HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Jeruk Keprok Madu Terigas Jeruk keprok madu Terigas dipanen pada umur 31 minggu SBM (setelah bunga mekar) di mana pada umur ini buah sudah tidak terlalu keras jika dipegang, bagian bawahnya agak empuk, dan bila dijentik dengan jari bunyinya tidak nyaring. Hasil analisis mutu jeruk keprok madu Terigas yang disajikan pada Tabel 2, menunjukkan karakteristik jeruk keprok madu Terigas sebelum diberikan perlakuan degreening dan merupakan data hari ke-0 pada semua perlakuan. Hasil analisis mutu dengan 3 ulangan menunjukkan bahwa warna jeruk keprok madu Terigas cenderung menampakkan warna hijau dengan nilai a* sebesar dan nilai b* sebesar Derajat kecerahan pada jeruk keprok madu Terigas juga cukup rendah yaitu Rata-rata kekerasan pada jeruk keprok madu Terigas adalah 3.01 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa buah jeruk masih memiliki tekstur yang keras. Tabel 2 Hasil Analisis mutu jeruk keprok madu Terigas Komponen Rerata Derajat kecerahan (L*) ± 1.89 Derajat warna hijau (a*) ± 0.92 Derajat warna kuning (b*) ± 2.39 Kekerasan (kgf) 3.01 ± 0.04 TPT ( o Brix) 9.76 ± 0.73 Vitamin C (mg/100g) ± Total klorofil (mg/l) 3.46 ± 0.15 Total karotenoid (mg/l) 0.03 ± 0.00 Kadar air (%) ± 0.51 Diameter (cm) 6.83 ± 0.35 Kandungan rata-rata total padatan terlarut yaitu 9.76 o Brix, hal ini menggambarkan bahwa kandungan gula pada jeruk tersebut cukup tinggi dan buah memiliki rasa manis. Menurut Didik (2010), target mutu jeruk keprok madu Terigas untuk total padatan terlarut adalah sebesar 10 o Brix. Departemen Pertanian (2004), menambahkan bahwa buah jeruk siap dipanen bila kandungan jusnya 33 40%, dan nilai TPT nya o Brix. Kandungan vitamin C jeruk keprok madu Terigas adalah sebesar mg/100g. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik (2012), menyatakan bahwa kandungan vitamin C dalam jeruk keprok madu Terigas adalah sebesar mg/100g. Sedangkan

2 20 kadar vitamin C dalam jeruk keprok Batu adalah sebesar mg/100 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan vitamin C yang dimiliki jeruk keprok memiliki kisaran yang sama. Total klorofil pada jeruk keprok madu Terigas adalah 3.46 mg/l, sedangkan total karotenoid adalah 0.03 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa pigmen warna hijau lebih besar dibandingkan pigmen warna kuning meskipun jeruk telah matang. Kadar air pada jeruk keprok madu Terigas cukup tinggi yaitu 92.36%. Menurut Varheij dan Coronel (1993), buah jeruk matang memiliki kadar air 77-92%. Diameter jeruk menunjukkan rerata 6.83 cm sehingga jeruk digolongkan pada grade A. Pengaruh Konsentrasi Etilen Terhadap Warna Buah Jeruk Penelitian pendahuluan degreening menggunakan jeruk Siam berwarna hijau dengan perlakuan konsentrasi etilen ternyata memiliki respon yang berbeda terhadap perubahan warna (Gambar 9, 10, dan 11) kecerahan (L*) hari ke - Gambar 9 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (, 1500 ppm (, dan 2000 ppm ( ) terhadap perkembangan derajat kecerahan (L*) buah jeruk Siam setelah ditrigger selama 30 jam

3 21 Derajat warna hijau (a*) Hari ke- Gambar 10 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (, 1500 ppm (, dan 2000 ppm ( ) terhadap derajat warna hijau (a*) buah jeruk Siam setelah ditrigger selama 30 jam derajat warna kuning (b*) hari ke - Gambar 11 Pengaruh konsentrasi etilen 0 ppm (, 1500 ppm (, dan 2000 ppm ( ) terhadap derajat warna kuning (b*) buah jeruk Siam setelah ditrigger selama 30 jam Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada hari ke 0, 2, 4, dan 6 didapat bahwa jeruk Siam tanpa perlakuan etilen memiliki kecerahan (L*), derajat warna hijau (a*) dan derajat warna kuning (b*) terendah dibandingkan dengan jeruk Siam dengan perlakuan konsentrasi etilen 1500 ppm dan 2000 ppm. Sedangkan jeruk Siam dengan perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm memiliki kecerahan, derajat warna hijau dan derajat warna kuning tertinggi di antara jeruk Siam dengan perlakuan yang lain. Namun perbedaan kecerahan (L*), derajat warna hijau (a*), dan derajat warna kuning (b*) antara konsentrasi etilen 1500 maupun 2000 ppm tidak berbeda nyata, sehingga ada kemungkinan konsentrasi etilen yang

4 22 Konsentrasi etilen (ppm) lebih rendah akan menghasilkan nilai L*, a*, dan b* yang tidak berbeda nyata pula dengan konsentrasi 1500 dan 2000 ppm. Oleh sebab itu range konsentrasi etilen pada penelitian utama menjadi 0, 1000, 1500, dan 2000 ppm. Perubahan warna yang terjadi pada jeruk lokal pada nilai kecerahan, derajat warna hijau dan kuning memiliki pola yang sama antara ketiga perlakuan yaitu semakin meningkat dari hari ke hari. Hal tersebut disebabkan karena telah terjadi degradasi warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna kuning. Kitagawa et al. (2001), mengatakan bahwa dalam 3-4 hari setelah pemindahan jeruk dari tempat pemaparan etilen, degradasi klorofil terjadi. Proses Degreening Proses degreening merupakan proses perombakan atau degradasi klorofil disertai dengan sintesis karotenoid. Proses tersebut berimplikasi terhadap terjadinya perubahan warna buah di mana hilangnya klorofil dan terbentuknya karotenoid akan memperlihatkan warna kuning pada kulit buah (Pantastico 1986). Warna merupakan salah satu faktor penentu mutu dan kualitas buah-buahan. Perubahan warna pada buah seringkali dijadikan kriteria utama oleh konsumen dalam menentukan kematangannya. Pada jeruk, warna kuning cerah pada umumnya lebih disukai dan lebih menarik dibandingkan warna hijau walaupun seringkali jeruk yang telah matang tidak menunjukkan perubahan warna hijau menjadi kuning seragam. Perubahan warna hijau menjadi kuning pada jeruk yang matang dengan keadaan warna hijau harus dibantu dengan degreening. Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap warna jeruk keprok madu Terigas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap warna jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di udara terbuka Trigger time (jam) Keterangan : Total Klorofil (mg/l) Total Karotenaoid (µmol/l ) Parameter warna L* a* b* ± 0.18 a ± a ± 0.66 a ± 0.74 a ± 1.92 a ± 0.66 a ± a ± 0.31 a ± 4.67 a ± 3.46 a ± 0.55 a ± a ± 1.99 a ± 2.32 a ± 1.29 a ± 0.39 a ± a ± 4.81 a ± 5.80 a ± 8.39 a ± 0.30 a ± a ± 4.09 a ± 3,52 a ± 6.69 a ± 0.08 a ± a ± 0.18 a 4.05 ± 1.21 a ± 1.35 a ± 0.33 a ± a ± 2.25 a -3.57± 4.37 a ± 3.43 a ± 0.23 a ± a ± 3.13 a ± 3.24 a ± 1.18 a ± 0.04 a ± a ± 0.27 a 2.95 ± 0.78 a ± 0.98 a ± 0.15 a ± a ± 3.73 a ± 3.79 a ± 2.82 a ± 0.01 a ± a ± 4.92 a ± 1.59 a 53.94± 7.85 a ± 0.02 a ± a ± 1.53 a 4.62 ± 0.24 a ± 2.01 a Huruf yang sama dalam kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5%

5 23 Analisis statistik pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kecerahan, warna hijau, maupun kuning jeruk keprok madu Terigas, serta tidak berpengaruh pula terhadap kandungan klorofil dan karotenoid totalnya. Total Klorofil dan Karotenoid Kandungan klorofil pada kulit buah tidak hanya mempengaruhi fotosintesis, namun juga berperan dalam pewarnaan buah yang juga merupakan indeks kematangan buah yang penting. Grafik total klorofil jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen ditunjukkan pada Gambar 12a, dan grafik total karotenoid ditunjukkan oleh Gambar 12b. Total klorofil (mg/l) Konsentrasi etilen (ppm) (a) Total karotenoid (µmol/l) Konsentrasi etilen (ppm) (b) Gambar 12 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap (a) total klorofil dan (b) total karotenoid jeruk keprok madu Terigas dengan trigger time 30 jam pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang

6 24 Hasil penelitian yang direpresentasikan pada grafik Gambar 12a menunjukkan kecendrungan pola menurun. Semakin tinggi konsentrasi etilen menyebabkan kandungan total klorofil semakin menurun dan buah semakin kehilangan warna hijaunya. Hal ini menunjukkan penurunan klorofil total semakin meningkat dengan adanya perlakuan etilen. Senada dengan yang dinyatakan oleh Peng et al. (2013), bahwa kehilangan klorofil secara jelas ditingkatkan oleh adanya aplikasi etilen, meningkat selama jam dan mencapai 70% dalam 72 jam setelah perlakuan. Di samping itu, perlakuan aplikasi etilen memicu peningkatan rasio klorofil a dan klorofil b. Shimokawa et al. (1988), menambahkan bahwa menurunnya kandungan klorofil pada buah yang diberi perlakuan etilen disebabkan oleh meningkatnya aktifitas enzim klorofilase dan menurunnya ukuran dan jumlah kloroplas pada kulit jeruk. Nilai kandungan klorofil terendah dicapai oleh perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 2000 ppm yaitu sebesar 0.10 mg/l, sedangkan kandungan klorofil tertinggi didapatkan oleh perlakuan degreening tanpa konsentrasi etilen (0 ppm) yaitu sebesar 0.82 mg/l.. Selama perkembangan buah jeruk, warna berubah dari hijau menjadi kuning atau merah yang berhubungan dengan berkurangnya kandungan klorofil dan bertambahnya karotenoid. Kandungan klorofil dapat pula dipengaruhi oleh biosintesis klorofil, interkonversi klorofi a dan b, dan juga degradasi (Tanaka dan Tanaka 2006). Selain itu, didapatkan bahwa kondisi ikatan klorofil juga mempengaruhi degradasi klorofil. Suhu ruang yang berkisar antara o C dalam penyimpanan jeruk setelah trigger time tercapai turut mempercepat terjadinya degradasi klorofil di mana Cohen (1998) menyatakan bahwa degradasi klorofil akibat pemaparan etilen terjadi paling efektif pada suhu kurang lebih 30 o C. Hasil uji Anova pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa konsentrasi etilen maupun trigger time sama-sama berpengaruh nyata terhadap total klorofil jeruk keprok madu Terigas. Uji lanjut Duncan pada taraf 5% menunjukkan antara konsentrasi etilen 0, 1000, dan 1500 ppm tidak berbeda nyata, namun ketiga konsentrasi tersebut berbeda nyata dengan konsentrasi etilen 2000 ppm (Lampiran 20). Uji lanjut Duncan taraf 5% terhadap trigger time menunjukkan antara trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata, namun keduanya berbeda nyata dengan trigger time 30 jam (Lampiran 21). Jeruk adalah sumber karotenoid yang kompleks dengan jumlah karotenoid terbesar yang ditemukan pada buah. Selama pemaparan, terjadi akumulasi karotenoid bersamaan dengan degradasi klorofil. Gambar 12b memperlihatkan kecendrungan peningkatan total karotenoid yang seiring dengan meningkatnya konsentrasi etilen. Semakin tinggi konsentrasi etilen menyebabkan kandungan total karotenoid semakin meningkat pula. Matsumoto et al. (2009), menyatakan bahwa perlakuan degreening menggunakan etilen dapat meningkatkan nilai karotenoid pada kulit jeruk Satsuma. Zhou et al. (2010), dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan total karotenoid jeruk Ponkan meningkat secara bertahap setelah jeruk didegreening menggunakan etilen. β kripoxantin dan β karoten meningkat secara terus-menerus selama penyimpanan, perubahan ini dipicu oleh perlakuan etilen.

7 25 Nilai kandungan total karotenoid terendah dicapai oleh perlakuan tanpa konsentrasi etilen (0 ppm) yaitu sebesar µmol/l, sedangkan kandungan klorofil tertinggi didapatkan oleh perlakuan dengan konsentrasi etilen 2000 ppm yaitu sebesar µmol/l. Hasil uji Anova menunjukkan trigger time berpengaruh nyata dan konsentrasi etilen berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan total karotenoid (Lampiran 22). Lebih jauh lagi dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5 % yang hasilnya menunjukkan bahwa antara perlakuan trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata terhadap trigger time 30 jam (Lampiran 24). Uji lanjut Duncan pada taraf 5% terhadap perlakuan konsentrasi etilen menunjukkan antara konsentrasi etilen 0 dan 1000 ppm tidak berbeda nyata, begitu pula antara konsentrasi 1500 dan 2000 ppm. Namun antara konsentrasi etilen 0 dan 1000 ppm dengan 1500 dan 2000 ppm memperlihatkan perbedaan yang nyata (Lampiran 23). Noack (2000) menyatakan bahwa proses pertama yang terjadi dalam degreening adalah proteolisis dari plastid stroma. Degreening terjadi akibat etilen mempercepat aktifitas enzim proteolitik, degenerasi lemak dari kloroplas dengan formasi tetes minyak di mana pigmen kuning (karotenoid) terlarut. Lebih lanjut lagi Roper dan Miller (2001) menyatakan bahwa proses degreening jeruk terjadi akibat etilen dan enzim menghidrolisis plastid stroma sehingga menyediakan zatzat yang dapat digunakan dalam respirasi. Hal tersebut menyebabkan klorofil tidak terlindung sehingga klorofil bertindak berdasarkan klorofilase dan dioksidasi oleh hidrogen peroksida dengan bantuan katalis besi(ii)hidroksida atau oleh besi(iii)hidroksida ditambah katalis kuprum(ii)diroksida. Reaksi tersebut menyebabkan klorofil terdegradasi dan karotenoid terakumulasi. Derajat Kecerahan (L*) Warna yang digunakan dinyatakan dari tingkat L*, di mana nilai L* menyatakan kecerahan yaitu cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik (putih, abu-abu, dan hitam). Derajat kecerahan jeruk keprok madu Terigas ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 13. Derajat kecerahan (L*) pada kulit jeruk keprok madu Terigas cenderung membentuk pola yang sama yaitu meningkat dengan adanya perlakuan etilen. Nilai L berkisar antara di mana 0 untuk warna hitam dan 100 untuk warna putih. Derajat kecerahan yang ditunjukkan pada Gambar 13 berkisar antara Nilai L yang semakin besar menunjukkan bahwa warna buah semakin cerah sehingga terlihat semakin menarik. Derajat kecerahan tertinggi dicapai oleh perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen sebesar 1000 ppm yaitu sebesar dengan trigger time 30 jam.

8 26 80 Derajat kecerahan (L*) Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 13 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat kecerahan jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang Gambar 13 menunjukkan bahwa dengan perlakuan etilen nilai L* jauh lebih meningkat dibandingkan tanpa perlakuan etilen. Hal ini terlihat di mana pada trigger time 30 jam, pemberian etilen sebesar 1000 ppm dapat meningkatkan nilai L* sebesar 21.77% dari perlakuan tanpa etilen. Hasil uji Anova menunjukkan (Lampiran 32) bahwa konsentrasi etilen dan trigger time berpengaruh sangat nyata terhadap derajat kecerahan jeruk keprok madu Terigas. Uji lanjut Duncan pada taraf 5 % menunjukkan antara konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm tidak berbeda nyata namun ketiga konsentrasi etilen tersebut berbeda nyata terhadap perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm (Lampiran 33). Sedangkan uji lanjut Duncan taraf 5% untuk trigger time menunjukkan bahwa trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata terhadap trigger time 30 jam (Lampiran 34). Barus (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian perlakuan etepon maupun etilen terhadap buah jeruk manis dapat menambah kecerahan warna buah. Perlakuan terbaik konsentrasi etilen adalah 1000 ppm dan trigger time terbaik yaitu selama 30 jam. Derajat Warna Hijau (a*) Buah-buahan yang berwarna hijau banyak mengandung klorofil karena kandungan klorofil jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan dengan karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya. Derajat warna hijau (a*) pada berbagai konsentrasi etilen ditunjukkan oleh Gambar 14. Derajat warna hijau (a*) Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 14 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna hijau jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang

9 27 Perlakuan etilen memberikan efek perubahan warna hijau pada jeruk keprok madu Terigas seperti terlihat pada Gambar 14 di mana perlakuan tanpa etilen memiliki nilai a* yang jauh lebih rendah dibandingkan perlakuan dengan konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm, namun antara ketiga perlakuan tersebut menghasilkan derajat warna hijau yang tidak jauh berbeda. Derajat warna hijau (a*) jeruk semakin menuju nilai positif setelah mendapatkan perlakuan etilen. Semakin positif nilai a* maka warna hijau pada buah semakin menghilang dan berubah menjadi warna kuning. Setelah buah jeruk didegreening akan menyebabkan semakin berkurangnya warna hijau pada kulit buah dan berubah menjadi kuning. Menurut Pantastico (1986), proses biokimia dalam penguraian klorofil disebabkan oleh enzim klorofilase. Jeruk dengan perlakuan etilen memiliki nilai a* yang lebih cepat meningkat ke arah positif dibandingkan jeruk tanpa perlakuan etilen. Hal ini disebabkan etilen mempercepat degradasi klorofil dan mensintesis karotenoid sehingga warna hijau pada jeruk lebih cepat hilang dan digantikan oleh warna kuning. Ladaniya (2008), menyatakan bahwa pemberian etilen berarti menciptakan klimakterik buatan pada buah jeruk. Etilen berperan mengikat reseptor membentuk kompleks teraktivasi yang memicu reaksi primer, reaksi primer memulai reaksi rantai yang memodifikasi ekspresi gen termasuk di dalamnya sifat warna kulit buah jeruk. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1994), hilangnya warna hijau pada buah terjadi akibat adanya oksidasi atau penjenuhan terhadap ikatan rangkap molekul klorofil. Matto et al. (1986) dalam Pantastico (1986), menyatakan bahwa hilangnya klorofil pada kulit buah diakibatkan meningkatnya aktifitas klorofilase yang menguraikan klorofil menjadi bagian fitol dan inti profirin sehingga tidak berwarna hijau lagi. Gambar 14 juga menunjukkan bahwa trigger time dalam proses degreening memberikan pengaruh terhadap derajat warna hijau yang dihasilkan. Trigger time 30 jam menghasilkan derajat warna hijau yang jauh lebih tinggi dibandingkan trigger time 10 dan 20 jam. Derajat warna hijau tertinggi dicapai oleh perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time 30 jam dengan nilai a* sebesar 4,624. Berdasarkan hasil uji Anova (lampiran 26) didapatkan bahwa konsentrasi etilen dan trigger time berpengaruh sangat nyata terhadap derajat warna hijau (a*) kulit jeruk keprok madu Terigas. Hasil uji tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5% (lampiran 27) di mana didapatkan bahwa antara perlakuan konsentrasi etilen 1000, 1500, dan 2000 ppm tidak berbeda nyata sedangkan ketiga konsentrasi etilen tersebut berbeda nyata dengan perlakuan tanpa etilen (0 ppm). Hasil uji Duncan pada taraf 5% untuk trigger time memperlihatkan bahwa antara trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata namun keduanya berbeda nyata dengan trigger time 30 jam (Lampiran 28). Dari hasil uji Duncan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan terbaik untuk konsentrasi etilen adalah 1000 ppm dan perlakuan terbaik untuk lama pemaparan adalah 30 jam. Derajat Warna Kuning (b*) Derajat warna kuning (b*) jeruk keprok madu Terigas pada penelitian ini yang ditunjukkan oleh Gambar 15 cenderung mengalami peningkatan dengan adanya perlakuan etilen. Hal ini berarti etilen menyebabkan warna kuning pada jeruk semakin bertambah.1000 ppm etilen telah cukup meningkatkan derajat

10 28 warna kuning dibandingkan konsentrasi etilen 1500 dan 2000 ppm, hal ini dibuktikan dengan nilai b* yang lebih tinggi pada perlakuan 1000 ppm etilen dibandingkan perlakuan lainnya. 70 Derajat warna kuning (b*) Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 15 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap derajat warna kuning jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang Etilen berfungsi merangsang degradasi klorofil dan membentuk karotenoid kulit buah jeruk. Pada penelitiannya tentang pembentukan warna kulit buah menggunakan etilen pada buah jeruk manis Shamouti, Cohen (1998) menambahkan bahwa pada awal pemberian perlakuan etilen warna kulit buah tampak kuning disebabkan karena hancurnya klorofil dan adanya karotenoid pada kulit buah, setelah tahap ini karotenoid mulai terakumulasi hingga kulit buah tampak jingga. Warna kuning pada jeruk keprok madu Terigas berasal dari pigmen karotenoid. Karotenoid merupakan golongan pigmen yang larut lipid dan terdapat pada buah (Harbourne 1987). Pada dasarnya ada dua jenis karotenoid yaitu karoten (tanpa atom oksigen dalam molekulnya) dan xantofil (mempunyai atom oksigen dalam molekulnya). Beta karoten adalah anggota karoten yang paling banyak terdapat pada buah, pigmen ini umumnya menyebabkan warna jingga pada buah serta mempunyai peran penting sebagai pro-vitamin A, sedangkan warna kuning biasanya disebabkan oleh xantofil (Winarno 2002). Menurut Dwijoseputra (1990) dalam Syska (2006), warna kuning dan merah pada bahan hasil pertanian disebabkan oleh adanya pigmen karotenoid, pembentukan senyawa karotenoid disebabkan oleh senyawa-senyawa yang dilepaskan pada proses degradasi klorofil. Gambar 15 menunjukkan bahwa trigger time juga mempengaruhi peningkatan nilai b* pada jeruk keprok madu Terigas, di mana 30 jam merupakan trigger time dengan derajat warna kuning tertinggi yaitu sebesar Hasil uji Anova pada Lampiran 29, menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time berpengaruh sangat nyata terhadap derajat warna kuning (b*) kulit jeruk keprok madu Terigas sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5

11 29 % (Lampiran 30). Uji menunjukkan bahwa antara konsentrasi etilen 1000 dan 2000 ppm tidak memiliki perbedaan yang nyata, namun kedua konsentrasi etilen tersebut berbeda nyata dengan perlakuan tanpa etilen (0 ppm) dan juga dengan perlakuan 1500 ppm etilen. Perlakuan 1500 ppm etilen juga berbeda nyata dengan perlakuan tanpa etilen. Hasil uji Duncan untuk trigger time (Lampiran 31) menunjukkan bahwa trigger time 10 dan 20 jam tidak berbeda nyata, namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan trigger time 30 jam. Dari hasil uji Duncan pada taraf 5% tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan terbaik untuk konsentrasi etilen adalah 1000 ppm dan perlakuan terbaik untuk trigger time adalah 30 jam. o Hue Konsentrasi etilen (ppm) Hasil pengukuran nilai a* dan b* dikonversikan ke dalam satuan kromatik derajat Hue ( o hue). Nilai o hue mendeskripsikan warna murni dimana menunjukkan warna dominan dalam campuran beberapa warna. Hasil pengukuran nilai o hue ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan perubahan o hue jeruk keprok madu Terigas dengan trigger time 30 jam o hue Hari ke Warna o hue Warna o hue Warna o hue Warna ± 0.17 hijau ± 2.58 hijau ± 2.85 hijau ± 3.58 hijau ± 0.17 hijau ± 3.90 hijau ± 4.04 kuning ± 1.96 kuning ± 0.17 hijau ± 0.79 hijau ± 3.08 kuning ± 2.97 kuning ± 0.17 hijau ± 1.83 hijau ± 2.90 kuning ± 3.05 kuning Tabel 4 menunjukkan bahwa hingga hari kedua pemaparan pada suhu ruang, nilai o hue negatif yang menandakan jeruk masih berwarna hijau pada seluruh perlakuan etilen baik konsentrasi 0, 1000, 1500, maupun 2000 ppm. Namun nilai o hue mulai positif pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang khususnya pada perlakuan 1000, 1500, dan 2000 ppm. Perlakuan etilen menstimulasi perubahan warna jeruk keprok madu Terigas dari hijau menjadi kuning yang mulai terjadi pada hari keempat pemaparan pada suhu ruang. Nilai o hue berkisar antara Nilai o hue terendah terjadi di hari ke-0 pada seluruh perlakuan dan yang tertinggi terjadi di hari ke-6 pada perlakuan konsentrasi 2000 ppm. Menurut Purvis (2000), klorofilase yang mengkatalis reaksi hidrolisis klorofil in vitro secara drastis meningkat ketika jeruk diekspos dengan etilen. Selain itu struktur internal kloroplas terpecah selama degreening dengan etilen. Aktifitas peningkatan klorofilase tertinggi muncul antara 24 dan 48 jam pemaparan dengan etilen. Perubahan struktur dalam sel epicarp jeruk selama pemaparan etilen terbatas kepada kloroplas. Kloroplas pada buah yang berwarna hijau memiliki sistem grana yang luas. Membran tilakoid bahkan padat dan memiliki ruang yang ketat merata. Perubahan struktur tidak nyata setelah 24 jam pemaparan dengan etilen, namun setelah 48 jam kebanyakan grana menghilang. Stroma lamela yang berkonsentrasi di sekitar pinggiran kloroplas merupakan

12 30 klorofil terakhir yang berisi membran yang menghilang. Setelah 48 jam pemaparan etilen, membran melebar dan menjadi ruang yang tidak beraturan. Setelah 72 jam, hanya beberapa kloroplas dalam jeruk yang diberi perlakuan etilen yang berisi struktur membran yang teratur. Dispersi membran berkembang hingga ke vesikula. Plastoglobuli dengan intensitas pewarnaan yang berbeda juga terakumulasi dan beberapa di antaranya sering terlihat mengekstrusi dari kloroplas ke sitoplasma dan vakuola. Tabel 5 Perkembangan perubahan warna jeruk keprok madu Terigas dengan trigger time 30 jam Konsentrasi etilen (ppm) Hari ke

13 31 Perubahan Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia jeruk berhubungan dengan proses pematangan jeruk baik pematangan yang berhubungan dengen proses dalam jaringan kulit, maupun proses pematangan internal dalam daging buah. Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap sifat fisikokimia jeruk keprok madu Terigas ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6 Pengaruh interaksi konsentrasi etilen dan trigger time terhadap sifat fisikokimia jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di udara terbuka Konsentrasi etilen (ppm) Keterangan : Huruf yang sama dalam kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf 5% Analisis statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisikokimia jeruk keprok madu Terigas. Kadar Air Jus Trigger time (jam) Kadar Air (%) Kekerasan (kgf) TPT ( O Brix) Vitamin C (mg/100g) ±0.8 a 2.21±0.13 a 10.4±1.3 a 35.90±4.84 a ±1.2 a 2.40±0.35 a 9.8±2.0 a 44.35±15.84 a ±0.8 a 2.29±0.24 a 9.8±0.8 a 32.73±1.83 a ±0.4 a 2.40±0.43 a 10.7±0.3 a 34.85±3.17 a ±0.7 a 2.30±0.22 a 9.0±1.4 a 38.02±3.17 a ±0.6 a 2.33±0.30 a 8.8±0.7 a 31.68±3.17 a ±0.1 a 1.83±0.65 a 10.8±0.2 a 32.73±3.66 a ±0.1 a 2.13±0.15 a 10.2±1.0 a 47.52±13.81 a ±0.8 a 2.16±0.28 a 9,9±0.8 a 30.62±3.66 a ±0.7 a 2.26±0.44 a 9.6±1.2 a 31.68±12.67 a ±0.3 a 2.30±0.39 a 10.3±0.3 a 31.68±3.17 a ±0.1 a 2.18±0.29 a 9.4±0.6 a 35.90±6.59 a Kadar air dalam buah erat hubungannya dengan kegiatan pascapanen terutama penyimpanan. Kadar air pada suatu bahan alam sangat menentukan mutu organoleptiknya, terutama rasa dan keempukannya. Pengaruh konsentrasi etilen terhadap kadar air jeruk keprok madu Terigas ditunjukkan pada Gambar 16.

14 jam 20 jam 30 jam Gambar 16 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap kadar air jus jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang Gambar 16 menunjukkan terjadi peningkatan kadar air dengan semakin tingginya konsentrasi etilen. Diduga hal ini terjadi akibat meningkatnya kadar jus selama trigger time. Menurut Mazumdar dan Bhatt (1996), perlakuan etilen dapat meningkatkan kadar gula dan jus pada jeruk. Konsentrasi etilen 2000 ppm merupakan perlakuan dengan kadar air jeruk keprok madu Terigas tertinggi, sedangkan perlakuan tanpa konsentrasi etilen merupakan perlakuan dengan kadar air terendah. Berbeda halnya dengan pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kadar air jeruk (Gambar 17), di mana terjadi penurunan kadar air akibat adanya penyimpanan/pemaparan di suhu ruang, meskipun perbedaan kadar air pada semua perlakuan tidak signifikan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pangestuti et al. (2008), bahwa kandungan air buah jeruk semakin menurun dengan semakin lamanya penyimpanan pada semua umur petik. 100 Kadar air (%) Hari ke- 0 ppm 1000 ppm 1500 ppm 2000 ppm Gambar 17 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kadar air jus jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm ( ppm ( ), 1500 ppm ( dan 2000 ppm ( ) dengan trigger time 30 jam

15 33 Buah jeruk merupakan buah non klimakterik sehingga dipanen pada saat matang. Setelah dipetik buah jeruk masih melakukan respirasi meskipun laju respirasinya rendah. Menurut Santoso dan Purwoko (1995), jeruk tergolong buah yang laju respirasinya rendah yaitu 5-10 mg CO 2 /kg-jam. Proses respirasi yang lambat ini menyebabkan jeruk dapat mempertahankan kadar airnya. Meskipun terjadi peningkatan kadar air pada jeruk keprok madu Terigas dengan adanya perlakuan etilen, dan penurunan kadar air jeruk akibat penyimpanan/pemaparan di suhu ruang, namun kadar air jeruk masih berada pada batas normal dan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rerata kadar air awal jeruk keprok madu Terigas adalah 92,36%, sedangkan kadar air jeruk setelah degreening berkisar antara 90%-92%. Menurut Varheij dan Coronel (1992), buah jeruk matang memiliki kadar air 77-92%. Hasil uji Anova (Lampiran 25) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air jeruk keprok madu Terigas sehingga tidak dilakukan uji lanjut Duncan pada taraf 5%. Menurut Ladaniya (1998), persentase jus antara jeruk dengan maupun tanpa perlakuan etilen tidak berbeda nyata. Perlakuan etilen tidak berpengaruh terhadap komposisi internal jeruk kecuali kandungan asam tertitrasi. Kekerasan Kekerasan merupakan salah satu parameter mutu yang penting pada buah. Biasanya perubahan tekstur yang terjadi pada produk hortikultura selama penyimpanan adalah menurunnya tingkat kekerasan sehingga menjadi lunak. Selama pemaparan pada suhu ruang setelah trigger time tercapai, kekerasan jeruk keprok madu Terigas mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh degradasi hemiselulosa dan pektin menjadi asam pektin yang larut dalam air (Muchtadi 1996). Kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen dapat dilihat pada Gambar Kekerasan (kgf) Hari ke- Gambar 18 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kekerasan jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm ( dan 2000 ppm ( ) dengan trigger time 10 jam

16 34 Gambar 18 menunjukkan bahwa kekerasan jeruk keprok madu Terigas semakin menurun selama pemaparan di suhu ruang selama 6 hari, dimulai dari hari kedua hingga hari keenam. Baik jeruk tanpa perlakuan etilen maupun dengan perlakuan etilen memperlihatkan penurunan kekerasan yang relatif sama. Penurunan kekerasan jeruk keprok madu Terigas setelah degreening pada perlakuan kontrol (0 ppm) adalah sebesar 1.13 kgf, 1000 ppm sebesar 1.37 kgf, 1500 ppm sebesar 1.17, dan 2000 ppm etilen adalah sebesar 1.18 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan etilen tidak berpengaruh terhadap kekerasan jeruk. Tucker et al. (1993) mengatakan bahwa perubahan tekstur menjadi lunak pada kebanyakan buah salah satunya dapat disebabkan oleh mekanisme kehilangan tekanan turgor. Kehilangan tekanan turgor sebagian besar merupakan proses non-fisiologis yang berhubungan dengan dehidrasi buah pascapanen. Selain itu, penurunan nilai kekerasan terjadi karena proses pemecahan polimer karbohidrat khususnya pektin dan hemiselulosa, melemahkan sel dan gaya kohesif yang mengikat sel bersama-sama. Laju degradasi senyawa pektin ini secara langsung berhubungan dengan laju pelunakan buah (Santoso dan Purwoko 1995). Pelunakan buah diakibatkan pemecahan komponen dinding sel, penurunan zat-zat pektin pada jeruk terjadi selama perkembangan buah. Zat-zat tersebut terdapat dalam bentuk protopektin, asam-asam pektinat, pektin, dan asam-asam pektat (Huber 1993). Menurunnya seluruh zat-zat pektat mengakibatkan kekerasan buah berkurang dan buah menjadi lunak (Pantastico 1986). Hasil uji Anova (Lampiran 16), menyatakan bahwa konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan jeruk keprok madu Terigas. Menurut Ladaniya (2008), kekerasan jeruk dengan perlakuan degreening dan tanpa degreening tidak berbeda nyata. Total Padatan Terlarut Bagian terbesar dari total padatan terlarut dalam buah adalah kandungan gula, sehingga banyaknya total padatan terlarut yang terukur merupakan banyaknya kandungan gula total pada buah jeruk. Grafik pada Gambar 19 menunjukkan pola TPT yang meningkat hampir pada seluruh perlakuan, hal ini berarti telah terjadi kenaikan derajat TPT yang mewakili tingkat kemanisan jeruk keprok madu Terigas. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Mazumdar dan Bhatt (1996) dalam penelitiannya bahwa perlakuan etilen dapat meningkatkan TPT dalam jeruk, meskipun peningkatannya tidak berbeda nyata baik pada jeruk dengan maupun tanpa perlakuan etilen. Nilai TPT tertinggi dicapai oleh jeruk yang diberi perlakuan 1500 ppm dan trigger time 10 jam o Brix. Sedangkan nilai TPT terendah dicapai oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen sebesar 1000 ppm dan trigger time 30 jam yaitu sebesar 8.80 o Brix. Muchtadi dan Sugiyono (1994), menyatakan bahwa bila pati terhidrolisis maka akan terbentuk glukosa sehingga kadar gula dalam buah akan meningkat. Kenaikan TPT terjadi karena karbohidrat terhidrolisis menjadi senyawa glukosa dan fruktosa, sedangkan penurunan TPT terjadi karena kadar gula sederhana mengalami perubahan menjadi alkohol, aldehid, dan asam (Winarno 2002).

17 35 TPT akan meningkat dengan cepat ketika buah mengalami pematangan dan akan terus menurun seiring lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan terjadinya hidrolisa pati yang tidak larut dalam air menjadi gula yang larut dalam air. Selanjutnya dalam proses penuaan semakin berlanjut penurunan TPT, hal ini dikarenakan hidrolisa pati sudah sedikit sekali sedangkan respirasi meningkat dan sintesa asam yang mendegradasi gula tetap berlangsung (Pantastico 1986) TPT ( o Brix) Gambar 19 Pengaruh konsentrasi etilen terhadap TPT jeruk keprok madu Terigas pada hari ke-4 pemaparan di suhu ruang Hasil uji Anova (Lampiran 17) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap TPT jeruk keprok madu Terigas. Hal ini berarti proses degreening dengan etilen tidak mempengaruhi kemanisan yang terkandung dalam jeruk. Menurut Mayuoni et al. (2011), degreening menggunakan etilen meningkatkan respirasi dan produksi etilen pada berbagai spesies jeruk yang mengindikasikan kemungkinan aktifasi proses metabolik dalam buah, namun ternyata evaluasi lebih lanjut menemukan bahwa pemaparan etilen pada proses degreening tidak mempengaruhi total padatan terlarut dan tingkat keasaman pada jus jeruk Navel dan Satsuma. Ditambahkan lagi oleh Chaudary et al. (2008) bahwa degreening dengan etilen tidak memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat total padatan terlarut pada Star Ruby Grapefruit. Vitamin C Jus Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Vitamin C atau asam askorbat merupakan faktor kualitas nutrisi terpenting pada buah jeruk. Kandungan vitamin C dalam buah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya perbedaan genotipe, kondisi iklim tempat tumbuh buah, perlakuan selama di kebun, kematangan dan metode pemanenan, serta prosedur penanganan pasca panen. Kandungan vitamin C jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 20.

18 36 Vitamin C (mg/100g) Hari ke- Gambar 20 Pengaruh lama pemaparan di suhu ruang terhadap kandungan vitamin C jus jeruk keprok madu Terigas pada konsentrasi etilen 0 ppm ( ppm ( ), 1500 ppm ( dan 2000 ppm ( ) dengan trigger time 30 jam Pola yang terbentuk pada Gambar 20 menunjukkan semakin lama pemaparan jeruk pada suhu ruang setelah trigger time tercapai, maka kandungan vitamin C akan semakin menurun. Kandungan vitamin C pada jeruk keprok madu Terigas dengan perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm dan 2000 ppm cenderung mengalami penurunan angka yang relatif sama, hal ini berarti konsentrasi etilen tidak mempengaruhi kandungan vitamin C dalam jeruk. Penurunan kandungan vitamin C yang terjadi diakibatkan terjadinya degradasi selama pemaparan pada suhu ruang. Menurut Muchtadi (1996), vitamin C atau asam askorbat sangat sensitif terhadap berbagai macam bentuk degradasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme degradasi meliputi suhu, ph, oksigen, enzim, katalis logam, konsentrasi awal asam askorbat, serta perbandingan asam askorbat dan asam dehidroaskorbat. Ditambahkan lagi olehnya bahwa selama penyimpanan bahan pangan hasil pertanian akan mengalami perubahan sebagai akibat dari pengaruh luar dan pengaruh dari dalam bahan pangan itu sendiri. Pengaruh dari luar dapat berupa faktor mekanis dan suhu, sedangkan faktor dari dalam dapat berupa kerusakan kimiawi seperti reaksi enzimatis dan non enzimatis. Rerata kandungan vitamin C jeruk tanpa perlakuan etilen, 1000 ppm, dan 1500 ppm etilen (40.13 mg/100g) pada hari kedua pemaparan suhu ruang lebih tinggi dibandingkan jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm (36.96 mg/100 g). Namun pada hari ke-4 dan ke-6, vitamin C jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen 2000 ppm (35.90 dan mg/100 g) lebih tinggi dibandingkan jeruk tanpa perlakuan etilen (32.73 dan mg/100 g), 1000 ppm etilen (31.68 dan mg/100 g), serta 1500 ppm etilen (30.62 dan mg/100 g).

19 37 Hasil analisis Anova (Lampiran 18) menunjukkan bahwa konsentrasi etilen dan trigger time tidak berpengaruh nyata terhadap vitamin C jeruk keprok madu Terigas. Hal ini didukung oleh pernyataan Mayuoni et al. (2011), bahwa tidak ditemukan perubahan tingkat kandungan vitamin C yang berarti pada jeruk Satsuma baik yang kontrol (tanpa perlakuan etilen) maupun jeruk Satsuma dengan perlakuan degreening. Chaudary et al. (2008), menambahkan lagi bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara buah Star Ruby Grapefruit yang didegreening maupun yang tidak didegreening pada hari ke 0, 7, 21, 28, dan 35 penyimpanan terhadap vitamin C, bahkan pada akhir masa penyimpanan buah yang didegreening maupun tidak memiliki tingkat kandungan vitamin C yang sama. Etilen membantu hidrolisa stroma plastid dan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk respirasi di mana klorofil tidak terlindungi dan terhidrolisa oleh enzim klorofilase, selanjutnya diioksidasi oleh hidrogen peroksida dengan bantuan besi(ii)hidroksida sebagai katalisator, namun aktifitas hidrolisa tersebut hanya terjadi pada lapisan sub epidermis jeruk sehingga mutu internal jeruk tidak terpengaruh (Roper dan Miller 2001). Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mutu fisik dan sensori buah jeruk. Uji organoleptik dilakukan oleh 25 panelis tidak terlatih dengan metode Hedonic Scale Scoring yang meliputi warna kulit, kemanisan, tekstur, dan aroma jeruk keprok madu Terigas. Warna Kulit Warna kulit buah merupakan indikator utama bagi konsumen dalam menilai mutu buah yang akan dibeli. Perubahan warna kulit jeruk dari hijau menjadi kuning merupakan suatu daya tarik bagi buah tersebut, sehingga warna kulit menjadi salah satu faktor yang menentukan penerimaan konsumen. Nilai kesukaan panelis terhadap warna disajikan pada grafik Gambar 21. Hasil uji organoleptik terhadap warna kulit jeruk keprok madu Terigas menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk pada seluruh perlakuan bervariasi. Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk setelah degreening berkisar antara Nilai kesukaan panelis tertinggi dicapai oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi 2000 ppm dan trigger time 20 jam, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm dan trigger time 30 jam.

20 38 Nilai kesukaan Konsentrasi etilen 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 21 Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen Hasil uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 46 menunjukkan bahwa KW warna: dan chi kuadrat: , karena KW> x (11) yaitu > maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time mempengaruhi nilai kesukaan panelis terhadap warna. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan warna menjadi lebih menarik akibat perlakuan degreening. Degreening mempercepat perkembangan warna jeruk yang menjadikannya jauh lebih menarik dengan warna kulit kuning atau merah (Chaudary et al. 2012) Kemanisan Kemanisan merupakan salah satu atribut sensori yang berhubungan dengan flavor. Seringkali komoditi hortikultura khususnya buah dinilai dari rasa manisnya, sehingga rasa manis dapat dijadikan sebagai tolak ukur kualitas suatu jenis buah. Hasil uji organoleptik kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas dipresentasikan pada Gambar Nilai kesukaan jam 20 jam 30 jam Konsentrasi etilen (ppm) Gambar 22 Nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen

21 39 Hasil uji organoleptik terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk pada seluruh perlakuan sangat fluktuatif. Nilai kesukaan panelis terhadap warna jeruk setelah degreening berkisar antara Nilai kesukaan panelis tertinggi dicapai oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi 2000 ppm dan trigger time 30 jam, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh jeruk dengan perlakuan konsentrasi etilen 0 ppm dan trigger time 10 jam dan perlakuan dengan konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 30 jam. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 47 didapatkan nilai KW kemanisan: dan chi kuadrat: , karena KW <x (11) yaitu < maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap kemanisan jeruk keprok madu Terigas. Menurut Chaudary et al. (2012), degreening menggunakan etilen tidak mempengaruhi rasa Star Ruby Grapefruit. Degreening menggunakan etilen juga tidak menyebabkan buah terlewat matang dan tidak menimbulkan sensasi off flavour, serta bahkan sama sekali tidak menyebabkan rasa pahit. Mayuoni et al. (2011) menambahkan bahwa degreening menggunakan etilen tidak memberikan pengaruh terhadap rasa jeruk dan grapefruit. Tekstur Pada buah jeruk, kemudahan dalam mengupas kulitnya adalah faktor yang penting yang mempengaruhi kenyamanan dalam mengonsumsi. Pada jeruk yang memiliki tekstur kulit yang keras seperti Hassaku, Navel, dan Grapefruit, kulit harus dikupas dengan pisau, sedangkan kulit jeruk yang lembut seperti Satsuma dan Clementine dapat dengan mudah dikupas. Kekerasan atau tekstur merupakan karakteristik yang penting selama memakan jeruk. Nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas dengan perlakuan degreening disajikan pada Gambar 23. Nilai kesukaan Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 23 Nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen

22 40 Grafik pada Gambar 23 menunjukkan bahwa nilai kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas setelah mendapat perlakuan degreening berkisar antara Nilai kesukaan panelis tertinggi didapatkan oleh perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time 30 jam, sedangkan nilai kesukaan panelis terendah didapatkan oleh perlakuan dengan konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 20 jam. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 48 didapatkan nilai KW tekstur: dan chi kuadrat: , karena KW <x 2 0,05 (11) yaitu 9.411< maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur jeruk keprok madu Terigas. Menurut Barus (1986), jeruk yang diberi perlakuan degreening tidak menyebabkan perbedaan kekerasan buah secara nyata. Ladaniya (2008), menyatakan bahwa perlakuan degreening menggunakan etilen tidak menyebabkan pengaruh yang nyata terhadap kualitas buah jeruk termasuk salah satunya tekstur atau kekerasan. Aroma Aroma seperti halnya rasa, warna, dan tekstur adalah salah satu faktor penting penentu kualitas pada buah jeruk. Seringkali aroma dikaitkan dengan zatzat volatil yang terkandung di dalamnya. Zat-zat volatil aroma pada jeruk mandarin dan grapefruit telah diteliti dan lebih dari 300 zat volatil aroma ditemukan. Aroma jeruk terbentuk oleh komponen campuran seperti monoterpen, sesquiterpen, alkohol, aldehid, asam, ester, keton, dan lain-lain. Pada penelitian ini aroma jeruk dinilai oleh 25 panelis dengan nilai kesukaan (Gambar 24). Nilai kesukaan Konsentrasi etilen (ppm) 10 jam 20 jam 30 jam Gambar 24 Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas pada berbagai konsentrasi etilen Hasil uji organoleptik yang ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 24 sangat bervariasi dan fluktuatif. Nilai kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas berkisar antara Nilai kesukaan tertinggi dicapai oleh perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 2000 ppm dan trigger time 30

23 41 jam, sedangkan nilai kesukaan terendah didapatkan oleh perlakuan dengan konsentrasi etilen 1000 ppm dan trigger time 20 jam. Hasil uji Kruskal-Wallis pada Lampiran 49 didapat nilai KW aroma: dan chi kuadrat: , karena KW <x (11) yaitu < maka perlakuan konsentrasi etilen dan trigger time tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap aroma jeruk keprok madu Terigas. Pada penelitiannya Mayuoni et al. (2011) mendapatkan bahwa degreening menggunakan etilen hanya memiliki sedikit sekali pengaruh terhadap zat volatil aroma jeruk. Contohnya, pemaparan dengan etilen pada jeruk Navel mengurangi kandungan dua zat volatil aldehid, dan meningkatkan tiga derivat karvon zat volatil. Chaudary et al. (2012) juga menyatakan bahwa degreening Star Ruby grapefruit menggunakan etilen tidak memiliki pengaruh terhadap bau dan rasa buah. Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan proses degreening, perubahan sifat fisikokimia dan sensori jeruk keprok madu Terigas, dilakukan analisis penentuan perlakuan terbaik dengan uji indeks efektivitas (De Garmo et al. 1984). Hasil uji indeks evektifitas dinyatakan dengan nilai perlakuan yang ditunjukkan pada Tabel 7. Perlakuan dengan nilai tertinggi adalah perlakuan konsentrasi etilen 1000 ppm dengan trigger time 30 jam dengan nilai perlakuan sebesar Sehingga dapat ditentukan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan konsentrasi etilen 1000 ppm dengan trigger time 30 jam. Perubahan warna jeruk dari hijau menjadi kuning merata sudah dapat dilihat pada hari keempat pemaparan di suhu ruang. Kitagawa et al (2001) Setelah 3-4 hari pemindahan jeruk dari tempat pemaparan etilen maka degradasi klorofil mulai terjadi. Kitagawa et al. (2001), menyatakan bahwa hasil degreening jeruk Satsuma dengan konsentrasi etilen ppm sudah sangat memuaskan, ditambahkannya lagi bahwa konsentrasi 1000 ppm etilen merupakan konsentrasi optimum dalam proses degreening, konsentrasi etilen lebih dari itu tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap warna jeruk jika dibandingkan dengan konsentrasi 1000 ppm etilen. Hal tersebut disebabkan aktifitas enzim klorofilase telah bekerja maksimal dengan stimulan 1000 ppm etilen di mana aktifitas klorofilase yang meningkat akan mempercepat penguraian klorofil. Enzim klorofilase menginisiasi katabolisme klorofil untuk membentuk klorofilide dan pada akhirnya mengakumulasi pigmen warna lain seperti karotenoid (Shimokawa et al. 1998). Trigger time 30 jam merupakan trigger time terbaik dibandingkan trigger time 10 dan 20 jam. Hal tersebut disebabkan jeruk terpapar etilen dalam waktu yang cukup lama pada trigger time 30 jam. Menurut Sdiri et al. (2012), semakin lama jeruk terpapar oleh etilen maka warna jeruk akan semakin cepat berubah dari hijau menjadi kuning. Lamanya jeruk terpapar etilen memberikan waktu bagi etilen untuk menstimulasi aktifitas enzim klorofilase yang berperan dalam penguraian klorofil.

24 42 Tabel 7 Nilai perlakuan jeruk keprok madu Terigas Variabel 0 ppm & 10 jam 0 ppm & 20 jam 0 ppm & 30 jam 1000 ppm & 10 jam 1000 ppm & 20 jam Nilai perlakuan ppm & ppm & 30 jam 10 jam 1500 ppm & 20 jam 1500 ppm & 30 jam 2000 ppm & 10 jam 2000 ppm & 20 jam 2000 ppm & 30 jam b* karotenoid L* vitamin C TPT kekerasan kadar air a* klorofil Total

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu. Hak cipta 2015 BB-Pascapanen

Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu. Hak cipta 2015 BB-Pascapanen Studi Degreening Pada Jeruk Keprok Madu Terigas Kalimantan Barat (Renny Anggraini et al) STUDI DEGREENING PADA JERUK CULTIVAR KEPROK MADU TERIGAS KALIMANTAN BARAT Renny Anggraini, Rokhani Hasbullah, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN MBAHASAN A. SUSUT BOBOT Perubahan susut bobot seledri diukur dengan menimbang bobot seledri setiap hari. Berdasarkan hasil pengukuran selama penyimpanan, ternyata susut bobot seledri mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Kosentrasi Kalsium Klorida (CaCl 2 ) terhadap Pematangan dan Kualitas Buah Pisang Ambon Kuning ( Musa paradisiaca Var Sapientum) Berdasarkan penelitian yang telah

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DOSIS DAN KEMASAN BAHAN PENYERAP Penentuan dosis dilakukan untuk memperoleh dosis zeolit yang paling optimal sebagai bahan penyerap etilen dalam penyimpanan buah salak pondoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi Wortel Segar Nilai gizi suatu produk makanan merupakan faktor yang sangat rentan terhadap perubahan perlakuan sebelum, selama, dan sesudah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam CaCl 2 terhadap Susut Bobot Buah Jambu Biji Merah Penimbagan susut bobot buah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu 4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.

BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill. BAB IV HASIL DAB PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) 4.1.1 Susut Bobot Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa persentase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji. dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pemasakan buah. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji Buah jambu biji merupakan buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologis dengan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN LAJU RESPIRASI Setelah dipanen ternyata sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian masih mengalami proses respirasi oleh karena itu sayuran, buah-buahan dan umbiumbian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Kulit Manggis Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan mutu dari suatu produk hortikultura. Buah manggis merupakan salah satu buah yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia dan sejak ratusan tahun yang lalu jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging TDTLA Pedaging HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pertama Penelitian tahap pertama adalah pembuatan tepung daging-tulang leher ayam yang dilakukan sebanyak satu kali proses pembuatan pada waktu yang

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Proksimat Fillet Gurami Komponen penting dari komposisi kimia ikan adalah protein dan lemak. Ikan gurami mengandung 75-80% protein dan 6-9% lemak (basis kering) (Tabel 3).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Tanaman jeruk di Indonesia ada yang tumbuh baik secara alami dan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Tanaman jeruk di Indonesia ada yang tumbuh baik secara alami dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jeruk merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Tanaman jeruk di Indonesia ada yang tumbuh baik secara alami dan dibudidayakan dan selalu tersedia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ASPEK FISIKO-KIMIA SELAMA PENYIMPANAN 1. Persen Kerusakan Persen kerusakan menyatakan persentase jumlah buah yang rusak setiap pengamatan. Semakin lama penyimpanan, jumlah buah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Susut Bobot Susut bobot selama penyimpanan merupakan salah satu parameter mutu yang mencerminkan tingkat kesegaran buah, semakin tinggi susut bobot maka buah tersebut semakin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Suhu pada Respirasi Brokoli Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa brokoli mempunyai respirasi yang tinggi. Namun pada suhu yang rendah, hasil pengamatan menunjukkan

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia menempati urutan

Lebih terperinci

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman

Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Fotografi Cahaya Terhadap Pigmen Warna Tanaman Kasma Rusdi (G11113006) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2014 Abstrak Warna hijau pada daun merupakan salah

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,)

PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,) PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN BUAH PEPAYA (Carica papaya L.,) The Use of Potassium Permanganate to Extend the Shelf Life of Papaya Fruit Heri budiman (0706120664) Under

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

Noveria Sjafrina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta ABSTRACT

Noveria Sjafrina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta ABSTRACT UPAYA MENDAPATKAN DAN MEMPERTAHANKAN MUTU JERUK SIAM BANJAR( Citrus nobilis var microcarpa ) DI LAHAN PASANG SURUT DAN RAWA LEBAK KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENYIMPANAN DINGIN Noveria Sjafrina Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses respirasi setelah pemanenan. Klimakterik menghasilkan etilen lebih banyak sehingga mempercepat terjadinya

Lebih terperinci

PENGATURAN KEMASAKAN

PENGATURAN KEMASAKAN PENGATURAN KEMASAKAN Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ...PERKEMBANGAN BAGIAN TANAMAN Urutan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) memiliki ciri diameter sekitar 3,1 cm. Panen pisang Cavendish dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1. Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F

PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1. Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1 Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F14103013 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai

I. TINJAUAN PUSTAKA. kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tomat Rampai Tomat rampai memiliki banyak sebutan nama antara lain: tomat ranti,tomat kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai sama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Salak Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae yang diduga dari Pulau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis METABOLISME 2 Respirasi Sel Fotosintesis Jalur Respirasi Aerobik dan Anaerobik Rantai respirasi Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses sintesis molekul organik dengan menggunakan bantuan energi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN Bahan baku pada penelitian ini adalah buah kelapa segar yang masih utuh, buah kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging buah kelapa dan air kelapa. Sabut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) TK 2 (b) TK 3 (c) TK 4 Gambar 5. Manggis dengan tingkat kematangan berbeda IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Kematangan Buah Manggis Tingkat kematangan manggis yang dianalisis dalam tahap ini ada 3 yaitu tingkat kematangan 2, 3, dan 4. Tingkat kematangan 2 terlihat dari warna

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Tempat Penelitian. 12 I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan

Lebih terperinci

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.)

Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.) Variasi Kemasan Plastik Polipropilen Berperforasi pada Pengemasan Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis Osb.) 1* Ratna, 1 Syahrul, 1 Aulia Firdaus 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil Fortifikasi dengan penambahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) selama penyimpanan, dilakukan analisa

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

PAPER BIOKIMIA PANGAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN PAPER BIOKIMIA PANGAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia terkait erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi

TINJAUAN PUSTAKA. baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respirasi Respirasi merupakan suatu aktifitas yang dilakukan oleh mikroorganisme hidup baik tumbuhan, manusia maupun hewan. Menurut Winarno (2004), respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun

Lebih terperinci

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis.

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis. BAB V FOTOSINTESIS A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa mampu memahami proses fotosintesis dan mampu menguraikan mekanisme terjadinya fotosintesis pada tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. B.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai

PENGANTAR. Latar Belakang. Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai PENGANTAR Latar Belakang Daging merupakan produk utama dari ternak unggas. Daging sebagai sumber protein hewani banyak mengandung gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Seiring dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci