INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU DALAM PERPEKTIF PESERTA PEMILU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU DALAM PERPEKTIF PESERTA PEMILU"

Transkripsi

1 INTEGRITAS PENYELENGGARA PEMILU DALAM PERPEKTIF PESERTA PEMILU (Studi Deskriptif Komisi Independen Pemilihan Aceh Pada Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017) Nurrahmawati Abstrak Studi ini mengkaji tentang integritas Komisi Independen Pemilihan Aceh (KIP) dalam perspektif peserta Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh Polemik yang berkembang di publik, integritas KIP Aceh sebagai penyelenggara pemilu diragukan. Perspektif peserta pemilu tentang integritas penyelenggara merupakan bagian dari pengawalan terhadap jalannya pemilu yang berkualitas dan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap lembaga penyelenggara pemilu. Penelitian menggunakan tujuh indikator penyelenggara pemilu yang berintegritas yaitu; Independent, imparsial, professional, transparant, accuntabel, efesien dan service-mindednes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data diperoleh dengan tiga cara yakni indepth interview, kajian dokumentasi, dan observasi. Analisis terhadap integritas penyelenggara pilkada dalam persfektif peserta pilkada ini dilakukan dengan pendekatan analisa integritas penyelenggara pemilu menurut konsep New Public Mangement. Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perpektif peserta pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017 dalam melihat integritas KIP Aceh sebagai penyelenggara pemilu. Perbedaan pandangan tersebut dipengaruhi oleh relasi politik antar peserta pilkada dan relasi peserta pilkada dengan KIP Aceh. Namun setelah dikaji secara keseluruhan perspektif peserta pemilu terhadap KIP Aceh telah memenuhi prinsipprinsip penyelenggara pemilu yang berintegritas. Kata Kunci: Integritas Penyelenggara Pemilu, Komisi Independen Pemilihan, New Public Management. Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Airlangga 27

2 28 Jurnal Politik Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juli-September 2017, hal Pendahuluan Penyelenggara pemilu yang berintegritas berarti mengandung unsur penyelenggara yang jujur, transparan, akuntabel, cermat dan akurat dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Integritas penyelenggara menjadi penting, karena menjadi salah satu tolok ukur terciptanya pemilu demokratis. Peserta pemilu merupakan bagian dari partai politik dan publik, sebagamaina yang disebutkan ACE (Administrasion and Cost of Election) sebagai salah satu pemantau/pengawas yang menjamin terlaksananya pemilu yang berintegritas. Beberapa prinsip dalam ACE (2012) yang dibutuhkan untuk mewujudkan pemilu yang berintegritas, yaitu: 1. Menghormati prinsip-prinsip pemilu yang demoktaris. 2. Kode etik, integritas pemilu juga bergantung pada perilaku etis para penyelenggara pemilu, kandidat, partai dan semua peserta dalam proses pemilu. 3. Profesionalisme dan akurasi, pemilu yang berintegritas sering diasumsikan berasal dari praktik pemilu yang jujur. 4. Perlindungan terhadap lembaga penyelenggara pemilu. Untuk menjamin adanya pemilu yang berintegritas, ada baiknya jika lembaga penyelenggara pemilu berdiri sendiri dan mandiri dalam melaksanakan proses pemilu. 5. Pengawasan dan penegakan hukum. Fungsi dari pengawasan dan kerangka hukum adalah supaya penyelenggara dan peserta pemilu bertanggung jawab terhadap proses pemilu. 6. Transparan dan akuntabel, transparansi penyelenggara dalam memberikan informasi kepada publik tentang semua proses pemilu adalah salah satu upaya dalam mewujudkan pemilu yang berintegritas. Langkah-langkah mewujudkan pemilu yang berintegritas disesuaikan dengan konteks sosial dan politik dimasing-masing negara, namun tujuannya tetap sama yaitu menjamin berlangsungnya pemilu yang jujur dan adil. Terdapat delapan kriteri pemilu berintegritas yang dirumuskan Ramlan Subakti (2016), yaitu: 1. Hukum pemilu dan kepastian hukum. 2. Kesetaraan antar warga negara, baik dalam pemungutan dan penghitungan suara maupun dalam alokasi kursi DPR/DPRD dan pembentukan daerah pemilihan. 3. Persaingan bebas dan adil. 4. Partisipasi pemilih dalam pemilu. 5. Penyelenggara pemilu yang mandiri, kompetensi, berintegritas, efesien dan kepemimpinan yang efektif. 6. Proses pemungutan dan penghitungan suara berdasarkan asas pemilu demokratik dan prinsip pemilu berintegritas. 7. Keadilan pemilu. 8. Tidak ada kekerasaan dalam proses pemilu. Kekerasan pemilu adalah setiap tindakan yang mencederai orang atau anacama mencederai atau barang berkaitan dengan pemilu. Penelitian terkait terhadap integritas penyelenggara pemilu, pernah dilakukan oleh Aceh Institute (AI) sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang aktif memantau kinerja penyelenggara pemilu di Aceh. AI meneliti bagaimana kepercayaan publik terhadap lembaga penyelenggara pemilu melalui pemberitaan yang dimuat dimedia terkait dengan isu-isu pemilu, dan menganalisanya secara mendalam dengan melakukan observasi lapangan untuk mengekplorasi liputan media. Salah satu isu penting adalah isu komitmen penyelenggara pemilu di Aceh,

