bahasa indonesia Kelas X TEKS EKSPOSISI K-13 Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "bahasa indonesia Kelas X TEKS EKSPOSISI K-13 Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013"

Transkripsi

1 K-13 Kelas X bahasa indonesia TEKS EKSPOSISI Semester 1 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013 Standar Kompetensi 5. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasar 5.1. Memahami struktur dan kaidah kebahasaan teks eksposisi. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep dasar teks eksposisi. 2. Memahami struktur teks teks eksposisi. 3. Memahami kaidah/unsur kebahasaan teks eksposisi. 1

2 A. TEKS EKSPOSISI a. Pengertian Teks Eksposisi Teks eksposisi merupakan teks yang berfungsi mengungkapkan gagasan atau mengusulkan sesuatu berdasarkan argumentasi yang kuat. b. Tujuan dan Ciri-Ciri Teks Eksposisi 1. Tujuannya adalah mengungkapkan gagasan di dalam tulisan berdasarkan pendapat yang kuat agar pembaca menyetujui atau melakukan tindakan sesuai yang diinginkan penulis. 2. Ciri-ciri teks eksposisi Terdapat topik dan isu. Penyampaian lugas dan komunikatif. Terdapat fakta berupa data dan angka. B. STRUKTUR TEKS EKSPOSISI a. Struktur Teks 1. Tesis. Pada bagian ini, berisikan pendapat atau prediksi dari penulis berdasarkan sebuah fakta. 2. Argumentasi. Bagian ini berisi argumen-argumen yang mendukung pernyataan penulis. Penulis memaparkan serangkaian argumen yang disertai dengan bukti/ fakta untuk memperkuat argumen tersebut. 3. Penegasan ulang pendapat. Bagian ini merupakan bagian akhir dari sebuah teks eksposisi yang berupa penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi. Pada bagian ini bisa berisi saran atau hal-hal yang patut diperhatikan agar pendapat penulis dapat dibuktikan. Super "Solusi Quipper" Ingat struktur teks eksposisi, ingat TAP. Tesis-Argumentasi-Penegasan ulang Ingat pula ciri-cirinya. Tesis pernyataan pendapat Argumentasi Dalam struktur dikenali dengan adanya konjungsi sebab akibat atau kalimat yang mengandung alasan. Penegasan ulang Dalam struktur dikenali dengan adanya partikel penegasan untuk menegaskan ulang pendapat. 2

3 b. Bagan Struktur Teks Eksposisi TESIS STRUKTUR TEKS EKPOSISI ARGUMENTASI PENEGASAN ULANG PENDAPAT c. Contoh Teks Eksposisi Kegembiraan dalam Belajar Ahmad Baedowi, Direktur Pendidikan Yayasan Sukma, Jakarta Media Indonesia, 09 November 2015 Tesis Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna pengalaman belajar (learning experience). Rata-rata jawaban mereka adalah kurangnya kegembiraan dalam belajar. Memang, baik guru maupun siswa mengenal istilah fun learning, tetapi implementasinya jauh dari memadai. Banyak guru sekadar mencari kesenangan dalam belajar dengan cara mengajak siswa bermain, menari, dan bernyanyi. Namun jarang sekali dari mereka memahami hakikat kegembiraan dalam belajar (joyful learning). Pasalnya, apa yang mereka rekayasa dalam bentuk permainan tidak nyambung (out of context) dengan bidang studi yang diajarkan. Argumentasi Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental yang harus diberikan sepenuhnya. Kegembiraan bukan semata-mata memberikan mereka permainan di luar ketika mereka belajar tanpa tujuan yang jelas, melainkan sebuah cara yang menyatu dengan tujuan pembelajaran berjangka panjang. Banyak sekolah misalnya menghabiskan begitu banyak waktu untuk bermain, tetapi tak bertujuan serta membuat program kunjungan sekolah hanya pada waktu libur. Kegembiraan hanya berlangsung sesaat. Bagi para siswa, tentu saja permainan dan kunjungan wisata yang hanya sesekali itu malah memberikan mereka beban karena begitu mereka kembali ke sekolah, hanya kebosanan yang mereka dapatkan. 3

4 Salah satu contoh kebosanan mereka dalam belajar dapat terlihat, misalnya, ketika jam belajar selesai. Semuanya bersorak dan ingin cepat pulang, atau ketika mereka mendapatkan hari libur. Semuanya merupakan penanda bahwa sekolah dan belajar merupakan kegiatan yang melelahkan, membosankan, bahkan menyebalkan. Jika kenyataan-kenyataan ini diperoleh anak-anak kita, apa yang akan terjadi dengan perkembangan jiwa mereka di masa datang. Beberapa hasil riset tentang perkembangan mental dan kejiwaan anak-anak yang dialami ketika mereka belajar menunjukkan secara konsisten dan kuat bahwa kurangnya keceriaan dan kegembiraan dalam belajar berpengaruh terhadap kesuksesan masa depan seorang anak. Dalam laporan Center on the Developing Child (2007) ditunjukkan secara khusus bahwa efek belajar yang menggembirakan dapat meningkatkan kapasitas arsitektur otak anak, yaitu pada saatnya otak tersebut akan memberikan pengaruh yang baik dalam membentuk perilaku sosial dan emosi anak yang cerdas. Ini artinya, pengalaman belajar anak, jika terjadi secara benar dapat membentuk jalan bagi tumbuhnya motivasi belajar secara benar. Jika di masa depan kita menginginkan tumbuhnya karakter jujur dan kesalehan sosial yang kuat pada diri seorang anak, pendampingan terhadap proses belajar yang menggembirakan dan menyatu dengan tema yang diajarkan secara kontekstual penting dilakukan. Penelusuran secara longitudinal terhadap keberhasilan seorang anak menunjukkan jejak yang kuat bahwa pengenalan konsep ilmu dan pendampingan orang dewasa menjadi dua hal yang signifikan untuk dilakukan secara benar. Dengan demikian, belajar dengan gembira dan ceria yang terprogram dan terencana secara baik dan berkesinambungan harus ditata secara baik dan benar dalam sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan dengan setiap bidang studi yang diajarkan (Schweinhart et al, 2005). Namun demikian, masih banyak kita lihat kesalahan fundamental terjadi dalam proses meletakkan kegembiraan dalam belajar. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. Selain itu, tak sedikit dijumpai paradigma yang salah dari para pendidik yang memandang pengalaman belajar (learning experience) sebagai sebuah kondisi yang sepenuhnya di bawah kendali dan dipegang guru. 4

5 Jika secara definitif makna pengalaman belajar adalah sebuah proses belajar itu selalu sesuai dengan kondisi aktual yang dialami para siswa, kegembiraan dalam belajar yang terstruktur dan inovatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki setiap guru. Ralph Tyler dalam Basic Principles of Curriculum and Instruction (1926) mendefinisikan pengalaman belajar dengan kalimat berikut, The term learning experience is not the same as the content with which a course deal nor the activities performed by the teacher. The term learning experience refers to the interaction between the learner and the external conditions of the environment to which he can react. Learning takes place through the active behavior of the student; it is what he does that he learns, not what the teacher does. Jelas sekali bahwa pemaknaan pengalaman belajar yang salah lebih banyak disebabkan faktor guru yang tak memiliki kreativitas dalam merancang pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan. Pentingnya pemahaman yang benar tentang pengalaman belajar anak jelas akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak di masa depan. Jika anak dididik berdasarkan target perkembangan kognisinya semata, kekhawatiran terhadap masa depan Indonesia akan memiliki cukup alasan. Meskipun dalam naskah akademik Kemendikbud tentang pendidikan anak usia dini, misalnya, menyisir paradigma filsafat pendidikan pragmatisme, pemerintah dengan tegas meminta agar para pendidik tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Dari sisi ini, evaluasi terhadap tenaga pengajar yang tidak memahami makna pengalaman belajar dan arti pentingnya bagi masa depan pertumbuhan anak menjadi wajib untuk dilakukan. Penegasan Ulang Pendapat Dengan berkaca pada hasil-hasil riset tersebut, jelas sekali harus ada niat baik dari para penggagas dan praktisi pendidikan untuk mengubah gaya mengajar mereka menjadi lebih kreatif. Contextual based learning harus menjadi acuan dalam proses belajar mengajar yang menggembirakan agar anak-anak tumbuh dan berkembang dengan karakter yang kuat, kecerdasan yang memikat, serta kepedulian terhadap sesama yang mengikat rasa persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa. 5

6 C. CIRI KEBAHASAAN TEKS EKSPOSISI a. Pronomina Pronomina biasanya digunakan dalam menyatakan pendapat. Pronomina persona yang sering digunakan seperti kita, kami, dan saya. Terlebih kata pronomina persona saya banyak digunakan ketika menyatakan pendapat pribadi. 1. Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna pengalaman belajar (learning experience). 2. Rata-rata jawaban mereka adalah kurangnya kegembiraan dalam belajar. b. Verba Verba yang digunakan adalah yang menyatakan persepsi, seperti percaya dan meyakini. Verba tersebut digunakan untuk mengubah persepsi pembaca agar menerima pendapat penulis. Saya percaya, pentingnya pemahaman yang benar tentang pengalaman belajar anak jelas akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan anak di masa depan. c. Konjungsi Konjungsi yang banyak digunakan adalah yang menghubungkan fakta-fakta sehingga tersaji runtut (pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut) dan konjungsi yang menyatakan sebab akibat (sebab, karena, sehingga, oleh sebab itu, oleh karena itu) 1. Bagi para siswa, tentu saja permainan dan kunjungan wisata yang hanya sesekali itu malah memberikan mereka beban karena begitu kembali ke sekolah, hanya kebosanan yang didapatkan. 2. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. d. Argumentasinya Satu Sisi Argumentasi satu sisi yaitu sisi yang mendukung atau menolak. 1. Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental yang harus diberikan sepenuhnya. (mendukung) 6

7 2. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak didominasi tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak memperoleh pengalaman belajar yang autentik berdasarkan konteks sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. (menolak) 3. Selain itu, tak sedikit dijumpai paradigma yang salah dari para pendidik yang memandang pengalaman belajar (learning experience) sebagai sebuah kondisi yang sepenuhnya di bawah kendali dan dipegang guru. (menolak) e. Kohesi Kohesi adalah keterkaitan antar-unsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yang ditandai antara lain oleh konjungsi, repetisi, dan pelesapan. Kegembiraan anak dalam belajar sebenarnya merupakan hak fundamental yang harus diberikan sepenuhnya. Kegembiraan bukan semata-mata memberikan mereka permainan di luar ketika mereka belajar tanpa tujuan yang jelas, melainkan sebuah cara yang menyatu dengan tujuan pembelajaran berjangka panjang. Banyak sekolah, misalnya, menghabiskan begitu banyak waktu untuk bermain, tetapi tak bertujuan serta membuat program kunjungan sekolah hanya pada waktu libur. Kegembiraan hanya berlangsung sesaat. Bagi para siswa, tentu saja permainan dan kunjungan wisata yang hanya sesekali itu malah memberikan mereka beban karena begitu mereka kembali ke sekolah, hanya kebosanan yang mereka dapatkan. f. Koherensi Koherensi adalah hubungan logis antarbagian karangan atau antarkalimat dalam satu paragraf. Salah satu contoh kebosanan mereka dalam belajar dapat terlihat, misalnya, ketika jam belajar selesai. Semuanya bersorak dan ingin cepat pulang, atau ketika mereka mendapatkan hari libur. Semuanya merupakan penanda bahwa sekolah dan belajar merupakan kegiatan yang melelahkan, membosankan, bahkan menyebalkan. Jika kenyataan-kenyataan ini diperoleh anak-anak kita, apa yang akan terjadi dengan perkembangan jiwa mereka di masa datang. g. Kata Baku dan Ejaan Kata baku dan ejaan bahasa Indonesia yang tepat merupakan unsur kebahasaan teks eksposisi karena teks tersebut merupakan karya ilmiah. 7

8 1. Kata baku adalah kata yang sudah distandardisasikan. Jelas sekali bahwa pemaknaan pengalaman belajar yang salah lebih banyak disebabkan faktor guru yang tak memiliki kreativitas dalam merancang pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan. Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku aktif aktive, aktip manajer manager aktivitas aktifitas manajemen managemen apotek apotik mengubah merubah analisis analisa mengesampingkan mengenyampingkan antre antri menyontek mencontek asas azas memesona mempesona asasi asasi, azazi mengkritik mengeritik atlet atlit metode metoda atmosfer atmosfir mesti musti autopsi otopsi motif motip audigram odiogram nasihat nasehat aerobik erobik november nopember cenderamata cinderamata peletakan perletakan definisi defenisi, difinisi putra putera desain disain putri puteri diesel disel produktivitas produktifitas dolar dollar rezeki rejeki, rizki ekstrem ekstrim risiko resiko ekspor eksport roboh rubuh film filem, pilem sekretaris sekertaris foto fhoto silakan silahkan 8

9 Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku fotokopi photo copi sistem sistim formal formil standardisasi standarisasi hakikat hakekat subjektif subyektif hipotesis hipotesa sejarawan sejarahwan hierarki hirarki sutera sutra hemoglobin haemoglobin sumatra sumatera hidraulik hidrolik survei survai ilmuan ilmiawan stasiun setasiun ijazah ijasah syukur sukur insaf insyaf telentang terlentang isap hisap telepon telfon izin ijin teoretis teoritis jadwal jadual tradisional tradisionil jenazah jenasah trotoar trotoir jenderal jendral teknik tekhnik kaidah kaedah terampil trampil karisma kharisma tim team karier karir varietas varitas konduite kondite wasalam wasallam konkret kongkrit wujud ujud khotbah khutbah zaman jaman kualitas kwalitas zona zone kuitansi lembap lubang kwitansi lembab lobang 9

10 2. Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Teks eksposisi ditulis dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang benar, misalnya penulisan huruf kapital, huruf miring, angka dan lambang bilangan, akronim dan singkatan, tanda baca (titik, koma, titik dua, dan lain-lain), penulisan partikel ( lah,-tah,-kah,-pun), dan gabungan kata. Pada bagian ini kita hanya akan membahas beberapa tanda baca yang produktif. Tanda titik (.) - Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. 1 April 1985 Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43 Palembang atau Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) Jalan Cikini 71 (tanpa titik) Jakarta (tanpa titik) - Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Kampung itu berpenduduk orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan jiwa. - Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Bejo lahir pada 1982 di Padang. Lihat halaman 1153 dan seterusnya. Tanda koma (,) - Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 10

11 - Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti sedangkan, tetapi, melainkan. Daya beli masyarakat akan kendaraan terus meningkat, sedangkan solusi tepat dalam mengatasi kemacetan belum ditemukan. - Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. - Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Oleh karena itu, Jadi, - Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi Ketua OSIS di sekolahku, Rani, pandai dan jago basket. Tanda hubung (-) - Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Anak-anak, berulang-ulang. - Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagianbagian kata atau ungkapan, dan (2) penghilangan bagian-bagian kelompok kata. ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x5000) bandingkan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1x5000) - Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan an, (4) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (5) nama jabatan rangkap. 11

12 se-indonesia, se-jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-phk-an, sinar-x, Menteri-Sekretaris - Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Asing. di-smash, pen-tackle-an. Tanda pisah ( ) Tanda pisah dipakai untuk hal-hal berikut. - Pengapit keterangan tambahan dalam kalimat. Rangkaian temuan ini evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. - Menyatakan makna sampai dengan atau sampai ke di antara bilangan, tanggal, tempat , tanggal 5 10 April 1970, Jakarta Bandung LATIHAN SOAL Bacalah dengan saksama penggalan teks eksposisi berikut untuk menjawab soal nomor 1 2. Apapun maksud pembedaan itu, satu hal perlu ditegaskan di sini yaitu pengajaran dan pendidikan bisa dibedakan, tetapi tak pernah bisa dipisahkan. Alasannya, pengajaran yang diajarkan di sekolah tak dimaksudkan hanya untuk menjadi transfer pengetahuan. Pengajaran memang bertujuan menyampaikan pengetahuan, tetapi pengetahuan yang ditransfer tersebut harus menjadi sarana bagi pendidikan anak didik, dan unsur dalam membentuk kepribadian mereka. 1. Penggalan teks ekposisi tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian. A. tesis B. argumentasi C. penegasan ulang pendapat 12

13 D. tujuan E. pernyataan umum 2. Pada penggalan teks eksposisi tersebut terdapat kesalahan penulisan ejaan. Perbaikan yang tidak sesuai adalah. A. Kata apapun seharusnya ditulis apa pun. B. Sebelum kata yaitu diberi tanda koma. C. Tidak menggunakan tanda koma sebelum dan. D. Kata tak seharusnya ditulis tidak. E. Kata membentuk seharusnya ditulis pembentukan. 3. Apakah kritik dan kreativitas, disiplin dan kebebasan, metodologi dan imajinasi, menjadi perhatian di sekolah-sekolah sekarang, dan dikembangkan dalam perimbangan yang optimal, itulah pertanyaan dasar tentang pendidikan di Indonesia sekarang. Penggalan teks ekposisi tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian. A. tesis B. argumentasi C. penegasan ulang pendapat D. tujuan E. aspek yang dilaporkan 4. Beberapa kesalahan itu terlihat dalam proses belajar yang lebih banyak tuntutan perkembangan kapasitas akademik anak sehingga anak tak pengalaman belajar yang berdasarkan sosial dan budaya yang terjadi di tengah-tengah kehidupannya. Kata-kata yang tepat untuk mengisi bagian rumpang pada teks eksposisi tersebut adalah. A. mendominasi, memeroleh, otentik, kontek B. didominasi, memperoleh, autentik, konteks C. mendominan, diperoleh, outentik, konteks D. didominasi, memeroleh, autentik, kontek E. didominasi, memperoleh, autentik, konteks 5. Kita yakin dan percaya, jargon tersebut tepat karena yang asalnya dari rakyat dan dikerjakan oleh rakyat pastilah hasilnya dinikmati rakyat bukan orang lain. Pada penggalan teks eksposisi tersebut terdapat verba yang menyatakan persepsi dan konjungsi sebab akibat, yaitu. 13

14 A. percaya, karena B. dan, dari C. yakin, dan D. percaya, oleh E. yakin, yang 6. Pada kenyataannya kegiatan ekonomi rakyat, bukanlah perkebunan atau peternak besar atau MNC pertanian dan sejenisnya melainkan didominasi oleh perdagangan. Pada kutipan teks eksposisi tersebut terdapat konjungsi yang menghubungkan faktafakta supaya tersaji runtut, yaitu. A. atau B. dan C. pada kenyataannya D. nya E. lah Bacalah teks eksposisi berikut untuk menjawab soal nomor Saya sering memberikan pertanyaan kepada guru dan siswa tentang makna pengalaman belajar (learning experience). Rata-rata jawaban mereka adalah kurangnya kegembiraan dalam belajar. Memang, baik guru maupun siswa mengenal istilah fun learning, tetapi implementasinya jauh dari memadai. Banyak guru sekadar mencari kesenangan dalam belajar dengan cara mengajak siswa bermain, menari, dan bernyanyi, tetapi jarang sekali dari mereka memahami hakikat kegembiraan dalam belajar (joyful learning). Pasalnya, apa yang mereka rekayasa dalam bentuk permainan tidak nyambung (out of context) dengan bidang studi yang diajarkan. 7. Penggalan teks tersebut merupakan struktur teks eksposisi bagian. A. tesis B. argumentasi C. penegasan ulang pendapat D. tujuan E. aspek yang dilaporkan 8. Dalam petikan teks eksposisi di atas, kata nya pada implementasinya merujuk kepada. A. guru B. siswa C. fun learning 14

15 D. learning experience E. makna pengalaman belajar 9. Pronomina persona yang terdapat dalam penggalan teks eksposisi tersebut adalah. A. guru, siswa B. saya, mereka C. nya D. dan, tetapi E. kepada, ialah 10. Pada teks eksposisi tersebut terdapat kata serapan yang penulisannya tidak baku yaitu. A. hakikat B. sekadar C. implementasi D. studi E. pasalnya 15

Kesesuaian yaitu kecocokan dengan

Kesesuaian yaitu kecocokan dengan Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan harus sudah diperhitungkan ketepatan serta kesesuaiannya. Ketepatan ialah hal yang menyangkut makna, logika, kesamaan maksud. Kesesuaian yaitu kecocokan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB IV TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ekplanasi Kompleks Teks eksplanasi berisi penjelasan tentang keadaan sesuatu

Lebih terperinci

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 1 Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 1 memuat materi EYD. EYD adalah materi ejaan yang disempurnakan. Materi ini menampilkan ketentuan tentang

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai siswa SMA. Sebab, keterampilan menulis argumentasi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok pikiran seseorang. Ketika seseorang mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kedudukan Pembelajaran Mengidentifikasi Unsur Kalimat Efektif dalam Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 SMA/SMK Kelas X 2.1.1 Kompetensi Inti Pengembangan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 2. KUNCI A Pembahasan: Keistimewaan tokoh Jenderal Soedirman seorang pahlawan nasional (A).

PEMBAHASAN. 2. KUNCI A Pembahasan: Keistimewaan tokoh Jenderal Soedirman seorang pahlawan nasional (A). PEMBAHASAN 1) Kunci C Makna kata fenomena pada kalimat tersebut yaitu kejadian yang luar biasa (pilihan C). Pilihan A, bermakna fakta; pilihan B, memang fenomena dapat juga bermakna gejala alam, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: BAHASA INDONESIA (KODE: P10)

SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: BAHASA INDONESIA (KODE: P10) SOLUSI PR ONLINE MATA UJIAN: BAHASA INDONESIA (KODE: P10) 1. Jawaban: C Penggunaan tanda baca yang tepat dalam kalimat tersebut adalah Saya membeli alat-alat dapur: piring, sendok, panci, dan penggorengan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Cara Pengembangan Penelitian pengembangan modul Hidrosfer sebagai Sumber Kehidupan dengan pendekatan saintifik untuk pembelajaran geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar

Lebih terperinci

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KELAS : X Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara, menulis dan satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang bunyinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru merupakan personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan

Lebih terperinci

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Oleh: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah kebutuhan setiap manusia untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga

Lebih terperinci

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X I. KOMPONEN KELAYAKAN ISI A. Kelengkapan Materi Butir 1 Butir 2 Kelengkapan kompetensi Materi yang disajikan mengandung

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA SET 6 EJAAN 1 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BAHASA INDONESIA SET 6 EJAAN 1 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 06 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BAHASA INDONESIA SET 6 EJAAN 1 A. PEngERTIAn EJAAn Dalam Kamus Linguistik pengertian Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis

Lebih terperinci

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA 2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Jika dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif yang paling sedikit digunakan di antara empat keterampilan yang kita miliki; mendengarkan, berbicara, membaca

Lebih terperinci

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X Oleh Linda Permasih Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Dr. Edi Suyanto, M.Pd. email: linda.permasih99@gmail.com Abstrac

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI Yayan Yayan 56@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KM KARYA TULIS (PKM-KT) (PKM-AI dan PKM-GT) Sosialisasi PKM-AI dan PKM-GT

SOSIALISASI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KM KARYA TULIS (PKM-KT) (PKM-AI dan PKM-GT) Sosialisasi PKM-AI dan PKM-GT SOSIALISASI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KM KARYA TULIS (PKM-KT) (PKM-AI dan PKM-GT) Sosialisasi PKM-AI dan PKM-GT PKM-AI dan PKM-GT PKM-AI Program penulisan artikel ilmiah bersumber dari suatu kegiatan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03)

PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03) PR ONLINE MATA UJIAN : BAHASA INDONESIA XII SMA (KODE: S03) 1. Jawaban: B Ide pokok paragraf terdapat dalam kalimat utamanya: terdapat di awal atau di akhir paragraf. Ide pokok paragraf tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan hal penting dalam cakrawala kehidupan, Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan

Lebih terperinci

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI/ISI (A)

SUB TOTAL (SKOR X BOBOT) KOMPONEN MATERI/ISI (A) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN INSTRUMEN B PENILAIAN BUKU PENGAYAAN KETERAMPILAN Kode Buku: No. KOMPONEN DAN BUTIR PENILAIAN KUALITATIF

Lebih terperinci

BAB IV. pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah, (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, dan (5) Evaluation.

BAB IV. pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah, (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, dan (5) Evaluation. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Dalam mendesain LKS ini, peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah, (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation,

Lebih terperinci

Moto Kurikulum Semangat Implementasi Kurikulum 2013

Moto Kurikulum Semangat Implementasi Kurikulum 2013 Moto Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia penghela dan pembawa pengetahuan Semangat Implementasi Kurikulum 2013 Selama proses pembelajaran teks berlangsung, guru berkewajiban membuat siswa terpukau dan gemar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK 3. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, yang berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin maju serta peradaban manusia yang semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas belajar siswa sesuai

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN PENULISAN KEMBALI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VII SLTP AL IRSYAD SURAKARTA TAHUN 2011/2012

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN PENULISAN KEMBALI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VII SLTP AL IRSYAD SURAKARTA TAHUN 2011/2012 KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN PENULISAN KEMBALI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VII SLTP AL IRSYAD SURAKARTA TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : ARIF NUGROHO A 310030103

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Kompas tahun 2014 ditemukan kohesi gramatikal

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 44. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama

BAB I PENDAHULUAN. periode jenjang pendidikan. Kurikulum tercatat sebagai perubahan ketiga selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Masalah Dalam pendidikan dewasa ini proses kegiatan belajar mengajar semakin berkembang seiring dengan perubahan waktu, begitu pula perangkat kegiatan proses belajar

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA DAN MA (WAJIB)

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA DAN MA (WAJIB) SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMA DAN MA (WAJIB) Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Menghayati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

Pengertian Kata Baku Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai

Pengertian Kata Baku Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai Anggota Kelompok I Dewa Ayu Dian Sasmita Dewi 1309005054 I Dewa Nyoman Alit Purnata 1309005055 Frederika Angeli Elvita 1309005072 Maulidiyah Nurma Alfiyanti 1309005074 Khoirul Nikmah 1309005075 Santri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu gagasan atau informasi dari pihak pembicara atau penulis kepada pihak pendengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 memuat peran penting bahasa sebagai wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 memuat peran penting bahasa sebagai wahana untuk A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kurikulum 2013 memuat peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu sisi, bahasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dan akibat untuk menjelaskan suatu kesatuan gagasan atau tema. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ilmuwan Indonesia yang tidak dapat menggunakan paragraf secara efektif. Kegagalan ini terjadi karena tidak dipahaminya fungsi paragraf sebagai pemersatu

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA SET 7 EJAAN 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA

BAHASA INDONESIA SET 7 EJAAN 2 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA 07 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BAHASA INDONESIA SET 7 EJAAN 2 A. PEMAKAIAN TANDA BACA a. Tanda Baca Koma (,) 1. Tanda baca koma dipakai antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN KAIDAH TEKS EKSPOSISI PADA HARIAN PIKIRAN RAKYAT

ANALISIS STRUKTUR DAN KAIDAH TEKS EKSPOSISI PADA HARIAN PIKIRAN RAKYAT ANALISIS STRUKTUR DAN KAIDAH TEKS EKSPOSISI PADA HARIAN PIKIRAN RAKYAT EDISI MINGGU KE 2 BULAN JANUARI 2015 DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DI SMA KURIKULUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA MATERI: 13 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) MENULIS KARYA ILMIAH 1 Kamaruddin Hasan 2 arya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (ya ng berupa hasil pengembangan) yang

Lebih terperinci

Koridor Umum Penulisan Artikel Ilmiah

Koridor Umum Penulisan Artikel Ilmiah Koridor Umum Penulisan Artikel Ilmiah Agung Nugroho, Ph.D Magister Ekonomi Pertanian, Faperta - ULM 6 Mei 2017 Judul Bagian pertama yang dibaca Singkat, padat, menarik, dan menggambarkan isi Khas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketrampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu yang mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah beralih fungsi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengalihan fungsi sekolah menurut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai kompetensi menulis argumentasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil analisis korelasi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun yang termasuk perangkat program pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakat dan kreativitas adalah dua hal kemampuan yang terdapat dalam setiap individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendrix (2011:08) bahwa kedua hal tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal pada

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Umum :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester : X/Ganjil Mata Pelajaran : Matematika-Wajib Topik : Definisi Matriks, Jenis-jenis matriks, Transpos Matriks, Kesamaan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan cerminan, ide, gagasan, sikap, nilai dan ideologi penggunanya. Bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Bahasa berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi inti dari pengajaran Bahasa Indonesia secara umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya untuk menyampaikan pengalaman, perasaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS KBSP V

PROSIDING SEMNAS KBSP V TEKS CERITA INSPIRATIF SEBAGAI SALAH SATU BAHAN AJAR ALTERNATIF PEMBELAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) Irma Fika Nurfajar Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan menulis, sesuai dengan proses pemerolehannya merupakan keterampilan yang paling akhir dan masih dipandang sulit dan kompleks oleh sebagian besar siswa.

Lebih terperinci

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul EJAAN BAHASA INDONESIA Ruang lingkup Ejaan 1. Pemakaian Huruf 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi

Lebih terperinci