUMEN KERJASAMA DAERAH Pasal 35 (1) Para pihak dapat melakukan perubahan atas ketentuan Kerjasama daerah. (2) Mekanisme perubahan atas ketentuan Kerjasama daerah diatur sesuai kesepakatan masing-masing pihak yang melakukan Kerjasama. (3) Mekanisme perubahan atas ketentuan Kerjasama daerah yang tidak memerlukan persetujuan DPRD, maka diatur sesuai kesepakatan masingmasing pihak yang melakukan Kerjasama. (4) Perubahan atas ketentuan Kerjasama daerah yang memerlukan persetujuan DPRD, maka perlu persetujuan DPRD. (5) Perubahan ketentuan Kerjasama daerah dituangkan dalam perjanjian Kerjasama daerah setingkat dengan Kerjasama daerah induknya. BAB XIII BERAKHIRNYA KERJASAMA DAERAH Pasal 36 Kerjasama daerah berakhir dalam hal: a. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam dokumen Kerjasama; b. tujuan Kerjasama telah tercapai; c. terdapat perubahan mendasar yang mengakibatkan Kerjasama tidak dapat dilaksanakan; d. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan dokumen Kerjasama; e. dibuat dokumen Kerjasama baru yang menggantikan dokumen lama; f. muncul norma baru dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

20 g. objek Kerjasama hilang atau musnah; h. terdapat hal-hal yang merugikan kepentingan daerah; dan/atau i. berakhirnya jangka waktu Kerjasama. Pasal 37 (1) Kerjasama dapat berakhir sebelum waktunya berdasarkan permintaan salah satu pihak, dengan ketentuan: a) menyampaikan secara tertulis mengenai inisiatif pengakhiran Kerjasama kepada pihak lain; dan b) pihak yang mempunyai inisiatif pengakhiran Kerjasama menanggung risiko baik finasial maupun risiko lainnya yang ditimbulkan sebagai akibat pengakhiran Kerjasama. (2) Pengakhiran Kerjasama tidak mempengaruhi penyelesaian kewajiban para pihak sesuai perjanjian, sampai diselesaikannya kewajiban tersebut. BAB XIV KELEMBAGAAN KERJASAMA DAERAH Bagian Kesatu Perencanaan Kerjasama Daerah Pasal 38 (1) Dalam rangka perencanaan penyiapan dokumen, pelaksanaan monitoring dan evaluasi Kerjasama Daerah, dibentuk Badan dan/atau Tim Koordinasi Kerjasama Daerah. (2) Pembentukan Badan dan/atau Tim Koordinasi Kerjasama Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan Keputusan Gubernur. Bagian Kedua Tim Koordinasi Kerjasama Daerah Pasal 39 (1) Gubernur dapat membentuk Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD) untuk menyiapkan Kerjasama Daerah. (2) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. melakukan inventarisasi dan pemetaan bidang/potensi daerah yang akan dikerjasamakan; b. menyusun prioritas objek yang akan dikerjasamakan; c. memberikan saran terhadap proses pemilihan daerah dan pihak ketiga; d. menyiapkan kerangka acuan/proposal objek Kerjasama Daerah; e. membuat dan menilai proposal dan studi kelayakan; f. menyiapkan materi Kesepakatan Bersama dan rancangan Perjanjian Kerjasama; g. memberikan rekomendasi kepada gubernur untuk penandatanganan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama. (3) TKKSD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Ketua : Sekretaris Daerah b. Wakil Ketua I : Asisten yang membidangi Kerjasama Daerah c. Wakil Ketua II : Kepala Bappeda

21 d. Sekretaris : Kepala Biro yang membidangi Kerjasama Daerah e. Anggota Tetap : a) Kepala Biro Hukum b) Kepala Biro Tata Pemerintahan Umum c) Kepala SKPD yang membidangi Keuangan dan Pengelolaan Aset f. Anggota Tidak Tetap : a) Kepala SKPD yang melaksanakan Kerjasama b) Kepala SKPD yang terkait dengan pelaksanaan Kerjasama c) Tenaga ahli/pakar (4) TKKSD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dapat membentuk Tim Teknis untuk menyiapkan materi teknis terhadap objek yang akan dikerjasamakan. BAB XV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 40 (1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Kerjasama antar daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. (2) Dalam hal timbul perselisihan terhadap Kerjasama antar daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur melakukan fasilitasi penyelesaian perselisihan. (3) Gubernur selaku wakil pemerintah melaksanakan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Kabupaten/Kota dengan pihak luar negeri. Pasal 41 DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan Kerjasama daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XVI PEMBIAYAAN KERJASAMA Pasal 42 Pembiayan pelaksanaan Kerjasama Daerah bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; c. Pihak Ketiga; dan/atau d. Sumber lain yang sah. BAB XVII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 43 Kerjasama Daerah tidak berakhir karena pergantian Gubernur dan/atau periodesasi keanggotaan DPRD. Pasal 44 (1) Gubernur bertanggungjawab menyimpan dan memelihara naskah asli dokumen Kerjasama Daerah. (2) Naskah asli Letter of intent (LoI) dan Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama Sister Province dan Sister City yang telah ditandantangani, diserahkan oleh Daerah kepada Kementerian Luar Negeri, dan selanjutnya dibuatkan salinan naskah resmi (certified true copy) untuk disimpan oleh daerah.

22 BAB XVIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 45 (1) Ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. (2) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, Kerjasama daerah yang telah berjalan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu Kerjasama. BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 46 Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 47 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Lampung. Ditetapkan di Telukbetung pada tanggal 23 September 2013 GUBERNUR LAMPUNG, dto.- Diundangkan di Telukbetung pada tanggal 23 September 2013 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI LAMPUNG, SJACHROEDIN Z.P. dto.- Ir. BERLIAN TH, MM. Pembina Utama Madya NIP LEMBARAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013 NOMOR

23 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH I. UMUM Dalam kerangka otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Berdasarkan asas dimaksud maka pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai kepentingan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahannya daerah diberi kewenangan untuk melakukan kerjasama dengan daerah lain, pihak luar negeri, maupun dengan pihak ketiga. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah, memberikan pengaturan yang tegas mengenai Kerjasama daerah meliputi Kerjasama antar daerah dan Kerjasama dengan pihak ketiga yang kemudian dijabarkan ke dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 dan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 tentang perubahan pertama dan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Kerjasama daerah merupakan sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan keterikatan daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah, mensinergikan potensi antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga serta meningkatkan pertukaran pengetahuan, teknologi dan kapasitas fiskal. Melalui Kerjasama daerah diharapkan dapat mengurangi kesenjangan daerah dalam penyediaan pelayanan umum khususnya yang ada di wilayah terpencil, perbatasan antar daerah dan daerah tertinggal. Kerjasama daerah dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan sumber Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu Kerjasama daerah yang membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan masyarakat harus mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Objek yang dapat dikerjasamakan meliputi seluruh urusan yang menjadi kewenangan daerah otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan umum. Pelaksanaan Kerjasama harus berpegang pada prinsip efisiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, persamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Objek Kerjasama merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan Kerjasama untuk selanjutnya menentukan pilihan bentuk Kerjasama yang akan dilaksanakan. Hasil Kerjasama yang diperoleh daerah berupa uang harus disetor ke kas daerah, sedangkan yang berupa barang harus dicatat sebagai aset daerah. Adanya pergantian Gubernur dan/atau berakhirnya periodisasi keanggotaan DPRD pada dasarnya tidak berpengaruh dapat menyatakan berakhirnya pelaksanaan Kerjasama yang telah disepakati oleh Gubernur sebelumnya.

24 - 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Huruf a Yang dimaksud dengan prinsip efisiensi adalah upaya pemerintah daerah melalui kerjasama untuk menekan biaya guna memperoleh suatu hasil tertentu atau menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang maksimal. Huruf b Yang dimaksud dengan prinsip efektivitas adalah upaya pemerintah daerah melalui kerjasama untuk mendorong pemanfaatan sumber daya para pihak secara optimal dan bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat. Huruf c Yang dimaksud dengan prinsip sinergi adalah upaya untuk terwujudnya harmoni antara pemerintah, masyarakat dan swasta untuk melakukan kerjasama demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Huruf d Yang dimaksud dengan prinsip saling menguntungkan adalah pelaksanaan Kerjasama harus dapat memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Huruf e Yang dimaksud dengan prinsip kesepakatan bersama adalah persetujuan para pihak untuk melakukan kerjasama. Huruf f Yang dimaksud dengan prinsip itikad baik adalah kemauan para pihak untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan kerjasama. Huruf g Yang dimaksud dengan prinsip mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah seluruh pelaksanaan kerjasama daerah harus dapat memberikan dampak positif terhadap upaya mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan masyarakat dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Huruf h Yang dimaksud dengan prinsip persamaan kedudukan adalah persamaan dalam kesederajatan dan kedudukan hukum bagi para pihak yang melakukan kerjasama daerah. Huruf i Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah adanya proses keterbukaan dalam kerjasama daerah. Huruf j Yang dimaksud dengan prinsip keadilan adalah persamaan hak dan kewajiban serta perlakukan para pihak dalam melaksanakan kerjasama daerah.

