Berkah Sawit di. Lahan Transmigrasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Berkah Sawit di. Lahan Transmigrasi"

Transkripsi

1 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi 3 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi Memasuki wilayah Sungai Lilin, Palembang, kita akan berjumpa dengan lengangnya jalan raya yang berliku dan bergelombang. Lama perjalanan antara 2,5 sampai 3 jam dari pusat kota. Sepanjang perjalanan kita akan berpapasan ataupun beriringan dengan truk-truk pembawa hasil kebun kelapa sawit hingga produk turunannya. Itulah salah satu hasil bumi kekayaan alam di Provinsi Sumatera Selatan _PALEMsaWit_OKE.indd 25 12/3/08 10:06:59 AM

2 Sepanjang jalan yang kelihatan hanyalah areal hutan dan lahan perkebunan. Baru di setiap satu kilometer akan kita jumpai pemukiman penduduk. Kondisi itu tentunya bertolak belakang dengan Pulau Jawa apalagi Jakarta yang sudah disesaki oleh para pendatang. Tak mengherankan bila kondisi itu menuai gagasan untuk memindahkan sebagian penduduk Pulau Jawa ke sana pada 1980-an di era Orde Baru. Berangkatlah para petani dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut untuk bertransmigrasi ke MUBA, atau kependekan dari Musi Banyuasin. Kabupaten ini menjadi salah satu kebanggaan Provinsi Sumatera Selatan. Salah satu tanda kemajuan itu terlihat pada diri Sukayat (43), transmigran asal Pati (Jawa Tengah). Perjalanan Usaha Bersama 52 Kepala Keluarga (KK) asal Pati, Sukayat masuk ke Sungai Lilin pada Umumnya mereka adalah petani yang paling miskin di daerahnya akibat kekurangan lahan. Sebagaimana para transmigran lainnya, Sukayat mendapatkan lahan seluas dua hektar dari pemerintah secara cuma-cuma. Di lahan seluas itu Sukayat memba- Sukayat (berdiri di depan kedua dari kanan) dengan latar belakang KUD Suka Rezeki, koperasi yang menaungi para petani di wilayahnya _PALEMsaWit_OKE.indd 26 12/3/08 10:07:02 AM

3 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi ginya kedalam beberapa fungsi: lahan pekarangan seluas seperempat hektar, lahan usaha I satu hektar, dan lahan usaha II tiga per empat hektar. Kisah hidup Sukayat sebagai transmigran diawali dengan sebuah kegagalan. Usahanya bercocok tanam palawija tidak bisa diandalkan karena berbagai sebab, mulai dari hama sampai sulitnya pemasaran. Berbeda dengan Jawa di mana tikus menjadi hama yang paling ditakuti, di pulau nomor dua terbesar di Indonesia ini hama yang paling diburu adalah babi. Pemasaran juga menjadi persoalan rumit bagi para transmigran perintis ini. Lokasi lahan yang sangat jauh dari akses jalan raya menyebabkan transportasi menjadi kendala utama. Akibatnya, berbagai tanaman palawija yang dihasilkan sering kali dibiarkan rusak sebelum mendapatkan pasarnya. Untuk mengatasi kebutuhan sehari-hari, Sukayat pun mengandalkan beras jatah pemerintah. Bersama para petani lainnya ia mendapat jatah beras selama 1,5 tahun di awal masa transmigrasinya di Sumatera Selatan yang jumlahnya lebih kurang 30 kilogram per bulan. Sukayat juga berani keluar dari profesi petani dengan bekerja sebagai buruh bangunan ataupun pekerja dalam proyek-proyek padat karya, setelah kegiatan penanaman palawija di lahannya mulai berkurang. Perjuangan tanpa hasil yang jelas itu dirasa tak tertahankan lagi oleh sebagian petani rekan-rekannya, yang kemudian memutuskan pulang ke daerah asalnya. Namun Sukayat tetap bertahan, sampai akhirnya tanda-tanda perbaikan nasib itu datang. Pada tahun 1991, sebuah perusahaan pengolahan kelapa sawit bernama Gua Manurung (sekarang PT Hindoli) berencana mendirikan pabriknya di daerah transmigrasi tersebut. Pabrik pengolahan kelapa sawit berdiri seiring dengan keluarnya Instruksi Presiden agar para petani mengisi lahannya dengan kelapa sawit, tanpa me ninggalkan tanaman palawija. Selain itu, pemerintah pun memberikan tambahan lahan kepada para petani seluas setengah hektar. Dengan demikian, alokasi penggunaan lahan petani berubah menjadi: pertama, lahan kelapa sawit seluas dua hektar; kedua, lahan pekarangan seluas seperempat hektar; ketiga, lahan palawija seluas seperempat hektar _PALEMsaWit_OKE.indd 27 12/3/08 10:07:02 AM

4 Meski ada secercah harap terarah pada kelapa sawit, namun tak urung para petani ragu juga untuk memulainya. Pasalnya, mereka tak punya pengalaman di bidang tanaman kelapa sawit ini. Tanaman kelapa yang biasanya diandalkan di Pulau Jawa sangat berbeda perlakuannya dengan kelapa sawit. Berbeda dengan kelapa, untuk kelapa sawit biasanya petani tidak bisa mengolah produknya sendiri, tutur M. Basri, asisten manajer pemasaran Bank Mandiri SBDC Palembang. Keragu-raguan tersebut juga menghinggapi diri Sukayat. Pola Inti-Plasma Keraguan petani akan kelapa sawit perlahan-lahan teratasi berkat kegigihan pihak perwakilan perusahaan dalam memberikan penyuluhan. Sampeyan akan mendapat uang jutaan, ujar salah satu petani menirukan ucapan perwakilan perusahaan saat itu. Selain itu, pada awal pengolahan lahannya petani tidak mengeluarkan dana sedikit pun karena seluruhnya dibiayai oleh Bank Mandiri Cabang Palembang, dengan kelolaan PT Hindoli. Untuk pengelolaan lahan selama kelapa sawit belum menghasilkan, Bank Mandiri dengan dana Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), menggelontorkan pinjaman yang besarnya berbeda-beda bagi masing-masing petani sesuai dengan periode tanamnya: Rp 10,401 juta (1991/1992), Rp 10,971 juta (1992/1993), Rp 11,487 juta (1993/1994), dan Rp 21,487 juta (1996/1997). Dari empat periode tanam tersebut, Sukayat sendiri masuk dalam periode kedua (tahun 1992/1993). Satu hal yang menarik dalam kaitan dengan perusahaan (PT Hindoli) dan para petani adalah hubungan mereka yang diatur dalam skim Perkebunan Inti Rakyat-Transmigrasi (PIR-Trans) dengan pola inti dan plasma. Pola inti dan plasma ini mirip seperti hubungan outsourcing dalam ketenagakerjaan. PT Hindoli, yang kini saham nya dimiliki oleh CTP Holdings joint venture antara Cargill Inc. dari AS dan Temasek Holdings milik Pemerintah Singapura sebagai perusahaan inti, sementara Sukayat dan para petani lainnya yang bernaung dalam sebuah koperasi sebagai plasma-plasmanya. PT Hin _PALEMsaWit_OKE.indd 28 12/3/08 10:07:02 AM

5 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi doli sendiri tak hanya membawahi satu koperasi, melainkan bermitra dengan banyak koperasi sebagai wadah organisasi petani plasma. Keterkaitan antara inti dan plasma terjadi dalam setiap tahap pengelolaan lahan. Mulai dari tahap pembersihan lahan, petani mendapatkan bantuan berupa alat-alat berat seperti traktor dari perusahaan. Demikian pula saat pembibitan, petani membeli bibit yang diproduksi sendiri oleh perusahaan, dengan biaya yang akan ditagih sebagai angsuran pinjaman. Selain bibit, petani pun membeli pupuknya dari perusahaan. Dalam kurun empat tahun sebelum kebun kelapa sawit menghasilkan, para petani pun mendapatkan upah untuk mengelola lahan. Saat panen tiba, para petugas penyuluh dari perusahaan hampir setiap hari mencari kebun yang siap panen. Mereka datang untuk memberi masukan secara langsung mengenai ciri buah yang bisa dipetik, cara panen, dan sebagainya. Pihak inti sangat memberi perhatian kepada para plasmanya, karena mereka berkepentingan terhadap kualitas hasil panen. Setelah menghasilkan buah, petani tidak boleh menjual ke sembarang pihak. Ia punya ikatan untuk menjual hasilnya hanya kepada inti. Dari penjualannya kepada inti tersebut petani mengangsur pokok pinjamannya dari bank, sebesar 30% dari nilai penjualan. Dengan demikian petani hanya membawa pulang 70% dari nilai penjualannya. Meskipun begitu, para petani biasanya menerima hasil yang relatif besar karena harga kelapa sawit yang diterima petani dari perusahaan inti biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar yang ditentukan oleh para tengkulak. Bahkan saat harga kelapa sawit jatuh hingga di bawah Rp 500/kg di penghujung 2008 ini, para petani masih bisa tersenyum menerima harga inti di atas Rp 1.000/kg. Peran Kredit dan Pihak Lainnya Keterlibatan petani dengan perbankan memang berjalan secara tidak langsung. Alih-alih berhubungan langsung, Bank Mandiri yang membiayai pengelolaan perkebunan kelapa sawit para petani, berada di antara perusahaan dan petani. Petani pun tidak memilih bank mana yang akan mendanai perkebunannya. Justru Bank Mandiri sebagai 29 03_PALEMsaWit_OKE.indd 29 12/3/08 10:07:03 AM

6 Pohon kelapa sawit mampu meningkatkan kesejahteraan petani yang pernah mengikuti program pemerintah PIR-Trans (Perkebunan Inti Rakyat-Transmigrasi) penerima dana KLBI saat itu yang berinisiatif untuk menjadi penyandang dana. Sebagai petani plasma dari PT Hindoli, Sukayat kala itu berada dalam kelompok yang mendapatkan pinjaman Rp 10,971 juta, bersuku bunga 12% per tahun (flat), dengan pola angsur pokok 30% dari penjualan, dimulai setelah bulan ke-48 sejak pencairan pinjaman, dengan jangka waktu pelunasan selama tiga tahun. Dana pinjaman yang diperoleh dari bank tersebut tidak diberikan secara tunai kepada Sukayat, melainkan diberikan dalam bentuk upah, biaya pembukaan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya perawatan lahan, dan lain sebagainya dengan kelolaan PT Hindoli. Sementara itu, sertifikat lahannya ditahan oleh bank sebagai agunan. Bagi petani, dana pinjaman dari bank bisa dikatakan mu tlak perlu, terutama pada tahap permulaan masa ta nam. Biaya yang relatif tinggi, untuk Sukayat yang tanam di tahun 1992/1993, sebesar Rp 10,971 juta, mustahil dibiayai dari tabungan sendiri. Menge nai pengelolaan pinjaman dilakukan sepenuhnya oleh PT Hindoli sampai tanaman masuk masa panen di bulan ke-48. Se telah tahun keempat itu, mulailah dilakukan pengembalian pinjam an, setelah petani mulai memanen kelapa sawitnya. Untuk Sukayat, pengembalian 30 03_PALEMsaWit_OKE.indd 30 12/3/08 10:07:06 AM

7 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi pinjaman pertamanya dari perbankan itu berlangsung selama tiga tahun, dengan memotong 30% dari penjualannya kepada perusahaan inti. Begitu angsuran pinjamannya selesai di tahun 1999, Sukayat pun menerima sertifikat lahannya kembali. Saat memulai usaha perkebunan kelapa sawit pada 1991, di Sungai Lilin memang tidak terlalu banyak informasi yang beredar soal perbankan. Bank-bank generasi pertama yang masuk ke wilayah itu baru Bank BRI dan Bank Mandiri. Lagipula, pada umumnya persepsi petani kala itu tentang bank cukup negatif. Mereka mengira saya adalah orang perusahaan, tutur M. Basri. Kecurigaan terhadap pihak lain masih sangat besar mengingat para petani merasa pernah mengalami kegagalan dalam proyek sebelumnya. Perasaan khawatir tidak mampu mengembalikan karena tidak adanya pekerjaan tetap, juga menjadi alasan mengapa mereka enggan berhubungan dengan bank. Apalagi kala itu tidak ada aset yang cukup nilainya untuk mereka jadikan agunan. Sekarang sudah banyak beroperasi bank swasta maupun lembaga nonbank lain di daerah Sungai Lilin. Petani bisa memilih bank yang mereka inginkan. Dan salah satu kriteria para petani dalam memilih suatu bank sebagai mitranya adalah transparansinya. Petani menyukai bank yang mau memperlihatkan data catatan angsuran pengembalian pinjaman mereka secara terbuka. Dengan demikian, petani merasa nyaman kala mengangsur pinjaman dan bunga, tidak ada kesangsian mengenai posisi saldo utangnya. Selain transparansi, alasan lainnya adalah dimungkinkannya penundaan pembayaran angsuran pokok hingga tanamannya menghasilkan. Sementara menunggu tanaman menghasilkan, para petani hanya diminta membayar bunga setiap bulan. Sukayat sendiri pada tahun 2005 mendapatkan kredit multiguna dari Bank Mandiri senilai Rp 20 juta, bersuku bunga 17% per tahun, dengan pola angsur pokok Rp 750 ribu per bulan, selama jangka waktu tiga tahun. Sukayat yang tergolong hati-hati dalam menggunakan uang itu memakainya untuk membeli tanah dari penduduk pribumi dan sebagian untuk merintis usaha sampingan isterinya. Perilaku _PALEMsaWit_OKE.indd 31 12/3/08 10:07:06 AM

8 nya dalam mengelola uang itu agaknya banyak dipengaruhi oleh pihak Bank Mandiri yang tak henti-hentinya melakukan penyuluhan mengenai manajemen keuangan. Melalui koperasi, mereka mengarahkan para petani untuk mengelola uang yang dimilikinya untuk penggunaan pinjaman secara produktif. Isu ketidakpastian harga kelapa sawit di tingkat internasional semakin menjadi alasan kuat bagi petani untuk mengendalikan pola konsumsinya. Dan salah satu cara untuk mengontrol pola konsumsi itu adalah dengan menabung. Bank Mandiri sendiri sudah menanggapi kebutuhan para petani untuk menabung dengan membuat produk bernama Tabungan Bisnis. Tabungan Bisnis berguna bagi petani untuk berjaga-jaga terhadap fluktuasi harga di saat yang tidak terduga. Untuk menarik minat nasabah, suku bunga tabungan dibuat menarik. Lebih tinggi daripada tabungan biasa, supaya petani terbantu. Yang mulai sudah cukup banyak, papar Reynhard U. Bakara, pejabat Bank Mandiri Palembang. Di samping untuk menghadapi situasi tidak pasti, tabungan juga dimaksudkan untuk mendukung perencanaan. Sesuai siklus tanaman kelapa sawit, petani harus menanam ulang lahannya (replanting) setiap 25 tahun sekali. Petani harus ada dana untuk replanting, jangan mengandalkan bank terus. Ada masyarakat lain yang lebih membutuhkan, imbuh Reynhard. Kegemaran menabung, merupakan hal yang penting bagi petani khususnya petani mandiri yang tidak terikat pada perusahaan mana pun. Hal ini dapat membuatnya terhindar dari pengaruh tengkulak yang kerap menekan harga. Beruntunglah para petani plasma, yang biasanya mendapat harga lebih tinggi dari inti, karena kualitas kelapa sawitnya relatif tinggi dibanding petani mandiri. Jadi seperti isu yang beredar harga sampai Rp 400/kg itu, sebenarnya yang hancur harga-harga yang dihadapi oleh para petani mandiri, jelas alumnus Universitas Jayabaya itu. Kebiasaan menabung juga dapat mengurangi gaya hidup konsumtif. Di tengah arus konsumerisme, pengaruh gaya hidup tersebut mengena pada siapa pun, tanpa pandang bulu. Seiring dengan kekuatan global yang kian menguat tersebut, Bank Mandiri melalui koperasi mencoba mempengaruhi petani 32 03_PALEMsaWit_OKE.indd 32 12/3/08 10:07:07 AM

9 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi untuk melawannya, dengan melatih petani membuat catatan keuangan. Sekarang plasma itu sendiri banyak yang sudah pintar kok. Mereka punya catatan sendiri, bahkan ada yang punya kantor, paparnya. Di samping perbankan, kemajuan usaha Sukayat juga tak terlepas dari jasa para penyuluh lapangan dari perusahaan inti dan petugas koperasi, yang bekerja secara bergantian. Sebelum kebun kelapa sawit menghasilkan, para petani sebagai plasma didampingi oleh para penyuluh perusahaan inti. Namun, setelah konversi lahan istilah pengalihan lahan dari perusahaan kepada petani setelah seluruh pinjaman lunas tugas penyuluh perusahaan digantikan oleh petu- Semenjak kehidupan Sukayat meningkat seiring perkembangan hasil kebun kelapa sawitnya, persepsi negatifnya terhadap bank itu perlahan-lahan berubah positif. Dengan mulai jelasnya sumber-sumber penghasilan yang ada, ia pun semakin yakin dengan peran bank sebagai pendorong percepatan usaha. gas dari koperasi (Ketua I bidang kebun). Meski pengelolaan lahan sudah dialihkan, perusahaan inti tidak serta merta meninggalkan petani. Para penyuluh perusahaan sering kali masih aktif mendampingi pihak koperasi saat memberikan penyuluhan pasca konversi. Koperasi yang menaungi Sukayat dan para petani di wilayahnya bernama KUD Suka Rezeki. Berdiri pada tahun 1996 atas prakarsa para petani dengan tujuan agar mereka mendapatkan informasi yang jelas mengenai kelapa sawit, khususnya soal harga. Tanpa informasi yang jelas dari tangan pertama (Dirjen Perkebunan dan PT Hindoli), para petani memang dibuat bingung oleh para tengkulak yang sering memainkan harga di tingkat bawah. Apalagi para tengkulak tersebut sering mengiming-imingi para petani dengan barang-barang konsumtif atau pembelian yang lebih kerap waktunya daripada inti. Dibandingkan inti yang hanya melakukan pembelian selama 15 hari 33 03_PALEMsaWit_OKE.indd 33 12/3/08 10:07:07 AM

10 sekali, penjualan kepada para tengkulak bisa lebih fleksibel terima barang barang dulu, bayar kemudian dengan buah kelapa. Pengembangan Usaha Semenjak kehidupan Sukayat meningkat seiring perkembangan hasil kebun kelapa sawitnya, persepsi negatifnya terhadap bank perlahanlahan berubah positif. Dengan mulai jelasnya sumber-sumber penghasilan yang ada, ia pun semakin yakin dengan peran bank sebagai pendorong percepatan usaha. Pada tahun 1996 (tahun keempat setelah memulai tanam), Sukayat mulai mencicil kredit pertamanya pada Bank Mandiri, yang selesai pada tahun ketiga yaitu Pada tahun 2005 Sukayat yang tergolong berhati-hati dalam menggunakan uang ini kembali mendapat tawaran kredit dari pihak Bank Mandiri. Pinjamannya senilai Rp 20 juta itu telah selesai ia lunasi pada Oktober 2008 lalu. Secara keseluruhan, perjuangan pria lulusan SMP selama lebih kurang 17 tahun itu tidak sia-sia. Kini di atas sebidang tanah seluas 4,5 ha Sukayat sudah bisa mengupah empat orang karyawan lepas untuk merawat kebun kelapa sawitnya. Dari lahan plasma ia memperoleh pendapatan bulanan berfluktuasi antara Rp 3-5 juta. Selain lahan plasmanya, ia pun sudah memiliki lahan mandiri lainnya. Untuk produk kelapa sawitnya di lahan mandiri, ia telah mendapatkan sejumlah pasar yang siap menampung hasilnya. Dari tabungan pribadinya sejak pertama kali lahannya menghasilkan pada tahun 1996 pun, kini telah menjelma menjadi sebuah truk. Dari truk baru bermerek Hino yang dibelinya tahun 2002 ia mendapatkan penghasilan dari sewa angkut kelapa sawit sekitar Rp 8 juta per bulan. Isterinya pun tak mau ketinggalan. Sejak ketiga anaknya beranjak besar dua di SMA dan satu di SMP kini ia punya waktu luang menjalankan usaha rumahan berupa warung manisan. Hasilnya bisa untuk menutupi keperluan dapur sehari-hari. Kediaman Sukayat dan keluarganya kini tidak lagi berdinding papan dan beratapkan seng. Di atas tanah seluas seperempat hektar, rumah tinggalnya kini menjelma bak rumah dalam acara Bedah Rumah di televisi swasta itu, 34 03_PALEMsaWit_OKE.indd 34 12/3/08 10:07:07 AM

11 Berkah Sawit di Lahan Transmigrasi bahkan dilengkapi antena parabola di halaman samping. Ke depan, Sukayat masih memiliki mimpi menambah luas tanahnya bila mendapatkan kredit bank lagi. Sesuatu yang tidak pernah dimilikinya saat di tanah Jawa. [] dedes 35 03_PALEMsaWit_OKE.indd 35 12/3/08 10:07:07 AM

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji Tabel 13 Perbandingan Karakteristik Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma Contoh di Sumatera Selatan Tahun 2002 No Karakteristik Betung Barat 1 Nama lain IV Betung Talang Sawit Sungai Lengi II B Sule PT Aek

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan

BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan 51 BAB VI FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG PERUBAHAN PRODUKSI PERTANIAN 6.1 Faktor Eksternal Komoditas Kelapa Sawit memiliki banyak nilai tambah dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Harga pasaran yang

Lebih terperinci

Kelapa Sawit Pengubah Nasib

Kelapa Sawit Pengubah Nasib Kelapa Sawit Pengubah Nasib 4 Kelapa Sawit Pengubah Nasib Mengadu nasib bertransmigrasi ke luar Jawa memerlukan keberanian, keuletan, kegigihan, dan kesabaran. Tidak semua transmigran memilikinya kecuali

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertanian sayur di Desa Nanggerang yang berkembang mulai tahun 1990- an memang tidak berlangsung lancar begitu saja, terdapat kendala-kendala yang dihadapi para petani

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

Kaya Raya Berkebun Salak

Kaya Raya Berkebun Salak Kaya Raya Berkebun Salak 9 Kaya Raya Berkebun Salak Anda pernah membeli salak Pondoh di supermarket? Salak ini ber ukuran besar, dagingnya tebal, tetapi bijinya kecil. Warnanya coklat muda bersih, dan

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati Pekbis Jurnal, Vol.3, No.2, Juli 2011: 498-503 KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU Henny Indrawati Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau Email:

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi menguraikan tentang litosfer, hidrosfer, antroposfer, dan biosfer. Di dalam lingkup kajian geografi pula kita mengungkapkan gejala gejala yang

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Kondisi Umum Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Provinsi Riau Luas areal perkebunan rakyat di Provinsi Riau terus meningkat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari pembangunan ekonomi nasional pada hakekatnya merupakan suatu pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pola kemitraan inti plasma perkebunan kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA dilakukan oleh masyarakat atau KUD bersama perusahaan perkebunan baik swasta

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEBUN INTI, KEBUN PLASMA DAN RUMAHTANGGA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT

DESKRIPSI KEBUN INTI, KEBUN PLASMA DAN RUMAHTANGGA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT 140 VI. DESKRIPSI KEBUN INTI, KEBUN PLASMA DAN RUMAHTANGGA PETANI PLASMA KELAPA SAWIT 6. 1. Karakteristik Kebun Inti dan Plasma Kebun Perusahaan Inti Rakyat (PIR) kelapa sawit yang akan dibahas adalah

Lebih terperinci

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN 254 X. KESIMPULAN DAN SARAN 10. 1. Kesimpulan 1. Struktur kemitraan dalam pola perusahaan inti rakyat (pola PIR) dan perilaku peserta PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan (inti, petani plasma dan koperasi)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

PERENCANAAN KEUANGAN. Swiss Confederation. Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia PERENCANAAN KEUANGAN ASET Aktiva/Harta/Kekayaan yang dimiliki, misalnya : uang tunai, tanah, sepeda motor, pohon kakao. LIABILITAS hutang yang dimiliki, misalnya tagihan untuk membayar pinjaman. PENDAPATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis sebagai penyedia

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL NO. : 73/Kpts/OT.210/2/98 01/SKB/M/II/1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

Community Development di Wilayah Lahan Gambut

Community Development di Wilayah Lahan Gambut Community Development di Wilayah Lahan Gambut Oleh Gumilar R. Sumantri Bagaimanakah menata kehidupan sosial di permukiman gambut? Pertanyaan ini tampaknya masih belum banyak dibahas dalam wacana pengembangan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1. Latar Belakang Kegiatan Pertanian (agribisnis) mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, baik dalam hal penyerapan tenaga kerja, penghasil devisa, maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki beragam profesi. Profesi yang umum didapati dalam wilayah agraris yaitu petani. Petani merupakan orang yang bekerja dalam hal bercocok

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan, I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan, khususnya dalam Repelita VI, sektor pertanian masih mempunyai peranan strategis, yaitu sebagai sumber

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan transmigrasi diarahkan pada pembangunan daerah, keseimbangan penyebaran penduduk dan peningkatan mutu kehidupan penduduk di lokasi transmigrasi dan sekitarnya

Lebih terperinci

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) Perihal : Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN Oleh : Dr. Marsuki, SE., DEA. Disampaikan pada Seminar Nasional dengan topic Sistem Pengendalian Manajemen Kemitraan Inti Plasma dalam Mendukung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Lahan agroforestri di Desa Bangunjaya pada umumnya didominasi dengan jenis tanaman buah, yaitu: Durian (Durio zibethinus),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu unit usaha kecil yang mampu berperan dan berfungsi sebagai katup pengaman baik dalam menyediakan alternatif kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet (Havea brasiliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia pada era globalisasi seperti saat ini serta lingkungan bisnis yang sangat dinamis dan tidak pasti semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

Kantong Kemiskinan Baru Mulai Muncul

Kantong Kemiskinan Baru Mulai Muncul KRISIS GLOBAL Kantong Kemiskinan Baru Mulai Muncul Selasa, 11 September 2012 07:45 WIB KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA Ilustrasi kemiskinan JAKARTA, KOMPAS.com - Kemunculan kantong kemiskinan baru di daerah pertambangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka lebih mengoptimalkan produksi gula dan pendapatan

Lebih terperinci

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan dalam sistem agribisnis yang mencakup subsistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam memilih bank yang terbaik untuk memenuhi kepuasannya. Sementara di sisi lain, pihak bank untuk

Lebih terperinci

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) Disusun Oleh Kelompok 1: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172

Lebih terperinci

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank BOKS 2 HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI DAN PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2007 Pada tahun 2007, Kantor Bank Indonesia Bengkulu melakukan dua survei yaitu Survei Kredit Konsumsi dan Survei Survei Kredit

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II 2.1 Tinjauan Pustaka PENDEKATAN TEORITIS 2.1.1 Konsep Perkebunan Perkebunan adalah salah satu subsektor pertanian non pangan yang tidak asing di Indonesia. Pengertian perkebunan 2 dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Pertanian Paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa mengabaikan kelestarian

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

II. TEVJAUAN PUSTAKA

II. TEVJAUAN PUSTAKA II. TEVJAUAN PUSTAKA Setiap kegiatan usaha yang mengharapkan akan berkembang dan maju, selalu memerlukan dana untuk membiayai keperluan-keperluan operasional dan investasi. Dana tersebut diperoleh dari

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era industrialisasi, perbankan merupakan suatu industri jasa yang dominan dan hampir menopang semua sendi perekonomian. Kelancaran modal investasi, modal kerja dan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN-II MENGELOLA KEUANGAN USAHA. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen KEWIRAUSAHAAN-II Modul ke: 11 Fakultas Ekonomi Bisnis MENGELOLA KEUANGAN USAHA Oloan Situmorang, ST, MM Program Studi Manajemen http://mercubuana.ac.id Pokok Bahasan 1. Mengetahui Kebutuhan Modal 2. Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA

Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA Seri Berkoperasi: MENGUBAH MINDSET PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA Disarikan dari buku: [BUKAN] DOSA-DOSA ORANGTUA TERHADAP ANAK DALAM HAL FINANSIAL, oleh Agus Arijanto (2015) MENYIASATI DUIT ( UANG ) BAGAIMANA

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan. bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Business Assignment Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki rencana pengembangan bisnis perusahaan untuk jangka waktu yang akan datang. Pengembangan bisnis ini diharapkan dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi suatu negara terlihat baik apabila perekonomian masyarakat suatu negara tersebut makmur dan sejahtera. Masyarakat bisa dikatakan makmur apabila masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR APAKAH INVESTASI ITU?

PENGERTIAN DASAR APAKAH INVESTASI ITU? PENGERTIAN DASAR Investasi Ekonomi Teknik Bunga (interest) Arus Dana (Cash Flow) Ekivalensi APAKAH INVESTASI ITU? Contoh : Seorang pengusaha membangun sebuah pabrik baru senilai miliaran rupiah. Seorang

Lebih terperinci

M. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

M. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) M. Fadhil Hasan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mayoritas diusahakan oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil dan terpencar. Produktifitas rendah. Harga berfluktuasi mengikuti

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia cukup konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan atau pendanaan. Keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diakui bahwa usaha kecil dan menengah mempunyai peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang mutlak yang

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

STIE DEWANTARA Manajemen Bank Manajemen Bank Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 4 Pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat alam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan/atau bentuk2 lainnya

Lebih terperinci

MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN

MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.32/MEN/1985 TENTANG HAK, BANTUAN DAN KEWAJIBAN TRANSMIGRAN MENTERI TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permodalan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mendukung usaha baik dibidang pertanian maupun non-pertanian. Seringkali modal menjadi masalah yang penting

Lebih terperinci

STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA EKONOMI PERUSAHAAN INTI RAKYAT KELAPA SAWIT

STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA EKONOMI PERUSAHAAN INTI RAKYAT KELAPA SAWIT 176 VII. STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA EKONOMI PERUSAHAAN INTI RAKYAT KELAPA SAWIT Struktur, perilaku dan kinerja perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari keterkaitan antara industri hulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi jenis Arabika masuk ke Jawa dari Malabar pada tahun 1699 dibawa oleh kapitalisme Belanda perkembangannya sangat pesat dan hal ini tidak bisa dilepaskan dari sistem

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD

PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PERTEMUAN 9 MUHAMMAD WADUD PENGELOLAAN HARTA PENGATURAN PENGELUARAN PENGELOLAAN UTANG CARA PEMBAYARAN UTANG PENGELOLAAN PENGELUARAN UTANG DIMASA DATANG LAPORAN KEUANGAN ADA EMPAT KELOMPOK BESAR HARTA PRODUKTIF

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3

Suplemen 2. tahun. Pergerakan. masih. beras. sebesar 1%, lebih. masih per hektar 4. P200 yaitu. Badan. Pusat Statistik 3 Suplemen 2 SELAYANG PANDANG PRODUKSI BERAS DI PROPINSI SUMATERAA SELATAN Produksi dan Konsumsi Sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, merupakan jenis komoditas yang kerapkali menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kredit Likuiditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya Pemerintah menurunkan jumlah pengangguran dan kemiskinan sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar 5,1% dan 8,2% dan penurunan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT

NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci