BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Irwan Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Opini Auditor Independen Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor melakukan audit. Opini audit merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan audit, dimana opini audit ini biasa disampaikan dalam paragraf pendapat. IAI menyatatakan bahwa laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara kesuluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Terdapat 2 bentuk opini yang bisa diberikan oleh auditor dalam audit laporan keuangan yaitu : (1) Opini tanpa modifikasian (Unmodified opinion); dan (2) Opini modifikasian (Modified opinion). Kemudian opini modifikasian terdiri dari 3 jenis yaitu : (1) Opini wajar dengan pengecualian; (2) Opini tidak wajar; (3) Opini tidak menyatakan pendapat. Diantara 4 opini tersebut, opini yang paling baik adalah Opini Tanpa Modifikasian (Unmodified Opinion). Opini ini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti audit yang dikumpulkan, laporan keuangan telah bebas dari kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang material. Opini terbaik kedua adalah Opini Wajar Dengan Pengecualian. Opini diberikan
2 11 karena meskipun ada kekeliruan, namun kesalahan atau kekeliruan tersebut secara keseluruhan tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Opini paling buruk adalah Tidak Wajar. Opini diberikan karena auditor meyakini, berdasar bukti-bukti yang dikumpulkannya, bahwa laporan keuangan mengandung banyak sekali kesalahan atau kekeliruan yang material. Artinya, laporan keuangan tidak menggambarkan kondisi keuangan secara benar. Opini Tidak Memberikan Pendapat atau Menolak Memberikan Pendapat tidak bisa diartikan bahwa laporan keuangan sudah benar atau salah. Opini tersebut diberikan karena auditor tidak bisa meyakini apakah laporan keuangan benar atau salah. Ini terjadi karena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan apakah laporan sudah disajikan dengan benar atau salah. Lebih jelasnya dalam ISA 700 dan 705 (IAPI 2011) mengenai penjelasan masing-masing opini adalah sebagai berikut: 1. Opini tanpa modifikasian (Unmodified Opinion) Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (ISA ). Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka yang berlaku. ISA menjelaskan bahwa ketika memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian wajar, pendapat auditor harus, kecuali ditetapkan lain
3 12 oleh ketentuan perundang-undangan, menggunakan rasa, yang dipandang ekuivalen dengan: a. Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau b. Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. ISA , ketika memberikan pendapat yang tidak modifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, pendapat auditor harus menyatakan laporan keuangan yang dibuat, dalam semua hal yang material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. 2. Opini Modifikasian (Unmodified Opinion) Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Penentuan tipe modifikasi terhadap opini auditor : 1. Opini wajar dengan pengecualian Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika: a) Auditor setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
4 13 individual maupun secara agregasi adalah material, tetapi tidak pervasif, terhadap laporan keuangan atau b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan jika ada dapat menjadi material tetapi tidak pervasif. 2. Opini tidak wajar Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. 3. Opini tidak menyatakan mendapat Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif. Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut,
5 14 adalah tidak mungkin untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan pengaruh kumulatif ketidakpastian tersebut yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan Skeptisisme Profesional Auditor Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2011) menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Skeptisisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama pada saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Auditor tidak boleh mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah jujur, tetapi tidak boleh juga mengasumsikan bahwa manajemen adalah tidak jujur. Pernyataan yang hampir sama juga terdapat pada ISA No. 200 yang mengatakan bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan sikap skeptisisme profesional, dengan mengakui bahwa ada kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Skeptisisme profesional merupakan sikap kewaspadaan auditor terhadap bukti-bukti audit serta keterangan-keterangan yang disajikan oleh manajemen. Skeptisisme, berasal dari kata skeptis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berarti sikap meragukan, mencurigai dan tidak mempercayai kebenaran suatu hal, teori, ataupun pernyataan. Sedangkan profesional menurut adalah sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, yang membutuhkan keahlian khusus untuk menerapkannya. Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap (attitude)
6 15 auditor dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Auditor yang memiliki skeptisisme profesional yang memadai, akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : (1) apa yang perlu saya ketahui? (2) bagaimana saya dapat memperoleh informasi tersebut dengan baik? (3) apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisisme auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya kecurangan (Louwers et al, 2005). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa skeptisisme profesional merupakan sikap keraguan, penuh pertanyaan dan penilaian kritis atas setiap bukti audit yang diperoleh Pengalaman Pengalaman merupakan suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman mampu memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya penugasan, maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani (Asih, 2006). Libby and Frederick (1990) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Butt (1998) juga mengungkapan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Akuntan
7 16 pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik. Akuntan yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan (Davis, 1996). Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menentukan dan menemukan bentuk kekeliruan atau kecurangan yang tidak lazim yang ada dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut, dibandingkan dengan auditor yang masih sedikit pengalaman (Libby dan Frederick, 1990). Jadi auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat ketepatan dalam pemberian opininya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman atau sedikit pengalamannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Herdiansyah (2008) yang mengatakan akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan memperlihatkan perhatian selektif yang lebih tinggi pada informasi yang relevan Situasi audit Situasi audit adalah saat dimana auditor dapat dilihat profesionalitasnya (Surfeliya, 2014). Situasi audit dengan resiko tinggi yang dihadapi auditor bisa bermacam-macam. Menurut Arens (2007) situasi seperti kesulitan untuk berkomunikasi dengan auditor lama terkait informasi perusahaan; situasi ketika klien yang diaudit merupakan klien yang baru pertama kali diaudit; situasi kemungkinan adanya motivasi manajemen untuk menarik investor, diduga akan mempengaruhi auditor dalam memberikan opini. Faktor situasi audit akan
8 17 menentukan sikap auditor dan perilaku, yang nantinya akan dilakukan oleh auditor dalam mengolah informasi sampai menghasilkan opini atas laporan audit. Oleh karena itu, serangkaian situasi yang dialami auditor tersebut akan berusaha mencapai keselarasan antara sikap dan perilaku agar selaras dengan perilaku yang seharusnya dilakukan (Surfeliya, 2014) Keahlian Keahlian audit adalah keahlian profesional yang dimiliki auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam penelitian, seminar, simposium dan lain-lain. Seorang auditor, haruslah memiliki keahlian dalam audit. Pernyataan tersebut sesuai dengan standar umum pertama dari Standar Auditing Seksi 210, SPAP (2011) yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau entitas yang memiliki keahlian dan pelatihan khusus yang cukup sebagai auditor. Keahlian tersebut meliputi, keahlian mengenai audit yang mencakup perencanaan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan (Wahyudi, 2013). Pada saat penugasan audit, cara yang dilakukan auditor junior dengan auditor senior tentu akan berbeda dalam melakukan pertimbangan guna memberikan pendapat. Oleh karena itu keahlian akan mempengaruhi ketepatan seorang auditor dalam memberikan opini Beban Kerja Beban kerja adalah lama seseorang melakukan aktivitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kerja yang bersangkutan tanpa menunjukkan
9 18 kelelahan. Fitriany (2011) menyebutkan bahwa beban kerja auditor dapat dilihat dari seberapa banyak klien yang ditangani oleh auditor tersebut dan terbatasnya waktu seorang auditor untuk melakukan proses auditnya. Beban kerja audit biasanya berkaitan dengan busy season yang terjadi karena banyaknya perusahaan yang memiliki tahun fiskal yang berakhir di bulan Desember. Kelebihan pekerjaan pada saat busy season akan mengakibatkan kelelahan dan ketatnya time budget auditor sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang rendah (Lopez dan Peters, 2011). Dhania (2010) penyebab tingkat stress seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal dimana faktor eksternal itu adalah beban kerja. Jelas dengan mempengaruhinya beban kerja terhadap tingkat stress maka akan mempengaruhi kinerja seseorang. Begitu juga dengan auditor, semakin tinggi beban kerja yang ditanggungnya semakin tinggi pula tingkat stress yang terjadi dan akan mengakibatkan semakin rendah juga kualitas auditnya yang dapat berakibat pada ketidaktepatan dalam pemberian opini oleh auditor. 2.2 TELAAH PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu yang pernah ada mengenai ketepatan pemberian opini auditor digunakan sebagai acuan atau ide-ide dalam melakukan penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, penelitian milik Surfeliya, Andreas dan Yusralaini (2014) mengenai Professional Influence Skeptisisme, Competention, Audit Situation, Audit Ethics, Experience and expertise Make an audit of to Accuracy of Audit Opinion by Auditor BPK. Pada hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel skeptisisme
10 19 profesional yang berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor sedangkan situasi audit, kompetensi, etika, pengalaman dan keahlian tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Populasi yang digunakan dalam penelitian milik Surfeliya, Andreas dan Yusralaini (2014) adalah Auditor BPK perwakilan provinsi Riau dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian Gusti dan Ali (2008) mengenai Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik dilakukan di Sumatera dengan Kantor Akuntan Publik di wilayah Sumatera sebagai populasinya. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisisme profesional dengan ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Selain itu, situasi audit juga berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik, meskipun pengalaman, keahlian serta etika tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik. Penelitian ini juga mengacu pada penelitian milik Nasution (2012) mengenai Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit dan Tipe Kepribadian terhadap Skeptisisme Profesional dan Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Pada hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh negatif signifikan pada skeptisisme profesional, sedangkan pengalaman audit dan tipe kepribadian berpengaruh positif signifikan terhadap skeptisisme profesional.
11 HIPOTESIS PENELITIAN Pengaruh Skeptisisme Profesional Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Skeptisisme profesional auditor adalah sikap skeptis yang dimiliki auditor yang selalu mempertanyakan dan meragukan bukti audit. Dapat diartikan bahwa skeptisisme profesional menjadi salah satu faktor dalam menentukan kemahiran profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang auditor dalam melakukan audit, maka diduga akan berpengaruh pada ketepatan pemberian opini auditor tersebut. Dalam penelitian Sukendra dan Yuniarta (2015) membuktikan bahwa skeptisisme berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Bahkan dalam pengujiannya, variabel skeptisisme profesional memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Penelitian lain milik Gusti dan Ali (2008) mengenai Hubungan Skeptisime Profesional dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara skeptisime profesional dengan ketepatan pemberian opini auditor. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan : H1 : Skeptisisme profesional berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor.
12 Pengaruh Pengalaman terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku dari pendidikan formal maupun non formal. Pengalaman auditor dapat ditinjau dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005). Semakin banyak dan kompleks tugas-tugas yang dilakukan seorang auditor, semakin auditor tersebut berpengalaman dan semakin luas wawasan yang dimiliki (Suraida, 2005). Auditor yang berpengalaman tentu akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan atau kecurangan yang tidak lazim dalam laporan keuangan dan juga dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang masih sedikit pengalamannya. Dalam penelitian Prihandono (2008) dengan judul Hubungan Skeptisme Profesional Auditor, Situasi Audit, Independensi, Etika, Keahlian, dan Pengalaman Dengan Keputusan Pemberian Opini Audit Oleh Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Jakarta) dengan hasil penelitian Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Putu Sukendra (2015) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh signifikan positif terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor, serta penelitian Suraida (2005) yang menunjukkan pengalaman audit secara parsial maupun simultan berepngaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan :
13 22 H2 : Pengalaman berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor Pengaruh Situasi Audit Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Situasi audit diartikan sebagai suatu keadaan, suasana dan kondisi yang terjadi pada saat audit dilaksanakan. Apabila dalam penugasannya auditor menemukan situasi irregulates atau situasi yang mengandung risiko tinggi, maka diperlukan bukti yang lebih banyak dan informasi yang relevan guna memberikan keyakinan yang memadai atas pendeteksian salah saji material dalam laporan keuangan (Gusti dan Ali, 2008). Situasi yang mengandung resiko besar mempengaruhi auditor dalam memperoleh bukti yang cukup dan memadai. Dengan adanya resiko yang besar, menuntut auditor untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kecurangan yang mungkin terjadi agar audit yang dilakukaannya efektif. Irregularities sering diartikan sebagai suatu situasi di mana terdapat ketidakberesan atau kecurangan yang dilakukan dengan sengaja (Zein, 2011). Dalam penelitian Gusti dan Ali (2008) membuktikan bahwa situasi audit memiliki hubungan yang positif signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti dan Ali, penelitian milik Zein (2011) yang menyatakan bahwa variabel situasi audit paling dominan dalam mempengaruhi skeptisisme profesional seorang auditor. Dengan skeptisisme profesional yang tinggi tentu akan mempengaruhi auditor dalam memberikan
14 23 opini yang tepat. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan : H3 : Situasi Audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor Pengaruh Keahlian Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Keahlian auditor merupakan kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan dan kemampuan dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Pernyataan dalam standar umum pertama auditing seksi 210 (paragraf 01) menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau entitas yang memiliki keahlian dan pelatihan khusus yang cukup sebagai seorang auditor. Gusti dan Ali (2008) juga berpendapat bahwa keahlian audit mencakup seluruh pengetahuan auditor akan dunia audit itu sendiri yang diukur dengan tingkat sertifikasi pendidikan dan jenjang pendidikan sarjana formal. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan. Dalam penelitian Sukendra, Yuniarta dan Atmadja (2015) membuktikan bahwa keahlian berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan :
15 24 H4 : Keahlian audit berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor Pengaruh Beban Kerja terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Fitriany (2011) menemukan bahwa beban kerja auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Beban kerja yang semakin meningkat akan menurunkan kemampuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan atau kecurangan sebuah perusahaan yang akan berakibat juga dengan kualitas audit yang dihasilkan menjadi rendah (Fitriany, 2011). Berdasarkan konsep tersebut maka penulis menduga bahwa semakin banyak beban kerja yang dimiliki oleh auditor akan meningkatkan kekeliruan auditor dalam memberikan opini. Dalam penelitian yang dilakukan Nasution (2012) membuktikan bahwa hasil pengujian menunjukkan beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan. Artinya beban kerja auditor yang banyak atau menumpuk dapat mengurangi sikap skeptisisme profesional yang akan berdampak pada ketidaktepatan pemberian opini auditor. Begitu juga dengan pendapat Murtiasri dan Ghozali (2006) menemukan bahwa beratnya beban pekerjaan akan menurunkan kepuasan kerja dan kinerja auditor yang artinya akan mempengaruhi pada ketidaktepatan pemberian opini auditor. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan : H5 : Beban kerja berpengaruh negatif terhadap ketepatan pemberian opini auditor.
16 Model Penelitian Model penelitian merupakan kerangka pemikiran berupa gambar skema yang menjelaskan pengaruh skeptisisme profesional, pengalaman, situasi audit, keahlian dan beban kerja terhadap ketepatan pemberian opini oleh auditor. Berikut model penelitian disajikan dalam gambar 2.1. Gambar 2.1. Model Penelitian Skeptisisme profesional Pengalaman Situasi Audit H3(+) Ketepatan Pemberian Opini Auditor Keahlian Beban Kerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Opini auditor merupakan hal yang sangat penting, baik bagi perusahaan maupun bagi investor. Suatu perusahaan akan merasa lebih percaya diri apabila laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin
Lebih terperinci: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan adalah auditor independen atau akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan publik berfungsi sebagai pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, serta sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas beberapa alasan yang melatar belakangi dilakukannya peneltian ini mengenani kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan. Selain itu akan dijelaskan mengenai latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang tinggi diantara pelaku bisnis. Para pengelola perusahaan berusaha untuk meningkatkan pendapatan, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan laporan keuangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik merupakan salah satu profesi yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Profesi akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan 2013. Meski demikian, tetap saja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di jaman yang modern ini, semakin banyak perusahaan yang semakin berkembang dan bahkan go public sehingga semakin banyak juga perusahaan yang membutuhkan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat pertumbuhannya, sehingga membuat persaingan antar perusahaan semakin meningkat. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini meningkatkan jumlah pemegang saham, sehingga meningkat pula kebutuhan audit laporan keuangan. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah salah satu profesi yang disoroti oleh masyarakat luas. Hal yang menjadi sorotan masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatankegiatan dan kejadian-kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat kecurangan yang dilakukan dalam penyajian laporan keuangan tidak kalah maraknya dengan skandal-skandal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Disonansi Kognitif Manusia cenderung akan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan sikap maupun pribadi mereka, dan bertentangan dengan tingkat kenyamanannya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku bisnis maupun bagi para kalangan masyarakat yang bukan pelaku bisnis. Dunia bisnis
Lebih terperinciPengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Auditing 2015-12-11 Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang unik. Auditor dibayar oleh klien (perusahaan) tetapi bertanggung jawab pada publik khususnya pengguna laporan keuangan perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran auditor telah menjadi pusat kajian dan riset di kalangan akademisi. Tidak hanya itu, praktisi juga semakin kritis dengan selalu menganalisa kontribusi
Lebih terperinciHUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH
HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan profesional auditor dalam menentukan sikap dan tanggungjawab pelaksanaan audit serta mendapatkan bukti asersi tentang kegiatan-kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dimana bisnis tidak mengenal batas Negara, kebutuhan akan adanya audit laporan keuangan oleh akuntan publik menjadi sangat diperlukan, sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat penting dalam dunia bisnis. Seorang akuntan publik diharapkan banyak orang untuk dapat meletakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini yang masuk akal mengenai kewajaran
Lebih terperincidalam Pernyataan Standar Pemeriksaan yang disebut PSP.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) ialah suatu institusi milik negara yang memiliki kekuasaan dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara merupakan kewajiban penting dari suatu instansi pemerintah. Sehingga untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, persaingan dunia usaha akan semakin ketat karena arus perdagangan barang dan jasa semakin luas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Risiko informasi yang dimaksud ialah kemungkinan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Audit 2.1.1 Pengertian Kualitas Audit Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan kualitas sebagai kemungkinan dimana or akan menemukan dan melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Tindakan kecurangan ini berkembang pesat ditengah-tengah perkembangan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini kecurangan adalah salah satu kejahatan yang fenomenal di dunia. Tindakan kecurangan ini berkembang pesat ditengah-tengah perkembangan teknologi dan perekonomian
Lebih terperinciKUESIONER Profil Responden KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS
KUESIONER Profil Responden 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Masa Kerja : tahun 5. Golongan : 6. Pendidikan terakhir : 7. Pendidikan dan pelatihan tentang audit yang pernah diikuti:
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara periodik setiap perusahan menghasilkan informasi mengenai perkembangan usahanya yang salah satunya berupa laporan keuangan. Harahap (2006) mengatakan bahwa laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Sebelum revolusi industri, auditing belum merupakan suatu proses yang secara formal diakui. Akan tetapi, dokumen sejarah menunjukan sejak zaman kuno, orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis, perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang memiliki konsistensi tinggi dalam menjalankan kinerjanya. Untuk melihat konsistensi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan sifatnya teori dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: teori
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Auditing Berdasarkan sifatnya teori dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: teori normatif dan teori deskriptif. Teori normatif merupakan teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan berisi informasi penting yang akan digunakan berbagai pihak. Selain pihak internal perusahaan, masih ada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Behavioral Decision Theory Behavioral Decision Theory yang mengatakan bahwa seseorang mempunyai keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya berdasarkan persepsinya atas suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin berkembang, dan dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut membuat permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang manajemen perusahaan untuk para pembuat keputusan, terutama pihak luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Para pengguna laporan audit mengharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas atau perusahaan dan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Target akhir dalam suatu proses audit adalah pembuatan opini dengan judgement yang dasar dan pertimbangan yang mendalam yang menunjukkan tidak adanya keraguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang handal dan relevan dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan auditing bisa dipahami melalui kebutuhan akuntabilitas ketika pemilik bisnis mempekerjakan manajer untuk mengelola bisnis mereka seperti dalam perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.
Lebih terperinciSTANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga
STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan audit laporan keuangan suatu organisasi. Menurut FASB dalam Wiratama dan Budiartha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. Masyarakat menjadi bertanya-tanya mengenai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian, pangsa pasar perusahaan. Secara umum ada tiga bentuk laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bertugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh KAP ini adalah jasa audit operasional,
Lebih terperinciPengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Auditing 2015-12-10 Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Pratama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maraknya dengan skandal-skandal di lingkup internasional. Meskipun tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya skandal-skandal keuangan yang terjadi di Indonesia akibat kecurangan yang dilakukan dalam penyajian laporan keuangan tidak kalah maraknya dengan skandal-skandal
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian tentang Analisis Pengaruh Etika, Skeptisme Profesional, Pengalaman, dan Keahlian Auditor terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang meningkat di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang ada di BEI pada tahun 2013 sebanyak 494
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan profesi akuntan publik di Indonesia semakin berkembang ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau perusahaan. Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dan menyediakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataanpernyataan
Lebih terperinciPENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR
PENGARUH ETIKA PROFESI, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI DAN KEAHLIAN AUDIT TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah) PUBLIKASI ILMIAH Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan (auditor) merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti empiris tentang pengaruh antara due professional care, time budget pressure, pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (error) dan kecurangan (fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis dan usaha sekarang ini sudah sangat pesat. Hal ini membuat profesi akuntan juga semakin berkembang karena para pelaku bisnis dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya
Lebih terperinciLaporan keuangan bertujuan umum Kerangka bertujuan umum
LAPORAN AUDITOR Definisi Laporan keuangan bertujuan umum : laporan yang disusun berdasarkan suatu kerangka bertujuan umum. Kerangka bertujuan umum : suatu kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk
Lebih terperinciSTANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02
Daftar Isi Standar Umum SA Seksi 200 STANDAR UMUM Sifat standar umum; pelatihan dan keahlian auditor; independensi; penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan yang go public diharuskan memiliki laporan keuangan yang diaudit oleh seseorang yang tidak memihak dan memiliki pengetahuan dalam mengaudit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor yang berkualitas yang dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi merupakan kebutuhan yang paling mendasar untuk pengambilan keputusan bagi investor di pasar modal. Informasi akuntansi tersebut dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akuntan publik merupakan auditor independen yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terungkap, maka auditor melakukan penilaian risiko terhadap klien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi tanggung jawab auditor untuk mencegah dan mendeteksi adanya salah saji yang diakibatkan oleh kesalahan maupun kecurangan atau fraud. Untuk meminimalisir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK. Sampel pada peneliti adalah auditor BPK pusat yang bertempat di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi keuangan menunjukkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan yang digunakan oleh para pemakainya sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji yang material dan juga memberikan keyakinan yang memadai
Lebih terperinci