25 - 3 - Huruf k Yang dimaksud dengan prinsip kepastian hukum adalah bahwa Kerjasama yang dilakukan dapat mengikat secara hukum bagi para pihak yang melakukan kerjasama daerah. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Huruf a Yang dimaksud dengan Kerjasama pelayanan bersama adalah Kerjasama antar daerah untuk memberikan pelayanan bersama kepada masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah yang merupakan jurisdiksi dari daerah yang bekerjasama, untuk membangun fasilitas dan memberikan pelayanan bersama. Huruf b Yang dimaksud dengan Kerjasama pelayanan antar daerah adalah Kerjasama antar daerah untuk memberikan pelayanan tertentu bagi suatu wilayah masyarakat yang merupakan jurisdiksi daerah yang bekerjasama, dengan kewajiban bagi daerah yang menerima pelayanan untuk memberikan suatu kompensasi tertentu kepada daerah yang memberikan pelayanan. Huruf c Yang dimaksud dengan Kerjasama pengembangan sumberdaya manusia adalah Kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dan kualitas pelayanannya melalui alih pengetahuan dan pengalaman, dengan kewajiban bagi daerah yang menerima pelayanan untuk memberikan suatu kompensasi tertentu kepada daerah yang memberikan pelayanan. Huruf d Yang dimaksud dengan Kerjasama pelayanan dengan pembayaran retribusi adalah Kerjasama antar daerah untuk memberikan pelayanan publik tertentu dengan membayar retribusi atas jasa pelayanan. Huruf e Yang dimaksud dengan Kerjasama perencanaan dan pengurusan adalah Kerjasama antar daerah untuk mengembangkan dan/atau meningkatkan layanan publik tertentu, dengan mana mereka menyepakati rencana dan programnya, tetapi melaksanakan sendirisendiri rencana dan program yang terkait dengan jurisdiksi masingmasing; Kerjasama tersebut membagi kepemilikan dan tanggungjawab atas program dan kontrol atas implementasinya. Huruf f Yang dimaksud dengan Kerjasama pembelian dan penyediaan pelayanan adalah Kerjasama antar daerah untuk menyediakan layanan kepada daerah lain dengan pembayaran sesuai dengan perjanjian.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa kerjasama Daerah merupakan sarana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT YUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN TENTANG KERJASAMA DAERAH BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 7 TAHUN 2014. TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 6 2012 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan asas desentralisasi,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka rnewujudkan peran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mempercepat pembangunan daerah,

Lebih terperinci

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO,

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa pemerintah daerah mengemban amanat

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa pemerintah daerah berkewajiban

Lebih terperinci

(disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

(disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH (disempurn BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. b. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DI KABUPATEN LAMANDAU

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DI KABUPATEN LAMANDAU BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DI KABUPATEN LAMANDAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMANDAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH I. UMUM Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahannya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 9 APRIL 2012 NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG : KERJA SAMA DAERAH Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian Hukum 2012

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan amanat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BLITAR PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa dalam era demokratisasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2014 Seri E Nomor 21 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2014 Seri E Nomor 21 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 24 Tahun 2014 Seri E Nomor 21 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BOGOR Diundangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR :14 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH I. UMUM Pemerintah Kota Malang sebagai salah satu daerah otonom, dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1154, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kerjasama. Badan Swasta Asing. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2012 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2012 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PADA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12

Lebih terperinci

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DAERAH

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DAERAH SALINAN WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH I. UMUM Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangan serta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 69 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA PEMBANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 69 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA PEMBANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 69 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA PEMBANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan pertumbuhan kawasan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG MEKANISME KERJASAMA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG MEKANISME KERJASAMA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG MEKANISME KERJASAMA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN KERJA SAMA DAERAH A. Kerja Sama Daerah dengan Pemerintah Daerah Lain 1. Persiapan a. Pembentukan TKKSD. b. TKKSD membentuk Tim Teknis

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : /Kep.245-PMKSM/2017

GUBERNUR JAWA BARAT. KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : /Kep.245-PMKSM/2017 GUBERNUR JAWA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119.05/Kep.245-PMKSM/2017 Menimbang TENTANG TIM KOORDINASI KERJA SAMA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT : a. bahwa untuk mempersiapkan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 A. Kerja Sama Antar Daerah URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 38 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA/MASYARAKAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 38 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA/MASYARAKAT GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 38 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA ANTAR DAERAH DAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA/MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 27 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 27 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 27 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA

- 1 - URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 URAIAN TAHAPAN TATA CARA KERJA SAMA A. Kerja Sama Antar Daerah 1. Persiapan a. Pembentukan Tim Koordinasi Kerja

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta; PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 74 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 20152 TENTANG PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG

NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 09 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA CARA KERJA SAMA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH - RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS, PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 12 TAHUN : 2006 SERI : E NO. :5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi potensi desa dan peningkatan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN - 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO SALINAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 195

Lebih terperinci

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.764, 2017 BNPP. Pelimpahan sebagian Urusan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN DAN PENUGASAN PENGELOLAAN PERBATASAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah merupakan peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa produk hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN TATA CARA KOORDINASI PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH ANTAR KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan pedoman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 04 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci