DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL
|
|
- Yenny Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL Januari 0 Fasilitasi untuk Kab/Kota Rintisan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil mulai berlaku efektif pada tanggal Januari 0. Di Aceh masih banyak kabupaten/kota yang mengalami kesulitan dalam melakukan analisis untuk penataan dan pemerataan guru PNS. SEDIA memfasilitasi Kota Sabang, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Gayo Lues dalam melakukan analisis dan menyusun rekomendasi untuk penataan dan pemerataan guru PNS.
2 DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL PENDAHULUAN Distribusi guru yang proporsional merupakan kebutuhan prioritas mengingat kondisi yang dihadapi dalam ketenagaan guru di Indonesia. Data guru dari seluruh propinsi di Indonesia menunjukkan terdapat kelebihan dan kekurangan guru pada satuan pendidikan, pada kabupaten/kota dan propinsi; yang juga ditambahi dengan adanya alih fungsi guru. Hal tersebut telah menimbulkan kesenjangan pemerataan guru antara satuan pendidika, antar jenjang, dan antar jenis pendidikan, antar kabupaten/kota, dan antar propinsi. Untuk mengatasi masalah distribusi yang dihadapi hamper seluruh daerah di Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri pada Oktober 0 lalu. Kesepakatan di antara Menteri Pendidikan Nasional, Menter Pendayagunaan Aparatur Negara dan Birokrasi reformasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama tersebut, dimaksudkan untuk terlaksananya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Peraturan bersama tersebut megatur agar guru pegawai negeri sipil (PNS) dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota dan propinsi lain. Kesungguhan pemerintah dalam mencoba mengatasi masalah distribusi guru ditunjukkan dengan pemberian wewenang sekaligus mewajibkan gubernur dan bupati/walikota untuk melakukan penataan dan pemerataan guru PNS. Pelaksanaan dan penataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis pendidikan; akan dipantau dan dievaluasi secara bersamasama oleh kelima menteri yang menandatangani peraturan bersama tersebut. Hal lain yang secara jelas menunjukkan kesungguhan pemerintah adalah pemberian sangsi bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan tentang penataan guru PNS di daerahnya secara teat waktu. KONDISI GURU DI ACEH Sejak tahun 009 program SEDIA berbantuan AusAID telah menjadikan penataan guru sebagai salah satu prioritas. Dengan kesadaran bahwa analisis penataan guru tidak dapat dilepaskan dari ketersediaan data yang sahih dan akurat, program SEDIA memulai dukungan kepada pemerintah Aceh dengan penguatan kapasitas Dinas Pendidikan dan Kemenag di seluruh kabupaten di Aceh dalam pengelolaan data pendidikan. Penguatan Kelompok Kerja Data Pendidikan di seluruh kabupaten/kota dilakukan dengan bersamaan dengan penguatan masyarakat sekolah dalam pengisian Lembar Informasi Sekolah (LI). Hasil analisis tentang data guru di tahun 009 dan 00 telah dilaporkan Halaman
3 Kab. Aceh Utara Kab. Aceh Timur Kab. Aceh Tamiang Kab. Aceh Pidie Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Tengah Kab. Aceh Singkil Kab. Bener Meriah Kab. Aceh Jaya Kota Lhokseumawe Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Barat Kab. Simeulue Kota Sabang Kab. Pidie Jaya Kab. Bireuen Kab. Gayo Lues Kota Langsa Kota Subulussalam Kota Banda Aceh Kab. Aceh Tenggara DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL dalam laporan pendidikan tahunan melalui Laporan Perkembangan Pendidikan Aceh (LPPA) tahun 00 dan 0. Analisis di tingkat propinsi selain dilakukan untuk melihat gambaran secara umum (tingkat propinsi), juga untuk mengenali perbedaan kondisi penyebaran guru di antara kabupaten/kota. Analisis di tingkat propinsi tentang kecukupan guru di tingkat sekolah dasar berdasarkan LI tahun 0/0 menunjukkan adanya kelebihan guru sekolah dasar, baik untuk guru kelas, guru pendidikan agama maupun guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Grafik). Tetapi analisis yang lebih terinci dilakukan pada guru MNS di Sekolah Dasar Negeri menunjukkan adanya kondisi kecukupan guru kelas yang tidak merata (Grafik ). Hanya 8 dari kabupaten/kota di Aceh yang mengalami kelebihan guru kelas di SDN, selebihnya mengalami kekurangan guru kelas yang cukup signifikan. Grafik. Kelebihan Kekurangan Guru di SD/MI (0) Guru Kelas Pendidikan Agama Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Jumlah guru yang ada Kebutuhan guru Kelebihan/kekurangan guru Grafik. Sebaran Kecukupan Guru PNS pada SD Negeri per Kabupaten/Kota (0) Data Kelebihan / Kekurangan Guru Kelas (PNS) Pada SD Negeri Per Kabupaten Kota Tahun Sumber : Laporan Individu Sekolah Tahun 0 0 Halaman
4 PAI PPKn B. Ind & B. Ingg Mtk Fisika Biologi Kimia Sejarah Seni Bud. Penjas TIK Keterampilan Geografi Ekono. Sosiolo. Antropo. Mulok BP DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL Pada jenjang sekolah menengah pertama, analisis di tingkat propinsi menunjukkan kelebihan guru pada hamper seluruh mata pelajaran. Kekurangan guru ditemukan pada mata pelajaran seni budaya, TIK dan Muatan Lokal (Grafik ). Sementara pada jenjang SMA ditemukan kelebihan guru pada sejumlah mata pelajaran dan kekurangan guru pada mata pelajaran lainnya, dengan perbandingan yang hamper berimbang (Grafik ). Grafik. Kecukupan guru mata pelajaran pada SMP dan MTs (0) Muatan Lokal TIK Penjaskes Seni Budaya IPS IPA Mematika Bahasa Inggris Bahasa Indonesia PPKN P. Agama Islam ,7,7,0,86,70,96,0,9 (00) 00,000,00,000,00,000,00 Kelebihan/Kekurangan Guru Kebutuhan Guru Jumlah Guru Grafik. Kecukupan Guru PNS di SMA (0) Lebih Kurang Guru PNS di SMA (0) Lebih Kurang Guru Dukungan SEDIA untuk mensosialisasikan Laporan Perkembangan Pendidikan Aceh 009 ke seluruh kabupaten/kota di Aceh pada akhir tahun 00, telah membuka perhatian masyarakat tentang masalah yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan. Salah satu yang mengundang perhatian dan menjadi wacana publik adalah tentang perlunya segera dilakukan upaya untuk menangani Halaman
5 masalah penyebaran guru yang tidak merata. Pemerintah di beberapa kabupaten/kota, diantaranya Aceh Tengah, Aceh Besar dan Banda Aceh, telah melakukan langkah nyata dalam mengatasi masalah penyebaran guru yang tidak merata. Pengalaman Banda Aceh dan Aceh Besar tersebut telah dipresentasikan dalam pertemuan nasional (Eductaion Sector Working Group) di Jakarta pada awal tahun 0. Tim Koordinasi Pembangunan Pendidikan Aceh (TKPPA) dengan dukungan program SEDIA menjadikan dukungan untuk meningkatkan kapasitas kabupaten/kota dalam menangani masalah penataan guru sebagai prioritas utama. Dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu pelaksanaan program dan kemampuan untuk memfasilitasi seluruh kabupaten/kota, telah ditetapkan tiga kabupaten rintisan untuk difasilitasi oleh program SEDIA. Pengalaman yang diperoleh ketiga kabupaten/kota serta hasilnya, dapat didiseminasikan ke kabupaten/kota lainnya di Aceh sebagai rujukan untuk penyusunan strategi kabupaten/kota dalam penataan dan penyebaran guru secara proporsional. LOKAKARYA ANALISIS KEBUTUHAN GURU Fasilitasi untuk meningkatkan kemampuan ketiga kabupaten/kota rintisan diawali dengan lokakarya yang dilaksanakan pada September 0. Lokakarya diarahkan untuk menghasilkan analisis awal penataan guru dan draft rekomendasi dari masingmasing kabupaten/kota. Pada praktiknya, kegiatan lokakarya juga merupakan wadah untuk membangun kejelasan tentang apa yang dituntut oleh SKB Menteri dan membangun kapasitas peserta dalam menganalisis kecukupan guru di tingkat SD sampai SMA. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari tiga kabupaten/kota rintisan, serta melibatkan perwakilan dari BKPP Aceh dan FKIP Unsyiah. Fasilitasi analisis kebutuhan untuk tiga kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan data tahun 0yang sudah tervalidasi dan tersedia secara lengkap. Beberapa hal menarik yang dapat diinformasikan tentang lokakarya adalah sbb. Pelibatan BKPP Aceh dan perwakilan BKPP Kab/Kota dalam lokakarya untuk menganalisis kebutuhan distrbusi guru dirasakan snagat tepat mengingat lembaga tersebut bertanggung jawab atas pengangkatan dan penempatan tenaga pegawai negeri sipil, termasuk guru PNS. Hal menarik yang juga terungkap adalah bahwa sebelumnya kurang ada koordinasi yang cukup baik diantara BKPP Kab/Kota dengan Dinas Pendidikan Kab/Kota dalam pengangkatan guru dan penempatannya. Banyak terungkap bahwa selama ini pemerintah kab/kota, khususnya Dinas Pendidikan, mengalami kesulitan dalam melaksanakan aturan tentang rekrutmen dan distribusi guru, karena masih adanya campur tangan pimpinan daerah. Intervensi Bupati/Walikota terpilih dalam rekrutmen dan penempatan guru diakui masih sangat kuat terjadi di daerah. Keberadaan SKB Menteri dan khususnya sangsi terhadap pemerintah daerah yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan tentang penataan guru didaerahnya, perlu disosialisasikan kembali kepada seluruh bupati/walikota dan DPRK untuk menjamin tidak ada lagi intervensi dalam rekrutmen dan penataan guru di kabupaten/kota. Bagi lembaga pendidikan tenaga kependidikan termasuk FKIP Unsyiah yang memegang peran dalam menghasilkan calon tenaga guru, mendapatkan kesempatan belajar dan bekerja bersama staf dan pejabat yang bertanggung jawab dalam rekrutmen guru di tingkat Halaman
6 kabupaten/kota, merupakan pengalaman yang berarti. Informasi tentang masalah penataan guru dan pengalaman dalam melakukan analisis, merupakan hal yang baru bagi mereka. Hal lain adalah ketika mereka dihadapkan dengan data yang valid dan akurat bahwa saat ini terjadi kelebihan guru dalam sejumlah mata pelajaran tertentu dan kekurangan guru dalam mata pelajaran lainnya, muncul pemikiran tentang perlunya lembaga pendidikan bagi calon guru untuk menata kembali arah dan kebijakan dalam membuka program untuk mahasiswa baru di perguruan tinggi mereka. Pelibatan pejabat terkait dari Bappeda Propinsi dan Kabupaten/Kota juga cukup penting. Bappeda yang sangat berperan dalam menyetujui rencana yang diajukan SKPK merasakan manfaat dari keterlibatan dalam lokakarya ini. Mendapatkan informasi yang signifikan dalam pembuatan keputusan yang akan harus dilakukan oleh Bappeda, adalah hal yang sangat penting untuk menjamin pemerintah daerah menyediakan anggaran untuk perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penataan guru di kabupaten/kota. SKB Menteri menginstruksikan pemerintah daerah melakukan analisis tentang guru PNS. Dalam praktiknya, jumlah guru Non PNS di daerah sangatlah besar. Temuan tentang kekurangan guru PNS pada jenjang SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA, maupun di antara satuan pendidikan, menjadi terbalik menjadi kelebihan guru bila guru PNS dimasukkan ke dalam analisis. Hal ini tentunya harus dimasukkan ke dalam pertimbangan dalam menyusun rekomendasi yang akan dilakukan oleh masingmasing kabupaten/kota. Hal lain adalah tentang guru yang bertugas di bawah tanggung jawab Dinas Pendidikan dan mereka yang berada di bawah tanggung jawab Kementerian Agama. Isyu ini terkait dengan kewenangan yang berbeda di antara kedua lembaga ini dalam rekrutmen tenaga guru. Melalui lokakarya yang dilaksanakan selama empat hari, dimana dua hari pertama lebih terarah pada pengenalan lebih dalam SKB Menteri dan bagaimana cara membuat analisis kebutuhan guru di daerah masingmasing; baru dapat dihasilkan analisis kebutuhan guru di tingkat kabupaten/kota. Analisis untuk masingmasing kabupaten/kota belum dapat dilakukan untuk melihat sebaran per kecamatan, terlebih untuk melihat sebaran per satuan pendidikan. DAMPAK SEMENTARA DAN TINDAK LANJUT DI KABUPATEN/KOTA RINTISAN Setelah lokakarya pertama di September 0, masingmasing kabupaten/kota rintisan melakukan kegiatan untuk menindaklanjuti hasil lokakarya. Gambarannya adalah sbb: Aceh Singkil Ditemukan adanya perbedaan data ketenagaan guru yang ada dan digunakan oleh Dinas Pendidikan dengan yang ada di BKPP, Kemeneterian Agama dan Bappeda. Hal ini menjadi dasar untuk dilaksanakannya pemutakhiran dan sinkronisasi data di antara lembaga tersebut. Isyu tentang distribusi guru yang proporsional menjadi wacana, terutama tentang kelebihan atau penumpukan guru di kecamatan tertentu dan untuk mata pelajaran tertentu. Wacana ini Halaman
7 memunculkan kesadaran tentang perlunya segera dilakukan analisis sebagai dasar untuk penataan guru yang lebih efektif. Mengingat dalam lokakarya analisis kecukupan dilakukan dengan menggunakan data pada tahun 0, sementara untuk tahun 0 harus membuat perencanaan berdasarkan hasil analisis di tahun berjalan (0), Dinas Pendidikan Aceh Singkil telah melakukan pemutakhiran data guru. Validasi data dilakukan bersama dengan bantuan LSM Daun yang bekerja melalui program KINERJAUSAID khususnya dalam membantu Aceh Singkil dalam penataan guru. Sejumlah 9 peserta (6% perempuan) terlibat dalam kegiatan validasi data ini. Pada bulan desember 0 Ketua TK PPK melakukan pertemuan dengan perwakilan MPD, Bappeda, BKPP, Mapenda Kemenag, Dinas Pendidikan, Perwakilan Komite Sekolah, PGRI, Korps Barisan Guru Bersatu (LSM Guru), perwakilan SMA/ MA, SMP/ MTs, SD/MI, dan UPTD, Pengawas Sekolah, Kinerja USAID, SEDIA dan LSM Daun. Kegiatan ini didanai secara bersama sama oleh Dinas Pendidikan dan SEDIA. Sejumlah peserta (% perempuan) terlibat aktif dalam diskusi. Dari pertemuan tersebut telah dibentuk Tim Pengawal Pelaksanaan Distribusi Guru yang Proporsional. Gayo Lues Menindaklanjuti hasil lokakarya untuk penataan guru, telah dilaksanakan pertemuan di lingkungan Dinas Pendidikan. Kepala Dinas bersama jajarannya (Sekretaris Dinas, Para Kepala Bidang dan Kepala Seksi) melakukan pembahasan untuk Penyusunan RAPBK 0 dan Penyusunan DUK (Daftar Urut Kepegawaian). Selain itu telah dibuat pembagian tugas untuk sekolah dan UPTD demi keperluan Distribusi Guru yang merata di Gayo Lues. Hasil pertemuan tersebut sudah disosialisasikan ke seluruh kepala sekolah SMPSMA. Awal Januari 0 Dinas Pendidikan melanjutkan sosialisasi hasil pertemuan ke seluruh di tingkat Sekolah Dasar. Pada Januari 0 terjadi mutasi besar pada pejabat eselon II, II dan IV di seluruh SKPD. Kondisi ini akan berdampak pada perlunya mensosialisasikan kembali hasil analisis tentang penataan guru kepada para pejabat baru. Sabang Dua kegiatan telah dilaksanakan oleh tim koordinasi di Kota Sabang, yaitu (i) validasi data kebutuhan guru sesuai dengan kewajiban memenuhi jam mengajar dan (ii) presentasi hasil validasi data dalam pertemuan Pleno TKPPK. Halaman 6
8 ANALISIS KEBUTUHAN PENATAAN GURU KOTA SABANG Analisis kebutuhan penataan guru untuk Kota Sabang menggunakan data yang bersumber dari Lembar Informasi (LI) sekolah untuk tahun ajaran 00. Kota Sabang memiliki sekolah dalam jumlah yang relative sangat sedikit dibandingkan dengan di kabupaten/kota lainnya. Data tahun 0 menunjukkan hanya ada sekolah (sejak TK sampai SMA/SMK, diantaranya adalah TK) ) di bawah Dinas Pendidikan dan 0 madrasah di bawah Kementerian Agama (sejak RA sampai MA). Analisis kecukupan guru di Kota Sabang dilakukan secara terpisah untuk sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan dengan madrasah yang berada di bawah Kementerian Agama. Analisis dibuat dengan menggunakan data yang bersumber dari LI (Lembar Informasi sekolah) tahun 0. Secara singkat hasil analisis adalah sebagai berikut. Untuk SD, jumlah guru kelas mencukupi, sementara kelebihan guru ditemukan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ( orang), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (7 orang), dan Muatan Lokal ( orang), sebagaimana dapat dilihat dalam table. Untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah, ditemukan kelebihan 7 orang guru untuk Guru Kelas dan orang untuk Guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Jasmani untuk MI mencukupi sedang untuk guru Bahasa Arab ditemukan kekutrangan sebanyak orang (Grafik 6). Grafik. Kecukupan guru SD di Kota Sabang (0) Grafik 6. Kecukupan Guru MI di Kota Sabang Guru Kelas Guru PAI Guru Penjas Guru Mulok Kebutuhan Ketersediaan Kelebihan / kekurangan GURU KELAS 0 GURU PAI PENJAS BAHASA ARAB Kebutuhan Guru Bezetting Kelebihan / Kekurangan Grafik 7. Kecukupan guru SD/MI di Kota Sabang Halaman 7
9 Gambaran Umum Kecukupan Guru Jenjang SD/MI Kota Sabang Guru Kelas 00 6 Pendidikan Agama 7 7 Penjaskes Jumlah guru yang ada Kebutuhan guru Untuk tingkat sekolah menengah pertama, secara umum kondisi yang dihadapi SMP dan MTS hampir sama, dimana kelebihan guru ditemukan pada sejumlah mata pelajaran (PAI, PPKN, IPS, IPA, Bahasa Inggris dan Matematika). Secara keseluruhan, tidak ada kekurangan guru di Madrasah Tsanawiyah, sementara di SMP terjadi kekurangan guru dalam mata pelajaran tertentu (Seni Budaya, Muatan Lokal dan Bimbingan Konseling). (lihat Grafik 7 dan Grafik 8). Grafik 8. Lebih kurang guru pada SMP di Kota Sabang Sabang Grafik 9. Lebih kurang guru pada MTs di Kebutuhan Guru Bezetting Kelebihan / Kekurangan Kebutuhan Ketersediaan Kelebihan / kekurangan Kota Sabang memiliki tiga SMA, satu MA (di bawah Kementerian Agama) dan satu SMK. Analisis mengenai kebutuhan guru SMK belum sempat dilakukan karena dalam lokakarya disepakati bahwa SEDIA akan bekerjasama dengan GIZ dalam penghitungan kecukupan guru ini. Hasil analisis kecukupan guru untuk SMA di Sabang menunjukkan gambaran yang cukup patut menjadi perhatian pemerintah daerah. Untuk tiga SMA yang ada di Sabang, secara keseluruhan terdapat kelebihan guru mata pelajaran, yang tersebar pada hampir semua pelajaran kecuali untuk Sosiologi (cukup) (Grafik 0). Sementara pada MA, selain ada kelebihan guru pada 8 mata pelajaran, juga ditemukan kekurangan guru pada enam mata pelajaran lainnya (Grafik ). Halaman 8
10 Quran Hadist Aqidah Akhlak Fiqih Sejarah Pendidikan Bahasa Indonesia Bahasa Arab Bahasa Inggris Bahasa Asing Fisika Biologi Kimia Matematik Sastra Indonesia Antopologi Sejarah Ekonomi Geografi Sosiologi Seni Budaya Pendidikan Tehnologi Imformasi Muatan Lokal DISTRIBUSI GURU YANG PROPORSIONAL Grafik 0. Kecukupan Guru SMA di Sabang Grafik. Kecukupan guru MA di Sabang Kebutuhan Ketersediaan Kelebihan / kekurangan Kebutuhan Bezeting Plus/Minus Selain menganalisis kecukupan guru dengan menggunakan data yang bersumber dari LI tahun 0, Kota Sabang juga melakukan proyeksi tentang guru yang akan pensiun sampai tahun 0. Data diambul dari NUPTK Kota Sabang yang telah dimutakhirkan pada tahun 0. (Grafik ). Grafik. Persentase Guru yang Akan Pensiun Sampai tahun 0. Total 989, Sumber Data : SIMNUPTK Kota.%.% Sabang, 0.0%.7%.%.%.%.%.% 0.9%.0%.0% 0.% 0.% 0.% 0.7% 0.7% 0.% 0.% 0.% 0.% 0.7% 0.% 0.0% Persentase Guru Pensiun (PNS) Sampai Tahun 0 Setiap Jenjang Sekolah Kota Sabang TAHUN PENSIUN TK RA SD MI SMP MTs SMA MA SMK KABUPATEN ACEH SINGKIL SEDIA bukan satusatunya program donor yang memberikan perhatian kepada masalah distribusi guru. Distribusi Guru yang Proporsional (DGP) juga menjadi salah satu focus binaan KINERJAUSAID di beberapa kabupaten/kota, antara lain di Aceh Singkil dan Simeulue. Bila pendekatan yang digunakan program SEDIA adalah bekerja melalui dan dengan pemerintah (yang sebelumnya sudah dibangun kapasitasnya) maka KINERJA selain bekerja dengan pemerintah juga memperkuat LSM Pendidikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat madani. Karena itulah maka fasilitasi SEDIA untuk Kabupaten Aceh Singkil, khususnya dalam menangani isyu distribusi guru, dilakukan bersamasama dengan KINERJA USAID dan LPM Daun. Halaman 9
11 Sumber data untuk analisis berikut adalah Lembar Informasi (LI) sekolah/madrasah tahun ajaran 0/0. Grafik a. Kecukupan Guru PNS di SD/MI di Aceh Singkil Grafik b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di Sd/MI di Aceh Sngkil 0 Lebih / Kurang Guru PNS jenjang SD dan MI Negeri Kab. Aceh Singkil Tahun 0 80 Lebih / Kurang Guru PNS+NONPNS jenjang SD dan MI Negeri Kab. Aceh Singkil Tahun Gr KELAS Gr PAI Gr PENJAS 7 SD MI Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 SD MI Sumber : Lembar Individu Sekolah Tahun Gr Kelas Gr PAI Gr Penjas 9 7 Dari Grafik a dan b diatas, dapat dilihat bahwa kecukupan guru di Aceh Singkil pada jenjang SD/MI adalah: Bila analisis dibatasi pada guru PNS, maka pada SD terjadi kekurangan guru kelas sebesar 8 orang, kekurangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebanyak 7 orang dan kekurangan guru pendidikan jasmani sebanyak 7 orang. Pada MI terjadi kelebihan guru kelas ( orang) dan kekurangan guru PAI sebanyak orang dan kekurangan guru Penjas sebanyak orang. Bila analisis juga memperhitungkan guru PNS dan Non PNS, ditemukan kondisi yang berbeda dimana pada SD maupun MI terdapat kelebihan guru kelas (total sebanyak 7 orang), dan kekurangan guru PAI dan Guru Pendidikan Jasmani dalam jumlah yang lebih kecil. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa saat ini terdapat guru Non PNS pada jenjang SD/MI dengan sebaran sbb: 7 guru kelas di SD; guru kelas di MI; 70 guru PAI di SD; dan 0 guru Pendidikan Jasmani di SD. Grafik a. Kecukupan Guru PNS di SMP Aceh Singkil Grafik b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di SMP Aceh Singkil 0 0 Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel Berstatus PNS Jenjang SMP Negeri Kab. Aceh Singkil 0 Sumber Data : Lembar Individu Sekolah Tahun Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel Berstatus PNS+NONPNS Jenjang SMP Negeri Kab. Aceh Singkil BP TIK Seni Bud Mulok B. Ingg Penjas Mtk B. Ind IPS IPA PAI PPKn BP Mulok Seni TIK Penjas B. Ingg IPS B. Ind Mtk PPKn IPA PAI Bud Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 Halaman 0
12 Dari kedua grafik diatas dapat dilihat bahwa : Bila hanya diperhitungkan guru PNS, terdapat kekurangan guru pada lima mata pelajaran (BP, TIK, Seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris) sebanyak total 6 orang, dan kelebihan guru pada mata pelajaran lainnya (total 9 orang). Bila analisis memperhitungan guru Non PNS, diperoleh gambaran yang sangat berbeda. Jumlah kekurangan guru hanya sebesar 6 orang pada total tiga mata pelajaran, dan kelebihan guru sebanyak 6 orang. Kondisi tersebut menunjukkan adanya guru di SMP berstatus Non PNS. Grafik a. Kecukupan Guru PNS di MTS Aceh Singkil Grafik b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di MTS Aceh Singkil Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel PNS Jenjang MTS Negeri Kab. Gayo Lues Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel PNS+NONPNS Jenjang MTS Negeri Kab. Aceh Singkil BP TIK Mulok PPKn Seni Bud Mtk IPS B. Ingg Penjas B. Ind IPA PAI BP TIK Mulok PPKn Seni Bud IPS Mtk B. Ingg Penjas B. Ind IPA PAI Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 Analisis kecukupan guru di MTs sebagaimana ditunjukkan oleh kedua grafik di atas adalah: Bila hanya diperhitungkan guru PNS, terdapat kekurangan guru pada lima mata pelajaran (Bimbingan Konseling, TIK, Seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris) sebanyak total 6 orang, dan kelebihan guru pada tiga mata pelajaran lainnya (total 7 orang). Bila analisis memperhitungan guru Non PNS, kekurangan guru hanya sebesar orang untuk mata pelajaran Bimbingan Konseling, dan kelebihan guru sebanyak 9 orang. Kondisi tersebut menunjukkan ada sejumlah guru MTS berstatus Non PNS. Grafik 6a. Kecukupan Guru PNS di SMA dan MA Aceh Singkil Grafik 6b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di SMA dan MA Aceh Singkil SMA MA Lebih / Kurang Guru Mata Pelajaran Status PNS Jenjang SMA dan MA Kab. Aceh Singkil Sumber : Lembar Individu Sekolah Tahun Lebih / Kurang Guru Mata Pelajaran Status PNS+NONPNS Jenjang SMA dan MA Negeri Kab. Aceh Singkil Tahun SMA MA Sumber : Lembar Individu Sekolah Halaman
13 Analisis kecukupan guru di SMA dan MA di Kabupaten Aceh Singkil adalah sebagai berikut: Bila hanya diperhitungkan guru PNS, di SMA kelebihan guru (pada total sepuluh mata pelajaran) sebesar total orang, dan kekurangan guru pada tujuh mata pelajaran lainnya (total 9 orang). Pada MA, terdapat kelebihan 7 guru (pada total 7 mata pelajaran) dan kekurangan orang guru (Bahasa Inggris dan Bimbingan Konseling). Bila analisis memperhitungkan guru Non PNS, angka kelebihan guru pada SMA meningkat menjadi 8 orang guru dan angka kekurangan guru menurun menjadi 9 orang. Demikian juga pada MA, angka kelebihan guru meningkat menjadi orang guru dan kekurangan guru menurun menjadi hanya orang. Kondisi tersebut menunjukkan ada sejumlah guru Non PNS yang saat ini mengajar di SMA dan 6 guru Non PNS di MA. Analisis dan usulan rekomendasi untuk Aceh Singkil:. Pada tingkat SD dan MI Secara umum terdapat total kekurangan guru (kelas, guru PAI dan guru Pendidikan Jasmani) sebanyak 6 orang pada SD dan MI. Sementara itu terdapat 77 guru PNS yang saat ini juga bertugas di SD dan MI. Pemenuhan kebutuhan guru kelas, guru PAI dan guru Penjas di SD/MI o Rekrutmen guru baru dengan mempertimbangkan (i) memberikan kesempatan kepada guru NonPNS yang telah bertugas di SD dan MI untuk mengikuti seleksi; (ii) hanya calon/kandidat yang memiliki kualifikasi yang disyaratkan (minimal S) yang dapat mengikuti seleksi; (iii) calon adalah lulusan perguruan tinggi keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang terakreditasi; (iv) calon harus mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan mendapatkan sertifikat guru sebelum diangkat menjadi pegawan negeri; dan (v) diprioritaskan pada mereka yang telah mengabdi minimal tahun. o Rekrutmen guru baru perlu dilakukan dengan melibatkan LPTK dalam prosesnya (khususnya untuk tes calon guru). o Karena adanya kecenderungan guru hanya bersedia ditempatkan di daerah perkotaan, perlu dibuat perjanjian kerja dengan calon yang lulus seleksi, untuk menjamin mereka siap ditempatkan di sekolah manapun. Penempatan guru baru harus dilakukan dengan mempertimbangkan kecukupan guru berdasarkan sebaran guru per kecamatan dan per sekolah.. Pada tingkat SMP dan MTS. Bila hanya memperhitungkan tenaga PNS saja maka di SMP dan MTS terdapat kekurangan guru sebanyak 69 orang untuk mata pelajaran tertentu (BP, TIK, Seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris) dan kelebihan 6 guru pada mata pelajaran Halaman
14 lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PAI, Matematika, PPKN, dan Pendidikan Jasmani). Saat ini juga terdapat tenaga guru Non PNS yang mengajar di SMP dan MTs. Pemenuhan kebutuhan guru di SMP dan MTS untuk mata pelajaran dapat dilakukan dengan (i) memindahkan guru mata pelajaran tertentu ke mata pelajaran lain yang bukan bidangnya, dengan mempertimbangkan latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan dengan mata pelajaran yang akan diampu (dikenal denan istilah alih fungsi/profesi); (ii) merekrut guru baru untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan alih fungsi/profesi guru. Guru alih fungsi /profesi harus mengikuti pendidikan/pelatihan/penataran agar mendapatkan kompetensi professional yang memenuhi syarat. Pemenuhan kebutuhan guru Bimbingan Konseling ( untuk SMP dan untuk MTs) dapat diatasi dengan (i) memindahkan guru dari satuan pendidikan lain atau dari kabupaten/kota lain. Terdapat guru NonPNS di SMP dan guru Non PNS di MTs. Dengan melihat hasil analisis dimana kekurangan guru pada sejumlah mata pelajaran masih dapat diatasi dengan alih fungsi/profesi guru mata pelajaran lain yang berlebih, pemerintah daerah sebaiknya menghindari keputusan untuk merekrut guru baru atau mengangkat guru Non PNS menjadi PNS. Pertimbangannya adalah : (i) dengan adanya peraturan tentang pemenuhan tuntutan mengajar minimal jam tatap muka per minggu, pengangkatan guru baru (dari non PNS menjadi PNS) akan menyulitkan guru yang ada dalam memenuhi tuntutan mengajar tersebut; (ii) pengangkatan guru nonpns menjadi PNS akan berimplikasi pada meningkatnya belanja untuk gaji guru.. Pada Tingkat SMA dan MA. Melihat kondisi kecukupan guru di SMA dan MA hampir serupa dengan yang terjadi di SMP dan MTs, usulan untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan guru di SMA dan MA serupa dengan usulan untuk mengatasi kekurangan dan kelebihan guru pada SMP dan MTs. KABUPATEN GAYO LUES Sumber data untuk analisis berikut adalah Lembar Informasi (LI) sekolah/madrasah tahun ajaran 0/0. Grafik 7a. Kecukupan Guru PNS di SD/MI di Gayo Lues Grafik 7b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di SD/MI di Gayo Lues Kurang / Lebih Guru PNS Jenjang SD dan MI Kab. Gayo Lues Tahun 0 Gr KELAS Gr PAI Gr PENJAS 6 SD MI Lebih / Kurang Guru PNS+NONPNS jenjang SD dan MI Negeri Kab. Gayo Lues Tahun Sumber : Lembar Individu Sekolah Tahun 0 79 SD MI Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 0 Gr Kelas Gr PAI Gr Penjas Halaman
15 Dari Grafik 7a dan 7b diatas, kecukupan guru di Gayo Lues pada jenjang SD/MI adalah sbb: Data kecukupan guru SD/MI di Gayo Lues cukup mengagetkan. Bila analisis dibatasi pada guru PNS, maka pada SD terjadi kekurangan guru kelas sebesar 76 orang, kekurangan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sebanyak orang dan kekurangan guru pendidikan jasmani sebanyak 9 orang. Pada MI terjadi kelebihan guru kelas ( orang) dan kelebihan guru PAI sebanyak orang dan kekurangan guru Penjas sebanyak 9 orang. Bila analisis juga memperhitungkan guru PNS dan Non PNS, ditemukan kondisi yang berbeda dimana pada SD maupun MI terdapat kelebihan guru kelas (total sebanyak 77 orang), dan kelebihan guru PAI sebanyak orang dan kelebihan Guru Pendidikan Jasmani sebanyak 80 orang. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa saat ini pada SD/MI terdapat guru kelas, 0 guru PAI dan 89 guru Pendidikan Jasmani guru kelas; yang berstautus Non PNS. Grafik 8a. Kecukupan Guru PNS di SMP Gayo Lues Grafik 8b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di SMP Gayo Lues 0 0 Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel Berstatus PNS Jenjang SMP Negeri Kab. Gayo Lues BP TIK Mulok Seni B. Ind Penjas B. Ingg Mtk PPKn IPS PAI IPA Bud Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel Berstatus PNS+NONPNS Jenjang SMP Negeri Kab. Gayo Lues BP Mulok TIK Seni B. Ind Penjas B. Ingg Mtk PPKn IPS PAI IPA 6 Bud Sumber : Lembar Individu Sekolah Tahun Sumber Data : Lembar Individu Sekolah 0 Grafik 9a. Kecukupan Guru PNS di MTs di Gayo Lues Grafik 9b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di MTs di Gayo Lues BP TIK Mulok PPKn Seni Bud Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel PNS Jenjang MTS Negeri Kab. Gayo Lues Mtk IPS B. Ingg Penjas B. Ind IPA PAI Kelebihan / Kekurangan Guru Mapel PNS+NONPNS Jenjang MTS Negeri Kab. Gayo Lues BP Mulok PPKn Seni Bud TIK Penjas Mtk B. Ingg B. Ind IPS IPA PAI 7 Halaman
16 Dari keempat grafik diatas dapat dilihat bahwa: Pada SMP, bila hanya diperhitungkan guru PNS, terdapat kekurangan guru pada lima mata pelajaran (BP, TIK, Seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris) sebanyak total orang, dan kelebihan guru pada mata pelajaran lainnya (total 7 orang). Bila analisis memperhitungkan guru Non PNS, diperoleh gambaran yang sangat berbeda. Jumlah kekurangan guru hanya sebesar 0 orang pada total dua mata pelajaran, dan kelebihan guru sebanyak orang (total pada 7 mata pelajaran). Kondisi tersebut menunjukkan adanya 79 guru di SMP berstatus Non PNS. Pada MTs, terdapat kekurangan 6 guru PNS untuk mata pelajaran Bimbingan Konseling, TIK, Mulok, Seni Budaya dan PPKN; dan kelebihan guru 7 guru (Bahasa Indonesia, IPA dan PAI). Bila analisis memasukkan guru Non PNS maka terdapat kekurangan guru (untuk Mulok, BK, Seni Budaya dan PPKN) dan kelebihan guru untuk Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan PAI). Artinya ada 9 guru Non PNS di MTs. Grafik 0a. Kecukupan Guru PNS di SMA/MA di Gayo Lues Grafik 0b. Kecukupan Guru PNS+Non PNS di SMA/MA di Gayo Lues 0 0 Lebih / Kurang Guru Mata Pelajaran Status PNS Jenjang SMA dan MA Negeri Kab. Gayo Lues Lebih / Kurang Guru Mata Pelajaran Status PNS+NONPNS Jenjang SMA dan MA Negeri Kab. Gayo Lues Tahun Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 SMA MA Sumber : Lembar Individu Sekolah 0 SMA MA Analisis kecukupan guru di SMA dan MA di Gayo Lues adalah sebagai berikut: Kondisi kecukupan guru di SMA bila hanya diperhitungkan guru PNS, terdapat kelebihan guru sejumlah orang (pada total sepuluh tujuh mata pelajaran), dan kekurangan guru sejumlah orang (pada tujuh mata pelajaran lainnya termasuk untuk Bimbingan Konseling). Pada MA, terdapat kelebihan guru (pada total mata pelajaran) dan kekurangan orang guru untuk Bimbingan Konseling. Bila analisis memperhitungkan guru Non PNS, angka kelebihan guru pada SMA meningkat menjadi 7 orang guru dan angka kekurangan guru menurun menjadi 6 orang. Demikian juga pada MA, angka kelebihan guru meningkat menjadi 7 orang guru dan kekurangan guru menurun menjadi hanya orang. Kondisi tersebut menunjukkan ada sejumlah guru Non PNS yang saat ini mengajar di SMA dan guru Non PNS di MA. Halaman
17 Analisis dan usulan rekomendasi untuk Gayo Lues:. Pada tingkat SD dan MI Secara umum terdapat total kekurangan guru (kelas, guru PAI dan guru Pendidikan Jasmani) sebanyak 0 orang pada SD dan MI. Sementara itu terdapat guru kelas, 0 guru PAI dan 89 guru Penjas, yang berstatus non PNS, yang saat ini bertugas di SD dan MI. Pemenuhan kebutuhan guru kelas, guru PAI dan guru Penjas di SD/MI o Kekurangan 7 guru kelas di SD/MI dipenuhi dengan (i) satu orang guru kelas dari MI dialihtugaskan ke SD; (ii) mengangkat guru 7 guru Non PNS menjadi guru kelas PNS. Pengangkatan guru Non PNS dilakukan dengan pertimbangan: (i) memberikan kesempatan kepada guru NonPNS yang telah bertugas di SD dan MI untuk mengikuti pegawai negeri; (ii) hanya calon/kandidat yang memiliki kualifikasi yang disyaratkan (minimal S) yang dapat diangkat menjadi PNS; (iii) calon adalah lulusan perguruan tinggi keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang terakreditasi; (iv) calon harus mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dan mendapatkan sertifikat guru sebelum diangkat menjadi pegawan negeri; dan (v) diprioritaskan pada mereka yang telah mengabdi minimal tahun. o Kekurangan guru PAI di SD dapat dipenuhi dengan (i) alih tugas guru PAI di MI (dibawah Kementerian Agama) ke SD yang membutuhkan guru PAI; (ii) melakukan seleksi terhadap 0 guru PAI nonpns, sesuai dengan persyaratan dan ketetapan pemerintah pusat; dan dengan pertimbangan yang sama dengan butir diatas. Rekrutmen guru baru perlu dilakukan dengan melibatkan LPTK dalam prosesnya (khususnya untuk tes calon guru). o Karena adanya kecenderungan guru hanya bersedia ditempatkan di daerah perkotaan, perlu dibuat perjanjian kerja dengan calon yang lulus seleksi, untuk menjamin mereka siap ditempatkan di sekolah manapun. Penempatan guru baru harus dilakukan dengan mempertimbangkan kecukupan guru berdasarkan sebaran guru per kecamatan dan per sekolah.. Pada tingkat SMP dan MTS. Bila hanya memperhitungkan tenaga PNS saja maka di SMP dan MTS terdapat kekurangan guru sebanyak 9 orang untuk mata pelajaran tertentu (Bimbingan Konseling 0 orang, dan 9 guru untuk TIK, Seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris) dan kelebihan guru pada mata pelajaran lainnya (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PAI, Matematika, PPKN, dan Pendidikan Jasmani). Bila memasukkan guru Non PNS maka terdapat kelebihan 7 guru mata pelajaran dan kekurangan 7 guru untuk mata pelajaran lainnya. Saat ini juga terdapat tenaga guru Non PNS yang mengajar di SMP dan MTs. Halaman 6
18 Pemenuhan kekurangan guru mata pelajaran di SMP dan MTS dapat dilakukan dengan (i) memindah tugaskan (alih profesi/fungsi) 0 guru (dari kelebihan guru) mata pelajaran (IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PAI, Matematika, PPKN, dan Pendidikan Jasmani) untuk mengajar mata pelajaran TIK, seni Budaya, Mulok dan Bahasa Inggris yang kekurangan guru. Alih tugas/fungsi ini harus mempertimbangkan kesesuaian atau kedekatan latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan dengan mata pelajaran yang akan diampu. Guru alih fungsi /profesi harus mengikuti pendidikan/pelatihan/penataran agar mendapatkan kompetensi professional yang memenuhi syarat. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan guru Bimbingan Konseling, yaitu total sebanyak 0 guru BK untuk SMP dan MTs, dapat dilakukan (i) mengangkat guru Non PNS ( orang) yang saat ini sudah bertugas sebagai guru BK; (ii) menerima pindahan guru BK atau dari kabupaten/kota lain; atau (iii) merekrut guru baru dengan kualifikasi yang sesuai dengan tuntutan kompetensi guru BK. Dari jumlah kelebihan guru mata pelajaran sebanyak orang, bila 0 diantaranya dialih profesi/fungsikan, maka masih terdapat kelebihan sebanyak tenaga guru PNS. Alternatif yang mengatasi kelebihan guru ini adalah (i) alih profesi ke guru SD (lihat bagian sebelumnya, di SD/MI terdapat kekurangan guru kelas sebanyak 0 orang guru kelas, guru PAI dan guru Pendidikan Jasmani); (iii) guru yang mendekati masa pension disarankan untuk pension dini; (iv) guru yang berkinerja rendah dialihfungsikan menjadi tenaga administrasi; dan (v) guru yang berprestasi tinggi dipromosikan untuk menjadi pengawas, dengan melalui prosedur yang ditetapkan pemerintah. Terdapat 79 guru di SMP dan 9 guru di MTs yang berstatus non PNS. Dengan melihat hasil analisis dimana kekurangan guru pada sejumlah mata pelajaran masih dapat diatasi dengan alih fungsi/profesi guru mata pelajaran lain yang berlebih, pemerintah daerah sebaiknya menghindari keputusan untuk merekrut guru baru atau mengangkat guru Non PNS menjadi PNS. Pertimbangannya adalah : (i) dengan adanya peraturan tentang pemenuhan tuntutan mengajar minimal jam tatap muka per minggu, pengangkatan guru baru (dari non PNS menjadi PNS) akan menyulitkan guru yang ada dalam memenuhi tuntutan mengajar tersebut; (ii) pengangkatan guru nonpns menjadi PNS akan berimplikasi pada meningkatnya belanja untuk gaji guru.. Pada Tingkat SMA dan MA. Secara umum pada SMA dan MA ada kelebihan guru sebanyak 8 orang pada mata pelajaran tertentu; kekurangan guru BK sebanyak orang dan kekurangan guru sebanyak orang untuk mata pelajaran lainnya. Juga terdapat sejumlah guru Non PNS yang saat ini mengajar di SMA dan guru Non PNS di MA. Alih profesi bisa dilakukan terhadap guru (dari 8 guru yang berlebih pada mata pelajaran tertentu) untuk memenuhi kebutuhan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, Seni Budaya, Bahasa Asing, Sosiologi dan Mulok. Pemilihan guru yang akan dialih profesikan perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kedekatannya dengan latar Halaman 7
19 belakang pendidikan. Pelatihan/pendidikan khusus juga perlu diberikan untuk membekali guru sebelum ditugasi mengajar pada mata pelajaran yang baru. Kepada sejumlah guru (mata pelajaran tertentu yang jumlah gurunya berlebih), pilihan untuk menanganinya adalah (i) mereka yang mendekati usia pension, dapat disarankan untuk mengambil pension dini; (ii) guru yang berkinerja buruk atau kurang kompeten, dipindahtugaskan ke tugas administrasi atau tenaga pustakawan atau laboran; (iii) guru yang berkinerja baik dan kompeten dipromosikan untuk menjadi pengawas sekolah/madrasah. Kekurangan guru BK sebanyak 6 orang untuk SMA dan MA dapat dilakukan dengan (i) menerima pindahan guru BK dari kabupaten/kota lain; atau (ii) rekrutmen guru BK secara khusus, sesuai prosedur yang ditetapkan peperintah pusat. Keberadaan 6 guru Non PNS di SMA dan MA berpengaruh pada sulitnya guru PNS memenuhi tuntutan mengajar jam tatap muka per minggu. Pemerintah bersama PGRI dan organisasi guru lainnya perlu duduk bersama untuk mencari cara bagaimana menangani keberadaan 6 guru non PNS tersebut, karena data jelas menunjukkan bahwa bila sudah terjadi untuk guru PNS saja, secara umum terdapat kelebihan guru di SMA dan MA. Halaman 8
20 STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA Dalam mengelola Distribusi Guru yang Proporsional Apa tujuan dan amanat dari SKB Menteri? Surat Keputusan Bersama Menteri dikeluarkan dalam rangka menjamin pemerataan guru antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan antar jenis pendidkan, antar kabupatenn, antar kota, dan antar provinsi; serta dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Apa tanggung jawab dan tugas Pemerintah Kabupaten/Kota? Tanggung jawab dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota sesuai sebagaimana dinyatakan dalam SKB Menteri adalah:. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masingmasing.. Bupati/Walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat () dan ayat () berdasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.. Analisis kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masingmasing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan 6. Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota sesuai dengan mekanisme yang berlaku Halaman 9
21 Apa yang harus dilakukan Pemerintah Kabupaten/Kota?. Sosialisasi SKB Menteri agar seluruh pemangku kepentingan di kabupaten/kota memiliki pengetahuan tentang kebijakan pemerintah dalam distribusi guru. Sasaran sosialisasi adalah pimpinan dari (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii) Komisi Pendidikan DPRK; Bappeda; Badan Kepegawaian Daerah; Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota UPTD Dinas Pendidikan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota; Majelis Pendidikan Daerah PGRI LSM Pendidikan Universitas atau Perguruan Tinggi Lokal Pengawas Sekolah/Madrasah Seluruh kepala sekolah/madrasah. Perencanaan kebutuhan guru pada TK/RA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK. Perencanaan kebutuhan dilakukan oleh pejabat Pembina kepegawaian kabupaten/kota. Persiapan dan atau kegiatan yang harus dilakukan adalah (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Setiap sekolah/madrasah harus mengisi Lembar Informasi (LI) sekolah/madrasah secara akurat dan mengirimkannya ke Dinas Pendidikan dan Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) Kementrian Agama Kabupaten/Kota. Pengawas sekolah/madrasah memfasilitasi sekolah dalam pengisian LI di sekolah/madrasah. UPTD Pendidikan Kecamatan memonitor agar pengiriman LI ke Kabupaten/Kota tidak terlambat. Kelompok Kerja Data Pokok Pendidikan (KK Datadik) di kabupaten/kota melakukan validasi dan verifikasi data. Perencanaan kebutuhan dan analisis optimalisasi guru dilakukan oleh Bidang Ketenagaan Pendidikan Dinas Pendidikan (untuk guru sekolah) dan Mapenda Kemenag (untuk guru madrasah) dengan mengacu kepada pola perhitungan kebutuhan guru sebagaimana dijelaskan dalam Petunjuk Teknis SKB menteri. Rekapitulasi kebutuhan guru dari Dinas Pendidikan dan Mapenda Kemenag disampaikan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Badan Kepegawaian bersama Dinas Pendidikan dan Mapenda Kemenag menyusun perencanaan kebutuhan dan analisis optimalisasi guru. Peta kelebihankekurangan (atau kecukupan) guru serta dan analisis optimalisasi guru disosialisasikan kepada pemangku kepentingan utama (Komisi Pendidikan dan Komisi Anggaran DPRK, Bappeda, Majelis Pendidikan Daerah, dan PGRI). Sosialisasi penting dilakukan agar (i) PGRI memahami pentingnya perencanaan kebutuhan dan dapat memaklumi langkah yang perlu diambil untuk mengatasi kondisi yang ada; (ii) Bappeda dan DPRK memiliki komitmen untuk mendukung pelaksanaan kegiatan terkait distribusi guru yang proporsional, termasuk mendukung tersedianya anggaran untuk perencanaan dan pelaksanaannya; (iii) Majelis Pendidikan Daerah dapat memediasi Dinas Pendidikan dan Halaman 0
22 Badan Kepegawaian Daerah dalam menyampaikan hasil perencanaan dan analisis optimalisasi guru kepada Bupati/Walikota; dan (iv) mendapat masukan konstruktif mengenai alternative cara untuk optimalisasi guru yang tidak merugikan pemerintah daerah dan pembangunan pendidikan pada umumnya, tetapi juga tidak akan menimbulkan gejolak atau penentangan.. Hasil perencanaan dan analisis optimalisasi guru dari kabupaten/kota disampaikan paling lambat bulan Februari tahun berjalan ke Dinas Pendidikan Provinsi. Kabupaten/Kota yang tidak membuat perencanaan dan atau terlambat menyampaikan hasil perencanaannya ke Dinas Pendidikan provinsi akan dikenai sangsi berupa penghentian sebagian bantuan finansial fungsi kependidikan.. Melaksanakan kegiatan untuk optimalisasi guru dan distribusi guru yang proporsional. (i) Penyusunan Petunjuk Teknis dan Kriteria. Bidang Ketenagaan Pendidikan Dinas Pendidikan bersama Mapenda Kemenag, PGRI, Badan Kepegawaian Daerah dan Majelis Pendidikan Daerah; perlu menyusun pedoman dan kriteria untuk pelaksanaan: alih fungsi/profesi guru; mutasi atau pemindahan guru antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis pendidikan; rekrutmen guru untuk mata pelajaran tertentu (yang tidak bisa dipenuhi oleh guru yang ada); pension dini; promosi guru menjadi pengawas; penugasan guru menjadi tenaga administrasi atau tenaga kependidikan (laboran, pustakawan dll). Pelatihan atau pendidikan tambahan untuk guru yang alih fungsi/profesi (ii) (iii) Perencanaan anggaran untuk pelaksanaan optimalisasi guru. Anggaran untuk pelaksanaan optimalisasi guru diperlukan untuk sosialisasi kebijakan pemerintah (SKB Menteri); perencanaan kebutuhan dan analisis optimalisasi guru; mutasi guru (insentif atau uang transport tambahan bagi guru yang dipindahtugaskan ke sekolah yang jauh dari domisilinya); biaya untuk pelatihan dan pendidikan tambahan bagi guru yang akan alih fungsi/profesi Anggaran disusun oleh Bidang Perencanaan Program Dinas Pendidikan berdasarkan hasil analisis kebutuhan penataan dan optimalisasi guru. Pelaksanaan optimalisasi guru. Halaman
23 . Pemantauan dan Evaluasi Pemerintah kabupaten/kota melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS pada TK/RA, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK. Pemantauan an evaluasi harus mampu menjawab pertanyaan: Apakah proses perencanaan penataan dan pemerataan guru sudah didasarkan pada kebutuhan yang ada? Apakah proses perencanaan tersebut dapat dipertanggung jawabkan (akuntabel)? Apakah pelaksanaan penataan dan pemerataan guru telah memenuhi criteria efektif, obyektif, adil, dan akuntabel? Adakah permasalahan atau kendala dalam pelaksanaan penataan dan pemerataan guru? Apakah kegiatan penataan dan pemerataan guru berdampak pada peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah/madrasah? 6. Membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis pendidikan; dan menyampaikannya kepada pemerintah provinsi dengan tembusan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, paling lambat bulan Juni tahun berjalan. Hal lain terkait penataan dan optimalisasi guru. Pemerintah Kabupaten/Kota perlu menyusun produk hukum dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau produk hukum lainnya terkait penataan dan pemeratan guru PNS dengan merujuk pada SKB menteri. Pemerintah Kabupaten/Kota perlu menjalin kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam rangka penataan dan pemerataan guru.. Kesepakatan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam rangka penataan dan optimalisasi guru. Halaman
Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota
Analisis Capaian Standar Pelayanan Minimal IP-1.1 = (a) Permukiman Permanen=penduduk yang berjumlah 1000 org, khusus di daerah terpencil; (b) Kewajiban kab/kota=1 Sekolah/Madrasah bisa saja berada dalam
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEUANGAN, DAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/X/PB/2011
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.206, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pengawas. Madrasah. Pendidikan Agama Islam. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWAS MADRASAH DAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2012
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 58 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,
Lebih terperinciNOMOR 05/X/PB/2011 NOMOR SPB/03/M.PAN-RB/10/2011 NOMOR 48 Tahun 2011 NOMOR 158/PMK.01/2011 NOMOR 11 Tahun 2011
SALINAN : PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, MENTERI DALAM NEGERI MENTERI KEUANGAN, DAN MENTERI AGAMA NOMOR 05/X/PB/2011
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, karenanya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya. Pendidikan
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt
Menimbang : jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDirektorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012
Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 TUNTUTAN REGULASI S1/D4, Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan, Sertifikat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Sekretaris Jenderal, Ainun Na im NIP
KATA PENGANTAR Peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama Nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/2011,48
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinci2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bersama antara Menteri Pend
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.351, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. KEMENTERIAN AGAMA. Penerimaan Peserta Didik. Taman Kanak-Kanak. Sekolah/Madrasah. PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciIMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1
IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan
Lebih terperinciKEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Telepon , , JAKARTA
KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Telepon. 021-3811305, 3811523, 3812743 JAKARTA A. Syarat: Umum PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR CALON PESERTA SERTIFIKASI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYIAPAN DAN PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN BULAN DESEMBER 2015 DAN
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 29TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN KEKURANGAN DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK KEPADA KABUPATEN/KOTA DALAM WILAYAH ACEH BERDASARKAN REALISASI PENERIMAAN TAHUN 2014 DAN
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DALAM LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa guru dapat
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN MENTERI AGAMA NOMOR 04/VI/PB/2011 NOMOR MA/111/2011 TENTANG
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA ANTARA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN MENTERI AGAMA NOMOR 04/VI/PB/2011 NOMOR MA/111/2011
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN, PENYALURAN, PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 48 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPersiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara
No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
Lebih terperinci~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR Draf 03 12 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 I. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2);
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI MURUNG RAYA PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 55 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SATUAN PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN ATAU DIDIRIKAN PEMERINTAH DAERAH Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012
Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan dan
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO
WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH
No.52 /11/TH.XVII, 5 November 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciPedoman Pelaksanaan Seleksi Calon Pengawas Sekolah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul
PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI CALON PENGAWAS SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap dunia pendidikan merupakan hal yang mutlak untuk terus
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 85 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 85 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 40 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN GURU YANG DIBERI TUGAS TAMBAHAN SEBAGAI KEPALA SEKOLAH WALIKOTA
Lebih terperincikelebihan guru pada satuan pendidikan, pada suatu kabupaten/kota, danf atau provinsi serta adanya alih fungsi guru
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEUANGAN.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH DAN BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PERAN PENGAWAS SEKOLAH PENILIK DAN PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
1 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinci1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs),
1. Kepala madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan memimpin raudhotul athfal (RA), madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), madrasah aliyah (MA), madrasah aliyah kejuruan (MAK), yang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal
Lebih terperincialam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib
Lebih terperinciLuas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)
Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut (hektar) Dicetak Tanggal : Penggunaan Lahan Total Pertanian Bukan Luas Lahan Sawah Bukan Sawah Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) 01 Simeulue 10.927 74.508
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang
Lebih terperinciPEDOMAN PENDATAAN NILAI RAPOR (SMP/MTs, SMA/MA, DAN SMK)
PEDOMAN PENDATAAN NILAI RAPOR (SMP/MTs, SMA/MA, DAN SMK) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN 2012 Pedoman Pengelolaan Data Rapor Hal - 1 DAFTAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR
Lebih terperinciNORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang
Lebih terperinciPROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 39 ayat (1) Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL
Iy, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 19 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2O16 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0117 TAHUN 2017 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0117 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANANBIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA
Lebih terperinciBUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG
1 BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
PERATURAN NOMOR 115 TAHUN 2008 TENTANG PEMBAGIAN ALOKASI DANA PENDIDIKAN KEPADA PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN / KOTA TAHUN ANGGARAN 2008 Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Draft Peraturan Menteri PAN Tgl. 4 Maret 2008 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya RANCANGAN PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU
Lebih terperinciBuku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.
PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 53 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPROSEDUR KEABSAHAN PEKAN OLAHRAGA DAN SENI (PORSENI) XIII KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH TAHUN 2012
PROSEDUR KEABSAHAN PEKAN OLAHRAGA DAN SENI (PORSENI) XIII KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH A. Persyaratan Peserta 1. Peserta Didik TAHUN 2012 a. Peserta didik pada MI, MTs dan MA yang masih aktif belajar;
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH
PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 KATA PENGANTAR Mulai tahun anggaran
Lebih terperinciBADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH. Oleh: Kabid Pengembangan Investasi. Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013
BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH Oleh: Kabid Pengembangan Investasi Sosialisasi RUPM Aceh 29 Agustus 2013 OUTLINE I II DASAR HUKUM PELAKSANAAN MAKSUD,TUJUAN DAN SASARAN PENGENDALIANUNGSI & MANFAAT LKPM
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
` PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDUKSI BAGI GURU PEMULA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa salah satu syarat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008
UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No 34/2007
Lebih terperinciPENDATAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON-FORMAL, DAN INFORMAL TAHUN 2014
PETUNJUK TEKNIS PENDATAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON-FORMAL, DAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI NON-FORMAL DAN INFORMAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008
UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No 34/2007
Lebih terperinciK E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G
K E P U T U S A N KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KENDAL NOMOR 420/5998/DISDIKBUD/2017 T E N T A N G PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI LINGKUNGAN PEMBINAAN DINAS PENDIDIKAN DAN
Lebih terperinciWALIKOTA BANJARMASIN
^ WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
Lebih terperinciPRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012
No. 42/09/12/Th I, 03 September 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH JANUARI APRIL 2012 SEBANYAK 201.605,53 TON Produksi beras provinsi
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS TAMBAHAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG
Menimbang : a. BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DAN PESERTA DIDIK PINDAHAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U /2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menirnbang: a. Bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 ten tang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,
================================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2015 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado Website :
PEMERINTAH KOTA MANADO BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT Jalan Balai Kota Nomor 1 Manado 95124 Website : email : bkdkotamanado@yahoo.com TELAAHAN STAF Kepada : Kepala Badan Kepegawaian Dan Diklat Kota Manado
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Instansi Vertikal. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 2650 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN AMAL BHAKTI BIDANG PENDIDIKAN AGAMA DAN KEAGAMAAN BAGI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN
Lebih terperinci-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pendidikan nasional
Lebih terperinciTABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010
TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) No. Kecamatan Dana menurut Sumber (Ribuan Rupiah) P. Pusat Yayasan Orang tua Pemprov Pemkab/kota Lainnya Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 01 Mijen
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAGIAN DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK KENDARAAN BERMOTOR, BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR, PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR DAN PAJAK
Lebih terperinci