ALIF WISNU GINANJAR B

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALIF WISNU GINANJAR B"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh : ALIF WISNU GINANJAR B FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017

2 EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun oleh : ALIF WISNU GINANJAR B FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 i

3 ii

4 iii

5 iv

6 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO barang siapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. [ H.R. Ibnu Majah dan Abu Dawud ] PERSEMBAHAN Dengan penuh ucapan syukur, skripsi ini kupersembahkan: Allah SWT Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan Dosen pembimbingku dan dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya Tidak lupa semua teman-teman v

7 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi atas pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan sektor prdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora.Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode dokumentasi, metode wawancara dan metode analisis data. Data yang diteliti adalah data realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, data target pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dan data realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Tingkat efektivitas tertinggi pada tahun 2014 yang merupakan tahun pertama dilakukanya pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan dengan persentase sebesar 126,80% (2) tingkat kontribusi pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupeten Blora memberikan kontribusi lebih tinggi pada saat masih di kelola oleh pemerintah pusat dengan nilai kontribusi sebesar 8,70%. Kata Kunci : efektivitas, kontribusi, pajak bumi dan bangunan vi

8 ABSTRACT This study aims to find out the level of effectiveness and level of contribution of the transfer of land and building tax management of urban and rural sector on the Local Original Revenue of Blora Regency. Data collection method used is by documentation, interview and data analysis method. The data studied are the realization data of acceptance of land and building tax of rural and urban sector over the period , the target of land and building tax of rural and urban sector over the period and the realization data of local original revenue acceptance of over the period The result of the research shows that (1) The highest level of effectiveness in 2014 which is the first year conducting of the transfer of land and building tax management with a percentage of 126,80% (2) the tax contribution level of land and building tax of rural and urban on local original revenue of Blora Regency give the higher level of contribution when it managed by central government in the amount 8,70%. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax vii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, nikmat, dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENGALIHAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BLORA dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis senantiasa dibantu, dibimbing, didukung secara materil maupun moril, dan didoakan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1) Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Noersasangko, M.Kom. selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 2) Bapak Prof. Vincent Didiek W. A., MBA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3) Bapak Yulita Setiawanta, S.E., M.Si., Akt., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro. 4) Bapak Bambang Minarso, SE,M.Si,Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk selalu memberikan bimbingan dan pengarahan yang viii

10 baik dan sabar, serta semangat kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat wakt. 5) Ibu Juli Rahmawati, S.E., M.Si.selaku Dosen Wali yang telah membantu penulis selama kuliah hingga skripsi. 6) Segenap dosen dan staf karyawan serta civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis. 7) Pimpinan, Staf dan Pegawai Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengambil data, 8) Kedua orangtua yang telah memberikan dukungan, doa, serta semangat yang tiada henti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan secara tepat waktu. 9) Keluarga yang telah mendukung yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 10) Teman-Teman 0rp Adventure (Syaiful, Budi Utomo, Henda, Deni, Umam, Popon, Aji, Budi S) yang telah bersedia berbagi suka duka, mendengar semua keluhan, menciptakan berbagai tawa, dan memberikan arti persaudaraan yang tulus dan nyata. 11) Teman-teman futsal (Budiono, Ryan Risky, Rendy Sukma, Yuri Sandika, Herri irawan, Mirza isrianto, Shindu, Atiyasa, Bayu Ozil dan Anton yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis.. ix

11 12) Fauzie Adhi, Melati Upsaningrum, Tri Astuti dan Aldila yang memberikan banyak saran kepada penulis. 13) Teman-teman Akuntansi FEB 2013 yang tidak bisa disebutkan satu-per satu yang saling memberikan semangat dan berbagi informasi selama ini. 14) Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan serta keterbatasan. Oleh karena itu, penulis berharap bagi peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pembaca pada umumnya. Semarang, 21 Juli 2017 Penulis (Alif Wisnu. G) x

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAKSI... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli daerah (PAD)` xi

13 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pajak Daerah Pengertian Pajak Daerah Ciri-ciri Pajak Daerah Jenis-jenis Pajak Daerah Tarif Pajak Daerah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pengalihan Pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Asas Pajak Bumi dan Bangunan Dasar Hukum PBB Perdesaan dan Perkotaan Regulasi Pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Blora Objek Pajak Objek Pajak Yang Tidak Kena Pajak Subjek Pajak dan Wajib Pajak Tarif Pajak, Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak Tahun Pajak Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan xii

14 2.1.6 Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan penelitian terdahulu Kerangka Konseptual BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Dokumentasi Metode Wawancara Metode Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Blora Letak Geografis Kabupaten Blora Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora Visi dan Misi BPPKAD Kabupaten Blora Struktur Organisasi BPPKAD Kabupaten Blora Pajak Bumi dan Bangunan Perdsaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kabupaten Blora Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun xiii

15 4.4 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Dampak Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan Kendala BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Upaya BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiv

16 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota Pada UU No.34/2000 dengan UU No.28/ Tabel 1.2 Perkembanganh Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Blora Tahun Tabel 2.1 Nilai Interpretasi Efektivitas Tabel 2.2 Nilai Interpretasi Kontribusi Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 3.1 Interpretasi Kritria Efektivitas Tabel 3.2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Tabel 4.1 Sumber-Sumbr Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun Tabel 4.2 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tabel 4.3 Tunggakan Piutang PBB-P2 tahun Tabel 4.4 Kontribusi PBB Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun xv

17 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konsptual Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kabupaten Blora xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2 : Laporan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun Lampiran 3 : Laporan Nilai Ketetapan dan Realisasi PBB-P2 Kabupaten Blora jjtahun Lampiran 4 : Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan jjperkotaan Kabupaten Blora Tahun Lampiran 5 : Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan jjperkotaankabupaten Blora Tahun xvii

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahirnya pemikiran untuk melakukan suatu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi dalam rangka memberikan harapan yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Banyak pihak yang menganggap sistem ini akan memberikan jawaban terhadap keraguan seluruh bangsa Indonesia yang selalu manganggap bahwa pembangunan hanya terpusat pada pulau jawa, pulau yang menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi seluruh daerah yang ada di Indonesia, sehingga terkadang ada daerah yang luput dari perhatian pemerintah pusat, mengingat begitu banyak dan luasnya daerah yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini serta tidak didukungnya dengan akses transportasi yang memadai (Antong dkk, 2015). Sistem desentralisasi ini dilaksanakan dengan melalui kebijakan otonomi daerah. Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur rumah tangga sendiri. Pemerintah daerah melaksanakan roda pemerintahan secara mandiri, tetapi tetap melakukan koordinasi dan pengawasan dari pemerintah pusat. Diharapkan dengan otonomi daerah ini bisa membuat pemerintah lebih dekat dengan masyarakatnya (Antong dkk, 2015). Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan 1

20 2 aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang mendasari perlunya diselenggarakan otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan di luar negri (Halim, 2012). Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Salah satu upaya pemerintah daerah dalam membiayai daerahnya adalah melalui penerimaan pajak, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu penerimaan pemerintah pusat yang sebagian hasilnya (sekitar 90 persen) diserahkan kembali kepada daerah yang bersangkutan. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dikenakan pada lima sektor yaitu sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan dan pertambangan (Mardiasmo, 2009). Pemungutan pajak ini dilakukan oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaanya senantiassa bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pemungutan dan pengalokasian PBB dilakukan oleh pusat agar ada keseragaman dan keadilan dalam perpajakan. Hal ini karena pemerintah pusat bertindak sebagai pengatur agar pemerintah daerah tidak memutuskan PBB atas kemauannya sendiri. Untuk mendukung kebijakan otonomi daerah, maka dilakukan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Pemberlakuan Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000

21 3 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, telah memberikan peluang kepada daerah Kabupaten dan Kota untuk memperluas basis pajak bagi daerah karena memberikan kemungkianan yang lebih besar bagi daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (Nurbowono, 2016). Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah sehingga saat ini jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah dan Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Fitri, 2014). Namun hanya PBB sektor perdesaan dan Perkotaan saja yang pengelolaannya dialihkan kepada pemerintah daerah berdasarkan UU No.28/2009, sehingga hal ini berdampak kepada bertambahnya jenis pajak Kabupaten/Kota seperti yang terlihat pada tabel berikut:

22 4 Tabel 1.1 Perbedaan Jenis Pajak Kabupaten/Kota pada UU No.34/2000 dengan UU No.28/2009 UU 34/2000 UU 28/ Pajak Hotel 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 5. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) 6. Pajak Parkir 6. Pajak Parkir 7. Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol. 7. Pajak Mineral Bukan Logam dan C Batuan (perubahan nomenklatur) 8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari provinsi) 9. Pajak Sarang Burung Walet (baru) 10. PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan (baru) 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (baru) Sumber : Materi Presentasi Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB sebagai Pajak Daerah, Direktorat Jendral Pajak Agustus Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, pengalihan pengelolaan BPHTB dilaksanakan mulai 2 Januari 2011 dan pengalihan pengelolaan PBB P2 ke seluruh pemerintah kabupaten/kota dimulai paling lambat Januari Kota Surabaya merupakan kota pertama yang menerima pengalihan pengelolaan PBB P2. Dengan demikian pemerintah Kota Surabaya merupakan pilot project atau kota pertama atas pelaksanaan pengalihan pengelolaan penerimaan dari sektor PBB P2. Keberhasilan Pemerintah Surabaya dalam mengelola penerimaan

23 5 dari sektor PBB P2 dapat dijadikan contoh bagi pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Salah satu jenis pajak baru yang dipungut daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). PBB P2 yang sebelumnya merupakan pajak pusat, dialihkan menjadi pajak daerah kabupaten/kota, dengan berbagai pertimbangan. Pertama, secara konseptual PBB P2 dapat dipungut oleh daerah karena lebih bersifat lokal, visibilitas, objek pajak tidak berpindah-pindah (immobile), dan terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan yang menikmati hasil pajak tersebut. Kedua, pengalihan PBB P2 kepada daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD dan memperbaiki struktur APBD. Ketiga, pengalihan PBB P2 kepada daerah dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dan memperbaiki aspek transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan. Keempat, berdasarkan praktik di banyak negara, PBB P2 termasuk kedalam jenis lokal tex ( Menurut Kepala Bidang Penagihan, keberatan dan pelaporan Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora pada tanggal 2 Januari 2014, PBB P2 resmi dikelola mandiri oleh pemerintah daerah, mulai dari perencanaan hingga pengelolaan dilakukan oleh BPPKAD, tidak lagi melalui KPP Blora. Pengambilan alih PBB P2 di Kabupaten Blora selain karena peraturan yang telah ditetapkan pemerintah pusat juga untuk memaksimalkan potensi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Blora.

24 6 Kabupaten Blora merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora adalah pertanian. Subsektor kehutanan Kabupaten Blora adalah daerah penghasil kayu jati terbesar dan merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. Selain itu daerah juga merupakan daerah tambang minyak bumi dengn cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Dengan kekayaan alam yang melimpah diharapkan pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Blora meningkat sehingga objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan bertambah. Berikut merupakan tabel jumlah SPPT dari tahun : Tabel 1.2 Perkembanganh Wajib Pajak PBB-P2 di Kabupaten Blora Tahun Tahun Jumlah SPPT Sumber : BPPKAD Kabupaten Blora Dapat dilihat dari tabel 1.2 pada tahun mengalami kenaikan jumlah SPPT sebanyak sedangkan pada tahun mengalami kenaikan sebanyak SPPT dan pada tahun mengalami peningkatan jumlah SPPT hanya sebanyak 462 SPPT.

25 7 Peralihan kewenangan PBB-P2 dari Pusat ke Daerah bukan tanpa masalah, hal tersebut karena yang menjadi perhatian utama adalah masalah tunggakan PBB tahun sebelumnya ketika masih ditangani oleh DJP, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Blora mendapatkan limpahan piutang dari pengelola sebelumnya. Sedangkan menurut ketentuan Perda Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang PBB-P2 penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah melebihi 5 tahun, dalam hal ini terjadi inkonsistensi regulasi, kemudian informasi tunggakan PBB-P2 tidak bisa ditelusuri satu per satu, dan setelah ditelusuri ada indikasi ketetapan ganda dan objeknya tidak ada, dengan kata lain objeknya tidak valid. Dengan adanya pengalihan pengelolaan PBB P2 dari pusat ke daerah tersebut diharapkan Kabupaten Blora bisa menggali dan memaksimalkan sumber-sumber penerimaan dan pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh daerah. Hal itu dikarenakan pemerintah daerah lebih mengetahui karakteristik wilayah serta wilayah objek wajib, sehingga mampu meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang secara tidak langsung akan berdampak terhadap kemajuan pembangunan daerah. Efektivitas merupakan suatu ukuran untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil tingkat efektivitas

26 8 yang dicapai maka kinerja aparatur penegak pajak kurang maksimal. Dalam hal tersebut diperlukan persiapan yang baik dan matang yang akan membuat besarnya pendapatan dan bangunan perkotaan di Kabupaten Blora. Kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga kontribusi yang dimaksud dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan oleh pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap besarnya pendapatan daerah. Mahmudi (2010) menyatakan bahwa jika potensi penerimaan pajak bumi dan bangunan semakin besar dan pemerintah daerah dapat mengoptimalkan sumber penerimaannya dengan meningkatkan target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan yang berlandaskan potensi sesungguhnya, hal ini dapat meningkatkan total hasil penerimaan daerah. Sehingga akan mengurangi ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Penelitian tentang efektivitas dan kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan asli daerah ini sudah pernah dilakukan oleh Kharisma Wanta Tarigan (2013), Indah Eunike Kakunsi (2013), Ni Putu Dian Damayanti dan I Putu Ery Setiawan (2014), dan Kurniawati Fitri (2014) mereka meneliti di tempat-tempat yang berbeda yaitu Kota Manado, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kota Denpasar dan Kota Pekanbaru. Mereka baru meneliti tentang pajak bumi dan bangunan pada saat masih dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP). Ada satu peneliti yang sudah meneliti tentang kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo, yaitu penelitian dari Surendro Nurbowono (2016). Akan tetapi ada keterbatasan dalam

27 9 penelitian Surendro (2016), yaitu dalam penelitian tersebut hanya melakukan perhitungan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan secara global tidak dihitung dengan lebih rinci. Maka dari itu penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya, yaitu dengan melakukan perhitungan efektivitas PBB perdesaan dan perkotaan secara lebih rinci. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Surendro Nurbowono (2016) yaitu pada objek penelitian, dimana penelitian ini dilakukan di Kabupaten Blora, sedangkan penelitian Surendro Nurbowono (2016) dilakukan di Kabupaten Sidoarjo. Kemudian ada perbedaan perhitungan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan dimana pada penelitian ini mengitung penerimaan yang berasal dari PBB perdesaan dan perkotaan, sedangkan penelitian Surendro Nurbowono menghitung kontribusi dengan Dana Bagi Hasil (DBH) sebagai acuan perhitungan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan merupakan hal yang menarik untuk deteliti karena PBB perdesaan dan perkotaan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan daerah dan pembangunan daerah untuk menetapkan Otonomi Daerah. Oleh karena itu perlu dianalisis efektivitas dan kontribusi penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul Efektifitas dan Kontribusi Pengalihan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora sebagai judul

28 10 penelitian, karena peneliti menganggap dengan dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dapat mempengaruhi Pendapatan Asli daerah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat efektivitas atas pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadapat peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora? 2. Bagaimana kontribusi pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian : 1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). 2. Untuk mengetahui kontribusi pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah.

29 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Hasil penelitian diharapkan memperluas pengetahuan penulis mengenai pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Blora. 2. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan refrensi oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan Efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora. 3. Bagi Akademik Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan dan masukan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sejenis. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, antara lain: BAB I : Pendahuluan Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi landasan teori dan hasil-hasil penelitian yang sejenis, serta kerangka teoritis yang menjadi dasar perumusan hipotesis.

30 12 BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan tahap-tahap penelitian. BAB IV: Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang pembahasan tingkat efektivitas dan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Blora. BAB V : Simpulan dan Saran Pada bab ini hanya merupakan bab penutup yang berisi simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, saran yang berkaitan dengan simpulan yang diperoleh.

31 Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teori Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah terdiri dari penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. UU tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah adalah memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Anggraini dan Puranto (2010) mengemukakan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, sumbersumber pendapatan daerah dapat dikelompokan sebagai berikut: 13

32 14 1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu: a. Pajak daerah terdiri dari: 1) Pajak propinsi 2) Pajak kabupaten/kota b. Retribusi daerah terdiri dari: 1) Retribusi jasa umum 2) Retribusi jasa uasaha 3) Retribusi perizinan tertentu c. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 2. Dana perimbangan, yaitu: a. Dana Bagi Hasil Pajak/ Bukan Hasil Pajak (SDA) 1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2) Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negri dan PPh pasal 21 4) Sumber Daya Alam terdiri dari Kehutanan, Perikanan, Pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi. b. Dana Alokasi Umum c. Dana Alokasi Khusus d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

33 Kendala Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan tetapi, saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya peningkatan penerimaan daerah, antara lain: 1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap. 2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat direspon secara negatif. Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah. 3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum 4) Berkurangnya dana bantuan dari pusat atau Dana Alokasi Umum yang tidak mencukupi 5) Belum diketahui potensi pendapatan asli daerah yang mendekati kondisi riil Pajak Daerah Pengertian Pajak Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara

34 16 langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Ciri-Ciri Pajak Daerah Ciri-ciri pajak daerah dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah. 2. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang. 3. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang atau peraturan hukum lainnya. 4. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik Jenis-jenis Pajak Daerah Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pembagian pajak daerah digolongkan menjadi dua: 1. Pajak daerah tingkat 1 atau Pajak Provinsi, terdiri atas: a. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air (PKB), adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air. b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air (BBNKB), adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perubahan sepihak atau kedaan yang terjadi

35 17 karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha. c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PPKB), adalah pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan diatas air. d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan/atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan rumah dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. e. Pajak rokok yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. 2. Pajak daerah tingkat II pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak hotel adalah pajak pelayanan yang disediakan oleh hotel. b. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. c. Pajak hiburan adalah pajak penyelenggara hiburan. d. Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame. e. Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dikenakan atas pengguna tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. f. Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan

36 18 sebaga usaha, termasuk penyedia tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. g. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. h. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan dan/atau pengusahaan burung walet. i. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dmiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan. j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan Tarif Pajak Daerah Kabupaten Blora menetapkan besarnya tarif pajak sebagai berikut: 1. Tarif pajak hotel menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 Tahun 2012 tentang pajak daerah ditetapkan sebesar 10% 2. Tarif pajak restoran menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 tentang pajak daerah ditetapkan sebesar 10 % 3. Objek dan besarnya tarif pajak hiburan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 tentang pajak daerah yaitu: a. Tarif pajak tontonan film ditetapkan sebesar 5% b. Tarif pajak kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya ditetapkan sebesar 20% c. Tarif pajak pameran ditetapkan sebesar 15%

37 19 d. Tarif pajak diskotik, karaoke dan klub malam ditetapkan sebesar 75% e. Tarif pajak sirkus, akrobatik dan sulap ditetapkan sebesar 10% f. Tarif pajak pacuan kuda, endaraan bermotor dan permainan ketangkasan ditetapkan sebesar 20% g. Tarif pajak panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran ditetapkan sebesar 20% h. Tarif pajak pertandingan olah raga ditetapkan sebesar 10% 4. Tarif pajak reklame menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25% 5. Tarif Pajak Penerangan jalan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 yaitu sebagai berikut: a. Tarif Pajak Penerangan Jalan untuk penggunaan tenaga listrik dari sumber lain: a. Oleh selain industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 9% (sembilan persen) b. Oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam ditetapkan sebesar 3% (tiga persen). b. Tarif pajak penerangan jalan untuk penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen) 6. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 25% 7. Tarif pajak parkir menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 20%

38 20 8. Tarif pajak sarang burung walet menurut Perda Kabupaten Blora No. 5 tahun 2012 ditetapkan sebesar 10% 9. Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan menurut Perda No. 6 tahun 2012 tentang pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan sebagai berikut : a. untuk objek pajak dengan NJOP sampai dengan Rp ,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebasar 0,1% (nol koma satu persen) per tahun b. untuk objek pajak dengan NJOP lebih dari Rp ,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 10. Tarif Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan menurut Perda No. 10 tahun 2011 ditetapkan sebesar 5% Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah iuran yang dikenakan terhadap pemilik, pemegang kekuasaan, penyewa dan yang memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan. Pengertian Bumi disini adalah termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya. Bumi menunjuk pada permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan/atau perairan dan digunakan sebagai tempat tinggal atau tempat berusaha. Menurut Siahaan (2009) untuk mempermudah pelaksanaan pengenaan PBB, Direktorat Jendral Pajak mengelompokan objek pajak berdasarkan karakteristiknya

39 21 ke dalam beberapa sektor, yaitu perdesaan, perkotaan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Hal ini sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor Kep-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Sektor pengenaan PBB tersebut adalah sebagaimana dibawah ini: a. Sektor perdesaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri perdesaan. b. Sektor perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki ciri-ciri daerah perkotaan. c. Sektor perdesaan dan perkotaan adalah objek PBB yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus perkotaan. d. Sektor perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam bidang budidaya perkebunan, baik yang diusahakan oleh BUMN/BUMD maupun swasta. e. Sektor kehutanan adalah objek PBB dibidang usaha yang menghasilkan komoditas hasil hutan. f. Sektor pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan komoditas hasil tambang Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan Pengalihan Pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Waluyo (2010) menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu mendapat perhatian tentang hal yang berkaitan dengan pengaturan pengalihan PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah antara lain:

40 22 1. Pasal 2 ayat (2) huruf j, bahwa PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu jenis pajak daerah yang dikelola oleh kabupaten/kota. 2. Pasal 180 angka 5 Undang-undang PBB yang terkecil dengan peraturan pelaksanaan mengenai perdesaan dan perkotaan masih tetap berlaku sampai dengan 31 Januari 2013, sepanjang belum ada Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan perdesaan dan perkotaan 3. Pasal 182 angka 1, Menteri Keuangan bersama-sama sengan Menteri Dalam Negri mengatur tahapan persiapan pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat 31 Desember Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah yang dikelola oleh kabupaten/kota paling lambat tahun Untuk perkebunan, perhutanan dan pertambangan tetap dikelola pleh Direktorat Jendral Pajak Per 2 Januari 2014 Kabupaten Blora telah resmi mengelola PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan peraturan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negri nomor 213/PMK.07/2010 dan nomor 58 tahun 2010 tentang Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. Tujuan pengalihan Pengelolaan PBB P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: 1. Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaran otonomi daerah 2. Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah)

41 23 3. Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah. 4. Memberikan kewenangan keapada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah dan 5. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah Asas Pajak Bumi dan Bangunan Mardiasmo (2009) menyebutkan Asas pajak Bumi dan Bangunan telah ditetapkan oleh undang-undang yaitu: 1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan 2. Adanya kepastian hukum 3. Mudah dimengerti dan adil 4. Menghindari pajak berganda Asas Pajak Bumi dan Bangunan telah di tentukan oleh undang-undang serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dasar Hukum PBB Perdesaan dan Perkotaan 1. UU No 12 Tahun 1985 tentang PBB 2. PP No 46 Tahun 1985 tentang persentase NJKP pada PBB 3. Kep. Menkeu No. 1002/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Pendaftaran Objek Pajak PBB 4. Kep. Menkeu No. 1003/KMK.04/1985 tentang Penentun Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagai Dasar Pengenaan PBB 5. Kep. Menkeu No. 1006/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Penagihan PBB dan Penunjukan Pejabat yang Berwenang Mengeluarkan Surat Paksa

42 24 6. Kep. Menkeu No. 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Pengalihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah TK 1 dan/atau Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah TK II 7. Peraturan Pelaksana Lainnya Regulasi Pemungutan PBB Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Blora Sebagai landasan hukum pemungutan PBB P2, Kabupaten Blora menetapkan PERDA Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan peraturan Bupati Blora Nomor 26 tahun 2013 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang telah melalui evaluasi oleh Kementerian Keuangan RI. Kabupaten Blora melaporkan kesiapannya untuk melaksanakan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaaan sebagai Pajak Daerah kepada Kementerian Keuangan dengan melampirkan Perda tentang SOP PBB P2 yang mengatur tata cara: 1. Pendaftaran objek baru 2. Pengajuan pembetulan SPPT 3. Pembatalan SPT 4. Pengajuan mutasi objek/subjek pajak 5. Pengajuan pengurangan 6. Pengajuan keberatan dan banding 7. Tata cara pembayaran

43 Objek Pajak Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan, yang termasuk dalam penegertian Bangunan adalah: a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek suatu bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut b. Jalan TOL c. Kolam renang d. Pagar mewah e. Tempat olah raga f. Galangan kapal, dermaga g. Taman mewah h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan i. Menara Objek Pajak Yang Tidak Kena Pajak Menurut UU No. 28 tahun 2009 objek pajak yang tidak dikenakan pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang: a. Digunakan oleh Pemerintah dan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan

44 26 b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang ibadah, sosial kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan itu d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasioanal, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak e. Digunakan untuk perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan Subjek Pajak dan Wajib Pajak Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah : Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

45 Tarif Pajak, Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak Dasar pengenaaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), berdasarkan pasal 1 angka 40 UU PDRD dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan NJOP adalah Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Dalam penjelasan pasal 79 ayat (1) UU PDRD ditentukan bahwa penetapan NJOP dapat dilakukan dengan : 1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual objek pajak dengan cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. 2. Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut. 3. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut. Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali oleh objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya. Selanjutnya penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah. Tarif Pajak

46 28 Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi 0,3% (nol koma tiga persen). Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Besaran Pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak. Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkan tarif pajak dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai Jual Tidak Kena Pajak sebesar Rp (sepuluh juta rupiah). Contoh : Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa: 1. Tanah seluas 600 m² dengan harga jual Rp ,00/m² ; 2. Bangunan seluas 300 m² dengan nilai jual Rp ,00/m² ; 3. Taman seluas 200 m² dengan nilai jual Rp ,00/m² ; 4. Pagar sepanjang 100 m dan tinggi rata-rata pagar 3 m dengan nilai jual Rp ,00/m². Besarnya pokok pajak yang terutang adalah: 1) NJOP Bumi : 600 Rp ,00 Rp ,00 2) NJOP Bangunan : (1) Rumah dan garasi : 300 Rp ,00 Rp ,00 (2) Taman : 200 Rp ,00 Rp ,00

47 29 (3) Pagar : (100 3) Rp ,00 Rp ,00 + Total NJOP Bangunan Rp ,00 NJOP Tidak Kena Pajak Rp ,00 Nilai Jual Bangunan Kena Pajak Rp ,00 + 3) NJOP Kena Pajak Rp ,00 4) Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam peraturan Daerah Kabupaten Blora menurut Perda No. 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah 0,1% 5) PBB terutang 0,1% Rp ,00 = Rp ,00 Jadi, NJOP yang dikenakan oleh Wajib Pajak A adalah sebesar Rp , Tahun Pajak Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP. Dalam pasal 1 angka 51 UU PDRD dijelaskan mengenai pengertian Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakn daerah. SPOP harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani dan

48 30 disampaikan kepada Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak. Berdasarkan SPOP, kepala daerah menerbitkan SPT. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak. Sesuai Pasal 84 ayat (2) UU PDRD diatur bahwa Kepala Daerah dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Surat Ketetapan Kepala Daerah adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang. Kepala Daerah dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut : a) SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran ; b) Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan Mahmudi (2010) menyatakan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan. Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

49 31 Formula untuk mengukur efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi penerimaan PBB P2 dengan target penerimaan PBB P2 : Efektivitas PBB P2 = x 100 % Sumber : Halim (2004) Tabel 2.1 Nilai Interpretasi Efektivitas Presentase (%) Kategori >100 Sangat efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif <60 Tidak efektif Sumber : Munir, dkk, Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan Mahmudi (2010) Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah periode tertentu dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula penerimaan pajak daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya perbandingannya terlalu kecil berarti peran pajak daerah terhadap PAD juga kecil.

50 32 Formula untuk mengukur kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan perkotaan terkait dengan perpajakan adalah perbandingan antara realisasi dan penerimaan PBB P2 dengan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah : Kontribusi PBB P2 = 100% Sumber : halim (2004) Tabel 2.2 Nilai Interpretasi Kontribusi Presentase (%) Kriteria 0,00 10 Sangat Kurang 10,10 20 Kurang 20,10 30 Sedang 30,10 40 Cukup Baik 40,10 50 Baik > 50 Sangat Baik Sumber : Munir, dkk, Penelitian Terdahulu Berikut di sajikan bebrapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pembeda dan pembanding dengan penelitian ini. Penelitian sebelumnya yaitu terkait dengan efektivitas dan kontribusi pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah akan disajikan dalam tabel dibawah ini:

51 33 Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Pengarang Judul Hasil Penelitian Surendro Nurbowono (2016) Kurniawati Fitri (2014) Ni Putu Dian Damaiyanti dan I Putu Ery Setiawan (2014) Indah Eunike Kakunsi (2013) Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) bagi Peningkatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo Dampak Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 terhadap Penerimaan PBB di Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota Pekanbaru Anlisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpasar tahun Analisis Pelaporan dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas PPKAD Kabupaten Kepulauan Sangihe 1. Pelimpahan kewenangan PBB- P2 bila dilihat dari jumlah nominal uang yang masuk maupun pencapaian target jauh lebih baik ketika telah ditangani oleh Pemerintah Daerah Sidoarjo 2. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Sidoarjo mengalami kenaikan yang signifikan utamanya pasca peralihan PBB-P2 dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Berlakunya UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah membawa konsekuensi kepada bertambahnya jenis Pajak Kabupaten/Kota. Hanya 2 sektor PBB yang pengelolaannya dialihkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, yaitu sektor Perdesaan dan Perkotaan. Manfaat pengalihan pengelolaan PBB-P2 diharapkan mampu meningkatkan PAD terkait dengan keseluruhan pendapatan masuk ke kas pemda. Tingkat efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun dikatakan sangat efektif dengan persentase melebihi 100 persen dan tingkat kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2009 sampai dengan 2013 dikatakan kurang dengan persentase dibawah 50 persen 1. Pelaporan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah dilakukan dengan baik dimana semua mekanisme sudah terselesaikan sebelum tanggal jatuh tempo dan dapat dilaporkan kepusat dengan

52 34 Kharisma Wanta Tarigan (2013) Sumber : diolah peneliti Analisi Efektivitas dan Kontribusi PBB terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota Manado target pencapaian 100% sehingga memperoleh insentif dari pemerintah pusat. 2. Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan yang diterima oleh Kabupaten Kepulauan Sangihe melalui dana perimbangan yang ditransfer oleh pemerintah pusat sejak tahun sudah menunjukan nilai yang terus meningkat dengan rata-rata 3,99% selama 5 tahun terakhir, walaupun dalam pemungutanya masih sering terjadi permasalahan seperti adanya penetapan double, adanya objek pajak terutang namun tidak ada penetapan, adanya penetapan pajak terutang yang tidak ada objeknya dan sering terjadinya keadaan force major atau bencana alam. 1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari terus mengalami peningkatan kecuali Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Kota Manado dinilai sudah efektif karena persentasenya diatas 90%. Aka tetapi jika pemungutan atau target yang diberikan terealisasi dengan baik, PBB pemungutanya termasuk dalam kategori. Hal tersebut dilihat dari sumber kepmendagri No tahun Kontribusi pajak Bumi dan Bangunan dari data 4 (empat) tahun terakhir tahun , yaitu persentase rata-rata 5%, kecuali pada tahun 2010 yaitu 6%.

53 Kerangka Konseptual Berdasarkan dasar teori yang telah dikemukakan bahwa salah satu upaya pemerintah daerah membiayai daerahnya adalah melalui penerimaan pajak khususnya Pajak Bumi dan bangunan (PBB). Untuk mendukung kebijakan otonomi daerah, maka dilakukan pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konseptul peneliti dapat digambarkan sebagai berikut:

54 36 GAMBAR 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL PBB PERDESAAN dan PERKOTAAN TARGET REALISASI perbandingkan EFEKTIVITAS KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH

55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat Deskriptif yaitu penelitian yang mengumpulkan data, mengungkapkan, memaparkan, dan menginterpretasikan data. 3.2Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora. Penulis memilih Kabupaten Blora dengan pertimbangan bahwa saat ini sedang dalam pengembangan sehingga banyak infrastruktur yang baru dibangun yang tentunya akan menambah pendapatan daerah secara khusus melalui pajak bumi dan bangunan.adapun waktu penelitian yang dilakukan pada periode tahun Jenis dan Sumber Data Data merupakan sekumpulan fakta atau fenomena yang dicatat melalui pengamatan langsung (observasi) dan survei (Indrianto dan Supomo, 2009). Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak dipenuhi dalam suatu penelitian. Jenis data yang tersedia harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Jenis data terdiri dari jenis data: 1. Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak berwujud angka, berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi. 37

56 38 2. Data kuantitatif Bungin (2011), data kuantitatif adalah data yang berwujud angka, berup data-data keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Indrianto dan Supomo (2009) menyatakan bahwa sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data terdiri atas : 1. Data primer Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Pada penelitian ini data-data yang termasuk dalam data primer diantaranya berupa hasil wawancara dengan pihak internal perusahaan. 2. Data sekunder Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), yang termasuk data sekunder dari penelitian ini diantaranya berupa tabel target dan realisasi pajak bumi dan bangunan, beserta lampirannya. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah dengan jalan melihat, membaca, mempelajari kemudian mencatat data yang sudah ada hubungannya dengan objek penelitian. Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumentasi atau data yang mendukung penelitian seperti total PAD dan penerimaan pajak bumi dan bangunan.

57 Metode Wawancara Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung data yang dibutuhkn kepada seseorang yang berwenang. Dalam wawancara ini yang menjadi responden adalah staf atau pegawai Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora bagian pajak daerah terutama pajak bumi dan bangunan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaaan mengenai pajak bumi dan bangunan seperti faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak bumi dan bangunan, kendala dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan. 3.5 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan data sekunder yang dilakukan untuk mengukur suatu fenomena penelitian dengan menggunakan indikator rasio keuangan daerah, yang digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai mekanisme penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Blora. Dari data kuantitatif serta untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka menuju kemandirian daerah. Adapun langkah menganalisis data adalah sebagai berikut : 1. Mencari data target pajak bumi dan bangunn 2. Mencari data realisasi pajak bumi dan bangunan 3. Menghitung pertumbuhan pajak bumi dan bangunan

58 40 4. Menghitung efektivitas pajak bumi dan bangunan Besarnya peningkatan efektivitas pajak bumi dan bangunn dapat dihitung dengan rumus : Efektivitas = 100% Sumber : Halim, Menghitung kontribusi pajak bumi dan bangunan Kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Kontribusi = Sumber : Halim, Menganalisis perbandingan antara realisasi dan target pertumbuhan, efektivitas dan kontribusi pajak bumi dan bangunan. Untuk mengetahui apakah suatu pemungutan pajak dikatakan efektif dan memiliki kontribusi harus diperlukan suatu kriteria sebagai tolak ukur mengetahui tingkat keefektifan dan kontribusi suatu pajak. Maka kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

59 41 Tabel 3.1 Interpretasi kriteria efektivitas Presentase (%) Keterangan >100 Sangat efektif Efektif Cukup efektif Kurang efektif <60 Tidak efektif Sumber : Munir, dkk, 2004 Dari tabel tersebut menunjukan bahwa apabila presentase yang dicapai lebih dari 100 persen berarti sangat efektif. Jika presentase antara 90% dan 100% berarti efektif, dan presentase 80% sampai 90% berarti cukup efektif serta presentase 60% smpai 80% berarti kurang efektif begitupun presentase kurang dari 60% yang berarti tidak efektif. Tabel 3.2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Presentase Kriteria 0,00 10 Sangat Kurang 10,10 20 Kurang 20,10 30 Seddaang 30,10 40 Cukup Baik 40,10 50 Baik > 50% Sangat Baik Sumber : Munir, dkk, 2004

60 42 Dari tabel tersebut menunjukan bahwa apabila presentase yang dicapai 0,00% sampai 10% berarti sangat kurang,jika presentase 10,10% sampai 20% berarti kurang, jika presentase 30,10% sampai 40% berarti cukup baik dan presentase 40,10% sampai 50% berarti baik, serta yang terakhir yaitu presentase diatas 50% berarti tingkat kontribusi sangat baik.

61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Blora Letak Geografis Kabupaten Blora Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara s/d Bujur Timur dan di antara s/d Lintang Selatan. Secara administratif terletak di wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) di sisi timur Propinsi Jawa Tengah. Jarak paling jauh dari barat ke timur adalah 58 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan 58 km. Secara administratif di sebelah utara Kabupaten Blora berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati, di sebelah timur dengan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur), di sebelah selatan dengan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) dan di sebelah barat dengan Kabupaten Grobogan. Luas wilayah Kabupaten Blora adalah, 1.820,59 km² ( ,3077) atau sekitar 5,5 persen luas wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora memiliki wilayah dengan ketinggian terendah dpl dan tertinggi 500 dpl. Kabupaten Blora diapit oleh pegunungan Kendeng Utara dan Selatan dengan susunan tanah 56 persen gromosol, 39 persen mediteran, dan 5 persen aluvial. Kabupaten Blora dengan luas wilayah 1820,59 km², terbesar penggunaan arealnya adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, yakni 49,66 %, tanah sawah 25,38 % dan sisanya digunakan sebagai pekarangan, tegalan, waduk, perkebunan rakyat dan lainlain yakni 24,96% dari seluruh penggunaan lahan. Untuk jenis pengairan di Kabupaten Blora, 12 Kecamatan telah memiliki saluran irigasi teknis, kecuali 43

62 44 Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan dan kecamatan Japah yang masing-masing memiliki saluran irigasi setengah teknis dan tradisional. Waduk sebagai sumber pengairan baru terdapat di tiga Kecamatan Tunjungan, Blora dan Todanan disamping dam-dam penampungan air di Kecamatan Ngawen, Randublatung, Banjarejo, Jati dan Jiken. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora. Pada subsektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa. Kabupaten Blora juga memiliki kandungan minyak bumi yang melimpah, yaitu daerah Blok Cepu yang ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Jumlah kecamatan di Kabupaten Blora adalah 16 kecamatan yang terdiri dari 271 desa dan 24 kelurahan. Beberapa kecamatan tersebut antara lain Blora, Todanan, Kunduran, Japah, Ngawen, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Sambong, Bogorejo, Cepu, Kedungtuban, Randublatung, Kradenan dan Jati. Keseluruhan terdiri dari 941 dusun, RW dan RT. Enam kecamatan memiliki wilayah kelurahan (Randublatung, Cepu, Jepon, Blora, Ngawen dan Kunduran). Kecamatan Ngawen memiliki desa/kelurahan terbanyak (27 desa dan 2 kelurahan) sedangkan Kecamatan Sambong dan Kradenan memiliki desa/kelurahan paling sedikit masing-masing dengan 10 desa. Penduduk Kabupaten Blora sampai dengan bulan Dsmbr 2016 adalah juwa dengan jumlah kepala keluarga KK. Dengan luas wilayah 1.799,4 km² maka kepadatan penduduk per kilometer persegi 554 jiwa. Dngan laju prtumbuhan penduduk 1.01 per tahun. Jumlah penduduk laki-laki jiwa.

63 45 Jumlah penduduk permpuan jiwa sehingga rasio sex 100. Angka ketergantungan 0,49 angka perkawinan kasar 545 angka perkawinan umum 744 angka perceraian kasar 10 angka cerai umum 13,6 dan jumlah kelahiran jiwa Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora a. Sejarah Singkat Sebagaimana diketahui bahwa dengan telah terbitnya PP No. 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah maka di lingkungan Pemerintah Daerah seluruh Indonesia, khususnya Pemerintah Kabupaten telah dirumuskan untuk membentuk lembaga atau institusi baru. Institusi ini dalam bentuk dinas daerah dimana posisinya berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekertaris Daerah. Di Blora sendiri telah ditentukan mengenai perumpunan urusan pemerintahan dimana sesuai dengan ketentuan pasal 22 ayat (4) huruf L dari PP No. 41 tahun 2007 untuk urusan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah harus berbentuk Dinas, dan sesuai dengan Pemendagri No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah harus disebut Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora. Dengan demikian lambang BPPKAD Kabupaten Blora adalah lambang yang baru pertama kali ada di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Blora, yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 7 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Blora, telah berdiri sejak tanggal 19 November Namun demikian secara riil baru melakukan tugasnya pada tanggal

64 46 14 Februari Sejak serah terima dari lembaga / institusi lama, yang disebut dengan Dipenda (Dinas Pendapatan Daerah) Kabupaten Blora. dengan demikian, maka tidak ada kaitan sama sekali antara Dinas yang lama dengan Dinas Daerah yang baru. Secara implisit, BPPKAD merupakan unit kerja yang di dalamnya mencakup bidang Pekerjaan Pendapatan Daerah, Keuangan Daerah, dan Aset Daerah sesuai dengan PP No. 41 tahun 2007 tadi Visi dan Misi BPPKAD Kabupaten Blora Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, BPPKAD Kabupaten Blora mempunyai Visi dan Misi yang merupakan pemandu arah, guna menciptakan persatuan dan kesatuan gerak bersama bagi seluruh jajaran personil pada BPPKAD Kabupaten Blora, dalam pelaksanaan tugas dan tercapainya tujuan organisasi. 1) Visi Mewujudkan Institusi Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang Profesional, Tertib, Transparan, Akuntanbel dan Kredibel 2) Misi 1. Meningkatkan Pendapatan Daerah melalui Intensifikasi, Eksentifikasi dan Diversifikasi 2. Mewujudkan sistem Pengelolaan Keuangan Daerah yang berbasis kinerja 3. Memantapkan tata kelola Anggaran yang berorientasi pada hasil 4. Menyajikan Laporan Keuangan yang Akuntabel sehingga dapat memperoleh opini / predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 5. Mewujudkan Pengelolaan Aset Daerah yang tertib dan berkesinambungan

65 47 3) Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai peraturan Bupati Blora Nomor 53 tahun 2016, tugas pokok Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora yaitu melaksanakan sebagian tugas Bupati di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. Dalam melaksanakan tugas Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai fungsi : 1. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya 2. Melaksanakan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya 3. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya 4. Melaksanakan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi-fungsi pengajuan urusan pemerintah daerah sesuai dengan lingkup tugasnya 5. Melaksanakan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan fungsinya Struktur Organisasi BPPKAD Kabupaten Blora Struktur organisasi Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 11 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Blora. Serta peraturan Bupati Blora Nomor 53 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora.

66 48 Susunan Organisasi Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terdiri dari : 1) Kepala Dinas : Komang Gede Irawadi SE, M.Si 2) Kepala UPT Pendapatan Wil. 1 : Moh. Ikhsan, SE, M.Si (1) Kepala TU UPT Pendapatan wil. 1 : Dwi Setyawanto, SE, MM 3) Kepala UPT Pendapatan Wil. II : Arif Sustiyanto, SE, M.Si (1) Ketua TU UPT Pendapatan Wil. II : Tarmidi, S.Sos 4) Kepala UPT Pendapatan Wil. III : Widarto, SE (1) Kepala TU UPT Pendapatan Wil. III : Sri Sumarwiyati, SE 5) Kepala UPT Pendapatan Wil. IV : Mulyadi, S.Sos, M.Si (1) Kepala TU UPT Pendapatan Wil. IV : Mulyono, S.Sos 6) Sekertaris : Catur Agus Irianto, S.Sos, MSi (1) Kasubbag Program : Hernawati, BA, SH (2) Kasubbag Keuangan : Jarwati, SP (3) Kasubbag Umum dan Kepegawaian : Sri Seri Handayaningsi, SE 7) KABID. Perencanaan Pendaftaran dan Penetapan : Sunaryo, S.Pd, M.Si (1) Kasubbid Perencanaan dan Penggalian Potensi : S. Muridino M, S.Pd (2) Kasubbid Pendaftaran, pendataan dan Penilaian : Tatik Rohayati, SH, M.Si (3) Kasubbid Pelayanan dan Penetapan : Herdina Ratiana K, SE, M.Si 8) KABID. Penagihan, Keberatan dan Pelaporan : Suhari, SE, M.Si (1) Kasubbid Pengendalian dan Keberatan : Ahmad Hudhil Khoiri, SE, M.Si (2) Kasubbid penagihan : Sugihartono, S.Sos (3) Kasubbid Evaluasi dan Pelaporan PAD : Ahmad Nafik Udin, SE, M.Si

67 49 9) KABID. Anggaran : A.S. Nugrahanto, ST, M.SE, M.Sc (1) Kasubbid Perencanaan dan Anggaran : Sulistyo Nugroho, SE (2) Kasubbid Otorisasi Anggaran : Ahmad Suwarta, SE, Mec.Dev (3) Kasubbid Pengendalian Anggaran : Triyanto, SE, MM 10) KABID. Perbendaharaan dan Pengelolaan Belanja : Endro Budi Darmawan, SE, M.Si (1) Kasubbid Pengelolaan Belanja Tak Langsung dan Pembiayaan : Wididi Rustan, SE, M.Si (2) Kasubbid Pengelolaan Belanja Langsung : Ahmad Bisri, SH (3) Kasubbid Perbendaharaan dan Kas Daerah : M. Nur Kholis, SE 11) KABID. Akuntansi dan Pelaporan : Farida Ernawati, SE, MM (1) Kasubbid Verifikasi : Rusdiana, SE (2) Kabbid Akuntansi, Pengelolaan Utang dan Piutang : Susi Widyorini, SE, Akt, MM (3) Kasubbid Penyusunan Laporan Keuangan Daerah : Sarju, Se 12) KABID. Aset Daerah : Agus Waluyojati, SP (1) Kasubbid Pendataan dan Inventarisasi : Sri Widyaningsih, S.Si, M.Si (2) Kasubbid Pengelolaan Aset Daerah : Mursid Budijanto, SE (3) Kasubbid Penilaian dan Pengawasan : Sumaryono, SE, Mec.Dev

68 50 Struktur Organisasi Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora (peraturan Bupati Blora Nomor 53 Tahun 2016) Kelompokjabatan fungsional Kepala BadanKomang Gede Irawadi, SE, M.Si Sekertaris Catur Agus Irianto, S.Sos, M.Si Kasubbag Program Hernawati, BA, SH Kasubbag Keuangan Jarwati, SP Kasubbag Umum dan Kepegawaian Sri S. Handayaningsih, SE KABID. Perencanaan pendaftaran dan penetapan Sunaryo, S.Pd, M.Si KABID. Penagihan keberatan dan pelaporansuh ari, SE, M.Si KABID. Anggaran A.S. Nugrahanto, ST, M.SE, M.Sc KABID. Perbendaharaan dan pengelolaan belanja Endro Budi Darmawan, SE.M.Si KABID. Akuntansi dan pelaporan Farida Ernawati, SE,MM KABID. Aset daerahagus Waluyojati, SP Kasubbid perencanaan dan Penggalian Potensi S. Murdiono M, S.Pd Kasubbid Pengendalian dan Keberatan Ahmad Hudhil Khoiri, SE Kasubbid perencanaan anggaran Sulistyo Nugroho, SE KasubbidPengelol aan Belanja Tak Langsung & Pembiayaan W. Rustam, SE, M.Si Kasubbid Verifikasi Rusdiana, SE Kasubbid Pendapatan dan InventarisasiSri Widayaningsih, S.Si, M.Si Kasubbid Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Tatik Rohayati, SH, M.Si Kasubbid Penagihan Sugihartono, S.Sos Kasubbid Otorisasi Anggaran Ahmad Suwarta, SE, Mec.dev Kasubbid PengelolaanBelanj a Langsung Ahmad Bisri, SH Kasubbid Akuntansi, Pengelolaan Utang & Piutang Susi Widyorin, SE, Akt, MM Kasubbid Pengelolaan Aset Daerah Mursyid Budijanto, SE Kasubbid Pelayanan dan Penetapan Herdina Ratna, SE, M.Si Kasubbid Evaluasi dan Pelaporan PAD A. Nafik Udin, SE, M.Si Kasubbid Pengendalian Anggaran Triyanto, SE, MM Kasubbid Perbendaharaan dan Kas Daerah M. Nur Kholis, SE Kasubbid Penyusunan Laporan Keuangan Daerah Sarju, SE Kasubbid Penilaian dan Pengawasan Sumaryono, SE, Mec.Dev Kepala UPT Pendapatan Wil. I Moh. Iksan,SE, M.Si Kepala UPT Pendapatan Wil. II Arif Sustyanto, SE, M.Si Kepala UPT Pendapatan Wil. IIIWidarto, SE Kepala UPT Pendapatan Wil. IV Mulyadi, S.Sos Kepala TU UPT Pendapatan Wil. I Dwi Setyanto, SE, MM Kepala TU UPT Pendapatan Wil. II Tarmidi, S.Sos Kepala TU UPT Pendapatan Wil. III Sri Sumarwiyati, SE Kepala TU UPT Pendapatan Wil. IV Mujiyono, S.Sos Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kabupaten Blora

69 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Kabupaten Blora Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan merupakan salah satu pajak negara yang dalam pengelolaannya perlu peningkatan dalam rangka penerimaan negara berdasarkan keadaan dan potensi masyarakat serta melalui usahausaha kegiatan pengelolaan yang baik dan profesional berdasarkan fungsi-fungsi manajemen. Adapun pengelolaan yang dilakukan yaitu melalui usaha-usaha perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Pemerintah daerah Kabupaten Blora, tertarik mengenai pengelolaan pajak utamanya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan ditangani langsung oleh Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Badan tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pendapatan daerah salah satunya yaitu Pajak Bumi dan Bangunan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan penegertiannya pengelolaan merupakan serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pengelolaan sama halnya dengan manajemen sehingga pengelolaan dipahami sebagai suatu proses membeda-bedakan atas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. 4.3 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun Pendapatan Asli Daerah adalah hak dari Pemerintah Daerah yang diakui sebagai nilai kekayaan bersih dalam periode tahun yang bersangkutan. PAD bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk

70 52 menandai pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber penerimaan daerah Kabupaten Blora. Sumber PAD Kabupaten Blora terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah. Berikut adalah hasil dari laporan realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Blora tahun : Tabel 4.1 Sumber-sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun (Dalam Milyar) Uraian Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sumber : Badan Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Blora Dapat dilihat dari tabel 4.1 bahwa terjadi peningkatan sumber-sumber penerimaan pendapatan asli daerah Kabupaten Blora dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yaitu pendapatan pajak daerah dan lain-lain PAD yang sah. Sedangkan pendapatan retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami penurunan.

71 53 Pada sumber pendapatan pajak daerah, penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 2015 dan terendah pada tahun Peningkatan dari tahun adalah sebesar Rp yang merupakan peningkatan terendah, sedangkan pada tahun meningkat sebesar Rp merupakan peningkatan tertinggi selama periode waktu 4 (empat) tahun. pada tahun meningkat sebesar Rp Sumber penerimaan kedua yaitu pendapatan retribusi daerah yang meningkat pada tahun meningkat sebesar Rp sedangkan pada tahun meningkat sebesar Rp yang menjadi peningkatan terbesar dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. Pada tahun mengalami penurunan sebesar Rp Sumber penerimaan ketiga yaitu berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami peningkatan secara fluktuatif. Pada tahun mengalami peningkatan sebesar Rp tahun selanjutnya meningkat sebesar Rp pada tahun Pada tahun mengalami penurunan sebesar Rp yang merupakan penurunan pertama sejak 4 (empat) tahun. Sumber penerimaan pendapatan asli daerah yang terakhir yaitu lain-lain PAD yang sah. Pada tahun mengalami penurunan sebesar Rp selanjutnya meningkat sebesar Rp pada tahun yang merupakan peningkatan terbesar dalam kurun waktu 4 (empat) tahun. Dan pada tahun selanjutnya yaitu meningkat sebesar Rp

72 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tingkat efektivitas pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di kabupaten Blora dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel dengan target penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. Perhitungan tingkat efektivitas merupakan salah satu hal penting dalam penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, karena dengan mengetahui seberapa besar efektivitas pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, maka pemerintah Kabupaten Blora dapat mengetahui seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah dicapai dalam proses penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora. Perhitungan efektivitas merupakan salah satu hal penting dalam penerimaan pajak buni dan bangunan perdesaan dan perkotaan. Karena dengan mengetahui seberapa besar efektivitas pajak bumi dan bangunaperdesaan dan perkotaan, pemerintah Kabupaten Blora dapat mengetahui seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah dicapai dalam proses penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora. Perhitungan ini bisa dijadikan tolak ukur oleh pemerintah dalam proses penerimaan pajak daerah terutama pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. Hal ini dimaksudkan supaya penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan semakin bertambah, serta tingkat efektivitasnya juga akan bertambah. Jika tingkat efektivitas dapat dihitung dan diketahui, maka hal ini dapat dijadikan dasar sebagai bahan pembelajaran pihak-pihak terkait sebagai dasar dalam

73 55 prosedur pengambilan keputusan terutama mengenai pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang ada di Kabupaten Blora. Berikut ini efektivitas pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora pada tahun yang disajikan dalam tabel 4.2. Tahun Tabel 4.2 Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap PAD Kabupaten Blora Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektivitas (%) , ,86 Rata-rata ( ) 106, , ,07 rata-rata ( ) 117,21 Rata-rata total 112,09 Kriteria Efektivitas Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sangat efektif Sumber : Badan pengelolaan pendapatan keuangan dan aset daerah Kabupaten Blora, data diolah Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui dan dianalisis bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora tahun berada di kriteria sangat efektif untuk periode 4 (empat) tahun. Dengan presentasi diatas 100% termasuk ke dalam kriteria sangat efektif. Sedangkan efektivitas tertinggi pada tahun 2014, yaitu pada saat PBB perdesaan dan perkotaan dikelola pemerintah Kabupaten Blora. Besarnya tingkat efektivitas tersebut yaitu 126,80% dengan kriteria nilai interpretasi sangat efektif. Efektivitas terendah terjadi pada tahun 2012 dengan presentase 101,08%. Walaupun demikian tahun 2012 masih

74 56 berada di kriteria sangat efektif karena presentasenya lebih dari 100%. Penentuan presentase kriteria efektivitas dilihat dari tabel 3.1. Jika dianalisis setiap tahun, maka tahun terjadi peningkatan efektivitas sebesar 11,78%. Berikutnya pada tahun mengalami peningkatan sebesar 13,94%. Setelah itu pada tahun terjadi penurunan sebesar 19,73% yang merupakan penurunan satu-satunya selama periode 4 (empat) tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun yang merupakan tahun pertama dilakukanya pengalihan pengelolaan PBB-P2 dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah Kabupaten Blora. Kenaikan tingkat efektivitas PBB perdesaan dan perkotaan seperti halnya di tahun tahun dikarenakan bertambahnya jumlah subjek dan objek pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan dan meningkatnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pajak tanah dan bangunan. Sedangkan penyebab dari penurunan tingkat efektivitas seperti pada tahun salah satunya adalah masih belum terbayarnya tunggakan piutang PBB- P2 dari tahun-tahun sebelumnya ketika masih dikelola oleh DJP. Pemerintah Kabupaten Blora mendapat limpahan piutang dari Pemerintah Pusat, berikut merupakan tabel tunggakan piutang yang belum terbayarkan selama periode tahun sebagai berikut :

75 57 Tabel 4.3 Tunggakan Piutang PBB-P2 tahun Tahun Jumlah Tunggakan Piutang Sumber : BPPKAD Kabupaten Blora Penyebab timbulnya tunggakan pada tahun 2012 dan 2013 pada saat masih dikelola oleh Pusat antara lain rekonsiliasi data objek PBB antara KPP Pratama dengan BPPKAD belum memadai, pemuktahiran data peralihan kepemilikan objek pajak melalui proses kantor notaris PPAT dan pembayaran PBB terutang lewat perbankan perlu diintergerasikan dengan database BPPKAD, dan karakteristik wajib pajak yang dipengaruhi oleh kesadaran dalam membayar PBB. Sedangkan tunggakan yang terjadi pada tahun 2014 dan 2015 disebabkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) tidak dapat disampaikan kepada wajib pajak, karena wajib pajak tidak diketahui keberadaanya atau wajib pajak berdomisili diluar kota sehingga wajib pajak tidak dapat ditemui. Dan masalah yang kedua yaitu SPPT PBB sudah disampaikan kepada wajib pajak tetapi tidak dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran wajib pajak mengenai pentingnya membayar PBB.

76 58 Walaupun terjdi penurunan tersebut, tingkat efektivitas lebih dari 100%. Kriteria sangat efektif menjadikan angin segar bagi pemerintah kabupaten yang mengelola pajak daerah. Hal ini menunjukan pada dasarnya BPPKAD Kabupaten Blora dalam segi penerimaan pajak sudah sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembangunan Kabupaten Blora dari tahun ke tahun mendorong perkembangan penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan sehingga memberikan pemasukan yang lebih besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Blora. 4.5 Kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Terhitung 2 Januari 2014 PBB perdesaan dan perkotaan resmi dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Blora dan menjadi pajak daerah. Penerimaan pendapatan PBB perdesaan dan perkotaan tersebut mulai tahun 2014 telah berkontribusi langsung terhadap pos realisasi Pajak Daerah dan PAD Kabupaten Blora. Kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan Blora terhadap Pajak Daerah dan PAD Kabupaten Blora dapat dilihat pada tabel berikut :

77 59 Tabel 4.3 Kontribusi PBB Perdesaan dan Perkotaan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora Tahun No Tahun Realisasi PAD (Rp) Realisasi PBB-P2 (Rp) Kontribusi PBB-P2 Terhadap PAD (%) Kriteria Kontribusi ,52 Sangat Kurang ,70 Sangat Kurang Rata-rata ( ) 8,11 Sangat Kurang ,17 Sangat Kurang ,80 Sangat Kurang Rata-rata ( ) 5,98 Sangat Kurang Rata-rata total 7,04 Sangat Kurang Sumber : Badan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora, data diolah Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 memberikan angka kontribusi paling tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, angka ini juga masih memasuki kriteria sangat kurang jika dilihat berdasarkan tabel kriteria kontribusi karena masih dibawah 10%. Sedangkan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan dengan angka terendah berada pada tahun 2015 dengan angka 5,80%. Angka ini juga masuk dalam kriteria sangat kurang karena berada di presentase 0,00%-10% jika dilihat menurut tabel klasifikasi kriteria kontribusi pada tabel 3.2.

78 60 Secara keseluruhan dari tahun angka kontribusi pajak menunjukan angka dibawah 10%. Ini berarti, kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan Kabupaten Blora terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih dalam kriteria sangat kurang yang berada dalam presentase 0,00%-10%. Jika dilihat berdasarkan indeks setiap tahunnya. Maka di tahun mengalami peningkatan kontribusi sebesar 1,45%. Berikutnya di tahun mengalami penurunan kontribusi sebesar 2,53%. Kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun dengan penurunan kontribusi sebesar 0,37%. Seperti halnya dengan efektivitas, kenaikan atau penurunan kontribusi ini pada dasarnya di pengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Contohnya penurunan yang terjadi pada tahun , pada tahun tersebut Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blora belum tertata rapi karena pada tahun tersebut merupakan tahun pertama pemerintah daerah Kabupaten Blora menerima pengalihan pengelolaan PBB perdesaan dan perkotaan dari pemerintah pusat. Sehingga kesiapan pemerintah daerah Kabupaten Blora belum sepenuhnya optimal dalam rangka mengelola PBB perdesaan dan perkotaan yang dialihkan ke pemerintah daerah Kabupaten Blora. Rata-rata penerimaan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan tertinggi pada tahun dengan persentase sebesar 8,11%. Yang artinya pengelolaan PBB perdesaan dan perkotaan lebih berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Blora pada saat dikelola oleh pemerintah pusat, walaupun masih berada dalam kriteria nilai interpretasi kontribusi sangat kurang.

79 61 Dengan semakin bertambahnya objek PBB perdesaan dan perkotaan setiap tahunnya, di harapkan menjadi potensi yang besar terhadap penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan. Tetapi, pada kenyataanya yang ada di lapangan kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Blora masih berada di kriteria sangat kurang. Pencapaian penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan yang melebihi target belum tentu bisa menjamin kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan bisa berada di kategori baik. Ini dikarenakan, kontribusi berhubungan erat dengan porsi atau dana atau jumlah dana yang terkumpul dari sektor pajak di suatu daerah yang dibandingkan dengan jumlah total pendapatan daerah atau bisa juga dibandingkan dengan APBN dan APBD. 4.6 Dampak Pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan Pengalihan pengelolaan PBB Perdesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah merupakan suatu tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan pengalihan pengelolaan PBB perdesaan dan perkotaan ke Pemerintah Daerah, tentunya akan menimbulkan dampak baik secara fiskal maupun secara sosiologis. 1. Dampak secara fiskal a. Pemerintah daerah memiliki kewenangan penuh untuk mengelola PBB perdesaan dan perkotaan di daerahnya masing-masing. Sehingga upayaupaya peningkatan penerimaan pajak yang bersumber dari PBB perdesaan

80 62 dan perkotaan dapat terus ditingkatkan, baik secara intensifikasi maupun secara ekstensifikasi. b. Permasalahan yang ada dimasyarakat dapat diproses secara langsung tanpa menunggu keputusan dari pemerintah pusat. Data objek dan subjek pajak secara bertahap dapat diperbarui sesuai dengan kondisi lapanga, sehingga akurasi dapat tajam. Seperti : data objek pajak atau subjek pajak yang ganda, objek pajak atau subjek pajak yang tidak terdata, objek pajak atau subjek pajak yang tidak sesuai dengan kondisi nyata dan pengenaan pajak atas fasilitas umum yang seharusnya tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan. c. Pada saat PBB perdesaan dan perkotaan dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten / Kota hanya mendapatkan bagian sebesar 64,8% namun setelah pengalihan ini, semua pendapatan dari sektor PBB perdesaan dan perkotaan akan masuk ke dalam kas Pemerintah Daerah. d. Akurasi data objek dan subjek PBB perdesaan dan perkotaan akan semakin meningkat karena Pemerintah Daerah lebih menguasai wilayahnya dibandingkan dengan PemerintahPusat. 2. Dampak secara sosiologis a. Masyarakat lebih mudah untuk melakukan pembayaran yang berurusan dengan PBB perdesaan dan perkotaan, tidak perlu lagi ke kantor KPP pratama sebagai perwakilan kantor pajak pusat, tetapi cukup ke satuan kerja di Kabupaten / Kota yang ditunjuk untuk mengelola PBB perdesaan dan perkotaan.

81 63 b. Terdapat perbedaan tarif pajak dan nilai jual onjek pajak tidak kena pajak atau NJOPTKP pada saat dikelola oleh pemerintah pusat dan setelah dikelola oleh pemerintah daerah. Pada saat dikelola oleh pemerintah pusat tarif yang dikenakan adalah tarif tunggal 0,5%, sedangkan tarif yang dikenakan setelah dialihkan ke pemerintah daerah adalah paling tinggi 0,3%. Untuk tarif PBB perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Blora ditetapkan sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dari dasar pengenaan PBB perdesaan dan perkotaan sesuai PERDA Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan artinya tarif yang dikenakan akan disesuaikan dengan kebijakan masingmasing pemerintah daerah. Demikian juga dengan NJOPTKP saat PBB perdesaan dan perkotaan dikelola oleh pemerintah pusat ditetapkan paling tinggi Rp setiap wajib pajak, sedangkan setelah dialihkan ke pemerintah daerah ditetapkan paling rendah Rp setiap wajib pajak. Dengan perbedaan pengenaan NJOPTKP dan tarif ini, maka pengenaan pajak terutang pun akan berbeda. c. Setelah pengalihan pengelolaan ke pemerintah daerah, tagihan PBB masyarakat yang masih terhutang tidak serta merta dihapuskan, akan tetapi tetap terdaftar sebagai hutang yang harus dilunasi.

82 Kendala BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kendala atau faktor penghambat BPPKAD dalam mengoptimalkan penerimaan dari sektor PBB perdesaan dan perkotaan adalah sebagai berikut : 1. Data dari DJP yang tidak lengkap atau tidak sesuai kondisi lapangan 2. Adanya Nomor Objek Pajak (NOP) ganda 3. Objek pajak yang tidak ditemukan atau adanya data palsu 4. Wajib pajak yang tidak mau membayar karena merasa terbebani dengan tarif yang dikenbakan atau tidak percaya dengan fiskus 5. Perubahan objek pajak, yang dulunya dikenakan pajak sekarang berubah menjadi fasilitas umum yang tidak bisa dikenakan pajak. 4.8 Upaya BPPKAD Kabupaten Blora Dalam Rangka Optimalisasi Penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa upaya-upaya yang dilakukan BPPKAD Kabupaten Blora sebagai strategi optimalisasi penerimaan PAD dari sektor Pajak Daerah khususnya PBB perdesaan dan perkotaan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan berkelanjutan terhadap pemungutan PBB perdesaan dan perkotaan dengan melakukan evaluasi kinerja setiap tahunnya. 2. Melakukan sortir data yang diberikan DJP dan tetap menjalin komunikasi dengan pihak DJP.

83 65 3. Melakukan pelatihan terhadap SDM BPPKAD bekerjasama dengan LAN (Lembaga Administrasi Negara) di jakarta. 4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik. 5. Meninjau kembali penentuan tarif dan NJOP yang telah ditetapkan dan pengembangan sasaran sesuai dengan peraturan daerah yang ada dan mengkaji ulang peraturan daerah tersebut untuk dijadikan perubahan.

84 66 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang penulis dapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat efektivitas penerimaan PBB perdesaan dan perkotaan Kabupaten Blora dari tahun berada pada kriteria tingkat efektivitas yang sangat efektif, namun pemungutan pajaknya lebih efektif pada saat dikelola oleh Pemerintah Daerah ( ) dengan rata-rata nilai efektivitas sebesar 117,2%. Sedangkan rata-rata nilai efektivitas pada saat dikelola oleh Pemerintah Pusat ( ) sebesar 106,97% hal tersebut disebabkan oleh masih tingginya jumlah piutang yang belum tertagih yaitu sebesar Rp pada tahun 2012 dan Rp pada tahun Kontribusi PBB perdesaan dan perkotaan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupeten Blora selama 4 (empat) tahun terakhir ( ) berada pada kriteria nilai kontribusi sangat kurang, kontribusi tertinggi berada pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,70% dan terendah pada tahun 2015 dengan nilai kontribusi sebesar 5,80% yang artinya pengelolaan PBB perdesaan dan perkotaan memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blora pada saat PBB perdesaan dan perkotaan dikelola oleh pemerintah pusat. 66

85 67 3. Pelimpahan Kewenangan PBB-P2 Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Kabupaten Blora Dengan dilimpahkannya Kewenangan Pemungutan PBB-P2 dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten Blora berdampak pada penerimaan dari sektor ini seluruhnya masuk ke Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Blora atau dengan kata lain Penerimaan PBB-P2 yang semula didapat dari Dana bagi Hasil sebesar 64,8%, sekarang 100% masuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor Pajak Daerah. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang penulis berikan adalah : 1. BPPKAD selaku motor pengelola keuangan daerah harus lebih bisa menggiatkan sosialisasi mengenai pajak daerah yang dalam hal ini adalah PBB perdesaan dan perkotaan. Hal tersebut dikarenakan pajak daerah merupakan salah satu penyumbang terbesar APBD. 2. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti UPTD dan Kecamatan atau Kelurahan, dan juga instansi-instansi lain yang berkaitan dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah dari sektor PBB perdesaan dan perkotaan. 3. Pemberian reward berupa insentif dan biaya operasional penyampaian SPPT kepada Desa atau Kelurahan yang lunas pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan sebelum jatuh tempo. 4. Melakukan penagihan pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan secara rutin untuk mengurangi jumlah piutang.

86 5. DAFTAR PUSTAKA 6. Abdul Halim, dkk Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. 7. Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat. 8. Anggraini, Yunita dan Puranto Hendra Anggaran Berbasis Kinerja ; Penyusunan APBD Secara Komprehensif. Yogyakarta : STIM YKPN. 9. Antong, Duriani dan Abid Ramadhan Pengaruh Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tahun 2014 Terhadap Perencanaan AnggaranPenerimaan pada DPPKAD Kota Palopo. Jurnal Akuntansi. Vol. 02 No.01 hal Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana. 11. Damayanti, Ni Putu Dian dan Setiawan, I Putu Ery Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpasar Tahun Vol. 09 No. 01 hal Fitri, Kurniawati Dampak Pengalihan Pengelolaan PBB-P2 terhadap Penerimaan PBB di Kelurahan Cinta Raja Kecamatan Sail Kota Pekanbaru.Vol. 22 No (diakses 18 januari 2017) (diakses 17 januari 2017). 15. Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. 68

87 Kakunsi, Indah Eunike Analisa Pelaporan dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Pada Dinas PPKAD Kabupaten Kepulauan Sangihe. Vol. 01 No. 04 hal Mahmudi Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. 18. Munir, Dasril, Henry Arys Djuanda dan Hessel Nogi S. Tangkilisan Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: YPAPI. 19. Mardiasmo Perpajakan Indonesia. Yogyakarta : Andi. 20. Nurbowono, Surendro Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Bagi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal perpajakan. Vol. 4 No. 1 hal Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 5 tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 22. Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 6 tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. 23. Peraturan Daerah Kabupaten Blora Nomor 11 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Blora. 24. Siahaan, Mariot P Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 25. Tarigan, Kharisma Wanta Analisis Efektivitas dan Kontribusi PBB Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Kota Manado. Vol. 01 No. 03 hal

88 Undang-Undang Republik Indonsia Nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. 27. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 28. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah. 29. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 30. Waluyo Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

89 LAMPIRAN 1. SURAT KETERANGAN PENELITIAN

90 2. LAPORAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN NO. URAIAN JENIS PENDAPATAN I PENDAPATAN ASLI DAERAH Hasil Pajak Daerah Pajak Hotel Hotel Bintang Lima Hotel Bintang Empat Hotel Bintang Tiga Hotel Bintang Satu Hotel Melati Tiga Hotel Melati Dua Hotel Melati Satu Losmen / Rumah Penginapan / Pesanggrahan / Hotel / Rumah Kos Pajak Restoran Restoran Rumah Makan / Warung Makan Café Katering Jasa Boga Pajak Hiburan Pagelaran Kesenian / Musik / Tari / Busana Pameran Karaoke Sirkus / Akrobat / Sulap Permainan Bilyar Balap Kendaraan Bermotor Permainan Ketangkasan Pusat Kebugaran / Fitnes Pertandingan Olahraga Pajak Reklame Reklame Papan / Billboard / Videotron / Megatron Reklame Kain Reklame Melekat / Stiker Reklame Selebaran Reklame Suara Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan PLN Blora Pajak Penerangan Jalan PLN Cepu Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

91 2. Hasil Retribusi Daerah Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Pelayanan Kesehatan JKN Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan Ret. Pelayanan Persampahan / Kebersihan / Disperindagkop Ret. Pelayanan Persampahan / Kebersihan / DPU Ret. Pengganti Biaya KTP dan Akta Catatan Sipil Ret. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Ret. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum '- Ret. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum / DPPKKI '- Ret. Pel Parkir di Tepi Jln Umum / Disperindagkop Retribusi Pelayanan Pasar Retribusi Pasar Umum Retribusi Pasar Seragam / Pasar Desa Retribusi Hewan Besar Retribusi Hewan Kecil Retribusi Pasar Sepeda Retribusi Pasar Unggas Retribusi Bongkar Muat Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Retribusi Inseminasi Buatan (IB) Retribusi Pelayanan Kesehatan Hewan Retribusi Pelayanan Pengujian Kesehatan Ret. Penyediaan dan /atau Penyedotan Kakus Ret. Pengendalian Menara Telekomunikasi

92 Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Sewa Alat Berat / Walls Sewa Gedung Sasana Bhakti Sewa Rumah Dinas Sewa Rumah Dinas DKK Sewa Rumah Dinas Disperindagkop Sewa Rumah Dinas Setda Sewa Kios Ex Pasadena / Plaza Sewa Kios Gor Mustika Sewa Lahan / PKL Sewa Tanah Jiken Sewa Blok T Sewa Show room Dekranasda Jepon Sewa Los Pasar Kunduran Sewa Taman Sarbini Sewa Tanah Apotik Sewa Tanah PT. Telkom Sewa Alat Laboratorium Sewa Tanah Ngampel - Sewa Inecerator Retribusi Pasar Grosir / Pertokoan Sewa Abonemen / Kios Sewa Abunemen/Kios Disperindagkop Sewa Abunemen/Kios DPPKKI Sewa Abonemen / Los Hergistrasi Kios Disperindakop Hergistrasi Kios DPPKKI Hergistrasi Los Penyimpanan Barang / Glodog Balik Nama Kios / BBN Kios Balik Nama Los / BBN Los MCK MCK Disperindakop MCK DPPKKI Retribusi Terminal

93 Retribusi Tempat Khusus Parkir Retribusi Tempat Khusus Parkir / DPPKKI Retribusi Tempat Khusus Parkir / Disperindagkop dan UMKM Retribusi Tempat Khusus Parkir / Dindukcapil Retribusi Tempat Khusus Parkir / Dindikpora Retribusi Rumah Potong Hewan / RPH Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga / Dindikpora Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga / DPPKKI Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan / IMB Retribusi Ijin Tempat Minuman Beralkohol Retribusi Izin Gangguan / Keramaian Retribusi Izin Trayek Retribusi Izin Tebang & Angkut Kayu Rakyat Retribusi Ijin Usaha Industri Retribusi Ijin Pergudangan Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Retribusi Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Retribusi Surat Izin Jasa Kontruksi ( SIJK ) Retribusi Ijin Usaha Pariwisata Retribusi Ijin Usaha Pelayanan Kesehatan Swasta Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah / BUMD PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Perusahaan Daerah BPR BKK PT Blora Patra Gas Perusahaan Daerah Wira Usaha Perusahaan Daerah BPR Kabupaten Blora PT Blora Patra Energi Usaha Kecil dan menengah

94 4. Lain - lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor Tdk Terpakai Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat Penjualan Bahan-Bahan Bekas Bangunan Penjualan Drum Bekas Penjualan obat-obat dan hasil farmasi Direksi Kit Penjualan Hasil Peternakan Penjualan Hasil Peternakan Penerimaan Jasa Giro Jasa Giro Kas Daerah Jasa Giro Pemegang Kas Pendapatan Bunga Deposito Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kerugian Uang Daerah Kerugian Barang Daerah Dinas Kehutanan Kecamatan Tunjungan Kecamatan Ngawen Lain-lain Pendapatan Denda atas Keterlamb.Pelaks Pekerjaan Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Bidang Pekerjaan Umum Pendapatan Denda Pajak Daerah Denda Pajak Hotel Denda Pajak Restoran Denda Pajak Hiburan Denda Pajak Reklame Denda Pajak Parkir Denda Pajak Air tanah Denda Pajak Mineral Batuan Bukan Logam Denda Pajak BPHTB Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha DPPKKI Dindikpora Pendapatan Denda Retribusi Sewa Rumah Dinas Denda Sewa Rumah Dinas / DKK Denda Sewa Rumah Dinas / Disperindagkop Denda Sewa Rumah Dinas / Bag. TU dan Keuangan Pendapatan Denda Retribusi Perijinan Tertentu Pendapatan Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan

95 Pendapatan Dari Pengembalian Pend. dari Pengemb Kelebhn Blj Tdk Lsg Blj Pegawai selain Askes Pend. Dr kelebihan pembayaran Gaji dan Tunjangan Pend. dr Pengemb. Kelebhn. Pembayaran Perjalanan Dinas Pendapatan Dari Pengembalian PT TASPEN Pendapatan Dari Pengembalian Klaim Asuransi Jiwa Pend dari Pengemb Keleb Pembayaran Bel Tdk Langsg selain Blj Pegawai Pend. Dari Pengemb Kelebihan Pembayaran Blj Langsung Blj Pegawai Pend. Dari Pengemb Kelebihan Blj Lsg Blj Brg dan Jasa selain Perjalanan Pend dari Pengemb Kelebihan Pembay Blj Langsung Belanja Modal Angsuran Penjualan Alat Pertanian ( Traktor ) Pendapatan dari Angsuran / Cicilan Penjualan Kios dan Los Angsuran Kios/Penjualan Kios Angsuran Kios Psr/Penjualan Kios Yang Dikelola Disperindakop Angsuran Kios Psr/Penjualan Kios Yang Dikelola DPPKKI Angsuran Los / Kompensasi Los Pendapatan dari BLUD RS Dr R Soetijono Blora RS Dr R Soeprapto Cepu Pendapatan Bunga Pinjaman dari Dana Bergulir/IKM UKM Bag. Perekonomian Setda Dinperindagkop dan UMKM Hasil Lelang Tanah Bengkok Setoran Pengelolaan Persampahan dan Retribusi Uji Kendaraan Pendapatan Kapitasi JKN Pendapatan Non Kapitasi JKN

96

97 DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Kurang Bayar Bagi Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bagi Hasil dari PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dlm negeri dan PPh Pasal 21 Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA Bagi Hasil Provisi Sumber Daya Hutan Bagi Hasil Pungutan Hasil Perikanan Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi Bagi Hasil Pertambangan Gas Bumi Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi Bagi Hasil Pertambangan Umum Bagi Hasil Cukai Tembakau Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus DAK Bidang Pendidikan SD DAK Bidang Pendidikan SMP DAK Bidang Pendidikan SMA DAK Bidang Pendidikan SMK DAK Bidang Kesehatan Dasar DAK Bidang Farmasi DAK Bidang Kesehatan Rujukan DAK Bidang Infrastruktur Jalan DAK Bidang Infrastruktur Irigasi DAK Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Bidang Kelautan dan Perikanan DAK Bidang Pertanian DAK Bidang Lingkungan Hidup DAK Bidang Keluarga Berencana DAK Bidang Kehutanan DAK Bidang Perdagangan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat DAK Bidang Listrik Pedesaan DAK Bidang Prasarana Pemerintah Daerah

98

99 LAIN - LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Pemerintah - BEC-TF Pemerintah - WISMP Dana Bagi Hasil Pajak dr. Provinsi dan Pemerintah Drh. Lainnya Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi DBH Pajak Kendaraan Bermotor DBH Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor DBH Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor DBH Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah DBH Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan DBH Kelebihan Muatan DBH Pajak Rokok Dana Penyesuian dan Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Tunjangan Profesi Guru PNSD Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD Dana BOS Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah - Jalan Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah - Bidang Pendidikan Dana Percepatan Infrastruktur Daerah - Jalan / Jembatan 4. Bantuan Keuangan Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Bantuan Keuangan dari Propinsi Bantuan Keuangan dari Provinsi Jawa Tengah Dana Bagi Hasil Retribusi dan Pendapatan Lainnya dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Bagi Hasil Retribusi dan Pendapatan Lainnya dari Provinsi Bagi Hasil dari Sumbangan Pihak Ketiga Bagi Hasil dari Hasil Tera dan Tera Ulang Dana Desa Dana Desa dari APBN JUMLAH I + II + III

100

101 URAIAN JENIS PENDAPATAN TARGET 2015 REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH Hasil Pajak Daerah Pajak Hotel Hotel Bintang Lima Hotel Bintang Empat Hotel Bintang Tiga Hotel Melati Tiga Hotel Melati Dua Hotel Melati Satu Losmen / Rumah Penginapan / Pesanggrahan / Hotel / Rumah Kos Pajak Restoran Restoran Rumah Makan / Warung Makan Café Katering Jasa Boga Pajak Hiburan Pagelaran Kesenian / Musik / Tari / Busana Pameran Karaoke Sirkus / Akrobat / Sulap Balap Kendaraan Bermotor Permainan Ketangkasan Pusat Kebugaran / Fitnes Pertandingan Olahraga Pajak Reklame Reklame Papan / Billboard / Videotron / Megatron Reklame Kain Reklame Melekat / Stiker Reklame Selebaran Reklame Suara - - Pajak Penerangan Jalan Pajak Penerangan Jalan PLN Blora Pajak Penerangan Jalan PLN Cepu Pajak Parkir Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

102

103 2. Hasil Retribusi Daerah Retribusi Jasa Umum Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan Ret. Pelayanan Persampahan / Kebersihan / Disperindagkop Ret. Pelayanan Persampahan / Kebersihan / DPU Ret. Pengganti Biaya KTP dan Akta Catatan Sipil - - Ret. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat Ret. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum '- Ret. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum / DPPKKI '- Ret. Pel Parkir di Tepi Jln Umum / Disperindagkop Retribusi Pelayanan Pasar Retribusi Pasar Umum Retribusi Hewan Besar Retribusi Hewan Kecil Retribusi Pasar Sepeda Retribusi Pasar Unggas Retribusi Bongkar Muat Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Ret. Penyediaan dan /atau Penyedotan Kakus Ret. Pengendalian Menara Telekomunikasi Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Sewa Alat Berat / Walls Sewa Gedung Sasana Bhakti Sewa Rumah Dinas Sewa Rumah Dinas DKK Sewa Rumah Dinas Disperindagkop Sewa Rumah Dinas Setda Sewa Kios Ex Pasadena / Plaza Sewa Kios Gor Mustika Sewa Lahan / PKL Sewa Tanah Jiken Sewa Blok T Sewa Show room Dekranasda Jepon Sewa Los Pasar Kunduran Sewa Taman Sarbini Retribusi Pasar Grosir / Pertokoan Sewa Abonemen / Kios Sewa Abunemen/Kios Disperindagkop Sewa Abunemen/Kios DPPKKI Sewa Abonemen / Los Hergistrasi Kios Disperindakop Hergistrasi Kios DPPKKI Hergistrasi Los Penyimpanan Barang / Glodog

104 - Balik Nama Kios / BBN Kios Balik Nama Los / BBN Los MCK MCK Disperindakop MCK DPPKKI Retribusi Terminal Retribusi Tempat Khusus Parkir Retribusi Tempat Khusus Parkir / DPPKKI Retribusi Tempat Khusus Parkir / Disperindagkop dan UMKM Retribusi Tempat Khusus Parkir / Dindukcapil Retribusi Tempat Khusus Parkir / Dindikpora Retribusi Rumah Potong Hewan / RPH Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga / Dindikpora Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga / DPPKKI Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Izin Mendirikan Bangunan / IMB Retribusi Ijin Tempat Minuman Beralkohol Retribusi Izin Gangguan / Keramaian Retribusi Izin Trayek Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah / BUMD PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah Perusahaan Daerah BPR BKK PT Blora Patra Gas Perusahaan Daerah BPR Kabupaten Blora PT Blora Patra Energi

105 4. Lain - lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor Tdk Terpakai Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat Penjualan Bahan-Bahan Bekas Bangunan Penjualan Hasil Peternakan Penjualan Hasil Peternakan Uji Labotarorium Penerimaan Jasa Giro Jasa Giro Kas Daerah Jasa Giro Pemegang Kas Pendapatan Bunga Deposito Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kerugian Uang Daerah - Kerugian Barang Daerah Dinas Kehutanan Kecamatan Tunjungan Kecamatan Ngawen Lain-lain Pendapatan Denda atas Keterlamb.Pelaks Pekerjaan Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Bidang Pekerjaan Umum Pendapatan Denda Pajak Daerah Denda Pajak Hotel Denda Pajak Restoran Denda Pajak Hiburan Denda Pajak Reklame Denda Pajak Parkir Pendapatan Denda Retribusi Jasa Umum Pendapatan Denda Retribusi Jasa Usaha DPPKKI Dindikpora - - Pendapatan Denda Retribusi Sewa Rumah Dinas Denda Sewa Rumah Dinas / DKK Denda Sewa Rumah Dinas / Bag. TU dan Keuangan Pendapatan Denda Retribusi Perijinan Tertentu - -

106

107 Pendapatan Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan - Pendapatan Dari Pengembalian Pend. dari Pengemb Kelebhn Blj Tdk Lsg Blj Pegawai selain Askes Pend. dr Pengemb. Kelebhn. Pembayaran Perjalanan Dinas Pendapatan Dari Pengembalian PT TASPEN Pendapatan Dari Pengembalian Klaim Asuransi Jiwa Pend dari Pengemb Keleb Pembayaran Bel Tdk Langsg selain Blj Pegawai Pend. Dari Pengemb Kelebihan Pembayaran Blj Langsung Blj Pegawai Pend. Dari Pengemb Kelebihan Blj Lsg Blj Brg dan Jasa selain Perjalanan Pend dari Pengemb Kelebihan Pembay Blj Langsung Belanja Modal Pendapatan dari Angsuran / Cicilan Penjualan Kios dan Los Angsuran Kios/Penjualan Kios Angsuran Kios Psr/Penjualan Kios Yang Dikelola DPPKKI Pendapatan dari BLUD RS Dr R Soetijono Blora RS Dr R Soeprapto Cepu Pendapatan Bunga Pinjaman dari Dana Bergulir/IKM UKM Bag. Perekonomian Setda Dinperindagkop dan UMKM Hasil Lelang Tanah Bengkok Pendapatan Kapitasi JKN Pendapatan Non Kapitasi JKN DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan Bagi Hasil dari PPh Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dlm negeri dan PPh Pasal 21 Bagi Hasil Bukan Pajak / SDA Bagi Hasil Provisi Sumber Daya Hutan Bagi Hasil Pungutan Hasil Perikanan Bagi Hasil Pertambangan Minyak Bumi Bagi Hasil Pertambangan Gas Bumi Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi Bagi Hasil Pertambangan Umum Bagi Hasil Cukai Tembakau

108 2. Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus DAK Bidang Pendidikan SD DAK Bidang Pendidikan SMP DAK Bidang Pendidikan SMA DAK Bidang Pendidikan SMK DAK Bidang Kesehatan Dasar DAK Bidang Farmasi DAK Bidang Kesehatan Rujukan DAK Bidang Infrastruktur Jalan DAK Bidang Infrastruktur Irigasi DAK Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Bidang Kelautan dan Perikanan DAK Bidang Pertanian DAK Bidang Lingkungan Hidup DAK Bidang Keluarga Berencana DAK Bidang Kehutanan DAK Bidang Perdagangan DAK Bidang Keselamatan Transportasi Darat DAK Bidang Listrik Pedesaan Dana Alokasi Khusus Tambahan DAK Bidang Infrastruktur Irigasi DAK Bidang Pertanian

109 LAIN - LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Hibah dari Pemerintah Pemerintah - BEC-TF - Pemerintah - WISMP Dana Bagi Hasil Pajak dr. Provinsi dan Pemerintah Drh. Lainnya Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi DBH Pajak Kendaraan Bermotor DBH Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor DBH Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor DBH Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan DBH Pajak Rokok Dana Penyesuian dan Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Dana Penyesuaian Tunjangan Profesi Guru PNSD Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan bagi Guru PNSD Bantuan Keuangan Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Bantuan Keuangan dari Propinsi Bantuan Keuangan dari Provinsi Jawa Tengah Dana Desa Dana Desa Dana Desa dari APBN JUMLAH I + II + III

110 3. LAPORAN NILAI KETETAPAN DAN REALISASI PBB-P2 TAHUN

111

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lahirnya pemikiran untuk melakukan suatu perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi dalam rangka memberikan harapan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI Efektifitas dan Kontribusi Pengalihan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) terhadap Peningkatan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Blora ALIF WISNU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2

BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2 BAB II PENERIMAAN DAERAH DAN PENGALIHAN PBB-P2 2.1. Penerimaan Daerah Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Dalam pelaksanaan desentralisasi, penerimaan daerah terdiri atas pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang mulai berlaku di Indonesia sejak tahun 2001 memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya, menetapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan Ada beberapa macam pengertian atau definisi mengenai pajak bumi bangunan yang diungkapkan oleh beberapa ahli, tetapi pada intinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem sentralisasi menjadi desentralisasi yang berarti pemerintah daerah dapat mengurus keuangannya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan 39 BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Langkat Berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Dalam penyelenggaraan suatu pemerintahan, negara berkewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya baik dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Pajak Bumi dan Bangunan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional, Indonesia menganut pada asas desentralisasi dengan memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT BAB II TINJAUAN TENTANG PAJAK A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERANAN PBB P2 DALAM MENINGKATKAN PAD DI KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT 1. Pengertian Pajak Hukum pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksanakan)

Lebih terperinci

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PEDESAAN DAN PERKOTAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN: Undang Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Bumi dan Bangunan

Lebih terperinci

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT Budi Lazarusli* ABSTRAK Pada tanggal 15 September 29 diundangkan undang-undang baru yakni UU No. 28 Tahun 29 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta DPPKA dipimpin oleh kepala dinas yang berkedudukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang penduduknya sangat padat, dimana setiap warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA,

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam undang-undang ini

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Secara Umum 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II BAHAN RUJUKAN Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak secara Umum Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 16 tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun

Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai. pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang RI Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD). Dengan adanya pajak sebagai sumber PAD, daerah dapat membiayai pembangunan secara optimal. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Seiring dengan perkembangan perekonomian indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perkembangan Negara yang semakin meningkat untuk memakmurkan rakyatnya disegala bidang yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PULANG PISAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan. 6 BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. PROSEDUR Menurut Mulyadi (2001:5) prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN -1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa Pajak Bumi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH I. UMUM Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, sebagaimana tercermin dalam Pasal 18 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014 LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 175 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG F HASIL PEMBAHAN 21 NOPEMBER 2013) PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 9 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa Pajak Bumi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH,

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU TENGAH, PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Secara Umum 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak secara umum adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang tanpa mendapatkan jasa timbal balik

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Hidayat (1986) menjelaskan bahwa: Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan metode untuk mempraktikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 12 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 12 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 12 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari beberapa ahli antara lain: a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI MANGGARAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI MANGGARAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI MANGGARAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANGGARAI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut P.J.A Andiani dalam Diana Sari (2013: 33), adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN WALIKOTA BAUBAU PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH } PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat WALIKOTA

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERDESAAN DAN PERKOTAAN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERDESAAN DAN PERKOTAAN QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERDESAAN DAN PERKOTAAN BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Pajak Daerah. Penetapan. Dibayar Sendiri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Antara lain dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada kas (peralihan kekayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir pemerintahan orde baru merupakan langkah awal bagi Bangsa Indonesia untuk berpindah kebijakan yang semula kebijakan sentralisasi menjadi kebijakan desentralisasi

Lebih terperinci

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SALINAN BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 08 TAHUN 2012 TLD NO : 08

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 08 TAHUN 2012 TLD NO : 08 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 08 TAHUN 2012 TLD NO : 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kesatuan, Indonesia mempunyai fungsi dalam membangun masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Dengan

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA,

Lebih terperinci

Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam. menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara.

Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam. menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat dan kepentingan negara. BAB II KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KELURAHAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN KELURAHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1. Pengertian Pajak Pajak secara umum adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang undang tanpa mendapatkan jasa timbal balik langsung.

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) A. Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: a) Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang penting

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

Lebih terperinci

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI Zulistiani Universitas Nusantara PGRI Kediri zulis.tiani.zt@gmail.com Abstrak Kota Kediri mempunyai wilayah yang cukup strategis

Lebih terperinci

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan PENGATURAN MENGENAI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH www.kaltimpost.co.id I. PENDAHULUAN Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS RANCANGAN BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG LEBONG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak Daerah. Pemungutan. Tata Cara. Ketentuan. Pencabutan (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 244). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara No

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara No PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK 1 PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB I. Dasar Hukum Pemungutan PBB 1. UU No. 6 Tahun 1983 diperbaharui dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan 2. UU No. 12 tahun 1985 diperbaharui dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI LAMPUNG TIMUR, : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri Lembaga Pendidikan adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan dalam membentuk dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI ESA HILANG DUA TERBILANG PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI PERATURAN DAERAH KOTA TEBING TINGGI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2010 TENTANG JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT BERDASARKAN PENETAPAN KEPALA DAERAH ATAU DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 12 1985 Perubahan 12 1994 OBJEK PAJAK Pasal 2 ayat (1) BUMI BANGUNAN Adalah: Permukaan bumi yang meliputi tanah dan

Lebih terperinci