3 Nurrahmawati: Integritas Penyelenggara Pemilu Dalam Perspektif Peserta Pemilu 29 khususnya Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dalam menjaga komitmen independensi Lembaga, yang berimbas pada kepercayaan publik terhadap lembaga tersebut. Pasalnya, sistem perekrutan KIP Aceh yang berbeda dengan perekrutan KPU di seluruh Indonesia di mana KIP Aceh direkrut oleh anggota Dewan Pemilihan Rakyat Aceh (DPRA) bukan oleh KPU (Nivada, 2015). Penelitian tentang perspektif masyarakat terhadap penyelenggara pemilu juga pernah dilakukan oleh IFES (International Foundation for Electoral Systems). IFES melakukan observasi kelapangan langsung untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap penyelenggara pemilu. Penelitian lain yang mengkaji tentang penyelenggara pemilu adalah Menakar Profesionalisme Penyelenggara Pemilu 2014 di Kota Garam: Analisis Kepemimpinan, Integritas, Independensi dan Kompetensi Kepemiluan (Jono dan Sugihariyadi, 2015). Penelitian tersebut mengkaji bagaimana tingkat profesionalisme penyelenggara pemilu dengan melihat tiga aspek yakni kepemimpinan, integritas dan independensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kepemimpinan KPU adalah kolektif kolegial. Kepemimpinan kolektif kolegial/transformasional cukup efektif dalam memberikan sumbangan bagi perbaikan pemilu 2014, karena dapat menanamkan dan memperkuat aspekaspek budaya dalam organisasi KPU. Mengenai integritas penyelenggara pemilu, secara nasional integritas penyelenggara pemilu di Indonesia belakangan ini menampakkan hasil yang menggembirakan. Laporan IFES Indonesia (2015:21) menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu 2014 mendapat apresiasi yang positif. Data dari IFES (2015) menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu tahun 2014 cukup baik. Hasil tersebut menggambarkan mayoritas masyarakat Indonesia merasa cukup percaya dengan kinerja Bawaslu, KPU, dan DKPP. Kepercayaan publik terhadap KPU Kabupaten/Kota lebih tinggi dibandingkan dengan kepercayaan publik terhadap KPU Provinsi dan KPU RI. Dalam konteks penyelenggara Pilkada Aceh, KIP Aceh sering menerima kritikan dari pengamat politik dan peserta pemilu karena dianggap tidak profesional dan independen. KIP Aceh dianggap tidak netral dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Hal tersebut sering dikemukakan oleh pengamat politik dan dalam pemberitaan media massa di Aceh (Serambi Indonesia, 2014). Selama ini integritas penyelenggara pemilu di Aceh selalu menjadi sorotan publik karena dikaitkan dengan proses rekrutmen penyelenggara pemilu yang dilakukan sepenuhnya oleh parlemen Aceh. Proses rekrutmen KIP Aceh tersebut dianggap sebagai sebuah landasan penyelenggara pemilu yang tidak mandiri, karena ada campur tangan partai politik didalamnya. Pilkada Aceh selalu menjadi sorotan publik secara luas, baik nasional maupun Internasional. Hal ini dikarenakan ada partai politik lokal dari mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menjadi peserta pemilu, sehingga Pemilu Aceh terkesan sensitif dengan gesekan konflik bersenjata. Untuk itu keberadaan KIP Aceh sebagai penyelenggara pemilu yang berintegritas sangat menentukan terselenggaranya pemilu yang demokratis di Aceh. Di samping persoalan-persoalan di atas, penyelenggara pemilu di Aceh juga mengalami persoalan kelembagaan dan persoalan etik. Nur Hidayat Sardine anggota DKPP dalam acara DKPP Outlook 2016: Refleksi dan Proyeksi untuk kemandirian, integritas dan kredibilitas penyelenggara pemilu menyebutkan bahwa Aceh menduduki peringkat kelima terkait pengaduan kasus pelanggara kode etik penyelenggara pemilu.

4 30 Jurnal Politik Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juli-September 2017, hal Tabel 1. Jumlah Pengaduan Tertinggi yang Masuk Ke DKPP 2016 No Provinsi Jumlah Aduan Persentase 1. Provinsi Papua 26 8,16% 2. Sumatra Utara 24 7,95% 3. Sulawesi 22 7,28% Tengah 4. Sulawesi 22 7,28% Tenggara 5. Aceh 20 6,62% Sumber: Outlook DKPP Dari Tabel 1. dapat dilihat bahwa aduan karena pelanggaran etik yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu di Aceh tergolong tinggi. Jumlah pelanggaran kode etik di Aceh menempati urutan kelima, hal tersebut tentu mempengaruhi kepercayaan publik terhadap KIP Aceh. Maka jika penyelenggara pemilu menghadapi banyak permasalahan, bagaimana penyelenggara dapat menghasilkan pemilu yang berkualitas dan berintegritas. Integritas Kip Aceh KIP Aceh sebagai penyelenggara Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur selalu menjadi sorotan publik. Karena kinerja mereka akan menjadi acuan terselenggaranya Pilkada Aceh yang berintegritas. Perspektif peserta pilkada berkenaan dengan independensi, profesionalisme, imparsial, dan pelayanan oleh KIP Aceh sebagai lembaga penyelenggara pilkada menjadi salah satu acuan peningkatan kepercayaan terhadap KIP Aceh. Perspektif yang dilihat peserta Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017 terhadap setiap tahapan pilgub yang berhubungan langsung antara KIP Aceh dengan peserta pilkada yang diawali dari tahapan penetapan Daftar Pemilih Tetap, Pencalonan, Kampanye, Pemungutan dan Penghitungan Suara. Perspektif merupakan cara pandang peserta pilkada ketika bersinggungan dengan KIP Aceh dalam menjalani proses penyelenggaraan Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017, sehingga hubungan yang intens dan profesional tersebut melahirkan suatu kesimpulan bagaimana mereka menilai integritas KIP dalam mewujudkan Pilkada yang berkualitas. Adapun azas yang menjadi fokus penilaian terhadap integritas KIP Aceh oleh peserta pilkada adalah: 1. Prinsip Independensi. Makna Independen adalah mandiri atau berdiri sendiri, KIP yang independen adalah dalam menjalankan segala tugas dan fungsinya tanpa ada pengaruh oleh partai politik tertentu, atau pejabat negara yang mencerminkan kepentingan partai politik atau peserta pemilu. Independen menjadi kata yang sangat sakral, karena independen diartikan sebagai kekuatan penyelenggara pemilu dalam mewujudkan jalannya demokrasi. Untuk mengukur independensi KIP Aceh pada penyelenggaraan Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017, penulis menggunakan tiga indikator yaitu: a. Penyelenggara Pilkada bukan anggota partai politik tetapi tidak anti partai ataupun berpihak kepada partai tententu melainkan memperlakukan semua partai politiksama. b. Melaksanakan tugas dan kewenangannya tidak berada dibawah tekanan siapapun dalam independensi penyelenggara pemilu dapat dinilai dari sikap, kebijakan yang diambil penyelenggara pemilu, seperti soal penetapan peserta pemilu, pengaturan jadwal kampanye, penghitungan suara, penghitungan suara hingga penetapan calon terpilih. c. Menyelenggarakan pilkada semata-mana berdasarkan peraturan perundang-undangan. 2. Prinsip Impartiality (Berimbang/Tidak Berpihak) Lembaga penyelenggara pemilu tidak boleh tunduk pada arahan dari pihak manapun, baik pihak berwenang maupun

5 Nurrahmawati: Integritas Penyelenggara Pemilu Dalam Perspektif Peserta Pemilu 31 pihak partai politik. Lembaga ini harus mampu menjalankan dan bekerja tanpa pemihakan dan praduga politik, serta bebas dari campur tangan, karena akan memiliki dampak langsung tidak hanya terhadap kredibilitas lembaga penyelenggara, tetapi juga terhadap proses dan hasil pemilu. Perlakuan yang sama, tidak memihak, dan adil sehingga tidak memberikan keuntungan pihak lain merupakan makna imparsialitas. Imparsialitas dapat diciptakan melalui penataan aturan hukum dan struktur kelembagaan KPU, namun lebih penting Imparsialitas penting karena keberpihakan justru akan mencederai kredibilitas penyelenggara pemilu dan proses penyelenggaraan pemilu. Bentuk keberpihakan dimaksud adalah tindakan yang bertujuan untuk menguntungkan kandidat tertentu. 3. Prinsip Transparansi Setidaknya terdapat tiga unsur penting dalam penyelenggaraan pemilu yang transparan dan akuntabilitas, yaitu akses, partisipasi, dan pembagian tugas yang jelas. Dari segi akses, transparansi proses penyelenggaraan pemilu adalah kewajiban maka dari itu KIP Aceh membuka keterbukaan publik sesuai dengan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik dengan membentuk PPIP untuk melayani permintaan informasi dari masyarakat terkait penyelenggaraan Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh Untuk memenuhi keterbukaan akses terhadap publik, KIP Aceh menyediakan laman web (kip.acehprov.go.id) yang dapat diakses secara bebas oleh publik yang ingin mengetahui berbagai informasi tentang proses tahapan pilkada. Fungsi dari laman tersebut adalah agar berbagai kegiatan KIP Aceh, informasi jalannya tahapan program Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017 dan hasil Pilkada, berbagai surat keputusan KIP Aceh, perundang undangan pemilu dan semua profil dan pembagian kerja para komisoner dapat diketahui tanpa batas, siapa melakukan apa. Kesemuanya itu agar publik dapat berperan sebagai pemantau akan jalannya Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh dengan bebas dan bertanggung jawab. Kemudian dalam bentuk media cetak, KIP Aceh menerbitkan suara KIP Aceh yang diterbitkan setiap bulan sekali selama tahapan program pilkada Aceh berlangsung. Akses terbuka lainnya yang disedia KIP Aceh adalah, media center yang diperuntukkan kepada media massa, baik media lokal, nasional dan internasional. Media massa memiliki akses menggunakan ruang konfrensi dengan penyediaan akses internet gratis untuk mengirim mengolah dan mengirim berita ke media masing-masing. Sebagai penyelenggara Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017, KIP Aceh selalu menjamin hak-hak peserta pemilu atau calon dalam menjalankan hak-hak mereka secara efektif. Dalam hal ini, KIP Aceh memberi ruang kepada peserta pemilu untuk menyampaikan berbagai keluhan mereka secara langsung ke kantor KIP Aceh di Jalan Daued Beureueh, maupun menerima pengaduan langsung melalui telepon masing-masing komisioner KIP Aceh. Kemudahan akses tersebut, tentu saja membuat proses pengaduan berjalan secara cepat dan akurat. Proses ini semua peserta pemilu setuju bahwa akses yang keterbukaan KIP Aceh dalam penyelenggaraan pilkada berjalan dengan sangat memuaskan. 4. Prinsip Efesiensi Keduanya merupakan komponen penting dari seluruh kredibilitas pemilu. Efisiensi sangat penting bagi proses penyelenggaraan pemilu karena masalah teknis dapat menyebabkan kekacauan dan rusaknya hukum dan tata tertib. Efisiensi dan efektivitas bergantung kepada beberapa faktor, termasuk profesionalisme staf, sumber daya, dan paling penting adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan pemilu dan melatih mereka yang mempunyai tanggung jawab atas penyelenggaraan pemilu. Efisiensi dan

6 32 Jurnal Politik Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juli-September 2017, hal efektivitas tergantung beberapa faktor, termasuk profesionalisme para staf, sumber daya, dan yang paling penting waktu yang memadai untuk menyelenggarakan pemilu, serta melatih orang-orang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis pemilu. Tidak ada keluhan dan penilaian negatif terhadap efesiensi KIP Aceh di mata peserta Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh Professional KIP Aceh Penyelenggara pemilu yang profesional berarti melaksanakan seluruh tugasnya dan kewenangannya berdasarkan keahlian tentang tata kelola pemilu dan bidang ahlinya. Profesionalisme dalam majemen pemilu membutuhkan akurasi, implementasi berorientasi layanan prosedur pemilihan oleh staf sesuai keterampilan dan keahlian. Penyelenggara pemilu yang professional meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggara, karena segala sesuatu tentang penyelenggaraan pemilu dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu peningkatan capacity bulding untuk penyelenggara pemilu sangat penting. Karena pemilu merupakan pelaksanaan demokrasi yang yang mestinya dilakukan oleh penyelenggara yang ahli, terlatih dan berdedikasi tinggi. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara pemilu yang berintegritas, KIP Aceh dibantu oleh bagian sekretariat. Keterlibatan sekretarian yang bisa bekerja secara profesional dan bertanggung jawab tentu saja mempermudah KIP Aceh dalam pencapaian kerja yang efektif dan tepat waktu. Setidaknya ada 45 anggota sekretariat KIP Aceh dalam membantu dan melayani berbagai kebutuhan kepemiluan di KIP Aceh. Selain yang disebutkan di atas, tolok ukur profesionalisme KIP Aceh juga dilihat bagaimana KIP Aceh memberi pelayanan yang sama terhadap peserta pilkada, tidak memihak dan setara. Dalam hal profesionalisme peserta pemilu lebih cenderung menilai tentang kinerja KIP Aceh pertahapan Pilkada, namun yang paling banyak mendapat respon dari peserta pemilu adalah pada tahapan kampanye. Penilaian paling dominan tentang profesionalisme KIP adalah pada tahapan pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK). Dalam hal ini, sebenarnya apa yang dilakukan oleh KIP Aceh sudah sesuai tahapan dan program penyelenggara Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh. Hal serupa merupakan keluhan di setiap peserta pemilu di seluruh Indonesia. PKPU RI Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Kampanye Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Dan/Atau Walikota Dan Wakil Walikota pasal 28 ayat 1 menyebutkan, KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/Kip Kabupaten/Kota memfasilitasi pembuatan dan pemasangan alat peraga kampanye sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c. APK merupakan salah satu yang difasilitasi oleh KPU. Maksud dari lahirnya peraturan tersebut guna mewujudkan keadilan dan dan kesetaraan peserta dalam berkompetisi. Peserta Pilkada masih kurang memahami mana yang menjadi tugas KIP Aceh dan yang mana tugas Panwaslih Aceh. Padahal fungsi pengawasan berada ditangan Panwaslih Aceh. KIP Aceh baru bisa menindak lanjuti jika sudah ada rekomendasi dari Panwaslih Aceh. Namun pada kenyataanya, tidak ada rekomendasi dari Panwaslih terhadap pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye. Penyelenggara Pilkada yang professional adalah penyelenggara yang mampu menyusun langkah strategis dalam perencanaan, pelaksanaan semua tahapan pilkada berdasarkan peraturan perundangundangan, peraturan dan kebijakan KIP Aceh tentang tahapan dan system pendukung penyelenggaraan Pilkada. Alasan utama dibentuknya penyelenggara pemilu adalah untuk

7 Nurrahmawati: Integritas Penyelenggara Pemilu Dalam Perspektif Peserta Pemilu 33 memberikan pelayanan kepada stakeholders, peserta pemilu, dan publik. Bagi penyelenggara pemilu, pelayanan juga menjadi tolok ukur dikatakan penyelenggara pemilu yang professional. Contoh pelayan adalah, penyelenggara pemilu melayani semua stakeholder, peserta pemilu dan publik dengan pelayanan yang sama, adil dan tidak membeda-bedakan, semua dilayani dengan baik tanpa harus melihat latar belakang, suku, agama, derajat sosial, pendidikan, kepentingan politik dan yang lainnya. Misalnya dalam merespon pengaduan masyarakat tentang pelanggaran kampanye, atau tentang masih belum adanya informasi pemilihan yang terdaftar. 6. Prinsip Service- mindedness. Menurut International IDEA, alasan utama dibentuknya badan pelaksana pemilu adalah untuk memberikan pelayanan kepada stakeholders, baik masyarakat maupun peserta pemilu. Penyelenggara pemilu harus mengembangkan dan mempublikasikan standar pelayanan untuk setiap tahapan penyelenggaraan pemilu. Pelayanan yang baik merupakan tolak ukur bagi para pemangku kepentingan untuk menilai kinerja penyelenggara pemilu. Berbagai pelayanan yang diberi oleh KIP Aceh kepada peserta, dianggap bagus oleh semua peserta pilkada. 7. Prinsip Akuntabilitas Terdapat dua implikasi sekaligus dalam prinsip akuntabilitas, yaitu kemampuan menjawab dan kemampuan untuk menerima konsekuensi apapun. Akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dituntut disetiap tahap mulai dari penyusunan program kegiatan dalam rangka pelayanan publik, pembiayaan, pelaksanaan dan evaluasinya maupun hasil dan dampaknya. Akuntabilitas juga dituntut dalam hubungannya dengan masyarakat/publik, dengan instansi atau aparat di bawahnya maupun dengan instansi atau aparat di atas. Secara substansi, penyelenggaraan pemerintahan harus berdasarkan pada sistem dan prosedur tertentu, memenuhi ketentuan perundangan, dapat diterima secara politis, berdasarkan pada metode dan teknik tertentu maupun nilai-nilai etika tertentu, serta dapat menerima konsekuensi bila keputusan yang diambil tidak tepat. Kinerja EMB merupakan bentuk akuntabilitas politik yang wajib dipertanggungjawabkab secara vertikal kepada pemerintah dan pemilih (sebagai pemilik kedaulatan rakyat), serta kepada partai politik peserta pemilu dan calon. Badan penyelenggara pemilu atau EMB wajib mempertanggungjawabkan atas apa yang sedang dikerjakan dan harus secara berkala memberikan bukti kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat bahwa kegiatannya efektif dan mematuhi hukum, etika, pelayanan dan standar keuangan. Prinsip akuntabilitas mensyaratkan bahwa penyelenggara pemilu menyediakan informasi publik yang komprehensif tentang kebijakan yang mereka hasilkan dan sumber daya yang telah digunakan dan rencana untuk menggunakan, termasuk yang berasal dari dana masyarakat dan dana lainnya. Akuntabilitas memiliki sejumlah efek positif yakni membantu penyelenggara pemilu untuk melakukan transparansi dan mempromosikan tata pemerintahan yang baik, serta mendapatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan publik. Kurangnya mekanisme akuntabilitas yang tepat dapat menyebabkan tuduhan transparansi dan operasional yang buruk. NPM Mewujudkan KIP Aceh Berintegritas Teori dasar dalam studi tentang integritas penyelenggara pemilu dalam kajian ini menggunakan pendekatan New Public Mangement. Komisi Pemilihan Umum merupakan salah satu bagian dari lembaga pemerintahan yang ikut berbenah institusional. Old Publict Management (OPM) dianggap sudah tidak relevan lagi

8 34 Jurnal Politik Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juli-September 2017, hal digunakan oleh instansi KPU. KPU sebagai instansi yang mengurus demokrasi bangsa berhadapan dengan kepentingankepentingan publik. Maka sebagai jalan keluarnya adalah penerapan New Public Management (NPM) dianggap dapat memberikan perbaikan dalam memberi pelayanan kepada publik. New Publik Managemen (NPM) fokus pada organisasi internal, yang bermakna memperbaiki kinerja sektor publik dengan metode yang biasa digunakan oleh sektor privat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh KPU dalam peningkatan kapasitas instansi, tentu saja guna meningkatkan kepercayaan publik terhadap KIP Aceh sebagai lembaga penegak demokrasi yang berintegritas. Peningkatan pada pelayanan yang cepat, efisien dan akurat mengikuti perkembangan tehnologi, merupakan bagian yang harus terus dibenahi KIP Aceh. Selain itu, pelayanan yang sama tanpa memihak, mengutamakan transparansi dan profesional menuju ke pembenahan kelembagaan. Gagasan New Public Manajement merupakan upaya peningkatan profesionalisme lembaga dengan mengidentifikasi pembagian kerja yang merata, tidak menumpuk pada bagian tertentu. Selain itu, makna profesionalisme juga guna menyerahkan segala pekerjaan dan tugas pada ahlinya. Kemampuan staf dan komisioner dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, menumbuhkan rasa percaya dan kewibawaan KIP Aceh meningkat. Integritas penyelenggara pilkada di Aceh yang credible dapat diupayakan dengan peningkatan kinerja yang efisien, efektif, responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan. Sikap terbuka yang ditunjukkan KIP Aceh yang membuka ruang kepada peserta pilkada untuk menentukan keinginan mereka pada materi, metode dan tempat kampanye. Selain itu pemotongan birokrasi pada saat pelaporan masalah yang ditemui peserta pilkada juga menjadi acuan bahwa NPM berjalan dalam tubuh KIP Aceh. Peserta pilkada cukup menelpon komisioner KIP Aceh tanpa harus datang ke kantor dan melewati aturan birokrasi yang panjang. Upaya transparansi pada suatu lembaga menandakan bahwa NPM pada suatu instansi berjalan. Meski kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu di Indonesia umumnya dan Aceh khususnya tampak menggembirakan, namun asumsi awal melakukan dalam melakukan penelitian ini karena kepercayaan publik tentang independensi KIP Aceh sebagai penyelenggara pemilu diragukan, karena mereka direkrut oleh DPRA. Independensi inilah yang menjadi tantangan terberat KIP Aceh dalam upaya peningkatan kepercayaan publik. Karakteristik NPM menurut Hood yang diodopsi oleh KIP Aceh antara lain: 1. Manjemen professional pada sektor publik. Adanyan pembagian kerja dan memberi tugas sesuai dengan kealian masing-masing pada staf (pegawai). 2. Standar kinerja dan ukuran kinerja. Penekanan yang lebih besar pada mengendalian output dan outcome. 3. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik. Dalam pemecahan unit-unit kerja di sektor publik, KIP Aceh telah menfungsikan media center sebagai pusat pelayanan informasi. Selain itu, adanya Pejabat Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi PPID. 4. Adanya mekanisme kontrak dan tender yang secara kompetitif diajukan ke publik dalam rangka melakukan penghematan dan efesiensi pengadaan barang dan jasa. Seperti pada pengadaan alat peraga kampanye dan Pemilihan Akuntan Publik (KAP) dalam melakukan audit dana kampanye. 5. Menciptakan persaingan di sektor publik. 6. Peningkatan disiplin dan penghematan pada sumber daya. Pemilu berintegritas merupakan cita-cita negara demokrasi modern dan

9 Nurrahmawati: Integritas Penyelenggara Pemilu Dalam Perspektif Peserta Pemilu 35 untuk mencapai cita-cita tersebut dibutuhkan instrumen demokrasi, yaitu lembaga penyelanggara pemilu yang independen dan bebas pengaruh kekuasaan. Relasi Mempengaruhi Perspektif Peserta Pilkada New Public Management dalam melihat integritas KIP Aceh menurut perspektif peserta pilkada dapat dilihat dengan adanya relasi KIP Aceh dengan stakeholder pilkada, seperti relasi KIP Aceh dengan peserta pilkada, partai pengusung, masyarakat, pemerintah, dan pengusaha. Namun pada penelitian ini penulis hanya mengkaji relasi-relasi antara sesama peserta pilkada dalam hubungannya mereka melihat integritas KIP Aceh. Secara umum ada kesamaan pandangan antar peserta pilkada terhadap integritas KIP Aceh. Pada Pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017, suhu sosial politik Aceh berkembang sangat dinamis. Hal ini tampak pada kematangan politik masyarakat Aceh, masyarakat Aceh kini mempunyai kebebasan dalam hal mengutarakan pendapatnya. Mereka seakan bebas tanpa khawatir intimidasi oleh pihak manapun jika berbeda dalam menentukan pilihan politik. Masyarakat Aceh tidak segan secara terang-terangan mengkritik berbagai kebijakan selama kepemimpinan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf di Aceh. Masyarakat tampak terang-terangan membuka diskusi publik tentang evaluasi kepeminpinan mereka. Hal tersebut sangat berbeda dan kontras, jika dibandingkan pada pilkada sebelumnya, di mana jika masyarakat tidak setuju, mereka diam dan melawan di TPS pada hari pencoblosan. Euforia kebebasan berpolitik tampak sangat dinamis, hal tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat umumnya dan peserta pilkada khsusnya terhadap KIP Aceh. Dalam hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat juga bagian dari relasi kekuasaan. Terdapat enam peserta pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh yang ikut berkompetisi dalam memperebutkan tampuk kekuasaan tertinggi di Aceh. Tiga dari pasangan calon perseorangan (independen) dan tiga dari pasangan calon dukungan partai politik lokal maupun partai politik nasional. Empat pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017 mempunyai latar belakang sebagai kombatan GAM, yaitu Irwandi Yusuf mantan ahli propaganda GAM, Muzakir Manaf mantan Panglima GAM, dan incumben Wakil Gubernur , Zaini Abdullah yang juga petinggi GAM dan incumben Gubernur Aceh periode dan Zakaria Saman yang juga merupakan incumben petinggi GAM. Sedangkan dua peserta lainnya adalah Tarmizi Karim yang berlatar belakang pejabat di Kementrian dalam negeri Republik Indonesia dan Abdullah Puteh mantan Gubernur Aceh Hal menarik dapat dilihat adalah keikutsertaan keempat mantan kombatan gerakan Aceh merdeka yaitu Muzakir Manaf, Zaini Abdullah, Zakaria Saman dan Zaini Abdullah dapat dilihat sebagai bentuk perpecahan ditubuh GAM. Namun hal tersebut juga dapat dilihat sebagai perkembahan positif dalam demokrasi Aceh. Tren yang terjadi dalam relasi peserta pilkada Aceh adalah koalisi partai Nasional dan partai lokal, koalisi independen dengan partai lokal dan Nasional. Koalisi partai lokal dan Nasional terdapat pada pengusungan Irwandi Yusuf- Nova Iriansyah sebagai peserta pilkada dengan nomor urut 6 (enam). Irwandi merupakan pendiri dan ketua Partai Naional Aceh, sedangkan Nova Iriansyah merupakan ketua DPW Partai Demokrat Aceh. Hal yang sama juga terlihat pada pengusungan pasangan Muzakir Manaf - T.A Khalid sebagai peserta pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh 2017 dengan nomor urut 5 (lima) Muzakir Manaf merupakan ketua Partai Aceh dan T.A Khalid merupakan ketua partai

10 36 Jurnal Politik Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juli-September 2017, hal Gerindra. Pasangan ini didukung oleh partai keadilan Snaejahtera, PAN dan PPP. Sedangkan pasangan dari jalur independen seperti Zaini Abdullah, Zakaria Saman dan Abdullah Puteh. Zaini Abdullah dan Zakaria Saman maju dari jalur Independen berlatar belakang GAM. Pada masa proses tahapan pilkada, pasangan Zakaria Saman- T. Alaidin Syah dan pasangan Zaini Abdullah-Nasaruddin tidak sepenuhnya independen. Hal ini dapat dilihat dari pelimpahan KTP pendukung dari Irwandi Yusuf terhadap Zakaria Saman yang maju dari jalur Independen. Kemudian adanya kerjasama antara timses pasangan Zaini Abdullah dengan Irwandi Yusuf pada masa pengawalan pemungutan dan penghitungan suara. Kesimpulan Secara khusus diketahui bahwa adanya perbedaan pemahaman tentang independensi KIP Aceh, namun secara umum dapat diketahui bahwa KIP Aceh merupakan penyelenggara pilkada yang beintegritas dalam perspektif peserta pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Hal tersebut karena adanya pemahaman yang sama para peserta pilkada terhadap prinsip imparsial, transparansi, efesiensi, service-mindedness dan akuntabilitas KIP Aceh dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pilkada Gubernur/Wakil Gubernur Aceh Adanya perbedaan perspektif peserta pilkada terhadap integritas KIP Aceh, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya relasi politik. Keseragaman pandangan antara peserta pilkada nomor urut satu Tarmizi Karim (dukungan penuh dari partai Nasional), pasangan nomor urut dua, Zakaria Saman-T. Alaidinsyah (independen), pasangan nomor urut empat, Zaini Abdullah-Nasaruddin (independen), pasangan nomor urut lima (parnas-parlok) dan pasangangan nomor urut enam, Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah (parlok-parnas). Hal tersebut karena mereka adalah bagian dari perekrut KIP Aceh, namun selain itu memang temuan dilapangan KIP Aceh sudah melakuan tugas dan fungsinya sebagat penyelenggara pilkada yang berintegritas. Sedangkan pasangan calon dengan nomor urut tiga (Abdullah Puteh-Sayed Mustafa Usab) merupakan pasangan yang tidak mempunyai relasi politik antar peserta pilkada lainnya. Namun setelah dikaji secara keseluruhan perspektif peserta pemilu terhadap KIP Aceh telah memenuhi tujuh parameter prinsip-prinsip penyelenggara pemilu yang berintegritas. Daftar Pustaka Aryos Nivada, Rekam Jejak Pemilu 2014, Dialeksis Publising, Rahardjo Joni, Moh. Sugihariyadi, Menakar Profesionalisme Penyelenggaraan Pemilu 2014 di Kota Garam, Jurnal ADDIN, Vol.9, No 1, Februari 2015 Ramlan Subakti. Pidato Inagurasi Anggota Baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Desember IFES, Laporan Survey Nasional Pemilu 2014 di Indonesia, 2015 Singka Subekti, Valina, Evaluasi Penanganan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu dalam Penyelenggaraan Pilkada serentak 2015, disampaikan dalam seminar fraksi Partai NASDEM DPR RI Benarkah KIP tidak Netral, Serambi Indonesia: 1 April

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 32/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN NOMOR URUT PASANGAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR ACEH TAHUN 2017 Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BULELENG TAHUN 2017 PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg No.1748, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik dan Pedoman Perilaku. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KOLAKA UTARA KEPUTUSAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KOLAKA UTARA KEPUTUSAN SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM Nomor : 7/Kpts/KPU-Kab-027.433594/PILBUP/2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMANTAU DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KOLAKA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN LEMBAGA PEMANTAU PEMILIHAN DALAM NEGERI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN LEMBAGA PEMANTAU PEMILIHAN DALAM NEGERI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN LEMBAGA PEMANTAU PEMILIHAN DALAM NEGERI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017 PENDAHULUAN Sebagai penyelenggara Pemilihan di Provinsi DKI Jakarta, KPU

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam No.993, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye. Peserta Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI. NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab /V/2016 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI. NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab /V/2016 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab-012.329311/V/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU, TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN AKREDITASI BAGI PEMANTAU DALAM NEGERI SERTA

Lebih terperinci

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA PERATURAN PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH. NOMOR : 05/Kpts/KPU-Prov-012/2012 T E N T A N G

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH. NOMOR : 05/Kpts/KPU-Prov-012/2012 T E N T A N G KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 05/Kpts/KPU-Prov-012/2012 T E N T A N G PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1582, 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Partisipasi. Masyarakat. Penyelenggaraan. Pemilihan Umum. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH KEPUTUSAN KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH NOMOR 36/Kpts/KIP Aceh/TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN JADWAL DAN LOKASI KAMPANYE RAPAT UMUM PADA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

Menetapkan : PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013.

Menetapkan : PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013. 1 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 5. Peraturan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KENDAL TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KENDAL TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : I SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 21/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM 1. Untuk mengakomodir asas kepentingan umum dan untuk menjamin kemudahan

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1225, 2017 KPU. Penyelenggaraan PEMILU. Tahapan, Program dan Jadwal. Tahun 2019. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN,

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN SELEKSI CALON ANGGOTA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS) DAN PETUGAS KETERTIBAN TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MUARO JAMBI PADA PEMILIHAN

Lebih terperinci

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Komisi

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Komisi Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (3 ) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, menyatakan bahwa tugas dan wewenang Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 10/Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74, Pasal 75, dan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2012 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Penyelenggara Pemilu. Pedoman. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2 No.810, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik. Perubahan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); -2- Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawas. Dana Kampanye. Pemilu. Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BERACARA KODE ETIK PENYELENGGARA PEMIILIHAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: - 2 - Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5678); 3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi,

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UJI PUBLIK 14 MARET 2016 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2012

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 04/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Bahan Uji Publik 18 Maret 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: - 2 - Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: -2- Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGADAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.776, 2015 BAWASLU. Tahapan. Pencalonan Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1603, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Kode Etik. Beracara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 09/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian KPPS

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian KPPS BAB 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian KPPS KPPS dibentuk oleh PPS atas nama KPU Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: - 2 - Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pengawasan Dana Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN NOMOR : 033/Kpts/PBWB/KPU-Kab 002.969538/2015 T E N T A N G PEDOMAN TEKNIS PENDAFTARAN

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Bahan Uji Publik Tanggal 11 Maret 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Gubernur dan Wakil Gubernur. Bupati dan Wakil Bupati. Walikota dan Wakil Walikota. Pemilihan. Partisipasi Masyarakat. Sosialisasi. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK. NOMOR : 04/Kpts/KPU-Kab /2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK. NOMOR : 04/Kpts/KPU-Kab /2012 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 04/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN DALAM PEMILIHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu No.992, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kampanye. Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN KAMPANYE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH TETAP DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.565, KPU. Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur. Bupati/Wakil Bupati. Walikota/Wakil Walikota. Jadwal. Program. Tahapan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MOR 2 TAHUN TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI 2012-2017 KEPASTIAN HUKUM PILKADA UU NOMOR 8 TAHUN 2015 PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pasal 7 huruf r Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL

BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL BAB II GAMBARAN UMUM KPUD BANTUL A. Profil KPUD Bantul Dalam konteks penyelenggaraan negara dan pemerintahan, perumusan rencana kerja pemerintah baik jangka pendek, menengah, maupun panjang telah digagas

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BUTON TENGAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

- 1 - PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BUTON TENGAH TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN - 1 - SALINAN LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BUTON TENGAH NOMOR:43/Kpts/KPU-Kab.026.419168/TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TEMANGGUNG TAHUN 2013

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TEMANGGUNG TAHUN 2013 Lampiran I : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Temanggung Nomor : 029/Kpts/KPU-Kab-012.329424/2012 Tanggal : 22 September 2012 PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM BUPATI

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Ketua Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci