Meningkat Rumah dengan Praktis dan Tepat Guna Saturday, 06 October :01

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Meningkat Rumah dengan Praktis dan Tepat Guna Saturday, 06 October 2012 07:01"

Transkripsi

1 Meningkat rumah merupakan proses yang cukup pentinguntuk membuat tempat tinggal menjadi lebih nyaman untuk dihuni. Banyak alas an yang dikemukakan mulai dari kebutuhan ruang tambahan untuk beraktivitas dalam rumah, hingga menjawab kebutuhan lingkungan. Apapun alasannya tentunya membutuhkan konsentrasi penuh agar proses meningkat rumah tidak asal jadi. Ada beberapa anggapan, factor utama dalam proses meningkat rumah adalah saat harus memilih material apa dan bagaimana caranya meningkat rumah. Beton aerasi, beton pracetak, baja ringan, keraton ataupun pengecoran konvensional adalah pilihan-pilihan material yang langsung berpengaruh pada bagaimana cara meningkat rumah. Nyatanya faktor-faktor lain dalam proses meningkat rumah juga cukup penting dan berpengaruh. Perizinan, pembagian ruang di dalam rumah, hingga penataan utilitas bangunan juga memiliki peranan yang tidak sembarangan ketika meningkat rumah. Perizinan Hakikatnya rumah dibangun untuk menjadi tempat manusia berteduh dan berlindung. Namun jika pembangunan rumah salah, keteduhan dan perlindungan takkan dapat terwujud dan bahkan memberi kan kerugian. Itulah sebabnya diperlukan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat agar bangunan rumah tetap dapat diawasi dan dipertanggungjawabkan. Pada prakteknya, IMB dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat tak hanya ketika akan membuat bangunan rumah baru dari nol, disaat akan meningkat rumah dengan renovasi pun, IMB tetap diperlukan. Oleh karena itu, ketika diputuskan untuk meningkat rumah juga diperukan perizinan tertulis dari warga yang tinggal disekitar bangunan. Perizinan ini dimaksudkan agar warga sekitar mengetahui bahwa terdapat proes peningkatan rumah disekitar lingkungan mereka yang dapat menimbulkan sedikit gangguan saat proses pengerjan oleh tukang. Pengamanan untuk Anak-anak dan Lansia 1 / 4

2 Proses meningkat rumah tentunya tidak boleh sembarangan. Jika sampai salah prosedur ketika meningkat rumah, bukan kenyamanan yang akan diraih tapi justru kecelakaan yang dapat menimbulkan duka yang mendalam. Apalagi jika korban kesalahan prosedur adalah anak-anak atau orang tua yang memang perlu diawasi keberadaanya didalam rumah. Untuk menghindari kecelakaan didalam rumah, maka saat meningkat rumah diperlukan material tambahan yang harus dipasang dengan solid. Railling ataupun grill dengan standart keamanan yang dipasang di anak tangga teratas dapat membantu menjaga sebagai pintu pembatas. Sehingga tidak ada orangtua ataupun anak kecil yang dapat terjatuh dengan mudah dari lantai atas hingga berguling-guling ditangga ke lantai dasar. Utilitas Tepat Guna Pemasangan untuk rumah bertingkat tentunya berbeda dengan utilitas pada rumah tak bertingkat. Jalur listrik dan saluran air menjadi contoh pemasngan utilitas yang memerlukan perhatian khusus agar kegiatan dalam rumah tetap nyaman. Jika sampai salah perlakuan, bukan tak mungkin dapat terjadi pembengkakan biaya perawatan yang merugikan penghuni. Salah satu cara untuk memasang utilitas yang tepat guna pada rumah bertungkat adalah dengan membuat sebuah perencanaan jalur sesuai dengan tata letak ruangan yang telah disetujui. Untuk jalur listrik misalnya, maka diperlukan pemasangan jalur listrik yang aman dan upayakan terpasang sevara aman pada tembok dinding bangunan. Sementara itu saluran air tentunya membutuhkan perhatian yang berbeda. Pipa saluran air tentunya diperlukan yang tetap dapat menjaga tekanan agar air tetap dapat tersalurkan ke lantai atas dari bawah. Ruangan yang menggunakan saluran air tersebut pun tentunya harus khusus direncanakan. Misalnya kamar mandi, upayakan memiliki posisi yang berada dalam satu garis linear dilantai atas maupun lantai dasar agar mudah dalam perawatan serta perbaikan jika terjadi kerusakan. Void untuk Pertukaran Udara 2 / 4

3 Pertukaran udara menjadi hal yang penting di dalam rumah. Tanpa udara yang bertukar, dapat dipastikan kegiatan dalam rumah tidak akan terasa nyaman karena penyakit dapat menular melalui udara yang terhirup pernapasan. Untuk menyiasatinya tentunya diperlukan bukaan yang cukup pada rumah agar udara dapat mengalir dengan lancer. Pertukaran udara yang paling baik didukung oleh bukaan berupa jendela difasad rumah. Melalui jendela, udara diharapkan dapat masuk kedalam rumah dan kemudian bertukar. Khusus untuk rumah bertingkat, diperlukanlah void sebagai pendukung pertukaran udara yang tepat. Lokasi void dapat ditempatkan dibagian rumah mana saja asalkan tetap mendukung pertukaran udara yang baik, void tetap harus didukung oleh ventilasi yang tepat pada jendela. Zonasi Ruang Meningkat rumah berate memiliki area tambahan dalam rumah yang perlu ditata agar kehidupan menjadi lebih nyaman. Penataan ruang dalam rumah menjadi penting adanya agar kegiatan dalam rumah tidak terganggu oleh perasaan janggal karena ketidak cocokan ruangan. Untuk mendapatkan kenyamanan, penataan ruang didalam rumah dapat dilakukan dengan zonasi (zoning) ruang. Lazimnya, zonasi ruang dibagi menjadi dua macam, yakni zona public yang dapat diakse s oleh setiap penghuni rumah dan juga tamu jika ada, dan zona privat yang hanya dapat diakses oleh pemiliki ruangan atau penghuni rumah. Ketika rumah ditingkat, tetunya zonasi ruangannyapun berbeda dibandingkan dengan ketika rumah belum ditingkat. Zonasi ruang dirumah bertingkat dapat dibagi menjadi dua cara. Kedua cara tersebut masih menggunakan prinsip zona public dan zona privat, namun lokasi zona tersebut masing-masing berbeda sesuai dengan tata letak dari ruangan yang akan dihadirkan dalam rumah. Cara pertama adalah dengan membuat zonasi ruang perlantai dalam rumah. Misalnya saja 3 / 4

4 lantai dasar dalam rumah dibuat menjadi zona public yang dapat diakses oleh penghuni rumah serta tamu, seperti ruang tamu, ruang tengah atau ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Sementara itu lantai atas dibuat menjadi zona privat yang hanya dapat diakses oleh penghuni rumah, seperti kamar tidur, kamar mandi, ruang televise dan ruang kerja. Berbeda halnya dengan cara kedua. Zonasi ruang dilakukan dengan dilakukan dengan jarak ruang tersebut dengan muka rumah. Zona public mencakup ruang-ruang yang dekat dengan fasad rumah, seperti teras dan ruang tamu dilantai dasar serta balkon dan ruang tengah atau ruang keluarga dilantai atas. Sementara itu bergerak lebih kedalam jauh dari fasad, kamar tidur utama dapat ditempatkan di lantai dasar dan kamar tidur tambahan di lantai atas. Pembagian zona ruang ini dapat dikonsultasikan dengan arsitek rumah agar sesuai dengan keinginan pemilik rumah tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah arsitektur. 4 / 4

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM,

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM, KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan ICS 91.020; 91.040.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

Lebih terperinci

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Persepsi Pemilik Rumah terhadap Kehadiran Jalan Layang dan terhadap Perubahan Permukiman yang terjadi Kasus Studi: Jalan Layang Pasupati Bandung, Jawa Barat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DAYA TAHAN TERHADAP GEMPA PADA GEDUNG KECIL, RUMAH, DAN PRASARANA DAERAH

MENINGKATKAN DAYA TAHAN TERHADAP GEMPA PADA GEDUNG KECIL, RUMAH, DAN PRASARANA DAERAH MENINGKATKAN DAYA TAHAN TERHADAP GEMPA PADA GEDUNG KECIL, RUMAH, DAN PRASARANA DAERAH Gregory A. J. Szakats BE(Civil), MIPENZ (Civil & Struktural), MIStructE, IntPE AC Consulting Group Limited Consulting

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3

GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PPPPTK BMTI GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN SEMESTER 3 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIKDAN

Lebih terperinci

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, BUPATI GIANYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan bangunan gedung harus

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 18 TAHUN 2009 NOMOR : 0 7 /PRT/M/2009 NOMOR : 19/PER/M.KOMINFO/03/2009

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN TATA TERTIB HUNIAN (PERATURAN TATIB)

PERATURAN TATA TERTIB HUNIAN (PERATURAN TATIB) PERATURAN TATA TERTIB HUNIAN (PERATURAN TATIB) Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 6 1. KERAPIHAN, KEBERSIHAN, KEINDAHAN a. Pembeli dan/atau Penghuni wajib menjaga dan memelihara kerapihan serta keindahan Hunian,

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Kembali SNI 03 1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MANAJEMEN PROTEKSI KEBAKARAN DI PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi

Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi Pedoman Penerapan Pengecualian Informasi 1. Prinsip- prinsip Kerangka Kerja Hukum dan Gambaran Umum Hak akan informasi dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar, baik di dalam hukum internasional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. Kembali SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini mencakup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA)

Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) Bab 5 Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Apa yang dimaksud dengan Pemeliharaan Permudaan Alam? Pemeliharaan Permudaan Alam (PPA) = Assisted Natural Regeneration atau disingkat dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture. Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya

Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture. Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya Training Modules on Food Safety Practices for Aquaculture Penerapan Keamanan Pangan pada Perikanan Budidaya Pengantar Modul ini adalah bagian dari program pelatihan penerapan keamanan pangan untuk Industri

Lebih terperinci